Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)

(1)

SKRINI DAR

ING FITO RI BEBER

(Tith

HA

PROGRA

UNIV

OKIMIA D RAPA EKS

honia diver

ANNA SA

NI

AM EKST

FAKU

VERSITA

DAN UJI A STRAK D

rsifolia (H

SKRIPS

OLEH

ANTI P. SI

IM 10152

TENSI SA

ULTAS FA

AS SUMA

MEDAN

2013

AKTIVIT DAUN KEM Hemsley) A

SI

:

IBAGAR

24075

ARJANA

ARMASI

ATERA U

N

TAS ANTIB MBANG B A. Gray)

RIANG

A FARMA

I

UTARA

BAKTER BULAN

ASI


(2)

S

ANT

Diaju

SKRININ

TIBAKTE

(

Titho

ukan untuk gelar H

PROGRA

UNIV

NG FITOK

ERI DAR

KEM

onia diver

k melengka Sarjana Fa Univers HANNA SA N

AM EKST

FAKU

VERSITA

KIMIA D

RI BEBER

MBANG B

rsifolia

(H

SKRIPS

api salah sa armasi pad sitas Suma

OLEH: ANTI P. SI NIM 101524

TENSI SA

ULTAS FA

AS SUMA

MEDAN

2013

DAN UJI A

RAPA EK

BULAN

Hemsley) A

SI

atu syarat u da Fakultas atera Utara : IBAGARIA 4075

ARJANA

ARMASI

ATERA U

N

AKTIVIT

KSTRAK

A. Gray)

untuk mem s Farmasi ANG

A FARMA

I

UTARA

TAS

DAUN

mperoleh

ASI


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI DARI BEBERAPA EKSTRAK DAUN

KEMBANG BULAN

(

Tithonia diversifolia

(Hemsley) A. Gray)

OLEH:

HANNA SANTI P. SIBAGARIANG NIM 101524075

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Oktober 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. Dra. Masfria, M.S., Apt. NIP 195109081985031002 NIP 195707231986012001

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt.

NIP 195109081985031002

Pembimbing II, Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt. NIP 195310301980031002

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt. NIP 195008221974121002 NIP 195112231980032002

Medan, Oktober 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan”Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray). Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. 3. Ibu T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt., selaku penasehat akademis

yang memberikan bimbingan kepada penulis selama ini.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan.

5. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., Bapak Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt, dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., yang telah memberikan masukan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, Ayahanda Bisler Sibagariang, Ibunda Sanggum Silaban, Suami, Abang, Adik dan Sahabatku atas do’a, motivasi dan pengorbanan yang tulus baik moril maupun materil. Terima kasih juga kepada teman-teman Farmasi angkatan 2010, kakak-kakak dan adik-adik yang juga turut memberi motivasi dan do’a dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang Farmasi.

            Medan, September 2013 Penulis

            Hanna Santi P. Sibagariang NIM 101524075


(6)

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI BEBERAPA EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)

ABSTRAK

Daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) termasuk suku Asteraceae. Daun kembang bulan secara tradisional digunakan sebagai obat luka atau luka lebam dan sebagai obat sakit perut kembung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia dan aktivitas antibakteri ekstrak daun kembang bulan.

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam. Skrining fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia dan ekstrak daun kembang bulan. Ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi berkesinambungan menggunakan pelarut n -heksan, etilasetat dan etanol 70%. Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara in

vitro menggunakan metode difusi agar dengan mengukur diameter zona

hambat sekitar punch hole.

Hasil karakterisasi simplisia daun kembang bulan diperoleh kadar air 7,99%, kadar sari yang larut dalam air 22,95%, kadar sari yang larut dalam etanol 15,27%, kadar abu total 5,25% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,29%. Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia daun kembang bulan terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia pada ekstrak n-heksan hanya terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, ekstrak etilasetat terdapat kandungan senyawa kimia golongan glikosida dan flavonoid serta ekstrak etanol terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak daun kembang bulan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis, pada bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi tidak mempunyai aktivitas antibakteri. Hasil uji aktivitas dari ekstrak n-heksan tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri

Staphylococcus aureus sebesar 50 mg/ml dan bakteri Staphylococcus

epidermidis sebesar 30 mg/ml, hasil uji aktivitas dari ekstrak etilasetat tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri Staphylococcus

aureus sebesar 8 mg/ml dan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 4

mg/ml, dan hasil uji aktivitas dari ekstrak etanol tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri Staphylococcus aureus sebesar 50 mg/ml dan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 40 mg/ml.

 

Kata kunci: Daun kembang bulan, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis , Escherichia coli dan Salmonella typhi.


(7)

PHYTOCHEMICAL SCREENING AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF EXTRACT OF KEMBANG BULAN LEAVES (Tithonia

diversifolia (Hemsley) A. Gray)

ABSTRACT

Kembang bulan leaves (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) are included in the Asteraceae family. Kembang bulan leaves are traditionally used to cure wounds or bruises, stomachache and bloating. This study aims to determine the class of chemical compounds and antibacterial activity of kembang bulan leaves extract.

Simplex characterization included macroscopic and microscopic investigation, determination of water level, water-soluble extract level, ethanol-soluble extract level, total ashes level and acid-inethanol-soluble ashes level. Phytochemical screening was performed on simplex and extract of kembang bulan leaves. Fractionation was carried out by continuous percolation using n -hexane, ethylacetate and ethanol 70% as the solvent. Antibacterial activity test was performed in vitro using agar diffusion method by measuring the diameter of inhibition zone around punch hole.

Results of kembang bulan leaves simplex characterization showed water level 7.99%, water-soluble extract level 22.95%, ethanol-soluble extract level 15.27%, total ashes level 5.25% and acid-insoluble ashes level 0.29%. Simplex phytochemical screening showed the presence of glycoside, saponin, flavonoid, tannin and steroid/triterpenoid compounds. While, phytochemical screening of n-hexane extract contained only steroid/triterpenoid compounds, ethylacetate extract contained glycoside and flavonoid compounds and ethanol extract contained saponin, flavonoid and tannin compounds. Extract of kembang bulan leaves showed antibacterial activity on bacteria Staphylococcus

aureus and Staphylococcus epidermidis and no inhibition on bacteria

Eschericia coli and Salmonella typhi. Activity tests of n-hexane extract showed minimum inhibition concentration (MIC) on bacteria Staphylococcus aureus was 50 mg/ml and bacteria Staphylococcus epidermidis was 30 mg/ml. Activity tests of ethylacetate extract showed minimum inhibition concentration (MIC) on bacteria Staphylococcus aureus was 8 mg/ml and bacteria Staphylococcus epidermidis was 4 mg/ml and activity tests of ethanol extract showed minimum inhibition concentration (MIC) on bacteria Staphylococcus aureus was 50 mg/ml and bacteria Staphylococcus epidermidis was 40 mg/ml. Keywords : kembang bulan leaves, Staphylococcus aureus, Staphylococcus


(8)

DAFTAR ISI

JUDUL

PENGESAHAN SKRIPSI KATA PENGANTAR ABSTRAK

ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Hipotesis

1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Habitat dan Daerah Tumbuh 2.1.2 Morfologi

2.1.3 Sistematika Tumbuhan

2.1.4 Nama Lain

2.1.5 Khasiat dan Penggunaan 2.2 Kandungan Kimia

2.2.1 Steroid dan Triterpenoid

Halaman i ii iii

v vi vii xii xiii xiv 1 1 3 3 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7 7


(9)

2.2.2 Glikosida 2.2.3 Flavonoid

2.2.4 Saponin

2.2.5 Tanin 2.3 Ekstraksi 2.4 Bakteri

2.4.1 Klasifikasi Bakteri

2.4.2 Fase Pertumbuhan Bakteri 2.4.3 Uji Aktivitas Antimikroba BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan Penelitian 3.2 Metode Penelitian

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat 3.3.2 Bahan 3.4 Penyediaan Sampel

3.4.1 Pengumpulan Bahan 3.4.2 Identifikasi Sampel 3.4.3 Pengolahan Bahan

3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 3.5.1 Pemeriksaan organoleptik 3.5.2 Pemeriksaan Makroskopik 3.5.3 Pemeriksaan Mikroskopik 3.5.4 Penetapan Kadar Air 3.5.5 Penetapan Kadar Abu Total

3.5.6 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam

8 9 10 10 11 13 13 17 21 23 23 23 23 23 24 24 24 25 25 25 25 25 26 26 27 27


(10)

3.5.7 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air 3.5.8 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol 3.6 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.6.1 Besi (III) klorida 1% 3.6.2 Bouchardat

3.6.3 Dragendorff

3.6.4 Mayer

3.6.5 Molish

3.6.6 Asam Klorida 2N 3.6.7 Asam Sulfat 2N

3.6.8 Natrium Hidroksida 2 N 3.6.9 Kloralhidrat

3.6.10 Liebermann-Bouchard 3.6.11 Timbal (II) asetat 0,4 M 3.7 Skrining Fitokimia

3.7.1 Pemeriksaan Steroid/triterpenoid

3.7.2 Pemeriksaan Alkaloida

3.7.3 Pemeriksaan Glikosida

3.7.4 Pemeriksaan Flavonoid

3.7.5 Pemeriksaan Saponin

3.7.6 Pemeriksaan Tanin

3.8 Pembuatan Ekstrak Daun Kembang Bulan 3.9 Sterilisasi Alat dan Bahan

3.10 Pembuatan Media

3.10.1 Pembuatan Nutrien Agar (NA)

3.10.2 Pembuatan Muller Hinton Agar (MHA)

27 28 28 28 29 29 29 29 29 29 30 30 30 30 30 30 31 31 32 32 32 33 33 34   34   34


(11)

3.10.3 Pembuatan Nutrien Broth (NB) 3.11 Pembuatan Suspensi Standar Mc.Farland

3.12 Pembiakan Bakteri

3.12.1 Pembuatan Stok Kultur Bakteri 3.12.2 Pembuatan Inokulum Bakteri

3.13 Pembuatan larutan Uji dengan Berbagai Konsentrasi

3.13.1 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak n-Heksan, Etilasetat

dan Etanol    

3.14 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksan, Etilasetat dan Etanol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan 4.2 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi

4.2.1 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 4.2.2 Hasil Skrining Fitokimia

4.3 Hasil Perkolasi

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kembang Bulan terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 35 35   36     36 36 37   37     37 38 38 38 39 40 41       42  48 48 49 50 53


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2.1 Tabel 4.2.2 Tabel 4.4.1

Tabel 4.4.2

Tabel 4.4.3 

Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia Hasil Skrining Fitokimia

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksan Tumbuhan Daun Kembang Bulan

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat Tumbuhan Daun Kembang Bulan

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Tumbuhan Daun Kembang Bulan

Halaman 39 40

 

42

43


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar Tumbuhan Daun Kembang Bulan Gambar Daun Kembang Bulan

Gambar Simplisia dan Serbuk Simplisia Daun Kembang Bulan

Gambar Mikroskopik Secara Melintang dan Serbuk Simplisia Daun Kembang Bulan

Gambar Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kembang BulanTerhadap Bakteri Gram Positif

Gambar Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kembang BulanTerhadap Bakteri Gram Negatif

Halaman 54 54

55

56

69


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7 . Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14.

Hasil Identifikasi Tumbuhan Daun Kembang Bulan Gambar Tumbuhan Daun Kembang Bulan

Gambar Mikroskopik Daun Kembang Bulan

Perhitungan Data Bagan Penelitian

Bagan Pengolahan Bahan Tanaman

Bagan Pembuatan Ekstrak n-Heksan, Etilasetat dan Etanol Serbuk Simplisia Daun Kembang Bulan

Bagan Uji Aktivitas Antibakteri dari Larutan Uji Hasil Pengukuran daerah Hambat pertumbuhan Bakteri Ekstrak Daun Kembang Bulan

Gambar Zona Hambat Ekstrak Tumbuhan Daun Kembang Bulan Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Gambar Zona Hambat Ekstrak Tumbuhan Daun Kembang Bulan Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis

Gambar Zona Hambat Ekstrak Tumbuhan Daun Kembang Bulan Terhadap Bakteri Escherichia coli

Gambar Zona Hambat Ekstrak Tumbuhan Daun Kembang Bulan Terhadap Bakteri Salmonella typhi

Gambar Zona Hambat Uji Blanko Pelarut

n-Heksan, Etilasetat dan Etanol

Halaman 53 54 56 57 62 63 64 65 66 69 73 77 78 79


(15)

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI BEBERAPA EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)

ABSTRAK

Daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) termasuk suku Asteraceae. Daun kembang bulan secara tradisional digunakan sebagai obat luka atau luka lebam dan sebagai obat sakit perut kembung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia dan aktivitas antibakteri ekstrak daun kembang bulan.

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam. Skrining fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia dan ekstrak daun kembang bulan. Ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi berkesinambungan menggunakan pelarut n -heksan, etilasetat dan etanol 70%. Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara in

vitro menggunakan metode difusi agar dengan mengukur diameter zona

hambat sekitar punch hole.

Hasil karakterisasi simplisia daun kembang bulan diperoleh kadar air 7,99%, kadar sari yang larut dalam air 22,95%, kadar sari yang larut dalam etanol 15,27%, kadar abu total 5,25% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,29%. Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia daun kembang bulan terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia pada ekstrak n-heksan hanya terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, ekstrak etilasetat terdapat kandungan senyawa kimia golongan glikosida dan flavonoid serta ekstrak etanol terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak daun kembang bulan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis, pada bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi tidak mempunyai aktivitas antibakteri. Hasil uji aktivitas dari ekstrak n-heksan tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri

Staphylococcus aureus sebesar 50 mg/ml dan bakteri Staphylococcus

epidermidis sebesar 30 mg/ml, hasil uji aktivitas dari ekstrak etilasetat tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri Staphylococcus

aureus sebesar 8 mg/ml dan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 4

mg/ml, dan hasil uji aktivitas dari ekstrak etanol tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri Staphylococcus aureus sebesar 50 mg/ml dan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 40 mg/ml.

 

Kata kunci: Daun kembang bulan, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis , Escherichia coli dan Salmonella typhi.


(16)

PHYTOCHEMICAL SCREENING AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF EXTRACT OF KEMBANG BULAN LEAVES (Tithonia

diversifolia (Hemsley) A. Gray)

ABSTRACT

Kembang bulan leaves (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) are included in the Asteraceae family. Kembang bulan leaves are traditionally used to cure wounds or bruises, stomachache and bloating. This study aims to determine the class of chemical compounds and antibacterial activity of kembang bulan leaves extract.

Simplex characterization included macroscopic and microscopic investigation, determination of water level, water-soluble extract level, ethanol-soluble extract level, total ashes level and acid-inethanol-soluble ashes level. Phytochemical screening was performed on simplex and extract of kembang bulan leaves. Fractionation was carried out by continuous percolation using n -hexane, ethylacetate and ethanol 70% as the solvent. Antibacterial activity test was performed in vitro using agar diffusion method by measuring the diameter of inhibition zone around punch hole.

Results of kembang bulan leaves simplex characterization showed water level 7.99%, water-soluble extract level 22.95%, ethanol-soluble extract level 15.27%, total ashes level 5.25% and acid-insoluble ashes level 0.29%. Simplex phytochemical screening showed the presence of glycoside, saponin, flavonoid, tannin and steroid/triterpenoid compounds. While, phytochemical screening of n-hexane extract contained only steroid/triterpenoid compounds, ethylacetate extract contained glycoside and flavonoid compounds and ethanol extract contained saponin, flavonoid and tannin compounds. Extract of kembang bulan leaves showed antibacterial activity on bacteria Staphylococcus

aureus and Staphylococcus epidermidis and no inhibition on bacteria

Eschericia coli and Salmonella typhi. Activity tests of n-hexane extract showed minimum inhibition concentration (MIC) on bacteria Staphylococcus aureus was 50 mg/ml and bacteria Staphylococcus epidermidis was 30 mg/ml. Activity tests of ethylacetate extract showed minimum inhibition concentration (MIC) on bacteria Staphylococcus aureus was 8 mg/ml and bacteria Staphylococcus epidermidis was 4 mg/ml and activity tests of ethanol extract showed minimum inhibition concentration (MIC) on bacteria Staphylococcus aureus was 50 mg/ml and bacteria Staphylococcus epidermidis was 40 mg/ml. Keywords : kembang bulan leaves, Staphylococcus aureus, Staphylococcus


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire. Jika dilihat dari keanekaragaman floranya, cukup banyak jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Hernani, 2004).

Pengunaan obat tradisional semakin disukai dari pada obat yang dibuat secara kimia, oleh karena mahalnya obat-obatan kimia membuat masyarakat beralih ke tumbuhan. Penggunaan tumbuhan di masyarakat terutama untuk mencegah penyakit, menjaga kesegaran tubuh maupun mengobati penyakit (Mursito, 2001).

Banyak tumbuh-tumbuhan mengandung golongan senyawa kimia seperti flavonoid yang menunjukkan sifat antimikroba. Beberapa golongan fenol seperti flavonoid, tanin dan senyawa fenol lainnya berfungsi sebagai alat pertahanan bagi tumbuhan untuk melawan mikroorganisme patogen (Hayet, et al., 2008).

Tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A.Gray) merupakan salah satu tumbuhan yang secara tradisional digunakan masyarakat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Daun kembang bulan mengandung senyawa steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin (Anonim, 2012).


(18)

Penggunaan tumbuhan kembang bulan digunakan untuk menyembuhkan luka dan untuk menyembuhkan sakit perut kembung, penyakit lepra dan penyakit lever (Anonim, 2012; Hutapea, 1994). Di Kabupaten Tapanuli Utara, pada umumnya masyarakat memakai tumbuhan kembang bulan untuk menyembuhkan luka, penggunaannya dengan cara daunnya diremas-remas ditangan kemudian ditempelkan pada kulit yang luka, untuk menyembuhkan sakit perut dan sebagai pupuk.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri daun kembang bulan secara perkolasi berkesinambungan dengan menggunakan pelarut n-heksan, etilasetat, dan etanol 70% yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol dan skrining fitokimia.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik dari simplisia daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray).

2. Golongan senyawa kimia apa yang terdapat pada ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol dari daun kembang bulan.

3. Apakah ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol pada daun kembang bulan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi.

1.3Hipotesis

1. Karakteristik simplisia daun kembang bulan dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur dalam Materia Medika Indonesia.

2. Ekstrak n-heksan pada daun kembang bulan mengandung senyawa steroid/triterpenoid, pada ekstrak etilasetat mengandung senyawa glikosida dan flavonoid serta pada ekstrak etanol mengandung senyawa steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin.

3. Ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol pada daun kembang bulan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi.


(20)

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik dari simplisia daun kembang bulan.

2. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia pada ekstrak n-heksan, etilasetat, dan etanol daun kembang bulan

3. Mengetahui adanya aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol pada daun kembang bulan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik simplisia dan golongan senyawa kimia pada simplisia dan ekstrak daun kembang bulan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang khasiat antibakteri dari ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol pada daun kembang bulan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah dalam penelitian dan pengembangan obat tradisional.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Habitat dan daerah tumbuh

Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) umumnya tumbuh liar di tempat-tempat curam, misalnya di tebing-tebing, tepi sungai dan selokan. Tumbuhan ini sekarang banyak ditanam sebagai tanaman hias karena warna bunganya yang kuning indah dan sebagai pagar untuk mencegah kelongsoran tanah. Termasuk tumbuhan tahunan yang kerap tumbuh di tempat terang dan banyak sinar matahari langsung. Tumbuh dengan mudah di tempat atau di daerah berketinggian 5-1500 m di atas permukaan laut (Anonim, 2012).

2.1.2 Morfologi

Tumbuhan Kembang Bulan merupakan tumbuhan perdu yang tegak dengan ketinggian lebih kurang 5 m. Batang tegak, bulat, berkayu, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, bertoreh sampai setengah panjang tulang daun, bergerigi, berseling, panjang 26-32 cm dan lebar 15-25 cm, ujung dan pangkal daun runcing, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Bunga merupakan bunga majemuk yang terdapat di ujung ranting, berbentuk cawan, tangkai bulat, kelopak berbentuk tabung, berbulu halus, hijau. Mahkota berlekatan, berbentuk pita, halus, dan berwarna kuning. Benang sari bulat, kuning, putik melengkung, kuning. Buahnya bulat, jika masih muda berwarna hijau setelah tua berwarna coklat. Bijinya bulat, keras, dan berwarna coklat. Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih kotor (Widyaningrum, 2011).


(22)

2.1.3 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan kembang bulan (Hutapea, 1994) adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae Marga : Tithonia

Jenis : Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray

2.1.4 Nama lain

Tumbuhan kembang bulan memiliki nama lain yaitu Mirasolia

diversifolia Hemsley (Widyaningrum, 2011), dengan nama daerah

rondose-moyo, sibunga-bunga atau sipahit-pahit (Tapanuli Utara), harsaga (Jawa), kirinyu (Sunda), kayu paik (Minang). Nama asing adalah Mary Gold, Shrub Sunflower, Mexican Sunflower (Inggris), Mirasol (Guatemala), Yellow Flower (Portugis) (Anonim, 2012).

2.1.5 Khasiat dan penggunaan

Tumbuhan kembang bulan digunakan sebagai obat luka atau luka lebam, dan sebagai obat sakit perut kembung. Untuk obat sakit perut kembung dipakai ± 7 gram daun segar, dicuci, direbus dengan 2 gelas air selama 25 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus (Widyaningrum, 2011).


(23)

2.2 Kandungan Kimia

Tumbuhan kembang bulan mengandung senyawa kimia yaitu steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin.

2.2.1 Steroid dan Triterpenoid

Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo pentana perhidrofenantren. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroida memberikan warna hijau-biru (Harborne, 1987).

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa triterpenoid dan steroid berstruktur siklik dengan berbagai gugus fungsi yang melekat padanya, seperti gugus alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali memiliki titik leleh tinggi dan bersifat aktif optik (Harborne, 1987).

Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Triterpena tertentu menjadi terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya (Harborne, 1987).

2.2.2 Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian, yaitu bagian gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh ikatan berupa jembatan oksigen, jembatan nitrogen, jembatan sulfur maupun jembatan


(24)

karbon. Bagian gula disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut bagian aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Jembatan oksigen yang menghubungkan glikon-aglikon ini sangat mudah terurai oleh pengaruh asam, basa, enzim, air dan panas. Semakin pekat kadar asam atau basa maupun semakin panas lingkungannya maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolisis. Jika terhidrolisis maka molekul akan pecah menjadi dua bagian, yaitu gula dan bukan gula (Gunawan, 2004).

Berdasarkan hubungan ikatan antara bagian gula dan bukan gula, glikosida dibagi (Robinson, 1995):

1. C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Contoh: aloin.

2. O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Contoh: salisin.

3. N-glikosida, jika atom N menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya tetapi derivatnya. Contoh: vidarabin.

4. S-glikosida, jika thiol (SH) yang menghubungkan bagian gula dan bagian bukan gula.

Contoh: sinigrin.

2.2.3 Flavonoid

Flavonoid memiliki 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang mempunyai struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga


(25)

(Markham, 1988). Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar.

Flavonoid mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan. Sebagai pigmen bunga, flavonoid berperan untuk menarik perhatian burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa derivat flavonoid antara lain khalkon, auron, flavonon, dihidrokhalkon dan isoflavon. Derivat ini disebut “flavonoid minor” karena penyebaran masing-masing kelas ini terbatas terdapat secara sporadik (misalnya flavonon) atau terbatas pada sangat sedikit taksa tumbuhan misalnya isoflavon pada leguminosae dan iridaceae (Harborne, 1987).

Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya. Berdasarkan struktur kimianya sebagian tanin adalah flavonoid. Flavonoid juga merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar (Markham, 1988).

2.2.4 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang terdapat pada lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Saponin diberi nama demikian karena sifatnya yang seperti sabun (bahasa Latin “sapo” berarti sabun). Pada larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan sejak dahulu oleh masyarakat. Beberapa saponin bersifat antimikroba juga. Saponin menjadi


(26)

penting karena dapat digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995).

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan indikasi akan adanya saponin (Harborne, 1987).

2.2.5 Tanin

Tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang proteina. Tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti penting bagi tumbuhan yakni pertahanan bagi tumbuhan dan membantu mengusir hewan pemakan tumbuhan. Tanin terkondensasi terdapat pada paku-pakuan, gimnospermae, dan angiospermae, sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Beberapa tanin terbukti mempunyai antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor (Harborne, 1987).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menngunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara yang tepat (Depkes, 2000).


(27)

Pembagian metode ekstraksi menurut Depkes (2000) adalah:

A. Cara Dingin 1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Maserasi kinetik dilakukan dengan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai penyarian sempurna, umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) yang terus menerus sampai ekstrak yang diinginkan habis tersari. Tahap pengembangan bahan dan maserasi antara dilakukan dengan maserasi serbuk menggunakan cairan penyari sekurang-kurangnya 3 jam, hal ini penting terutama untuk serbuk yang keras dan bahan yang mudah mengembang.

B. Cara Panas 1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.


(28)

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinue dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Digesti

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinue pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu pada temperatur 40-50oC.

5. Infundasi

Infus adalah penarikan sari larutan pada suhu 90oC-98oC, menggunakan pelarut air selama 15 menit.

6. Dekoktasi

Dekok adalah penarikan sari larutan pada suhu 90oC-98oC, menggunakan pelarut air selama 15 menit.

2.4 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang namanya dipakai untuk menyebutkan sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, pembiakan dengan cara pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1978).

2.4.1 Klasifikasi bakteri

Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga golongan (Dwidjoseputro, 1978), yaitu:


(29)

a. Golongan basil

Golongan basil berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain, yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil.

b. Bentuk kokus

Golongan kokus merupakan bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang berupa rantai, disebut streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua, disebut diplokokus, ada yang mengelompok berempat, disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina.

c. Golongan spiral

Golongan spiral merupakan bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok berupa spiral. Bakteri ini tidak banyak terdapat, karena itu merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil.

Jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi. a. Bakteri Staphylococcus aureus

Sistematika bakteri Staphylococcus aureus menurut (Dwidjoseputro, 1988) adalah sebagai berikut:

Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales


(30)

Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, aerob atau

anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8–1,0 µm, tidak membentuk spora dan tifak bergerak, koloni berwarna kuning. Bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu 20-25oC. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol dan berkilau membentuk berbagai pigmen. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz, et al., 2001).

b. Bakteri Staphylococcus epidermidis

Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis menurut (Breed, et al., 1957) adalah sebagai berikut:

Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 - 1,0 µm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni


(31)

berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus, koagulasi-negatif dan tidak meragi manitol (Jawetz, et al., 2001).

c. Bakteri Escherichia coli

Klasifikasi dari bakteri ini menurut (Breed, et al., 1957) adalah: Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales

Suku : Enterobacteriaceae Marga : Escherichia

Species : Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang panjang, berderet seperti rantai. Escherchia coli dapat menfermentasi glukosa dan lactosa membentuk asam dan gas. Escherichia coli dapat merombak karbohidrat dan asam-asam lemak menjadi asam dan gas serta dapat menghasilkan gas karbondioksida dan heterogen (Pelczar, 1998).

Escherichia coli banyak di temukan didalam usus besar manusia sebagai flora normal, tetapi bila kesehatan menurun, bakteri ini dapat bersifat patogen terutama akibat toksin yang dihasilkan. Escherichia coli umumnya tidak menyebabkan penyakit bila berada dalam usus, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada saluran kencing, paru, saluran empedu dan saluran otak (Jawet, et al., 1991). Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit seperti


(32)

diare, saluran kemih, pneumonia, meninggitis pada bayi yang baru lahir, dan infeksi luka (Gibson, 1996).

d. Bakteri Salmonella typhi

Klasifikasi dari bakteri ini menurut (Breed, et al., 1957) adalah: Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales

Suku : Enterobacteriaceae Marga : Salmonella

Species : Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif, bersifat motil

(bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Berbentuk batang pendek berderet seperti rantai.

Salmonella typhi tidak dapat menfermentasi glukosa dan laktosa, tidak

menghasilkan asam dan gas dari glukosa. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 35-370C. Salmonella typhi biasanya ditemukan pada jaringan limfa saluran pencernaan kemudian masuk ke dalam nodus limfa dan aliran darah. Salmonella typhi dapat menyebabkan penyakit demam tifoid (Gibson, 1996).

2.4.2 Fase Pertumbuhan Bakteri

Fase pertumbuhan bakteri meliputi fase lamban, fase logaritma, fase statis dan fase penurunan atau kematian (Lay, 1992).


(33)

a. Fase La

Fase baru. Ciri perubahan

b. Fase Lo

Fase baru. Ciri-bakteri ba dengan laj

c. Fase St

Dala fase ini be jumlah sel

d. Fase Pe

Cir sel-sel bar laju kemat

amban (lag e ini merupa

– ciri fase n dalam kom

ogaritma (e e ini terjadi

-ciri fase ini aru mening ju yang sam

tatis (statio am fase ini eberapa sel m

l yang hidup

enurunan (

ri-ciri fase i ru karena ju tian mengal

G

g phase)

akan fase p ini yaitu ti mposisi dan

exponential setelah sel b i yaitu sel m gkat secara ma dan kead

onary phase kecepatan t mati sedang p menjadi te

(period of d ini yaitu sel umlah nutri lami percep

Gambar 2.1:

penyesuaian idak ada pe bertambah l phase)

bakteri men membelah d eksponens daan pertum e) tumbuh sam gkan yang l

etap. decline) ata

l yang mati isi berkuran patan menja

grafik pertu

n bakteri ter ertambahan ukurannya nyesuaikan dengan laju sial, massa mbuhan seim ma dengan ain tumbuh

u Fase Kem

i lebih cepa ng, terjadi a di eksponen umbuhan ba rhadap suat populasi, s . diri terhada yang konsta menjadi d mbang.

kecepatan m h dan memb

matian

at dari pada akumulasi z nsial.

akteri

tu lingkung el mengala

ap lingkung an, jumlah s dua kali lip

mati. Ciri-c belah sehing

terbentukn zat toksin d

gan mi gan sel pat ciri gga nya dan


(34)

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik, oksigen dan nutrisi dalam media pertumbuhan (Pratiwi, 2008).

1. Temperatur

Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh temperatur. Setiap mikroorganisme mempunyai temperatur optimum yaitu temperatur di mana terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein sedangkan temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan terhenti. Berdasarkan batas temperatur dibagi atas tiga golongan (Pratiwi, 2008):

a. psikrofil, tumbuh pada temperatur -5 sampai 30oC dengan optimum 10 sampai 20oC.

b. mesofil, tumbuh pada temperatur 10 sampai 45oC dengan optimum 20 sampai 40oC.

c. termofil, tumbuh pada termperatur 25 sampai 80oC dengan optimum 50 sampai 60oC.

2. pH

Bakteri memiliki pH optimum yang terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun ada beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali (Pelczar, 1986).

3. Tekanan osmosis

Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam


(35)

larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis) (Pratiwi, 2008; Lay, 1996).

4. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen dikenal mikroorganisme dibagi menjadi 5 golongan yaitu (Pratiwi, 2008):

a. Anaerob obligat, hidup tanpa oksigen, oksigen toksik terhadap golongan ini. b. Anaerob aerotoleran, tidak mati dengan adanya oksigen.

c. Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa oksigen.

d. Aerob obligat, tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumlah besar. e. Mikroaerofilik, hanya tumbuh baik dalam tekanan oksigen yang rendah 5. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen (elemen yang diperlukan dalam jumlah banyak) dan mikroelemen (trace element yaitu elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit).

Bahan nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme terdapat pada media. Media juga dapat digunakan untuk membedakan mikroorganisme dengan mengetahui habitatnya (Pratiwi, 2008).


(36)

Bermacam-macam media pertumbuhan yaitu:

1. Media sintetik yaitu media yang komponen penyusunnya sudah diketahui. 2. Media kompleks yaitu media yang tersusun dari komponen yang secara

kimia tidak diketahui dan merupakan kebutuhan nutrisi mikroorganisme. 3. Media selektif adalah media yang mendukung pertumbuhan

mikroorganisme tertentu dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

4. Media diferensial digunakan untuk membedakan kelompok mikroorganisme dan dapat digunakan untuk identifikasi (Pratiwi, 2008; Lay, 1996).

2.4.3 Uji aktivitas antimikroba

Uji kepekaaan terhadap obat antimikroba pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:

a. Metode dilusi

Cara ini digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) dari obat antimikroba.

Prinsip dari metode dilusi adalah sebagai berikut:

Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan


(37)

dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji (Pratiwi, 2008).

b. Metode difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar cakram.

Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz, et al., 2001).

c. Metode turbidimetri

Pada cara ini digunakan media cair, pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer setelah itu dilakukan penghitungan potensi antimikroba (Depkes, 1995).


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi USU dan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, di jalan Wiliem Iskandar Pasar V Barat I No. 4 Medan.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Dengan tahapan meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak n-heksan, etilasetat, dan etanol, serta uji aktivitas antibakteri secara in vitro dengan metode difusi agar menggunakan pencetak lubang (punch hole) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi.

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, autoklaf (Fisons), blender (Philips), bola karet, desikator, cawan porselen berdasar rata, freeze dryer (Modulio), inkubator (Fiber Scientific), jangka sorong, jarum ose,

Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Toshiba),

mikroskop, neraca kasar (Sun), neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air (Yenaco), pinset, pipet mikro (Eppendorf), rotary evaporator (Haake D), silinder logam, alat maserasi, alat destilasi air, kertas perkamen, aluminium foil, kertas saring, tissu dan kapas steril.


(39)

3.3.2 Bahan

Bahan penelitian yang digunakan adalah daun kembang bulan, etanol 96% (teknis), etanol 70% (teknis), air suling, suspensi Mc. Farland, Mueller Hinton Agar (Difco), Nutrient agar (Difco), larutan Nutrien Broth (Difco), aquadest steril, biakan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923,

Staphylococcus epidermidis ATCC 25924, Eschericia coli ATCC 25922 dan,

Salmonella typhi ATCC 25925.

Bahan kimia yang digunakan adalah berkualitas pro analisa yaitu £ naftol, asam klorida pekat, toluena, asam asetat anhidrida, asam asetat glasial, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi (III) klorida, bismut (III) nitrat, etanol, etilasetat, n-heksan, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloralhidrat, kloroform, metanol, natrium hidroksida, natrium klorida, natrium sulfat anhidrat, raksa (II) klorida, serbuk magnesium dan timbal (II) asetat.

3.4 Penyediaan sampel 3.4.1 Pengumpulan bahan

Sampel yang digunakan adalah daun kembang bulan (Tithonia

diversifolia (Hemsley) A. Gray) yang diperoleh dari Kecamatan

Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain.

3.4.2 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan oleh “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor.


(40)

3.4.3 Pengolahan bahan

Daun kembang bulan dibersihkan dari kotoran dengan cara mencuci di bawah air mengalir hingga bersih dan ditiriskan, lalu ditimbang berat basah, kemudian dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-500C. Daun kembang bulan dianggap kering apabila sudah rapuh, lalu ditimbang berat kering. Selanjutnya sampel diserbukkan dengan menggunakan blender, lalu disimpan dalam wadah plastik di tempat yang terlindung dari cahaya sebelum digunakan.

3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 3.5.1 Pemeriksaan organoleptik

Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pemeriksaan warna, bau dan rasa dari daun segar dan simplisia daun kembang bulan.

3.5.2 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar dari daun segar dan simplisia daun kembang bulan, dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 54-55.

3.5.3 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap daun segar dan serbuk simplisia. Daun segar dipotong tipis secara melintang, kemudian letakkan di atas kaca preparat lalu diteteskan larutan kloralhidrat dan dipanaskan diatas api bunsen kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dengan cara menaburkan diatas kaca objek yang telah ditetesi


(41)

dengan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilihat dibawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap daun kembang bulan segar dan serbuk simplisia untuk melihat struktur anatomi tumbuhan tersebut secara lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 56.

3.5.4 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi Toluena). Alat meliputi labu alas 500 ml, alat penampung, tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, pendingin, tabung penyambung, pemanas.

Cara kerja: Kedalam labu alas bulat di masukkan 200 ml toluen dan 2 ml air suling, destilasi selama 2 jam, biarkan menjadi dingin selama 30 menit dan volume air dalam tabung penampung dibaca. Selanjutnya ke dalam labu dimasukkan 5 gram serbuk simplisia lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur yaitu 2 tetesan per detik sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penampung dibiarkan dingin sampai sama dengan suhu kamar.

Setelah air dan toluena memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air di dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.

3.5.5 Penetapan kadar abu total

Sebanyak lebih kurang 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan


(42)

ditara, kemudian diratakan. Krus dipijarkan pada suhu 6000C sampai arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes, 1989). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.

3.5.6 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam

Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida 2N selama 5 menit, bagian yang larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijarkan pada suhu 6000C sampai bobot tetap, didinginkan kemudian ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes, 1989). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.

3.5.7 Penetapan kadar sari larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan diudara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml), dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring, sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 1050C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut di dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes, 1989). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.

3.5.8 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat


(43)

sambil dikocok sesekali 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat ditara. Sisanya dipanaskan dalam oven pada 1050C sampai diperoleh bobot konstan kadar sari yang larut didalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Depkes, 1989). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, halaman 39.

3.6 Pembuatan Larutan Pereaksi

Pembuatan larutan pereaksi besi (III) klorida 1%, Bouchardat, Dragendorff, Mayer, Molish, asam klorida 2 N, asam sulfat 2 N, kloralhidrat, natrium hidroksida 2 N, Liebermann-Bouchard (Timbal (II) asetat 0,4 M.

3.6.1 Besi (III) klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml kemudian disaring.

3.6.2 Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.

3.6.3 Dragendorff

Sebanyak 0,85 g bismut (III) nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100 ml asam asetat glasial ditambahkan 40 ml air suling. Pada wadah lain ditimbang 8 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling, lalu campurkan kedua larutan sama banyak, ditambahkan 20 ml asam asetat glasial dan diencerkan dengan air suling hingga 100 ml.


(44)

3.6.4 Mayer

Sebanyak 1,35 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam 60 ml air suling. Pada wadah lain sebanyak 5 g kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml air lalu campurkan keduanya dan ditambahkan air suling hingga 100 ml.

3.6.5 Molish

Sebanyak 3 g £-naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga volume 100 ml. (Depkes, 1995)

3.6.6 Asam klorida 2 N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml.

3.6.7 Asam sulfat 2 N

Sebanyak 5,4 ml asam sulfat pekat kemudian diencerkan dengan air suling hingga 100 ml.

3.6.8 Natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml.

3.6.9 Kloralhidrat

Sebanyak 50 g kloralhidrat dilarutkan dalam 20 ml air suling (Depkes, 1979).

3.6.10 Liebermann-Bouchard

Sebanyak 5 ml asam asetat anhidrida dicampurkan dengan 5 ml asam sulfat pekat kemudian ditambahkan etanol hingga 50 ml (Harbone, 1987).


(45)

3.6.11 Timbal (II) asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat dilarutkan dalam air bebas karbondioksida hingga 100 ml (Depkes, 1989).

3.7 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol daun kembang bulan meliputi pemeriksaan senyawa steroid/triterpenoid, alkaloida, glikosida, flavonoid, saponin, dan tanin.

3.7.1 Pemeriksaan steroid/triterpenoid

Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap, dan pada sisanya ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchard). Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru hijau menunjukkan adanya steroid/triterpenoid (Farnsworth, 1966).

3.7.2 Pemeriksaan Alkaloida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut :

b. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat d. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendrof Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan diatas (Depkes, 1995).


(46)

3.7.3 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia sebanyak 3 g, lalu disaring dengan 30 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya glikosida (Depkes, 1978).

3.7.4 Pemeriksaan flavonoid

Sebanyak 10 g serbuk simplisia kemudian ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu di tambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.7.5 Pemeriksaan Saponin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian


(47)

dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1978).

3.7.6 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 ttes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.8 Pembuatan ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia

(Hemsley) A. Gray).

Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi berkesinambungan menggunakan tiga pelarut. Cara kerja: sebanyak 250 gram serbuk simplisia halus dimasukkan ke dalam wadah kaca dan dibasahi dengan n-heksan dalam wadah tertutup rapat, kemudian dimaserasi selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan dengan hati-hati, kemudian cairan penyari n-heksan dituangkan secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Kran perkolator dibuka dan diatur cairan menetes dengan kecepatan 1 ml/menit dan dipasang reservoir penyari sehingga tetap dapat dipertahankan selapis cairan penyari diatas serbuk simplisia sampai cairan yang keluar tidak berwarna lagi atau cairan yang terakhir keluar bila diuapkan tidak meninggalkan sisa (Depkes, 2000). Perkolat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan alat rotary


(48)

evaporator setelah itu diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental dan ditimbang. Kemudian ampasnya dikeringkan lalu diperkolasi kembali dengan menggunakan pelarut berturut-turut etilasetat dan etanol 70%, prosedur dilakukan sama seperti yang diatas.

3.9. Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini, disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan didalam oven pada suhu 170°C selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Jarum ose dan pinset dengan lampu bunsen (Lay,1994).

3.10 Pembuatan Media

3.10.1Pembuatan Nutrient Agar

Komposisi: Beef extract 3,0 g

Peptone 5,0 g

Agar 15,0 g

Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 23 g serbuk nutrient agar kemudian disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan hingga mendidih sambil sekali-kali diaduk sampai bahan larut sempurna dan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi dengan aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC tekanan 2 atm selama 15 menit (Difco Laboratories, 1977).

3.10.2 Pembuata Muller Hinton Agar (MHA)

Komposisi: Beef infusion from 300 g


(49)

Starch 1,50 g

Bacto – Agar 17,0 g

pH = 7,4

Cara pembuatan: ditimbang sebanyak 36 g serbuk MHA kemudian disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan hingga mendidih sambil sekali-kali diaduk sampai bahan larut sempurna dan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi dengan aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC tekanan 2 atm selama 15 menit (Difco laboratories, 1977).

3.10.3 Pembuatan Nutrient Broth (NB)

Komposisi: Beef extract 3 g

Bacto Pepton 5 g

Ditimbang sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth kemudian disuspensikan dalam erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi sedikit hingga 1000 ml, dipanaskan sebentar sambil sekali-sekali diaduk sampai terbentuk larutan jernih. Tutup erlenmeyer dengan kapas yang dilapisi aluminium foil. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC tekanan 2 atm selama 15 menit (Difco Laboratories, 1977).

3.11 Pembuatan Suspensi Standar Mc. Farland

Suspensi Standar Mc. Farland adalah suspensi yang menunjukkan konsentrasi kekeruhan bakteri sama dengan 108 CFU/ml.

Komposisi: Larutan Asam sulfat 1% 9,5 ml Larutan Barium klorida 0,5 ml


(50)

Cara pembuatan: dicampur kedua larutan tersebut dalam tabung reaksi dikocok dan dihomogenkan. Apabila kekeruhan suspensi bakteri uji adalah sama dengan kekeruhan suspensi standar, berarti konsentrasi suspensi bakteri adalah 106 CFU/ml (Power, 1988).

3.12 Pembiakan Bakteri

3.12.1 Pembuatan Stok Kultur Bakteri

Biakan bakteri Staphylococcus aureus dari strain utama diambil dengan jarum ose steril dengan metode sinambung pada permukaan nutrien agar miring, ditutup mulut tabung reaksi dengan kapas. Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Dilakukan prosedur yang sama terhadap bakteri

Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi

(Depkes, 1995).

3.12.2 Pembuatan Inokulum Bakteri

Bakteri Staphylococcus aureus hasil inkubasi diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan nutrien broth steril, kemudian dihomogenkan hingga diperoleh kekeruhan suspensi bakteri yang sama dengan kekeruhan suspensi standar Mc. Farland, ini berarti konsentrasi suspensi bakteri adalah 108 CFU (Colony Forming Unit)/ml.

Setelah itu dilakukan pengenceran dengan memipet 0,1 ml biakan bakteri (108 CFU/ml), dimasukkan kedalam tabung steril yang berisi larutan nutrien

broth sebanyak 9,9 ml dan dikocok homogen maka diperoleh suspensi bakteri

dengan konsentrasi 106 CFU/ml. Dilakukan prosedur yang sama terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi (Depkes, 1995).


(51)

3.13 Pembuatan Larutan Uji dengan Berbagai Konsentrasi

3.13.1 Pembuatan larutan uji ekstrak n-heksan, etilasetat, dan etanol

Sebanyak 1 gram ekstrak n-heksan dilarutkan dengan pelarut n-heksan hingga 2 ml maka konsentrasi ekstrak adalah 500 mg/ml kemudian dibuat pengenceran. Selanjutnya larutan tersebut diencerkan kembali dengan ekstrak n-heksan dengan konsentrasi 400 mg/ml; 300 mg/ml; 200 mg/ml; 100 mg/ml; 90 mg/ml; 80 mg/ml ; 70 mg/ml; 60 mg/ml; 50 mg/ml; 40 mg/ml; 30 mg/ml; 20 mg/ml; 10 mg/ml; 9 mg/ml; 8 mg/ml; 7 mg/ml; 6 mg/ml; 5 mg/ml; 4 mg/ml; 3 mg/ml; 2 mg/ml; 1 mg/ml. Dilakukan prosedur yang sama terhadap ekstrak etilasetat dengan pelarut etilasetat dan ekstrak etanol dengan pelarut etanol.

3.14 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksan, Etilasetat, dan Etanol Daun Kembang Bulan.

Sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri konsentrasi 106 CFU/ml dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan 20 ml media MHA cair (45-50oC) lalu dihomogenkan dan didiamkan hingga media memadat. Selanjutnya dibuat lubang dengan pencetak lubang dan diteteskan larutan ekstrak mulai dari konsentrasi 500 mg/ml hingga pengenceran 10 mg/ml masing-masing 0,1 ml pada lubang dan sebagai kontrol diteteskan 0,1 ml larutan n-heksan, etilasetat dan etanol 96%. Ditutup cawan petri dan dibungkus. Didiamkan selama 10-15 menit kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Setelah itu diukur diameter hambat pertumbuhan bakteri pada daerah bening di sekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong. Dilakukan prosedur yang sama terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan oleh “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogoradalah tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dari suku Asteraceae. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 53.

4.2Hasil Pemeriksaan Karakterisasi

Hasil pemeriksaan organoleptik daun kembang bulan segar yaitu daun berwarna hijau, berbau khas dan rasa pahit. Hasil pemeriksaan makroskopik daun kembang bulan segar adalah daun tunggal, bertoreh sampai setengah panjang tulang daun, bergerigi, berseling, panjang daun 26-32 cm, lebar 15-25 cm, ujung dan pangkal daun runcing, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Hasil pemeriksaan mikroskopik daun segar menunjukkan adanya rambut penutup tunggal multiseluler, kutikula, epidermis atas, palisade, trakea bentuk spiral, jaringan bunga karang, epidermis bawah, dan mulut daun tipe diasitik.

Hasil pemeriksaan organoleptik simplisia adalah bewarna kuning kecoklatan, keriput, rapuh, berbau khas dan rasa pahit.Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia adalah berwarna kuning kecoklatan, keriput, rapuh, panjang daun 13-16 cm, lebar 5-10 cm. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia menunjukkan adanyarambut penutup tunggal multiseluler, trakea bentuk spiral, mulut daun tipe diasitik, pembuluh kayudan jaringan bunga karang.


(53)

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun kembang bulan dapat dilihat pada Tabel 4.2.1 di bawah ini.

Tabel 4.2.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia

Tabel 4.2.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun kembang bulan

No. Parameter Hasil (%)

1 Kadar air 7,99

2 Kadar abu total 5,25

3 Kadar abu tidak larut asam 0,29

4 Kadar sari larut dalam air 22,95

5 Kadar sari larut dalam etanol 15,21

Hasil yang diperoleh pada penetapan kadar air 7,99% berarti standarisasi simplisia memenuhi persyaratan. Apabila kadar air simplisia lebih besar dari 10% maka simplisia tersebut akan mudah ditumbuhi kapang pada saat penyimpanan sehingga mutu simplisia akan menurun. Kadar sari yang larut dalam air adalah 22,95%, sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol adalah 15,21%. Berdasarkan hasil penetapan kadar sari menunjukkan bahwa simplisia daun kembang bulan lebih banyak mengandung senyawa yang larut dalam air dari pada yang larut dalam etanol. Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat polar sedangkan kadar sari larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa yang terlarut dalam etanol baik polar maupun non polar. Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa anorganik alam simplisia misalnya Mg, Ca, Na, dan K sedangkan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar senyawa yang tidak larut dalam asam misalnya silika (Gunawan, 2010).


(54)

4.2.2 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol daun kembang bulan dijumpai adanya steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin dapat dilihat pada Tabel 4.2.2.

Tabel4.2.2 Hasil skrining fitokimia

No Senyawa Serbuk

simplisia

Ekstrak n-heksan

Ekstrak Etilasetat

Ekstrak Etanol

1 Alkaloida - - - -

2 Glikosida + - + +

3 Saponin + - - +

4 Flavonoid + - + +

5 Tanin + - - +

6 Steroid/Triterpenoid + + - +

Keterangan : + = Mengandung golongan senyawa - = Tidak mengandung golongan senyawa

Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia daun kembang bulan terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol daun kembang bulan menunjukkan hasil yang berbeda. Pada ekstrak n-heksan daun kembang bulan hanya terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, pada ekstrak etilasetat daun kembang bulan terdapat kandungan senyawa kimia golongan glikosida dan flavonoid, serta pada ekstrak etanol terdapat kandungan senyawa kimia golongan steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin.


(55)

4.3 Hasil Perkolasi

Hasil perkolasi 250 g simplisia daun kembang bulan dengan menggunakan ekstrak n-heksan, etilasetat, dan etanol 70%. Perkolat diuapkan dengan rotary evaporator, kemudian diuapkan hingga mengental dan ditimbang hasilnya, diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak 4,7 g, ekstrak etilasetat sebanyak 7,3 g dan ekstrak etanol sebanyak 31,6 g. Ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol ini kemudian digunakan untuk uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi

4.4Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kembang bulan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Eschericia coli dan Salmonella typhi.

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kembang bulan terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi dapat dilihat pada Tabel 3.4.1 dibawah ini.

Tabel 4.4.1 Hasil uji aktivitas anti bakteri ekstrak n-heksan tumbuhan daun kembang bulan

Konsentrasi Ekstrak n-heksan

mg/ml

Diameter Daerah Hambat Pertumbuhan Bakteri (mm)*

Staphylococcus aureus

Staphylococcus epidermidis

Eschrichia coli

Salmonella typhi

500 23,50 27,10 - -

400 22,34 26,13 - -

300 21,37 25,55 - -

200 20,92 23,08 - -

100 19,18 22,37 - -

90 18,5 20,18 - -

80 17,82 19,23 - -

70 16,58 16,22 - -

60 15,22 15,42 - -

50 14,35 14,63 - -

40 - 13,40 - -

30 - 12,29 - -

20 - - - -

10 - - - -


(56)

Keterangan :

 *  = Rata-rata pengukuran 2x - = Tidak ada hambatan

Pada Tabel 4.4.1 di atas dalam pengujian ekstrak n-heksan daun kembang bulan dapat memberikan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang efektif. Diameter daerah hambat yang efektif dari ekstrak n -heksan pada bakteri Staphylococcus aureus sebesar 50 mg/ml dengan diameter hambat 14,35 mm, dan pada bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 50 mg/ml dengan diameter 14,63 mm. Dimana Menurut Depkes (1995), diameter

daerah hambat antibakteri yang paling efektif terhadap uji antibakteri adalah 14 sampai 16 mm.

Tabel 4.4.2  Hasil uji aktivitas anti bakteri ekstrak etilasetat tumbuhan daun kembang bulan

Konsentrasi Ekstrak Etilasetat

mg/ml

Diameter Daerah Hambat Pertumbuhan Bakteri (mm)*

Staphylococcus aureus

Staphylococcus epidermidis

Eschrichia coli

Salmonella typhi

500 28,92 30,15 - -

400 27,53 29,17 - -

300 26,62 27,56 - -

200 26,22 26,24 - -

100 25,16 25,54 - -

90 19,40 24,42 - -

80 18,74 23,25 - -

70 18,13 22,82 - -

60 17,57 22,30 - -

50 17,0 21,44 - -

40 15,32 19,49 - -

30 14,54 18,15 - -

20 13,51 17,28 - -

10 12,57 15,57 - -

9 11,45 14,19 - -

8 8,51 13,40 - -

7 - 11,53 - -

6 - 9,42 - -

5 - 8,59 - -

4 - 7,18 - -


(57)

Keterangan :

* = Rata-rata pengukuran 2x - = Tidak ada hambatan

Pada Tabel 4.4.2 di atas dalam pengujian ekstrak etilasetat daun kembang bulan dapat memberikan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang efektif. Diameter daerah hambat yang efektif dari ekstrak etilasetat pada bakteri Staphylococcus aureus sebesar 30 mg/ml dengan diameter hambat 14,54 mm, dan pada bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 9 mg/ml dengan diameter 14,19 mm. Menurut Depkes (1995), diameter daerah hambat antibakteri yang paling efektif terhadap uji antibakteri adalah 14 sampai 16 mm.

Tabel 4.4.3 Hasil uji aktivitas anti bakteri ekstrak etanol tumbuhan daun kembang bulan

Konsentrasi EkstrakEtanol

mg/ml

Diameter Daerah Hambat Pertumbuhan Bakteri (mm)*

Staphylococcus aureus

Staphylococcus epidermidis

Eschrichia coli

Salmonella typhi

500 14,68 19,30 - -

400 13,44 18,09 - - 300 12,55 17,33 - - 200 11,32 16,40 - - 100 10,34 14,60 - -

90 8,42 14,04 - -

80 7,36 13,44 - -

70 - 12,40 - -

60 - 11,29 - -

50 - 10,55 - -

40 - 9,25 - -

30 - - - -

20 - - - -

10 - - - -

Blanko - - - -

Keterangan :

* = Rata-rata pengukuran 2x - = Tidak ada hambatan


(58)

Pada Tabel 4.4.3 di atas dalam pengujian ekstrak etanol daun kembang bulan dapat memberikan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang efektif. Diameter daerah hambat yang efektif dari ekstrak etanol pada bakteri

Staphylococcus aureus sebesar 500 mg/ml dengan diameter hambat 14,68 mm,

dan pada bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 90 mg/ml dengan diameter 14,04 mm. Menurut Depkes (1995), diameter daerah hambat antibakteri yang paling efektif terhadap uji antibakteri adalah 14 sampai 16 mm.

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa ekstrak daun kembang bulan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Staphylococcus epidermidis tetapi tidak pada bakteri Escherchia coli dan bakteri Salmonella typhi. Hasil uji aktivitas dari ekstrak n-heksan tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri

Staphylococcus aureus sebesar 50 mg/ml dan bakteri Staphylococcus

epidermidis sebesar 30 mg/ml, hasil uji aktivitas dari ekstrak etilasetat tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri Staphylococcus aureus sebesar 8 mg/ml dan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 4 mg/ml, dan hasil uji aktivitas dari ekstrak etanol tersebut diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri Staphylococcus aureus sebesar 80 mg/ml dan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 40 mg/ml. Pada bakteri Escherichia coli dan bakteri Salmonella typhi tidak mempunyai aktivitas antibakteri sehingga ekstrak daun kembang bulan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Staphylococcus epidermidis dibandingkan bakteri Escherichia coli dan bakteri Salmonella


(59)

typhi. Bakteri Escherichia coli dan bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri Gram negatif sedangkan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi agar dengan diukur diameter hambat pertumbuhan bakteri pada daerah bening di sekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong. Diameter hambat pertumbuhan bakteri pada daerah bening di sekitar lubang semakin meningkat pada kenaikan konsentrasi.

Etanol 70% merupakan pelarut yang paling baik karena etanol 70% merupakan pelarut polar sehingga dapat menarik senyawa-senyawa yang bersifat polar. Menurut Robinson (1995), senyawa flavonoid, saponin dan tanin merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus.Adanya kandungan golongan senyawa fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisida namun tidak bersifat sporisida (Pratiwi, 2008). Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri mati, juga dapat meningkatkan protein secara aktif dan merusak lipid pada membran sel melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel (Pelczar dan Chan, 1986). Aktivitas antibakteri ekstrak daun kembang bulan terhadap bakteri tersebut dapat disebabkan oleh kandungan kimianya yaitu senyawa triterpenoid/steroid, flavonoid dan tanin. Beberapa senyawa terpenoid yang telah diteliti memiliki aktivitas sebagai antibakteri antara lain monoterpenoid linalool, diterpenoid hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin dan triterpenoid glikosida (Gunawan, et al., 2008).


(60)

Senyawa flavonoid bekerja pada bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma. Membran sitoplasma bakteri yang berfungsi mengatur masuknya bahan makanan dan nutrisi, apabila membran sitoplasma rusak maka metabolit penting dalam bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat masuk sehingga sel bakteri tidak mampu tumbuh dan akhirnya terjadi kematian (Dzen, 2003).

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol dapat memberikan efek antibakteri dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Staphylococcus epidermidis sedangkan terhadap bakteri Escherichia coli dan bakteri Salmonella typhi tidak mempunyai hambatan.

Hal ini membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi terhadap ekstrak daun kembang bulan memiliki korelasi positif terhadap peningkatan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi.

Hasil penelitian terlihat bahwa ekstrak daun kembang bulan memberikan daya antibakteri yang berbeda terhadap bakteri Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri Gram Positif dan Gram

Negatif tersebut memiliki komponen dan struktur dinding sel yang berbeda. Dinding sel bakteri Gram Negatif mengandung komponen lipid lebih banyak yaitu 11%- 22% dari pada struktur dinding bakteri Gram positif yang mengandung komponen lipid 1% - 4% (Pelczar, 1986).


(1)

Lampiran

Keteranga C = Konse D = Konse

n 11. (lanj

C

an :

entrasi 30 m entrasi 6 mg

utan) Gam daun

Stap

C

mg/ml, 20 m g/ml, 5 mg/

mbar zona h n kemba

phylococcus

mg/ml, 10 m /ml, 4 mg/m

hambat eks ang bulan

epidermidi

mg/ml, 9 mg/ ml, 3 mg/ml,

trak etilase n terhad

is.

D

/ml, 8 mg/m , 2 mg/ml, 1

etat tumbuh dap bakt

D

ml, 7 mg/ml 1 mg/ml

han eri


(2)

Lampiran

Keteranga A = Konse B = Konse C = Konse

n 11. (Lanj

A

an:

entrasi 500 entrasi 100 entrasi 50 m

utan) Gamb kemb

epid

A

mg/ml, 400 mg/ml, 90 m mg/ml 40 mg

mbar zona ha mbang bulan

dermidis.

C

0 mg/ml, 30 mg/ml, 80 m g/ml, 30 mg

ambat ekstra n terhadap

00 mg/ml, 2 mg/ml, 70 m g/ml, 20 mg

ak etanol tu bakteri St

B

00 mg/ml mg/ml, 60 m g/ml, 10 mg

umbuhan da

taphylococc

B

mg/ml g/ml

aun


(3)

Lampiran

Keteranga A = Konse B = Konse C = Konse

n 12. Gamb tumb

coli.

A

an:

entrasi 500 entrasi 500 entrasi 500

bar zona h buhan daun

A

mg/ml, 400 mg/ml,400 mg/ml, 400

hambat ekst kembang b

C

0 mg/ml, 30 mg/ml, 300 0 mg/ml, 30

trak n-heks bulan terha

00 mg/ml, 2 0 mg/ml, 20 00 mg/ml, 20

an, etilaseta adap bakter

B

00 mg/ml 00 mg/ml

00 mg/ml

tat dan etan ri Escherich

B

nol


(4)

Lampiran

Keteranga A = Konse B = Konse C = Konse

n 13. Gamb tumb

typhi

A

an:

entrasi 500 entrasi 500 entrasi 500

bar zona h buhan daun

i.

A

mg/ml, 400 mg/ml,400 mg/ml, 400

hambat ekst kembang

C

0 mg/ml, 30 mg/ml, 300 0 mg/ml, 30

trak n-heks bulan terha

00 mg/ml, 2 0 mg/ml, 20 00 mg/ml, 20

an, etilaseta adap bakter

B

00 mg/ml, 1 00 mg/ml, 1

00 mg/ml, 1

tat dan etan ri Salmone

100 mg/ml 00 mg/ml 100 mg/ml

nol


(5)

Lampiran

Keteranga A = Staphy

B = Staphy

n 14. Gamb etano

an:

hylococcus a ylococcus e

bar zona ham ol

aureus epidermidis

mbat uji bla

A

B


(6)

Lampiran

                                 

   

   

Keteranga A = Esche

B =Salmo

n 14. (Lanj

 

an:

erichia coli nella typhi 

jutan) Gam etila

 

mbar zona h asetat dan et

A

B

hambat uji b tanol

A