ANALISIS KANDUNGAN KIMIA INFUSA TANAMAN 001

  

ANALISIS KANDUNGAN KIMIA INFUSA TANAMAN SANGKET ( Basilicum

polystachyon (L.) Moench) DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIFUNGAL INFUSA

TANAMAN SANGKET TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN

  

Candida albicans SECARA IN VITRO

Nur Azizah, Endang Suarsini, Sitoresmi Prabaningtyas

  

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang

E-mail: azizah_purwanto@yahoo.com

ABSTRAK: Tanaman sangket merupakan tanaman herbal yang memiliki senyawa

antifungal yaitu senyawa polifenol, namun penelitian tentang kandungan kimia

infusa tanaman sangket belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk

membuktikan bahwa infusa tanaman sangket dalam beberapa macam konsentrasi

memiliki efek antifungal terhadap Candida albicans secara in vitro dan untuk

mengetahui kandungan senyawa kimia infusa tanaman sangket. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan metode dilusi tabung.

Analisis uji kandungan kimia infusa tanaman sangket dilakukan dengan metode

kualitatif. Kelompok perlakuan yaitu kelompok jamur yang diberi ekstrak infusa

tanaman sangket dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%,

45%, dan 50%. Kontrol negatif menggunakan konsentrasi 0% dan kontrol positif

menggunakan Nistatin 100.000 IU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar

Hambat Minimal (KHM) tidak dapat ditentukan dengan metode dilusi tabung,

sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM) diperoleh pada 50%. Kesimpulan

penelitian ini yaitu ekstrak infusa tanaman sangket berpengaruh terhadap

penghambatan pertumbuhan Candida albicans, dengan KBM 50% atau 50 mg/ml.

Kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam infusa tanaman sangket adalah

alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin.

  Kata kunci : KHM, KBM, Candida albicans, infusa tanaman sangket PENDAHULUAN

  Candida albicans dikenal sebagai kapang dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia.

  Jumlah populasi Candida albicans yang meningkat dapat menyebabkan beberapa penyakit salah satunya adalah Kandidiasis (Simatupang, 2009). Pengobatan Kandidiasis umumnya menggunakan antifungi yang menghambat ergosterol pada membran sel khamir seperti Nistatin. Penggunaan Nistatin yang berlebih dan secara terus-menerus dapat meningkatnya resistensi pada kapang. Selain itu, penggunaan Nistatin yang berlebih dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan diare (Indriana, 2006 dan Ridawati, 2011). Hal tersebut menyebabkan masyarakat masih mengharapkan antifungal yang berasal dari bahan-bahan alami sebagai alternatif pengobatan. Banyak tanaman yang memiliki aktifitas antifungi yang kuat dengan efek samping yang rendah namun belum banyak diketahui oleh masyarakat. Salah satu tanaman yang memiliki aktifitas antifungi adalah tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) (Chakraborty et. al., 2007). Tanaman sangket merupakan tanaman dari famili Lamiaceae terkenal dengan kandungan senyawa polifenol yang merupakan senyawa aktif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan virus (Bais, et al, 2002).

  Penelitian yang dilakukan secara in vitro berbahan dasar daun sangket menunjukkan bahwa kandungan senyawa kimia yang diekstraksi dengan pelarut metanol berupa Volatile basil oil, phenolic acids, glikosida, senyawa polifenol, Caffeic

  

acid, dan Rosmarinic acid (Chakraborty et. al., 2007). Namun kandungan senyawa

  kimia tanaman sangket yang diekstraksi dengan pelarut air belum banyak diketahui, sedangkan ekstraksi bahan herbal menggunakan etanol, khloroform, ataupun metanol kurang dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Masyarakat lebih mengenal penggunaan bahan obat melalui air rebusan tanaman. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan ekstrak infusa tanaman sangket dan uji efektivitas antifungal infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode

  

Tube Dilution Test untuk membuktikan pengaruh ekstrak infusa tanaman sangket

  (Basilicum polystachyon (L.) Moench) terhadap penghambatan pertumbuhan Candida

  

albicans secara in vitro, sedangkan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam

  infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) dilakukan identifikasi senyawa kimia secara kualitatif.

  Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak infusa tanaman sangket dalam berbagai macam konsentrasi. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pertumbuhan koloni Candida albicans yang tumbuh pada media SDA yang telah diperlakukan dengan air rebusan infusa tanaman sangket dalam berbagai konsentrasi. Variabel terkendali pada penelitian ini merupakan variabel yang diusahakan sama untuk tiap perlakuan meliputi suhu, lama inkubasi, dan umur biakan Candida albicans.

  Penyiapan Suspensi Candida albicans

  Prosedur penelitian pertama-tama adalah penyiapan suspensi Candida albicans dengan melakukan pengenceran biakan Candida albicans dengan larutan PZ (NaCl 0,9%) untuk memperoleh jumlah koloni >10<100 koloni. Selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat dengan cara mengambil biakan C. albicans sebanyak 1 ose, lalu dilarutkan dalam 1 mL NaCl 0,9% dan dihomogenkan, sehingga diperoleh larutan

  • 1
  • 1

  dengan tingkat pengenceran 10 . Larutan pada tingkat pengenceran 10 diambil sebanyak 1 ml dan dihomogenkan dengan 9 ml NaCl 0,9%, sehingga diperoleh larutan

  • 2

  dengan tingkat pengenceran 10 , begitu seterusnya sampai pada tingkat pengenceran

  • 8

  10 . Disiapkan suspensi Candida albicans untuk pengujian efektivitas ekstrak infusa tanaman sangket menggunakan tube dilution method dengan konsentrasi biakan

6 Candida albicans sebesar 10 CFU/mL dengan cara menyiapkan 4 tabung yang diisi 9

  ml media Sabouraud cair, kemudian mengambil 1 ml larutan dari tingkat pengenceran

  • 8

  10 dan dimasukkan ke dalam tabung berisi Sabouraud cair, sehingga didapatkan

  • 1 -1

  tingkat pengenceran 10 , dari tingkat pengenceran 10 diambil 1 ml dan dihomogenkan

  • 4

  dengan tabung 2, begitu seterusnya sampai tingkat pengenceran 10 . Larutan uji pada semua tabung ditanam pada media lempeng SDA, kemudian diinkubasi pada suhu 37 C

  • 4

  selama 1x24 jam. Larutan pada pengenceran 10 memiliki jumlah koloni Candida

  

albicans sebanyak 15 koloni, sehingga digunakan untuk menyiapkan suspensi Candida

albicans.

  Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Tanaman Sangket Pembuatan ekstrak tanaman sangket dilakukan menggunakan metode infusa.

  Prosedurnya yaitu menimbang tanaman sangket sebanyak 100 gram, dicuci dengan air mengalir dan dibilas dengan aquades steril. Tanaman sangket selanjutnya dirajang menjadi potongan kecil menggunakan pisau steril kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer steril dan ditambah dengan aquades steril sebanyak 100 ml. Pemanasan dilakukan di dalam waterbath dengan suhu 90 C selama 15 menit. Setelah 15 menit ekstrak infusa disaring selagi panas menggunakan kain saring steril sehingga didapatkan konsentrasi infusa herba sangket 100%. Selanjutnya dibuat pengenceran dalam berbagai konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% dengan menambahkan aquades steril. Larutan kontrol negatif (-) menggunakan konsentrasi 0% dan larutan kontrol positif (+) menggunakan 1 ml Nistatin 100.000 IU (anti jamur).

  Uji Dilusi Tabung

  Uji efektivitas ekstrak infusa herba sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) terhadap pertumbuhan Candida albicans dilakukan dengan mencari nilai

  

Minimum Inhibition Concentration (MIC) dengan tube dilution method, yaitu

  konsentrasi terkecil yang dapat membunuh Candida albicans (Bailey dan Scott’s,

  1994). Langkah kerjanya adalah dengan menyiapkan 12 tabung reaksi larutan dan diisi dengan aquades, Nistatin 100.000 IU, dan larutan konsentrasi infusa tanaman sangket 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% masing-masing sebanyak 1 ml. Ditambahkan 1 ml suspensi Candida albicans pada masing-masing tabung, sehingga konsentrasi ekstrak infusa tanaman sangket berubah menjadi setengahnya yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%.

  5 Suspensi Candida albicans menjadi setengah pengencerannya yaitu 5x10 CFU/mL.

  Larutan dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 1x24 jam kemudian dilihat kekeruhannya untuk menentukan nilai KHM. Masing-masing larutan diambil sebanyak 0,1 ml dan diinokulasikan pada media lempeng SDA, kemudian diinkubasi kembali selama 1x24 jam pada suhu 37

  C. Jumlah koloni yang tumbuh pada media lempeng SDA dihitung dengan menggunakan colony

  counter yang selanjutnya digunakan untuk melihat nilai KBM.

  Identifikasi Kandungan Kimia

  Identifikasi kandungan kimia tanaman sangket menggunakan metode yang dimodifikasi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1980, 164-168). Uji Alkaloid dengan cara mengambil 9 ml air ekstrak infusa tanaman sangket dan 1 ml HCl

  2 N. Campuran dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, 10 tetes filtrat dipindahkan dan ditambah 2 tetes Dragendrof. Uji Flavonoid menggunakan air seduhan sebanyak 2 ml dipindahkan dalam tabung reaksi dan ditambah 0,1 gram sebuk Mg, 1-2 ml etanol 95%, dan 10 tetes HCl pekat. Uji Glikosida dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 0,1 ml dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2

  

2

  4

  ml aquades, 5 tetes Molisch, dan 2 ml H SO pekat secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi. Uji Saponin dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 10 ml dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Uji Tanin dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 1 ml dan dipindahkan ke atas

  

3

plat tetes lalu ditambah beberapa tetes FeCl 1%.

HASIL DAN ANALISIS

  Hasil penelitian pengaruh tanaman sangket terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans berupa tingkat kekeruhan dan data perhitungan jumlah koloni, sedangkan hasil uji kandungan kimia tanaman sangket secara kualitatif dianalisis secara deskriptif.

  Hasil Uji Dilusi Tabung

  Hasil uji antimikroba dengan Tube Dilution Method pada campuran infusa tanaman sangket dan C. albicans dalam media SDA dilihat kekeruhannya setelah diinkubasi selama 24 jam pada 37

  C. Berdasarkan hasil pengamatan, semua tabung menunjukkan kekeruhan seperti terlihat pada Gambar 1.

   50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%

Gambar 1. Perlakuan Berbagai Konsentrasi Infusa Tanaman Sangket terhadap Candida albicans

  Penyebab dari kekeruhan ini antara lain karena kandungan kimia yang terkandung dalam daun sangket, sehingga Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada tanaman sangket tidak dapat ditentukan berdasarkan tingkat kekeruhan. Berdasarkan hasil rerata konsentrasi 0% menunjukkan pertumbuhan koloni C. albicans yang paling tinggi, namun pada konsentrasi selanjutnya penurunan jumlah koloni C. albicans tidak stabil, yakni mengalami kenaikan dan penurunan jumlah koloni pada konsentrasi 5%- 30%, sedangkan pada konsentrasi 35%-50% terjadi penurunan jumlah koloni secara bertahap (semakin menurun) seperti yang terlihat pada grafik di Gambar 2. Jumlah koloni pada konsentrasi 50% menurun sampai 0 koloni. Nistatin 100.000 IU berperan sebagai kontrol positif pada perlakuan dan tidak menunjukkan adanya pertumbuhan jumlah koloni setelah ditanam pada media SDA.

  

Gambar 2. Grafik Rata-Rata Jumlah Koloni Candida albicans terhadap Konsentrasi Infusa

Tanaman Sangket

  Data pertumbuhan jumlah koloni ditransformasi terlebih dahulu dengan transformasi square root dengan rumus perhitungan √� + 0,5 yang selanjutnya dianalisis dengan Analisis Varian satu jalur (Anava Tunggal). Hasil penghitungan jumlah koloni jamur Candida albicans yang diperoleh berdasarkan 3 kali pengulangan kemudian dianalisa dengan software SPSS 16. Uji statistik yang digunakan adalah uji Anava tunggal, jika hasil perhitungan signifikan maka dilanjutkan dengan uji BNT 1%. Uji Korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan pemberian perlakuan konsentrasi infusa tanaman sangket dengan jumlah koloni jamur Candida albicans. Uji Regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan infusa tanaman sangket terhadap koloni jamur Candida albicans. Semua analisa data dihitung berdasarkan batas kerpercayaan 95%. Artinya, kemungkinan kesalahan hasil penelitian berkisar 5%. Ringkasan Anava pengaruh pertumbuhan koloni C. albicans terhadap infusa tanaman sangket disajikan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Ringkasan Analisis Varian Pertumbuhan Koloni

  C. albicans terhadap Infusa Tanaman Sangket SK db JK KT F hitung F 0,05 F 0,01 Sig.

  Perlakuan 11 723,082 65,735 7,35 2,22 3,09 0,000 Galat 24 214,560 8,940 Total 35 937,643

  Berdasarkan hasil uji Anava pada Tabel 2 didapatkan nilai signifikansi 0,000 (α < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan pengaruh pada pemberian tiap konsentrasi infusa tanaman sangket terhadap pertumbuhan jamur C. albicans. Hasil perhitungan Anava didapatkan nilai yang signifikan, sehingga perlu dilakukan uji lanjut BNT. Uji lanjut BNT dengan taraf signifikasi 1% digunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh tiap konsentrasi terhadap jumlah koloni Candida albicans. Hasil perhitungan uji lanjut BNT 1% adalah 6,80.

  Hasil uji lanjut rerata konsentrasi 0% (18,36) menuju 30% (9,93) menunjukkan penurunan jumlah koloni yang paling besar jika dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji signifikansinya yang menunjukkan bahwa konsentrasi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya. Konsentrasi 5%, 40%, 45% dan 50% memiliki notasi yang sama dengan Nistatin 100.000 IU, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiganya memiliki kemampuan yang sama dalam menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans.

  Gambar 3. Grafik Analisis Regresi Pertumbuhan Koloni

  C. albicans terhadap Konsentrasi Infusa Tanaman Sangket

  Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel konsentrasi dan jumlah koloni. Hasil Uji korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi

  

Pearson yaitu r = -0,668. Tanda negatif menunjukkan hubungan yang terbalik yaitu

  semakin tinggi konsentrasi infusa tanaman sangket semakin sedikit jumlah koloni jamur yang tumbuh, dan sebaliknya. Nilai 0,668 menunjukkan bahwa koefisien korelasinya sangat kuat (nilai lebih dari 0,5). Bila nilai koefisien korelasi signifikan, usaha selanjutnya yaitu melihat bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dengan menggunakan analisis regresi. Grafik analisis regresi pertumbuhan koloni Candida

  albicans terhadap konsentrasi infusa tanaman sangket disajikan pada Gambar 3.

  2 Hasil uji Regresi didapatkan koefisien korelasi R Square (r ) sebesar 0,446.

  Angka ini menunjukkan besarnya derajat keeratan hubungan antara konsentrasi infusa tanaman sangket dengan jumlah koloni Candida albicans yaitu 44,6%. Hal ini berarti kontribusi pemberian infusa tanaman sangket dalam menurunkan jumlah koloni jamur

  

Candida albicans sebesar 44,6%. Sedangkan 55,4% lainnya dipengaruhi oleh faktor

  lain, misalnya karena proses ekstraksi yang hanya sebatas ekstraksi secara panas (infusa) menggunakan pelarut aquades, sehingga komponen senyawa antifungal yang berperan hanya senyawa yang larut dalam air.

  Hubungan antara perbedaan konsentrasi ekstrak infusa tanaman sangket dengan pertumbuhan koloni jamur Candida albicans dapat dinyatakan dengan rumus Y = 11,625 – 0,133X. Tanda pengurangan (-) pada persamaan regresi di atas berarti bahwa setiap penambahan konsentrasi ekstrak infusa tanaman sangket akan mengakibatkan penurunan jumlah koloni. Persamaan tersebut juga dapat diinterpretasikan apabila tidak ada variabel konsentrasi (X= 0), maka jumlah koloni (Y) akan meningkat sebanyak 11,625 kali. Sehingga dapat disimpulkan jumlah koloni Candida albicans akan meningkat sebanyak 11,625 kali tanpa adanya variabel konsentrasi.

  Hasil Uji Identifikasi Kandungan Kimia

  Berdasarkan data uji kandungan kimia infusa tanaman sangket menunjukkan bahwa infusa tanaman sangket mengandung Alkaloid, Flavonoid, Glikosida, Saponin, dan Tanin. Kelima hasil uji kandungan kimia menunjukkan reaksi yang positif. Uji alkaloid dibuktikan dengn adanya endapan merah di dasar tabung reaksi. Uji flavonoid dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi kuning jingga. Uji glikosida dibuktikan dengan adanya cincin ungu pada batas cairan. Uji saponin dibuktikan dengan adanya buih setinggi 1 cm, dan uji tanin dibuktikan dengan perubahan warna arutan menjadi hijau sampai biru kehitaman.

  PEMBAHASAN

  Kadar Hambat Minimum (KHM) infusa tanaman sangket terhadap pertumbuhan

  

C. albicans tidak dapat ditentukan berdasarkan tingkat kekeruhan. Penyebab dari

kekeruhan ini antara lain karena senyawa saponin yang terkandung dalam daun sangket.

  Beberapa saponin ternyata mempunyai sifat asam, karena adanya gugus karboksil pada aglikon dan atau gugus gula. Menurut Suhardi (1992), kelarutan protein akan meningkat jika diberi perlakuan asam yang berlebih. Ini terjadi karena ion positif pada asam yang menyebabkan protein yang semula bemuatan netral atau nol menjadi bermuatan positif yang menyebabkan kelarutannya bertambah, sehingga tabung menjadi keruh. Jadi, perbedaan kekeruhan bukan disebabkan oleh ada atau tidaknya jamur tetapi karena konsentrasi ekstrak. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka tingkat kekeruhan semakin tinggi. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pelczar & Chan (1998: 489) bahwa keefektifan suatu senyawa antimikroba dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi semakin meningkat pula daya antimikroba, sebab dengan konsentrasi tinggi memungkinkan penyebaran zat-zat dalam menghambat atau membunuh mikroorganisme semakin efektif.

  Konsentrasi 50% memberikan pengaruh terhadap penurunan jumlah koloni jamur yang paling besar, akan tetapi hasil uji signifikansi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 45%, 40%, dan 5%. Jumlah koloni terkecil pada perlakuan terdapat pada konsentrasi 50% atau 50 mg/ml, sedangkan konsentrasi Nistatin yang digunakan sebagai kontrol positif sebesar 100.000 IU atau sama dengan 1 mg/ml. Keduanya dapat membunuh Candida albicans dibuktikan dengan tidak adanya koloni yang tumbuh pada media SDA setelah perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi infusa tanaman sangket sebesar 50 mg/ml memiliki kemampuan setara dengan Nistatin 100.000 IU dalam membunuh Candida albicans.

  Kandungan kimia yang terdapat dalam infusa tanaman sangket adalah Alkaloid, Flavonoid, Glikosida, Saponin, dan Tanin. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik. Kemampuan infusa tanaman sangket dalam membunuh Candida albicans kemungkinan disebabkan oleh adanya zat aktif yang terkandung dalam tanaman sangket. Senyawa antijamur pada tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) bekerja secara konsorsium atau bersama-sama membunuh C. albicans melalui mekanisme perusakan dinding sel jamur, mempengaruhi sterol membran plasma sel jamur, dan sintesis asam nukleat (Gubbins, 2009).

  Mekanisme penghambatan pertumbuhan Candida albicans diawali oleh adanya senyawa kimia yang merusak struktur dinding sel pada C. albicans. Komponen dinding sel C. albicans tersusun atas mannoproteins, kitin, dan α dan ß glukan. Senyawa yang dapat merusak komponen dinding sel C. albicans diantaranya senyawa tanin dan fenol, seperti yang dijelaskan oleh Agnol et. al., (2003) bahwa tanin telah dibuktikan dapat membentuk kompleks senyawa yang irreversibel dengan prolin (suatu protein lengkap), yang mana ikatan ini mempunyai efek penghambatan sintesis protein untuk pembentukan dinding sel. Sedangkan fenol bekerja dengan cara merusak dan menembus dinding sel Candida albicans (Rahmawati, 2012). Akibatnya C. albicans mengalami kerusakan dinding sel dan menyebabkan senyawa antifungi dapat masuk ke dalam tubuh C. albicans dan merusak komponen yang terdapat di dalam.

  Lapisan yang terdapat setelah dinding sel Candida albicans adalah membran plasma. Salah satu senyawa kimia yang dapat merusak membran C. albicans adalah saponin. Saponin mempunyai kerja merusak membran plasma dari jamur. Senyawa saponin dapat merusak sel membran sitoplasma Candida albicans dengan cara meningkatkan permeabilitas membran sel jamur. Saponin dapat terkondensasi pada permukaan suatu benda atau cairan dikarenakan memiliki gugus hidrokarbon yang larut lemak (berada pada membran sel), sehingga dapat menyebabkan sel-sel pada membran sitoplasma lisis (Hopkins,1999).

  Setelah merusak komponen dinding sel dan membran plasma, senyawa fenol dapat mengendapkan protein sel yang terlarut dalam sitoplasma. Komponen fenol juga dapat mendenaturasi enzim terlarut di dalam sitoplasma yang ikut berperan dalam metabolisme sel Candida albicans. Senyawa antifungi selanjutnya dapat dengan mudah memasuki membran inti sel nukleus melalui pori-pori nukleus (nuclear pore) dan mengganggu sintesis asam nukleat C. albicans dengan cara menterminasi secara dini rantai RNA dan menginterupsi sintesis DNA (Gubbins, 2009). Senyawa flavonoid di dalam inti sel C. albicans akan mengendapkan protein yang tersusun atas asam amino sebagai hasil translasi dari RNA. Gangguan pada pembentukan partikel protein dapat mencegah proses sintesis protein di dalam inti sel sehingga menyebabkan kematian pada sel Candida albicans (Donald, et. al, 1975).

  PENUTUP Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian infusa tanaman sangket dalam berbagai macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans. Pemberian infusa tanaman sangket dengan konsentrasi 50% memberikan pengaruh paling besar, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 45%, 40%, dan 5% dalam menghambat pertumbuhan Candida

  

albicans. Hasil identifikasi kandungan senyawa kimia infusa tanaman sangket yang

bersifat antifungal yaitu Alkaloid, Flavonoid, Glikosida, Saponin, dan Tanin.

  Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut.

  Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh tanaman sangket terhadap

  

Candida albicans lebih lanjut yaitu secara in vivo. Perlu dilakukan penelitian lanjutan

  sejenis tentang pengaruh infusa tanaman sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) terhadap mikroorganisme patogen lain. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang analisis secara fitokimia agar menghasilkan data kandungan senyawa kimia tanaman sangket secara kuantitatif.

DAFTAR RUJUKAN

  Afin, T. 2013. Daun Dahsyat: Pencegahan dan Penyembuh Penyakit. Katahati: Jogjakarta Agnol R, Ferraz A, Bernardi AP, Albring D, Nor C, Sarmento L, Lamb L, Hass M.

  2003. Antimicrobial Activity of some Hypericum species. Journal of Phytomedicine 10: 141-147. Bailey dan Scott’s. 1994. Diagnostic Microbiology. Ninth Edition. New Yok: Mosby Bais, H. P., Walker, T. S., Schweizer, H. P., Vivanco, J. M. 2002. Root Specific

  Elicitation and Antimicrobial Activity of Rosmarinic Acid In Hairy Root Culture of Ocimum basilicum. Journal of Plant Physiol Biochem. 40:983

  Chakraborty, D., Mandal, S.M., Chakraborty, J., Bhattacharyaa, P.K., Bandyopadhyay,

  A., Mitra, A., Gupta, K. 2007. Antimicrobial Activity of Leaf Extract of Basilicum polystachyon (L) Moench. Indian Journal of Experimental Biology. Vol. 45: 744-748

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia. Jakarta: Dirjen POM

  Donald, I. Patt & Gail, R. Patt. 1975. An Introduction to Modern Genetics. Philippines: Addison-Wesley. p179

  th Evans, W. C. 2008. Trease and Evans Pharmacognosy 15 Edition. Edinburg-London.

  New York. Philadelpia. St Lois. Sydney-Toronto: W.B.Saunders Elsevier. Gubbins PO, Anaissie EJ. 2009. Antifungal Therapy. In: Anaissie EJ, McGinn MR,

  nd Pfaller. Clinical Mycology. 2 Ed. China: Elsevier. p161-196 nd

  Hopkins, W.G. 1999. Introduction to Plant Physiology, 2 edition. New York: John Wiley and Sons, Inc

  Indriana, 2006. Uji Banding Efektivitas Ekstrak Rimpang Temu Kunci (Kaempferia

  pandurata Roxb) 10% dengan Ketokonazol 2% Secara In Vitro Pertumbuhan Candida albicans pada Candidiasis Vaginalis. Thesis: Fakultas Kedokteran.

  Universitas Diponegoro, Semarang Pelczar, M. J., Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah. Rahmawati, A., Al-Anwary, N., Sasongkowati, R. 2012. Pengaruh Pemberian Infusa

  Jintan Hitam (Nigella sativa Linn) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Analis Kesehatan Sains Vol. 1 (1): 16-20. Ridawati, Jenie, B. S. L., Juwita, I., Sjamsuridjal, W. 2011. Aktivitas Antifungal

  Minyak Atsiri Jinten Putih terhadap Candida parapsilosis Ss25, C. orthopsilosis Nn14, C. metapsilosis Mp27, dan C. etchellsii Mp18. Makara, Sains, Vol. 15 (1): 58-62

  Simatupang, M. M. 2009. Candida albicans. USU Repository: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

  Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit

  ITB Press Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press