Uji Potensi Larvasida Fraksi Ekstrak Daun Dandang Gendis Terhadap Larva Instar III Nyamuk Aedes aegypti

UJI POTENSI LARVASIDA FRAKSI EKSTRAK DAUN
Clinacanthus nutans L. TERHADAP LARVA INSTAR
III NYAMUK Aedes aegypti

ADE ANDRIANI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
ADE ANDRIANI. Uji Potensi Larvasida Ekstrak Daun Dandang Gendis Terhadap Larva
Nyamuk Instar III Aedes aegypti. Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan UPIK
KESUMAWATI HADI.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyebab penyakit demam berdarah
(DBD) yang telah menewaskan banyak orang di berbagai wilayah, terutama wilayah
tropis dan subtropis. Pemberantasan vektor penyebab penyakit ini diharapkan dapat
mengurangi bertambahnya penderita DBD. Penelitian ini bertujuan menguji potensi
aktivitas larvasida daun dandang gendis terhadap larva instar III nyamuk Ae. aegypti.

Uji aktivitas larvasida dilakukan terhadap ekstrak etanol dan ekstrak n-heksana. Nilai
LC50 diperoleh setelah pengamatan 72 jam. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh
bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas larvasida lebih tinggi dengan LC50 444.48 ppm
dibandingkan dengan ekstrak n-heksana yang memiliki LC50 879.96 ppm. Ekstrak etanol
kemudian difraksinasi menggunakan flash chromatography dengan fase diam silika gel
dan fase gerak etil asetat:n-heksana (8:2) dan diperoleh fraksi 1-6. Keenam fraksi tersebut
diuji kembali potensi aktivitas larvasidanya dan diperoleh fraksi 2 merupakan fraksi
teraktif dengan LC50 133.43 ppm dalam 72 jam. Hasil tersebut masih cukup jauh jika
dibandingkan dengan larvasida komersial temefos yang dapat menyebabkan kematian
100% dalam 24 jam. Hasil analisis kromatografi lapis tipis dua dimensi diperoleh bahwa
fraksi 2 bukan merupakan komponen tunggal. Berdasarkan analisis spektrum inframerah,
fraksi aktif diduga mengandung senyawa yang memiliki gugus fungsi aromatik, karbonil,
dan hidroksil sedangkan uji fitokimia terhadap fraksi 2 menunjukkan uji positif terhadap
alkaloid.
ABSTRACT
ADE ANDRIANI. Larvacidal Potency Assay of Clinacathus nutans L. Leaves Extract
Against The third-instar larvae Aedes aegypti. Supervised by DUDI TOHIR and UPIK
KESUMAWATI HADI.
The mosquito Aedes aegypti is being the vector responsible for dengue fever that
caused many people died in tropical and subtropical region. The vector extermination of

this causing disease has expected can reduce the growing of people suffered dengue
fever. The purpose of this research was to determine the potency larvacidal activity of
Clinacanthus nutans L. leaves against the third-instar larvae of Ae. aegypti. Larvacidal
activity assay has conducted to the ethanol and n-hexane extract of Cinacanthus nutans
L. leaves. LC50 value obtained from experiment after 72 hours observation. According to
the result, extract ethanol with LC50 444.48 ppm has larvacidal activity higher than
hexane extract with LC50 879.96 ppm. Then extract ethanol was fractionated using flash
chromatography with silica gel as stationary phase and acetic ethyl acetic:n-hexane (8:2)
as mobile phase and its produce fraction 1-6. All of fractions were assayed its larvacidal
activity potencies and obtained fraction 2 was the most active fraction with LC50 133.43
ppm in 72 hours. This result was still not satisfied if compared with temephos as a
positive control causing 100% death in 24 hours. The analysis of result thin layer
chromatography showed that fraction 2 was still not single component. Based on infrared
spectrum analysis, active fraction has assumed containing aromatic, carbonil, and
hydroksil functional groups while phytochemical assay to fraction 2 showed positive test
for alkaloid.

UJI POTENSI LARVASIDA FRAKSI EKSTRAK DAUN
Clinacanthus nutans L. TERHADAP LARVA INSTAR
III NYAMUK Aedes aegypti


ADE ANDRIANI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul : Uji Potensi Larvasida Fraksi Ekstrak Daun Dandang Gendis Terhadap Larva
Instar III Nyamuk Aedes aegypti
Nama : Ade Andriani
NIM : G44204062

Menyetujui:


Pembimbing I,

Drs. Dudi Tohir, MS.
NIP 131 851 277

Pembimbing II,

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS.
NIP 131 415 083

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 131 578 806

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Alhamdulillahirobil’alamin, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilakukan
selama bulan Februari 2008 sampai Agustus 2008, tema yang dipilih ialah Uji Potensi
Larvasida Fraksi Ekstrak Daun Dandang Gendis Terhadap Larva Instar III Nyamuk
Aedes aegypti
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Dudi Tohir, MS. dan Ibu Dr. drh.
Upik Kesumawati Hadi, MS. selaku pembimbing atas segala saran, kritik, dorongan, dan
bimbingannya selama penelitian dan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Pak Sabur, IbuYeni, Ibu Aah, Pak Eman, Mbak Adew
serta seluruh staf Kimia Organik, terutama Kak Budi dan Kak Tuti, atas fasilitas dan
kemudahan yang diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Bapak Nanang dan
Bapak Opik atas bantuannya selama penulis mengadakan penelitian di Laboratorium
Parasitologi dan Entomologi, FKH. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman seperjuangan di Laboratorium Kimia Organik (Rini, Dedi,
deon,Panji dan lain-lain) serta rekan-rekan di Pondok Molekul (Adem, Ai, Eka, Enggar,
Fitri, Maipa, Mbak Rita, Niken, Nindy) juga rekan-rekan BUD Kabupaten Cianjur (Ima
dan Dini) atas semangat dan saran selama penelitian.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Seluruh aparat Kesra Pemda Kabupaten
Cianjur terutama Bapak Dudun abdullah, Ibu Siti, dan Bapak Maman atas segala bantuan

dan fasilitas yang diberikan.Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada orang tua tercinta (Mama dan Bapak), kakak dan adikku (Teh Ine dan
Elin), sahabat terbaikku (Tanti), Wa Eni, Keluarga Nuralamsyah, Keluarga besar Bapak
Didung, Sahabat-sahabatku di Cianjur (Bunga, Winwin, Dian) atas kasih sayang,
dorongan dan doanya, serta semua teman-teman angkatan 41 khususnya Anah, Irma, Ela
dan Budi atas dukungan dan kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

Ade Andriani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur tanggal 4 April 1985 dari ayah Muhidin dan ibu Ninah
Maemunah. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cianjur dan pada tahun yang sama lulus
dari seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Penulis memilih
Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia
Organik Layanan ITP, Praktikum Kimia Organik (PKO) Program S1 Kimia, Kimia Dasar

TPB, Analisis Komponen Utama Aktif Program Diploma IPB, Kimia Organik Program
Diploma IPB, Asisten Dosen Kimia Organik I, dan Asisten Dosen Kimia Organik II.
Pada tahun 2006, penulis melaksanakan praktik lapangan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

vii

PENDAHULUAN ..............................................................................................


1

TINJAUAN PUSTAKA
Dandang gendis ..........................................................................................
Ae. aegypti .................................................................................................
Insektisida Nabati .......................................................................................
Senyawa Bioaktif........................................................................................
Ekstraksi .....................................................................................................
Flash Chromatography ..............................................................................
Kromatografi Lapis Tipis ...........................................................................
Spektroskopi Inframerah Fourier Transform Infrared (FTIR) ..................

2
2
3
3
4
4
4

5

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ...........................................................................................
Metode........................................................................................................

5
5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air ....................................................................................................
Ekstraksi dan Uji Fitokimia ........................................................................
Uji Aktivitas Larvasida Ekstrak Kasar .......................................................
Fraksinasi Menggunakan Flash Chromatography......................................
Uji Aktivitas Larvasida Fraksi Hasil Flash Chromatography....................
Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi .....................................................
Spektrum Inframerah FTIR .......................................................................
Uji Fitokimia Fraksi 2.................................................................................

7

7
8
9
10
10
10
11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ...........................................................................................
Saran .................................................................................................

11
12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

12

LAMPIRAN ......................................................................................................


14

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Daun dandang gendis ........................................................................................... 2
Siklus hidup Ae. aegypti ...................................................................................... 2
Nyamuk Ae. aegypti.............................................................................................. 3
Telur nyamuk Ae. aegypti ................................................................................... 6
Tahap pembiakan larva ........................................................................................ 6
Tahap uji aktivitas larvasida ................................................................................ 7
Analisis probit pada ekstrak etanol ....................................................................... 9
Analisis probit pada ekstrak n-heksana ................................................................ 9
Analisis probit pada fraksi 2 ................................................................................ 10
Kromatogram hasil KLT dua dimensi fraksi 2 dengan eluen 1
(etil asetat:heksana=8:2) dan eluen 2 (kloroform) ............................................... 11

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3

Hasil uji fitokimia ekstrak kasar ............................................................... 8
Hasil analisis gugus fungsi fraksi 2 menggunakan FTIR ......................... 11
Hasil uji fitokimia fraksi 2 ........................................................................ 11

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Bagan alir pemisahan ekstrak aktif daun dandang gendis ......................
Persiapan hewan uji...................................................................................
Pembuatan larutan stok dan uji larva nyamuk Ae. aegypti .....................
Penentuan kadar air ..................................................................................
Perolehan rendemen ekstrak etanol dan n-heksana ..................................
Perhitungan jumlah larva yang mati untuk ekstrak etanol ......................
Perhitungan jumlah larva yang mati untuk n-heksana .............................
Hasil analisis probit untuk uji aktivitas larvasida
Untuk ekstrak etanol ................................................................................
Hasil analisis probit untuk uji aktivitas larvasida untuk
ekstrak n-heksana .....................................................................................
Hasil identifikasi fraksi-fraksi...................................................................
Hasil uji toksisitas terhadap fraksi-fraksi hasil fraksinasi ........................
Hasil analisis probit untuk uji aktivitas larvasida untuk
ekstrak n-heksana .....................................................................................
Spektrum inframerah untuk fraksi 2 ........................................................

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

9

PENDAHULUAN
Penyakit demam berdarah (DBD) barubaru ini kembali merebak dan telah
menewaskan banyak orang di seluruh
Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
DKI Jakarta dari Januari hingga 25 April 2007
tercatat 14.109 kasus, 46 orang di antaranya
meninggal
dunia.
Kejadian
tersebut
dikategorikan sebagai kejadian luar biasa
(KLB) oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Perubahan iklim yang tidak menentu
merupakan salah satu faktor penyebab
meningkatnya kejadian demam berdarah.
Beberapa faktor lain yang turut mendukung
meningkatnya kejadian demam berdarah
adalah pertumbuhan populasi dan arus
urbanisasi yang tidak terkontrol selama 18
tahun belakangan ini menciptakan ‘surga’
bagi nyamuk. Kota besar yang padat dengan
sistem pengairan yang tidak memadai dan
tempat tinggal yang saling berhimpitan
menimbulkan genangan air di berbagai
tempat. Selain itu penggunaan plastik, bahan
stereofoam serta ban bekas kendaraan
memperburuk peningkatan populasi nyamuk
di berbagai tempat. Bahan-bahan tersebut
tidak dapat didaur-ulang dan jika dibuang
akan dapat menampung air hujan serta dapat
menjadi tempat bersarang yang ideal bagi
nyamuk (Herlina 2004).
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh
arbovirus yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Arbovirus ini
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga
mengakibatkan
pendarahan
(Rustandi 2005).
Pengendalian terhadap nyamuk Ae.
aegypti sebagai vektor demam berdarah telah
banyak dilakukan, yaitu dengan cara
menurunkan populasi nyamuk atau dengan
cara memutuskan siklus hidupnya. Salah satu
cara dengan menggunakan insektisida kimia
sintetik, seperti DDT, etilheksanadiol,
temefos, dan berbagai senyawa sintetik
lainnya. Namun akhir-akhir ini disadari bahwa
dibalik manfaatnya yang besar dalam
pengendalian Ae. aegypti, insektisida sintetik
ternyata memiliki bahaya yang sangat
mengerikan. Penggunaan bahan kimia sintetik
tersebut dapat berakibat buruk bagi kesehatan
manusia, disebabkan adanya residu bahan
kimia yang tertinggal di lingkungan (Utari
2007). Menurut Cavalcanti et al. (2004),
temefos diduga beracun karena dapat
menyebabkan sakit kepala, iritasi, dan hilang

ingatan. Selain itu temefos juga bersifat racun
terhadap beberapa senyawa air. Larvasida
temefos dapat masuk ke dalam rantai
makanan dan semakin terakumulasi dengan
semakin tingginya tingkat rantai makanan.
Penggunaan insektisida sintetik untuk
pengendalian nyamuk dapat bermanfaat bila
digunakan dalam keadaan tepat. Tapi, bila
digunakan dalam skala yang luas, terusmenerus dalam jangka panjang, dan dengan
frekuensi yang tinggi, dapat menimbulkan
penurunan kerentanan. Hal itu salah satunya
telah dilaporkan oleh Braga et al. (2004).
Untuk itulah diperlukan suatu penelitian dan
pengembangan guna mencari insektisida yang
dapat menghentikan atau menghambat
perkembangan
serangga
yang
ramah
lingkungan.
Upaya mengurangi penggunaan insektisida
kimia sintetik, sangatlah
bijak bila
mengoptimalkan penggunaan tumbuhan yang
mempunyai kemampuan sebagai insektisida
nabati terutama bagi nyamuk Ae. aegypti. Hal
itu karena Indonesia terkenal kaya akan
keanekaragaman hayati, termasuk jenis
tumbuhan yang mengandung bahan aktif
insektisida. Namun, pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat-obatan dan insektisida hanya
sekitar 10% dari 20000-30000 jenis tumbuhan
yang ada (Heyne 1987). Dandang gendis
(Clinacanthus nutans L.) merupakan salah
satu tanaman asli Indonesia yang berpotensi
sebagai
larvasida.
Dandang
gendis
mengandung alkaloid, saponin, terpenoid,
flavonoid, dan minyak atsiri. Senyawasenyawa tersebut diduga dapat berfungsi
sebagai insektisida (Aminah 1995). Selain itu
menurut Teshima et al. (1997), dandang
gendis juga mengandung 5 senyawa
organosulfur,
yaitu
Klinakosida
A,
Klinakosida
B,
Klinakosida
C,
Sikloklinakosida A1, dan Sikloklinakosida
A2. Senyawa organosulfur juga diduga dapat
berpotensi sebagai insektisida (Yaman 2002).
Selain itu, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Prayitno (2007) juga diperoleh
bahwa fraksi ekstrak etanol daun dandang
gendis memilki toksisitas yang tinggi terhadap
larva udang dengan nilai LC50 sebesar 67.32
ppm.
Meskipun dandang gendis berpotensi
untuk dijadikan sebagai insektisida nabati,
namun pemanfaatannya masih terbatas
sebagai tanaman pagar dan hingga saat ini
belum terdapat penelitian terhadap dandang
gendis sebagai larvasida. Oleh karena itu
penelitian
ini
diharapkan
mampu

10

meningkatkan ketertarikan terhadap flora asli
Indonesia seperti dandang gendis.
Hipotesis yang diajukan adalah ekstrak
daun dandang gendis bersifat toksik terhadap
larva Ae.
aegypti. Dari penelitian ini
diharapkan dapat diperoleh bahan aktif
sebagai alternatif dalam pengendalian larva
Ae. aegypti, sehingga penggunaan insektisida
sintetik yang membahayakan seperti abate
dapat dikurangi.
Penelitian
ini
bertujuan
menguji
kemampuan tanaman dandang gendis sebagai
larvasida terhadap nyamuk Ae. aegypti dan
mengidentifikasi golongan fraksi aktif yang
berpotensi sebagai larvasida.

kecil, dan disentri (Suharty 2004). Tanaman
dandang gendis juga disebutkan memiliki
potensi sebagai antimalaria (Pittaya et al.
2003) dan memiliki aktivitas antioksidan
(Pannangpetch et al. 2007) dan diduga
memiliki
potensi
sebagai
antikanker
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Prayitno (2007) terhadap larva udang karena
memiliki nilai LC50 yang rendah yaitu 67.32
ppm.

TINJAUAN PUSTAKA
Dandang Gendis
Dandang gendis merupakan tanaman
semak belukar berbentuk perdu, batangnya
tegak dengan tinggi kurang lebih 2,5 m,
beruas dan berwarna hijau. Daunnya
berbentuk tunggal dan berhadapan satu sama
lain. Panjang daunnya berkisar antara 8-12 cm
sedangkan lebar antara 4-6 cm. Daun tersebut
berbentuk tulang menyirip dan berwarna hijau
(Gambar 1). Tanaman ini memiliki bunga
yang tumbuh di ketiak daun dan di ujung
batang. Buahnya berwarna cokelat dengan
bentuk bulat memanjang. Berbiji kecil dan
hitam. Akar tunggang berwarna putih kotor.
Secara taksonomi dandang
gendis
diklasifikasikan dalam kingdom Plantae,
divisi Spermatofita, kelas Dikotiledonae,
ordo Solanales, famili Acanthaceae, genus
Clinacanthus, spesies Clinacanthus nutans
Lindau.
Tanaman ini memiliki nama daerah
dandang gendis (Jawa Tengah), ki tajam dan
Ki Oray (Sunda). Orang sering menyebut
tumbuhan ini dengan sebutan gendis saja.
Tanaman ini tumbuh di tempat yang cukup
mendapat sinar matahari. Selain mempunyai
nama daerah, tanaman ini juga mempunyai
nama lain, yaitu Beloperone futgina Hassk
dan Clinacanthus burmani Nees, C.siamensis,
C angustus, C spirey. Menurut Suharty (2004)
kandungan kimia tanaman ini terdiri atas
alkaloid, flavonoid, dan terpenoid sedangkan
menurut Ikatan Dokter Indonesia selain
senyawa tersebut di atas, dandang gendis juga
mengandung alkaloid, saponin dan minyak
atsiri.
Dandang gendis merupakan tanaman
semak belukar yang sering dijadikan sebagai
tanaman obat kencing manis, susah buang air

Gambar 1 Daun dandang gendis.
Nyamuk Ae. aegypti
Seperti halnya serangga lain dari
kelompok Diptera, siklus hidup nyamuk juga
mengalami metamorfosis sempurna (Gambar
2) yang terdiri atas beberapa stadium dimulai
dari telur- larva (larva instar 1, 2, 3, dan 4)pupa dan dewasa. Secara taksonomi nyamuk
Ae. aegypti dapat diklasifikasikan sebagai
berikut
kingdom
Animalia,
filum
Invertebrata, kelas
Insekta,
ordo
Diptera, famili Culicidae, genus Aedes,
spesies Ae. aegypti.

Gambar 2 Siklus hidup Ae. aegypti.
Di daerah tropis, telur akan menetas dua
sampai empat hari setelah oviposisi. Biasanya
telur akan menetas dalam waktu 1-48 jam
pada suhu 23-27°C. Telur nyamuk Ae. aegypti
memerlukan waktu beberapa hari untuk
perkembangan embrio, yaitu sekitar 2-3 hari
dan kemudian menetas beberapa menit setelah
diletakkan di bawah permukaan air (Herlina
2004).

UJI POTENSI LARVASIDA FRAKSI EKSTRAK DAUN
Clinacanthus nutans L. TERHADAP LARVA INSTAR
III NYAMUK Aedes aegypti

ADE ANDRIANI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
ADE ANDRIANI. Uji Potensi Larvasida Ekstrak Daun Dandang Gendis Terhadap Larva
Nyamuk Instar III Aedes aegypti. Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan UPIK
KESUMAWATI HADI.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyebab penyakit demam berdarah
(DBD) yang telah menewaskan banyak orang di berbagai wilayah, terutama wilayah
tropis dan subtropis. Pemberantasan vektor penyebab penyakit ini diharapkan dapat
mengurangi bertambahnya penderita DBD. Penelitian ini bertujuan menguji potensi
aktivitas larvasida daun dandang gendis terhadap larva instar III nyamuk Ae. aegypti.
Uji aktivitas larvasida dilakukan terhadap ekstrak etanol dan ekstrak n-heksana. Nilai
LC50 diperoleh setelah pengamatan 72 jam. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh
bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas larvasida lebih tinggi dengan LC50 444.48 ppm
dibandingkan dengan ekstrak n-heksana yang memiliki LC50 879.96 ppm. Ekstrak etanol
kemudian difraksinasi menggunakan flash chromatography dengan fase diam silika gel
dan fase gerak etil asetat:n-heksana (8:2) dan diperoleh fraksi 1-6. Keenam fraksi tersebut
diuji kembali potensi aktivitas larvasidanya dan diperoleh fraksi 2 merupakan fraksi
teraktif dengan LC50 133.43 ppm dalam 72 jam. Hasil tersebut masih cukup jauh jika
dibandingkan dengan larvasida komersial temefos yang dapat menyebabkan kematian
100% dalam 24 jam. Hasil analisis kromatografi lapis tipis dua dimensi diperoleh bahwa
fraksi 2 bukan merupakan komponen tunggal. Berdasarkan analisis spektrum inframerah,
fraksi aktif diduga mengandung senyawa yang memiliki gugus fungsi aromatik, karbonil,
dan hidroksil sedangkan uji fitokimia terhadap fraksi 2 menunjukkan uji positif terhadap
alkaloid.
ABSTRACT
ADE ANDRIANI. Larvacidal Potency Assay of Clinacathus nutans L. Leaves Extract
Against The third-instar larvae Aedes aegypti. Supervised by DUDI TOHIR and UPIK
KESUMAWATI HADI.
The mosquito Aedes aegypti is being the vector responsible for dengue fever that
caused many people died in tropical and subtropical region. The vector extermination of
this causing disease has expected can reduce the growing of people suffered dengue
fever. The purpose of this research was to determine the potency larvacidal activity of
Clinacanthus nutans L. leaves against the third-instar larvae of Ae. aegypti. Larvacidal
activity assay has conducted to the ethanol and n-hexane extract of Cinacanthus nutans
L. leaves. LC50 value obtained from experiment after 72 hours observation. According to
the result, extract ethanol with LC50 444.48 ppm has larvacidal activity higher than
hexane extract with LC50 879.96 ppm. Then extract ethanol was fractionated using flash
chromatography with silica gel as stationary phase and acetic ethyl acetic:n-hexane (8:2)
as mobile phase and its produce fraction 1-6. All of fractions were assayed its larvacidal
activity potencies and obtained fraction 2 was the most active fraction with LC50 133.43
ppm in 72 hours. This result was still not satisfied if compared with temephos as a
positive control causing 100% death in 24 hours. The analysis of result thin layer
chromatography showed that fraction 2 was still not single component. Based on infrared
spectrum analysis, active fraction has assumed containing aromatic, carbonil, and
hydroksil functional groups while phytochemical assay to fraction 2 showed positive test
for alkaloid.

UJI POTENSI LARVASIDA FRAKSI EKSTRAK DAUN
Clinacanthus nutans L. TERHADAP LARVA INSTAR
III NYAMUK Aedes aegypti

ADE ANDRIANI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul : Uji Potensi Larvasida Fraksi Ekstrak Daun Dandang Gendis Terhadap Larva
Instar III Nyamuk Aedes aegypti
Nama : Ade Andriani
NIM : G44204062

Menyetujui:

Pembimbing I,

Drs. Dudi Tohir, MS.
NIP 131 851 277

Pembimbing II,

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS.
NIP 131 415 083

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 131 578 806

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillahirobil’alamin, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilakukan
selama bulan Februari 2008 sampai Agustus 2008, tema yang dipilih ialah Uji Potensi
Larvasida Fraksi Ekstrak Daun Dandang Gendis Terhadap Larva Instar III Nyamuk
Aedes aegypti
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Dudi Tohir, MS. dan Ibu Dr. drh.
Upik Kesumawati Hadi, MS. selaku pembimbing atas segala saran, kritik, dorongan, dan
bimbingannya selama penelitian dan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Pak Sabur, IbuYeni, Ibu Aah, Pak Eman, Mbak Adew
serta seluruh staf Kimia Organik, terutama Kak Budi dan Kak Tuti, atas fasilitas dan
kemudahan yang diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Bapak Nanang dan
Bapak Opik atas bantuannya selama penulis mengadakan penelitian di Laboratorium
Parasitologi dan Entomologi, FKH. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman seperjuangan di Laboratorium Kimia Organik (Rini, Dedi,
deon,Panji dan lain-lain) serta rekan-rekan di Pondok Molekul (Adem, Ai, Eka, Enggar,
Fitri, Maipa, Mbak Rita, Niken, Nindy) juga rekan-rekan BUD Kabupaten Cianjur (Ima
dan Dini) atas semangat dan saran selama penelitian.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Seluruh aparat Kesra Pemda Kabupaten
Cianjur terutama Bapak Dudun abdullah, Ibu Siti, dan Bapak Maman atas segala bantuan
dan fasilitas yang diberikan.Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada orang tua tercinta (Mama dan Bapak), kakak dan adikku (Teh Ine dan
Elin), sahabat terbaikku (Tanti), Wa Eni, Keluarga Nuralamsyah, Keluarga besar Bapak
Didung, Sahabat-sahabatku di Cianjur (Bunga, Winwin, Dian) atas kasih sayang,
dorongan dan doanya, serta semua teman-teman angkatan 41 khususnya Anah, Irma, Ela
dan Budi atas dukungan dan kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

Ade Andriani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur tanggal 4 April 1985 dari ayah Muhidin dan ibu Ninah
Maemunah. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cianjur dan pada tahun yang sama lulus
dari seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Penulis memilih
Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia
Organik Layanan ITP, Praktikum Kimia Organik (PKO) Program S1 Kimia, Kimia Dasar
TPB, Analisis Komponen Utama Aktif Program Diploma IPB, Kimia Organik Program
Diploma IPB, Asisten Dosen Kimia Organik I, dan Asisten Dosen Kimia Organik II.
Pada tahun 2006, penulis melaksanakan praktik lapangan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

vii

PENDAHULUAN ..............................................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA
Dandang gendis ..........................................................................................
Ae. aegypti .................................................................................................
Insektisida Nabati .......................................................................................
Senyawa Bioaktif........................................................................................
Ekstraksi .....................................................................................................
Flash Chromatography ..............................................................................
Kromatografi Lapis Tipis ...........................................................................
Spektroskopi Inframerah Fourier Transform Infrared (FTIR) ..................

2
2
3
3
4
4
4
5

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ...........................................................................................
Metode........................................................................................................

5
5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air ....................................................................................................
Ekstraksi dan Uji Fitokimia ........................................................................
Uji Aktivitas Larvasida Ekstrak Kasar .......................................................
Fraksinasi Menggunakan Flash Chromatography......................................
Uji Aktivitas Larvasida Fraksi Hasil Flash Chromatography....................
Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi .....................................................
Spektrum Inframerah FTIR .......................................................................
Uji Fitokimia Fraksi 2.................................................................................

7
7
8
9
10
10
10
11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ...........................................................................................
Saran .................................................................................................

11
12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

12

LAMPIRAN ......................................................................................................

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Daun dandang gendis ........................................................................................... 2
Siklus hidup Ae. aegypti ...................................................................................... 2
Nyamuk Ae. aegypti.............................................................................................. 3
Telur nyamuk Ae. aegypti ................................................................................... 6
Tahap pembiakan larva ........................................................................................ 6
Tahap uji aktivitas larvasida ................................................................................ 7
Analisis probit pada ekstrak etanol ....................................................................... 9
Analisis probit pada ekstrak n-heksana ................................................................ 9
Analisis probit pada fraksi 2 ................................................................................ 10
Kromatogram hasil KLT dua dimensi fraksi 2 dengan eluen 1
(etil asetat:heksana=8:2) dan eluen 2 (kloroform) ............................................... 11

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3

Hasil uji fitokimia ekstrak kasar ............................................................... 8
Hasil analisis gugus fungsi fraksi 2 menggunakan FTIR ......................... 11
Hasil uji fitokimia fraksi 2 ........................................................................ 11

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Bagan alir pemisahan ekstrak aktif daun dandang gendis ......................
Persiapan hewan uji...................................................................................
Pembuatan larutan stok dan uji larva nyamuk Ae. aegypti .....................
Penentuan kadar air ..................................................................................
Perolehan rendemen ekstrak etanol dan n-heksana ..................................
Perhitungan jumlah larva yang mati untuk ekstrak etanol ......................
Perhitungan jumlah larva yang mati untuk n-heksana .............................
Hasil analisis probit untuk uji aktivitas larvasida
Untuk ekstrak etanol ................................................................................
Hasil analisis probit untuk uji aktivitas larvasida untuk
ekstrak n-heksana .....................................................................................
Hasil identifikasi fraksi-fraksi...................................................................
Hasil uji toksisitas terhadap fraksi-fraksi hasil fraksinasi ........................
Hasil analisis probit untuk uji aktivitas larvasida untuk
ekstrak n-heksana .....................................................................................
Spektrum inframerah untuk fraksi 2 ........................................................

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

9

PENDAHULUAN
Penyakit demam berdarah (DBD) barubaru ini kembali merebak dan telah
menewaskan banyak orang di seluruh
Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
DKI Jakarta dari Januari hingga 25 April 2007
tercatat 14.109 kasus, 46 orang di antaranya
meninggal
dunia.
Kejadian
tersebut
dikategorikan sebagai kejadian luar biasa
(KLB) oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Perubahan iklim yang tidak menentu
merupakan salah satu faktor penyebab
meningkatnya kejadian demam berdarah.
Beberapa faktor lain yang turut mendukung
meningkatnya kejadian demam berdarah
adalah pertumbuhan populasi dan arus
urbanisasi yang tidak terkontrol selama 18
tahun belakangan ini menciptakan ‘surga’
bagi nyamuk. Kota besar yang padat dengan
sistem pengairan yang tidak memadai dan
tempat tinggal yang saling berhimpitan
menimbulkan genangan air di berbagai
tempat. Selain itu penggunaan plastik, bahan
stereofoam serta ban bekas kendaraan
memperburuk peningkatan populasi nyamuk
di berbagai tempat. Bahan-bahan tersebut
tidak dapat didaur-ulang dan jika dibuang
akan dapat menampung air hujan serta dapat
menjadi tempat bersarang yang ideal bagi
nyamuk (Herlina 2004).
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh
arbovirus yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Arbovirus ini
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga
mengakibatkan
pendarahan
(Rustandi 2005).
Pengendalian terhadap nyamuk Ae.
aegypti sebagai vektor demam berdarah telah
banyak dilakukan, yaitu dengan cara
menurunkan populasi nyamuk atau dengan
cara memutuskan siklus hidupnya. Salah satu
cara dengan menggunakan insektisida kimia
sintetik, seperti DDT, etilheksanadiol,
temefos, dan berbagai senyawa sintetik
lainnya. Namun akhir-akhir ini disadari bahwa
dibalik manfaatnya yang besar dalam
pengendalian Ae. aegypti, insektisida sintetik
ternyata memiliki bahaya yang sangat
mengerikan. Penggunaan bahan kimia sintetik
tersebut dapat berakibat buruk bagi kesehatan
manusia, disebabkan adanya residu bahan
kimia yang tertinggal di lingkungan (Utari
2007). Menurut Cavalcanti et al. (2004),
temefos diduga beracun karena dapat
menyebabkan sakit kepala, iritasi, dan hilang

ingatan. Selain itu temefos juga bersifat racun
terhadap beberapa senyawa air. Larvasida
temefos dapat masuk ke dalam rantai
makanan dan semakin terakumulasi dengan
semakin tingginya tingkat rantai makanan.
Penggunaan insektisida sintetik untuk
pengendalian nyamuk dapat bermanfaat bila
digunakan dalam keadaan tepat. Tapi, bila
digunakan dalam skala yang luas, terusmenerus dalam jangka panjang, dan dengan
frekuensi yang tinggi, dapat menimbulkan
penurunan kerentanan. Hal itu salah satunya
telah dilaporkan oleh Braga et al. (2004).
Untuk itulah diperlukan suatu penelitian dan
pengembangan guna mencari insektisida yang
dapat menghentikan atau menghambat
perkembangan
serangga
yang
ramah
lingkungan.
Upaya mengurangi penggunaan insektisida
kimia sintetik, sangatlah
bijak bila
mengoptimalkan penggunaan tumbuhan yang
mempunyai kemampuan sebagai insektisida
nabati terutama bagi nyamuk Ae. aegypti. Hal
itu karena Indonesia terkenal kaya akan
keanekaragaman hayati, termasuk jenis
tumbuhan yang mengandung bahan aktif
insektisida. Namun, pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat-obatan dan insektisida hanya
sekitar 10% dari 20000-30000 jenis tumbuhan
yang ada (Heyne 1987). Dandang gendis
(Clinacanthus nutans L.) merupakan salah
satu tanaman asli Indonesia yang berpotensi
sebagai
larvasida.
Dandang
gendis
mengandung alkaloid, saponin, terpenoid,
flavonoid, dan minyak atsiri. Senyawasenyawa tersebut diduga dapat berfungsi
sebagai insektisida (Aminah 1995). Selain itu
menurut Teshima et al. (1997), dandang
gendis juga mengandung 5 senyawa
organosulfur,
yaitu
Klinakosida
A,
Klinakosida
B,
Klinakosida
C,
Sikloklinakosida A1, dan Sikloklinakosida
A2. Senyawa organosulfur juga diduga dapat
berpotensi sebagai insektisida (Yaman 2002).
Selain itu, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Prayitno (2007) juga diperoleh
bahwa fraksi ekstrak etanol daun dandang
gendis memilki toksisitas yang tinggi terhadap
larva udang dengan nilai LC50 sebesar 67.32
ppm.
Meskipun dandang gendis berpotensi
untuk dijadikan sebagai insektisida nabati,
namun pemanfaatannya masih terbatas
sebagai tanaman pagar dan hingga saat ini
belum terdapat penelitian terhadap dandang
gendis sebagai larvasida. Oleh karena itu
penelitian
ini
diharapkan
mampu

10

meningkatkan ketertarikan terhadap flora asli
Indonesia seperti dandang gendis.
Hipotesis yang diajukan adalah ekstrak
daun dandang gendis bersifat toksik terhadap
larva Ae.
aegypti. Dari penelitian ini
diharapkan dapat diperoleh bahan aktif
sebagai alternatif dalam pengendalian larva
Ae. aegypti, sehingga penggunaan insektisida
sintetik yang membahayakan seperti abate
dapat dikurangi.
Penelitian
ini
bertujuan
menguji
kemampuan tanaman dandang gendis sebagai
larvasida terhadap nyamuk Ae. aegypti dan
mengidentifikasi golongan fraksi aktif yang
berpotensi sebagai larvasida.

kecil, dan disentri (Suharty 2004). Tanaman
dandang gendis juga disebutkan memiliki
potensi sebagai antimalaria (Pittaya et al.
2003) dan memiliki aktivitas antioksidan
(Pannangpetch et al. 2007) dan diduga
memiliki
potensi
sebagai
antikanker
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Prayitno (2007) terhadap larva udang karena
memiliki nilai LC50 yang rendah yaitu 67.32
ppm.

TINJAUAN PUSTAKA
Dandang Gendis
Dandang gendis merupakan tanaman
semak belukar berbentuk perdu, batangnya
tegak dengan tinggi kurang lebih 2,5 m,
beruas dan berwarna hijau. Daunnya
berbentuk tunggal dan berhadapan satu sama
lain. Panjang daunnya berkisar antara 8-12 cm
sedangkan lebar antara 4-6 cm. Daun tersebut
berbentuk tulang menyirip dan berwarna hijau
(Gambar 1). Tanaman ini memiliki bunga
yang tumbuh di ketiak daun dan di ujung
batang. Buahnya berwarna cokelat dengan
bentuk bulat memanjang. Berbiji kecil dan
hitam. Akar tunggang berwarna putih kotor.
Secara taksonomi dandang
gendis
diklasifikasikan dalam kingdom Plantae,
divisi Spermatofita, kelas Dikotiledonae,
ordo Solanales, famili Acanthaceae, genus
Clinacanthus, spesies Clinacanthus nutans
Lindau.
Tanaman ini memiliki nama daerah
dandang gendis (Jawa Tengah), ki tajam dan
Ki Oray (Sunda). Orang sering menyebut
tumbuhan ini dengan sebutan gendis saja.
Tanaman ini tumbuh di tempat yang cukup
mendapat sinar matahari. Selain mempunyai
nama daerah, tanaman ini juga mempunyai
nama lain, yaitu Beloperone futgina Hassk
dan Clinacanthus burmani Nees, C.siamensis,
C angustus, C spirey. Menurut Suharty (2004)
kandungan kimia tanaman ini terdiri atas
alkaloid, flavonoid, dan terpenoid sedangkan
menurut Ikatan Dokter Indonesia selain
senyawa tersebut di atas, dandang gendis juga
mengandung alkaloid, saponin dan minyak
atsiri.
Dandang gendis merupakan tanaman
semak belukar yang sering dijadikan sebagai
tanaman obat kencing manis, susah buang air

Gambar 1 Daun dandang gendis.
Nyamuk Ae. aegypti
Seperti halnya serangga lain dari
kelompok Diptera, siklus hidup nyamuk juga
mengalami metamorfosis sempurna (Gambar
2) yang terdiri atas beberapa stadium dimulai
dari telur- larva (larva instar 1, 2, 3, dan 4)pupa dan dewasa. Secara taksonomi nyamuk
Ae. aegypti dapat diklasifikasikan sebagai
berikut
kingdom
Animalia,
filum
Invertebrata, kelas
Insekta,
ordo
Diptera, famili Culicidae, genus Aedes,
spesies Ae. aegypti.

Gambar 2 Siklus hidup Ae. aegypti.
Di daerah tropis, telur akan menetas dua
sampai empat hari setelah oviposisi. Biasanya
telur akan menetas dalam waktu 1-48 jam
pada suhu 23-27°C. Telur nyamuk Ae. aegypti
memerlukan waktu beberapa hari untuk
perkembangan embrio, yaitu sekitar 2-3 hari
dan kemudian menetas beberapa menit setelah
diletakkan di bawah permukaan air (Herlina
2004).

11

Selama masa bertelur seekor nyamuk
betina mampu menghasilkan 100-400 butir
telur. Beberapa jenis Ae. aegypti bersifat
univoltine yaitu hanya mampu menghasilkan
satu generasi tiap tahun. Telur biasanya
memilki warna gelap dengan dikelilingi oleh
kantong udara. Diperkirakan nyamuk Ae.
aegypti betina akan bertelur sekitar 140 telur
setelah menghisap darah manusia dan akan
lebih banyak telur yang dihasilkan setelah
menghisap darah amfibi dan reptil (Rustandi
2005).
Setelah melewai fase telur, bakal nyamuk
akan melewati fase larva. Larva nyamuk
terdapat di dalam berbagai tempat akuatik,
misalnya tempat penyimpanan air, bak mandi,
genangan air hujan di selokan, lubang jalan
yang bersih, pot tanaman yang berisi air, dan
kaleng atau wadah yang dipenuhi air hujan.
Larva berukuran 0.5-1.0 cm, mempunyai
pelana yang terbuka dan gigi sisir yang
berduri lateral. Makanan larva berupa alga,
bakteri, dan bahan-bahan kecil sebesar 20-100
mikron. Larva akan mengalami empat kali
proses pergantian kulit (instar). Proses ini
menghabiskan waktu 7-9 hari. Setelah itu
larva berubah menjadi larva (kepompong)
(Putra 1995).
Pupa merupakan stadium terakhir calon
nyamuk yang ada di air. Bentuk tubuh pupa
bengkok dan kepalanya besar. Fase pupa
membutuhkan waktu 2-5 hari. Selama fase itu,
pupa tidak makan apapun. Setelah melewati
fase itu, pupa akan keluar dari kepompong
menjadi nyamuk yang dapat terbang dan
keluar dari air.
Nyamuk Ae. aegypti dewasa mempunyai
lingkaran putih di pergelangan kaki dan
bintik-bintik putih di tubuhnya (Gambar 3).
Kebanyakan nyamuk dewasa tidak pergi jauh
dari air sebagai tempat hidup pada tahapan
larva (Utari 2007).

Gambar 3 Nyamuk Ae. aegypti.
Insektisida Nabati
Secara umum, insektisida nabati diartikan
sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati
relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas. Oleh karena

terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis
insektisida ini bersifat mudah terurai di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif aman bagi manusia dan ternak
peliharaan karena residunya mudah hilang.
Insektisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit
and run), yaitu apabila diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu dan setelah
hamanya terbunuh maka residunya akan cepat
menghilang di alam. Dengan demikian,
tanaman akan terbebas dari residu insektisida
dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan
insektisida nabati dimaksudkan bukan untuk
meninggalkan
dan
menganggap
tabu
penggunaan insektisida sintetis, tetapi hanya
merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan
agar pengguna tidak hanya tergantung kepada
insektisida sintetis. Tujuan lainnya adalah
agar penggunaan insektisida sintetis dapat
diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan
yang diakibatkannya pun diharapkan dapat
dikurangi pula (Kardinan 2005).
Tanaman yang telah diteliti mempunyai
potensi sebagai pestisida diantaranya sebagai
insektisida
pembunuh,
yaitu
piretrum
(Chrysanthum Cinerarifolium), tuba (Deris
elliptica), mimba (Azadirachta occidentale),
bengkuang (Pachyrhizus erosus), dan saga
(Abrus precatorius), kemudian sebagai
insektisida anti fertilitas seperti gadung
(Discorea compositae) dan sebagai pemikat
atau penarik yang bekerja menyerupai
feromon contohnya melaleuka (Melaleuca
bracteata) (Sitepu et al. 1999).
Senyawa Bioaktif
Senyawa bioaktif merupakan senyawa
yang bersifat racun dalam dosis yang tinggi.
Senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak
kasar tumbuhan akan menghasilkan tingkat
kematian yang tinggi. Pemeriksaan toksisitas
diperlukan
untuk
mengetahui
berapa
konsentrasi
yang dapat
menyebabkan
keracunan sehingga dapat diketahui jumlah
penggunaan konsentrasi yang tepat. Tingkat
konsentrasi
yang dapat
menyebabkan
keracunan ditentukan dengan letal konsentrasi
50 (LC50). LC50 adalah konsentrasi dari suatu
bahan yang menyebabkan 50% populasi
mengalami kematian. LC50 dapat digunakan
untuk menentukan toksisitas dari suatu zat.
Suatu senyawa memiliki potensi bioaktif
apabila nilai LC50-nya kurang dari 1000 ppm.
Saponin adalah zat yang apabila dikocok
dengan air maka akan mengeluarkan buih dan
bila dihidrolisis akan menghasilkan gula dan
sapogenin. Sifat-sifat sapogenin ialah dapat

12

menghemolisis darah, mengikat kolesterol dan
toksin pada hewan berdarah dingin.
Tanin terdapat di hampir seluruh bagian
tumbuhan yang sedang tumbuh seperti tunas,
akar muda, buah muda, kulit bagian dalam,
kulit bagian luar, dan daun muda. Tanin
berfungsi sebagai pelindung jaringan dari
serangan jamur, bakteri, dan organisme
penggangu lainnya, bahkan terhadap virus.
Senyawa golongan sterol, sitosterol, dan
ergosterol yang mempunya gugusan metil dan
etil juga terdapat pada tumbuhan. Senyawa
sterol ini sangat berpengaruh terhadap respon
fisiologis (Aminah 1995).
Alkaloid merupakan senyawa basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
yang biasanya merupakan bagian dari sistem
siklik. Alkaloid dapat berperan sebagai
pengatur pertumbuhan, penolak, atau pemikat
serangga (Suradikusumah 1989).
Minyak atsiri adalah minyak yang mudah
menguap yang terdiri atas campuran zat yang
mudah menguap dengan komposisi dan titik
didih yang berbeda. Minyak atsiri diperoleh
dari tanaman dan mempunyai sifat mudah
menguap pada suhu kamar, bila diteteskan
pada kertas saring maka akan menguap dan
tidak berbekas, mempunyai rasa getir, dan
berbau wangi segar atau busuk sesuai dengan
bau tanaman penghasilnya (Aminah 1995).
Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pengambilan
senyawa tunggal atau majemuk dari suatu
bahan dengan menggunakan pelarut tertentu
berdasarkan distribusinya pada dua fase yang
tidak saling bercampur. Ekstraksi juga
didefinisikan sebagai proses pemindahan satu
atau lebih komponen dari matriks mereka ke
fase lain.
Metode ekstraksi bergantung pada
polaritas senyawa yang akan diekstrak. Suatu
senyawa menunjukkan kelarutan yang
berbeda-beda dalam pelarut yang berlainan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan
pelarut
adalah
selektivitas,
kemampuan
mengekstrak,
toksisitas,
kemudahan untuk diuapkan, dan harga
pelarut.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode maserasi dengan etanol dan
n-heksana sebagai pelarut pengekstrak.
Metode ini digunakan untuk mengekstrak
suatu komponen yang tidak tahan panas atau
mudah terdegradasi pada suhu tinggi. Salah
satu kekurangan dari metode ini adalah

banyaknya pelarut yang dibutuhkan sebagai
pengekstrak dan lamanya waktu ekstraksi.
Flash Chromatography
Kromatografi adalah teknik pemisahan
fisik suatu campuran senyawa yang
berdasarkan pada perbedaan migrasi dari
masing-masing komponen campuran yang
terpisah pada fase diam dan fase gerak. Flash
chromatography
(kromatografi
cepat)
merupakan salah satu teknik kromatografi
yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan teknik kromatografi lain di antaranya
dapat
digunakan
untuk
memisahkan
komponen
senyawa
tertentu
dari
campurannya.
Flash chromatography merupakan bentuk
cepat dari kromatografi kolom dan dikenal
sebagai kromatografi tekanan medium. Flash
chromatography berbeda dengan 2 teknik
kromatografi konvensional yang biasa
digunakan (kromatografi kolom dan KLT
preparatif) dalam dua hal, yaitu pertama
ukuran partikel silika gel yang digunakan
lebih kecil (250-400 mesh). Kedua,
didasarkan pada aliran terbatas dari eluen
akibat gel yang kecil. Gas bertekanan
digunakan untuk mendorong eluen melewati
fase diam. Fraksinasi menggunakan flash
chromatography bisa dijadikan sebagai
pendahuluan untuk pemisahan dengan
instrumen lain dengan tingkat resolusi yang
lebih tinggi (Hostettmann et al. 1985).
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis pada penelitin ini
digunakan untuk pendeteksian spot fraksifraksi hasil flash chromatography. Fraksifraksi yang menunjukkan pola dan warna spot
pada KLT sama kemudian digolongkan
sebagai satu fraksi. Selain itu juga, KLT
digunakan untuk melihat kemurnian suatu
fraksi, apakah hanya mengandung satu
komponen tunggal atau masih terdiri dari
banyak komponen. KLT merupakan salah satu
jenis kromatografi adsorpsi. Kromatografi
lapis tipis adalah suatu teknik kromatografi
yang digunakan untuk memisahkan suatu
komponen dari komponen lainnya, dengan
menggunakan fase diam berupa padatan yang
terdiri dari lapis tipis silika gel yang
dilapiskan pada suatu pelat kaca atau plastik.
Fase gerak yang digunakan dapat berupa
pelarut tunggal maupun campuran pelarut.
Kromatografi lapis tipis merupakan teknik
pemisahan yang cepat, sederhana, dan relatif

13

peka. Kepekaan kromatografi lapis dapat
mencapai skala mikrogram.
Spektros