Uji Ketertarikan Wirok Kecil (Bandicota bangalensis Gray & Hardwicke) terhadap Umpan dan Redontisida

UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL
(Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke)
TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA

SYARIF SYUKRI HARAHAP
A44102059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL
(Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke)
TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
Syarif Syukri Harahap
A44102059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NRP
Departemen


: UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL (Bandicota
bengalensis Gray & Hardwicke) TERHADAP UMPAN
DAN RODENTISIDA
: Syarif Syukri Harahap
: A44102059
: Proteksi Tanaman

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si.
NIP 131 664 407

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham M.Agr
NIP 130 422 698

Tanggal lulus :


ABSTRAK
SYARIF SYUKRI HARAHAP. Uji Ketertarikan Wirok Kecil (Bandicota
bengalensis Gray & Hardwicke) Terhadap Umpan dan Rodentisida dibimbing
oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.
B. bengalensis adalah hama Permukiman yang utama di kota-kota besar di
kawasan Asia termasuk Indonesia. Kerugian yang dapat ditimbulkan adalah
kerusakan pada bangunan fisik rumah, kantor, gudang, dan pabrik, serta
berkurangnya simpanan bahan makanan di rumah dan gudang makanan.
Kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada jumlah yang dikonsumsinya,
karena cara makan yang sedikit-sedikit pada beberapa bagian. Selain itu, wirok
menyebabkan kontaminasi pada bahan makanan oleh rambut, feses, dan urin, dan
menjadi vektor penyakit pada manusia seperti leptospirosis, rickettsial, pes,
salmonellosis, dan rabies.
Pengendalian kimia adalah metode yang sering digunakan dalam
pengendalian wirok. Metode ini berupa penggunaan umpan beracun (akut dan
kronis), repelen kimia, atraktan, dan fumigasi. Umpan yang digunakan sebagai
umpan beracun harus memenuhi syarat yaitu: Menarik bagi wirok, tidak menarik
bagi hewan lain yang bukan sasaran, mudah didapat, dan mudah dicampurkan
dengan racun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis umpan yang disukai oleh
wirok kecil terutama dari pakan yang biasa dikonsumsi manusia yang nantinya
dapat digunakan sebagai umpan yang efektif dalam mengelola populasinya. Selain
itu, penelitian ini juga untuk menguji rodentisida yang efektif dalam
mengendalikan wirok.
Metode yang dilakukan yaitu uji tanpa dan dengan pilihan dengan
menggunakan pakan standar umpan tikus berupa beras dan gabah, makanan
manusia berupa telur, ikan tongkol, daging ayam, jagung manis, dan kelapa, dan
pakan ternak yaitu pelet ikan, gandum dan jagung pipilan. Pada perlakuan
rodentisida, pakan yang disukai dari percobaan preferensi pakan, dicampur
dengan seng fosfida dan bersama racun kronis lain ditempatkan pada tempat
umpan bersekat di dalam kurungan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa wirok menyukai jagung manis
dibandingkan pakan lain. Telur goreng dan kelapa menempati urutan kedua dan
ketiga dalam jumlah umpan yang dimakan. Wirok mati dalam waktu kurang dari
12 jam setelah aplikasi rodentisida. Kematian wirok disebabkan oleh racun akut
yang dicampur dengan pakan yang disukai yaitu jagung manis. Meskipun
mengalami perubahan warna, aroma serta rasa wirok lebih memilih jagung manis
yang dicampur seng fosfida.


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tulangbawang Lampung pada tanggal 18 Juni 1984,
dari ayah Zulkifli Harahap dan ibu Liana Herlina Pulungan. Penulis merupakan
anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum pada tahun
2002 di SMU Negeri 1 Tumijajar dan pada tahun yang sama penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa penulis me njadi asisten praktikum mata kuliah
Vertebrata Hama Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan pada semester
genap 2004/2005 dan pada tahun 2005 penulis menjadi ketua kelompok Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) tingkat nasional.

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Uji Ketertarikan
Wirok Kecil (Bandicota bengalensis Gray & Hardwicke) Terhadap Umpan dan
Rodentisida”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Pertanian, pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu, Kakek dan Nenek, Tulang dan Nantulang, serta Adik-adik yang
selalu memberi semangat untuk menjadi yang terbaik dan senantiasa berguna
bagi keluarga dan orang lain.
2. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si selaku dosen pembimbing penelitian yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Ir. Abjad Asih Nawangsih M.Si selaku dosen penguji tamu
4. Khusus untuk Sherly Asrilia yang telah membantu dan memberikan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Ahmad Soban, Ridwan Fatamorgana, Rizka Yudha, Edward, Tim PKM
Nematoda, dan HPT’ers 39 yang memberikan masukan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang memerlukan,
terutama di bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Bogor, Januari 2006

Syarif Syukri Harahap


DAFTAR ISI

I

II

DAFTAR TABEL ...........................................................................

Halaman
v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

vii


PENDAHULUAN ..........................................................................

1

Latar Belakang .......................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

3

Wirok .....................................................................................
Prilaku makan .......................................................................
Pengelolaan Wirok ...............................................................
Pakan ....................................................................................

Rodentisida ..........................................................................

3
4
4
5
11

III BAHAN DAN METODE .............................................................

14

Waktu dan Tempat ...............................................................
Bahan dan Alat ....................................................................
Metode .................................................................................
Konversi Data ......................................................................
Rancangan Percobaan ..........................................................

14
14

15
18
19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

20

Pengujian Umpan Wirok .......................................................
Bobot Tubuh Wirok ..............................................................
Pengujian Rodentisida ...........................................................
Pengamatan Gejala Keracunan ..............................................
V

20
23
23
26

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................


27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................

28

LAMPIRAN ................................................................................

31

DAFTAR TABEL

No
Halaman
1 Kandungan zat gizi sweet corn per 100 g berat yang dimakan ............ 6
2

Komposisi kimia dan zat gizi jagung kuning pipilan per 100 g ...........

7

3

Kandungan zat- zat dalam telur ayam (%) …………………………..

9

4

Kandungan zat- zat dalam daging (%) ……………………………… 9

5

Komposisi kimia daging buah kelapa tua per 100 g bahan ................. 10

6

Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) terhadap berbagai jenis
umpan pada uji tanpa pilihan .............................................................. 20

7

Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) terhadap berbagai jenis
umpan pada uji pilihan .......................................................................

22

Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) pada uji rodentisida dengan
pilihan ……………………………………………………………….

24

8
9

Hasil Identifikasi pada hewan uji …………………………………... 26

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman

1 Jagung manis dicampur seng fosfida ..............................................

18

2 Beras dicampur seng fosfida .........................................................

18

3 Perubahan bobot tubuh wirok dari awal hingga akhir perlakuan ..

22

4 Otopsi tampak gejala keracunan ....................................................

26

DAFTAR LAMPIRAN

No
1

Halaman
Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji tanpa pilihan putaran
1+2 per 100 g bobot tubuh ...........................................................

2

Sidik ragam konsumsi B. Bengalensis uji tanpa pilihan putaran 1
per 100 g bobot tubuh ..................................................................

3

34

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 3
per 100 g bobot tubuh ..................................................................

8

33

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 2
per 100 g bobot tubuh ………………..........................................

7

33

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 1
per 100 g bobot tubuh ………………..........................................

6

32

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 1+2+3
per 100 g bobot tubuh ...................................................................

5

32

Sidik ragam konsumsi B. Bengalensis uji tanpa pilihan putaran 2
per 100 g bobot tubuh ..................................................................

4

32

34

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis terhadap
umpan beracun per 100 g bobot tubuh .......................................

35

UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL
(Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke)
TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA

SYARIF SYUKRI HARAHAP
A44102059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL
(Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke)
TERHADAP UMPAN DAN RODENTISIDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
Syarif Syukri Harahap
A44102059

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NRP
Departemen

: UJI KETERTARIKAN WIROK KECIL (Bandicota
bengalensis Gray & Hardwicke) TERHADAP UMPAN
DAN RODENTISIDA
: Syarif Syukri Harahap
: A44102059
: Proteksi Tanaman

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si.
NIP 131 664 407

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham M.Agr
NIP 130 422 698

Tanggal lulus :

ABSTRAK
SYARIF SYUKRI HARAHAP. Uji Ketertarikan Wirok Kecil (Bandicota
bengalensis Gray & Hardwicke) Terhadap Umpan dan Rodentisida dibimbing
oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.
B. bengalensis adalah hama Permukiman yang utama di kota-kota besar di
kawasan Asia termasuk Indonesia. Kerugian yang dapat ditimbulkan adalah
kerusakan pada bangunan fisik rumah, kantor, gudang, dan pabrik, serta
berkurangnya simpanan bahan makanan di rumah dan gudang makanan.
Kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada jumlah yang dikonsumsinya,
karena cara makan yang sedikit-sedikit pada beberapa bagian. Selain itu, wirok
menyebabkan kontaminasi pada bahan makanan oleh rambut, feses, dan urin, dan
menjadi vektor penyakit pada manusia seperti leptospirosis, rickettsial, pes,
salmonellosis, dan rabies.
Pengendalian kimia adalah metode yang sering digunakan dalam
pengendalian wirok. Metode ini berupa penggunaan umpan beracun (akut dan
kronis), repelen kimia, atraktan, dan fumigasi. Umpan yang digunakan sebagai
umpan beracun harus memenuhi syarat yaitu: Menarik bagi wirok, tidak menarik
bagi hewan lain yang bukan sasaran, mudah didapat, dan mudah dicampurkan
dengan racun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis umpan yang disukai oleh
wirok kecil terutama dari pakan yang biasa dikonsumsi manusia yang nantinya
dapat digunakan sebagai umpan yang efektif dalam mengelola populasinya. Selain
itu, penelitian ini juga untuk menguji rodentisida yang efektif dalam
mengendalikan wirok.
Metode yang dilakukan yaitu uji tanpa dan dengan pilihan dengan
menggunakan pakan standar umpan tikus berupa beras dan gabah, makanan
manusia berupa telur, ikan tongkol, daging ayam, jagung manis, dan kelapa, dan
pakan ternak yaitu pelet ikan, gandum dan jagung pipilan. Pada perlakuan
rodentisida, pakan yang disukai dari percobaan preferensi pakan, dicampur
dengan seng fosfida dan bersama racun kronis lain ditempatkan pada tempat
umpan bersekat di dalam kurungan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa wirok menyukai jagung manis
dibandingkan pakan lain. Telur goreng dan kelapa menempati urutan kedua dan
ketiga dalam jumlah umpan yang dimakan. Wirok mati dalam waktu kurang dari
12 jam setelah aplikasi rodentisida. Kematian wirok disebabkan oleh racun akut
yang dicampur dengan pakan yang disukai yaitu jagung manis. Meskipun
mengalami perubahan warna, aroma serta rasa wirok lebih memilih jagung manis
yang dicampur seng fosfida.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tulangbawang Lampung pada tanggal 18 Juni 1984,
dari ayah Zulkifli Harahap dan ibu Liana Herlina Pulungan. Penulis merupakan
anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum pada tahun
2002 di SMU Negeri 1 Tumijajar dan pada tahun yang sama penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa penulis me njadi asisten praktikum mata kuliah
Vertebrata Hama Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan pada semester
genap 2004/2005 dan pada tahun 2005 penulis menjadi ketua kelompok Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) tingkat nasional.

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Uji Ketertarikan
Wirok Kecil (Bandicota bengalensis Gray & Hardwicke) Terhadap Umpan dan
Rodentisida”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pertanian, pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu, Kakek dan Nenek, Tulang dan Nantulang, serta Adik-adik yang
selalu memberi semangat untuk menjadi yang terbaik dan senantiasa berguna
bagi keluarga dan orang lain.
2. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si selaku dosen pembimbing penelitian yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Ir. Abjad Asih Nawangsih M.Si selaku dosen penguji tamu
4. Khusus untuk Sherly Asrilia yang telah membantu dan memberikan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Ahmad Soban, Ridwan Fatamorgana, Rizka Yudha, Edward, Tim PKM
Nematoda, dan HPT’ers 39 yang memberikan masukan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang memerlukan,
terutama di bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Bogor, Januari 2006

Syarif Syukri Harahap

DAFTAR ISI

I

II

DAFTAR TABEL ...........................................................................

Halaman
v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

vii

PENDAHULUAN ..........................................................................

1

Latar Belakang .......................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

3

Wirok .....................................................................................
Prilaku makan .......................................................................
Pengelolaan Wirok ...............................................................
Pakan ....................................................................................
Rodentisida ..........................................................................

3
4
4
5
11

III BAHAN DAN METODE .............................................................

14

Waktu dan Tempat ...............................................................
Bahan dan Alat ....................................................................
Metode .................................................................................
Konversi Data ......................................................................
Rancangan Percobaan ..........................................................

14
14
15
18
19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

20

Pengujian Umpan Wirok .......................................................
Bobot Tubuh Wirok ..............................................................
Pengujian Rodentisida ...........................................................
Pengamatan Gejala Keracunan ..............................................
V

20
23
23
26

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................

28

LAMPIRAN ................................................................................

31

DAFTAR TABEL

No
Halaman
1 Kandungan zat gizi sweet corn per 100 g berat yang dimakan ............ 6
2

Komposisi kimia dan zat gizi jagung kuning pipilan per 100 g ...........

7

3

Kandungan zat- zat dalam telur ayam (%) …………………………..

9

4

Kandungan zat- zat dalam daging (%) ……………………………… 9

5

Komposisi kimia daging buah kelapa tua per 100 g bahan ................. 10

6

Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) terhadap berbagai jenis
umpan pada uji tanpa pilihan .............................................................. 20

7

Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) terhadap berbagai jenis
umpan pada uji pilihan .......................................................................

22

Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) pada uji rodentisida dengan
pilihan ……………………………………………………………….

24

8
9

Hasil Identifikasi pada hewan uji …………………………………... 26

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman

1 Jagung manis dicampur seng fosfida ..............................................

18

2 Beras dicampur seng fosfida .........................................................

18

3 Perubahan bobot tubuh wirok dari awal hingga akhir perlakuan ..

22

4 Otopsi tampak gejala keracunan ....................................................

26

DAFTAR LAMPIRAN

No
1

Halaman
Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji tanpa pilihan putaran
1+2 per 100 g bobot tubuh ...........................................................

2

Sidik ragam konsumsi B. Bengalensis uji tanpa pilihan putaran 1
per 100 g bobot tubuh ..................................................................

3

34

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 3
per 100 g bobot tubuh ..................................................................

8

33

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 2
per 100 g bobot tubuh ………………..........................................

7

33

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 1
per 100 g bobot tubuh ………………..........................................

6

32

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis uji pilihan hari 1+2+3
per 100 g bobot tubuh ...................................................................

5

32

Sidik ragam konsumsi B. Bengalensis uji tanpa pilihan putaran 2
per 100 g bobot tubuh ..................................................................

4

32

34

Sidik ragam konsumsi B. bengalensis terhadap
umpan beracun per 100 g bobot tubuh .......................................

35

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Wirok merupakan hewan pengerat yang memiliki palatabilitas pakan yang
luas pada komoditas pangan antara lain: Serealia, kacang-kacangan, umbi-umbian,
buah, dan sayuran (Priyambodo 2003). Wirok dapat ditemukan hampir di tiap
daerah terestrial baik di daerah pertanian sampai perkotaan. Setidaknya ada 24
spesies tikus, wirok, dan mencit yang merupakan hama penting di daerah Asia dan
Indo-Pasifik. Spesies tersebut terdiri atas 10 spesies dari genus Rattus, 6 spesies
dari genus Mus, 3 spesies dari genus Bandicota yaitu B. indica, B. bengalensis, B.
savilei, 2 spesies dari genus Berylmys, serta masing-masing 1 spesies dari genus
Cannomys, Nesokia, dan Rhyzomys (Aplin et al 2003)
Wirok kecil (Bandicota bangalensis Gray & Hardwicke) merupakan hama
yang menyerang tanaman pangan, hortikultura, maupun tanaman perkebunan.
Menurut Khan dan Rizvi 1999 wirok kecil menyebabkan kehilangan ekonomi
yang cukup serius pada tanaman padi, gandum, tebu, dan kacang tanah di
Pakistan. Aktivitas wirok yang tinggal di pekarangan (menggali tanah) dapat
merusak rumput di taman, tanaman hias, pohon buah-buahan, bahkan pohon
pelindung di jalan (Priyambodo 2005). Wirok memiliki kemampuan yang baik
dalam menggali sehingga dapat menyebabkan runtuhnya pondasi bangunan,
kerusakan jalan dan trotoar. Selain itu wirok menyebabkan jebolnya bendungan
sehingga terjadi banjir dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar (Lund
1994). Selain menyebabkan kerugian dibidang pertanian, wirok merupakan vektor
penyakit pada manusia. Penyakit yang dapat ditularkan oleh wirok adalah: Pes,
leptospirosis, rickettsial, dan rabies (Priyambodo 2003).
B. bengalensis merupakan spesies tikus yang menjadi hama baik di lahan
pertanian dan di daerah perkotaan. Kerugian yang disebabkan oleh wirok di
Indonesia belum banyak dilaporkan, namun wirok dapat menjadi hama potensial
yang dapat menimbulkan kerugian terutama di daerah perkotaan. Tindakan
pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi wirok dapat berupa:
Sanitasi lingkungan, pemasangan perangkap, pengusiran dengan alat fisik,
pemanfaatan musuh alami, penggunaan umpan beracun (rodentisida), dan gas

2
beracun (fumigan). Pengelolaan yang sering dilakukan terhadap wirok adalah
dengan menggunakan umpan beracun. Metode ini sekarang banyak digunakan,
meskipun menurut konsep PHT seharusnya digunakan sebagai alternatif terakhir
setelah semua cara yang lain tidak mampu menekan populasi wirok.
Rodentisida sintetik yang digunakan dalam pengelolaan wirok terdiri dari
dua jenis yaitu rodentisida yang bersifat akut dan kronis. Rodentisida akut yang
biasa digunakan dalam pengendalian tikus adalah seng fosfida dan brometalin,
sedangkan yang bersifat kronis adalah brodifakum, bromodiolon, flokumafen,
kumatetralil, dan warfarin. Pengelolaan dengan cara ini memiliki kelebihan yaitu
bahannya mudah didapat dan diaplikasikan serta hasilnya cepat dirasakan.
Disamping itu rodentisida sintetik juga memiliki kelemahan yaitu membunuh
organisme bukan sasaran dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
(Priyambodo 2003).
Hingga saat ini penelitian mengenai wirok di Indonesia belum banyak
dilakukan, terutama tentang jenis umpan yang disukai yang berasal dari limbah
rumah tangga atau sisa makanan manusia untuk menangkap dan mengendalikan
wirok. Demikian juga dengan jenis rodentisida yang tepat untuk digunakan dalam
mengendalikan populasi wirok. Penelitian yang banyak dilakukan adalah terhadap
tikus sawah (Rattus argentiventer) dan tikus rumah (Rattus rattus diardii).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis umpan yang disukai oleh
wirok dan rodentisida yang efektif dalam mengelola populasinya.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
teknik pengelolaan kimia yang efektif dan efisien dalam mengelola populasi
wirok.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Wirok Kecil (Bandicota bengalensis)
Wirok

kecil (Bandicota bengalensis) termasuk dalam Ordo Rodentia,

Famili Murinae, Subfamili Murinae, dan Genus Bandicota. Dalam genus ini
terdapat 3 spesies yaitu B. indica, B. bengalensis, dan B. savilei. Ketiga spesies
tersebut memiliki ukuran tubuh dan daerah penyebaran yang berbeda.
Ciri morfologi dari wirok kecil (B. bengalensis) adalah tekstur rambut
panjang dan kasar, bentuk hidung kerucut terpotong, badan berbentuk silindris
dan membesar pada bagian belakang, rambut tubuh berwarna hitam pada bagian
dorsal dan ventral sampai bagian ekor, berat tubuh 200-400 g, panjang total 400500 mm, betina memiliki 3 + 3 pasang puting susu. Wirok termasuk hewan
terestrial yang dicirikan dengan ekor pendek relatif terhadap kepala dan badan,
serta tonjolan pada telapak kaki yang relatif kecil dan permukaannya halus
(Priyambodo 2003).
Penyebaran wirok kecil sangat luas mulai dari Pakistan, sampai India,
Bangladesh, Myanmar, Sumatera, dan Jawa. Habitat asli B. bengalensis adalah
hutan rimba dan pepohonan oak (Walker 1999). Namun wirok telah menjadi
hama di permukiman dengan habitat utama adalah gudang, perumahan manusia,
saluran pembuangan di perumahan (got) (Priyambodo 2003).
Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat keberadaan wirok pada habitat
permukiman adalah kerusakan pada bangunan fisik rumah, kantor, gudang, dan
pabrik, serta berkurangnya simpanan bahan makanan di rumah dan gudang
makanan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh wirok lebih besar daripada jumlah
yang dikonsumsinya, karena cara makan wirok yang sedikit-sedikit pada beberapa
bagian. Selain itu, wirok dapat juga menyebabkan kontaminasi pada bahan
makanan oleh rambut, feses, dan urine. Wirok yang mati menimbulkan bau tidak
sedap dan dapat menghambat saluran pembuangan. Perilaku wirok

tidak

memanjat tetapi aktif menggali tanah. Wirok membuat liang di dalam tanah
mencapai panjang 10 meter, dengan garis tengah liang 7-8 cm. Aktivitas wirok
yang tinggal di pekarangan (menggali tanah) dapat merusak rumput di taman,

4
tanaman hias, pohon buah-buahan, bahkan pohon pelindung di jalan (Priyambodo
2005). Wirok merupakan perenang dan penyelam yang baik. B. bengalensis sering
merusak saluran pembuangan (got) dan pipa saluran. Selain itu wirok juga dapat
menyebabkan rusaknya pondasi bangunan atau jalan dan trotoar (Lund 1994).
Selain menyebabkan kerugian di bidang pertanian dan permukiman B.
bengalensis juga dapat menjadi vektor penyakit pada manusia seperti:
Leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira autumnalis dan L.
javanica, rickettsial, pes, salmonellosis, dan rabies (Priyambodo 2003).

Perilaku Makan
Walaupun sudah mengetahui letak dan jenis pakan yang disukai, wirok akan
tetap mencium dan mencicipi semua pakan yang tersedia lebih dahulu sebelum
dimakan. Wirok mencium dan mencicipi terlebih dahulu semua pakan mulai dari
yang disukai sampai pada pakan yang kurang disukai baru kemudian wirok
mengkonsumsi pakan yang tersedia. Wirok cenderung langsung mengkonsumsi
pakan yang disukai, namun tetap waspada terhadap pakan yang kurang disukai.
Peningkatan aktivitas makan wirok diikuti dengan frekuensi minum yang tinggi.
Meskipun aktivitas makan dan bergerak wirok berkurang, wirok tetap
membutuhkan air minum yang relatif banyak untuk memenuhi kebutuhan mineral
dalam tubuhnya (Nugraha 2004).

Pengelolaan Wirok
Wirok menjadi hama serius pada pemukiman manusia karena memiliki
kemampuan reproduksi tinggi dan tahan terhadap gangguan lingkungan serta
dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang dibuat manusia. Menurut
Lund 1994 rerata kemampuan reproduksi wirok 5,9 anak per betina atau 43 anak
per betina per tahun.
Metode

pengendalian

secara

mekanis

sering

digunakan

untuk

mengendalikan wirok di Indonesia. Untuk mengendalikan populasi wirok,

5
biasanya masyarakat melakukan perburuan. Selain dengan perburuan metode
pengendalian yang sering dilakukan dengan pemasangan perangkap, fumigasi,
dan pemberian racun (Priyambodo 2003).
Pengendalian kimia adalah metode yang sering digunakan dalam
pengendalian wirok. Metode ini berupa penggunaan umpan beracun (akut dan
kronis), repelen kimia, atraktan, dan fumigasi. Umpan yang digunakan sebagai
umpan beracun harus memenuhi syarat yaitu: Menarik bagi wirok, tidak menarik
bagi hewan lain yang bukan sasaran, mudah didapat, dan mudah dicampurkan
dengan racun. Fumigasi adalah peracunan tikus beserta ektoparasitnya dengan
menggunakan gas beracun. Racun fumigan umumnya bersifat biosida (membunuh
semua makhluk hidup). Repelen adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mengusir tikus. Bahan atraktan adalah bahan kimia yang dapat menarik tikus
melalui bau yang ditimbulkannya dan bukan bahan yang bersifat penyedap
(Priyambodo, 2003).

Pakan
Beras
Beras merupakan bagian dari buah tanaman padi (Oryza sativa L). Buah
padi atau gabah yang dikupas akan menghasilkan beras pecah kulit, apabila beras
pecah kulit tersebut disosoh maka akan diperoleh beras giling. Beras giling inilah
yang biasanya dikonsumsi. Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan
sumber energi karbohidrat. Zat-zat gizi yang terkandung di dalam beras sangat
mudah dicerna oleh tubuh, sehingga beras memiliki keunggulan sebagai penyedia
energi yang tinggi dibanding dengan bahan makanan lainnya. Beras juga
mengandung asam amino esensial diantaranya yang paling banyak adalah valine
dan leusin, sedangkan lisin merupakan asam amino yang paling rendah.
Kandungan protein dalam beras adalah 6,7%, dan setelah dimasak proteinnya
dapat turun menjadi hanya 2% (Tasar 2000). Menurut Riana 2000 nutrisi yang
terkandung dalam beras per 100 g adalah protein 6.5 g, energi 358 kkal, lemak
0.52 g, karbohidrat 79.15 g, kalsium (Ca) 3 mg, dan besi (Fe) 4.23 mg.

6
Beras merupakan salah satu makanan pokok sebagian besar penduduk
dunia, jumlah produksi beras pertahun menempati urutan kedua setelah gandum.
Gabah
Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah
dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata gabah dari bahasa Jawa “gabah”.
Secara anatomi biologi, gabah merupakan buah padi, sekaligus biji. Buah padi
bertipe bulir atau caryopsis, sehingga pembedaan bagian buah dan biji sukar
dilakukan. Gabah kering simpan me ngandung kadar air maksimal 14%
(Wikipedia 2000a)

Gandum
Gandum (Triticum spp.) adalah tergolong dalam Famili Graminae yang
ditanam di seluruh dunia. Gandum merupakan tanaman sereal terbesar. Gandum
merupakan bahan makanan yang digunakan untuk menghasilkan tepung
berkualitas tinggi (wikipedia 2000b).

Jagung Manis
Kandungan nutrisi jagung manis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan zat gizi jagung manis per 100 g berat yang dimakan
Zat gizi
Jumlah
Energi
96 kkal
Protein
3,5 g
Lemak
1,0 g
Karbohidrat
22,8 g
Kalium
3,0 mg
Fosfor
111,0 mg
Besi
0,7 mg
Vitamin A
400 SI
Vitamin B
0,15 mg
Vitamin C
12 mg
Air
72,7 g
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1979 dalam Anonim

Jagung manis (Zea mays) merupakan tanaman berumah satu, letak bunga
jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk Famili
Poacea dan Genus Zea (Muhadjir 1988). Tinggi tanaman jagung manis tidak
banyak berbeda dengan jagung biasa. Secara fisik dan morfologi jagung manis

7
sulit dibedakan dengan jagung biasa. Komponen dasar biji jagung secara kimia
terdiri atas karbophidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Jagung manis
memiliki nilai gizi yang berbeda dengan jagung biasa. Kadar gula pada jagung
manis 5 – 6% dan kadar pati 10 – 11% (Anonim).
Jagung Pipilan
Kandungan nutrisi jagung pipilan per 100 g dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi kimia dan zat gizi jagung kuning pipilan per 100 g
Komponen

Jumlah

Energi

307 kkal

Protein

7,90 g

Lemak

3,40 g

Karbohidrat

63,60 g

Ca

148 mg

Fe

2,10 mg

Air

14 %

Vitamin B1

0,33 mg

Wikipedia 2000

Jagung pipilan merupakan jagung yang dipanen tua dan biasa digunakan
sebagai pakan ternak. Jagung dipanen dalam bentuk bertongkol dengan kadar air
40 % dan diturunkan sampai 12 %. Penurunan kadar air dapat dilakukan dengan
penjemuran. Setelah jagung bertongkol cukup kering, dilakukan pemipilan
(pelepasan biji dari tongkol). Pemipilan dapat dilakukan secara ma nual dengan
menggunakan alat sederhana atau alat mekanis.
Biji jagung terdiri dari kulit ari, lembaga, dan endosperma. Sebagian besar
pati (85%) terdapat pada endosperma. Pati terdiri dari raksi amilopektin (73%)
dan amilosa (27%). Serat kasar terutama terdapat pada kulit ari. Komponen utama
serat kasar adalah hemiselulosa (41,16%). Gula terdapat pada lembaga (57%) dan
endosperma (15%). Protein sebagian besar terdapat pada endosperma. (Wikipedia
2000a).

8
Pelet ikan
Sekarang ini banyak dipergunakan makanan tambahan untuk dibuat bahan
makanan ternak, baik hewani maupun nabati dan bahan-bahan makanan lainnya,
yang telah dijadikan adonan seperti pasta kemudian dicetak kering sebagai
potongan pelet.
Istilah ”pelet” digunakan untuk menyatakan bentuk yang tidak berupa
tepung maupun butiran, melainkan bentuk potongan-potongan pipa (Asmawi
1983).
Ikan Tongkol (Auxis spp)
Ikan tongkol tergolong Famili Scombridae. Bentuk tubuh seperti cerutu
dengan kulit yang licin. Sirip dada melengkung dan di belakang sirip punggung
dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil-kecil (Djuhanda 1981). Jenisjenis ikan tongkol terdapat mulai dari Laut Merah, terus ke Laut India, Malaysia,
dan Indonesia dan sekitarnya dan juga terdapat di laut-laut tropika dan beriklim
sedang. Ikan tongkol merupakan salah satu sumber protein hewani yang
mempunyai nilai gizi tinggi karena mengandung protein yang cukup dan mineral
yang tinggi.

Telur Ayam
Kandungan nutrisi dalam telur ayam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kandungan zat- zat dalam telur ayam (%)
Komponen

Jumlah

Kalori

173 kkal

Protein

13 g

Lemak

13 g

Kolesterol

550 g

Vitamin A

660 mg

Vitamin B

0,4 mg

Vitamin B12

1,8 mg

Puwastien et al. 2000 dalam Muhammad Baihaki 2002

9
Telur ayam adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bergizi tinggi
karena mengandung zat–zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti asam
amino yang lengkap dan seimbang serta mudah dicerna oleh tubuh. Menurut
Anggoradi (1985) telur mempunyai kandungan gizi yang tinggi karena di
dalamnya terkandung protein, lemak, mineral, dan nutrisi lainnya. Kolesterol
dalam telur berguna untuk membentuk garam-garam empedu yang diperlukan
bagi pencernaan lemak yang berasal yang berasal dari pangan dan diperlukan
sebagai komponen pembentukan hormon seksual.

Daging Ayam
Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan yang berasal dari ternak
yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan. Daging ayam mengandung protein yang mudah diolah, dicerna, dan
mempunyai cita rasa yang enak sehingga disukai bayak orang (Tursadi 1994).
Asam-asam amino yang menyusun daging ayam adalah lengkap dan seimbang.
Disamping itu juga kaya akan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh.
Kandungan kolesterol daging ayam broiler rendah dan kaya vitamin B dan
mineral sehingga sangat diperlukan untuk kesehatan sistem syaraf dan
pertumbuhan. Pada daging ayam, kandungan lemaknya lebih tinggi daripada telur
tetapi komposisinya sebagian besar terdiri dari asam lemak tak jenuh ganda yang
penting bagi penyakit jantung koroner. Kandungan nutrisi pada daging ayam
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan zat- zat dalam daging ayam (%)
Komponen
Kalori
Protein
Lemak

Jumlah (%)
302 kkal
18,2 g
25 g

Karyadi dan Hermana 1992

Daging ayam dapat diolah dengan berbagai cara untuk mendapatkan cita
rasa yang diinginkan. Berbagai hasil olahan dari ayam adalah ayam goreng, gulai
ayam, ayam rendang, ayam bakar, dan masih banyak cara pengolahan lainnya.

10
Kelapa
Komposisi nutrisi yang terkandung pada buah kelapa tua dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi kimia daging buah kelapa tua per 100 g bahan
Kandungan gizi

Jumlah

Kalori

359 kkal

Protein

3,4 g

Lemak

34,7 g

Karbohidrat

14 g

Kalsium

21 mg

Air

46,9 g

Direktorat Gizi Depkes R.I 1981 dalam Rumokoi 1993

Sampai saat ini daging buah kelapa tetap dianggap sebagai bagian kelapa
yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Selain sebagai bahan baku kopra
dan minyak kelapa, daging buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk
antara lain santan kelapa, kelapa parut kering, selai kelapa, keripik dan lain-lain.
Produk-produk kelapa ini memerlukan bahan baku kelapa dengan sifat-sifat
tertentu. Sifat-sifat daging kelapa ditentukan oleh senyawa atau komposisi kimia
penyusun daging kelapa tersebut. Komposisi daging kelapa selain ditentukan oleh
umur buah juga dipengaruhi oleh jenis kultivar kelapa. Daging buah kelapa
mengandung protein yang bernialai gizi tinggi, yaitu protein yang mengandung
asam amino esensial yang lengkap dalam jumlah yang cukup tinggi (Rumokoi
1993).
Rodentisida
Rodentisida Akut
Rodentisida akut merupakan rodentisida yang dapat menyebabkan kematian
pada hewan sasaran dalam waktu singkat, biasanya 24 jam atau kurang. Menurut
Buckle 1996 rodentisida akut dapat menyebabkan kematian setelah mencapai

11
dosis letal dalam waktu 24 jam. Rodentisida akut merupakan racun yang sangat
berbahaya sehingga dibatasi keberadaannya di beberapa negara.

Seng Fosfida
Seng fospida berbentuk tepung yang berwarna kelabu kehitaman, dengan
bau seperti bawang putih. Seng fosfida diproduksi dengan cara mengarahkan
kombinasi antara seng dengan fosfor. Seng fosfida telah dikenal sejak dulu
sebagai racun tikus yang efektif, dapat tercampur dalam karbon disulfida dan
benzena, tetapi tidak dapat larut dalam alkohol dan air. Bahan aktif seng fosfida
menghasilkan fosfin yang dapat merusak saluran pencernaan (Lund 1994), masuk
ke aliran darah dan menghancurkan lever. Menurut Corrigan 1997 tikus yang mati
karena mengkonsumsi rodentisida seng fosfida akan mengalami kerusakan pada
bagian hati dan mengalami gagal ginjal.
LD50 seng fosfida terhadap tikus rumah adalah 45.7 mg/kg sedangkan untuk
tikus riul (R. norvegicus) adalah 35-48 mg/kg. Burung

juga sangat sensitif

terhadap racun ini. Racun akut ini telah digunakan secara luas terhadap tikus
(Corrigan 1997).

Rodentisida Kronis
Rodentisida kronis atau antikoagulan merupakan rodentisida yang bekerja
lambat. Gejala keracunan akibat konsumsi rodentisida ini akan terlihat dalam
waktu yang cukup lama yaitu lebih dari 24 jam (Meehan 1984). Bahan aktif yang
digunakan

dalam

rodentisida

kronis

adalah

brodifakum,

bromadiolon,

kumatetralil, flokumafen, dan warfarin.

Brodifakum
Rodentisida ini merupakan rodentisida generasi kedua yang paling potensial
untuk mengendalikan tikus dan mencit yang sudah kebal terhadap racun jenis lain.
Rodentisida ini tidak larut dalam air. LD50 untuk tikus adalah 0.27 mg/kg, dan
untuk mencit 0.4 mg/kg. Menurut Buckle 1996 brodifakum dengan konsentrasi
0,005% dapat menyebabkan 100% kematian mencit setelah satu hari perlakuan

12
baik yang rentan maupun kebal terhadap warfarin. Racun ini memiliki cara kerja
mengganggu kerja vitamin K dalam proses pembekuan darah. Hewan pengerat
dapat menyerap dosis yang mematikan dengan hanya 50 mg/ kg bahan aktif
(Oudejans 1991).
Brodifakum bekerja sebagai antikoagulan yang tidak langsung terhadap
tikus, termasuk juga terhadap strain yang tahan terhadap antikoagulan jenis
lainnya. Rodentisida ini dapat membunuh jika hewan pengerat menyerap dosis
yang mematikan dengan hanya 50 mg/kg umpan sebagai bagian dari pakannya.

Warfarin
Warfarin merupakan rodentisida antikoagulan dan pertama kali digunakan
di Amerika pada tahun 1952. Warfarin digunakan untuk mengendalikan tikus di
perumahan, pertanian, dan perindustrian. Warfarin merupakan umpan siap pakai
dan larut dalam air. Rodentisida ini sedikit berbahaya bagi manusia dan binatang
peliharaan. Cara kerja ini mengakibatkan pembekuan darah sehingga peredaran
darah terhambat.

Warfarin efektif dan tidak berbau pada dosis rendah.

Pengendalian dengan rodentisida ini tidak cepat, umumnya diperlukan waktu satu
satu minggu setelah aplikasi baru dapat terlihat hasil terhadap pengurangan
populasi tikus (Prakash 1988). LD50 yang dianjurkan adalah 323 mg/kg untuk
tikus jantan dan 58 mg/kg untuk tikus betina (Wikimedia 2000d).

Flokumafen
Flokumafen merupakan senyawa kimia yang sama dengan brodifakum,
tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan larut dalam aseton. Senyawa
ini direkomendasikan penggunaannya dengan konsentrasi 0,005% pada umpan
beracun. Cara kerja dari racun ini adalah mengganggu metabolisme vitamin K dan
mengganggu sistem pembekuan darah.
LD50 untuk R. norvegicus 0,4 mg/kg, untuk R. rattus 0.25 mg/kg, dan untuk
mencit 0.8 mg/kg. Flokumafen sebagai racun antikoagulan generasi kedua yang
potensial (Buckle 1996). Rodentisida ini dapat mengakibatkan kematian pada

13
burung sehingga penggunaannya ilegal di Inggris. Bentuk fisik racun ini adalah
bentuk padatan seperti buah petai berwarna biru.

Kumatetralil
Kumatetralil merupakan rodentisida produk Jerman dan telah digunakan
bertahun-tahun untuk mengendalikan hewan pengerat. Meskipun toksisitasnya
lebih rendah dibandingkan dengan warfarin tetapi dilaporkan efektif untuk
mengendalikan R. norvegicus. Kumatetralil berbentuk bubuk kristal berwarna
putih kekuningan, tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam aseton dan
ethanol.
Rodentisida ini merupakan suatu anti-koagulan yang tidak menyebabkan
jera umpan. LD 50 sub kronis untuk R. norvegicus 16.5 mg/kg, tikus betina sedikit
lebih peka dibanding tikus jantan (Prakash 1988) dan tikus rumah (R. rattus)
adalah 0.3 mg/kg (Sikora 1981). Kumatetralil merupakan beras yang dilapisi
racun, berwarna biru.

III. BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan dilakukan di Laboratorium Vertebrata Hama,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari
bulan September sampai November 2005.

Bahan dan Alat

Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah wirok kecil (Bandicota
bengalensis) yang berasal dari penangkapan di sekitar Kampus Darmaga Institut
Pertanian Bogor. Wirok yang digunakan sebanyak 8 ekor, sehat dan tidak bunting.
Wirok tangkapan dari lapang dipelihara di Laboratorium Vertebrata Hama selama
3 hari dengan diberi pakan gabah dan nasi putih selama proses pemeliharaan.

Pakan
Pakan yang digunakan terdiri dari 3 kelompok yaitu:
1. Pakan standar
Pakan standar merupakan bahan yang biasa dijadikan pakan tikus untuk
percobaan di laboratorium dan diberikan sebagai umpan dalam kondisi mentah.
Pakan standar yang digunakan pada penelitian ini adalah beras dan gabah.
2. Makanan manusia
Pakan ini merupakan bahan yang diberikan sebagai pembanding terhadap
pakan standar berupa makanan yang biasa dikonsumsi oleh manusia dan dapat
menjadi sisa atau sampah organik yang merupakan sumber pakan bagi B.
bengalensis di habitat aslinya. Pakan ini terdiri dari 5 bahan makan yang berbeda,
yaitu: Ayam goreng, ikan tongkol, telur goreng, jagung manis, dan kelapa tua.

15
3. Pakan ternak
Pakan ini merupakan bahan yang biasa dijadikan pakan untuk ternak dan
merupakan bahan yang biasa disimpan di gudang. Pakan yang digunakan sebagai
umpan berupa pelet apung, gandum, dan jagung pipilan.
.
Rodentisida
Rodentisida yang digunakan merupakan gabungan dari dua tipe bahan aktif
rodentisida, yaitu racun akut dan kronis. Untuk racun akut, rodentisida yang
digunakan berbahan aktif seng fosfida, sedangkan racun kronis yang digunakan
adalah berbahan aktif brodifakum, warfarin, kumatetralil dan flokumafen.

Kandang
Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan dan perlakuan ini terbuat dari
aluminium berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm (p x l x t). Masing-masing kandang
dilengkapi dengan tempat minum, tempat umpan, dan bumbung untuk tempat
bersembunyi.

Metode
Persiapan umpan
1.

Beras yang digunakan adalah beras yang biasa dijual di toko dan telah
dibersihkan dari gabah dan kotoran.

2.

Gabah yang digunakan merupakan gabah yang biasa dijual di toko penjual
pakan ternak.

3.

Jagung pipilan yang digunakan merupakan jagung dengan kadar air 14%
dan telah ditumbuk terlebih dahulu sehingga dalam keadaan hancur.

4.

Jagung manis diperoleh dari pedagang sayuran yang berada di sekitar
Kampus Darmaga Institut Pertanian Bogor.

5.

Ikan tongkol yang digunakan adalah ikan tongkol yang telah dipotong
persegi dan didapat dari penjual sayuran di sekitar Kampus Darmaga

6.

Telur goreng yang digunakan adalah telur ayam negeri dan digoreng dengan
menggunakan minyak goreng.

16
7.

Gandum yang digunakan berasal dari penjual pakan unggas.

8.

Pelet apung yang digunakan adalah pelet untuk pakan ikan. Umpan ini
berbentuk bulat dan berwarna coklat.

9.

Ayam goreng diolah dengan cara melumuri daging ayam dengan tepung
bumbu kemudian direndam dalam minyak goreng yang telah dipanaskan.
Proses menggoreng selesai setelah ayam mengalami perubahan warna
menjadi kecoklatan atau kuning, biasanya penggorengan dilakukan selama
15 menit.

10.

Kelapa yang digunakan adalah kelapa tua yang telah dapat diambil
santannya dan telah dipisahkan dari tempurung kelapa.

Pengujian Umpan
Pengujian umpan dilakukan untuk mendapatkan jenis umpan yang disukai
oleh wirok, baik dari pakan standar, makanan manusia, maupun pakan ternak.
Umpan yang digunakan adalah beras, gabah, gandum, jagung pipilan, jagung
manis, telur goreng, ayam goreng, ikan tongkol, kelapa tua, dan pelet ikan.
Sebelum diberi perlakuan, wirok ditimbang untuk menentukan perubahan
bobot tubuh dan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan sesuai
dengan rumus:
?

Pakan = 10% x bobot tubuh

Setelah diperoleh bobot tubuh dan jumlah pakan yang akan diberikan, maka
untuk masing-masing pakan ditimbang sesuai hasil perhitungan. Penempatan
pakan diletakkan secara terpisah dan acak dalam tempat umpan bersekat.
Pengujian umpan dilakukan dengan metode tanpa pilihan

(”no-choice test”)

selama 10 hari berturut-turut dan dilakukan sebanyak 2 putaran. Pada setiap
hewan uji, pakan ditimbang dan diganti setiap hari. Setelah uji tanpa pilihan,
kemudian dilanjutkan dengan uji pilihan (”choice test”), dengan diberikan 10
jenis umpan yang diuji secara bersamaan. Pengujian dengan pilihan ini dilakukan
selama tiga hari berturut-turut.

17
Sebagai kontrol digunakan pakan wirok dari kelompok makanan manusia
yang ditempatkan di luar kandang. Kontrol diperlukan untuk mengetahui
penyusutan kadar air dari pakan tersebut. Kontrol ini juga ditimbang dan diganti
setiap hari.
Pengamatan pada pengujian umpan ini adalah:
1. Tingkat konsumsi setiap jenis umpan pada pengujian tanpa dan dengan
pilihan
2. Bobot wirok yang dilakukan 4 kali penimbangan, yaitu sebelum hari
pertama perlakuan umpan dan setiap akhir putaran perlakuan. Pengamatan
ini dilakukan untuk melihat perubahan bobot wirok pada setiap perlakuan.

Pengujian Rodentisida
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jenis rodentisida yang menarik
bagi wirok untuk dikonsumsi. Dari hasil pengujian umpan (tanpa dan dengan
pilihan) ditentukan jenis umpan yang paling disukai oleh wirok, kemudian dalam
aplikasinya dicampur dengan rodentisida akut (seng fosfida) Gambar 1 dan 2,
dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
Σ Rodentisida = 1% x jumlah umpan x 10% bobot tubuh

Untuk rodentisida racun kronis, pemberian dilakukan secara langsung tanpa
pencampuran dengan racun karena rodentisida ini diformulasikan dalam bentuk
siap pakai (”ready to use”). Pengamatan pada pengujian rodentisida ini adalah:
1. Jumlah rodentisida yang dikonsumsi pada semua perlakuan dilakukan
dengan cara menimbang bobot awal dan akhir dari rodentisida akut dan
kronis.
2. Otopsi pada wirok yang mati akibat rodentisida untuk diamati bagian tubuh
yang rusak karena proses peracunan.
3. Bobot wirok
Umpan yang telah dicampurkan dengan racun seng fosfida dan siap
digunakan pada percobaan dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

18

Gambar 1 Jagung ma nis dicampur
seng fosfida

Gambar 2 Beras dicampur seng
fosfida

Konversi Data
Data yang diperoleh pada setiap perlakuan kemudian dilakukan konversi
konsumsi ke 100 g bobot tubuh wirok. Untuk kontrol umpan yang berasal dari
makanan manusia dilakukan penghitungan penyusutan kadar air dengan rumus:
Bobot awal – Bobot akhir
% penyusutan = ---------------------------------- x 100%
Bobot awal
Setelah dilakukan penghitungan persentase penyusutan, kemudian dilakukan
penghitungan konversi bobot konsumsi ke 100 g bobot tubuh wirok. Konversi
dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Bobot konsumsi
Konversi Konsumsi (KK) = ------------------------- x 100
Bobot rerata wirok

19
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengama ti preferensi umpan
dan rodentisida adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 10 perlakuan dan 8
ulangan. Perbandingan nilai tengah perlakuan diuji lebih lanjut dengan Uji Selang
Ganda Duncan dengan taraf a= 5% dan 1% dengan program SAS for Windows
V.6.12.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Umpan
Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) terhadap berbagai jenis umpan pada
uji tanpa pilihan dapat dilihat pada Tabel 6 sedangkan pada uji dengan pilihan
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 6 Konsumsi wirok kecil (B. bengalensis) g/100 g bobot tubuh terhadap
berbagai jenis umpan pada uji tanpa pilihan*

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)

10 72 93

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG

1 4 37

Pengujian Rempah-rempah sebagai Repelen serta Preferensi Campuran Umpan dan Rodentisida pada Wirok Kecil (Bandicota bengalensis Gray & Hardwieke).

0 7 74

Pemanfaatan Jagung Manis Sebagai Umpan Dasar Pemerangkapan Dan Rodentisida Dalam Pengendalian Wirok (Bandicota bengalensis. Gray & Hardwicke) Di Habitat Permukiman

0 7 44

PENGARUH TINGKAT KETERTARIKAN PADA Pengaruh Tingkat Ketertarikan pada Brand Placement dan Tingkat Pengetahuan terhadap Citra Merek (Studi Eksplanatif tentang Pengaruh Tingkat Ketertarikan Brand Placement Slogan “Yamaha Semakin di Depan” dan Tingkat Penget

0 2 12

PENGARUH TINGKAT KETERTARIKAN PADA DESAIN LOGO DAN NAMA MEREK TERHADAP BRAND IMAGE PENGARUH TINGKAT KETERTARIKAN PADA DESAIN LOGO DAN NAMA MEREK TERHADAP BRAND IMAGE (Studi Eksplanatif Mengenai Pengaruh Tingkat Ketertarikan pada Desain Logo dan Nama Mere

0 6 11

“PENGARUH TINGKAT KREDIBILITAS ENDORSER DAN TINGKAT KETERTARIKAN PADA ENDORSER TERHADAP PENGARUH TINGKAT KREDIBILITAS ENDORSER DAN TINGKAT KETERTARIKAN PADA ENDORSER TERHADAP MOTIVASI PEMBELIAN.

0 4 17

UJI EKSTRAK DAUN Tithonia diversifolia (Hemsl) A. Gray TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI BAYAM DURI (Amaranthus spinosus L.)DAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.).

0 2 11

UJI MULSA Tithonia diversifolia A. Gray TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill).

0 0 6

Ketertarikan Terhadap Rancangan Peneliti. docx

0 0 5