ANALISIS KANDUNGAN KIMIA INFUSA TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi terutama di negara-

  negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di tengah masyarakat Indonesia. Iklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur salah satunya dari golongan Candida.

  Candida albicans dikenal sebagai kapang dimorfik yang secara normal ada

  pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Jumlah populasi Candida albicans yang meningkat dapat menyebabkan beberapa penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh genus Candida disebut Kandidiasis yang dapat bersifat akut atau sub akut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, dan paru-paru, terkadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis (Simatupang, 2009).

  Saat ini banyak tersedia obat antifungi untuk pemakaian oral maupun topikal sebagai terapi Kandidiasis. Pengobatan Kandidiasis umumnya menggunakan antifungi yang menghambat ergosterol pada membran sel khamir seperti Nistatin. Penggunaan Nistatin yang berlebih dan secara terus-menerus dapat meningkatnya resistensi pada kapang. Selain itu, penggunaan Nistatin yang

  (Indriana, 2006 dan Ridawati, 2011). Hal tersebut menyebabkan masyarakat masih mengharapkan antifungal yang berasal dari bahan-bahan alami sebagai alternatif pengobatan.

  Penggunaan obat tradisional memiliki beberapa keuntungan diantaranya murah, tidak memerlukan bahan kimia, dan tidak ada efek samping seperti dalam penggunaan obat sintetik. Banyak tanaman yang memiliki aktifitas antifungi yang kuat dengan efek samping yang rendah. Aktifitas tanaman sebagai antifungi belum banyak diketahui oleh masyarakat. Salah satu tanaman yang memiliki aktifitas antifungi adalah tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) (Chakraborty et. al., 2007).

  Sangket merupakan tanaman semak dari famili Lamiaceae. Sangket banyak tumbuh di tanah basah seperti di sawah, semak-semak, dan pekarangan rumah. Tanaman sangket sekilas mirip dengan bayam, namun jika telah dilihat dengan seksama akan tampak banyak perbedaan. Daun sangket berbentuk segitiga dengan pangkal dan ujung meruncing, tepi daun bergerigi halus, memiliki tulang daun menyirip dan berwarna hijau muda, sedangkan daun bayam berbentuk bulat telur dengan pangkal meruncing dan ujung daun yang tumpul, tepi daun rata dan berwarna hijau tua (Wardani, 2001). Tanaman dari famili Lamiaceae terkenal dengan kandungan senyawa polifenol yang merupakan senyawa aktif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan virus (Bais, et al, 2002).

  Populasi tanaman sangket sangat melimpah di area persawahan di kabupaten Tulungagung. Masyarakat kabupaten Tulungagung mayoritas bekerja sebagai petani, sedangkan keberadaan tanaman sangket hanya dianggap sebagai menutupi seluruh area persawahan pada musim pascapanen, dan hanya sebagian kecil yang meggunakannya sebagai obat tradisional. Masyarakat kabupaten Tulungagung khususnya kecamatan Campurdarat sudah memanfaatkan air rebusan herba sangket sebagai obat penurun panas, sedangkan berdasarkan sumber tertulis (Afin, 2013) daun sangket bermanfaat untuk menyembuhkan sariawan, mengobati reumatik, menurunkan demam, mengobati sakit jantung, menyembuhkan diare, dan mengobati migrain. Salah satu dari penyakit yang dapat diobati oleh tanaman sangket yaitu sariawan. Salah satu sebab munculnya sariawan dikarenakan jamur Candida albicans yang memiliki sifat patologik ketika daya tahan tubuh menurun.

  Tanaman sangket dikenal sebagai tanaman obat yang memiliki daya anti bakteri dan daya antifungal yang tinggi. Daya hambat dan daya bunuh yang dimiliki oleh suatu tanaman obat ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya adalah konsentrasi. Konsentrasi dapat mempengaruhi suatu senyawa bersifat fungisida atau fungistatik, pada umumnya konsentrasi akan menjadikan suatu senyawa bersifat fungisida sedangkan waktu yang lebih pendek dapat menjadikan suatu senyawa bersifat fungistatis (Volk dan Wheeler, 1988).

  Penelitian-penelitian yang dilakukan secara in vitro berbahan dasar daun sangket menunjukkan bahwa kandungan senyawa kimia yang diekstraksi dengan pelarut metanol berupa Volatile basil oil, phenolic acids, glikosida, senyawa polifenol, Caffeic acid, dan Rosmarinic acid (Chakraborty et. al., 2007).

  Senyawa-senyawa tersebut berkhasiat sebagai antifungal, dan antimicrobial (Chakraborty et. al., 2007). Ekstrak daun sangket dapat menghambat pertumbuhan

  

Bacillus subtilis, dan Micrococcus leuteus, serta sebagai antifungal pada

Fusarium oxysporum, Aspergillus niger, dan Helminthosporium oryzae

  (Chakraborty et. al., 2007).

  Meskipun air rebusan tanaman sangket sudah diketahui khasiatnya sebagai pengobatan, namun kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam infusa tanaman sangket belum banyak diketahui, sedangkan ekstraksi bahan herbal menggunakan etanol, khloroform, ataupun metanol kurang dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Masyarakat lebih mengenal penggunaan bahan obat melalui air rebusan tanaman. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan ekstrak infusa tanaman sangket dan uji efektivitas antifungal infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.)

  Moench) dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans secara in vitro

2. Mengetahui konsentrasi infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.)

  Moench) yang paling efektif dalam membunuh Candida albicans secara in vitro

  3. Mengidentifikasi senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench)

  C. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Ada pengaruh pemberian infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans secara in vitro

  2. Ada pengaruh perbedaan konsentrasi infusa tanaman sangket (Basilicum

  polystachyon (L.) Moench) terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans secara in vitro D. Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Untuk menambah wawasan dalam bidang Mikrobiologi, khususnya tentang daya antifungal tanaman sangket sebagai tanaman berkhasiat obat.

  2. Untuk menambah wawasan masyarakat tentang khasiat infusa tanaman sangket sekaligus meningkatkan nilai ekonomi tanaman sangket.

  3. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai tanaman sangket terhadap penghambatan Candida albicans secara in vivo.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

  1. Ruang lingkup penelitian ini adalah: a.

  Konsentrasi hambat minimum (KHM) ditentukan berdasarkan hasil pengamatan tingkat kekeruhan Candida albicans yang ditumbuhkan dalam media tabung yang telah dicampur dengan ekstrak sangket dengan berbagai konsentrasi. b.

  Konsentrasi bunuh minimum (KBM) ditentukan dengan menghitung jumlah koloni jamur yang tumbuh pada media SDA.

  c.

  Ekstrak infusa tanaman sangket diperoleh melalui metode infusa.

  2. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: a.

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) yang tumbuh liar di alam.

  b.

  Biakan bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni

  Candida albicans yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

  c.

  Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini ialah 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50% dilakukan sebanyak 3 ulangan.

  d.

  Kandungan senyawa kimia yang diuji pada infusa tanaman sangket meliputi Alkaloid, Flavonoid, Glikosida, Saponin, dan Tanin.

F. Asumsi Penelitian

  Pelaksanaan penelitian ini menggunakan asumsi sebagai berikut:

  1. Semua tanaman sangket yang diambil mempunyai kandungan senyawa kimia yang sama.

  2. Jumlah Candida albicans yang diujikan dengan tube dilution method pada

  6 media Sabouraud cair memiliki jumlah sel yang sama yakni 1 x 10 CFU/ml.

G. Definisi Operasional 1.

  Penelitian dilakukan dalam tabung uji atau media kultur di laboratorium secara In vitro.

  2. Pembuatan ekstrak tanaman sangket menggunakan metode infusa yakni sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi seluruh bagian tanaman sangket dengan pelarut aquades pada suhu 90°C selama 15 menit.

  3. Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi minimal ekstrak infusa sangket yang mampu menghambat pertumbuhan jamur uji Candida albicans yang diukur berdasarkan tingkat kekeruhan ekstrak tanaman sangket dengan berbagai konsentrasi yang telah yang dicampur dengan suspensi Candida

  albicans.

  4. Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasi minimum ekstrak infusa sangket yang mampu membunuh jamur uji Candida albicans yang diukur dengan menghitung jumlah koloni C. albicans yang tumbuh pada media SDA.

5. Larutan kontrol negatif adalah larutan kontrol yang berisi aquades, dan larutan

  ®

  kontrol positif adalah larutan kontrol yang berisi Kandistatin Nistatin 100.000 IU.

  6. Kandungan kimia ekstrak infusa tanaman sangket merupakan senyawa yang memiliki kemampuan antifungal yang terkandung dalam infusa tanaman sangket mencakup Alkaloid, Flavonoid, Glikosida, Saponin, dan Tanin yang diuji dengan metode kualitatif.