Susunan Horison Tanah Sawah Pada Toposekuen Latosol Berbahan Induk Volkanik di Daerah Bogor - Jakarta
ISSN: 14103389
Jurnal
Akrcditasi :
551D1KTIIK,pI2005
sta
Descmbcr 2008
Volume 12 Nomor 3
Susunan Han son Tanah Sawah
pada Toposekuen Latosol
BerbaHan In duk Volkanik d i Daerah Bogar Jakarta
Ted Arabia. Sarwono HardjowlCono, Sudat'&oco, Widiatmaka .
dan Nata Suharta
231
EvaJu asi Kriteria Kesesu aian Lahan Kelapa Sawit di Kebun Baru
PT. Perkebunan Nusantara l, Langsa
Abubakar Karim
239
Perubahan Beberapa Sifat Fisika dan Hasil Kacang Tanah akibat
Pemberian Bahan Organ ik dan Pupuk Fosfat
BelmJ
2 49
Pen gembangan Metode Prediksi Produksi Air DAS unluk Su ngai·
sungai Utama di Aceh
HaDa.I!l, Bidayat Pawitan, Gatot lrlanto, Kukub Murtllakaono,
dan HaJru1 Baarl
2 58
Koin oku lasi Rhizobium dan Bak teri Pelarut Fos rat pada Tane.h
Mineral Masam u ntu k Mem perbaiki Pertumbu h an S ibit Sengon
Denl ElfJati
271
Laju
Tumbu h
Tanaman
dan
Produksi
Kenta.ng
(Solarium
tuberosum L.) Varietas Oranola pada Pemberian Pu pu k Drganik
Kasei ng dan Inoku lasi Mikoriza Arbuskular
Nurhalisyah
277
Karakteristik Morfologi Fase Vegctatif Bcrbagai Varictas Jeruk
Pamelo Pangkep deogan Teknik Samb ung Mj n i
KaCrawi claJ:I. Zahraenf Kumalawati
284
AplikQsi herbisida Glif08at dan Paraquat pada Berbagai Oosis sert&
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Biduri (Calo lropis gigantea
R. 8r.1
GIna Ertda dan Tjut Char:nzurui
294
Jurnal Agrista
Volume 12 Nomor 3 Desember 2008
0aJ.m raagka ....ingbtku muh:I
P1ENANGGUNG.JAWAII
Prof. 0 1 m. Umumnya horison B ir
231.
terletak eli alas. horison B ron, tempi pada
tanllh dengan air tanah dangkal B iT dapat
dljumpal eli bawah B ron, Lapis 2 m, tetapi tebih disebabkan
oleh pengaroh air irigasi yang lehih intensif,
sehingga lanah lebin reduktif.
AgriSlB Vol. l2 No.3, 2008
Pada elevasi linggi, lanah yi!ng
disawahkan Ix (TA4 dan TA2), Japis.an
tapak bajak terbenluk di kedalaman 12 30
em (Iebal 18 em), dan kedaJaman 16 .14
em (Iebal 18 em). Sedangkan pada elevasi
rendah (TA8) lerbentuk di kedalamanl6 35 em (tebal19 em), dan pada TA1 2 tidak
dijumpai lapisan tapak bajak.
Pada elevasi linggi , twa h yang
disawahkan 2x (TA3 dan TAl), lap isan
tapak bajak lerbentuk di kedalamao 10· 25
em (lebal 15 em), dan keela/aman I I - 23
em (lebaI 12 em). Sedangkan pada elevasi
rendah (TA7 dan TA9) terbentuk di
kedalaman 15 - 34 em (tebaJ 19 em), dan
kedalaman 16 - 28 em (Iebal 12 em).
Baik pada elevasi linggi maupun
rendah Japisan tapak bajak yang ditemukan
di daerah penelitian hampir sejaJan dengan
hasH penelitian Rayes (2000), lapisan tapak
bajak dijwnpai pada kedaJaman 12 - 44 em
(Iebal 6 - 20 em).
Pad3 elevasi tinggi . {anah yang
disawahX.an Ix, lapisan iluviasi Fe dijumpai
sangat teba! hanya terdapat ·pada TA2 di
keda1aman 34 - 61 em (Iebal 27 em),
sedangkan pada elevasi rendah lidak
terbentuk lapisan Fe. Hal ini berbeda
deogan Koenigs ( 1950), di Latosol Bogor
ditemukan kelebaJan lapisan Fe hanya 2
em, pada kedalaman 19 - 21 em, mirip
honson p/akik tetapi tidak sampai
tersementasi. Menurut Soil Survey Staff
(2006) horison plalrik adalah : horison tipis
(I - 25 rum) tersementasi oleh besi (atau
besi dan Mn) serta bahan organik,
merupakan padas berwama hitam sampai
kemerah·merahan gelap.
Pada . elevasi linggi, tanah yang
disawahkan lx, lapisan iluviasi Mn pada
TA4 lerbentuk sangat lebaJ di kedalarnan
30 - 116 ern (Iebal 86 em); dan pada
TA2 terbentuk lapisan iluviasi Mn lipis
Fe yang terbentuk
(karena lapisan
sangat lebal) hanya 6 em; sedangkan pada
elevesi
rendah (TAS) terbentuk di
kedalaman 35 - 81 em (lebaJ 46 em);
dan pada TA 12 tidak terbeotuk lap:san
iluviasi Mn, telapi berupa lapi san
nodui Mn (Be) dalam jumlah
yang
banyak dan besar, di kedalaman 18 - 87 em
(tebal 69 em).
Agrista Vol. 12 No.3, 2008
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarknn uraian sebelumnya., maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
pada lanah yang tidak disawahkan susunan
horison, hanya terdiri dari Japisan olah dan
lapisan tMah asal. Susunan borison tanOO
yang disawahkan, pada sawah 1x, di
samping lapisan olah teJah terjadi proses
pembentukan horison (horisonisasi) lebih
lanjut, yaitu: lapisan tapak bajak kurang
oyala, lapisan fe, lapisan Mn alau lapisan
nodul Mn, dan lapisan tanah asal;
sedangkan susunan honson sawah 2x
sebagai berikut:
lapisan olah (elah
mengalami reduksi, lapisan tapak: bajak
lebih nyata, Japisan Fe dan atau Mo, lapisan
bawah tereduksi, dan lapisan tMah asal.
Pada elevasi tinggl, baik pada tanah
.' yang disawahkan 1x maupun sawah 2x.
lapisan tapak bajak dijumpai di kedalaman
lebih dangkal (10·12 em), dibandingkan
pada elevasi rendab dijumpai di kedalaman
lebih dalam (15 · 16 em), dengan kelebalan
yang sarna 12· 19 em. Semakin rendah
ketinggian, baik pada ' tanah yang
disawahkan Ix maupun sawah 2x, semakin
sedikit horisonisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bakosunanal. 2000. Peta rupa bumi skala
1:25.000. Lembar Cisarua, Ciawi,
Bogor, Leuwiliang, dan Cibinong.
Bakosun.anal, Bogor.
Hardjowigeno, 5., & M.L. Rayes. 2005.
Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi,
dan Pennasalahan Tanah Sawah di
Indonesia.
Cetakan
Pertama.
Bayumedia Publishing. Malang. Jawa
Timur. Indonesia.
Koenigs, F. F. R. 1950. A 'sawah' profile
near Bogar (Java). Contr. of the
General Agrie, Researeh Station,
Bogar. No. 15.
Moonnann, F. R , & N. van Breemen.
1978. セゥ・Z@
Soil, Water, Land. JRRl.
Los Banos, Laguna, Philippines.
Munir, M. 1987. Pengaruh penyawahant
terhadap
morfologi,
pedogenesis,
elektrokimia dan klasifikasi tanah.
Disertasi
Doktor.
Program
Pascasarjana, IPS. Bogor,
237
Rayes, ?'vi. 1. lOOt). Kareku:rislik, genesis
dan klasifikasi tanah sawah berasa!
dari bahan volkan MerapL D1SerlaS)
Doktor.
Progranl Pascasarjana,
Institut Pertanlan Bogor, Bogor.
Socpraptohardjo, M. 1966. Peta tanah tinjau
Jawa Baret. Lembaga Pene!itian
Tanah, BOgOL
Soil Survey DiVISIon Slaff. 1993. Sui!
Survey Manual, USDA. Handhook
No. IS. USDA, Washington D. C.
Soil Survey Staff, 2006. Keys to Soil
Taxonomy. loth ed USDANRCS.
Washington, DC
SubardjB & P. Buunna(J., 1980. A
Toposequence of Latosal on volcanic
rocks in the Bogor Jakarta al'er.$. in
P. Buurman (ed). Red Soils in
Indonesia Centre for Agric. PubL
and Doc. Wageningen.
Tan, K. H. t9GB. The genesis and
characteristics of paddy sons in
Indonesia. SQil Sci. Phmt Nutr.
14(3),117121.
U S. Anny. [943. Java and Madura
1:50.000. II:!: ed. Chief af engineers,
U. S. Army. Copied from a Dutch
map, 1937
Agrim. Vol. 12No.3,l00S
Jurnal
Akrcditasi :
551D1KTIIK,pI2005
sta
Descmbcr 2008
Volume 12 Nomor 3
Susunan Han son Tanah Sawah
pada Toposekuen Latosol
BerbaHan In duk Volkanik d i Daerah Bogar Jakarta
Ted Arabia. Sarwono HardjowlCono, Sudat'&oco, Widiatmaka .
dan Nata Suharta
231
EvaJu asi Kriteria Kesesu aian Lahan Kelapa Sawit di Kebun Baru
PT. Perkebunan Nusantara l, Langsa
Abubakar Karim
239
Perubahan Beberapa Sifat Fisika dan Hasil Kacang Tanah akibat
Pemberian Bahan Organ ik dan Pupuk Fosfat
BelmJ
2 49
Pen gembangan Metode Prediksi Produksi Air DAS unluk Su ngai·
sungai Utama di Aceh
HaDa.I!l, Bidayat Pawitan, Gatot lrlanto, Kukub Murtllakaono,
dan HaJru1 Baarl
2 58
Koin oku lasi Rhizobium dan Bak teri Pelarut Fos rat pada Tane.h
Mineral Masam u ntu k Mem perbaiki Pertumbu h an S ibit Sengon
Denl ElfJati
271
Laju
Tumbu h
Tanaman
dan
Produksi
Kenta.ng
(Solarium
tuberosum L.) Varietas Oranola pada Pemberian Pu pu k Drganik
Kasei ng dan Inoku lasi Mikoriza Arbuskular
Nurhalisyah
277
Karakteristik Morfologi Fase Vegctatif Bcrbagai Varictas Jeruk
Pamelo Pangkep deogan Teknik Samb ung Mj n i
KaCrawi claJ:I. Zahraenf Kumalawati
284
AplikQsi herbisida Glif08at dan Paraquat pada Berbagai Oosis sert&
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Biduri (Calo lropis gigantea
R. 8r.1
GIna Ertda dan Tjut Char:nzurui
294
Jurnal Agrista
Volume 12 Nomor 3 Desember 2008
0aJ.m raagka ....ingbtku muh:I
P1ENANGGUNG.JAWAII
Prof. 0 1 m. Umumnya horison B ir
231.
terletak eli alas. horison B ron, tempi pada
tanllh dengan air tanah dangkal B iT dapat
dljumpal eli bawah B ron, Lapis 2 m, tetapi tebih disebabkan
oleh pengaroh air irigasi yang lehih intensif,
sehingga lanah lebin reduktif.
AgriSlB Vol. l2 No.3, 2008
Pada elevasi linggi, lanah yi!ng
disawahkan Ix (TA4 dan TA2), Japis.an
tapak bajak terbenluk di kedalaman 12 30
em (Iebal 18 em), dan kedaJaman 16 .14
em (Iebal 18 em). Sedangkan pada elevasi
rendah (TA8) lerbentuk di kedalamanl6 35 em (tebal19 em), dan pada TA1 2 tidak
dijumpai lapisan tapak bajak.
Pada elevasi linggi , twa h yang
disawahkan 2x (TA3 dan TAl), lap isan
tapak bajak lerbentuk di kedalamao 10· 25
em (lebal 15 em), dan keela/aman I I - 23
em (lebaI 12 em). Sedangkan pada elevasi
rendah (TA7 dan TA9) terbentuk di
kedalaman 15 - 34 em (tebaJ 19 em), dan
kedalaman 16 - 28 em (Iebal 12 em).
Baik pada elevasi linggi maupun
rendah Japisan tapak bajak yang ditemukan
di daerah penelitian hampir sejaJan dengan
hasH penelitian Rayes (2000), lapisan tapak
bajak dijwnpai pada kedaJaman 12 - 44 em
(Iebal 6 - 20 em).
Pad3 elevasi tinggi . {anah yang
disawahX.an Ix, lapisan iluviasi Fe dijumpai
sangat teba! hanya terdapat ·pada TA2 di
keda1aman 34 - 61 em (Iebal 27 em),
sedangkan pada elevasi rendah lidak
terbentuk lapisan Fe. Hal ini berbeda
deogan Koenigs ( 1950), di Latosol Bogor
ditemukan kelebaJan lapisan Fe hanya 2
em, pada kedalaman 19 - 21 em, mirip
honson p/akik tetapi tidak sampai
tersementasi. Menurut Soil Survey Staff
(2006) horison plalrik adalah : horison tipis
(I - 25 rum) tersementasi oleh besi (atau
besi dan Mn) serta bahan organik,
merupakan padas berwama hitam sampai
kemerah·merahan gelap.
Pada . elevasi linggi, tanah yang
disawahkan lx, lapisan iluviasi Mn pada
TA4 lerbentuk sangat lebaJ di kedalarnan
30 - 116 ern (Iebal 86 em); dan pada
TA2 terbentuk lapisan iluviasi Mn lipis
Fe yang terbentuk
(karena lapisan
sangat lebal) hanya 6 em; sedangkan pada
elevesi
rendah (TAS) terbentuk di
kedalaman 35 - 81 em (lebaJ 46 em);
dan pada TA 12 tidak terbeotuk lap:san
iluviasi Mn, telapi berupa lapi san
nodui Mn (Be) dalam jumlah
yang
banyak dan besar, di kedalaman 18 - 87 em
(tebal 69 em).
Agrista Vol. 12 No.3, 2008
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarknn uraian sebelumnya., maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
pada lanah yang tidak disawahkan susunan
horison, hanya terdiri dari Japisan olah dan
lapisan tMah asal. Susunan borison tanOO
yang disawahkan, pada sawah 1x, di
samping lapisan olah teJah terjadi proses
pembentukan horison (horisonisasi) lebih
lanjut, yaitu: lapisan tapak bajak kurang
oyala, lapisan fe, lapisan Mn alau lapisan
nodul Mn, dan lapisan tanah asal;
sedangkan susunan honson sawah 2x
sebagai berikut:
lapisan olah (elah
mengalami reduksi, lapisan tapak: bajak
lebih nyata, Japisan Fe dan atau Mo, lapisan
bawah tereduksi, dan lapisan tMah asal.
Pada elevasi tinggl, baik pada tanah
.' yang disawahkan 1x maupun sawah 2x.
lapisan tapak bajak dijumpai di kedalaman
lebih dangkal (10·12 em), dibandingkan
pada elevasi rendab dijumpai di kedalaman
lebih dalam (15 · 16 em), dengan kelebalan
yang sarna 12· 19 em. Semakin rendah
ketinggian, baik pada ' tanah yang
disawahkan Ix maupun sawah 2x, semakin
sedikit horisonisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bakosunanal. 2000. Peta rupa bumi skala
1:25.000. Lembar Cisarua, Ciawi,
Bogor, Leuwiliang, dan Cibinong.
Bakosun.anal, Bogor.
Hardjowigeno, 5., & M.L. Rayes. 2005.
Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi,
dan Pennasalahan Tanah Sawah di
Indonesia.
Cetakan
Pertama.
Bayumedia Publishing. Malang. Jawa
Timur. Indonesia.
Koenigs, F. F. R. 1950. A 'sawah' profile
near Bogar (Java). Contr. of the
General Agrie, Researeh Station,
Bogar. No. 15.
Moonnann, F. R , & N. van Breemen.
1978. セゥ・Z@
Soil, Water, Land. JRRl.
Los Banos, Laguna, Philippines.
Munir, M. 1987. Pengaruh penyawahant
terhadap
morfologi,
pedogenesis,
elektrokimia dan klasifikasi tanah.
Disertasi
Doktor.
Program
Pascasarjana, IPS. Bogor,
237
Rayes, ?'vi. 1. lOOt). Kareku:rislik, genesis
dan klasifikasi tanah sawah berasa!
dari bahan volkan MerapL D1SerlaS)
Doktor.
Progranl Pascasarjana,
Institut Pertanlan Bogor, Bogor.
Socpraptohardjo, M. 1966. Peta tanah tinjau
Jawa Baret. Lembaga Pene!itian
Tanah, BOgOL
Soil Survey DiVISIon Slaff. 1993. Sui!
Survey Manual, USDA. Handhook
No. IS. USDA, Washington D. C.
Soil Survey Staff, 2006. Keys to Soil
Taxonomy. loth ed USDANRCS.
Washington, DC
SubardjB & P. Buunna(J., 1980. A
Toposequence of Latosal on volcanic
rocks in the Bogor Jakarta al'er.$. in
P. Buurman (ed). Red Soils in
Indonesia Centre for Agric. PubL
and Doc. Wageningen.
Tan, K. H. t9GB. The genesis and
characteristics of paddy sons in
Indonesia. SQil Sci. Phmt Nutr.
14(3),117121.
U S. Anny. [943. Java and Madura
1:50.000. II:!: ed. Chief af engineers,
U. S. Army. Copied from a Dutch
map, 1937
Agrim. Vol. 12No.3,l00S