Kondisi dan Persepsi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Tentang Label Kemasan Pangan (Studi Kasus di Kota Bogor)

KONDISI DAN PERSEPSI INDUSTRI RUMAH TANGGA
PANGAN (IRTP) TENTANG LABEL KEMASAN PANGAN
(Studi Kasus di Kota Bogor)

JIAN SEPTIAN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul: Kondisi dan Persepsi
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Tentang Label Kemasan Pangan (Studi
Kasus di Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Jian Septian
NIM F24090046

ABSTRAK
JIAN SEPTIAN. Kondisi dan Persepsi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
Tentang Label Kemasan Pangan (Studi Kasus di Kota Bogor). Dibimbing oleh
WINIATI P RAHAYU
Label memiliki peran penting pada produk pangan kemasan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Industri Rumah
Tangga Pangan (IRTP) tentang label kemasan pangan. Penelitian menggunakan
jenis explanatory research dengan metode survei. Penelitian dilakukan terhadap
88 IRTP di Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan responden berada pada kategori kurang. Sementara itu, persepsi
terhadap label kemasan pangan tergolong masih rendah. Sebanyak >55% label
IRTP sudah sesuai dengan peraturan pelabelan, namun hanya 16% IRTP yang
benar-benar paham tentang peraturan label kemasan pangan. Sumber informasi
yang paling diandalkan tentang peraturan pelabelan berasal dari Dinas Kesehatan

(50%). Analisis korelasi spearman, menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan (p>0.05) antara karakteristik IRTP (usia, pendidikan, jabatan dan status
sosial ekonomi) dengan persepsinya tentang label kemasan pangan.
Kata kunci: Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), Label Kemasan Pangan,
Pengetahuan, Persepsi

ABSTRACT
JIAN SEPTIAN. The Condition and Small of Scale Food Industries Perceptions
on Food Labels (in Bogor). Supervised by WINIATI P RAHAYU
Label is one of important part of food packaging. The objective of this
research is determining the level of Small-Scale Food Industries' (IRTP)
knowledge about food labeling. The research was done by survey method to 88
respondents in Bogor. The result shows that the knowlegde level of respondents
was low. More than 55 % IRTP’ labels accordanced to the regulation but only
16 % of IRTP understood about food labeling. About 50 % of the most reliable
source of information about food labeling regulation was derived from Indonesian
Health District Offices. The results of spearman correlation test showed that the
correlation between IRTP characteristics (age, education, occupation and socioeconomic status) were not significant (p>0.05) with their perception about food
labeling.
Keywords: Food Labeling, Knowledge, Perception, Small-Scale Food Industries


KONDISI DAN PERSEPSI INDUSTRI RUMAH TANGGA
PANGAN (IRTP) TENTANG LABEL KEMASAN PANGAN
(Studi Kasus di Kota Bogor)

JIAN SEPTIAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Kondisi dan Persepsi Industri Rumah Tangga Pangan (lRTP)

Nama
NIM

Tentang Label Kemasan Pangan (Studi Kasus di Kota Bogor)
: Jian Septian
: F24090046

Prof. Dr. W· iati P Rahayu

NIP. 195608131982012001

arMSc
031004

Tanggal Lulus:

1J 5 SEP

2013 ·


Judul Skripsi : Kondisi dan Persepsi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
Tentang Label Kemasan Pangan (Studi Kasus di Kota Bogor)
Nama
: Jian Septian
NIM
: F24090046

Disetujui oleh

Prof. Dr. Winiati P Rahayu
NIP. 195608131982012001

Diketahui oleh

Dr. Ir. Feri Kusnandar MSc
NIP. 196805261993031004

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Winiati P Rahayu selaku dosen pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS dan Prof. Dr. Slamet Budijanto, MAgr selaku
dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Kepala
Pelayanan Kesehatan Kota Bogor, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) yang
ada di Kota Bogor serta Teman-teman ITP angkatan 46 yang telah membantu
selama proses penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, serta kepada
Beasiswa Astaga Peduli Pendidikan (BAPP) yang telah memberikan dukungan
pendanaan bagi penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Jian Septian

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODOLOGI

2

Kerangka Pemikiran

2

Metode Penelitian


2

Tahapan Penelitian

3

Penentuan Sampel, Teknik dan Cara Pengambilan Sampel

3

Pembuatan Kuisioner

4

Uji Coba Kuisioner

4

Pengumpulan Data, Tabulasi dan Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Pengujian Kuisioner

6

Keadaan Umum Responden

7

Kesesuaian Label Kemasan Pangan dengan Peraturan Label Kemasan

9

Pengetahuan dan Persepsi Responden Terhadap Peraturan Label Kemasan
Pangan


10

Hubungan Karakteristik IRTP dengan Persepsi

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

18

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Nilai angka kritik *r
Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner
Pengelompokkan status sosial ekonomi
Persentase gap tingkat kesesuaian label dengan peraturan
Persentase gap responden dengan jawaban yang diharapkan
Nilai hubungan karakteristik IRTP dengan persepsi

5
6
8
10
11
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tahapan penelitian
Usia responden dan tingkat pendidikan
Jenis usaha dan tempat produksi
Kesesuaian label kemasan pangan dengan peraturan
Pengetahuan responden tentang peraturan label
Persepsi responden tentang definisi label
Persepsi responden tentang fungsi label kemasan
Persepsi responden tentang jumlah keterangan minimum
Persepsi responden tentang sumber informasi yang diandalkan

3
7
8
9
11
12
13
13
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil survei secara umum
2 Peraturan mengenai pelabelan
3 Hasil korelasi spearman antara karakteristik IRTP dengan persepsinya
tentang definisi label kemasan pangan
4 Hasil korelasi spearman antara karakteristik IRTP dengan persepsinya
tentang fungsi label kemasan pangan
5 Hasil korelasi spearman antara karakteristik IRTP dengan persepsinya
tentang jumlah keterangan minimum yang harus ada pada label
kemasan pangan

18
20
21
22

23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peran label pada produk pangan sangat penting. Label yang baik dan benar
akan memudahkan konsumen dalam pemilihan produk yang diperlukannya.
Pelabelan produk pangan dapat dijadikan sumber informasi utama mengenai
pangan kemasan. Menurut UU No. 18 tahun 2012 Tentang Pangan, pada pasal 96
ayat (1), label berfungsi untuk memberikan informasi yang benar dan jelas kepada
masyarakat tentang setiap produk pangan yang dikemas sebelum membeli
dan/atau mengonsumsi pangan. Sehingga aspek pelabelan diharapkan dapat
menjadi perangkat efektif pengendali mutu dan keamanan pangan.
Mutu pangan sangat berkaitan erat dengan masalah keamanan pangan. Saat
ini banyak beredar produk pangan dalam kemasan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pada pasal 3
ayat 2 dijelaskan bahwa label tersebut sekurang-kurangnya memuat mengenai 1)
nama produk; 2) daftar bahan yang digunakan; 3) berat bersih; 4) nama dan
alamat pihak yang memproduksi; 5) tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa.
Sedangkan Menurut UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan juga mengharuskan
pencantuman nomor izin edar bagi Pangan Olahan.
Dalam Laporan tahunan Badan POM RI tahun 2011 dinyatakan bahwa dari
6.604 label produk pangan yang dipantau ditemukan sejumlah 2.346 (35.52%)
tidak memenuhi ketentuan, antara lain karena tidak mencantumkan 1) nomor
pendaftaran; 2) tanggal kedaluwarsa; 3) netto (berat bersih); 4) komposisi; 5) serta
nama dan alamat produsen.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah perusahaan
yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan
pangan manual hingga semi otomatis. Mengingat IRTP merupakan salah satu
penggerak ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,
sedangkan disisi lain produk pangan IRTP dapat menjadi penyebab masalah
keamanan pangan, maka perlu dikaji permasalahan yang dihadapi oleh IRTP
terutama terkait dengan aspek pelabelan kemasan pangan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang sering dihadapi IRTP terkait dengan pelabelan dalam
kemasan masih ditemukan beberapa pelanggaran. Diantara pelanggaran tersebut
yakni (a) ketentuan data label tidak terpenuhi, (b) tanggal kedaluwarsa yang
ditulis tangan, (c) pencantuman halal tidak sesuai ketentuan, (d) penggunaan BTP
tidak dicantumkan pada label/BTP di luar peraturan, (e) menggunakan nomor
IRTP untuk lebih dari satu produk, (f) menggunakan kode MD untuk IRTP, dan
(g) klaim fungsi obat (Rahayu WP 2011).
Kemungkinan penyebab utama terjadinya pelanggaran pelabelan pangan
IRTP adalah kurangnya pengetahuan, kurangnya kesadaran, kurangnya motivasi,
kurangnya kemampuan secara finansial, dan sebagian besar belum menerapkan

2
sistem manajemen formal. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui persepsi
IRTP tentang label kemasan produk pangan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan IRTP tentang label kemasan pangan
2. Mengetahui hubungan antara karakteristik IRTP dengan persepsinya tentang
label kemasan pangan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai masukan
kepada pemerintah (Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)) dan
khususnya Dinas Kesehatan Kota Bogor) untuk mengembangkan program edukasi
IRTP yang terkait dengan aspek pelabelan kemasan pangan.

METODOLOGI
Kerangka Pemikiran
Persepsi dapat diartikan sebagai proses yang timbul akibat adanya sensasi,
yaitu aktivitas merasakan atau penyebab dari keadaan emosi yang
menggembirakan (Suharini 2008). Timbulnya persepsi dimulai dari pemaparan
stimulus yang kemudian diterima oleh konsumen (Ardiansyah 2012)
Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal (Kotler 2001). Faktor internal berkaitan dengan karakteristik responden
seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan dan status sosial ekonomi.
Sedangkan Faktor eksternal responden berasal dari lingkungan sekitar responden
yang dapat mempengaruhi persepsinya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan hubungan antara karakteristik internal IRTP dengan persepsi IRTP
tentang label kemasan produk pangan. Karakteristik responden (faktor internal)
yang diteliti adalah tingkat usia, jabatan, tingkat pendidikan dan status sosial
ekonomi. Unit analisis yang digunakan adalah IRTP yang sudah mempunyai
nomor pendaftaran P-IRT. Persepsi produsen yang diteliti adalah persepsi IRTP
tentang hal yang berkaitan dengan label pangan. Melalui survei persepsi IRTP
tentang label kemasan pangan dapat diketahui faktor-faktor internal dan eksternal
yang berhubungan dalam membentuk persepsi IRTP tentang label kemasan
pangan.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data dengan cara wawancara.
Tipe penelitian ini tergolong ke dalam penelitian penjelasan (explanatory
research) karena peneliti menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis (Apriani 2009).

3
Tahapan Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada tahapan penelitian yang sesuai dengan itas
metodologi penelitian survei (Singarimbun dan Effendi 2006). Tahapan tersebut
dijelaskan pada Gambar 1.
Mulai

Penentuan sampel, teknik dan cara
pengambilan sampel

Pembuatan kuisioner

Perbaikan
kuisioner

tidak

Uji coba
kuisioner
ya
Pengumpulan data

Tabulasi data
Data sekunder
Analisis data

Pembuatan laporan

Selesai

Gambar 1. Diagram tahapan penelitian
Penentuan Sampel, Teknik dan Cara pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive karena memiliki alamat
lengkap, nomor telepon dan mudah untuk diakses (Hidayat et al. 2009). Sampel
yaitu responden yang memproduksi pangan dalam kemasan di wilayah kota Bogor
yang bernomor P-IRT. Pengelompokkan sampel didasarkan atas IRTP yang
memproduksi pangan olahan berdasarkan enam belas kategori pangan (CODEX
2013). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dihitung dengan

4
menggunakan rumus slovin (Simamora et al. 2013). Adapun rumus slovin adalah
sebagai berikut:

Keterangan :
n
N
E

= ukuran sampel
= ukuran populasi
= tingkat kelonggaran 10%

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang
dikumpulkan merupakan wawancara responden dengan menggunakan kuisioner
(Waysima et al. 2010). Data primer meliputi kondisi label di IRTP dan persepsi
responden terhadap label kemasan pangan secara langsung. Sedangkan data
sekunder didapat dari dari situs internet berupa Undang-Undang Tentang Pangan,
Undang-Undang Tentang Label dan Iklan Pangan dan laporan beberapa instansi
seperti Laporan Tahunan Badan POM terkait pelabelan dalam kemasan.
Pembuatan Kuisioner
Kuisioner disusun untuk memperoleh informasi dari responden (Badrie et al.
2006). Kuisioner terdiri dari empat blok. Blok I berisi pertanyaan yang bertujuan
untuk mengetahui karakteristik responden. Blok II berisi pertanyaan mengenai
kondisi pelabelan. Selanjutnya, Blok III berisi pertanyaan mengenai pengetahuan
responden tentang label kemasan pangan. Sedangkan Blok IV berisi pertanyaan
mengenai persepsi responden tentang label kemasan pangan.
Uji coba Kuisioner
Kuisioner yang telah disusun dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum
diajukan kepada responden yang sebenarnya. Uji coba pada penelitian ini
dilakukan terhadap 30 IRTP di wilayah kota Bogor dan dilakukan dalam 2 tahap.
Setelah dilakukan perbaikan kuisioner tahap 1 maka dilakukan pengujian
kuisioner tahap 2.
a.

Uji Validitas
Pengujian validitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan rumus product
moment pada selang 5% sehingga kemungkinan terjadi kesalahan akan kecil
sekali. Rumus product moment yang digunakan adalah sebagai berikut :

5
Keterangan :
X
Y
N
R

= skor pertanyaan
= skor total pertanyaan
= banyaknya responden
= indeks validitas

Secara statistik angka korelasi yang dihasilkan untuk tiap-tiap pertanyaan
harus dibandingkan dengan angka kritik tabel nilai korelasi r (N-2) (Tabel 1).
Apabila r hitung lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid.
(Singarimbun dan Effendi 2006).
Tabel 1. Nilai angka kritik r*
Taraf Kepercayaan
Derajat Bebas
5%
1%
1
0.997
1.000
2
0.950
0.990
3
0.878
0.959
4
0.811
0.917
5
0.754
0.874
6
0.707
0.834
7
0.666
0.798
8
0.632
0.765
9
0.602
0.735
10
0.576
0.708
11
0.553
0.684
12
0.532
0.661
13
0.497
0.623
14
0.497
0.606
15
0.482
0.590
*Singarimbun dan Effendi, 2006

Derajat Bebas
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Taraf Kepercayaan
5%
1%
0.468
0.575
0.456
0.561
0.444
0.549
0.433
0.537
0.432
0.526
0.413
0.526
0.404
0.515
0.396
0.505
0.338
0.495
0.381
0.485
0.374
0.478
0.367
0.463
0.361
0.463
0.355
0.456
0.349
0.449

b. Uji Reliabilitas
Teknik pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik
pengukuran ulang (test-retest). Salah satu alat untuk mengukur keandalan
kuisioner dengan Alpha Cronbach (Kikulwe et al. 2011). Dalam teknik ini,
responden yang sama menjawab pertanyaan yang sama. Jarak waktu antara
pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah selama 1 minggu. Hasil
pengukuran dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Pengumpulan Data, Tabulasi dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak
komputer Statistik IBM SPSS Statistics 20 for windows. Untuk memperoleh
hubungan karakteristik responden terhadap persepsinya mengenai label kemasan
pangan, digunakan uji korelasi spearman (Djamaludin et al. 2012).

6
Korelasi dapat menghasilkan angka positif atau negatif. Apabila korelasi
menghasilkan angka positif maka hubungan kedua variabel bersifat searah.
Apabila korelasi menghasilkan angka negatif maka hubungan kedua variabel
bersifat tidak searah. Sarwono (2006) menyebutkan bahwa angka korelasi berkisar
antara 0 hingga 1, yaitu sebagai berikut :
a. 0-0.25
: Korelasi lemah c. > 0.5-0.75 : Korelasi kuat
b. > 0.25-0.5 : korelasi cukup d. > 0.75-1 : Korelasi sangat kuat
Signifikansi hubungan antara dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Apabila probabilitas < 0.05 maka hubungan kedua variabel signifikan
b. Apabila probabilitas > 0.05 maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Kuisioner
Pengujian Kuisioner dilakukan terhadap 30 IRTP di Kota Bogor. Hasil Uji
validitas dan Reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner
Validitas
Blok Kelompok Parameter
(p0.3610)*
Tahap Tahap
1 2 1 2
1
2
0.917 0.917 √ √ √ √
0.657
0.868
0.864

0.657
0.868
0.864

√ √ √ √
√ √ √ √
χ √ √ √

0.889

0.889

√ √ √ √

Pengujian hipotesis penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya apabila
data yang digunakan tidak valid dan reliabel (Singarimbun dan Effendi 2006).
Pengujian kuisioner pada penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Hasil pengujian
nilai probabilitas pada tahap 1 (Tabel 2) ditemukan ada satu pertanyaan yang tidak
valid (p>0.05). Pertanyaan tersebut yakni pertanyaan pada blok IV.3 mengenai
jumlah keterangan minimum pada label kemasan. Hal ini disebabkan oleh
responden yang tidak mengerti pertanyaan pada kuisioner. Untuk mengatasi hal
tersebut maka pertanyaan diubah sedemikian rupa sehingga responden menjadi
mengerti dan paham maksud dari pertanyaan.

7
Selanjutnya, setelah dilakukan perbaikan pada tahap 1, nilai probabilitas
dari masing-masing pertanyaan pada tahap 2 adalah bernilai 0.3610 (Tabel 2) yang menandakan kuisioner juga bersifat reliabel dan dapat
dipercaya.
Keadaan Umum Responden
Hasil survei secara umum dapat dilihat pada Lampiran 1.
Profil Responden
Responden pada penelitian ini berjumlah 88 dan dikelompokkan
berdasarkan jabatan, usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi. Sebagian
besar responden (51%) yang diwawancara adalah pemilik IRTP. Berdasarkan
tingkat usia, responden pada penelitian ini berada pada rentang usia 36-45 tahun
yaitu sebanyak 35% (Gambar 2.a). Menurut Depkes RI Tahun 2009 yang
termasuk dalam kisaran usia produktif adalah usia 15 hingga 64 tahun. Sedangkan
berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden memiliki pendidikan
SMA/Sederajat yaitu sebanyak 48% (Gambar 2.b). Berdasarkan hasil ini diperoleh
bahwa secara umum responden memiliki pendidikan yang memadai untuk dapat
mengelola IRTP dengan baik.

a. Usia

b. Tingkat pendidikan
Gambar 2. Profil responden
Profil Usaha

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 30% (Gambar 3.a) mayoritas
olahan pangan industri rumah tangga pangan (IRTP) yang ada di Kota Bogor
adalah olahan pangan yang termasuk ke dalam golongan bakeri (kategori pangan
07.0). Hal ini didasarkan pada enam belas kategori pangan (CODEX 2013).
Berdasarkan tempat produksi yang ditempati responden untuk produksi, hanya
40% yang menempati rumah sebagai tempat produksi dan 37% menempati
rumah-toko (ruko) (Gambar 3.b). Hal ini menunjukkan bahwa yang sesuai dengan

8
definisi IRTP hanya 77% sedangkan yang 23% seharusnya sudah mendapatkan
izin MD.

a. Jenis usaha

b. Tempat produksi

Gambar 3. Profil usaha
Sebagian besar (77%) responden menempati rumah dan ruko sebagai
tempat produksinya. Sehingga dapat diperkirakan bahwa status sosial ekonomi
responden tergolong menengah tinggi bila hanya berdasarkan status kepemilikan
rumah. Namun untuk menentukan status sosial ekonomi diperlukan lebih dari satu
kriteria. Menurut Sumarwan (2003), kelas sosial tidak hanya dicerminkan dari
penghasilan tetapi juga indikator pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wachidah (2007), status sosial
ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu rendah, menengah dan tinggi.
Pengelompokkan ini dilakukan berdasarkan tiga kriteria yaitu status kepemilikan
rumah (tempat produksi) yang ditempati responden, daya listrik yang digunakan
oleh responden serta besarnya biaya telepon selama tiga bulan terakhir (Tabel 3).
Tabel 3. Pengelompokkan status sosial ekonomi
Daya listrik
Biaya telepon 3 bulan
Status rumah
(watt)
terakhir
Menumpang atau
450
≤ Rp 300.000
Rumah Saudara
Ruko
900
Rp 300.001 – Rp 600.000
Pribadi
>1300
≥ Rp 600.000

Status Sosial
Ekonomi
rendah
menengah
tinggi

Kesesuaian Label Kemasan Pangan dengan Peraturan Label Kemasan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 69 Tahun 1999 Tentang Label
dan Iklan Pangan (Lampiran 2), pada pasal 3 ayat 2 dijelaskan bahwa ada 5
keterangan minimum yang harus ada pada label (Gambar 4). Sedangkan menurut
Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 Tentang
Pendaftaran Pangan Olahan, pada pasal 1 ayat (18) dinyatakan bahwa Nomor

9
Pendaftaran Pangan (Gambar 4) adalah nomor yang diberikan bagi Pangan
Olahan dalam rangka peredaran Pangan. Maka dari itu, nomor pendaftaran juga
menjadi wajib untuk produsen pangan (IRTP) dalam menjual produk pangannya.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, pada
pasal 97 ayat (3) dijelaskan bahwa ada 9 keterangan minimum pada label tidak
termasuk informasi gizi melainkan kriteria mengenai asal usul bahan pangan
(Gambar 4). Namun, kriteria asal-usul bahan pangan tersebut tidak dianalisis
dalam penelitian ini.
UU No. 18 Tahun 2012
PerKa BPOM Tahun 2011
PP No. 69 Tahun 1999

Gambar 4. Kesesuaian label kemasan pangan dengan peraturan
Hasil penelitian tentang kesesuaian label kemasan pangan dengan peraturan
menimbulkan adanya gap dari hasil persentase jawaban yang diharapkan (Tabel 4).
Adanya gap tersebut menunjukkan bahwa responden memilki persepsi yang
berbeda meskipun objek yang digunakan sama. Perbedaan dari adanya gap
tersebut disebabkan oleh beberapa masalah yakni kurangnya pengetahuan
responden tentang peraturan label, kurangnya motivasi responden dalam
menerapkan peraturan label dan kurangnya kesadaran responden terhadap
peraturan label.
Pada umumnya >55% (Gambar 4) IRTP telah menerapkan peraturan
pelabelan kemasan pangan menurut PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan
Iklan Pangan. Namun, tingkat pengetahuan responden hanya 16% IRTP (Gambar
5) yang paham betul terhadap peraturan pelabelan. Selain itu baru terdapat 27.3%
dan 12.5% IRTP yang sudah mencantumkan keterangan halal dan informasi gizi
pada label. Hal ini sejalan dengan penelitian Krukowski et al. (2006) yang
menyatakan bahwa sekitar 44-57% konsumen tidak mengerti informasi gizi. Hal

10
ini masih menandakan bahwa pencantuman informasi gizi yang minim pada label
menyebabkan kebutuhan konsumen akan informasi gizi belum terpenuhi.
Tabel 4. Persentase gap tingkat kesesuaian label dengan peraturan
Hasil survei
Kriteria
Harapan (%)
(%)
Nama produk
100
100
Nama dan alamat produsen
100
92.1
Komposisi
100
75.0
Berat bersih
100
64.8
Tanggal kedaluwarsa
100
55.0
Nomor pendaftaran
100
68.2
Tanggal kode produksi
100
58.0
Keterangan halal
100
27.3
Informasi gizi
100
12.5

Gap (%)
7.9
25.0
35.2
45.0
31.8
42.0
72.7
77.5

Pengetahuan dan Persepsi Responden Terhadap Peraturan Label Kemasan
Pangan
Pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural (Worsley 2002). Dalam penelitian ini akan
digali pengetahuan prosedural karena responden diharapkan dapat mempraktekan
pengetahuannya tentang peraturan pelabelan kemasan pangan pada produk
usahanya. Responden diharapkan menjawab dengan benar setiap pertanyaan
sesuai kenyataan di lapangan. Namun, penelitian ini tidak menjamin bahwa
kuisioner selalu dijawab sesuai pengetahuan maupun pengalaman dari responden
sendiri. Responden mungkin saja terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya atau
kondisi ideal yang diharapkan.
Hasil penelitian (Tabel 5) menunjukkan bahwa adanya gap atau perbedaan
jawaban yang diharapkan dengan kenyataan. Hal ini menunjukkan bahwa
responden memiliki persepsi yang berbeda meskipun objek yang ditanyakan
serupa (peraturan label kemasan). Adanya gap tersebut dapat disebabkan oleh
adanya keraguan dari responden dalam memberikan pendapatnya. Keraguan yang
timbul dalam diri responden dapat terjadi karena responden memiliki tingkat
pengetahuan dan sumber informasi yang terbatas. Sehingga membingungkan
responden dalam memberikan kepastian jawaban yang benar. Hal ini dapat dilihat
dari empat parameter yang belum dapat dijawab dengan benar oleh responden
(Tabel 5). Maka dari itu, responden dapat dikatakan memiliki pengetahuan yang
kurang. Khomsan et al. (2009) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dikatakan
kurang apabila responden menjawab kuisioner dengan skor jawaban benar