Strategi belanja publik untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat

STRATE GI ALOKASI BE LANJA PUBLIK
UNTUK PE NINGKATAN KE SE JAHTE RAAN
MASYARAKAT

CARDIMAN

SE KOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PE RTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
STRATEGI ALOKASI BELANJA PUBLIK UNTUK PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,


Desember 2006

CARDIMAN
NRP. A153044075

iii

ABSTRAK
CARDIMAN. Strategi Belanja Publik Untuk Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR sebagai ketua dan
HARIANTO sebagai anggota komisi pembimbing.
Sejak diberlakukannya paket undang -undang otonomi daerah (UU
No. 32 dan 33 tahun 2004), maka
paradigma penyelenggaraan
pemerintahan mengalami pergeseran.
Semula bersifat sentralistik
berubah menjadi desentralistik. Implikasinya terhadap pemerintah daerah
adalah bahwa pemerintah daerah diberikan kewenangan yang lebih besar
untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri termasuk dalam hal

pengelolaan keuangan daerah.
Otonomi daerah dilihat dari segi anggaran mengakibatkan
peningkatan pendapatan daerah. Peningkatan pendapatan daerah berarti
juga meningkatkan anggaran belanja daerah. Peningkatan belanja
daerah akan meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana ekonomi
di daerah yang selanjutnya akan menciptakan berbagai lapangan kerja
bagi masyarakat yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah tersebut.
Pening katan anggaran APBD semestinya diikuti oleh peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan lewat pendapatan per kapita
per tahun dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk mengetahui
pengaruh APBD terhadap kesejahteraan masyarakat dianalisis
menggunakan metode analisis ekonometrika (regresi linier). Untuk
penyusunan strategi/rancangan program, metode analisis yang digunakan
adalah analisis situasi (SWOT).
Hasil kajian strategi alokasi belanja publik untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat menunjukkan bahwa Belanja aparatur dan
belanja publik (APBD) berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB per
kapita, Penerapan otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 2001
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB per kapita, tetapi

pengaruh tersebut bersifat negatif, Pemekaran wilayah Kota Bekasi dari
Kabupaten Bekasi yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap PDRB per kapita, Rasio alokasi belanja aparatur
dan belanja publik terhadap APBD periode 1983 -2005 masing-masing
49,33% dan 50,67%. Pada periode 1977-2005 (sejak terbentuk Kota
Bekasi tahun 1997 sampai tahun 2005), rasio alokasi belanja aparatur dan
belanja publik terhadap APBD masing-masing 52,56% dan 47,44%.
Belanja aparatur dan belanja publik (APBD) berpengaruh secara signifikan
terhadap IPM.
Rancangan program untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui alokasi belanja publik yang dapat direkomendasikan
bagi Pemerintah Kota Bekasi adalah Program replikasi PPK-IPM (Program
Pendanaan Kompetisi IPM) dan Internalisasi Permendagri Nomor 13
tahun 2006.

ii

© Hak cipta milik Cardiman, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apa pun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya

iv

STRATE GI ALOKASI BE LANJA PUBLIK
UNTUK PE NINGKATAN KE SE JAHTE RAAN
MASYARAKAT

CARDIMAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SE KOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PE RTANIAN BOGOR
BOGOR
2006


Judul Tugas Akhir : Strategi Alokasi Belanja Publik Untuk Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat.
Nama
: Cardiman
NRP
: A 153 044 075
Program Studi
: Manajemen Pembangunan Daerah

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec
Ketua

Dr. Ir. Harianto , MS
Anggota

Mengetahui :

Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan
Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro , MS.

Tanggal Ujian : 23 Desember 2006

Tanggal Lulus :

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
NUNUNG NURHIMAH, S.Ag;
HIRA RAHIMAH;
KHAIRA NUUR RAHIMAH;

MUHAMMAD HANIF NUUR RAHMAN.
mereka adalah istri dan anak-anak tercinta y ang telah mendukung dengan
penuh pengertian, keikhlasan dan kasih sayang.

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu Jawa Barat pada tanggal 20
September 1966 dari ayah Wasman (alm) dan ibu Warsidem sebagai
anak tunggal.
Pendidikan SD sampai dengan SMA diselesaikan di Indramayu.
Lulus SMA Negeri Indramayu pada tahun 1986 dan pada tahun yang
sama diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Politeknik Pertanian,
Program Studi Produsen Benih (Diploma III) lulus pada tahun 1989.
Tahun 1992 Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Pemda
Provinsi Jawa Barat dan ditempatkan di Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Lebak, sejak tahun 1994 menjabat sebagai Kepala
Sub Seksi Data dan Statistik Bina Program. Tahun 1995 Penulis lulus
Sarjana Pertanian Universitas Winaya Mukti Bandung. Pada tahun 1999

Penulis pindah kerja dari Pemda Kabupaten Lebak ke Pemda Kodya
Bekasi dan menjabat sebagai Kepala Seksi Pengembangan Teknologi
Pertanian Dinas Pertanian Kodya Bekasi. Selanjutnya pada tahun 2006
Penulis beralih tugas ke Bappeda Kota Bekasi dan menjabat sebagai
Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Bidang
Ekonomi Bappeda Kota Bekasi sampai dengan sekarang.
Penulis diterima di Program Studi Manajemen Pembangunan
Daerah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005
atas biaya sendiri, dengan ketekunan dan kesabaran penulis berhasil
menyelesaikan studi ini pada akhir tahun 2006.

vii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Adapun
judul tesis yang penulis susun adalah Strategi Alokasi Belanja Publik
Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hermanto
Siregar, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir.

Harianto, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan sehingga tesis ini
berhasil diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga

kepada Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim,
M.Ec, dan Dr. Ir. Lukman M Baga, M.Ec sebagai pengelola Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah yang telah me mberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan tesis ini. Juga penulis ucapkan terima kasih
kepada Ir. H. Maman Sukirman dan Nellyana Koesman, SH, MSi sebagai
Kepala Bappeda dan Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Bekasi yang
telah memberikan dukungan moral kepada penulis. Serta kepada Ibu
Nunung Nurhimah, S.Ag sebagai istri tercinta dan Hira Rahimah, Khaira
Nuur Rahimah, dan Muhammad Hanif Nuur Rahman sebagai anak-anak
tersayang yang telah mend ukung dengan penuh pengertian dan
kesabaran, penulis ucapkan terima kasih dan kepada berbagai pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Desember 2006

Penulis

viii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………...
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
xv
I

II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….

1.2 Perumusan Masalah …………………………………………
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………..
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ………………
2.1.1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah ....................................................................
2.1.2 Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah ................................................
2.1.3 Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dalam Pembangunan Ekonomi Daerah .....
2.1.4 Rasio Aktifitas Keuangan Daerah ...........................
2.2 Kesejahteraan Masyarakat .................................................
2.2.1 Pendapatan per Kapita ............................................
2.2.2 Indeks Pembangunan Manusia ...............................

III METODOLOGI
3.1 Kerangka Pemikiran ..........................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Kajian ...................................................
3.3 Metode Pe nelitian …………………………………………….
3.3.1 Sasaran Penelitian ……………………………………
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ………………………….
3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data …………….
3.3.3.1 PDRB Per Kapita Sebagai Fungsi dari
Belanja Publik dan Belanja Aparatur ……..
3.3.3.2 Rasio Alokasi Belanja Aparatur dan
Belanja Publio ……………………………….
3.3.3.3 Indeks Pembangunan Manusia Sebagai
Fungsi dari Belanja Pemerintah Daerah …
3.4 Metode Perancangan Program ……………………………..
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Ekonometrika Pengaruh Belanja Aparatur dan
Belanja Publik terhadap PDRB Per Kap ita ........................
4.2 Analisis Ekonometrika Pengaruh Belanja Aparatur dan
Belanja Publik terhadap Indeks Pembangunan Manusia ...
4.3 Analisis Rasio Alokasi Belanja Aparatur dan Belanja
Publik …………………………………………………………..

x

1
6
7
9
9
13
16
17
18
18
19
21
22
23
23
23
24
26
29
31
32

35
39
49

STRATE GI ALOKASI BE LANJA PUBLIK
UNTUK PE NINGKATAN KE SE JAHTE RAAN
MASYARAKAT

CARDIMAN

SE KOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PE RTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
STRATEGI ALOKASI BELANJA PUBLIK UNTUK PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,

Desember 2006

CARDIMAN
NRP. A153044075

iii

ABSTRAK
CARDIMAN. Strategi Belanja Publik Untuk Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR sebagai ketua dan
HARIANTO sebagai anggota komisi pembimbing.
Sejak diberlakukannya paket undang -undang otonomi daerah (UU
No. 32 dan 33 tahun 2004), maka
paradigma penyelenggaraan
pemerintahan mengalami pergeseran.
Semula bersifat sentralistik
berubah menjadi desentralistik. Implikasinya terhadap pemerintah daerah
adalah bahwa pemerintah daerah diberikan kewenangan yang lebih besar
untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri termasuk dalam hal
pengelolaan keuangan daerah.
Otonomi daerah dilihat dari segi anggaran mengakibatkan
peningkatan pendapatan daerah. Peningkatan pendapatan daerah berarti
juga meningkatkan anggaran belanja daerah. Peningkatan belanja
daerah akan meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana ekonomi
di daerah yang selanjutnya akan menciptakan berbagai lapangan kerja
bagi masyarakat yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah tersebut.
Pening katan anggaran APBD semestinya diikuti oleh peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan lewat pendapatan per kapita
per tahun dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk mengetahui
pengaruh APBD terhadap kesejahteraan masyarakat dianalisis
menggunakan metode analisis ekonometrika (regresi linier). Untuk
penyusunan strategi/rancangan program, metode analisis yang digunakan
adalah analisis situasi (SWOT).
Hasil kajian strategi alokasi belanja publik untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat menunjukkan bahwa Belanja aparatur dan
belanja publik (APBD) berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB per
kapita, Penerapan otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 2001
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB per kapita, tetapi
pengaruh tersebut bersifat negatif, Pemekaran wilayah Kota Bekasi dari
Kabupaten Bekasi yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap PDRB per kapita, Rasio alokasi belanja aparatur
dan belanja publik terhadap APBD periode 1983 -2005 masing-masing
49,33% dan 50,67%. Pada periode 1977-2005 (sejak terbentuk Kota
Bekasi tahun 1997 sampai tahun 2005), rasio alokasi belanja aparatur dan
belanja publik terhadap APBD masing-masing 52,56% dan 47,44%.
Belanja aparatur dan belanja publik (APBD) berpengaruh secara signifikan
terhadap IPM.
Rancangan program untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui alokasi belanja publik yang dapat direkomendasikan
bagi Pemerintah Kota Bekasi adalah Program replikasi PPK-IPM (Program
Pendanaan Kompetisi IPM) dan Internalisasi Permendagri Nomor 13
tahun 2006.

ii

© Hak cipta milik Cardiman, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apa pun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya

iv

STRATE GI ALOKASI BE LANJA PUBLIK
UNTUK PE NINGKATAN KE SE JAHTE RAAN
MASYARAKAT

CARDIMAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SE KOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PE RTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Tugas Akhir : Strategi Alokasi Belanja Publik Untuk Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat.
Nama
: Cardiman
NRP
: A 153 044 075
Program Studi
: Manajemen Pembangunan Daerah

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec
Ketua

Dr. Ir. Harianto , MS
Anggota

Mengetahui :
Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan
Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro , MS.

Tanggal Ujian : 23 Desember 2006

Tanggal Lulus :

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
NUNUNG NURHIMAH, S.Ag;
HIRA RAHIMAH;
KHAIRA NUUR RAHIMAH;
MUHAMMAD HANIF NUUR RAHMAN.
mereka adalah istri dan anak-anak tercinta y ang telah mendukung dengan
penuh pengertian, keikhlasan dan kasih sayang.

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu Jawa Barat pada tanggal 20
September 1966 dari ayah Wasman (alm) dan ibu Warsidem sebagai
anak tunggal.
Pendidikan SD sampai dengan SMA diselesaikan di Indramayu.
Lulus SMA Negeri Indramayu pada tahun 1986 dan pada tahun yang
sama diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Politeknik Pertanian,
Program Studi Produsen Benih (Diploma III) lulus pada tahun 1989.
Tahun 1992 Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Pemda
Provinsi Jawa Barat dan ditempatkan di Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Lebak, sejak tahun 1994 menjabat sebagai Kepala
Sub Seksi Data dan Statistik Bina Program. Tahun 1995 Penulis lulus
Sarjana Pertanian Universitas Winaya Mukti Bandung. Pada tahun 1999
Penulis pindah kerja dari Pemda Kabupaten Lebak ke Pemda Kodya
Bekasi dan menjabat sebagai Kepala Seksi Pengembangan Teknologi
Pertanian Dinas Pertanian Kodya Bekasi. Selanjutnya pada tahun 2006
Penulis beralih tugas ke Bappeda Kota Bekasi dan menjabat sebagai
Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Bidang
Ekonomi Bappeda Kota Bekasi sampai dengan sekarang.
Penulis diterima di Program Studi Manajemen Pembangunan
Daerah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005
atas biaya sendiri, dengan ketekunan dan kesabaran penulis berhasil
menyelesaikan studi ini pada akhir tahun 2006.

vii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Adapun
judul tesis yang penulis susun adalah Strategi Alokasi Belanja Publik
Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hermanto
Siregar, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir.
Harianto, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan sehingga tesis ini
berhasil diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga

kepada Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim,
M.Ec, dan Dr. Ir. Lukman M Baga, M.Ec sebagai pengelola Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah yang telah me mberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan tesis ini. Juga penulis ucapkan terima kasih
kepada Ir. H. Maman Sukirman dan Nellyana Koesman, SH, MSi sebagai
Kepala Bappeda dan Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Bekasi yang
telah memberikan dukungan moral kepada penulis. Serta kepada Ibu
Nunung Nurhimah, S.Ag sebagai istri tercinta dan Hira Rahimah, Khaira
Nuur Rahimah, dan Muhammad Hanif Nuur Rahman sebagai anak-anak
tersayang yang telah mend ukung dengan penuh pengertian dan
kesabaran, penulis ucapkan terima kasih dan kepada berbagai pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2006

Penulis

viii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………...
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
xv
I

II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………..
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ………………
2.1.1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah ....................................................................
2.1.2 Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah ................................................
2.1.3 Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dalam Pembangunan Ekonomi Daerah .....
2.1.4 Rasio Aktifitas Keuangan Daerah ...........................
2.2 Kesejahteraan Masyarakat .................................................
2.2.1 Pendapatan per Kapita ............................................
2.2.2 Indeks Pembangunan Manusia ...............................

III METODOLOGI
3.1 Kerangka Pemikiran ..........................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Kajian ...................................................
3.3 Metode Pe nelitian …………………………………………….
3.3.1 Sasaran Penelitian ……………………………………
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ………………………….
3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data …………….
3.3.3.1 PDRB Per Kapita Sebagai Fungsi dari
Belanja Publik dan Belanja Aparatur ……..
3.3.3.2 Rasio Alokasi Belanja Aparatur dan
Belanja Publio ……………………………….
3.3.3.3 Indeks Pembangunan Manusia Sebagai
Fungsi dari Belanja Pemerintah Daerah …
3.4 Metode Perancangan Program ……………………………..
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Ekonometrika Pengaruh Belanja Aparatur dan
Belanja Publik terhadap PDRB Per Kap ita ........................
4.2 Analisis Ekonometrika Pengaruh Belanja Aparatur dan
Belanja Publik terhadap Indeks Pembangunan Manusia ...
4.3 Analisis Rasio Alokasi Belanja Aparatur dan Belanja
Publik …………………………………………………………..

x

1
6
7
9
9
13
16
17
18
18
19
21
22
23
23
23
24
26
29
31
32

35
39
49

V

RANCANGAN PROGRAM
5.1 Identifikasi Faktor Kunci Keberhasilan (KSF) ……………...
5.2 Identifikasi Situasi Internal dan Eksternal ………………….
5.3 Analisis SWOT ………………………………………………..

61
63
66

VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………
6.2 Saran-Saran …………………………………………………..

73
75

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….
LAMPIRAN …………………………………………………………

76
80

xi

DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1
Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
3
Daerah Kota Bekasi Tahun 1999 -2004 ……………………..
2

Perkembangan PDRB Per Kapita Penduduk Kota Bekasi
Tahun 1997-2004 ……………………………………………...

4

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kota
Bekasi Tahun 1999 -2004 ……………………………………..

5

Jenis dan Sumber Data Sekunder Bahan Kajian Alokasi
Anggaran Belanja untuk Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat ..........................................................................

24

5

Kaitan Antara Tujuan, Data dan Metode Analisis …………..

25

6

Pengaruh Belanja Aparatur, Belanja Publik, Penerapan
Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah terhadap PDRB
Per Kapita pada Periode 1983-2004 ………………………..

35

.Dampak Penerapan Otonomi Daera h Terhadap
Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi ………..

38

Pengaruh Belanja Aparatur, Belanja Publik dan Penerapan
Otonomi Daerah terhadap IPM pada Periode 1999-2005 ..

39

Pengaruh Belanja Aparatur, Belanja Publik dan Penerapan
Otonomi Daerah terhadap Indeks Pendapatan pada
Periode 1999 -2005 …………………………………………….

41

Pengaruh Belanja Aparatur, Belanja Publik dan Penerapan
Otonomi Daerah terhadap Indeks Kesehatan pada Periode
1999-2005 ………………………………………………………

43

Pengaruh Belanja Aparatur, Belanja Publik dan Penerapan
Otonomi Daerah terhadap Indeks Pendidikan pada
Periode 1999 -2005 ……………………………………………

44

Pengaruh Belanja Aparatur, Belanja Publik dan Penerapan
Otonomi Daerah terhadap Rata-rata Lama Sekolah pada
Periode 1999 -2005 ……………………………………………

46

3
4

7
8
9

10

11

12

xii

13

14
15
16
17
18
19
20

Pengaruh Belanja Aparatur, Belanja Publik dan Penerapan
Otonomi Daerah terhadap Angka Melek Huruf pada
Periode 1999 -2005 ……………………………………………

48

Kegiatan/Proyek Bidang Ekonomi pada Periode 20012005 di Pemerintah Kota Bekasi …………………………….

53

Kegiatan/Proyek Bidang Kesehatan pada Periode 20012005 di Pemerintah Kota Bekasi ........................................

55

Kegiatan/Proyek Bidang Pendidikan pada Periode 20012005 di Pemerintah Kota Bekasi …………………………….

57

Key Success Factors (KSF) Acuan Alokasi Belanja Publik
untuk Kesejahteraan Masyarakat ……………………………

62

Hasil Analisis Situasi Eksternal Acuan Alokasi Belanja
Publik untuk Kesejahteraan Masyarakat ……………………

64

Hasil Analisis Situasi Internal Acuan Alokasi Belanja Publik
untuk Kesejahteraan Masyarakat ……………………………

65

Hasil Analisis SWOT …………………………………………..

68

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
4
Pertumbuhan APBD Riil dan PDRB Per Kapita Kota
Bekasi Tahun 1998 -2004 …………………………………...
2

Pertumbuhan APBD Riil dan IPM Kota Bekasi Tahun
2000-2004 …………………………………………………….

6

3

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .......

9

4

Struktur dan Komponen APBD pada Masa O tonomi
Daerah ………………………………………………………..

11

5

Struktur dan Komponen APBD pada Masa Orde Baru ….

13

6

Proses Penyusunan Anggaran Belanja dan Pendapatan
Daerah ………………………………………………………..

14

Komponen-Komponen Penyusun Indeks Pembangunan
Manusia ............................................................................

20

Kerangka Pikir Strategi Alokasi Belanja Daerah untuk
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat ………………….

22

9

Mekanisme Penyusunan Rancangan Program.................

34

10

Perbandingan Rasio Belanja Aparatur dan Belanja
Publik Periode 1983-2005 …………………………………..

50

Perbandingan Rasio Belanja Aparatur dan Belanja
Publik Pemerintah Kota Bekasi Periode 1997-2005 ……..

51

Perbandingan Rasio Belanja Pembangunan/Rehab
Gedung Pendidikan dan Sarana Pendidikan Lainnya
Periode 1997 -2005 di Kota Bekasi ………………………...

60

13

Hasil Analisis SWOT Dengan Strategi S-O ……………….

64

14

Hasil Analisis Penyusunan Program Untuk Rekomendasi

70

7
8

11
12

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
PDRB Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan
1993 dan PDRB Per Kapita Berdasarkan Harga Berlaku
dan Harga Konstan 1993 Periode 1983-2004 ……………
80
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

APBD Nominal dan APBD Riil Pemerintah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 1983/1984-2005 …………………………

81

Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi Tahun
1983-2005 .........................................................................

82

Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2001 -2005 ………............................................

83

Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2001 -2002 ........................................................

84

Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2003 -2005 ........................................................

86

Belanja Bidang Ekonomi Pemeritah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2001 .................................................................

87

Belanja Bidang Kesehatan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2001 ......................................................

89

Belanja Bidang Pendidikan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2001 ......................................................

90

Belanja Bidang Ekonomi Pemeritah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2002 .................................................................

91

Belanja Bidang Kesehatan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2002 ......................................................

93

Belanja Bidang Pendidikan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2002 ......................................................

94

Belanja Bidang Ekonomi Pemeritah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2003 .................................................................

95

Belanja Bidang Kesehatan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2003 ......................................................

97

xv

15

Belanja Bidang Pendidikan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2003 ......................................................

98

Belanja Bidang Ekonomi Pemeritah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2004 .................................................................

100

Belanja Bidang Kesehatan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2004 .............................. ........................

102

Belanja Bidang Pendidikan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2004 ......................................................

103

Belanja Bidang Ekonomi Pemeritah Kota Bekasi Tahun
Anggaran 2005 .................................................................

105

Belanja Bidang Kesehatan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2005 ......................................................

107

Belanja Bidang Pendidikan Pemeritah Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2005 ......................................................

109

Indeks Pembangunan Manusia Kota Bekasi Tahun
1999-2005 .........................................................................

112

23

Komponen IPM Kota Bekasi Tahun 1999 -2005 ...............

113

24

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik, Penerapan
Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah Terhadap
PDRB Per Kapita Berbasarkan Harga Konstan 1993
Periode 1983 -2004 di Kota Bekasi ...................................

114

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap IPM Kota Bekasi
Tahun 1999-2005 .............................................................

116

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap Indeks
Pendapatan Periode 1999-2005 di Kota Bekasi .............

118

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap Indeks
Kesehatan Periode 1999-2005 di Kota Bekasi .................

120

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap Indeks
Pendidikan Periode 1999 -2005 di Kota Bekasi ................

122

16
17
18
19
20
21
22

25

26

27

28

xvi

29

30

31

32

33
34
35

36

37

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap Kemampuan
Daya Beli Periode 1999-2005 di Kota Bekasi ...................

124

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap Angka Harapan
Hidup Periode 1999-2005 di Kota Bekasi .........................

126

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap Rata-Rata Lama
Sekolah Periode 1999-2005 di Kota Bekasi .....................

128

Hubungan Belanja Aparatur, Belanja Publik dan
Penerapan Otonomi Daerah Terhadap Angka Melek
Huruf Periode 1999 -2005 di Kota Bekasi .........................

130

Rasio Belanja Aparatur dan Belanja Publik Pemerintah
Kota Bekasi Periode 1983-2005 .......................................

132

Rasio Belanja Aparatur dan Belanja Publik Pemerintah
Kota Bekasi Periode 1997-2005 .......................................

133

Rasio Belanja Bidang Ekoomi, Kesehatan dan
Pendidikan Terhadap Belanja Publik Pemerintah Kota
Bekasi Periode 2001-2005 ...............................................

134

Rasio Belanja Bidang Ekoomi, Kesehatan dan
Pendidikan Terhadap APBD Pemerintah Kota Bekasi
Periode 2001 -2005 ...........................................................

135

Angket Analisis SWOT ……………………………………...

136

xvii

I.
1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah yang disempurnakan dengan Undangundang No. 32 tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
yang disempurnakan dengan Undang -undang No. 33 tahun 2004, maka
paradigma

peyelenggaraan

pemerintahan

mengalami

pergeseran.

Semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Implikasinya
terhadap pemerintah daerah adalah bahwa pemerintah daerah diberikan
kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus daerahnya
sendiri termasuk dalam hal pengelolaan keuangan daerah.
Sebelum era otonomi daerah, struktur anggaran daerah (APBD)
yang berlaku adalah anggaran berimbang, dimana anggaran penerimaan
atau pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran atau belanja (Saragih,
2003:21).

Di era otonomi daerah, struktur APBD mengacu pada

pendapatan masing-masing daerah sehingga tiap-tiap daerah struktur
APBD-nya akan berbeda dengan daerah lain tergantung dari kapasitas
keuangan yang dimilikinya. Referensi bagi struktur APBD di era otonomi
daerah adalah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 16 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 yaitu struktur APBD terdiri
dari anggaran pendapata n, anggaran belanja dan pembiayaan.
Otonomi
peningkatan

daerah

pendapatan

dilihat

dari

daerah.

segi

anggaran

Peningkatan

mengakibatkan

pendapatan

daerah

tersebut terutama diperoleh dari dana perimbangan yang komponennya
terdiri dari : dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi
khusus (DAK). Berdasarkan pasal 157 Undang -Undang Nomor 32 Tahun
2004 dan pasal 5 Undang -Undang Nomor 33 Tahun 2004 pendapatan
daerah terdiri dari : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana
perimbangan; dan (3) Lain-lain pendapatan yang sah.

2

Peningkatan
anggaran

pendapatan

belanja

daerah.

daerah

berarti

Peningkatan

juga

belanja

meningkatkan
daerah

akan

meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana ekonomi di daerah
yang selanjutnya akan menciptakan berbagai lapangan kerja bagi
masyarakat yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
daerah tersebut. Hal demikian sejalan dengan salah satu fungsi APBD
yaitu fungsi alokasi yaitu anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
Mangkoesoebroto (2001) mengemukakan bahwa peranan alokasi untuk
mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan
secara efesien untuk kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu
peranan pemerintah.
Indikator kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan dapat
diukur dengan pendekatan indikator moneter dan non moneter (Arsyad,
2004:25-38).

Indikator moneter mengukur kesejahteraan masyarakat

berdasarkan pendekatan pendapatan per kapita.

Kelemahan dari

pendekatan ini adalah diabaikannya distribusi pendapatan sehingga
kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan pendekatan pendapatan
per

kapita

sesungguhnya

belum
di

mencerminkan

masyarakat.

tingkat

Walaupun

kesejahteraan
demikian

yang

pengukuran

kesejahteraan masyarakat dengan pendekatan pendapatan per kapita
masih digunakan di berbagai negara termasuk di Indonesia, alasannya
bahwa data-data untuk mengukur pendapatan per kapita mudah diperoleh
(tersedia) di setiap negara/daerah.

Pengukuran tingkat kesejahteraan

masyarakat dengan Indikator non moneter mengacu pada suatu indeks
yang telah dikembangkan oleh United Nations for Develpment Program
(UNDP) yaitu Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index).

Indikator-indikator yang digunakan untuk menyusun indeks ini

adalah : (1) tingkat harapan hidup; (2) tingkat melek huruf; dan (3) tingkat
pendapatan riil per kapita berdasarkan daya beli masyarakat.

3

Kota Bekasi merupakan daerah pemekaran baru dari Kabupaten
Bekasi Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 210,49 Km2 dan
berpenduduk sebayak 1.914.316 jiwa pada tahun 2004.

Pemekaran

wilayah Kota Bekasi terjadi pada tahun 1997.
Perkembangan APBD Kota Bekasi selama tahun 1997 sampai
dengan tahun 2004 (Tabel 1), menunjukkan bahwa pertumbuhan
anggaran APBD sebelum era otonomi daerah (sampai dengan tahun
2000) cenderung mengalami penurunan sedangkan mulai tahun 2001
yaitu awal penerapan otonomi daerah dan setelahnya alokasi anggaran
APBD cenderung mening kat. Kondisi seperti ini semestinya sejalan
dengan tingkat kesejahteraan rakyat yang makin meningkat pula. Namun
demikian dalam kenyataannya kesejahteraan yang dicerminkan melalui
pendapatan per kapita per tahun tidak sejalan dengan pertumbuhan
anggaran APBD yang tumbuh rata-rata sebesar 43,78 % per tahun.
Tabel 1 Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Bekasi Tahun 1999-2004
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
1997/1998
1998/1999
1999/2000
2000
2001
2002
2003
2004

APBD
31.408
74.962
100.852
123.429
362.366
442.038
542.781
623.957

Indeks Deflator
0,710185329
0,437423201
0,415804566
0,378503806
0,350797702
0,338284178
0,3287755
0,317747182

APBD Riil
22.306
32.790
41.935
46.718
127.117
149.534
178.453
198.261

Pertumbuhan
APBD (%)
47,00
27,89
11,41
172,09
17,64
19,34
11,10

Sumber : BPS dan Bappeda Kota Bekasi, 1997-2004
Perkembangan pendapatan per kapita per tahun masyarakat Kota
Bekasi yang dicerminkan melalui perkembangan PDRB per kapita selama
tahun 1997 sampai dengan tahun 2004 (Tabel 2), menunjukkan bahwa
pertumbuhan pendapatan per kapita sejak krisis ekonomi tahun 1997
sebesar minus 24,61 % dan mengalami peningkatan rata-rata sebesar
2,64 % sampai dengan tahun 2000. Tahun 2001, dimana merupakan

4

awal penerapan otonomi daerah dan tahun-tahun selanjutnya mengalami
peningkatan, walaupun pertumbuhannya masih dibawah 1 % per tahun.
Tabel 2 Perkembangan PDRB Per Kapita Penduduk Kota Bekasi
Tahun 1997 -2004
(dalam rupiah)
PDRB per Kapita
PDRB Per Kapita (Harga
(Harga Berlaku)
Konstan 1993)
3,794,837
2,695,038
4,644,822
2,031,753
4,818,183
2,073,187
5,726,149
2,167,369
6,261,037
2,196,357
6,543,263
2,213,482
6,742,554
2,216,786
7,017,433
2,229,770

Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004

Pertumbuhan
PDRB Per
Kapita (%)
-24.61
2.04
4.54
1.34
0.78
0.15
0.59

Sumber : BPS dan Bappeda Kota Bekasi, 1997-2004.
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dapat dibandingkan laju pertumbuhan
APBD dan PDRB per kapita. Pertumbuhan APBD yang terjadi sejak awal
diberlakukannya

otonomi daerah (tahun 2001) tidak diikuti oleh

pertumbuhan PDRB per kapita yang sebanding dengan pertumbuhan
APBD.

Pertumbuhan APBD rata -rata sebesar 43,78 % per tahun,

sedangkan pertumbuhan pendapatan per kapita hanya tumbuh dibawah 3
% per tahun (Gambar 1).
200,00

Pertumbuhan (%)

150,00

100,00

50,00

0,00
1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

-50,00
Tahun
PDRB Per Kapita

APBD Riil

Gambar 1 Pertumbuhan APBD Riil dan PDRB Per Kapita Kota Bekasi
Tahun 1998-2004.

5

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selama tahun
1999 sampai dengan tahun 2004 (Tabel 3), menunjukkan bahwa
pertumbuhan IPM tertinggi terjadi pada tahun 2002, dimana merupakan
tahun kedua dari penerapan otonomi daerah.
pertumbuhan

anggaran

APBD

yang

Hal ini sejalan dengan

terjadi

pada

tahun pertama

penerapan otonomi daerah yaitu sebesar 172,09 %.
Tabel 3 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Bekasi
Tahun 1999-2004
Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
68,71
69,14
66,61
72,85
73,49
74,95

Pertumbuhan IPM (%)
0,63
-3,66
9,38
0,87
2,00

Sumber : BPS dan Bappeda Kota Bekasi, 1999-2004.
Berdasarkan Tabel 1 dan 3 dapat dibandingkan laju pertumbuhan
APBD dan IPM. Pertumbuhan IPM tidak sejalan dengan pertumbuhan
APBD. Pada saat APBD mengalami peningkatan, sebaliknya IPM justru
mengalami

penurunan.

Namun

demikian

dilihat

dari

pola

pertumbuhannya antara APBD dan IPM memiliki pola pertumbuhan yang
sama, tetapi dalam kurun waktu yang berbeda.

Pada tahun 2000

pertumbuhan APBD mengalami penurunan, kemudian terjadi peningkatan
hingga 172,09 % pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 mengalami
penurunan kembali. Pola seperti ini terjadi pula pada pola pertumbuhan
IPM yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2001 sampai tahun 2003. Pada
tahun 2001 pertumbuhan IPM mengalami penurunan, selanjutnya pada
tahun 2002 mengalami peningkatan hingga 9,38 % dan pada tahun 2003
mengalami penurunan kembali (Gambar 2).

6

200,00
180,00
160,00

140,00

Pertumbuhan (%)

120,00

100,00
80,00
60,00

40,00
20,00
0,00
2000

2001

2002

2003

2004

-20,00
Tahun
APBD Riil

IPM

Gambar 2. Pertumbuhan APBD Riil dan IPM Kota Bekasi Tahun 20002004
Uraian di atas menggambarkan bahwa peningkatan APBD tidak
selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
dicerminkan oleh PDRB per kapita dan IPM, sehingga timbul pertanyaan
sebagai berikut : Bagaimanakah strategi pengalokasian anggaran belanja
publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
1.2.

Perumusan Masalah
Peningkatan anggaran APBD semestinya diikuti oleh peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan lewat pendapatan per kapita
per tahun. Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa pertumbuhan
APBD yang relatif tinggi tidak diikuti oleh pertumbuhan PDRB per kapita
masyarakat yang memadai.

Dengan demikian pertanyaannya adalah

apakah ada pengaruh APBD terhadap PDRB per kapita?
Pada paparan di atas, pertumbuhan APBD mulai terjadi pada awal
penerapan otonomi daerah dimana pertumbuhannya rata-rata sebesar
43,78 % per tahun. Sedangkan pertumbuhan PDRB per kapita berkisar
di bawah 3 % per tahun. Pertanyaannya adalah seberapa jauh penerapan

7

otonomi daerah mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang tercermin dalam PDRB per kapita?
Pemekaran wilayah Kota Bekasi terjadi pada tahun 1997,
sebelumnya Kota Bekasi bergabung dengan wilayah Kabupaten Bekasi.
Pertanyaannya

adalah

apakah

pemekaran

wilayah

mempengaruhi

kesejahteraan masyarakat Kota Bekasi yang direfleksikan melalui PDRB
per kapita?
Belanja pemerintah daerah terdiri dari belanja publik dan belanja
aparatur. Komposisi dari belanja publik dan aparatur akan mempengaruhi
tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertanyaannya adalah bagaimana
rasio alokasi belanja publik dan belanja aparatur diterapkan di Pemda
Kota Bekasi?
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator kesejahteraan
masyarakat komposit yang diukur dari aspek pendidikan, kesehatan dan
daya beli masyarakat.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa

peningkatan anggaran APBD tidak diikuti dengan peningkatan IPM.
Pertanyaannya adalah seberapa jauh pengaruh APBD terhadap IPM?
Dari rangkaian pertanyaan-pertanyaan di atas, pertanyaan lebih
lanjut adalah bagaimana menyusun strategi alokasi belanja publik untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat?
1.3.

Tujuan dan Manfaat Kajian
Tujuan umum yang akan dicapai untuk memecahkan masalah-

masalah

yang

pengalokasian

telah

dipaparkan

angaran

publik

masyarakat di Kota Bekasi.

diatas
untuk

adalah

mengkaji

peningkatan

strategi

kesejahteraan

Untuk mendukung kajian tersebut, maka

disusun tujuan-tujuan spesifik sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh APBD, otonomi daerah dan pemekaran
wilayah terhadap PDRB per kapita.
2. Menganalisis

pengaruh

APBD

terhadap

Indeks

Pembangunan

Manusia.
3. Mengkaji rasio alokasi belanja publik dan belanja aparatur.

8

4. Menyusun

strategi

alokasi

belanja

publik

untuk

peningkatan

kesejahteraan masyarakat Kota Bekasi.
Manfaat ilmiah/akademik dari kajian strategi alokasi anggaran
publik untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat ini adalah untuk
menambah

khazanah

ilmu

pengetahuan

di

bidang

manajemen

pembangunan daerah. Sedangkan manfaat praktisnya adalah diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan publik untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kota Bekasi.

II.

2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2.1.1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Nomor
33 Tahun 2004 yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Struktur APBD terdiri
atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan (Gambar
3) (Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 16 PP No. 58 tahun
2005 Pasal 20).

PENDAPATAN

APBD

BELANJA

PEMBIAYAAN

Gambar 3 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pendapatan adalah semua penerimaan daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.

Anggaran pendapatan berasal dari

pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah. Sumber pendapatan asli daerah (PAD)
terdiri dari : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Dana perimbangan
terdiri atas : dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi
Khusus (DAK).

Lain-lain PAD yang sah meliputi : hasil penjualan

10

kekayaan

yang

tidak

dipisahkan,

jasa

giro,

pendapatan

bunga,

keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan
komisi/potongan sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah.
Belanja adalah semua pengeluaran daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi beban daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.

Angaran Belanja diklasifikasikan

menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan berdasarkan susunan
organisasi daerah seperti setda, dinas daerah dan lembaga teknis dinas
daerah lainnya. Klasifikasi belaja menurut fungsinya didasarkan pada
urusan kewenangan pemerintah daerah seperti : pelayanan umum,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan
fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan
serta perlindungan sosial. Kalsifikasi belanja menurut program dan
kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah.

Klasifikasi belanja menurut jenis

belanja, anggaran belanja dikelompokan berdasarkan belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, serta belanja tidak
terduga ( Peraturan Pemerintah RI No. 58 tahun 2005).
Berdasarkan struktur anggaran tersebut elemen-elemen

yang

termasuk dalam belanja daerah terdiri dari : belanja aparatur daerah,
belanja pelayanan Publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
daerah, serta belanja tidak tersangka.
Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan terdiri atas penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan

11

penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Pengeluaran pembiayaan

terdiri dari pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah
daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman. Pembiayaan
merupakan transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup
selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah (Mardiasmo, 2002 :
187).
Berdasarkan

uraian

diatas,

struktur

APBD

dan

komponen-

komponen penyusunnya di era otonomi daerah dapat dilihat pada Gambar
4 berikut ini.

PAD
PENDAPATAN

Dana Perimbangan
Lain-lain penerimaan yg sah
Aparatur Daerah
Pelayanan Publik

APBD

BELANJA

Bagi hasil & Bant. Keu
Blj. tdk tersangka
Pemb. Penerimaan

PEMBIAYAAN
Pemb. Pengeluaran

Gambar 4 Struktur dan Komponen APBD pada Masa Otonomi Daerah
Pada masa orde baru dasar hukum penyusunan APBD adalah UU
nomor 5 tahun 1974.

Struktur APBD-nya terdiri dari penerimaan atau

pendapatan dan pengeluaran (Suparmoko, 2002 : 29). Penerimaan atau
pendapatan dikelompokan menjadi penerimaan rutin dan penerimaan
pembangunan. Penerimaan rutin yang disebut juga penerimaan daerah
terdiri dari : pendapatan asli daerah sendiri (PADS), bagi hasil pajak dan
bukan pajak, dan bagian dari sumbangan dan bantuan. PADS terdiri atas
: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, dan

12

lain-lain usaha daerah yang sah seperti biaya perijinan dan hasil dari
kekayaan daerah. Bagi hasil pajak dan bukan pajak meliputi : penerimaan
pajak pemerintah pusat seperti PBB dan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor serta bagi hasil dari pungutan kekayaan daerah seperti iuran
hasil hutan. Bagian dari sumbangan dan bantuan terdiri atas sumbangan
dari pemerintah pusat dan sumbangan dari pemerintah propinsi.
Pengeluaran

dikelompokan

menjadi

pengeluaran

rutin

dan

pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin adalah pengeluaran untuk
gaji pegawai dan belanja barang disamping untuk pembiayaan DPRD dan
kepala

daerah.

Pengeluaran

pembangunan

yaitu

pengeluaran

pembangunan untuk sektor-sektor seperti sektor industri, pertanian dan
kehutanan, air dan irigasi, tenaga kerja, perdagangan, transportasi,
tambang dan energi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan

uraian

diatas,

struktur

APBD

dan

komponen-

komponen penyusunnya di masa orde baru dapat dilihat pada Gambar 5.

13

PADS
RUTIN
Pajak, bukan pajak
Sumbangan,
bantuan

PENERIMAAN

PEMBANGUNAN
APBD
RUTIN

Gaji pegawai,
belanja barang,
belanja DPRD,
biaya kepala daerah

PENGELUARAN

PEMBANGUNAN

Pembangunan
Sektor-sektor

Gambar 5 Struktur dan Komponen APBD pada Masa Orde Baru
Berdasarkan kedua paparan diatas, antara struktur APBD pada
masa otonomi daerah dan orde baru terdapat perbedaan. Perbedaan
tersebut merupakan ko nsekuensi dari perubahan penerapan paradigma
pembangunan yang pada masa orde baru bersifat sentralistik dengan
orientasi utama pada pembangunan pertumbuhan ekonomi menjadi
bersifat desentralisasi dengan orientasi pembangunan yang berkeadilan
(equity) dan distribusi pendapatan yang merata disamping tetap
mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
2.1.2 Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah
Pedoman dan mekanisme penyusunan APBD di era otonomi
daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 58 tahun 2005
dengan mekanisme penyusunan

sebagai berikut : Penyusunan APBD

diawali dengan penyampaian Kebijakan Umum APBD (KUA) oleh pemda
kepada DPRD untuk dibahas sebagai landasan RAPBD.

KUA yang

disampaikan harus sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

14

(RKPD) yang telah ditetapkan. Berdasarkan KUA yang telah disepakati
oleh DPRD, pemerintah daerah bersama-sama dengan DPRD membahas
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementasa (PPAS) untuk dijadikan sebagai
acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kepala SKPD
selanjutnya menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
yang disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Pemerintah
daerah selanjutnya menyampaikan RKA-SKPD kepada DPRD untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan ini
disampaikan kepada kepala daerah sebagai pejabat pengelola keuangan
daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) tentang APBD.

Proses selanjutnya pemerintah daerah

mengajukan Raperda APBD kepada DPRD untuk ditetapkan sebagai
Perda APBD, tetapi apabila Raperda APBD tersebut tidak disetujui oleh
DPRD maka untuk membiayai keperluan setiap bulan pemerintah daerah
menggunakan APBD tahun sebelumnya.
Proses penyusunan APBD sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI
No. 58 tahun 2005 secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 6.
KUA

PPAS

RKA-SKPD

Raperda APBD

PEMDA : menyampaikan KUA kepada DPRD
DPRD : membahas KUA sebagai landasan RAPBD
PEMDA : bersama DPRD membahas PPAS
DPRD : bersama PEMDA membahas PPAS
PEMDA : menyampaikan kepada DPRD
DPRD : membahas sebagai pendahuluan RAPBD

PEMDA : mengajukan kepada DPRD
DPRD : membahas sebagai sebagai Perda

Jika Raperda APBD disetujui oleh DPRD
Perda APBD
APBD tahun
lalu

Jika Raperda APBD tidak disetujui oleh DPRD

Gambar 6 Proses Penyusunan Anggaran Belanja dan Pendapatan
Daerah

15

Pendekatan penyusunan APBD pada masa otonomi daerah
menggunakan pendekatan kinerja, yaitu suatu pendekatan sistem
anggaran yang me