Pemodelan Spasial Konservasi Lingkungan dengan Pendekatan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kota Ambon

PEMODELAN SPASIAL KONSERVASI LINGKUNGAN DENGAN
PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI KOTA AMBON

HUSAIN MARASABESSY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PEMODELAN SPASIAL KONSERVASI LINGKUNGAN DENGAN
PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI KOTA AMBON

HUSAIN MARASABESSY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012


PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemodelan Spasial Konservasi
Lingkungan dengan Pendekatan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Ambon adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Husain Marasabessy
E151080031

ABSTRACT

The increase of population may cause a domino effect in all aspects of life,

especially in urban areas. The presence of vegetation cover will also threatened
when the population continues to increase and subsequently may cause various
effects of the erosion, flooding, landslides, and so on. This study, was performed
to establish the Environmental Conservation Index (IKL) in Ambon to measure
sustainability of the environment. The study was conducted from January to
March 2012 in the Ambon City. Data collection was derived form face-to-face
interviews with 440 respondents and secondary data compilation. The data
analysis includes

(a) weight determination; (b) score establishment; and (c)

environmental conservation index development. The IKL models developed in
this study is: IKL Urban = 0,127*Tl_skor + 0,095*Slop_skor + 0,175*Psm_skor
+ 0,238*Pdk_skor + 0206*Pddk_skor + 0,159*Pdptn_skor. The study found that
30.8 % of the Ambon City is categorized into conservative; 49.6% belong to less
conservative categories, and into 19.7% extriemely conservative. Major
proportion of the public community provides positive perseption to the
importance of environment problem in Ambon City, where 77% of the activities
involved in environment conservation. About 50% of the community expresses
their satisfication the performance of the to government on management

environmental problem.
Keyword: spatial modeling, environmental conservation index (IKL), the public
perception.

RINGKASAN
HUSAIN MARASABESSY. Pemodelan Spasial Konservasi Lingkungan dengan
Pendekatan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kota Ambon. Dibimbing oleh I
NENGAH SURATI JAYA dan MUHAMMAD BUCE SALEH.
Bertambahnya jumlah penduduk merupakan fenomena yang dapat
menimbulkan efek domino dalam semua aspek kehidupan terutama pada wilayah
perkotaan. Keberadaan vegetasi atau penutupan lahan akan selalu terancam jika
jumlah penduduk yang terus meningkat dan selanjutnya dapat menimbulkan
berbagai dampak yakni erosi, banjir, tanah longsor, pendangkalan sungai dan
sebagainya.
Selain dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap sumberdaya alam,
jumlah penduduk kota yang terlalu banyakpun akan berdampak pada kondisi
lingkungan kota dengan menurunkan kualitas lingkungan kota, salah satu yang
muncul adalah masalah sampah kota karena dengan bertambahnya penduduk akan
berbanding lurus dengan bertambahnya sampah kota. Akibat lain dari terlalu
banyaknya penduduk kota yakni bertambahnya jumlah kendaraan umum dan

pribadi, kebutuhan akan lahan untuk membanguan tempat tinggal. Karena lahan
perkotaan tidak bertambah sedangkan kebutuhan lahan semakin meningkat dari
waktu ke waktu.
Konservasi dimaksudkan sebagai penggunaan sumberdaya yang bijaksana
sepanjang waktu. Untuk sumberdaya alam yang tak pulih (unrenewable
resources)

konservasi

di m a ks udka n

agar

da pa t

mengelolan

penggunan

sumberdaya alam demi memenuhi kebutuhan dalam waktu lama. Bagi

sumberdaya alam yang dapat di perbaharui (renewable resources), konservasi
dimaksudkan untuk mengurangi pemborosan baik yang bersifat ekonomi maupun
sosial dan sekaligus memaksimumkan penggunaan secara ekonomis.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun Indeks Konservasi Lingkungan
di Kota Ambon dan mengukur persepsi publik terkait masalah lingkungan di
sekitar mereka. Penelitian di lakukan sejak bulan Januari sampai dengan Maret
2012 di Kota Ambon. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap
muka dengan 440 responden dan pengumpulan data sekunder, data yang
dibutuhkan adalah data pendidikan, penduduk, pendapatan, peta administrasi, peta

tutupan lahan, peta kemiringan lereng. Keseluruhan data tersebut di olah secara
spasial dengan terlebih dulu di lakukan proses scoring dan pembobotan yang akan
menghasilkan Indeks Konservasi Lingkungan Perkotaan.
Model yang dibangun dari proses analisis ini adalah: IKL Perkotaan =
0.127*TI_Skor + 0.095*Slop_skor + 0.175*Psm_skor + 0.238*Pdk_skor +
0.206*Pddk_skor + 0.159*Pdptn_skor. Terdapat tiga kelas Indeks Konservasi
Lingkungan Perkotaan yakni Kelas Kurang Konservatif dengan luasan 9090,37 ha
atau 30.76%, Kelas Konservatif dengan luasan 14641,99 ha atau 49.55% dan
Kelas Sangat Konservatif denga luasan 5817,18 ha atau 19.69% dari total luasan
wilayah studi. Untuk persepsi publik, pentingnya masalah lingkungan sebesar

81.30%, peranan masyarakat dalam melestarikan lingkungan sekitar 77%,
program dan kinerja pemerintah dalam menangani masalah lingkungan mencapai
50% dari populasi di Kota Ambon.
Kata Kunci: pemodelan spasial, indeks konservasi lingkungan (IKL), persepsi
publ i k.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh tesis ini tanpa mencantumlakn atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Tesis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB

PEMODELAN SPASIAL KONSERVASI LINGKUNGAN
DENGAN PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI KOTA AMBON


HUSAIN MARASABESSY

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Dr. Dra. Nining Puspaningsih, M.Si
Staf Pengajar Departemen Ilmu Pengelolaan Hutan, Fakultas Kehutanan IPB

Judul Thesis : PEMODELAN SPASIAL KONSERVASI LINGKUNGAN
DENGAN
PENDEKATAN
SOSIAL

EKONOMI
MASYARAKAT DI KOTA AMBON
Nama

: Husain Marasabessy

NRP

: E151080031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr.
Ketua

Dr. Ir. M. Buce Saleh, M.S.
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan hutan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, M.S

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 30 Juli 2012

Tanggal Lulus :

Tesis ini kupersembahkan kepada:
Salma Tuanany, M. Syakir Hanafi Marasabessy, Shaffyatuzzahra Marasabessy
dan M. Syafii Rahim Marasabessy, istri dan anak-anakku tercinta.
Terima kasih atas semua kesabaran dan doanya


Kedua orang tua dan saudara/i ku,
Terima kasih untuk doa dndukunganya.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
judul “Pemodelan Spasial Konservasi Lingkungan dengan Pendekatan Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kota Ambon”. Tesis ini tidak dapat terwujud tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penghargaan yang tulus dan terima
kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. dan Bapak Dr. Ir. M. Buce
Saleh, M.S. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas waktu,
perhatian, bimbingan dan dorongan semangat yang tulus kepada penulis dalam
penyusunan tesis ini, serta Ibu Dr. Dra. Nining Puspaningsih, M.Si. selaku
penguji yang bersedia meluangkan waktunya untuk memeberikan masukan
terhadap penulisan ini.
2. Ketua dan Staf Program studi Ilmu Pengelolaan Hutan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
3. Universitas Pattimura, Fakultas Pertanian, Jurusan Kehutanan Kota Ambon
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melanjutkan pendidikan

S2 di Institut Pertanian Bogor.
4. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah
memberikan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) kepada penulis.
5. Rekan-rekan IPH angkatan 2008 dan rekan-rekan serta adik-adik di
Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem Informasi Geografis Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan dukungannya.
6. Kedua orang tua penulis, istriku tercinta dan ketiga putra-putriku tersayang
yang rela dan sabar menemani ayahanda serta seluruh keluarga besar penulis
atas doa dan dukungannya.
Doa yang tulus penulis panjatkan, semoga Allah SWT membalas jasa dan
budi baik yang telah di berikan pada penulis. Penulis menyadari bahwa tesis ini
masih memiliki kelemahan dan kekurangan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat di harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Bogor,

Juli 2012

Husain Marasabessy

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 08
September

19 78

dari

ayah

Abd.

Rasyid

Marasabessy dan ibu Sitti Aisyah Tuaputty. Penulis
merupakan putra kedua dari enam bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari Madrasah Aliyah
Negeri 1 Ambon. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan pada Universitas Pattimura
Ambon, namun dengan adanya konflik sosial antar
warga di Kota Ambon tahun 1999, penulis
memutuskan untuk pindah ke Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 2000
dan menyelesaikan studi pada tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan studi
pada program pascasarjana Ilmu Pengelolaan Hutan Institut Pertanian Bogor
diperoleh pada tahun 2008 dengan pembiayaan beasiswa BPPS dari Dirjen
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Republik Indonesia.Tahun 2005
penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai tenaga pengajar
pada Universitas Pattimura, Fakultas Pertanian, Jurusan Kehutanan Ambon, dan
sampai sekarang penulis masih tercatat sebagai tenaga pengajar pada universitas
tersebut.

Tahun 2007 penulis menikah dengan Salma Tuanany dan telah

dikaruniai 3 (tiga) orang anak yaitu Muhammad Syakir Hanafi Marasabessy,
Shafyatuzzahra Marasabessy, dan Muhammad Syafi Rahim Marasabessy.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xxv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xxvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxix
I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Kerangka Pemikiran ...................................................................
1.3 Perumusan Masalah ....................................................................
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................

II

Metodologi Penelitian
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................
2.2 Data dan Alat ..............................................................................
2.2.1 Data Penelitian ................................................................
2.2.2 Hardware dan Software ...................................................
2.3 Metode Penelitian .......................................................................
2.3.1 Persiapan .........................................................................
2.3.2 Identifikasi dan Pemilihan Peubah-Peubah Konservasi
Lingkungan .....................................................................
2.3.3 Evaluasi Peubah ..............................................................
2.3.4 Pengujian Hubungan Antar Peubah .................................
2.3.5 Penentuan Bobot .............................................................
2.3.6 Penyusunan Model ..........................................................
2.3.7 Pengujian Model .............................................................
2.3.8 Pemetaan Zona Konservasi lingkungan ...........................

11
14
14
15
17
18
18

III Kondisi Umum Wilayah Penelitian
3.1 Keadaan Biofisik ........................................................................
3.1.1 Letak dan Luas Wilayah ..................................................
3.1.2 Aksesibilitas ....................................................................
3.2 Kondisi Fisik Wilayah ..............................................................
3.2.1 Kondisi Iklim dan Hidrologi ...........................................
3.2.2 Topografi.........................................................................
3.2.3 Geologi dan Tanah ..........................................................
3.2.4 Penggunaan Lahan ..........................................................
3.3 Kependudukan ............................................................................
3.4 Kondisi Lahan Kritis...................................................................
3.5 Sistem Jaringan Sumberdaya Air ................................................
3.6 Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum ............................

19
19
20
20
20
22
23
23
24
24
25
25

IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Penyususnan Model ...................................................................
4.2 Pengujian Model.........................................................................
4.3 Pemetaan Zona Konservasi Lingkungan Perkotaan .....................
4.4 Program Pemerintah dan Persepsi Publik ...................................

27
27
29
31

xxiii

1
4
5
6
6
7
7
7
7
10
10

xxiv

V

4.4.1 Program Pemerintah ........................................................
4.4.2 Presepsi Publik ................................................................
4.2.2.1 Pentingnya Masalah Lingkungan .........................
4.2.2.2 Kondisi Lingkungan Sekitar.................................
4.2.2.3 Peran Serta Masyarakat ........................................
4.2.2.4 Keberhasilan Pemerintah dan Kepuasan Warga
Atas Kinerja Pemerintah ......................................

41

Simpulan dan Saran
5.1.1 Simpulan .........................................................................
5.1.2 Saran ...............................................................................

43
44

DAFTAR PUSTAKA

31
39
39
40
40

DAFTAR TABEL

Halaman
Proporsi sampel berdasarkan populasi ...................................................... 10
Perbandingan sampel wawancara untuk kategori desa dan kelurahan........ 10
Skor sub faktor setiap peubah .................................................................. 13
Matriks Korelasi antar Peubah dalam Penyusunan Model Konservasi
Lingkungan .............................................................................................. 14
5. Nilai rangking peubah menurut pendapat para ahli ................................... 16
6. Bobot relatif setiap peubah berdasarkan penilaian ahli .............................. 16
7. Rute dan jarak Kota Ambon dari Jakarta .............................................
20
8. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon 2001 – 2009 .......... 24
9. Hasil uji validasi model konservasi lingkungan perkotaan ...................... 28
10. Luas dan persentasi zona Konservasi wilayah perkotaan ........................ 29
11. Rawan bencana Kota Ambon ................................................................. 34
12. Model konservasi hasil overlai dengan peta rawan bencana.................... 37
13. Rawan bencana hasil overlay dengan model konservasi lingkungan ....... 38
14. Pentingnya Masalah Lingkungan bagi Warga Kota ................................ 39
15. Pentingnya masalah lingkungan bagi warga kota .................................... 40
16. Peran serta masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar ..................... 40
17. Keberhasilan pemerintah dalam menangani masalah lingkungan ............ 41
18. Kepuasan warga terhadap kinerja pemerintah menangani masalah
Lingkungan ............................................................................................ 41

1.
2.
3.
4.

xxv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kerangka pemikiran penelitian ...............................................................
Peta Lokasi Penelitian ............................................................................
Diagram alir pemodelan spasial konservasi lingkungan ..........................
Grafik Curah Hujan Tahunan Kota Ambon Tahun 1979-2010 ................
Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Kota Ambon ..............................
Grafik Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan Kota Ambon ..................
Zona konservasi lingkungan perkotaan...................................................
a) Penambangan galian C secara liar, b) Sampah pantai, c) Pemukiman
pada wilayah pegunungan, d) pemukiman pada bantaran sungai ............
9. a) Kondisi jalan utama yang rawan longsor, b) Longsor yang sering
terjadi pada musim penghujan, c) Kondisi topografi yang curam dan
kondisi tanah yang labil, d) Longsor yang sering memutuskan arus
transporta ..............................................................................................
10. Peta rawan bencana Kota Ambon ...........................................................
11. Peta overlay indeks konservasi dengan rawan bencana Kota Ambon ......

xxvii

5
9
11
21
21
22
30
33

34
35
36

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Luas dan persentasi zona konservasi wilayah perkotaan pada
tingkat desa. ......................................................................................
2. Luas topografi per desa......................................................................
3. Luas tutupan lahan per desa. ..............................................................
4. Luas wilayah peran serta masyarakat per desa ...................................
5. Luas wilayah jumlah penduduk per desa l ..........................................
6. Luas wilayah distribusi pendapatan per desa .....................................
7. Luas wilayah distribusi tingkat pendidikan per desa...........................
8. Perbandingan tingkat kerawanan dan indeks konservasi setiap desa ...

xxix

51
53
55
57
59
61
63
65

1

I
1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk yang terus meningkat dan di barengi

peningkatan kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan kepentingan ekonomi
yakni pembangunan jalan, pusat-pusat perdagangan, perkantoran, industri dan
lainnya akan berdampak negatif terhadap penurunan kualitas tutupan vegetasi di
perkotaan. Lahan-lahan bervegetasi seperti hutan, perkebunan, pegunungan dan
daerah berlereng, sempadan sungai, wilayah resapan air yang berfungsi sebagai
wilayah penyangga dan perlindungan kawasan di bawahnya akan berubah fungsi
menjadi wilayah-wilayah terbangun seperti perumahan, perkantoran, jalan,
industri dan sebagainya. Kondisi ini sangatlah ironis karena di satu pihak
kebutuhan akan air, oksigen, bebas polusi dan kemacetan, bebas banjir, erosi dan
tanah longsong, namun di sisi lain kebutuhan tersebut menjadi berkurang bahkan
sulit terpenuhi.
Dahlan (2004) menyatakan bahwa selain dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap sumberdaya alam, jumlah penduduk kota yang terlalu banyakpun
akan berdampak pada kondisi lingkungan kota dengan menurunkan kualitas
lingkungan kota, salah satu yang muncul adalah masalah sampah kota karena
dengan bertambahnya penduduk akan berbanding lurus dengan bertambahnya
sampah kota. Akibat lain dari terlalu banyaknya penduduk kota yakni
bertambahnya jumlah kendaraan umum dan pribadi, kebutuhan akan lahan untuk
membanguan tempat tinggal. Karena lahan perkotaan tidak bertambah sedangkan
kebutuhan lahan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Suparmoko (2010) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang erat
antara jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, sumberdaya alam dan
lingkungan. Dengan berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih
banyak menyediakan barang dan jasa demi mempertahankan taraf hidup
masyarakat, namun peningktan produksi barang dan jasa akan menuntut lebih
banyak produksi sumberdaya alam, sebagai akibatnya cadangan sumberdaya alam
semakain menipis dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu
pembangunan ekonomi haruslah bersifat pembangunan yang berwawasan

2
lingkungan atau pembangunan yang berkelanjutan yang tidak menguras
sumberdaya alam dan merusak lingkungan.
Dengan adanya berbagai tekanan terhadap sumberdaya alam lingkungan
akan semakain memberikan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan yang
ada, sehingga upaya konservasi (perlindungan) terhadap kondisi sumberdaya alam
yang tersedia menjadi suatu keharusan yang dilaksanakan secara serius dan
bijaksana. Oleh karena itu sangat di butuhkan langkah yang cepat, tepat dan
akurat untuk mendeteksi sekaligus mencari solusi terhadap gejala yang muncul
dan akibat yang akan di timbulkan.
Konservasi di maksudkan sebagai penggunaan sumberdaya yang bijaksana
sepanjang waktu. Untuk sumberdaya alam yang tak pulih (unrenewabl resources)
konservasi dimaksudkan agar dapat mengelolan penggunan sumberdaya alam
demi memenihu kebutuhan dalam waktu yang lama. Bagi sumberdaya alam yang
dapat di perbaharui (renewable resources), konservasi dimaksudkan untuk
mengurangi pemborosan baik yang bersifat ekonomi maupun sosial dan sekaligus
memaksimumkan penggunaan secara ekonomis (Suparmoko 2010).
Selain itu konservasi juga merupakan tindakan yang menurunkan kadar,
menghentikan, mengendalikan, pemeliharaan atau melindungi lingkungan dari
segala tindakan yang diakibatkan oleh manusia maupun alam. Konservasi
menitikberatkan terhadap perlindungan lingkungan yang berasal dari kerusakan
yang terjadi, konservasi bukan suatu tindakan penyelamatan dari bahaya namun
konservasi bersifat memperbaharui atau memberikan perbaikan terhadap
lingkungan pada situasi kondisi yang aktif dan dinamis.
Upaya mendeteksi dan menanggulangi kerusakan terhadap lingkungan baik
yang di akibatkan manusia maupun alam selama ini masing menggunakan metode
konvensional dengan melakukan pengamatan langsung terhadap wilayah-wilayah
yang terkena dampak kerusakan (pengamatan titik kejadian), namun persoalan ini
akan menjadi rumit jika wilayah tersebut sulit untuk di pantau secara langsung.
Dalam analisis kejadianpun tidak hanya di tekankan pada pengamatan titik namun
perlu di dalami faktor penyebab kerusakan dan upaya penanggulangannya yang
dapat diperoleh secara akurat dan cepat, maka dari itulah di perlukan kajian
spasial (penggunaan Sistem Informasi Geografi atau Analisis Citra) guna

3
mendeteksi secara akurat dan cepat akan potensi serta wilayah yang terkena
dampak kerusakan.
Perkembangan penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) telah
merambah hampir semua bidang ilmu yakni kehutanan, pertanian, lingkungan,
perkotaan, transportasi, pertambangan dan sebagainya bahkan lebih spesifik lagi
untuk berbagai analisa seperti sumberdaya alam, konservasi alam, perencanaan,
penentuan kawasan lindung, kependudukan, pertahanan dan lain-lain. Selain itu
teknologi komputerisasi (software maupun hardware), Sistem Informasi
Geografis (SIG), dan teknelogi pengeinderaan jauh dewasa ini berkembang
dengan cepat. Oleh karena itu, monitoring lingkungan bisa dilakukan atau
dikembangkan secara semiotomatis dalam bentuyk pemodelan khususnya
pemodelan spasial (Jaya 2009).
Metode pemodelan spasial yang dilakukan untuk pengelolaan lingkungan
sampai saat ini telah banyak dilakukan. Sebagai contoh penerapan pemodelan
spasial dalam kesesuaian ruang habitat satwa (Harini 2002), pemetaan rawan
kebakaran (Chuvieco et al. 1999), penilaian kelestarian hutan (Mendoza dan
Prabhu 2002), distribusi tipe vegetasi (Felicisio et al. 2000), kerusakan hutan
mangrove (Budhiman et al. 2001), pemodelan spasial monitoring reforestasi
kawasan tambang (Puspaningsih 2011).
Selain itu dalam bidang konservasi lingkungan pemodelan spasial juga
telah banyak diaplikasikan seperti pada kajian tingkat kesesuaian habitat Owa
Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Dewi et al. 2007). Evaluasi
pemanfaatan ruang berdasarkan indeks konservasi pada sub DAS Cikapundung
(Rismana 2011). Kajian spasial kebutuhan hutan kota berbasis hidrologi di Kota
Ambon (Suhendi 2009).
Kota Ambon sebagai kota di pulau kecil dengan luasan daratan kurang lebih
377 km2; luas laut kurang lebih 409 km2; luas kawasan pesisir 28.292,89 Ha;
panjang garis pantai 102,7 km. Kondisi ini akan semakin terbebani dengan
berbagai aktivitas perkotaannya, bukan hanya sampai di situ namun beban itu
semakin bertambah dengan adanya aktivitas warga di ibukota provinsi Maluku
yang berada satu wilayah dengan kota Ambon. Kondisi ini akan semakin

4
membuka peluang terhadap gangguan sumberdaya alam dan lingkungan dalam
menunjang keseimbangan hidup sistem perkotaan.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon sebesar 11,30% (39.332 jiwa)
dari tahun 2010 ke 2011 umumnya di sumbangkan dari proses migrasi
(perpindahan penduduk masuk ke kota) dengan orientasi mendiami pusat
perkotaan dalam rangka mencari penghidupan yang layak semakain memberikan
dampak negatif bagi keberadaan kota yakni degradasi lingkungan, menurunnya
sumber air tanah, penambangan liar galian C, penumpukan sampah, pembangunan
rumah di daerah kemiringan, ancaman lonsor, banjir dan lain-lain (BAPPEDA
Kota Ambon 2012).
Mencemati posisi Kota Ambon sebagai kota yang berpotensial sebagai
tujuan urbanisasi dan aktivitas pemerintahan, industri, pendidikan, budaya dan
sosial menjadi semakin rentan terhadap masalah kebutuhan ruang (lahan) yang
selanjutnya akan di rambah dan berpengaruh terhadap kondisi sumberdaya alam
yang tersedia. Berdasarkan fenomena tersebut maka perlu di lakukan kajian
khusus terhadap keberadaan kondisi sumberdaya alam lingkungan dan upaya
konservasi yang ada di Kota Ambon dan persepsi publik (warga kota) terhadap
kondisi sumberdaya alam lingkungan dan konservasinya, hal ini di maksudkan
sebagai upaya untuk mendapatkan konsep pembangunan yang sistematis dan
terpadu dengan mempertimbangkan berbagai aspek (fisik, ekonomi dan sosial)
guna mendapatkan kondisi yang optimal.
1.2 Kerangka Pemikiran
Cita-cita dan agenda utama pembangunan berkelanjutan (kelestarian) tidak
lain adalah upaya untuk mensinkronkan, mengsinergikan, dan memberi bobot
yang sama bagi tiga aspek utama pembangunan yakni aspek ekonomi, aspek
sosial dan aspek lingkungan hidup (daya dukung). Intinya adalah pembangunan
ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup harus dipandang sebagai
keterkaitan antar satu dengan yang lainnya dan tidak boleh dipisahkan atau
dipertentangkan (Keraf 2010).
Kulaitas lingkungan secara langsung maupuan tak langsung akan di
pengaruhi oleh ketiga faktor diatas yakni daya dukung, sosial dan ekonomi. Jika

5
faktor daya dukung berada dalam kondisi baik namun kondisi sosial masyarakat
sekitar dari sisi jumlah dan tingkat pendidikan belum memadai makan tekanan
terhadap kondisi lingkungan akan semakian meningkat, begitu juga dengan
kondi s i

e konom i

masyarakat

j i ka

masih

berada

dalam

kondisi

yang

memprihatinkan maka gejolak terhadap lingkungan sekitar juga akan meningkat
(Gambar 1).
Faktor daya dukung
x Kondisi hutan
x Topografi

Kualitas
konservasi lingkungan
Faktor sosial
Pendidikan
x Kependudukan

Faktor ekonomi
Pendapatan

x

x
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

1.3 Perumusan Masalah
Meningkatnya jumlah penduduk masyarakat perkotaan di satu sisi dan
kebutuhan pembangunan kawasan perkotaan di sisi lain telah menyebabkan
tekanan tersendiri terhadap kondisi lingkungan hidup perkotaan, hal ini cenderung
berdampak negatif bagi kelangsungan hidup warga kota. Jika hal ini terus
berlangsung sudah barang tentu akan mengganggu fungsi sumberdaya alam
lingkungan yang ada di perkotaan maupun di sekitarnya dan menimbulkan ketidak
seimbangan sistem yakni sistem lingkungan dan sistem pembangunan.
Beberapa permasalahan yang memerlukan kajian penelitian dalam rangka
menjawab terciptanya kondisi sumberdaya alam lingkungan yang seimbang dan
dinamis di Kota Ambon, yakni :
1. Apakah kondisi sumberdaya alam lingkungan yang ada di Kota Ambon telah
berada pada kondisi yang baik atau masih perlu uapaya konservasi untuk tetap
menjaga keberlangsungannya bagi generasi yang akan datang?
2. Sejauh mana persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah terkait konservasi
lingkungan di Kota Ambon?

6
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyusun model spasial
konservasi lingkungan di Kota Ambon. Sedangkan tujuan tambahan yang ingin di
capai dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi konservasi lingkungan dan persepsi publik terhadap kebijakan
pemerintah terkait konservasi lingkungan di Kota Ambon.
1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini akan dapat bermanfaat sebagai :
1. Landasan dan acuan bagi para perencana dan pembuat kebijakan
pembangunan kota yakni Pemerintah Kota Ambon dalam konsep
merencanakan pembangunan yang orientasinya bukan hanya pada aspek
fisik namun juga pada aspek lingkungan
2. Acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang kebijakan konservasi
lingkungan di Kota Ambon

7

II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kota Ambon, Provinsi Maluku (Gambar 2),
penelitian dilakukan selama 3 bulan, dimulai pada Januari 2012 sampai dengan
Maret

2012. Pengolahan dan analisa data di lakukan di Laboratorium Fisik

Remote Sensing dan Sistem Informasi Geografis (GIS) Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
2.2 Data dan Alat
2.2.1 Data Penelitian
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara tatap muka (face to face) dengan 440 responden.
b. Data Sekunder
1. Peta administratif Kota Ambon
2. Peta penutupan lahan
3. Peta kelerengan
4. Data potensi desa Kota Ambon
5. Data kependudukan
6. Letak geografis dan luas wilayah studi
7. Keadaan umum lokasi studi
8. Data ekonomi dan social
9. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
2.2.2 Hadware dan Software
Hadware yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendukung proses
pengambilan data dan pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. GPS (Global Positioning System)
GPS digunakan sebagai alat penentu titik geografis dari posisi
pengambilan data di lokasi penelitian. Alat ini digunakan dengan

8
bantuan dari satelit yang melakukan perekaman terhadap setiap posisi
di bumi. Titik referensi ini sangat membantu dalam proses pemetaan.
2. Kamera digital
Kamera digunakan sebagai peralatan dalam proses dokumentasi,
mendokumentasikan setiap bagian dalam proses penelitian, lokasi
penelitian dan berbagai fenomena di lokasi penelitian yang
berhubungan dengan objek kajian dalam penelitian ini.
3. Komputer (monitor, CPU, keyboard, mouse, CD)
Perangkat komputer berfungsi sebagai alat bantu dalam proses analisis
data dan pengolahan data.
Software digunakan dalam penelitian ini untuk mendukung proses
pengambilan data dan pengolahan data adalah sebagai berikut :
1.

Arc View GIS versi 3.2
Software ini digunakan sebagai perangkat analisis data spasial guna
memetakan kondisi eksisting di lokasi penelitian berdasarkan hasil
kajian yanag ada.

2. SPSS 13
Analisis data menggunakan SPSS 13 berfungsi sebagai perangkat
analisis data survey persepsi publik tentang masalah lingkungan di
Kota Ambon.
3. Minitab versi 6
Digunakan untuk melakukan uji korelasi antar peubah pembangun
model.

9

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

10
2.3 Metode Penelitian
Penelitian ini lakukan melaluai beberapa tahapan yaitu: 1) persiapan, 2)
identifikasi dan pemilihan peubah konservasi lingkungan, 3) evaluasi peubah, 4)
pengujian hubungan antar peubah, 5) penentuan skoring dan bobot, 6) penyusunan
model, 7) pengujian model, 8) pemetaan zona konservasi lingkungan (Gambar 3).
2.3.1 Persiapan
Kopmponen kegiatan pada tahap persiapan meliputi identifikasi dan pemilihan
lokasi penelitian, pengumpulan data tabular dan spasial (peta-peta), wawancara langsung
responden sebanyak 440 orang yang tersebar secara proporsional dalam wilayah Kota
Ambon dengan menggunakan metode pengacakan (random sampling).
Tabel 1. Proporsi sampel berdasarkan populasi
Jumlah
Penduduk

POPULASI
Proporsi
Penduduk
Kota (%)
100.0%

Proporsi
Penduduk
Desa (%)
0.0%

BAGUALA

47,37

Proporsi
Populasi
(%)
17.1%

LEITIMUR SEl

9,07

3.3%

0.0%

NUSANIWE

82,41

29.7%

SIRIMAU

110,49

TELUK
AMBON
TOTAL

KECAMATAN

JUMLAH PSU
Kota Desa Total
8

0

8

100.0%

0

1

1

77.3%

22.7%

10

3

13

39.8%

93.4%

6.6%

16

1

17

28,47

10.2%

63.4%

36.6%

3

2

5

277,82

100.0%

83.7%

16.3%

37

7

44

PSU : Primer Unit Sampling

Tabel 2. Perbandingan sampel wawancara untuk kategori desa dan kelurahan.
No

KECAMATAN

Sampel
Sampel Desa

Sampel Kota

Total Sampel

1

BAGUALA

80

0

80

2

LEITIMUR SELATAN

0

10

10

3

NUSANIWE

100

30

130

4

SIRIMAU

160

10

170

5

TELUK AMBON

30

20

50

TOTAL

370

70

440

11

Mulai
Persiapan
Identifikasi dan pemilihan peubah konservasi
lingkungan
Evaluasi peubah

Pengujian hubungan antar
peubah
Penentuan scoring dan bobot

Model konservasi lingkungan

Pengujian model
Tidak
Akurasi
Ya
Pemilihan model

Model konservasi lingkungan perkotaan

Selesai

Gambar 3. Diagram alir pemodelan spasial konservasi lingkungan
2.3.2 Identifikasi dan Pemilihan Peubah-Peubah Konservasi Lingkungan
Konservasi lingkungan di wilayah perkotaan berkaitan erat antara kondisi
sumberdaya alam, masalah sosial kemasyarakatan dan ekonomi masyarakat setempat
yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Keterikatan antara ketiga
faktor tersebut sangat penting dalam proses pengelolaan kelestarian lingkungan.

12
Berdasarkan ketersediaan data faktor-faktor yang mempengaruhi konservasi
lingkungan di Kota Ambon maka peubah-peubah yang digunakan untuk menyusun
model indeks konservasi lingkungan, dimana indeks konservasi merupakan ukuran yang
menunjukan keadaan pembangunan atau perencanaan pembangunan di wilayah
perkotaan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, dengan peubahnya sebagai
berikut:
a. Peubah daya dukung (ekologi) merupakan kondisi biofisik dan landscape perkotaaan
a) Tutupan hutan dan lahan
Merupakan ukuran secara fisik keberadaan wilayah perkotaan yang tertutupi
dengan areal yang vegetasi dan lainnya. Jika tutupalan lahannya baik maka
indeks konservasi juga cenderung baik dan sebaliknya.
b) Slope
Merupakan penampakan visual bentang wialayah perkotaan dari kondisi yang
datar hingga bergelombang dan terjal. Jika kondisi perkotaan berada dalam
kondisi datar akan memberikan konstribusi positif terhadap indeks konservasi
dan sebaliknya.
b. Peubah sosial merupakan persepsi masyarakat dan partisipasi dalam pembangunan di
wilayah perkotaan
a) Peran serta masyarakat
Adalah partisipasi kelompok masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menjaga dan mengurangi kerusakan lingkungan perkotaan. Jika
partisipasi posistif maka akan sejalan dengan indeks konservasi dan juga
sebaliknya.
b) Tingkat pendidikan
Adalah kondisi masyarakat yang dapat mengenyam pendidikan baik di tingkat
dasar hingga perguruan tinggi. Jika tingkat pendidikannya tinggi harapannya
akan memberikan konstribusi positif terhadap indeks lingkungan dan juga
sebaliknya.
c) Jumlah penduduk
Adalah akumulasi keberadaan masyarakat yang beraktifitas di wilayah perkotaan
baik secara menetap maupun tidak, jika jumlahnya semakin bertambah akan

13
memberikan dampak negatif terhadap indeks konservasi wilayah perkotaan dan
sebaliknya.
c. Peubah ekonomi merupakan kondisi ekonomi masyarakat yang berkonstribusi dalam
perencanaan dan pembangunan wilyah perkotaan
a) pendapatan ekonomi masyarakat
Merupakan rata-rata penghasilan masyarakat dalam berbagai sektor pekerjaan
yang dapat berkonstribusi terhadap pembangunan perkotaan. Jika pendapatannya
tinggi terutama pada sektor jasa dan perdagangan (selain pengelolaan
sumberdaya alam), diharapkan memberikan konstribusi positif pada indeks
konservasi dan juga sebaliknya.
Berdasarkan

identifikasi

peubah

yang

berpengaruh

terhadap

konservasi

lingkungan, digunakan 6 peubah untuk pemodelan spasial konservasi lingkungan di Kota
Ambon. Peubah-peubah tersebut adalah penutupan lahan, slope, peran serta masyarakat,
pendidikan, jumlah penduduk, dan pendapatan masyarakat. Setiap sub faktor dalam
peubah diberi skor berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap konservasi lingkungan
seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Skor sub faktor setiap peubah
Peubah/Faktor
Tutupan lahan

Slope

Peran serta masyarakat

Fasilitas pendidikan

Sub Faktor
Hutan primer
Hutan sekunder
Tegalan dan kebun campuran
Semak belukar dan lahan kosong
Pemukiman, perdagangan, perkantoran dll
0-8%
8-15%
15-25%
25-40%
> 40%
Sangat berperan
Cukup berperan
Kurang berperan
Tidak berperan
TJ/TT
PT dan sederajat
SMA dan sederajat
SMP dan sederajat
SD dan sederajat
TK dan sederajat

Skor

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
5
4
3
2
1

14
Jumlah Penduduk

Pendapatan

> 10.000
7.500-10.000
5.000-7.500
2.500-5.000
< 5000
> 2 juta
1.500.000 - 2 juta
1 juta – 1.500.000
500.000 – 1 juta
< 500.000

5
4
3
2
1
1
2
3
4
5

2.3.3 Evaluasi Peubah
Tahapan awal pemodelan spasial yang berkaiatan dengan peubah adalah penentuan
skor masing-masing unsur peubah terhadap konservasi lingkungan. Pemberian skor awal
tersebut di lakukan untuk menguantifikasikan data spasial menjadi data numerik dan
dapat di gunakan untuk mencari hubungan antar peubah yang satu dengan yang lainnya.
Skor awal dibuat berdasarkan formulasi logis pengaruh setiap peubah terhadap
konservasi lingkungan dimana semakin berpengaruh peubah tersebut maka skornya akan
semakin tinggi.
2.3.4 Pengujian Hubungan Antar Peubah
Pengujian hubungan antar peubah penyusun model dilakukan untuk menghindari
auto korelasi antar peubah yang di gunakan. Pengujian di lakukan terhadap data peubah
dengan menggunakan perangkat lunak minatab versi 6. Dari pengujian tersebut diperoleh
hasil pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks Korelasi antar Peubah dalam Penyusunan Model Konservasi
Lingkungan.
Peubah

TL

T

Psm

PDIK

PDUK

Tutpan Lahan (TL)

1

Topografi (T)

0.026

1

Peran serta masyarakat (Psm)

-0.026

-0.026

1

Pendidikan(PDIK)

0.336

0.336

0.176

1

Penduduk (PDUK)

-0.304

-0.304

0.261

-0.045

1

Pendapatan (PDPT)

0.101

0.101

0.639

0.225

0.189

Ket: TL=Tutupan lahan; T=Topografi; Psm=Perasn serta masyarakat; PDIK=Pendidikan
PDUK=Penduduk; PDPT=Pendapatan

PDPT

1

15
Matriks korelasi antar peubah yang akan di gunakan dalam penyusunan model
konservasi lingkungan menunjukan bahwa hubungan antara pendapatan dengan peran
serta masyarakat memiliki nilai yang paling tinggi di antara nilai korelasi antar peubah
lainnya yakni sebesar 0,639. angka tersebut menunjukan bahwa pendapatan dan peran
serta masyarakat memiliki hubungan positif yang cukup tinggi. Hal ini menunjukan
bahwa jika pendapatan masyarakat berada di atas rata-rata atau pada kondisi yang layak
maka peran serta mereka terhadap konservasi lingkungan juga akan tinggi dan
sebaliknya bahwa peran serta masyarakat akan meningkat jika pendapatan mereka telah
mencukupi kebutuhan hidup sehingga gangguan terhadap keberadaan lingkungan akan
terhindarkan.
2.3.5 Penentuan Bobot
Penentuan bobot dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh masing-masing
peubah terhadap konservasi lingkungan di Kota Ambon. Penentuan bobot dapat di
lakukan secara kualitatif maupun kuantitatif . Menurut Jaya (2009), ada beberapa cara
yang dapat di gunakan untuk menentukan bobot dalam menyusn model diantaranya
metode proporsi atau skala (rating method), penentuan tingkat kepentingan (ranking
method), perbandingan berpasangan (pairwise comparison), proses analisis bertingkat
(Analytic Hierarcy Process/AHP), dan analisis pemetaan komposit (Composite Mapping
Analysis/CMA).
Penelitian ini menggunakan metode pembobotan secara kualitatif berdasarkan
penilaian ahli (expert judgement) yang memiliki pemahaman dan kompetensi dalam
bidang konservasi lingkungan. Bobot masing-masing peubah di peroleh dari hasil
wawancara. Penentuan bobot menggunakan metode ranking dimana setiap peubah di
nilai berdasarkan tingkat kepentingan atau tingkat pengaruhnya terhadap konservasi
lingkungan. Tingkat kepentingan atau pengaruh direpresentasikan dalam bentuk skor
dengan tingkat nilai ordinal dimana peubah yang meiliki pengaruh paling kecil/tidak
berpengaruh di beri skor paling rendah dan sebaliknya. Secara matematis, penentuan
bobot dengan metode ranking di formulasikan dengan rumus (1) (Jaya 2009).
n

Wij

¦ rjki
k

n

¦ ¦ rjki
m

i

i

.

(1)

16
Dimana Wji adalah bobot dari indicator ke-I dan criteria ke-j, rjki adalah rangking dari
indicator ke-I, criteria ke-j untuk ahli ke-k, m dan n secara berturut-turut adalah jumlah
indicator dan ahli.
Penentuan bobot peubah yang berpengaruh terhadap konservasi lingkungan
perkotaan di lakukan dengan metode rangking berdasarkan penilaian ahli (expert
judgement). Rangking setiap peubah terhadap konservasi lingkungan di peroleh melalui
wawancara dengan 3 ahli yang memahami persolan konservasi lingkungan perkotaan
pada Fakultas Kehutanan IPB dengan hasil pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rangking peubah menurut pendapat para ahli
Peubah

Pendapat Ahli 1

Pendapat Ahli 2

Pendapat Ahli 3

Tutupan lahan

5

1

2

Slope

3

2

1

Peran serta masyarakat

4

3

4

Fasilitas pendidikan

6

4

5

Kepadatan penduduk

2

5

6

Pendapatan

1

6

3

Pendapat para ahli di atas selanjutnya di gunakan untuk menghitung bobot relatif
setiap peubah berdasarkan perbandingan jumlah rangking suatu peubah menurut
penilaian ahli dengan rangking total (Tabel 6).
Tabel 6. Bobot relatif setiap peubah berdasarkan penilaian ahli
Peubah
Tutupan lahan

Ahli 1
5

Ahli 2
1

Ahli 3
2

Jumlah
8

Bobot
0,127

%
12,70

Slope

3

2

1

6

0,095

9,52

Peran serta masyarakat

4

3

4

11

0,175

17,46

Fasilitas pendidikan

6

4

5

15

0,238

23,81

Jumlah penduduk

2

5

6

13

0,206

20,63

Pendapatan

1

6

3

10

0,159

15,87

21

21

21

63

1

100

Jumlah

Menurut penilaian para ahli, masalah pendidikan atau penyediaan fasilitas
pendidikan memiliki bobot yang paling tinggi yakni sebesar 0,238 atau 23,81%. hal ini
berarti bahwa pengaruh tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat konservasi

17
lingkungan di wilayah perkotaan, jika semakin baik tingkat pendidikan suatu wilayah di
harapkan akan meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan dengan tingkat
pemahaman yang di miliki setiap individu maupun kelompok yang berada di wilayah
perkotaan. Para ahli juga berpendapat bahwa tingkat pendidikan juga tidak selamanya
akan berkorelasi positif dengan kesadaran akan lingkungan, karena banyak kerusakan
juga di akibatkan oleh kelompok maupun individu yang berpendidikan tinggi.
Bobot yang cukup tinggi juga terlihat pada peubah jumlah penduduk yakni
sebesar 0,206 atau 20,63%, hal ini berarti bahwa semakain tinggi jumlah penduduk suatu
wilayah perkotaan akan berbanding lurus dengan tekanan terhadap lingkungan perkotaan
tersebut karena kebutuhan akan lahan untuk pemukiman, industri, pemerintahan, jasa dan
lainnya akan sulit untuk di bedung yang selanjutnya berpengaruh pada keberadaan
lingkungan perkotaan.
2.3.6 Penyusunan Model
Penyusunan model dilakukan berdasarkan penentuan bobot. Model didasarkan
kepada peubah beserta bobot masing-masing terhadap konservasi lingkungan. Nilai
konservasi lingkungan merupakan fungsi dari bobot faktor daya dukung, sosial, ekonomi
beserta skor masing-masing peubahnya. Secara matematis, konservasi lingkungan
dinotasikan dengan rumus (2)
V = aX1 + bX2 +………. + kXn

(2)

Dimana :
V adalah nilai konservasi lingkungan;
A, b, dan k adalah bobot setiap peubah
Xn adalah peubah ke n.
2.3.7 Pengujian Model
Pengujian model dilakukan dengan membandingkan kategori indeks konservasi
lingkungan setiap desa dengan persepsi masyarakat pada tiap desa sampel hasil
wawancara dalam bentuk table perbandingan.

18
2.3.8 Pemetaan Zona Konservasi lingkungan
Penentuan zona konservasi lingkungan ditentukan berdasarkan total skor dari
masing-masing peubah dalam model. Total skor dari model dikelaskan menjadi tiga
yaitu Tidak konservatif; Konservatif dan Sangat konservatif.
Kelas konservasi ditentukan dengan rumus:
Kelas Konservasi Lingkungan = Nilai total maksimum – Nilai total minimum
3

(3)

19

III
3.1

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Keadaan Biofisik

3.1.1 Letak dan Luas Wilayah
Letak Kota Ambon sebagian besar berada dalam wilayah Pulau Ambon yang
secara geografisberada pada posisi astronomis 03o– 04oLintang Selatan dan 128o–
1 2 9 oB u j u r T i m u r , d i m a n a s e c a r a k e s e l u r u h a n K o t a A m b o n b e r b a t a s a n d e n g a n
Ka b u p a t e n M a l u k u Te n g a h . P u l a u S e ra m B a ra t , P u l a u B u a n o , P u l a u Ke l a n g , d a n
Pulau Manipa terletak dalam Busur Banda Luar. Sedangkan Pulau Ambon dan Pulau
H a r u k u t e r m a s u k B u s u r B a n d a Da l a m d a n t e rm a s u k k e d a l a m O ro g e n M a l u k u .
Daerah ini diapit oleh 2 lautan luas yaitu Laut Banda (kedalaman sekitar 7.000 m)
dan Laut Seram (kedalaman sekitar 5.000 m).
S e c a r a u m u m K o t a A m b o n m e l i p u t i w i l a ya h d i s e p a n j a n g p e s i s i r d a l a m T e l u k
Ambon dan pesisir luar Jazirah Leitimur, dengan total luas wilayah seluas 377
k m 2 d e n ga n l u a s w i l a y a h d a r a t a n 3 5 9 , 4 5 K m 2 y a n g m e m b u j u r d i s e p a n j a n g p a n t a i
m e n g e l i l i n g i p e ra i ra n T e l u k A m b o n d a n Te l u k Da l a m . A d a p u n b a t a s -b a t a s Ko t a
A m b o n a d a l a h s e b a g a i b e ri k u t :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan petuanan Desa Hatu Kecamatan Leihitu
Ka b u pa t e n M a l uk u Te nga h .
b . S e b e l a h Ti m u r b e rb a t a s a n d e n g a n p e t u a n a n D e s a S u l i Ke c a m a t a n S a l a h u t u
Ka b u pa t e n M a l uk u Te nga h .
c . S e b e l a h U t a ra b e rb a t a s a n d e n g a n p e t u a n a n De s a H i t u , H i l a d a n Ka i t e t u Ke c a m a t a n
Leihitu Kabupaten Maluku Tengah
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda.
Secara Administratif, Kota Ambon terdapat di Provinsi Maluku, berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, terdiri dari 5 (lima) Kecamatan,
yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kecamatan Leitimur Selatan,
Kecamatan Teluk Ambon Baguala, dan Kecamatan Teluk Ambon, meliputi 20 kelurahan
dan 30 desa.
Pulau ini terbentuk dari gabungan dua jazirah memanjang yang berorientasi
Baratlaut-Timur laut sepanjang 55 km dengan lebar maksimum 20 km. Ketinggian
maksimum pulau adalah 547 m diatas permukaan laut yaitu puncak Gunung Lamajangga
di bagian utara Jazirah Leihitu.

20
3.1.2 Aksesibilitas
Kota Ambon menjadi ibukota Provinsi Maluku dapat dicapai dari Jakarta
dengan menempuh jalur penerbangan maupun perhubungan laut. Penerbangan
menujuAmbon hingga saat ini dilayani oleh 4 maskapai penerbangan yaitu Lion
Airline, Batavia Airline, Merpati Airline dan Mandala Airline, sedangkan pelayaran
dengan menggunakan jasa kapal laut (Pelni). Akses kabupaten-kabupaten yang
tersebar dibeberapa pulau saat ini umumnya dilakukan dengan pesawat maupun
kapal laut dan kapal Fery. Penerbangan yang menghubungkan antar pulau di Maluku
dilayani oleh maskapai penerbangan Trigana KAL Star, Trans Nusa dan Merpati
Airline dengan jadwal penerbangan setiap hari untuk pulau tertentu dan 3 sampai
dengan 4 kali perminggu untuk pulau lainnya (Tabel 7).
Tabel 7. Rute dan jarak Kota Ambon dari Jakarta
No

Rute

1

JakartaM ak a s ar

2

M ak a s ar Am bon
Bandara PattimuraK o t a A mb o n

3

J ar ak
(K m )
1.450

W ak t u
Te m p u h
1,75 jam
2 h ar i

J en i s
Transportasi
P e s a w at
K ap al L au t

1.000

1,25 jam
2 h ar i
4 5 m en i t
3 0 m en i t

P e s a w at
K ap al L au t
Mobil
S p e ed b o a d

40

Keterangan
K a d an g - k a d a n g
t r an s i t d i S u r ab ay a

Sumber : Dinas Kehutanan, Pertanian dan Peternakan Kota Ambon 2008
3.2

Kondisi Fisik Wilayah

3.2.1. Kondisi Iklim dan Hidrologi
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak Pulau
Ambon yang dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim disini sangat dipengaruhi oleh
lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim didaerah ini, yaitu musim barat
atau utara, dan musim timur atau tenggara.Kedua musim ini dikelilingi oleh musim
pancaroba yang merupakan musim transisi dari kedua musim tersebut.
Musim barat pada umumnya berlangsung dari bulan desember sampai derngan
bulan maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim Timur. Musim Timur
berlangsung dari bulan Mei sampai oktober disusul oleh pancaroba pada bulan
November yang merupakan transisi ke musim Barat.

21
Berdasarkan data curah hujan, maka dalam tahun 1979 sampai 2010, curah hujan
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 5.693 mm dengan 251 hari hujan, curah
hujan terendah terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 1.057mm dengan 145 hari hujan.
Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan dalam 31 tahun terakhir, maka bulan
basah (musim hujan) dengan curah hujan diatas 200 mm terjadi pada bulan Mei hingga
September seiring berlangsungnya musim timur, sedangkan bulan kering (musim panas)
dengan curah hujan dibawah 200 mm terjadi dari bulan oktober hingga April seiring
dengan berlangsungnya musim barat.
Sementara itu berdasarkan data Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2001 sampai
tahun 2005, maka rata-rata temperature di Kota Ambon adalah 26,60C dengan kisaran
suhu minimum adalah 23,80C dan suhu maksimum 30,40C, rata-rata kelembaban nisbi
sekitar 76,6 %, rata-rata lama penyinaran matahari adalah 53,6 % dan rata-rata tekanan
udara adalah 76,6 MB. Kecepatan angin rata-rata 3 knot dan terbanyak bertiup dari arah
barat laut dan tenggara, dengan ke