Gambar 4. Bagan peletakan kedua isolat dalam cawan petri dengan metode dual culture Keterangan:
M = isolat mutan S. rolfsii
L = tipe liar S. rolfsii
4. Uji Patogenesitas Isolat Mutan
S. rolfsii a.
Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah ultisol yang telah disterilisasi
lalu dimasukkan ke dalam polibeg ukuran ¼ kg.
b. Penanaman Benih Kedelai
Pada setiap polibeg ditanam 2 benih kedelai dengan 3 ulangan. Selanjutnya dipilih 1 tanaman yang paling sehat untuk diinokulasi isolat mutan
S. rolfsii. c.
Perbanyakan Isolat Mutan S. rolfsii
Isolat mutan S. rolfsii diperbanyak dengan cara diinokulasi pada media beras 10 g steril Lampiran 31. Kemudian biakan diinkubasi selama 7 hari pada
suhu kamar. Selanjutnya biakan siap diaplikasikan ke tanaman kedelai setelah media beras ditumbuhi isolat mutan S. rolfsii Nasikhah, 2008.
M L
d. Inokulasi Isolat Mutan
S. rolfsii
Inokulasi isolat mutan S. rolfsii dilakukan setelah tanaman kedelai berumur 2 Minggu di sekitar perakaran dan pangkal batang tanaman
Astiko et al. 2009.
Peubah Amatan 1.
Kemampuan Antagonis Isolat Mutan S. rolfsii Terhadap Isolat Tipe
Liar S. rolfsii
Pengamatan kemampuan antagonis isolat mutan S. rolfsii terhadap isolat tipe liar dilakukan dengan mengukur daerah hambatan yang dihasilkan isolat
mutan S. rolfsii terhadap isolat tipe liar S. rolfsii. Persentase hambatan pertumbuhan diamati pada umur 3 hsi sampai pertumbuhan koloni
memenuhi cawan petri dengan menggunakan rumus: R
1
– R I = x 100
2
R dimana :
1
I = persentase daya hambat R
1
R = jari-jari isolat tipe liar yang menjauhi isolat mutan S. rolfsii
2
= jari-jari isolat tipe liar yang mendekati isolat mutan S. rolfsii Fokkema, 1976
dalam Rahaju, 2007
.
2. Morfologi Isolat Mutan
S. rolfsii
Pengamatan morfologi dari isolat mutan S. rolfsii diamati setelah suspensi gerusan sklerotia yang diirradiasi sinar UV diinkubasi selama 48 jam 2 hsi.
Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis meliputi warna, bentuk, kerapatan koloni serta jenis miselium dan hifa. Secara
mikroskopis, dilakukan pengamatan hifa dan miselium dari isolat mutan S. rolfsii
dengan menggunakan mikroskop binokuler perbesaran 100 x, 400 x, 1000 x.
3. Diameter Koloni Isolat Mutan
S. rolfsii
Isolat mutan S. rolfsii dibiakkan dengan metode one point satu titik pada media PDA di cawan petri berdiameter 9 cm volume 20 mlpetri, dilakukan
pengukuran diameter koloni isolat mutan S. rolfsii mulai dari 1-3 hsi, dengan cara mempolakan bentuk perkembangan koloni pada cawan petri menggunakan plastik
transparan lalu digambar mengikuti pola perkembangan koloni tersebut. Perhitungan diameter koloni dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
4. Pengaruh Isolat Mutan
S. rolfsii Terhadap Diameter Koloni Isolat Tipe Liar
S. rolfsii Isolat mutan S. rolfsii dan isolat tipe liar S. rolfsii dibiakkan dengan
metode two point dua titik pada media PDA di cawan petri berdiameter 9 cm
volume 20 mlpetri, dilakukan pengukuran diameter koloni isolat tipe liar S. rolfsii
mulai dari 1-4 hsi, dengan cara mempolakan bentuk perkembangan koloni pada cawan petri menggunakan plastik transparan lalu digambar mengikuti pola
perkembangan koloni tersebut. Perhitungan diameter koloni dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
5. Luas Pertumbuhan Koloni Isolat Mutan
S. rolfsii
Isolat mutan S. rolfsii dibiakkan dengan metode one point satu titik pada media PDA di cawan petri berdiameter 9 cm volume 20 mlpetri, dilakukan
pengukuran luas pertumbuhan koloni isolat mutan S. rolfsii mulai dari 1-3 hsi, dengan cara mempolakan bentuk perkembangan koloni pada cawan petri
menggunakan plastik transparan lalu digambar mengikuti pola perkembangan koloni tersebut. Perhitungan luas pertumbuhan koloni dengan menggunakan
leaf area meter.
6. Pengaruh Isolat Mutan
S. rolfsii Terhadap Luas Pertumbuhan Koloni Isolat Tipe Liar
S. rolfsii Isolat mutan S. rolfsii dan isolat tipe liar S. rolfsii dibiakkan dengan
metode two point dua titik pada media PDA di cawan petri berdiameter 9 cm volume 20 mlpetri, dilakukan pengukuran luas pertumbuhan koloni isolat tipe liar
S. rolfsii mulai dari 1-4 hsi, dengan cara mempolakan bentuk perkembangan
koloni pada cawan petri menggunakan plastik transparan lalu digambar mengikuti pola perkembangan koloni tersebut. Perhitungan luas pertumbuhan koloni dengan
menggunakan leaf area meter.
7. Jumlah Sklerotia dari Isolat Mutan
S. rolfsii
Jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii diamati mulai 1 minggu setelah inokulasi msi hingga 4 msi.
8. Pengaruh Isolat Mutan
S. rolfsii Terhadap Jumlah Sklerotia Isolat Tipe Liar
S. rolfsii
Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap jumlah sklerotia dari isolat tipe liar S. rolfsii diamati mulai 1-4 msi.
9. Patogenesitas Isolat Mutan
S. rolfsii
Pengamatan terhadap patogenesitas dari isolat mutan S. rolfsii diamati tiap hari. Tanaman yang menunjukkan gejala kelayuan terserang dinilai berdasarkan
skala di bawah ini: Skala 1
= tidak ada gejala kelayuan Skala 2
= sebagian daun layu ringan Skala 3
= secara umum daun layu sedang Skala 4
= layu permanen Skala 5
= tanaman mati Fery Dukes, 2002.
Keparahan penyakit isolat mutan S. rolfsii dihitung berdasarkan nilai skala yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang digunakan oleh Direktorat
Perlindungan Tanaman, Direktorat Jenderal Produksi Tanaman Pangan 2000 sbb:
∑ n
i
x v
i
KP = ----------------- x 100 Z x N
Keterangan : KP
= Keparahan Penyakit
n
i
= Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala
kerusakan v v
i i
N =
Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamati =
Nilai skala kerusakan contoh ke-i Z
= Nilai skala kerusakan tertinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Kemampuan Antagonis Isolat Mutan S. rolfsii Terhadap Isolat Tipe
Liar S. rolfsii
Analisis sidik ragam kemampuan antagonis isolat mutan S. rolfsii terhadap isolat tipe liar S. rolfsii dapat dilihat pada Tabel 1 Lampiran 2-3.
Tabel 1. Beda uji rataan kemampuan antagonis isolat mutan S. rolfsii terhadap isolat
tipe liar S. rolfsii
Perlakuan Penghambat pertumbuhan
3 Hsi 4 Hsi
M 56,64 a
Tanpa pemaparan 64,66 a
M
1
47,16 b Pemaparan selama 5 menit
65,91 a M
2
59,94 a Pemaparan selama 10 menit
67,63 a M
3
46,98 b Pemaparan selama 15 menit
55,17 c M
4
44,26 b Pemaparan selama 20 menit
63,66 b M
5
49,31 b Pemaparan selama 25 menit
60,95 b M
6
38,14 c Pemaparan selama 30 menit
52,80 c
Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5. Hsi = Hari setelah inokulasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa kemampuan antagonis tertinggi terdapat pada perlakuan M
2
pemaparan 10 menit sebesar 59,94 3 hsi pada Gambar 6 B dan 67,63 4 hsi yang diikuti perlakuan M
1
pemaparan 5 menit dan M tanpa
pemaparan. Sedangkan kemampuan antagonis terendah terdapat pada perlakuan M
6
pemaparan 30 menit sebesar 38,14 3 hsi pada Gambar 6 A dan 52,80 4 hsi. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pemaparan UV berpengaruh terhadap
perubahan kecepatan pertumbuhan dari S. rolfsii dan kemampuannya dalam menghambat tipe liarnya. Pemaparan UV terhadap isolat S. rolfsii menyebabkan
terjadinya perubahan yang bersifat genetis sehingga besar kemungkinan diwariskan ke keturunannya. Freeman et al. 2002, menyebutkan bahwa
pengaruh radiasi UV pada proses mutagenesis disebabkan oleh kemampuan sinar
10 20
30 40
50 60
70 80
M0 M1 M2 M3 M4
M5 M6
pe ngh
am bat
pe r
tum buhan
Perlakuan
3 Hsi 4 Hsi
UV dalam menginduksi perubahan secara genetis pada patogen, sehingga dapat mengubah patogen menjadi nonpatogenik.
Gambar 5. Histogram beda uji rataan kemampuan antagonis isolat mutan S. rolfsii terhadap isolat tipe liar S. rolfsii
Pada 3 hsi Gambar 5 diketahui bahwa kemampuan antagonis dari perlakuan M
6
pemaparan 30 menit 38,14 berbeda sangat nyata dalam menghambat pertumbuhan isolat tipe liar S. rolfsii dibandingkan semua perlakuan.
Pada 4 hsi, perlakuan M tanpa pemaparan, M
1
pemaparan 5 menit dan M
2
pemaparan 10 menit berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa penetrasi sinar UV terhadap isolat S. rolfsii
menyebabkan pertumbuhan yang relatif kurang stabil sehingga berpengaruh terhadap kemampuan antagonis dari masing-masing isolat. Selain itu, S. rolfsii
yang dipapari dengan waktu yang lebih singkat, mampu menghambat pertumbuhan tipe liarnya pemaparan 5 dan 10 menit dan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan M tanpa pemaparan. Hal ini menunjukkan bahwa isolat tipe
liar S. rolfsii memiliki kemampuan untuk memberikan hambatan pertumbuhan terhadap sesamanya satu species dalam hal perebutan nutrisi dan ruang tumbuh.
Sehingga mekanisme antagonis yang dihasilkan oleh isolat mutan S. rolfsii yang
dipapari selama 5 dan 10 menit dalam menekan populasi atau aktifitas dari S. rolfsii berupa kompetisi. Pracaya 1991, menyebutkan bahwa dalam
pengendalian hayati pengertian antagonisme adalah gangguan atau hambatan terhadap proses kehidupan pertumbuhan, perbanyakan, infeksi, penyebaran, dan
lain-lain dari suatu organisme patogen oleh organisme lain antagonis. Proses ini dapat terjadi antara organisme dalam satu spesies maupun antar genus dan
spesies yang berbeda.
Gambar 6. Pengujian antagonisme dengan menggunakan metode dual culture pada 3 hsi A perlakuan M
6
B perlakuan M
2
Pertemuan miselium antara kedua isolat menghasilkan sebuah perkawinan mating type. Mating type merupakan perkawinan secara seksual yang dilakukan
oleh S. rolfsii. Menurut Schooley 1997 bahwa perkembangan jamur secara seksual terjadi ketika dengan tipe perkawinan mating type yang berbeda
bersentuhan kemudian melebur membentuk zigot. Pengamatan mating type secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Fotomikrograf mating type S. rolfsii perbesaran 1000 x
A B
2. Morfologi Isolat Mutan
S. rolfsii a.
Makroskopis
Morfologi isolat mutan S. rolfsii secara makroskopis dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 8.
Tabel 2. Morfologi isolat mutan S. rolfsii secara makroskopis
KODE MORFOLOGI
Warna Bentuk
Kerapatan koloni Jenis miselium
dan hifa M
Putih Circular
Jarang Bulu, lurus
M Putih
1
Circular Jarang
Bulu, lurus M
Putih
2
Circular Jarang
Bulu, lurus M
Putih
3
Circular Rapat
Kapas, halus M
Putih
4
Circular Agak rapat
Bulu, lurus M
Putih
5
Circular Agak rapat
Bulu, lurus M
Putih
6
Circular Rapat
Kapas, halus
Gambar 8. Biakan isolat S. rolfsii 3 hsi A Perlakuan M
6
dengan metode dual culture B biakan M
C biakan M
6
kanan dan biakan M
3
kiri a isolat mutan S. rolfsii b isolat liar S. rolfsii
a
A B
C b
Tabel 2 dan Gambar 8 A menunjukkan perbedaan morfologi antara isolat mutan S. rolfsii Gambar 8 A.a dengan isolat tipe liar S. rolfsii Gambar 8 A.b.
Perlakuan M
3
dan M
6
pemaparan 15 dan 30 menit koloni lebih rapat Gambar 8 C dibandingkan koloni tipe liarnya Gambar 8 B. Kerapatan koloni
pada perlakuan M
4
dan M
5
pemaparan 20 dan 25 menit agak rapat dibandingkan koloni perlakuan M
0,
M
1
dan M
2
Pengamatan jenis miselium dan hifa yang terbentuk juga mengalami perubahan pada perlakuan M
tanpa pemaparan, pemaparan 5 dan 10 menit. Sadana et al. 1979 melaporkan bahwa irradiasi UV selama 20
menit terhadap S. rolfsii berpengaruh terhadap kerapatan koloni menjadi lebih rapat dibandingkan dengan tetuanya.
3
dan M
6
Irradiasi UV tidak berpengaruh terhadap warna serta bentuk koloni dari isolat mutan. Hal ini terjadi karena irradiasi UV merusak pada bagian sel-sel
tertentu dan tidak semua sel dirusak. Sel yang dirusak akan mengalami perubahan genetik dari tetuanya. Atlas 1994 menyebutkan bahwa
pemaparan 15 dan 30 menit. Jenis miselium dari kedua perlakuan ini terbentuk seperti kapas dengan hifa yang
menggumpal dan halus Gambar 8 A.a. Sementara jenis miselium yang terbentuk pada perlakuan lainnya seperti bulu dengan hifa lurus Gambar 8 A.b.
Penentuan jenis miselium dan hifa yang terbentuk ini sesuai Fichtner 2006 yang menyebutkan pada dasarnya ada dua jenis hifa yang dihasilkan S. rolfsii yaitu
kasar dan lurus yang didukung dengan Semangun 2004 yang menyatakan bahwa S. rolfsii mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih,
tersusun seperti bulu dan kapas.
sinar UV mampu melepaskan energi sehingga menyebabkan eksitasi elektron sehingga ion-ion
menjadi reaktif dan memungkinkan perubahan susunan kimia DNA. Absorbsi maksimal sinar UV di dalam sel terjadi pada asam nukleat, maka diperkirakan
mekanisme utama perusakan sel oleh sinar UV pada ribosom, sehingga mengakibatkan terjadinya mutasi atau kematian sel.
b. Mikroskopis
Secara mikroskopis, morfologi semua isolat mutan S. rolfsii tidak berbeda nyata terhadap tipe liarnya atau dengan kata lain irradiasi UV tidak merubah
morfologi mikroskopis S. rolfsii Gambar 9.
Gambar 9. Fotomikrograf isolat mutan S. rolfsii dari kiri ke kanan isolat tipe liar, pemaparan 5, 10, 15, 20, 25, 30 menit perbesaran 1000 x
Gambar 9 menunjukkan bahwa isolat mutan S. rolfsii tidak mengalami perubahan morfologi baik hifa maupun miseliumnya. S. rolfsii merupakan jamur
yang dalam perkembangbiakannya tidak membentuk spora, akan tetapi dilakukan secara seksual dengan bantuan miselium dan hifa aktif yang terdapat di bagian
dalam sklerotia. Sehingga sklerotia merupakan bahan pemencaran dan pertahanan diri S. rolfsii untuk tetap dapat bertahan hidup di alam dengan keunggulan sifatnya
M
6
M
5
M
4
M
2
M
1
M M
3
yang mampu bertahan dalam tanah selama ± 1 tahun. Miselium tersebut dibagi oleh beberapa dinding melintang septa setiap segmen menjadi hifa inti.
Pertumbuhan miselium terjadi pada ujung hifa. Sesuai Punja Rahe 2001 bahwa untuk menjaga struktur pelindung, sklerotia terdiri dari hifa yang aktif dan
menjadi inokulum pertama untuk perkembangan penyakit. Suhu optimum untuk pertumbuhan sklerotia adalah 27-30
°
C dan tidak aktif pada suhu dibawah 0
°
3. Diameter Koloni Isolat Mutan
S. rolfsii
C.
Analisis sidik ragam rataan diameter koloni isolat mutan
S. rolfsii
dapat dilihat pada Tabel 3 Lampiran 4-6.
Tabel 3. Beda uji rataan diameter koloni isolat mutan S. rolfsii
Perlakuan Diameter koloni cm
1 Hsi 2 Hsi
3 Hsi M
1,39 c 4,30 a
6,83 a M
1,73 b
1
3,98 a 6,85 a
M 1,57 b
2
3,74 b 7,50 a
M 1,77 b
3
3,23 c 6,07 b
M 1,65 b
4
3,70 b 6,36 b
M 2,11 a
5
3,36 b 6,34 b
M 1,47 c
6
2,52 d 4,76 c
Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5. Hsi = Hari setelah inokulasi
Pada 1-2 hsi, diameter koloni isolat mutan relatif tidak stabil dengan pertumbuhan yang bersifat random dan tidak linear. Hal ini disebabkan karena
setiap isolat S. rolfsii memiliki ketahanan dan respon yang berbeda dalam mentoleransi pengaruh yang disebabkan penetrasi sinar UV. Namun, Pada 3 hsi
pertumbuhan dari setiap isolat mulai stabil. Perlakuan M
6
pemaparan 30 menit berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan dikarenakan pertumbuhan isolat
tersebut yang lebih lambat. Hal ini mengindikasikan bahwa pemaparan UV selama 30 menit berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan isolat
mutan. Sebagaimana disebutkan oleh Sadana et al. 1979 bahwa irradiasi UV selama 20 menit terhadap isolat S. rolfsii berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan dari isolat mutan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan tetuanya.
Gambar 10. Histogram beda uji rataan diameter koloni isolat mutan S. rolfsii
Gambar 10 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter koloni isolat mutan S. rolfsii tertinggi terdapat pada perlakuan M
2
pemaparan 10 menit sebesar
7,50 cm pada 3 hsi Lampiran 38. Rataan diameter koloni isolat mutan S. rolfsii terendah perlakuan terendah terdapat pada perlakuan M
6
pemaparan 30 menit sebesar 4,76 cm 3 hsi Gambar 8 C kanan. Isolat S. rolfsii yang dipapari
dengan waktu yang lebih singkat 5 dan 10 menit menunjukkan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan isolat tipe liar tanpa pemaparan, sehingga
diasumsikan bahwa isolat tersebut mampu mentoleransi adanya pengaruh buruk yang diakibatkan oleh irradiasi UV.
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00
M0 M1
M2 M3
M4 M5
M6
Di a
m et
er K
o lo
n i
cm
Perlakuan
1 Hsi 2 Hsi
3 Hsi
A B
i i
i i
4. Pengaruh Isolat Mutan
S. rolfsii Terhadap Diameter Koloni Isolat Tipe Liar
S. rolfsii
Analisis sidik ragam rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni isolat tipe liar S. rolfsii dapat dilihat pada Tabel 4
Lampiran 7-10.
Tabel 4. Beda uji rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni isolat tipe liar S. rolfsii
Perlakuan Diameter Koloni Isolat Liar cm
1 Hsi 2 Hsi
3 Hsi 4 Hsi
M 1,36 a
3,05 a 4,47 a
5,71 b M
1,03 b
1
3,11 a 4,57 a
5,45 b M
0,96 b
2
2,86 b 4,33 b
5,39 b M
0,97 b
3
2,73 b 4,57 a
6,36 a M
1,03 b
4
2,89 b 4,82 a
6,05 a M
1,09 a
5
2,92 a 4,51 a
6,09 a M
1,13 a
6
3,16 a 4,86 a
6,39 a
Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5. Hsi = Hari setelah inokulasi
Pada 1-2 hsi, Tabel 4 menunjukkan bahwa isolat mutan S. rolfsii tidak berpengaruh terhadap isolat tipe liar S. rolfsii dikarenakan belum terjadi
pertemuan miselium antara kedua isolat. Namun kecepatan tumbuh dari setiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada 3 hsi, perlakuan
M
2
Pada 4 Hsi, pertumbuhan koloni kedua isolat telah memenuhi cawan petri. Perlakuan M
4,33 cm pemaparan 10 menit berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Miselium antara isolat mutan S. rolfsii dan isolat tipe liar S. rolfsii
telah bertemu. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan isolat mutan S. rolfsii yang dipapari UV selama 10 menit berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan
isolat liar S. rolfsii dalam hal perebutan ruang dan nutrisi.
1
dan M
2
pemaparan 5 dan 10 menit berbeda nyata dengan perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M
tanpa
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
M0 M1
M2 M3
M4 M5
M6
D iam
e te
r Kol on
i c
m
Perlakuan
Pengamatan- 1 Hsi Pengamatan- 2 Hsi
Pengamatan- 3 Hsi Pengamatan- 4 Hsi
pemaparan. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan dari isolat mutan S. rolfsii dengan pemaparan yang singkat, mempengaruhi diameter koloni isolat tipe
liar S. rolfsii. Isolat liar M tanpa pemaparan diketahui memiliki pertumbuhan
yang cepat sehingga mampu bersaing dengan sesamanya. Kompetisi yang terjadi adalah perebutan ruang tumbuh, nutrisi, dan bahan lainnya yang dibutuhkan kedua
isolat. Sesuai Pracaya 1991, menyebutkan bahwa dalam pengendalian hayati pengertian antagonisme adalah gangguan atau hambatan terhadap proses
kehidupan pertumbuhan, perbanyakan, infeksi, penyebaran, dan lain-lain dari suatu organisme patogen oleh organisme lain antagonis. Proses ini dapat
terjadi antara organisme dalam satu spesies maupun antar genus dan spesies yang berbeda.
Gambar 11. Histogram beda uji rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni isolat tipe liar S. rolfsii
Diameter koloni isolat tipe liar S. rolfsii tertinggi terdapat pada perlakuan M
6
pemaparan 30 menit sebesar 6,39 cm dan terendah terdapat pada perlakuan M
2
pemaparan 10 menit sebesar 5,39 cm. Isolat S. rolfsii yang dipapari UV selama 30 menit menyebabkan pertumbuhan isolat semakin lambat sehingga
kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan dari isolat tipe liar S. rolfsii.
Susanti et al. 2009 menyatakan bahwa tingkat inaktifasi mikroorganisme sangat tergantung pada dosis UV yang digunakan. Sadana et al. 1979 menyebutkan
bahwa bahwa irradiasi UV selama 20 menit terhadap isolat S. rolfsii berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dari isolat mutan menjadi lebih lambat
dibandingkan dengan tetuanya.
5. Luas Pertumbuhan Koloni Isolat Mutan
S. rolfsii
Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rataan luas pertumbuhan koloni isolat mutan S. rolfsii dapat dilihat pada Tabel 5
Lampiran 11-13.
Tabel 5. Beda uji rataan luas pertumbuhan koloni isolat mutan S. rolfsii
Perlakuan Luas pertumbuhan koloni cm
2
1 Hsi 2 Hsi
3 Hsi M
1,46 c 16,34 a
38,54 a M
2,93 b
1
12,93 b 40,00 a
M 2,44 b
2
12,68 b 45,12 a
M 3,42 a
3
10,49 c 32,19 b
M 2,93 b
4
11,71 b 34,15 b
M 4,15 a
5
10,49 c 33,66 b
M 1,95 c
6
6,10 d 18,54 c
Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5. Hsi = Hari setelah inokulasi
Luas pertumbuhan koloni isolat mutan S. rolfsii sejalan dengan pertumbuhan diameter koloni S. rolfsii. Pada 1 hsi, luas pertumbuhan koloni
isolat mutan S. rolfsii pada perlakuan M
5
4,15 cm
2
pemaparan 25 menit dan M
3
3,42 cm
2
berbeda nyata dibandingkan perlakuan lainnya karena pertumbuhannya yang lebih cepat dan lebar. Pada 2-3 hsi, perlakuan M
6
6,10 cm
2
pemaparan 30 menit berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan dikarenakan pertumbuhan isolat tersebut yang lebih lambat. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemaparan UV terhadap isolat S. rolfsii selama 30 menit
menurunkan kecepatan pertumbuhan dari isolat tersebut sehingga luas pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan pemaparan UV dengan waktu
yang lebih singkat. Luas pertumbuhan koloni isolat mutan S. rolfsii tertinggi terdapat pada
perlakuan M
2
pemaparan 10 menit sebesar
45,12 cm
2
3 hsi Lampiran 38. Luas pertumbuhan koloni isolat mutan S. rolfsii terendah terdapat pada perlakuan
M
6
pemaparan 30 menit sebesar 18,54 cm
2
6. Pengaruh Isolat Mutan
S. rolfsii Terhadap Luas Pertumbuhan Koloni Isolat Tipe Liar
S. rolfsii
3 hsi.
Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan koloni isolat tipe liar S. rolfsii
dapat dilihat pada Tabel 6 Lampiran 14-17.
Tabel 6. Beda uji rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan koloni isolat tipe liar S. rolfsii
Perlakuan Luas pertumbuhan koloni cm
2
1 Hsi 2 Hsi
3 Hsi 4 Hsi
M 3,42 a
10,00 b 27,10 c
37,02 c M
1,76 b
1
12,02 a 28,56 c 36,03 c
M 1,68 b
2
9,34 b 26,85 c 31,54 d M
1,73 b
3
8,36 b 33,98 b 52,66 a
M 2,17 b
4
9,37 b 37,80 a 42,19 b
M 2,24 b
5
9,51 b 29,71 b 42,34 b
M 2,95 a
6
13,66 a 40,86 a
53,51 a
Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5. Hsi = Hari setelah inokulasi
Pada 1-2 hsi Tabel 6, isolat mutan S. rolfsii tidak berpengaruh terhadap isolat tipe liar S. rolfsii dikarenakan belum terjadi pertemuan miselium antara
kedua isolat. Namun luas pertumbuhan dari setiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada 3 hsi menunjukkan bahwa pada perlakuan
M
1,
dan M
2
tanpa pemaparan, pemaparan 5 dan 10 menit berbeda nyata dengan
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00
M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6 L
uas pe
r tum
buhan c
m
2
Perlakuan
Pengamatan- 1 Hsi Pengamatan- 2 Hsi
Pengamatan- 3 Hsi Pengamatan- 4 Hsi
perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan M tanpa pemaparan.
Sementara pada 4 hsi, perlakuan M
2
pemaparan 10 menit berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa isolat S. rolfsii yang
dipapari UV selama 10 menit memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan isolat tipe liar S. rolfsii dalam hal perebutan ruang tumbuh dan
nutrisi. Sementara perlakuan lainnya dengan waktu pemaparan UV lebih lama, pertumbuhannya lebih lambat sehingga kurang mampu bersaing dengan isolat tipe
liar S. rolfsii dalam memperebutkan ruang tumbuh dan nutrisi. Meskipun demikian, isolat mutan S. rolfsii tersebut masih mampu untuk tumbuh di media
biakan walaupun terhambat oleh pertumbuhan isolat tipe liarnya. Sebagaimana dalam penelitian Susanti et al. 2009 menyebutkan bahwa dari jamur
F. oxysporum f.sp lycopersici yang telah dimutasi memiliki kemampuan dan ketahanan untuk mentoleransi pengaruh-pengaruh yang bersifat merugikan
menyebabkan beberapa konidia jamur dapat tetap ditumbuhkan pada media biakan.
Gambar 12. Histogram beda uji rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan koloni isolat tipe liar S. rolfsii
Isolat S. rolfsii yang dipapari UV selama 10 menit Gambar 6 B paling efektif mempengaruhi pertumbuhan koloni dari isolat tipe liar S. rolfsii yang
mengakibatkan luas pertumbuhannya hanya sebesar 31,54 cm
2
4 hsi. Sementara isolat S. rolfsii yang dipapari UV selama 30 menit Gambar 6 A kurang efektif
mempengaruhi pertumbuhan koloni dari isolat tipe liar S. rolfsii sehingga pertumbuhan dari liarnya relatif cepat dengan luas pertumbuhan sebesar 53,51
cm
2
7. Jumlah Sklerotia dari Isolat Mutan
S. rolfsii
4 hsi. Hal ini disebabkan irradiasi UV terhadap isolat S. rolfsii mengalami perubahan yang bersifat genetis. Hut et al. 2008 menyebutkan bahwa mutasi
dapat berakibat pada kesalahan menyandi protein dan keadaan ini jika tidak bersifat letal, biasanya menimbulkan penampakan fenotip yang berbeda dari
keadaan normalnya. Karena merupakan perubahan pada materi genetik, maka mutasi diwariskan pada keturunannya.
Berdasarkan analisis sidik ragam, beda uji rataan jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii dapat dilihat pada Tabel 7 Lampiran 18-21.
Tabel 7. Beda uji rataan jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii
Keterangan :
angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5.
Msi = Minggu setelah inokulasi
Perlakuan Jumlah sklerotia
1 Msi 2 Msi
3 Msi 4 Msi
M 0,00 b
17,33 b 19,00 b
30,67 b M
0,00 b
1
10,33 b 17,33 b
28,33 b M
1,00 b
2
9,33 b 16,67 b
29,67 b M
8,67 b
3
23,33 b 60,33 b
75,00 b M
0,00 b
4
22,00 b 27,67 b
30,00 b M
0,67 b
5
12,33 b 25,67 b
42,67 b M
75,67 a
6
200,33 a 234,67 a
244,00 a
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
300,00
M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6
Ju mlah
s k
le rot
ia
Perlakuan
Pengamatan- 1 Msi Pengamatan- 2 Msi
Pengamatan- 3 Msi Pengamatan- 4 Msi
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada 1-4 msi, perlakuan M
6
pemaparan 30 menit berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya sekaligus sebagai rataan
tertinggi dengan rataan jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii sebesar 244 sklerotia. Rataan jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii terendah
terdapat pada perlakuan M
1
pemaparan 5 menit Grafik histogram jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii dapat dilihat
pada Gambar 13. sebesar 28,33 sklerotia.
Gambar 13. Histogram jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii
Sklerotia merupakan bahan perbanyakan, pemencaran, sekaligus sebagai pertahanan diri dari S. rolfsii dalam kondisi tertekan atau kurang menguntungkan
baggi pertumbuhannya. Namun pemaparan UV selama 30 menit secara signifikan merangsang pembentukan sklerotia menjadi lebih cepat dan banyak di bandingkan
dengan pemaparan yang lebih singkat. Hal ini mungkin disebabkan adanya mekanisme perubahan biokimia yang bersifat genetis, yang menyebabkan
terjadinya perubahan materi genetik yang dikandung oleh S. rolfsii yang berdampak pada pembentukan sklerotia. Radiasi sinar UV ini dilaporkan
mempunyai energi yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan rusaknya sebagian
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
M0 M1
M2 M3
M4 M5
M6
J um
la h s
kle r
o tia
is o
la t lia
r
Perlakuan
1 Msi 2 Msi
3 Msi 4 Msi
atau bahkan keseluruhan sel dari isolat yang tekena paparan sinar UV. Sesuai dengan Freeman et al. 2002 yang menyatakan bahwa pengaruh radiasi sinar
UV ini pada proses mutagenesis disebabkan oleh kemampuan sinar UV dalam menginduksi perubahan secara genetis pada patogen.
8. Pengaruh Isolat Mutan
S. rolfsii Terhadap Jumlah Sklerotia Isolat Tipe Liar
S. rolfsii
Analisis sidik ragam rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap jumlah sklerotia isolat liar S. rolfsii dapat dilihat pada Tabel 8 Lampiran 22-25.
Tabel 8. Beda uji rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap jumlah sklerotia isolat liar S. rolfsii
Perlakuan Jumlah sklerotia isolat tipe liar
1 Msi 2 Msi
3 Msi 4 Msi
M 5,67
26,00 a 34,67 a
40,00 a M
24,33
1
49,67 a 56,33 a
62,00 a M
23,67
2
29,33 a 36,67 a
41,67 a M
0,67
3
0,67 b 0,67 b
0,67 b M
0,00
4
11,00 b 16,33 b
19,33 b M
5,67
5
14,00 a 17,33 b
23,67 b M
0,00
6
0,00 b 0,00 c
0,00 b
Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5. Msi = Minggu setelah inokulasi
Grafik histogram beda uji rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap jumlah sklerotia isolat tipe liar S. rolfsii dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Histogram beda uji rataan rataan pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap jumlah sklerotia isolat tipe liar S. rolfsii
Tabel 8 dan Gambar 14 diketahui bahwa rataan jumlah sklerotia dari isolat tipe liar S. rolfsii pada perlakuan M
3
pemaparan 15 menit dan M
6
pemaparan 30 menit berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengujian antara isolat mutan S. rolfsii terhadap
isolat tipe liar S. rolfsii mempengaruhi pembentukan sklerotia yang dilakukan oleh kedua isolat tersebut seperti yang terlihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Pembentukan sklerotia pada perlakuan M
3
kiri dan perlakuan M
6
kanan pada 4 msi A isolat mutan B isolat liar Gambar
15 menunjukkan
bahwa akibat
adanya pertumbuhan
isolat mutan S. rolfsii pada perlakuan M
3
pemaparan 15 menit dan M
6
pemaparan 30 menit, berpengaruh terhadap isolat tipe liar S. rolfsii yang tidak mampu membentuk sklerotia Gambar 14, Gambar 15 dan Tabel 8 menjadi
0,67 sklerotia M
3
dan 0 sklerotia M
6
. Sementara pada perlakuan M
4
pemaparan 20 menit dan M
5
pemaparan 25 menit, pembentukan sklerotia pada isolat mutan tersebut tidak banyak namun kedua isolat mampu
mempengaruhi pembentukan sklerotia tipe liarnya. Hal ini mengindikasikan adanya mekanisme antagonis berupa hiperparasitisme. Isolat mutan S. rolfsii
menjadi memiliki kemampuan untuk merusak lisis miselium atau mendegradasi suatu senyawa dari isolat tipe liar S. rolfsii yang berperan dalam pembentukan
A B
sklerotia yang mengakibatkan pembentukan sklerotia pada isolat liar S. rolfsii menjadi sedikit bahkan tidak mampu lagi membentuk sklerotia sebagaimana
mestinya. Hut et al. 2008 menyebutkan bahwa mutasi adalah suatu perubahan pada rangkaian nukleotida dari suatu asam nukleat. Mutasi dapat
berakibat pada kesalahan menyandi protein dan keadaan ini jika tidak bersifat letal, biasanya menimbulkan penampakan fenotip yang berbeda dari keadaan
normalnya. Karena merupakan perubahan pada materi genetik, maka mutasi diwariskan pada keturunannya. Dan dalam keadaan seperti ini diharapkan
nantinya isolat mutan dari S. rolfsii yang terbentuk mampu mengendalikan tipe liarnya.
Gambar 16. Pembentukan sklerotia pada perlakuan M
1
Gambar 16 menunjukkan bahwa rataan jumlah sklerotia isolat tipe liar S. rolfsii tertinggi terdapat pada perlakuan M
1
pemaparan 5 menit sebesar 62,00 sklerotia. Isolat mutan S. rolfsii dengan waktu pemaparan UV yang lebih
singkat, hanya mampu bersaing dalam hal perebutan ruang tumbuh dan nutrisi. Namun tidak berpengaruh terhadap pembentukan sklerotia yang dilakukan oleh
tipe liarnya yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan M tanpa pemaparan.
Seperti yang dilaporkan Susanti et al. 2009 yakni perubahan pigmen dari strain F. oxysporum f.sp Lycopersici yang telah dipapari UV ada yang bersifat genetis
sehingga secara konsisten diturunkan ke keturunannya, dan ada yang bersifat
sementara. Perubahan pigmen yang bersifat sementara ini mungkin hanya disebabkan oleh kerusakan pigmen karena adanya pengaruh dari radiasi sinar UV,
sehingga tidak diwariskan ke keturunannya. Selain itu pada salah satu isolat, kembalinya warna pigmen ini mungkin disebabkan jamur tersebut karena
memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh sinar UV.
9. Patogenesitas Isolat Mutan
S. rolfsii
Analisis sidik ragam rataan keparahan penyakit dari isolat mutan S. rolfsii dapat dilihat pada Tabel 9 Lampiran 26-30.
Tabel 9. Beda uji rataan keparahan penyakit isolat mutan S. rolfsii terhadap tanaman
kedelai.
Perlakuan Keparahan penyakit
1 Hsi 2 Hsi
3 Hsi 4 Hsi
5 Hsi M
20,00 b 33,33 a 60,00 a 80,00 a
100 a M
26,67 a
1
33,33 a 66,67 a 93,33 a 100 a
M 20,00 b
2
33,33 a 60,00 a 93,33 a 100 a
M 20,00 b
3
33,33 a 60,00 a 93,33 a 100 a
M 20,00 b
4
33,33 a 60,00 a 93,33 a 100 a
M 20,00 b
5
26,67 a 60,00 a 80,00 a 100 a
M 20,00 b
6
20,00 b 33,33 b 40,00 b 53,33 b
Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata pada uji jarak duncan taraf 5.
Hsi : Hari setelah inokulasi Tabel 9 menunjukkan bahwa pada 1 hsi, perlakuan M
1
pemaparan 5 menit berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya yang masih sehat dan
segar. Hal ini dikarenakan infeksi S. rolfsii telah masuk ke dalam jaringan
tanaman melalui pelukaan mekanis yang dilakukan pada pangkal batang tanaman kedelai sehingga menggangu sistem metabolisme dari tanaman dan menampakkan
gejala agak layu. Seperti yang disebutkan oleh Ferreira Boley 1992 bahwa S. rolfsii pertama sekali menyerang batang, meskipun mungkin menginfeksi
beberapa bagian tanaman dibawah kondisi lingkungan yang sesuai termasuk akar, buah, petiole, daun dan bunga. Tanda pertama infeksi, meskipun biasanya tidak
terdeteksi, adalah coklat gelap pada batang atau di bawah tanah. Gejala pertama yang mungkin adalah proses penguningan dan kelayuan pada daun. Gejala
berikutnya terlihat jamur lapisan putih atau benang miselium pada jaringan yang terinfeksi dalam tanah.
Gambar 17. Tanaman kedelai yang telah diaplikasikan isolat mutan S. rolfsii A perlakuan M
6
B perlakuan M
2
Gambar 17 menunjukkan bahwa pada 4 hsi, perlakuan M
6
Pemaparan selama 30 menit berbeda sangat nyata terhadap semua perlakuan dikarenakan
tanaman terlihat lebih sehat dengan keparahan penyakit sebesar 40,00 .. Sementara perlakuan M
1
Pemaparan selama 5 menit sampai perlakuan M
5
Pemaparan selama 25 menit tidak berbeda nyata dengan M tanpa pemaparan
yang menunjukkan gejala kelayuan pada tanaman dan akhirnya mati pada 5 hsi dengan keparahan penyakit mencapai 100 dan pada hari yang sama perlakuan
M
6
baru menunjukkan tanaman kedelai yang agak layu. Hal ini membuktikan bahwa irradiasi UV selama 30 menit terhadap S. rolfsii mampu menurunkan
patogenesitasnya. Hal ini dikarenakan karena adanya mekanisme perubahan biokimia yang bersifat genetis, yang menyebabkan S. rolfsii mulai kehilangan
A
B
kemampuannya untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman kedelai. Sebagaimana telah dilaporkan oleh Susanti et al. 2009 bahwa dari penelitian
yang dilakukannya terhadap F. oxysporum f.sp lycopersici bahwa isolat-isolat mutan yang diinokulasikan pada tanaman tomat baik dengan cara perendaman
akar tanaman tomat atau pencampuran pada media tanam, menunjukkan adanya perubahan tingkat patogenesitas yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut, hanya
dua isolat yang masih tetap bersifat patogenik, sedangkan isolat-isolat lainnya mengalami kehilangan patogenesitasnya.
Selain gejala kelayuan, penampakan gejala abnormal terlihat pada perakaran tanaman setelah di bongkar Lampiran 35. Dari perlakuan M
sampai M
5
, akar terbentuk abnormal yakni banyak menghasilkan akar-akar skunder. Hal ini mungkin disebabkan akibat adanya serangan dari S. rolfsii pada pangkal
batang, mengakibatkan terganggu proses metabolisme di sekitar perakaran yaitu tersumbatnya pengangkutan air dan unsur hara ke seluruh bagian dari tanaman.
Akibatnya sebagai pertahanan diri, akar primer membentuk sejumlah akar-akar skunder dan menampakkan gejala abnormal yang berlebihan
Gambar 18 A dan B. .
Gambar 18. Perbandingan perakaran kedelai antara kontrol dengan perlakuan A perlakuan M
4
B perlakuan M
5
C perlakuan M
6
A C
B A
Perakaran dari perlakuan M
6
Pemaparan 30 menit Gambar 18 C menunjukkan pembentukan akar primer yang normal, tidak ada akar skunder yang
terbentuk berlebihan. Hal ini semakin membuktikan bahwa pengaruh irradiasi UV selama 30 menit mampu mengubah dan menurunkan patogenesitas S. rolfsii
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Seperti dikemukakan oleh Day 1974 dalam penelitiannya diperoleh informasi bahwa mutan P. expansum dan
F.oxysporum f.sp. lycopersici yang diradiasi dengan sinar UV menunjukkan penurunan patogenesitasnya.
Gambar 19. Sklerotia yang terbentuk di masing- masing media tanam setelah dibongkar A sklerotia yang terbentuk di bagian polibeg B sklerotia yang terbentuk di sekitar
perakaran skunder tanaman kedelai pada perlakuan M
3
C sklerotia yang terbentuk di bongkahan tanah Pada perlakuan M
1
D sklerotia belum tebentuk pada perlakuan M
6
Pembentukan sklerotia di dalam tanah pada wadah polibeg yang diinokulasikan perlakuan isolat mutan, menunjukkan perbedaan jumlah sklerotia
yang terbentuk. Ada yang terbentuk di bagian polibeg Gambar 19 A , di perakaran kedelai Gambar 19 B, dan ada yang terbentuk di tanah Gambar 19
C. Sementara pada perlakuan M
6
Pemaparan selama 30 menit sklerotia belum terbentuk Gambar 19 D. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan M
6
lebih cepat membentuk sklerotia, apabila diinokulasikan dalam media biakan in vitro
namun apabila diinokulasikan ke lapangan in vivo, pembentukan sklerotia pada perlakuan M
6
menjadi lebih lambat. C
D B
A
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Kemampuan antagonis isolat mutan S. rolfsii terhadap isolat tipe liar
S. rolfsii tertinggi secara in vitro terdapat pada perlakuan M
2
pemaparan 10 menit 59,94 3 hsi dan 67,63 4hsi dan terendah terdapat pada
perlakuan M
6
2. Terjadi perubahan morfologi secara makroskopis pada perlakuan M
pemaparan 30 menit sebesar 38,14 3 hsi dan 52,80 4hsi.
3
koloni rapat, miselium seperti kapas, hifa halus
,
M
4
koloni agak rapat
,
M
5
koloni agak rapat
,
dan M
6
koloni rapat, miselium seperti kapas, hifa halus
3. Diameter koloni isolat mutan S. rolfsii tertinggi terdapat pada perlakuan
M pemaparan 15, 20, 25 dan 30 menit.
2
pemaparan 10 menit sebesar
7,50 cm pada 3 hsi dan terendah terdapat pada perlakuan M
6
4. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni isolat tipe liar
S. rolfsii 5,39 cm tertinggi terdapat pada perlakuan M pemaparan 30 menit sebesar 4,76 cm 3
hsi.
2
pemaparan 10 menit dan terendah terdapat pada perlakuan M
6
5. Luas pertumbuhan koloni isolat mutan S. rolfsii tertinggi terdapat pada
perlakuan M pemaparan 30 menit
isolat tipe liar S. rolfsii sebesar 6,39 cm.
2
pemaparan 10 menit sebesar
45,12 cm
2
3 hsi dan
terendah terdapat pada perlakuan M
6
pemaparan 30 menit sebesar 18,54 cm
2
6. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan koloni isolat
tipe liar S. rolfsii 31,54 cm 3 hsi.
2
tertinggi terdapat pada perlakuan M
2
pemaparan 10 menit dan terendah terdapat pada perlakuan M
6
pemaparan 30 menit isolat tipe liar S. rolfsii sebesar 53,51 cm
2
7. Jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii tertinggi terdapat pada
perlakuan M .
6
pemaparan 30 menit sebesar 244 sklerotia dan terendah terdapat pada perlakuan M
1
pemaparan 5 menit 8.
Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap jumlah sklerotia isolat tipe liar S. rolfsii 0 sklerotia isolat tipe liar tertinggi terdapat pada perlakuan M
sebesar 28,33 sklerotia.
6
pemaparan 30 menit dan terendah terdapat pada perlakuan M
1
9. Perlakuan M
pemaparan 5 menit jumlah sklerotia isolat tipe liar S. rolfsii sebesar 62 sklerotia.
6
Saran
pemaparan 30 menit memiliki keparahan penyakit terendah pada 5 hsi sebesar 53,33 , dan keparahan penyakit sebesar
100 pada perlakuan lainnya.
- Perlakuan irradiasi UV mampu menurunkan patogenesitas dari suatu
patogen dan berpotensi sebagai agensia hayati dalam mengendalikan tipe liarnya.
- Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap isolat liar S. rolfsii dengan
irradiasi UV dengan peningkatan dosis pemaparan waktulamanya penyinaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, A.L. 2003. Ilmu Panyakit Tumbuhan III. Bayumedia Publishing: Malang. Hal. 68-69.
Agrios, O.N. 1997. Plant Pathology. 4th ed. Academic Pr: New York Alexopoulus, C.J C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Wiley
Sons: New York. page 191-205. Astiko, W., Irwan M., Yuni F. 2009. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kacang
Tanah Lokal Bima Terhadap Penyakit Sclerotium rolfsii . Crop Agro, 2 1: 44-50.
Atlas R.M. 1994. Microorganism in Our World. University of Louisville. Louisville: Kentucky.
Badan Pusat Statistik, 2011. Sumatera Utara Dalam Angka, Pertanian, Produksi Kacang Kedelai Menurut KabupatenKota.
Cahyonugroho, O.K. 2010. Pengaruh Intensitas Sinar Ultraviolet dan Pengadukan Terhadap Reduksi Jumlah Bakteri E.coli. Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan. 21:18-23. Cook, R.J and Baker, K. F. 1996. The Nature And Practice Of Biological Control
Of Plant Patogens. Minnesota: APS Press. Day P R. 1974. Genetic of Host-Parasites Interaction. W. H. Freeman and
Company: San Fransisco. Depatemen pertanian, 2006. Usaha Pengembangan Kedelai. Diakses dari
http:www.deptan.go.idinfoeksekutiftantp_2006LPkedelai2htm pada
tanggal 23 Mei 2011. Dinas Perindustrian Perdagangan dengan Lembaga Penelitian, 2006. Analisis
Komoditas Unggulan dan Peluang Usaha Kedelai. Universitas Nusa Cendana: Kupang.
Direktorat Perlindungan Tanaman, 2000. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan. Direktorat Jendral Produksi Tanaman
Pangan: Jakarta. 90p. Ferreira, S.A. R.A Boley. 1992. Sclerotium rolfsii. Department of Plant Path:
Univ of Hawaii.
Fery, R.L. P. D. Dukes. 2002. Southern blight Sclerotium rolfsii . of cowpea: yield-loss estimates and sources of resistance. Crop Protection 21 5:
403–408. Fichtner, E. J. 2006. Sclerotium rolfsii . ‘Kudzu of the Fungal World’.
Freeman S, Zveibel A, Vintal H Maymon M. 2002. Isolation of nonpathogenic
mutants of Fusarium oxysporum f.sp. melonis for biological control of Fusarium wilts in cucurbits. Phytopathology 92:164-168.
Hasanuddin, 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Jurusan Hama Dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kantor Deputi Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2011. Kedelai. Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. Hal 1. Diakses dari http:www.ristek.go.id pada tanggal 23 Mei
2011.
Koike, S.T., Krishna V. Subbarao., R. Michael Davis., Thomas A. Turini. 2003. Vegetable Diseases Caused by Soilborne Pathogens. Division of
Agriculture and Natural Resources. University Of California. Lucas, G.B., Campbell, C.L., Lucas, L.T. 1985. Introduction to Plant Diseases,
Identification and Management. An Avi Book, Van Nostrand Reinhold: New York. page 162-163.
Martoredjo, T. 1992. Pengendalian penyakit Tanaman. Yogyakarta: Andi Offset. Nasikhah, K. 2008. Pengaruh isolat alami pseudomonas fluorescens Pada
beberapa tingkat pengenceran Terhadap jamur sclerotium rolfsii penyebab Penyakit layu pada kedelai Glycine max l Merill. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Malang: Malang.
Pelczar M J Chan E C S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta. .
2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company: New York.
Pracaya. 1991. Hama Dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya: Jakarta. Punja Z. K. J. E. Rahe. 2001. Methods for Research on Soilborne
Phytopathogenic Fungi. APS Press, St. Paul. Minnesota. Page 167. Rahaju, M. 2007. Ragam Patogen Tular Tanah Dan Mikroba Antagonisnya Pada
Rizosfer Kacang-Kacangan di Jawa Timur. Prosiding Peningkatan
Produksi Kacang-Kacangan dan Umbu-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Bogor : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sadana, J.C., J.G. Shewale., M.V. Deshpande. 1979. Enhanced Cellulase Production by a Mutant of Sclerotium rolfsii. Appl. Environ. Microbial.
38:730-733. Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian Kanisius:
Jakarta. Hlm. 72. Schooley, J. 1997. Introduction to Botany. Delmar Publisher: New York.
Semangun, H. 2004. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University
Press: Yogyakarta. Simatupang, Marwoto dan Dewa K.S. S. 2005. Pengembangan Kedelai dan
Kebijakan Penelitian di Indonesia. Makalah disampaikan pada: Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan sub Optimal di BALITKABI: Malang.
Supriati, L., Rahmawati B. M., Yulius L. 2010. Kemampuan Antagonisme Beberapa Isolat Trichoderma sp. Indigenous Terhadap Sclerotium rolfsii
Secara In Vitro. Agroscientiae.17:119-122 Susanti, E., F. Widiantini T. Suganda. 2009. Pembuatan Strain Nonpatogenik
Fusarium oxysporum f.sp. lycopesici Dengan Radiasi Sinar Ultraviolet. Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor:
Bandung.
Wudianto, R. 1997. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.
57 h.
Yamaguchi K, Kida, Arita M Takahashi M. 1992. Induction of Systemic Resistance by Fusarium oxysporum MT0062 in Solanaceaous Crops. Ann.
Phytopath. Soc. Japan. 58: 16-22. Yusriadi. 2004. Pengendalian Biologi biocontrol Penyakit Tular Tanah Kacang
Tanah dengan Pseudomonas Ralstonia flourescens BSK8. Diakses dari http:www.hpt-unlam.comMakalahupaya-yusriadi.pdf. pada tanggal 28
maret 2012.
Lampiran 1.
Bagan Penelitian
M A
M
6
C
M C
M
1
A M
2
B M
1
C
M
4
C M
1
B M
2
C
M
3
A M
6
B M
4
B
M
4
A M
2
A M
2
A
M
5
A M
3
B M
5
C
M
5
B M
5
B M
B B
T
S
U
Keterangan: M
M :
isolat mutan S. rolfsii di inokulasi terhadap isolat tipe liar S. rolfsii
1
M :
isolat mutan S. rolfsii di inokulasi terhadap isolat tipe liar S. rolfsii
2
M :
isolat mutan S. rolfsii di inokulasi terhadap isolat tipe liar S. rolfsii
3
M :
isolat mutan S. rolfsii di inokulasi terhadap isolat tipe liar S. rolfsii
4
M :
isolat mutan S. rolfsii di inokulasi terhadap isolat tipe liar S. rolfsii
5
M :
isolat mutan S. rolfsii di inokulasi terhadap isolat tipe liar S. rolfsii
6
: isolat mutan S. rolfsii di inokulasi terhadap isolat tipe liar
S. rolfsii
Lampiran 2. Kemampuan Antagonis Isolat Mutan S. rolfsii terhadap Tipe
Liar pengamatan 3 Hsi Perlakuan
Ulangan Total
Rataan A
B C
M 59,26
60,13 50,23
169,62 56,54
M 47,19
1
48,94 45,35
141,48 47,16
M 51,50
2
64,75 54,55
170,81 56,94
M 38,19
3
49,45 53,30
140,95 46,98
M 47,11
4
42,15 43,53
132,78 44,26
M 39,39
5
52,58 55,96
147,93 49,31
M 37,38
6
38,95 38,08
114,41 38,14
Total 320,02
356,95 341,01
1017,99
Rataan
45,72 50,99
48,72 48,48
Transformasi Data Arc Sin √X
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
50,34 50,84
45,13 146,31
48,77 M
43,39
1
44,39 42,33
130,12 43,37
M 45,86
2
53,58 47,61
147,05 49,02
M 38,17
3
44,69 46,89
129,75 43,25
M 43,34
4
40,48 41,28
125,11 41,70
M 38,87
5
46,48 48,42
133,78 44,59
M 37,69
6
38,62 38,10
114,41 38,14
Total 297,66 319,08
309,78 926,53
Rataan 42,52
45,58 44,25
44,12
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
39198,48 6533,08 516,75
4,00 7,72
Galat 12
151,71 12,64
Total 18
39350,19 FK
1946,60 KK
0,34
Uji Jarak Duncan SY
1,68 32,98
38,85 41,43
41,51 43,59 50,87 51,14
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 5,16
5,41 5,55
5,65 5,72
5,77 5,80
Perlakuan
M M
6
M
4
M
3
M
1
M
5
M
Rataan
2
38,14 44,26
46,98 47,16 49,31 56,64
56,94 a
b c.
Lampiran 3. Kemampuan Antagonis Isolat Mutan S. rolfsii terhadap Tipe
Liar pengamatan 4 Hsi Perlakuan
Ulangan Total
Rataan A
B C
M 67,54
65,49 60,96
193,99 64,66
M 66,16
1
62,93 68,65
197,74 65,91
M 66,06
2
69,68 67,14
202,88 67,63
M 53,58
3
57,72 54,22
165,52 55,17
M 68,80
4
58,52 63,67
190,99 63,66
M 60,15
5
56,75 65,96
182,86 60,95
M 53,45
6
53,41 51,54
158,40 52,80
Total 435,73
424,51 432,14
1292,39
Rataan
62,25 60,64
61,73 61,54
Transformasi Data Arc Sin
√X Perlakuan
Ulangan Total
Rataan A
B C
M 55,27
54,02 51,33
160,62 53,54
M 54,43
1
52,49 55,95
162,87 54,29
M 54,37
2
56,59 55,03
165,98 55,33
M 47,05
3
49,44 47,42
143,91 47,97
M 56,04
4
49,91 52,93
158,88 52,96
M 50,86
5
48,88 54,31
154,04 51,35
M 46,98
6
46,96 45,88
139,82 46,61
Total 364,99 358,29
362,85 1086,14
Rataan 52,14
51,18 51,84
51,72
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
53695,11 8949,19
1962,55 4,00
7,72
Galat 12
54,72 4,56
Total
18 53749,83
FK 2675,03
KK 0,27
Uji Jarak Duncan SY
1,01 49,70
51,92 57,62
60,27 61,23 62,45 64,15
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 3,10
3,25 3,33
3,39 3,43
3,46 3,48
Perlakuan
M M
6
M
3
M
5
M
4
M M
1
Rataan
2
52,80 55,17
60,95 63,66 64,66 65,91
67,63 a
b c
Lampiran 4. Diameter koloni isolat mutan S. rolfsii pengamatan 1 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
1,35 1,31
1,52 4,18
1,39 M
1,66
1
1,77 1,75
5,18 1,73
M 1,66
2
1,41 1,64
4,71 1,57
M 1,75
3
1,83 1,73
5,31 1,77
M 1,74
4
1,77 1,45
4,96 1,65
M 2,04
5
2,15 2,13
6,32 2,11
M 1,44
6
1,58 1,38
4,40 1,47
Total
11,64 11,82
11,60 35,06
Rataan 1,66
1,69 1,66
1,67 Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
1,83 1,82
1,88 5,53
1,84 M
1,91
1
1,94 1,94
5,79 1,93
M 1,91
2
1,85 1,91
5,67 1,89
M 1,94
3
1,96 1,93
5,82 1,94
M 1,93
4
1,94 1,86
5,73 1,91
M 2,01
5
2,04 2,03
6,08 2,03
M 1,85
6
1,89 1,84
5,59 1,86
Total 13,39
13,44 13,38
40,21
Rataan 1,91
1,92 1,91
1,91
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
73,38 12,23
12597,55 4,00
7,72
Galat 12
0,01 0,00
Total 18
73,39 FK
3,67 tn
= tidak nyata
KK 37,75
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,01 1,79
1,81 1,84
1,86 1,88
1,89 1,98
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,05
0,05 0,05
0,05 0,05
0,05 0,05
Perlakuan
M M
M
6
M
2
M
4
M
1
M
3
Rataan
5
1,84 1,86
1,89 1,91
1,93 1,94
2,03 a.
b c
Lampiran 5. Diameter koloni isolat mutan S. rolfsii pengamatan 2 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
4,41 4,17
4,33 12,91
4,30 M
4,10
1
4,11 3,72
11,93 3,98
M 3,66
2
3,49 4,06
11,21 3,74
M 3,13
3
3,25 3,30
9,68 3,23
M 3,56
4
3,65 3,88
11,09 3,70
M 3,31
5
3,48 3,30
10,09 3,36
M 2,61
6
2,65 2,30
7,56 2,52
Total
24,78 24,80
24,89 74,47
Rataan 3,54
3,54 3,56
3,55
Transformasi akar kuadrat square-root transformation Perlakuan
Ulangan Total
Rataan A
B C
M 2,53
2,48 2,52
7,53 2,51
M 2,47
1
2,47 2,39
7,33 2,44
M 2,38
2
2,34 2,46
7,18 2,39
M 2,26
3
2,29 2,30
6,86 2,29
M 2,36
4
2,38 2,42
7,16 2,39
M 2,30
5
2,34 2,30
6,95 2,32
M 2,15
6
2,16 2,07
6,38 2,13
Total 16,46
16,46 16,47
49,39
Rataan
2,35 2,35
2,35 2,35
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
110,92 18,49
10595,49 4,00
7,72
Galat
12 0,02
0,00
Total 18
110,94 FK
5,53 tn
= tidak nyata
KK 27,72
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,02 2,07
2,23 2,25
2,32 2,32
2,37 2,44
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,06
0,06 0,07
0,07 0,07
0,07 0,07
Perlakuan
M M
6
M
3
M
5
M
4
M
2
M
1
Rataan
2,13 2,29
2,32 2,39
2,39 2,44
2,51 a
b c.
d.
Lampiran 6. Diameter koloni isolat mutan S. rolfsii pengamatan 3 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M0
6,96 7,04
6,49 20,49
6,83 M1
6,53 7,36
6,67 20,56
6,85 M2
7,48 7,87
7,14 22,49
7,50 M3
5,06 7,16
5,99 18,21
6,07 M4
6,43 6,47
6,18 19,08
6,36 M5
6,58 5,18
7,26 19,02
6,34 M6
4,43 5,14
4,72 14,29
4,76
Total
43,47 46,22
44,45 134,14
Rataan 6,21
6,60 6,35
6,39
Transformasi akar kuadrat square-root transformation Perlakuan
Ulangan Total
Rataan
A B
C M0
2,99 3,01
2,91 8,91
2,97 M1
2,92 3,06
2,94 8,92
2,97 M2
3,08 3,14
3,02 9,24
3,08 M3
2,66 3,03
2,83 8,51
2,84 M4
2,90 2,91
2,86 8,67
2,88 M5
2,93 2,68
3,04 8,65
2,88 M6
2,54 2,67
2,59 7,80
2,60
Total 20,02
20,50 20,20
60,72
Rataan
2,86 2,93
2,89 2,89
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
167,61 27,93
1954,77 4,00
7,72
Galat
12 0,17
0,01
Total 18
167,78 FK
8,36 tn
= tidak nyata
KK 20,34
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,06 2,43
2,66 2,69
2,70 2,78
2,78 2,89
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,17
0,18 0,19
0,19 0,19
0,19 0,19
Perlakuan
M M
6
M
3
M
5
M
4
M M
1
Rataan
2
2,60 2,84
2,88 2,88
2,97 2,97
3,08 A
c. b
Lampiran 7. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni
isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 1 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
1,38 1,19
1,51 4,08
1,36 M
0,95
1
1,19 0,95
3,09 1,03
M 0,97
2
0,94 0,98
2,89 0,96
M 0,95
3
0,96 1,01
2,91 0,97
M 0,98
4
1,14 0,99
3,10 1,03
M 1,27
5
0,71 1,28
3,26 1,09
M 1,15
6
1,10 1,14
3,39 1,13
Total 7,65
7,23 7,85
22,73
Rataan
1,09 1,03
1,12 1,08
Transformasi akar kuadrat square-root transformation Perlakuan
Ulangan Total
Rataan A
B C
M 1,84
1,79 1,87
5,50 1,83
M 1,72
1
1,79 1,72
5,22 1,74
M 1,72
2
1,71 1,73
5,16 1,72
M 1,72
3
1,72 1,73
5,17 1,72
M 1,73
4
1,77 1,73
5,23 1,74
M 1,81
5
1,65 1,81
5,27 1,76
M 1,77
6
1,76 1,77
5,31 1,77
Total 12,31
12,19 12,36
36,85
Rataan 1,76
1,74 1,77
1,75 Daftar Sidik Ragam
SK db
JK KT
F hitung 0,05
0,01 Perlakuan
6 61,62
10,27 4734,47
4,00 7,72
Galat 12
0,03 0,00
Total 18
61,65 FK
3,08 tn
= tidak nyata
KK 43,01
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,02 1,65
1,65 1,67
1,67 1,69
1,69 1,75
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,07
0,07 0,07
0,07 0,07
0,08 0,08
Perlakuan
M M
2
M
3
M
1
M
4
M
5
M
6
Rataan
1,72 1,72
1,74 1,74
1,76 1,77
1,83 a.
b
Lampiran 8. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni
isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 2 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
2,92 3,17
3,08 9,16
3,05 M
2,90
1
3,38 3,04
9,32 3,11
M 2,73
2
2,83 3,03
8,58 2,86
M 2,70
3
2,86 2,65
8,20 2,73
M 2,79
4
3,02 2,87
8,68 2,89
M 2,89
5
2,89 2,99
8,77 2,92
M 3,12
6
3,18 3,20
9,49 3,16
Total 20,04
21,31 20,86
62,21
Rataan
2,86 3,04
2,98 2,96
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
2,22 2,27
2,25 6,74
2,25 M
2,21
1
2,32 2,24
6,78 2,26
M 2,17
2
2,20 2,24
6,61 2,20
M 2,17
3
2,20 2,16
6,53 2,18
M 2,19
4
2,24 2,21
6,64 2,21
M 2,21
5
2,21 2,23
6,66 2,22
M 2,26
6
2,28 2,28
6,82 2,27
Total 15,43
15,72 15,62
46,77
Rataan 2,20
2,25 2,23
2,23
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
99,23 16,54
15375,92 4,00
7,72
Galat 12
0,01 0,00
Total
18 99,25
FK 4,96
tn =
tidak nyata
KK 30,08
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,02 2,13
2,15 2,16
2,17 2,20
2,21 2,22
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,05
0,05 0,05
0,05 0,05
0,05 0,05
Perlakuan
M M
3
M
2
M
4
M
5
M M
1
Rataan
6
2,18 2,20
2,21 2,22
2,25 2,26
2,27 a
b
Lampiran 9. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni
isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 3 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
4,43 4,23
4,75 13,41
4,47 M
4,42
1
4,75 4,52
13,70 4,57
M 4,10
2
4,35 4,53
12,98 4,33
M 4,80
3
4,73 4,16
13,70 4,57
M 4,48
4
5,23 4,74
14,45 4,82
M 4,19
5
4,77 4,57
13,53 4,51
M 4,92
6
4,73 4,93
14,58 4,86
Total 31,35
32,79 32,21
96,36
Rataan
4,48 4,68
4,60 4,59
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
2,54 2,50
2,60 7,63
2,54 M
2,53
1
2,60 2,55
7,69 2,56
M 2,47
2
2,52 2,56
7,55 2,52
M 2,61
3
2,59 2,48
7,69 2,56
M 2,55
4
2,69 2,60
7,83 2,61
M 2,49
5
2,60 2,56
7,65 2,55
M 2,63
6
2,59 2,63
7,86 2,62
Total 17,81
18,09 17,98
53,89
Rataan 2,54
2,58 2,57
2,57
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
131,74 21,96
6828,38 4,00
7,72
Galat 12
0,04 0,00
Total
18 131,77
FK 6,59
tn =
tidak nyata
KK 24,33
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,03 2,44
2,45 2,46
2,47 2,47
2,52 2,53
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,08
0,09 0,09
0,09 0,09
0,09 0,09
Perlakuan
M M
2
M M
5
M
1
M
3
M
4
Rataan
6
2,52 2,54
2,55 2,56
2,56 2,61
2,62 a
b.
Lampiran 10. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap diameter koloni
isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 4 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
5,65 5,80
5,67 17,13
5,71 M
5,21
1
5,37 5,76
16,34 5,45
M 4,97
2
5,90 5,29
16,16 5,39
M 6,29
3
6,36 6,43
19,08 6,36
M 6,13
4
5,93 6,08
18,14 6,05
M 5,87
5
6,13 6,26
18,27 6,09
M 6,44
6
6,30 6,43
19,17 6,39
Total 40,57
41,79 41,93
124,30
Rataan
5,80 5,97
5,99 5,92
Transformasi akar kuadrat square-root transformation Perlakuan
Ulangan Total
Rataan A
B C
M 2,77
2,79 2,77
8,33 2,78
M 2,69
1
2,71 2,79
8,19 2,73
M 2,64
2
2,81 2,70
8,15 2,72
M 2,88
3
2,89 2,90
8,67 2,89
M 2,85
4
2,82 2,84
8,51 2,84
M 2,81
5
2,85 2,87
8,53 2,84
M 2,91
6
2,88 2,90
8,69 2,90
Total 19,53
19,76 19,78
59,07
Rataan 2,79
2,82 2,83
2,81
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
158,36 26,39
12929,08 4,00
7,72
Galat 12
0,02 0,00
Total 18
158,38 FK
7,91 tn
= tidak nyata
KK 21,20
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan
SY 0,02
2,65 2,66
2,71 2,77
2,77 2,82
2,83 I
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 SSR 0.05
3,08 3,23
3,31 3,37
3,41 3,44
3,46 LSR 0.05
0,07 0,07
0,07 0,07
0,07 0,07
0,07
Perlakuan
M M
2
M
1
M M
4
M
5
M
3
Rataan
6
2,72 2,73
2,78 2,84
2,84 2,89
2,90 a
b
Lampiran 11. Luas pertumbuhan isolat mutan S. rolfsii pada pengamatan
1 Hsi Perlakuan
Ulangan Total
Rataan A
B C
M 0,73
1,46 4,39
1,46 0,73
M 3,66
1
2,20 8,78
2,93 3,66
M 2,20
2
2,93 7,32
2,44 2,20
M 3,66
3
2,93 10,25
3,42 3,66
M 2,93
4
2,93 8,78
2,93 2,93
M 4,39
5
3,66 12,44
4,15 4,39
M 1,46
6
2,20 5,85
1,95 1,46
Total 19,03
18,30 57,81
19,03
Rataan
2,72 2,61
2,75 2,72
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
2,05 1,65
1,86 5,56
1,85 M
2,22
1
2,38 2,05
6,65 2,22
M 2,05
2
2,05 2,22
6,32 2,11
M 2,38
3
2,38 2,22
6,98 2,33
M 2,22
4
2,22 2,22
6,66 2,22
M 2,53
5
2,53 2,38
7,43 2,48
M 2,05
6
1,86 2,05
5,96 1,99
Total 15,49
15,07 15,00
45,55
Rataan 2,21
2,15 2,14
2,17
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F
hitung 0,05
0,01 Perlakuan
6 94,90
15,82 914,76
4,00 7,72
Galat 12
0,21 0,02
Total 18
95,11 FK
4,71 tn
= tidak nyata
KK 31,30
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,06 1,66
1,70 1,90
2,01 2,01
2,12 2,27
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,19
0,20 0,21
0,21 0,21
0,21 0,21
Perlakuan
M M
M
6
M
2
M
4
M
1
M
3
Rataan
5
1,85 1,99
2,11 2,22
2,22 2,33
2,48 a
b c
Lampiran 12. Luas pertumbuhan isolat mutan S. rolfsii pada pengamatan
2 Hsi Perlakuan
Ulangan Total
Rataan
A B
C M
16,10 18,29
14,63 49,02
16,34 M
13,90
1
12,44 12,44
38,78 12,93
M 11,71
2
13,17 13,17
38,05 12,68
M 10,24
3
9,51 10,24
30,00 10,00
M 10,98
4
10,24 13,90
35,12 11,71
M 9,51
5
11,71 10,24
31,46 10,49
M 5,85
6
7,32 5,12
18,29 6,10
Total 78,29
82,68 79,76
240,73
Rataan 11,18
11,81 11,39
11,46 Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
4,25 4,50
4,08 12,84
4,28 M
3,99
1
3,80 3,80
11,59 3,86
M 3,70
2
3,89 3,89
11,49 3,83
M 3,50
3
3,39 3,50
10,39 3,46
M 3,60
4
3,50 3,99
11,09 3,70
M 3,39
5
3,70 3,50
10,59 3,53
M 2,80
6
3,05 2,67
8,52 2,84
Total 25,24
25,85 25,43
76,52
Rataan 3,61
3,69 3,63
3,64
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F
hitung 0,05
0,01 Perlakuan
6 269,05 44,84
1326,82 4,00
7,72
Galat 12
0,41 0,03
Total
18 269,45
FK 13,28
tn =
tidak nyata
KK 14,38
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,09 2,57
3,18 3,24
3,41 3,53
3,56 3,98
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,27
0,28 0,29
0,29 0,30
0,30 0,30
Perlakuan
M M
6
M
3
M
5
M
4
M
2
M
1
Rataan
2,84 3,46
3,53 3,70
3,83 3,86
4,28 a.
b c
d.
Lampiran 13. Luas pertumbuhan isolat mutan S. rolfsii pada pengamatan
3 Hsi Perlakuan
Ulangan Total
Rataan
A B
C M
34,39 40,24
40,98 115,61
38,54 M
40,24
1
40,98 38,78
120,00 40,00
M 44,63
2
49,76 40,98
135,37 45,12
M 32,93
3
30,73 32,93
96,58 32,19
M 30,73
4
40,98 30,73
102,44 34,15
M 34,39
5
24,15 42,44
100,98 33,66
M 16,83
6
20,49 18,29
55,61 18,54
Total 234,14
247,32 245,12
726,58
Rataan
33,45 35,33
35,02 34,60
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
6,03 6,50
6,56 19,09
6,36 M
6,50
1
6,56 6,39
19,44 6,48
M 6,83
2
7,19 6,56
20,58 6,86
M 5,91
3
5,72 5,91
17,54 5,85
M 5,72
4
6,56 5,72
18,00 6,00
M 6,03
5
5,11 6,67
17,81 5,94
M 4,34
6
4,74 4,50
13,59 4,53
Total 41,36
42,38 42,30
126,04
Rataan 5,91
6,05 6,04
6,00
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
730,38 121,73
671,77 4,00
7,72
Galat 12
2,17 0,18
Total 18
732,56 FK
36,03 tn
= tidak nyata
KK 6,80
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,20 3,91
5,20 5,28
5,32 5,68
5,79 6,17
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,62
0,65 0,66
0,68 0,68
0,69 0,69
Perlakuan
M M
6
M
3
M
5
M
4
M M
1
Rataan
2
4,53 5,85
5,94 6,00
6,36 6,48
6,86 a
b c.
Lampiran 14. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan
koloni isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 1 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
2,93 2,93
4,39 10,25
3,42 M
1,61
1
1,83 1,83
5,27 1,76
M 1,24
2
1,61 2,20
5,05 1,68
M 1,46
3
1,46 2,27
5,20 1,73
M 2,56
4
1,76 2,20
6,51 2,17
M 1,98
5
2,05 2,71
6,73 2,24
M 3,51
6
2,05 3,29
8,85 2,95
Total 15,30
13,69 18,88
47,86
Rataan 2,19
1,96 2,70
2,28 Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
2,22 2,22
2,53 6,97
2,32 M
1,90
1
1,96 1,96
5,81 1,94
M 1,80
2
1,90 2,05
5,75 1,92
M 1,86
3
1,86 2,07
5,79 1,93
M 2,14
4
1,94 2,05
6,12 2,04
M 1,99
5
2,01 2,17
6,18 2,06
M 2,35
6
2,01 2,30
6,66 2,22
Total 14,26
13,90 15,12
43,28
Rataan 2,04
1,99 2,16
2,06
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
85,38 14,23
747,55 4,00
7,72
Galat 12
0,23 0,02
Total
18 85,61
FK 4,25
tn =
tidak nyata
KK 33,80
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,07 1,72
1,72 1,78
1,82 1,84
2,00 2,09
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,20
0,21 0,22
0,22 0,22
0,22 0,23
Perlakuan
M M
2
M
3
M
1
M
4
M
5
M
6
Rataan
1,92 1,93
1,99 2,04
2,06 2,22
2,32 a
b
Lampiran 15. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan
koloni isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 2 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
7,90 8,78
13,32 30,00
10,00 M
11,85
1
10,98 13,24
36,07 12,02
M 7,39
2
9,37 11,27
28,02 9,34
M 5,85
3
9,88 9,95
25,68 8,56
M 8,71
4
9,66 9,73
28,10 9,37
M 10,02
5
9,15 9,37
28,54 9,51
M 12,44
6
13,17 15,37
40,98 13,66
Total 64,17
70,98 82,24
217,39
Rataan
9,17 10,14
11,75 10,35
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
3,15 3,28
3,91 10,34
3,45 M
3,72
1
3,60 3,90
11,23 3,74
M 3,06
2
3,37 3,64
10,08 3,36
M 2,80
3
3,45 3,46
9,71 3,24
M 3,27
4
3,41 3,43
10,11 3,37
M 3,47
5
3,34 3,37
10,18 3,39
M 3,80
6
3,89 4,17
11,86 3,95
Total 23,28
24,35 25,88
73,51
Rataan 3,33
3,48 3,70
3,50
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
246,21 41,04
531,89 4,00
7,72
Galat 12
0,93 0,08
Total 18
247,14 FK
12,25 tn
= tidak nyata
KK 15,27
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,13 2,84
2,94 2,94
2,95 3,00
3,29 3,50
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,40
0,42 0,43
0,44 0,45
0,45 0,45
Perlakuan
M M
3
M
2
M
4
M
5
M M
1
Rataan
6
3,24 3,36
3,37 3,39
3,45 3,74
3,95 a
b
Lampiran 16. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan
koloni isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 3 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
26,71 26,78
27,80 81,29
27,10 M
24,88
1
28,68 32,12
85,68 28,56
M 20,41
2
30,73 29,41
80,56 26,85
M 33,95
3
33,44 34,54
101,93 33,98
M 36,59
4
35,12 41,71
113,41 37,80
M 27,59
5
30,59 30,95
89,12 29,71
M 39,51
6
41,05 40,83
121,39 40,46
Total 209,63
226,39 237,36
673,39
Rataan
29,95 32,34
33,91 32,07
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
5,36 5,36
5,46 16,18
5,39 M
5,18
1
5,54 5,84
16,56 5,52
M 4,73
2
5,72 5,60
16,06 5,35
M 6,00
3
5,95 6,04
17,99 6,00
M 6,21
4
6,09 6,61
18,92 6,31
M 5,44
5
5,71 5,74
16,89 5,63
M 6,44
6
6,56 6,54
19,55 6,52
Total 39,37
40,94 41,85
122,15
Rataan 5,62
5,85 5,98
5,82
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
680,53 113,42
1335,84 4,00
7,72
Galat 12
1,02 0,08
Total 18
681,55 FK
33,84 tn
= tidak nyata
KK 7,13
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,14 4,93
4,95 5,07
5,17 5,53
5,84 6,04
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,42
0,44 0,45
0,46 0,47
0,47 0,48
Perlakuan
M M
2
M M
1
M
5
M
3
M
4
Rataan
6
5,35 5,39
5,52 5,63
6,00 6,31
6,52 a
b c
Lampiran 17. Pengaruh isolat mutan S. rolfsii terhadap luas pertumbuhan
koloni isolat tipe liar S. rolfsii pada pengamatan 4 Hsi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
35,00 40,00
36,00 111,00
37,00 M
33,10
1
39,00 36,00
108,10 36,03
M 30,88
2
30,80 32,93
94,61 31,54
M 52,39
3
54,73 50,85
157,97 52,66
M 42,44
4
41,71 42,44
126,58 42,19
M 42,44
5
43,39 41,19
127,02 42,34
M 54,15
6
51,95 54,44
160,54 53,51
Total 290,39
301,58 293,85
885,83
Rataan
41,48 43,08
41,98 42,18
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataa
n A
B C
M 6,08
6,48 6,16
18,73 6,24
M 5,92
1
6,40 6,16
18,49 6,16
M 5,73
2
5,73 5,91
17,37 5,79
M 7,37
3
7,53 7,27
22,18 7,39
M 6,67
4
6,61 6,67
19,94 6,65
M 6,67
5
6,74 6,57
19,98 6,66
M 7,49
6
7,35 7,51
22,35 7,45
Total 45,94
46,84 46,26
139,04
Rataan 6,56
6,69 6,61
6,62 Daftar Sidik Ragam
SK db
JK KT
F hitung 0,05
0,01 Perlakuan
6 883,70
147,28 6061,65
4,00 7,72
Galat 12
0,29 0,02
Total 18
883,99 FK
43,84 tn
= tidak nyata
KK 5,87
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
0,07 5,56
5,92 6,00
6,40 6,41
7,14 7,20
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 0,23
0,24 0,24
0,25 0,25
0,25 0,25
Perlakuan
M M
2
M
1
M M
4
M
5
M
3
Rataan
6
5,79 6,16
6,24 6,65
6,66 7,39
7,45 a
b c
d.
Lampiran 18. Jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii pada
pengamatan 1 Msi Perlakuan
Ulangan Total
Rataan
A B
C M
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 M
0,00
1
0,00 0,00
0,00 0,00
M 0,00
2
0,00 3,00
3,00 1,00
M 0,00
3
0,00 26,00
26,00 8,67
M 0,00
4
0,00 0,00
0,00 0,00
M 2,00
5
0,00 0,00
2,00 0,67
M 130,00
6
97,00 0,00
227,00 75,67
Total 132,00
97,00 29,00
258,00
Rataan
18,86 13,86
4,14 12,29
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 M
0,71
1
0,71 0,71
2,12 0,71
M 0,71
2
0,71 1,87
3,29 1,10
M 0,71
3
0,71 5,15
6,56 2,19
M 0,71
4
0,71 0,71
2,12 0,71
M 1,58
5
0,71 0,71
3,00 1,00
M 11,42
6
9,87 0,71
22,00 7,33
Total 16,54
14,12 10,55
41,21
Rataan 2,36
2,02 1,51
1,96
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
183,00 30,50
4,48 4,00
7,72
Galat 12
81,65 6,80
Total 18
264,65 FK
3,85 tn
= tidak nyata
KK 36,38
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
1,23 -3,79
-3,97 -4,07
-3,14 -3,09
-2,04 3,08
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 3,79
3,97 4,07
4,14 4,19
4,23 4,25
Perlakuan
M M
M
1
M
4
M
5
M
2
M
3
Rataan
6
0,00 0,00
0,00 1,00
1,10 2,19
7,33 a.
b
Lampiran 19. Jumlah sklerotia dari isolat mutan S. rolfsii pada pengamatan
2 Msi Perlakuan
Ulangan Total
Rataan
A B
C M
0,00 12,00
40,00 52,00
17,33 M
1,00
1
30,00 0,00
31,00 10,33
M 6,00
2
0,00 22,00
28,00 9,33
M 10,00
3
0,00 60,00
70,00 23,33
M 0,00
4
65,00 1,00
66,00 22,00
M 2,00
5
0,00 35,00
37,00 12,33
M 310,00
6
239,00 52,00
601,00 200,33
Total 329,00
346,00 210,00
885,00
Rataan
47,00 49,43
30,00 42,14
Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
0,71 3,54
6,36 10,61
3,54 M
1,22
1
5,52 0,71
7,45 2,48
M 2,55
2
0,71 4,74
8,00 2,67
M 3,24
3
0,71 7,78
11,73 3,91
M 0,71
4
8,09 1,22
10,03 3,34
M 1,58
5
0,71 5,96
8,25 2,75
M 17,62
6
15,48 7,25
40,34 13,45
Total 27,63
34,75 34,02
96,40
Rataan 3,95
4,96 4,86
4,59 Daftar Sidik Ragam
SK db
JK KT
F hitung 0,05
0,01 Perlakuan
6 700,79
116,80 8,07
4,00 7,72
Galat 12
173,64 14,47
Total 18
874,43 FK
21,07 tn
= tidak nyata
KK 10,17
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
1,79 -3,04
-3,12 -3,19
-2,70 -2,57
-2,26 7,25
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 5,52
5,79 5,94
6,04 6,11
6,17 6,20
Perlakuan
M M
1
M
2
M
5
M
4
M M
3
Rataan
6
2,48 2,67
2,75 3,34
3,54 3,91
13,45 a.
b
Lampiran 20. Jumlah sklerotia dari isolat mutan
S. rolfsii pada pengamatan 3 Msi
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
3,00 13,00
41,00 57,00
19,00 M
11,00
1
9,00 32,00
52,00 17,33
M 14,00
2
11,00 25,00
50,00 16,67
M 40,00
3
31,00 110,00
181,00 60,33
M 8,00
4
70,00 5,00
83,00 27,67
M 39,00
5
37,00 1,00
77,00 25,67
M 329,00
6
248,00 127,00
704,00 234,67
Total 444,00
419,00 341,00
1204,00
Rataan 63,43
59,86 48,71
57,33 Transformasi akar kuadrat square-root transformation
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
A B
C M
2,24 3,87
6,56 12,67
4,22 M
3,61
1
3,32 5,83
12,75 4,25
M 4,00
2
3,61 5,20
12,80 4,27
M 6,48
3
5,74 10,58
22,81 7,60
M 3,16
4
8,49 2,65
14,29 4,76
M 6,40
5
6,24 1,73
14,38 4,79
M 18,19
6
15,81 11,36
45,36 15,12
Total 44,08
47,08 43,90
135,07
Rataan 6,30
6,73 6,27
6,43
Daftar Sidik Ragam SK
db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Perlakuan 6
1117,31 186,22
25,59 4,00
7,72
Galat 12
87,32 7,28
Total
18 1204,63
FK 41,37
tn =
tidak nyata
KK 6,13
= nyata
= sangat nyata
Uji Jarak Duncan SY
1,27 0,30
0,14 0,06
0,47 0,45
3,23 10,72
I 2,00
3,00 4,00
5,00 6,00
7,00 8,00
SSR 0.05 3,08
3,23 3,31
3,37 3,41
3,44 3,46
LSR 0.05 3,92
4,11 4,21
4,29 4,34
4,37 4,40
Perlakuan
M M
M
1
M
2
M
4
M
5
M
3
Rataan
6
4,22 4,25
4,27 4,76
4,79 7,60
15,12 a.
b