11
1. Pendahuluan
Salatiga merupakan sebuah Kota kecil yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Kota ini berada diantara Kota Solo dan Semarang, sehingga Kota Salatiga
dijadikan sebagai jalur penghubung antara kedua Kota tersebut. Secara geografis letaknya berada pada ketinggian 450 hingga 800 meter di atas permukaan air laut
menjadikan Kota Salatiga memiliki udara yang sejuk dan asri. Dengan udara yang sejuk dan asri Kota Salatiga memiliki daya tarik tersendiri melalui segi
penginapan, makanan, minuman dan bahkan restorannya, sehingga Kota Salatiga pantas untuk mendapat sebutan sebagai Kota Transit Pariwisata [1]. Marten,
dalam bukunya Salatiga Sketsa Kota Lama, menjelaskan bahwa Salatiga adalah Kota pensiunan, Kota pelajar, dan Kota pariwisata. Tiga faktor ini merupakan
modal cukup untuk dikelola, sehingga tidak perlu membangun Salatiga menjadi kota modern [2].
Menurut hasil
wawancara dengan
kepala seksi
pariwisata DISHUBKOMBUDPAR Kota Salatiga, bahwa suatu saat nanti pembangunan
kepariwisataan Kota Salatiga akan diarahkan dari semula Kota Transit wisata menjadi Kota tujuan wisata. Mengingat Kota Salatiga memiliki potensi dan
produk pariwisata yang cukup memadai. Salah satu potensi dan produk pariwisata yang ada di Kota Salatiga adalah wisata kuliner. Hal tersebut didukung oleh data
dari BPS kota Salatiga tahun 2010, bahwa secara makro ekonomi PDRB Kota Salatiga paling banyak disumbang dari bidang industri pengolahan dan bidang
perdagangan, hotel dan restoran sebanyak 19,72 dan 19,63. Selain itu Kota Salatiga memiliki banyak ragam kuliner baik khasasli milik Salatiga maupun
kuliner lainnya. Sedikitnya Kota Salatiga memiliki 15 lebih usaha kuliner yang terkenal bukan melalui nama atau desain tempat yang bagus dan nyaman untuk
dijadikan tempat berkumpul, namun karena cita rasanya yang lezat.
Seiring dengan waktu
seksi pariwisata Kota Salatiga saat ini sedang mengalami kendala, yaitu kurangnya ketersediaan media promosi bagi wisata kuliner Salatiga. Hal
tersebut terjadi karena kurangnya Sumber Daya Manusia SDM dalam pariwisata Kota Salatiga. Disisi lain media promosi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kunjungan para wisatawan dan untuk meningkatkan pendapatan daerah Kota Salatiga, selain itu media promosi juga digunakan sebagai sarana untuk
memperkenalkan wisata kuliner yang ada di Kota Salatiga bagi masyarakat yang belum mengetahuinya. Buku dipilih dalam media promosi wisata kuliner karena
dengan menggunakan media buku dirasa cukup efisien, seperti dalam pembuatan kalender kegiatan Kota Salatiga juga dibuat ke dalam bentuk buku.
Menurut Prasetyo, dalam industri penerbitan masa kini, buku selalu mempunyai peran sebagai media informasi bagi para pembaca. Selama manusia
masih membutuhkan informasi, maka buku cetak masih akan terus ada sampai kapanpun. Buku cetak ataupun
e-book
memiliki tujuan dan fungsi yang sama,
hanya medianya saja yang berbeda [3]. Buku dengan teknik
pop up
merupakan suatu buku yang sangat jarang untuk ditemui, dan buku ini memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Mulai
dari tampilan gambar yang lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah
bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang dapat
12
mengeluarkan bunyi. Hal lain yang membuat buku
pop up
menarik dan berbeda dari buku biasa adalah buku ini memberikan kejutan-kejutan dalam setiap
halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Pembaca seperti menjadi bagian dari hal tersebut karena mereka memiliki andil
ketika mereka membuka halaman buku. Buku
pop up
mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita, sehingga
dapat lebih terasa dan lebih tersampaikan dengan baik [4]. Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dibuatlah sebuah media promosi
tentang wisata kuliner dengan merancang sebuah buku
pop up
yang digunakan sebagai media promosi untuk memperkenalkan wisata kuliner Kota Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka