12
mengeluarkan bunyi. Hal lain yang membuat buku
pop up
menarik dan berbeda dari buku biasa adalah buku ini memberikan kejutan-kejutan dalam setiap
halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Pembaca seperti menjadi bagian dari hal tersebut karena mereka memiliki andil
ketika mereka membuka halaman buku. Buku
pop up
mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita, sehingga
dapat lebih terasa dan lebih tersampaikan dengan baik [4]. Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dibuatlah sebuah media promosi
tentang wisata kuliner dengan merancang sebuah buku
pop up
yang digunakan sebagai media promosi untuk memperkenalkan wisata kuliner Kota Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Suhardinoto yang berjudul perancangan buku wisata kuliner pulau Lombok dan Promosinya. Latar belakang
masalah dari penelitian tersebut yaitu, saat ini banyak sekali bermunculan restoran yang lebih modern dan menawarkan makanan dengan taraf internasional maupun
makanan dari kota lain yang membuat makanan khas Lombok ini mulai dilupakan dan tertutup oleh makanan luar. Metode perancangan yang digunakan untuk
memilih media yang tepat yaitu melakukan observasi langsung, metode wawancara kepada sumber tempat makan, penyebaran angket kepada para
masyarakat lokal dan asing, serta analisis SWOT. Perancangan buku tentang wisata kuliner pulau Lombok dirancang menggunakan teknik fotografi. Buku
tersebut merupakan jenis buku panduan, dan disajikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris [5].
Terdapat pula penelitian dari Harjanto dengan judul perancangan buku panduan wisata kuliner Kota Surakarta. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Kota Surakarta merupakan kota yang terkenal dengan kulinernya, dan di kota tersebut juga disediakan tempat yang bernama “Galabo” Gladag Langen Bogan,
disana wisatawan dapat menikmati makanan khas kuliner Kota Surakarta, tetapi sayangnya banyak penjual galabo yang menjual harga makanannya dengan harga
berlipat-lipat dari harga aslinya, sehingga membuat galabo menjadi sepi pengunjung. Hal tersebut membuat para wisatawan menjadi ingin pergi
mengunjungi tempat asli yang menjual makanan khas Surakarta dengan harga yang sesuai dan rasa serta suasana aslinya. Buku panduan wisata sangat
dibutuhkan, karena belum ada buku di toko buku yang memberikan informasi secara lengkap khususnya yang membahas mengenai wisata kuliner di Kota
Surakarta. Buku panduan wisata kuliner ini memiliki pembeda dengan buku panduan lainnya, yaitu adanya bentuk buku elektronik yang membantu wisatawan
untuk lebih mudah mendapatkan informasi wisata kuliner khas kota Surakarta melalui alat elektronik seperti
gadget
. Metode perancangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan orang-orang yang terkait dengan objek
yang dirancang, lalu observasi penelitian mengenai kuliner khas Surakarta, dan yang terakhir melakukan metode kepustakaan [6].
Penelitian selanjutnya oleh Natalia dengan judul perancangan
destination branding
Kota Salatiga melalui kuliner. Latar belakang dari penelitian tersebut yaitu, seiring dengan berjalannya waktu keindahan Kota Salatiga semakin
13
memudar dan pada akhirnya Kota Salatiga kehilangan identitasnya. Karena hilangnya identitas tersebut, saat ini Kota Salatiga tidak memiliki identitas yang
sangat mewakili citra Kota Salatiga. Salatiga saat ini belum mempunyai
brand
untuk kuliner, sehingga kuliner cocok untuk dijadikan
destination branding
bagi Kota Salatiga. Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan
menggunakan pengumpulan data kualitatif yang terdiri dari tinjauan pustaka,
in
-
depth interview
,
interview
khusus, observasi, teknik pencarian, dan menggunakan metode analisis 5W+1H. Perancangan
destination branding
ini menghasilkan sebuah logo yang berguna untuk membuat
branding
kuliner Kota Salatiga, selain itu dalam perancangan ini juga menghasilkan sebuah media promosi yang berupa
buku panduan wisata, poster, baliho, iklan koran dan majalah,
website
dan media sosial [7].
Ketiga penelitian tersebut sama-sama menghasilkan media berupa buku yang membahas mengenai wisata kuliner, dua diantaranya membahas tempat yang
berbeda. Salah satu penelitian dari Natalia, sama-sama membahas mengenai Kota Salatiga, selain menghasilkan sebuah buku panduan juga menghasilkan sebuah
logo dan media promosi baik cetak maupun
online
yang digunakan sebagai parancangan
destination branding
Kota Salatiga melalui kuliner. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada teknik yang digunakan dalam pembuatan buku.
Dari ketiga penelitian tersebut menggunakan media berupa buku dengan ilustrasi berupa fotografi, sedangkan penelitian ini membuat sebuah perancangan buku
dengan menambahkan fotografi ke dalam teknik
pop up
. Penelitian ini membuat sebuah perancangan tentang buku
pop up
sebagai media promosi wisata kuliner Kota Salatiga. Media dapat diartikan sebagai sarana
yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu, terkhusus dalam promosi ada media seperti televisi, surat kabar, radio, dan bukumajalah, sedangkan promosi
adalah koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan
jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Untuk berpromosi dibutuhkan juga penentuan
target audience
,
target audience
dapat diartikan sebagai memilih satu atau beberapa segmen konsumen yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan
pemasaran dan promosi. Segmentasi
target audience
dalam perancangan buku
pop up
wisata kuliner ini didasarkan pada segmentasi demografis dilihat dari jenis kelamin yaitu
laki-laki dan perempuan, kemudian dilihat dari usia yaitu usia 25-50 tahun, dan status kelas sosial ekonomi yaitu kelas menengah. Segmentasi geografis dilihat
dari wilayah target yaitu Indonesia dan geografis daerah perkotaan. Segmentasi psikografis dilihat dari gaya hidup konsumen yaitu konsumen mempunyai rasa
ingin tahu yang tinggi tentang wisata kuliner, konsumen cenderung berwisata kuliner [8].
Proses komunikasi dari suatu media promosi terhadap penetapan respon
audience
dapat ditetapkan melalui teori AIDA
attention
,
interest
,
desire
,
action
yaitu alat penyampaian suatu pesan yang ideal kepada konsumen dimana melalui suatu tahapan yang terdiri dari perhatian
attentionawareness
, ketertarikan
interest
, minat
desire
, dan mengambil tindakan
action
.
Attention
Perhatian Menimbulkan perhatian pelanggan berarti sebuah pesan harus dapat menimbulkan
14
perhatian baik dalam bentuk dan media yang disampaikan. Di mana perhatian itu bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen atau konsumen yang
akan dijadikan target sasaran. Hal tersebut dapat dikemukan lewat tulisan dan gambar yang menonjol dan jelas, perkataan yang menarik atau mudah diingat, dan
mempunyai karakteristik tersendiri. Pesan yang menarik perhatian merupakan suatu langkah awal bagi perusahaan dimana pesan tersebut akan dikenal,
diketahui, dan diingat oleh konsumen. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai proses
awareness
kesadaran akan adanya produk yang disampaikan ke konsumen.
Interest
Ketertarikan berarti pesan yang disampaikan menimbulkan perasaan ingin tahu, ingin mengamati, dan ingin mendengar serta melihat lebih seksama.
Hal tersebut terjadi karena adanya minat yang menarik perhatian konsumen akan pesan yang ditunjukkan.
Desire
Keinginan Pemikiran terjadi dari adanya keinginan. Hal ini berkaitan dengan motif dan motivasi konsumen dalam membeli
suatu produk. Motif pembelian dibedakan menjadi 2, yaitu motif rasional dan emosional. Dimana motif rasional mempertimbangkan konsumen akan
keuntungan dan kerugian yang didapatkan. Sedangkan motif emosional terjadi akibat emosi akan pembelian produk.
Action
Tindakan terjadi dengan adanya keinginan kuat konsumen sehingga terjadi pengambilan keputusan dalam
melakukan pembeli produk yang ditawarkan [9]. Buku
pop up
merupakan suatu buku dengan gaya yang memberikan hiburan melalui gambar ilustrasi, yang bisa berubah, bergerak ataupun timbul,
pada halaman kertasnya. Tampilan buku
pop up
sangat menarik karena mempunyai unsur tiga dimensi dan kinetik. Berikut akan dijelaskan mengenai
beberapa teknik
pop up,
antara lain
Lift the flap
dikemas dengan menyusunmenumpuk beberapa kertas, lalu mengunci salah satu sisi susunan
kertas dan menyisakan sebagian besar bagian kertas agar dapat dibuka dan ditutup kembali.
Internal stand
merupakan teknik
pop up
yang menerapkan sudut 90º, ketika halaman dibuka objek akan lebih nampak [10].
V-fold
atau
valley fold
yaitu lipatan yang berbentuk sudut ‘v’ kurang dari 90º, dengan sudut kurang dari 90º
lipatan dapat berdiri sendiri.
Parallelogram
yaitu sudut yang ketika dibuka akan membentuk sudut yang sama.
Rotating window
merupakan suatu lingkaran yang diberi lubang semacam jendela yang berisi gambar dan ketika lingkaran tersebut
digerakan, pada bagian poros akan berputar dan dapat mengubah gambar pada jendela lingkaran tersebut.
Slide
merupakan suatu mekanis kertas yang dapat menggerakan gambar ketika ditarik.
Slide
memiliki komponen diantaranya ada
parallel
,
pull
, dan
flab
[11]. Dari beberapa teknik
pop up
yang ada tidak semua
pop up
memiliki bentuk yang timbul, ada beberapa
pop up
yang hanya bisa digeser dan dibuka. Dari dasar inilah, kita perlu memahami bahwa
pop up
tidak selalu tampil dengan bentuk yang timbul, melainkan tampil dengan gerakan yang
menimbulkan kesan seperti timbulberdimensi. Berikut ini dapat dilihat beberapa teknik
pop up
pada gambar 1.
Gambar 1 Teknik
pop up
15
Untuk mendukung sebuah pembuatan buku
pop up
diperlukan sebuah
layout. Layout
berfungsi mengatur tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konseppesan yang dibawanya.
Definisi
layout
dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan me-
layout
itu sama dengan mende
sain” [12]. Salah satu unsur penting dalam
layout
adalah tipografi. Tipografi sebaiknya tidak dipahami sebatas memilih jenis huruf. Tipografi adalah
soal mengorganisasikan huruf dalam arti tak sebatas memilih jenis huruf yang cocok untuk
headline
,
subheadline
,
body text
,
caption
, dan lain-lain. Pengorganisasian di sini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar
kata, spasi, termasuk memastikan bentukanatomi huruf yang sebaiknya memiliki perbedaan dengan angka misalkan huruf i kapital sebaiknya tidak sama dengan
angka 1. Pemilihan jenis huruf juga dengan memerhatikan kelengkapan seri huruf seperti
regular
,
bold
,
bold italic
, dan
italic
. Tipografi dimaknai sebagai: segala displin yang berkenaan dengan huruf [13].
Beberapa elemen pendukung
layout
yang lainnya, adalah elemen visual. Elemen visual adalah semua elemen yang tidak berhubungan dengan teks dan
dapat terlihat dalam suatu
layout
. Ilustrasi visual atau yang lebih dikenal dengan kata lain ilustrasi yaitu suatu gambar dapat berupa foto atau lukisan untuk
membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya; dapat juga bermakna gambar, desain, diagram untuk penghias halaman sampul [14]. Ilustrasi yang
digunakan dalam perancangan buku wisata kuliner adalah ilustrasi foto yang kemudian diterapkan dalam teknik
pop up
. Perancangan buku
pop up
ini membuat tentang wisata kuliner kota Salatiga. Wisata kuliner dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang memanfaatkan
masakan beserta suasana lingkungannya sebagai objek tujuan wisata [15]. 3.
Metode Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
metode campuran
mixing method
. Pengumpulan data ini menggunakan pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif, dimana pendekatan kualitatif
menekankan pada makna, penalaran, definisi atas suatu situasi tertentu dalam keterikatan konteks tertentu dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut
harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi masing-masing variabel agar dapat diukur.
Metode campuran digunakan dalam penelitian ini supaya memperoleh data yang sesuai dengan masing-masing kebutuhannya. Metode campuran yang
digunakan hanya dibatasi pada teknik pengujian saja, karena untuk pengujian produk dibutuhkan suatu data yang valid. Pengumpulan data dilakukan secara
kualitatif supaya memperoleh informasi mengenai wisata kuliner secara mendalam.
Strategi desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Linear Strategy
.
Linear strategy
menetapkan urutan logis dalam suatu perancangan yang sederhana
16
dan relatif sudah dipahami komponennya
[16].
Tahapan penelitian untuk proses perancangan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Tahapan-tahapan penelitian
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian adalah pengumpulan data. Dalam tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap
beberapa sumber diantaranya kepala seksi pariwisata Kota Salatiga, masyarakat yang menjadi wisatawan, dan penjual makanan yang menjadi sasaran dalam
pembuatan buku. Kriteria wisatawan yang dijadikan sebagai responden, dapat dilihat berdasarkan segmentasi yang didasarkan pada segmentasi demografis
dilihat dari jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, kemudian dilihat dari usia yaitu usia dewasa, dan status kelas sosial ekonomi yaitu kelas menengah.
Segmentasi geografis dilihat dari wilayah target yaitu Jawa Tengah dan geografis daerah perkotaan. Segmentasi psikografis dilihat dari gaya hidup konsumen yaitu
konsumen mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi tentang wisata kuliner, konsumen cenderung berwisata kuliner. Wawancara yang pertama dilakukan
dengan kepala seksi pariwisata Kota Salatiga untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan wisata kuliner Kota Salatiga. Hasil yang didapat melalui
wawancara dengan kepala seksi pariwisata Kota Salatiga adalah data mengenai tempat-tempat wisata kuliner Kota Salatiga, kemudian data mengenai kuliner khas
yang terdiri dari tumpang koyor, enting-enting gepuk, ronde, keripik paru dan getuk kethek. Selain itu didapat juga kuliner yang paling banyak diminati
wisatawan yaitu sate kambing muda, sate suruh, gula kacang, tumpang koyor dan enting-enting gepuk. Hasil wawancara lainnya juga didapatkan hasil bahwa media
promosi yang dibutuhkan bagi wisata kuliner Kota Salatiga adalah media yang mampu menjelaskan dan memberi informasi mengenai wisata kuliner Kota
Salatiga. Buku yang dibuat sebagai media promosi ini, dibuat dengan ukuran besar yaitu 29x30, selain itu media dengan ukuran tersebut akan sangat
dibutuhkan di lokasi-lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan, seperti rumah makantempat wisata kuliner dan hotel. Menurut hasil observasi dari seksi
pariwisata Kota Salatiga,
target audience
yang digunakan untuk media promosi wisata kuliner tersebut adalah usia 25-50 tahun, hal tersebut dipilih berdasarkan
usia produktif seseorang. Usia produktif adalah usia seseorang yang sudah matang secara fisik dan sedang pada puncak aktivitasnya. Selanjutnya, dilakukan
wawancara dengan beberapa wisatawan yang dilakukan secara
random
, terkait seberapa tahu masyarakat tentang wisata kuliner Kota Salatiga. Hasil yang didapat
yaitu belum semua wisatawan mengetahui seutuhnya tentang wisata kuliner Kota Salatiga, kemudian wisatawan tidak pernah menjumpai media promosi dari
pemerintah mengenai wisata kuliner di Kota Salatiga. Dari wawancara juga didapatkan hasil bahwa wisatawan lebih menyukai suatu media promosi yang
mampu dilihat secara nyata, dalam arti dipegang daripada melihat suatu media promosi yang hanya dilihat dalam bentuk
digital
. Wisatawan juga menyukai
Tahap 1 Pengumpulan data
Tahap 2 Analisis data
Tahap 3 Perancangan Produk
Tahap 4 Pengujian
17
dengan adanya media promosi yang berbentuk buku yang bisa menjelaskan tentang wisata kuliner melalui suatu teknik yang berbeda. Buku dengan teknik
pop up
lebih dipilih wisatawan dengan alasan buku dengan teknik ini jauh lebih menarik daripada buku biasa. Teknik
pop up
sebaiknya diterapkan ke dalam masing-masing kuliner agar kuliner lebih dipahami karakteristiknya oleh
wisatawan. Hasil wawancara lainnya juga menyatakan bahwa para wisatawan membutuhkan informasi yang akan digunakan dalam penyampaian suatu media
promosi. Kebutuhan informasi tersebut antara lain, alamat lokasi kuliner, jam buka, harga kuliner, dan yang terakhir gambar kuliner.
Tahap kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data. Pada tahap ini dilakukan analisis hasil wawancara kepala seksi pariwisata dan analisis
hasil wawancara wisatawan. Hasil analisis dari wawancara terhadap kepala seksi pariwisata Kota Salatiga yaitu, mengenai kuliner yang akan digunakan ke dalam
media promosi wisata kuliner Kota Salatiga. Kuliner yang terpilih dan masuk dalam daftar buku adalah 8 kuliner, yang ditentukan berdasarkan kekhasan kuliner
dan kuliner yang diminati oleh masyarakat. Pemilihan penempatan media promosi tersebut, ditentukan berdasarkan daya jangkau oleh masyarakat, supaya tepat pada
sasaran dan media dapat tersampaikan dengan baik dan penentuan ukuran buku ditentukan berdasarkan implementasi buku tersebut. Seksi pariwisata Kota
Salatiga membutuhkan suatu media promosi, terkhusus media promosi bagi wisata kuliner yang mampu membantu untuk mewujudkan Kota Salatiga sebagai
kota tujuan pariwisata. Analisis data berikutnya menunjukkan bahwa kurangnya media promosi sebagai sarana informasi mengenai wisata kuliner Kota Salatiga,
mengakibatkan wisatawan belum mengetahui seutuhnya tentang kuliner Kota Salatiga, mengingat kebutuhan wisatawan mengenai media yang berfungsi
sebagai media promosi, yang juga memberikan informasi. Wisatawan membutuhkan informasi-informasi seperti jam buka, harga, alamat serta foto
makanan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa baik masyarakat Kota Salatiga maupun wisatawan membutuhkan media promosi wisata kuliner Kota
Salatiga. Wisatawan menginginkan suatu media promosi yang berbeda, dalam arti menarik minat masyarakat untuk mencoba kuliner tersebut, sehingga teknik
pop up
dipilih dalam pembuatan buku ini. Tahap ketiga dalam proses penelitian ini adalah perancangan produk.
Sebelum melakukan perancangan produk dibuat suatu bagan yang dapat digunakan untuk menentukan alur yang akan dibuat dalam perancangan buku
pop up
wisata kuliner kota Salatiga. Berikut dapat dilihat alur perancangan produk pada gambar 3.
Gambar 3 Alur perancangan buku
pop up
wisata kuliner kota Salatiga
Hal yang pertama dilakukan dalam proses perancangan buku
pop up
adalah melakukan perancangan konsep. Konsep yang sudah dirancang kemudian
Perancangan Konsep
Sketsa
F inal project
Evaluasi Dummy
Pop Up
18
dituangkan ke dalam sketsa. Mulai dari sketsa pembuatan
cover
buku, konten buku beserta
layout
buku. Tahap perancangan dilakukan juga observasi ke beberapa tempat wisata
kuliner yang ada di Kota Salatiga. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui segala informasi yang terkait mengenai wisata kuliner Kota Salatiga, termasuk
dalam pembuatan konsep. Hasil yang diperoleh melalui observasi adalah informasi mengenai asal makanan, cara pembuatan, bahan makanan, daftar harga
makanan, jam buka tempat makan, alamat lokasi kuliner, serta foto-foto mengenai kuliner tersebut. Berikut hasil data visual yang didapat melalui observasi, dapat
dilihat melalui gambar 4.
Gambar 4 Data visual hasil observasi
Konsep yang diterapkan pada buku ini adalah ingin menampilkan sisi tradisional. Tradisional disini adalah tradisional dari segi pembuatan yang masih
tergolong alami, kemudian dari sisi budaya karena Kota Salatiga memiliki budaya yang beragam tetapi Kota ini selalu memiliki kerukunan. Pada konsep
perancangan ini juga ingin menunjukan sisi keramahan dan keakraban yang dimiliki oleh masyarakat Kota Salatiga, melalui wisata kulinernya dan suasana
yang dimiliki oleh Kota Salatiga.
Untuk halaman isi buku, dibuat dengan menggunakan teknik
pop up.
Teknik
pop up
disini dipilih karena selain menarik juga berfungsi untuk menunjukan bahwa masing-masing kuliner memiliki suatu kelebihan yang menonjolyang
menjadi daya tarik dari kuliner tersebut
. Pop
up yang digunakan disini adalah
pop up
interaktif. Tujuan dari
pop up
interaktif tersebut adalah supaya buku
pop up
tersebut bisa dimainkan dan mengurangi kebosanan pada saat menunggu di
lobby
hotel dan di tempat makan. Buku
pop up
tentang wisata kuliner ini dibuat dengan ukuran 29x30 cm. Ukuran tersebut digunakan karena untuk segi keamanan dari
buku tersebut jika diletakkan di tempat umum. Konten dari buku ini berisi tentang 8 wisata kuliner Kota Salatiga. Halaman
isi dari buku ini ditentukan berdasarkan dari harga jual makanan yang paling rendah kemudian diteruskan sampai harga yang paling tinggi dan juga ditentukan
berdasarkan jam buka dari warung makan atau toko tersebut. Bagian konten buku juga dijelaskan mengenai daftar harga, jam buka, dan alamat tempat kuliner.
Makanan yang dipilih untuk perancangan buku adalah makanan-makanan yang khas dan menjadi daya tarik bagi wisatawan, dengan menjelaskan makanan
tersebut sesuai dengan ciri khas dan cara penyajiannya. Makanan yang ditampilkan antara lain :
19
1. Gula kacang adalah makanan yang terbuat dari bahan kacang tanah dan
gula jawa, terkadang makanan ini juga diberi campuran jahe untuk menambah rasa.
Teknik
pop up
yang digunakan untuk makanan ini adalah teknik
v-folding
dan
internal stand.
Konsep
pop up
yang digunakan dalam makanan gula kacang ini adalah makanan gula kacang ini tersaji dalam suatu piring bambu dan di
sampingnya terdapat juga anglo tempat pembuatan gula kacang tersebut, dan ketika pada halaman gula kacang dibuka akan tersaji gula kacang,
bahan-bahan pembuatannya dan terlihat juga anglo pembuatannya.Tujuan dari
pop up
tersebut adalah untuk menunjukkan gula kacang khas Salatiga yang tebal dan memiliki campuran yang khas berupa jahe, serta cara
pembuatan gula kacang yang masih tradisional. Berikut dapat dilihat pada gambar 5, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
gula kacang.
Gambar 5 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
gula kacang
2. Wedang ronde adalah minuman hangat yang terbuat dari jahe, selain itu
minuman ini juga memiliki isi yang berupa kacang tanah, agar-agar, kolang-kaling, dan yang terakhir ronde itu sendiri. Ronde sendiri terbuat
dari tepung ketan yang diisi dengan gula jawa yang diberi sedikit kacang.
Teknik
pop up
yang digunakan untuk makanan ini adalah teknik 3D. Konsep
pop up
yang digunakan dalam minuman ini adalah menyajikan wedang ronde pada sebuah meja. Wedang ronde diletakkan di atas meja
kemudian dalam meja tersebut juga disajikan bahan dari wedang ronde dan beberapa jenis ronde yang ada di Salatiga. Ketika salah satu penutup
pada bagian penjelasan wedang ronde dibuka akan muncul lagi ronde dengan ukuran kecil yang menjadi khas kota Salatiga, dan ketika penutup
lain dibuka akan muncul kembali wedang ronde yang berbeda. Tujuan dari
pop up
tersebut adalah ingin menunjukkan macam-macam wedang ronde yang ada di Salatiga dengan berbagai kekhasannya. Berikut dapat dilihat
pada gambar 6, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
wedang ronde.
Gambar 6 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
wedang ronde
3. Koyor adalah makanan yang terbuat dari bagian otot hewan sapi, selain itu
rasa dari makanan ini juga tergolong pedas. Makanan ini biasanya disajikan dengan campuran tahu yang disebut tumpang koyor. Dapat
20
disajikan juga dengan menggunakan gudeg, sayur rebus daun pepaya, pepaya muda, daun singkong.
Teknik
pop up
yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik
v-folding,
dan
internal stand.
Konsep
pop up
yang akan digunakan untuk makanan ini adalah ketika pada halaman makanan ini dibuka akan tersaji beberapa tumpang koyor
dengan kekhasannya yaitu sayur rebusnya beserta daun sebagai alas untuk penyajiannya. Ditampilkan pula bahan-bahan yang menjadi khas yang
digunakan dalam pembuatan tumpang koyor. Tujuan dari
pop up
tersebut adalah ingin menunjukkan bahan serta kekhasan tumpang koyor yang
dimiliki kota Salatiga. Berikut dapat dilihat pada gambar 7, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
tumpang koyor.
Gambar 7 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
tumpang koyor
4. Getuk kethek adalah makanan yang terbuat dari bahan singkong. Getuk
kethek memiliki dua jenis yaitu getuk kethek kukus dan getuk kethek
goreng. Teknik
pop up
yang digunakan dalam makanan getuk kethek adalah teknik 3D.
Konsep
pop up
yang akan digunakan dalam makanan getuk ini adalah ketika pada halaman makanan getuk kethek dibuka akan tersaji kemasan
getuk kethek yang berbentuk persegi, kemudian ketika kemasan dibuka akan terlihat makanan getuk kethek tersebut. Di samping sisi kemasan
getuk kethek juga ditampilkan bahan-bahan dari getuk kethek. Bahan- bahan dari getuk ketek tersebut diterapkan ke dalam
pop up slide
, ketika salah satu panah ditarik dapat diketahui bahan tersebut dan cara
mendapatkannya. Tujuan dari
pop up
tersebut adalah ingin menunjukkan ciri khas kemasan getuk Salatiga , isi dan ukuran getuk kethek. Berikut
dapat dilihat pada gambar 8, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
getuk kethek.
Gambar 8 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
getuk kethek
5. Enting-enting gepuk adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar kacang
tanah dan di campur dengan gula pasir yang sudah menjadi gulali dan dicetak berbentuk prisma segitiga.
Teknik
pop up
yang digunakan pada makanan enting-enting gepuk ini adalah teknik
pop up v-folding
dan
lift the flap
. Konsep
pop up
yang
21
digunakan dalam makanan enting-enting gepuk adalah ingin menunjukan enting-enting gepuk melalui kemasan, isi serta bentuk makanan yang khas.
Ketika pada bagian halaman enting-enting dibuka akan muncul enting- enting gepuk dengan beberapa kemasan yaitu kemasan utama dan kemasan
pendamping yang digunakan untuk kemasan isi. Lalu pada sisi
background
untuk
pop up
tersebut dipilih
background
klenteng, karena klenteng merupakan salah satu merk enting-enting pertama di Salatiga dan
di area sepanjang depan klenteng merupakan pusat penjualan oleh-oleh yang salah satunya adalah enting-enting gepuk. Selain itu ketika membuka
bagian
pop up
enting-enting akan muncul juga
pop up
enting-enting dengan ukuran aslinya beserta kemasannya. Tujuan dari
pop up
tersebut adalah mengetahui jenis kemasan yang menjadi khas dan supaya ketika
kemasan sekunder dibuka dapat diketahui bentuk dan isi dari enting-enting gepuk. Berikut dapat dilihat pada gambar 9, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
enting-enting gepuk.
Gambar 9 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
enting-enting gepuk
6. Sate suruh adalah yang menyajikan beberapa menu sate, diantaranya
adalah sate sapi yang menjadi menu khas, sate ayam dan sate campur daging dan lemak. Sate ini memiliki ciri khas tersendiri dibanding sate
yang lainnya, yaitu dari segi bumbu satenya yang terbuat dari bahan rempah-rempah.
Teknik
pop up
yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik
parallel slide
. Konsep
pop up
yang digunakan dalam makanan sate suruh ini adalah makanan sate suruh tersaji dalam sebuah meja makan, kemudian makanan
sate tersebut dibuat timbul supaya makanan terlihat lebih nyata dan menonjolkan sate tersebut. Pada meja tersebut juga disajikan lontong dan
kacang serta kunyit sebagai bahan pelengkap sate. Selain itu salah satu gambar sate dapat ditarik, dengan tujuan untuk menunjukan sate yang
masih berbumbu rempah-rempah dan berwarna kuning. Berikut dapat dilihat pada gambar 10, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
sate suruh.
Gambar 10 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
sate suruh
22
7. Keripik paru adalah makanan yang terbuat dari bahan paru sapi dan
biasanya dicampur dengan tepung, tetapi ada juga keripik paru yang dijual tanpa menggunakan tepung.
Teknik
pop up
yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik
v-folding
dan
internal stand.
Konsep
pop up
yang digunakan dalam keripik paru adalah keripik paru ditampilkan dengan menggunakan kemasannya, kemudian disajikan juga
keripik paru yang sudah tanpa kemasan dan dimasukkan ke dalam keranjang, hal tersebut untuk menunjukkan tekstur dari makanan tersebut.
Tujuan dari penerapan pop up tersebut adalah ingin menunjukan tekstur atau tampilan khas dari keripik paru Salatiga. Berikut dapat dilihat pada
gambar 11, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
keripik paru.
Gambar 11 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
keripik paru
8. Sate kambing muda adalah makanan yang terbuat dari hewan kambing
yang masih berusia dibawah satu tahun. Teknik
pop up
yang digunakan dalam makanan ini adalah teknik
v-folding
,
internal stand dan lift the flap.
Konsep
pop up
yang digunakan dalam makanan sate kambing muda adalah ketika halaman sate kambing muda dibuka akan muncul
pop up
yang berbentuk rumah dan berisi pembuatan sate, kemudian sate yang sudah tersaji, nasi serta bahan pendamping sate. Dipilih model
pop up
rumah dengan tujuan ingin menunjukkan bahwa sate kambing muda blotongan ini dijual di rumah makan dan tidak ada yang dijual di kaki
lima, selain itu agar dapat diketahui proses pembuatan sate yang menggunakan bahan dasar daging yang masih bagus, dan ditampilkan juga
hasil sate yang sudah jadi beserta sambal pendamping serta bahan pendamping. Berikut dapat dilihat pada gambar 12, desain
layout
, teknik
pop up
dan penerapan teknik
pop up
sate kambing muda.
Gambar 12 Sketsa desain l
ayout
dan
pop up
sate kambing muda
Cover
buku yang digunakan dalam perancangan ini menggunakan ilustrasi fotografi. Ilustrasi yang dipilih dan digunakan dalam
cover
buku bagian depan adalah ronde, getuk ketek dan sate. Pemilihan ketiga kuliner tersebut didasarkan
pada hasil wawancara dengan kepala seksi pariwisata Kota Salatiga, dipilih ketiga
23
kuliner tersebut karena kuliner tersebut merupakan kuliner yang diminati dan dicari oleh para wisatawan.
Cover
buku bagian belakang menggunakan ilustrasi sate dan bagian depan menggunakan ilustrasi ronde dan getuk. Judul yang
digunakan dan dipilih dalam buku ini adalah “Jelajah Kuliner Salatiga”. Judul
tersebut dipilih karena buku tersebut berisi tentang perjalanan wisata kuliner Kota Salatiga. Judul tersebut bisa sedikit menjelaskan kepada pembaca bahwa isi dari
buku adalah tentang wisata kuliner Kota Salatiga. Untuk desain sampul buku
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Sampul buku depan dan belakang
Ilustrasi pada perancangan media ini menggunakan ilustrasi yang berbentuk fotografi. Ilustrasi dengan bentuk fotografi dipilih karena bentuk ilustrasi tersebut
dapat menampilkan ilustrasi seperti gambar aslinya. Fotografi dirasa dapat menampilkan gambar seperti bentuk aslinya dan dapat menarik perhatian para
pembaca buku melalui gambar-gambar makanan yang akan ditampilkan pada perancangan ini. Ilustrasi foto dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Contoh Ilustrasi Foto
Jika membahas sebuah teks, pastinya akan dibahas juga mengenai tipografi. Tipografi yang digunakan dalam perancangan ini adalah jenis huruf
script
dan
sans serif
. Huruf jenis
script
dipilih karena jenis huruf ini memiliki kesan yang ramah dan akrab. Sedangkan huruf
sans serif
dipilih karena kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini modern, kontemporer dan efisien. Pada bagian
judul buku dipilih
font wrestlemania
kemudian bagian penulisan per bab digunakan
font blenda script
dan yang terakhir pada bagian konten buku digunakan
font segoe ui light
. Ketiga font tersebut dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Contoh
Font
yang digunakan
24
Pada tahap selanjutnya dilakukan evaluasi desain terhadap bapak Nunung Suparna, selaku desain grafis di PT. Intan Pariwara. Adapun hasil evaluasi
tersebut yang pertama dari sisi pembuatan buku secara keseluruhan, buku harus diberi garis sisiran sebanyak 0,3 mm, kemudian untuk bagian sampul buku
mengubah
font
dengan diberi tambahan berupa
outline
dan ditambah dengan
shadow
agar terlihat kontras dengan warna
background
yang digunakan. Bagian samping lipatan buku diberi tambahan berupa judul buku. Foto yang digunakan
dalam sampul diberi bayangan agar lebih menimbulkan kesan nyata. Bagian konten buku ditambahkan sebuah prelim, yang tersusun atas halaman judul,
halaman
copyright
, halaman kata pengantar dan yang terakhir halaman daftar isi. Terakhir isi dari buku, alur baca yang digunakan sudah sesuai dengan alur baca
yang jelas dan mudah dipahami, tetapi pada bagian judul masing-masing bab gunakan warna yang menyala agar menjadi daya tarik dalam membaca.
Hasil dari revisi sampul buku pada bagian kiri buku sebelum direvisi dan bagian kanan setelah direvisi.
Gambar 16 Sampul buku sebelum dan sesudah direvisi
Tambahan evaluasi berupa pembuatan halaman prelim, yang terdiri dari halaman judul,
copyright
, kata pengantar dan daftar isi.
Gambar 17 Revisi penambahan halaman prelim dalam buku
Evaluasi yang kedua dilakukan dengan kepala seksi pariwisata Kota Salatiga. Hasil dari evaluasi tersebut menyatakan bahwa buku
pop up
wisata kuliner Kota Salatiga sudah bisa dijadikan sebagai sarana media promosi bagi
wisata kuliner Kota Salatiga. Media promosi ini tergolong media promosi yang cukup unik, karena dikemas dengan menggunakan suatu teknik yang berbeda. Hal
tersebut bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Media buku ini bisa digunakan pada saat melakukan promosi di luar kota, dan diletakkan pada
hotel, lokasi wisata kuliner beserta objek-objek wisata yang ada di Kota Salatiga. Dalam evaluasi ini juga dilakukan evaluasi mengenai narasi yang terdapat dalam
buku. Beberapa evaluasi tersebut, adalah evaluasi pada bagian wedang ronde pengubahan kata bahan dasar ke dalam bumbu yang digunakan, pada bagian getuk
khetek ditambahkan narasi bahan pembuatan dan yang terakhir pada bagian sate
25
kambing muda ditambahkan narasi berupa letak kuliner sate kambing berdasarkan kelurahan dan kecamatan.
4. Hasil dan Pembahasan