Hama dan penyakit tanaman buah naga (Hylocereus sp.) serta budidayanya di Yogyakarta

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus sp.) SERTA BUDIDAYANYA DI YOGYAKARTA

RISKA DWI OCTAVIANI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

i

ABSTRACT
RISKA DWI OCTAVIANI. Pests and Diseases of Dragon Fruit (Hylocereus sp.)
and Its Cultivation in Yogyakarta. Supervised by HERMANU TRIWIDODO and
KIKIN HAMZAH MUTAQIN.
Dragon fruit (Hylocereus sp.) has been introduced to Indonesia recently
and became a commercial crop cultivated in this country. The plant, which
belongs to family of Cactaceae (cactus), is native to Mexico, Central, and South
America. There are no many reports about significant losses due to pests and

diseases of the plant in Indonesia, or even in other countries. However, it is
potential that pests and diseases can become problem in the future as the plant
become widely grown in Indonesia. The objective of this research is to gather
information about pest and disease occurrences found in dragon fruit and its
cultivation in Yogyakarta. The research methods including interview with
farmers, observation, and sampling of the pests and diseases at six dragon fruit
orchards, field, and laboratory identification of the causal agents, and data
processing. The pests found in dragon fruit were mealy bugs
(Hemiptera:Pseudococcidae) species Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia
virgata, and Planococcus sp.; aphids (Hemiptera:Aphididae) species Aphis
gossypii., Branchycaudus helichrysi, and Toxoptera odinae; ants
(Hymenoptera:Formicidae) species Oecophylla sp., Camponotus sp.,
Euprenolepis sp., and Polycharis sp.; grasshoppers (Orthoptera:Acrididae) species
Valanga sp., Oxya sp., and Atractomorpha sp.; mite (Acarina:Tetranycidae); snail
(Acathina fulica); and birds. Chickens are not considered as a pest, however, they
can cause severe damage on fruit if they are allowed to present in the orchard.
Diseases found in dragon fruit were algae red rust (Cephaleuros sp.), vine orange
spot (Fusarium sp.), white vine (Botryosphaeria sp. and Phomopsis sp.), stem
blight (Helminthosporium sp.) and anthracnose (Colletotrichum sp.), Dothiorella
spot, brownish stem rot, stem yellowing, fruit rot (Colletotrichum sp. and

Helminthosporium sp.) fruit orange spot (Alternaria sp.). A black spot disease on
stem has not been identified yet. Pests and diseases have not been controlled in
particular system, probably because their occurrences have not resulted in a
significant loss.
Keywords: dragon fruit, cultivation, pest, disease

ABSTRAK
RISKA DWI OCTAVIANI. Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga
(Hylocereus sp.) serta Budidayanya di Yogyakarta. Dibimbing oleh HERMANU
TRIWIDODO dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN.
Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman yang relatif baru
diintroduksikan ke Indonesia dan telah dibudidayakan secara komersial. Tanaman
ini tergolong famili Cactaceae (kaktus-kaktusan) dan berasal dari Meksiko dan
Amerika Tengah. Kehilangan hasil yang berarti akibat hama dan penyakit belum
banyak dilaporkan di Indonesia atau bahkan di negara lain. Hama dan penyakit
dapat berpotensi menyebabkan masalah di masa yang akan datang, mengingat
tanaman ini semakin banyak dibudidayakan di Indonesia. Tujuan penelitian ini
adalah menginventarisasi hama dan penyakit serta mengetahui budidaya tanaman
buah naga di beberapa lokasi di Yogyakarta. Metode penelitian yang dilakukan
meliputi wawancara, pengamatan dan pengambilan contoh di enam perkebunan

buah naga, identifikasi agen penyebab di laboratorium, dan pengolahan data.
Hama yang ditemukan di pertanaman buah naga adalah kutu putih
(Hemiptera:Pseudococcidae) spesies Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia
virgata, dan Planococcus sp.; kutu daun (Hemiptera:Aphididae) spesies Aphis
gossypii., Branchycaudus helichrysi, dan Toxoptera odinae; semut
(Hymenoptera:Formicidae) spesies Oecophylla sp., Camponotus sp., Euprenolepis
sp., dan Polycharis sp.; belalang (Orthoptera:Acrididae) spesies Valanga sp.,
Oxya sp., dan Atractomorpha sp.; tungau (Acarina:Tetranycidae); bekicot
(Acathina fulica); dan burung. Ayam tidak dianggap sebagai hama meskipun
dapat menyebabkan kerusakan parah pada buah ketika mereka dibiarkan berada di
kebun buah naga. Penyakit yang ditemukan di pertanaman buah naga diantaranya
adalah karat merah alga (Cephaleuros sp.), bercak orange sulur (Fusarium sp.),
putih sulur (Botryosphaeria sp. dan Phomopsis sp.), hawar sulur
(Helminthoporium sp.), dan antraknosa (Colletotrichum sp.), kusam putih sulur
(Dothiorella sp.), busuk lunak batang, kuning sulur, busuk buah (Colletotrichum
sp. dan Helminthosporium sp.) dan bercak orange buah (Altenaria sp.). Di
samping itu terdapat gejala bintik hitam pada sulur yang belum berhasil
diidentifikasi. Pengendalian hama dan penyakit buah naga belum dilakukan secara
khusus karena sejauh ini tidak menyebabkan kehilangan hasil yang berarti.
Kata kunci: buah naga, budidaya, hama, penyakit


ii

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus sp.) SERTA BUDIDAYANYA DI YOGYAKARTA

RISKA DWI OCTAVIANI
A34080040

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
iii


Judul Skripsi

: Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp.)
serta Budidayanya di Yogyakarta.

Nama Mahasiswa : Riska Dwi Octaviani
NIM

: A34080040

Disetujui,

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc.
NIP. 19570122 198103 1 002

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, MSi.

NIP. 19680602 199303 1 003

Diketahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi.
NIP. 19650621 198910 2 001

Tanggal lulus:

iv

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 1990. Penulis adalah anak
kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sutrisno and Ibu Surtini. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 01 Setu pada tahun 2002 dan pendidikan
di SLTP Negeri 259 Jakarta pada tahun 2005. Penulis menyelesaikan pendidikan
di SMA Negeri 48 Jakarta pada tahun 2008.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Proteksi

Tanaman, Fakultas Pertanian. Penulis mengambil minor Ekonomi Pertanian dari
Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB. Selama masa kuliah, penulis aktif bergabung dengan beberapa
organisasi seperti Unit Kegiatan Mahasiwa Center of Entrepreneurship
Development for Youth (CENTURY) IPB sebagai anggota Divisi Teknologi dan
Informasi periode 2009-2010, sebagai kepala Divisi Produksi periode 2010-2011,
dan sebagai Dewan Komisaris periode 2011-2012, Badan Eksekutif Mahasiwa
(BEM) Fakultas Pertanian IPB sebagai anggota Departemen Bisnis dan
Kepemimpinan periode 2009-2010, dan anggota Klub Saintis Muda tahun 2012.
Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan, seminar, dan pelatihan. Penulis
merupakan penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2009,
beasiswa PIJAR tahun 2009-2010, dan beasiswa Tanoto Foundation tahun 20102012. Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Hama dan Penyakit
Tanaman Setahun semester VII tahun ajaran 2011-2012.

v

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp.) serta Budidayanya di

Yogyakarta”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan rasa hormat kepada Dr. Ir.
Hermanu Triwidodo, MSc. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
banyak ilmu, pengetahuan, arahan, saran, dan motivasi; Dr. Ir. Kikin Hamzah
Mutaqin, MSi. selaku dosen pembimbing II sekaligus dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan dampingan, ilmu, pengetahuan, saran, motivasi,
dan bantuan selama penelitian; Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi. selaku dosen
penguji tamu yang telah memberikan saran dan motivasi; Dra. Dewi Satiami,
MSi. dan Bonjok Istiaji, SP. MSi. yang telah membantu selama proses
identifikasi; Bapak Gatut dan Ibu Aisyah sebagai laboran yang telah banyak
membantu selama penelitian di laboratorium.
Terima kasih kepada Bapak M. Gunung Soetopo dan Ibu Elly Mulyati
sebagai pemilik Sabila Farm yang telah memberikan ilmu pengetahuan seputar
buah naga, serta Pak Mul, Bu Mar dan para pegawai di Sabila Farm; Bapak
Kusbani, Bapak Suryo, Mas Supargiono, Mas Bangkit, Bapak Handoyo, dan Ibu
Ani yang telah membantu penelitian di Kulonprogo dan Bantul, baik perizinan
lahan, akomodasi, dan informasi; Adi Siswanto yang telah banyak membantu
selama penelitian di lapang dan selalu sabar serta memberikan motivasi serta

semangat hingga penyusunan skripsi; teman-teman PKL dari Universitas
Trunojoyo Madura (Helmi, Fariz, Ihyak, Totok, dan Gufron) yang menjadi
keluarga di Sabila Farm; Dwi Endah dan Fadly teman penelitian di Sabila Farm.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ka Sistania Amandari SP.,
Ushwanuuri RL, Fitri FW, Minkhaya SP, Mbak Dama SP, dan Gusti yang telah
banyak membantu dan memberikan semangat, bantuan serta saran selama
penelitian; Aldila R, Rita Y, dan ka Amanda Mawan SP. sebagai sahabat dan
teman seperjuangan penelitian di Klaten; sahabat-sahabat tersayang Wisma
Pondok Indah (Dian A, Ide RP, Ponam L, Enda U) yang telah menjadi tempat
berbagi suka dan duka; teman-teman di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan
di Laboratorium Biosistematika dan Taksonomi Serangga; teman-teman dan
senior di Laboratorium Entomologi LIPI (Rado PS, Rita, Wahyu, Ana, Bapak
Harry, Ibu Wara, Mas Anto, Bapak Uyung); dan rasa terima kasih penulis
sampaikan kepada seluruh mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, khususnya
angkatan 45 atas kebersamaan yang hangat dan semangat yang selalu berkobar.
Penulis menyampaikan terima kasih tiada hingga kepada kedua orang tua
Bapak Sutrisno dan Ibu Surtini, Marseli Chris P (kakak), dan Saskia Tria V (adik)
yang selalu memberikan doa, cinta kasih, motivasi, dan inspirasi yang luar biasa.
Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu perlindungan tanaman.

Bogor, Juli 2012
Riska Dwi Octaviani

vi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................
Manfaat .................................................................................................

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Buah Naga ...........................................................................
Taksonomi dan Botani ..............................................................
Syarat Tumbuh dan Budidaya Buah Naga ................................
Kandungan Nutrisi, Manfaat, dan Kegunaan Buah Naga .........
Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga ...........................................
Hama .........................................................................................
Penyakit .....................................................................................
Organisme Berguna di Sekitar Pertanaman Buah Naga ......................

4
4
9
14
15
16
17
19

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................
Wawancara ...........................................................................................
Pengamatan dan Pengambilan Contoh .................................................
Identifikasi Hama ..................................................................................
Identifikasi Patogen Penyakit ................................................................
Pengolahan Data ...................................................................................

21
21
21
22
23
25

HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian ..................................................................................
Cara Budidaya .....................................................................................
Penyerbukan ........................................................................................
Hama ....................................................................................................
Kutu Putih ...................................................................................
Kutu Daun ...................................................................................
Semut ..........................................................................................
Belalang ......................................................................................
Tungau ........................................................................................
Bekicot ........................................................................................
Burung ........................................................................................
Ayam ..........................................................................................
Penyakit ...............................................................................................
Karat Merah Alga .......................................................................
Bercak Orange Sulur ...................................................................
Putih Sulur ..................................................................................
Hawar dan Antraknosa Sulur ......................................................

26
27
35
35
39
40
43
43
44
46
47
47
48
51
52
53
54

vii

Kusam Putih Sulur .......................................................................
Busuk Lunak Batang ..................................................................
Kuning Sulur ................................................................................
Antraknosa Buah ........................................................................
Bercak Orange buah ...................................................................
Bintik Hitam pada Sulur .............................................................
Organisme Lain Pertanaman Buah Naga ..............................................
Organisme Pengunjung Bunga ...................................................
Organisme Lain ..........................................................................
Pengendalian ........................................................................................

55
56
58
59
60
60
62
62
63
67

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

70

LAMPIRAN ..................................................................................................

73

viii

DAFTAR TABEL
No

Halaman

1. Karakter bunga buah naga di Bulthsinhala, Sri Lanka ………………..

8

2. Variasi karakteristik buah naga di Bulthsinhala, Srilanka ………….. ..

8

3. Rata-rata komposisi kadungan nutrisi yang terdapat pada daging buah
naga putih dan buah naga merah ………………………………………

15

4. Kondisi dan cara budidaya secara umum enam lahan pengamatan buah
naga ……………………………………………………………………

29

5. Aplikasi pemupukan pada lahan pengamatan buah naga berdasarkan
hasil wawancara pengelola kebun ……………………………………..

34

6. Kejadian hama pada sulur tanaman buah naga pada lahan buah naga
naga putih dan lahan buah naga merah ………………………………..

36

7. Kejadian hama pada buah dan bunga tanaman buah naga pada lahan
buah naga putih dan lahan buah naga merah …………………………..

37

8. Kejadian penyakit pada sulur dan buah pertanaman buah naga pada
lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah …………………....

50

9. Keberadaan organisme lain di sulur tanaman buah naga pada lahan
buah naga putih dan lahan buah naga merah …………………………..

64

10. Keberadaan organisme lain di bunga dan buah tanaman buah naga
pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah ……………...

65

ix

DAFTAR GAMBAR
No

Halaman

1. Morfologi tanaman buah naga …………………………………………

9

2. Sketsa pengamatan tanaman contoh …………………………………...

22

3. Peta wilayah pengamatan ……………………………………………...

26

4. Kondisi lahan pengamatan buah naga secara umum …………………..

28

5. Kondisi lahan pengamatan buah naga putih dan lahan pengamatan
buah naga merah ……………………………………………………….

30

6. Hama kutu putih ………………………………………….……….…...

41

7. Hama kutu daun …………………………..……………….……….…..

42

8. Gejala akibat semut yang menjadi hama dan beberapa jenis semut yang
ditemukan di pertanaman buah naga …………………...……………...

45

9. Hama belalang …………………………..……………….……….…....

45

10. Hama tungau ……………...……………….……….…...……………..

46

11. Hama bekicot, burung, dan ayam ………………………………..........

48

12. Penyakit karat merah alga pada sulur …………………………………

52

13. Penyakit bercak orange sulur …………………...……..........……........

52

14. Tiga bentuk gejala putih sulur …………………………..……............

54

15. Penyakit hawar dan antraknosa pada sulur ……………...…….............

57

16. Penyakit kusam putih ………………………………...……..........……

58

17. Penyakit busuk lunak batang …………………………..……................

59

18. Gejala sulur menguning …………………...……..........…….................

61

19. Penyakit antraknosa di buah …………………………..…….................

61

20. Penyakit bercak orange pada buah ……………...……..........……........

62

21. Bintik hitam pada sulur …………………………..……..........……......

62

22. Organisme lain di pertanaman buah naga ……………...……...............

66

x

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman

1. Komposisi media yang digunakan dalam penelitian ………………….

74

2. Hasil uji hipersensitivitas isolat bakteri dari gejala busuk lunak batang
pada daun tembakau ………………………………...…………………

74

3. Blanko wawancara petani tanaman buah naga ………………………..

75

4. Blanko pengamatan hama dan penyakit pada tanaman buah naga …….

78

xi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Buah naga (Hylocereus sp. (Haw.) Britton & Rose) merupakan salah satu
tanaman buah yang kini mulai banyak dibudidayakan di Indonesia setelah
diintroduksi pertama kali awal tahun 2000-an. Tanaman ini masuk ke Indonesia
pertama dalam bentuk stek batang yang berasal dari Thailand (Jaya 2010). Untuk
keperluan konsumsi, Indonesia masih mengimpor buah naga sekitar 200-400 ton
per tahun (Jaya 2010).
Nama umum buah ini adalah pitaya (Merten 2003), kemudian di Asia
disebut dragon fruit karena buah ini memiliki warna merah menyala serta kulit
dengan sisik hijau mirip sosok naga dalam imajinasi masyarakat Cina (Masyahit
et al. 2009). Khasiat buah naga antara lain untuk mengobati diabetes dan tekanan
darah tinggi, serta mengandung serat, antioksidan, vitamin C, dan mineral tinggi
(Bellec et al. 2006). Terdapat empat jenis buah naga yaitu buah naga putih (white
pitaya), buah naga merah (red pitaya), buah naga super merah (super red pitaya)
dan buah naga kuning (yellow pitaya) (Renasari 2010). Keempat jenis buah
tersebut mempunyai keunggulan masing-masing dan memiliki ciri yang berbeda.
Jenis buah naga yang sudah banyak dibudidayakan adalah buah naga merah dan
buah naga putih.
Buah naga tergolong tumbuhan kaktus merambat dan liar yang aslinya
berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah (Crane dan Balerdi 2005) dan juga dari
Amerika Selatan (Merten 2003). Dahulu, tanaman ini merupakan kaktus liar di
Meksiko. Setelah diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan, masyarakat sekitar
membudidayakan tanaman ini. Tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi yang
tinggi di lingkungan baru. Tanaman ini memiliki akar udara yang bersifat epifit.
Menurut Jaya (2010), penghasil buah naga terbesar di wilayah Asia yaitu Israel,
Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Selain itu, buah naga juga dikembangkan di
Australia (McMahon 2012) dan beberapa negara di Eropa seperti Spanyol dan
Perancis (Bellec et al. 2006).
Budidaya buah naga semakin berkembang seiring dengan permintaan
pasar yang terus meningkat. Masyarakat Indonesia kian menggemari buah naga

2
karena bentuk buah yang unik, warnanya yang atraktif, khasiat yang terkandung,
dan rasa yang menyegarkan. Upaya meningkatkan produksi melalui perluasan
budidaya tanaman buah naga dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar
domestik yang semakin tinggi. Menurut Prasetyo (2011), luas area pertanaman
buah naga di Indonesia sekitar 400 ha. Menurut Jaya (2010), pertanaman buah
naga terbesar terdapat di pulau Jawa. Selain itu, pertanaman buah naga juga
terdapat di Riau, Lampung (Direktorat Jendral Hortikultura 2011), dan Lombok
(Jaya 2010). Ektensifikasi tanaman buah naga juga dilakukan pemerintah seperti
telah disusun program pengembangan luas lahan budidaya buah naga di Provinsi
Yogyakarta (Direktorat Jendral Hortikultura 2011).
Selain upaya ekstensifikasi juga dilakukan upaya intensifikasi. Upaya
intensifikasi kadang terkendala oleh masalah dalam budidaya serta hama dan
penyakit. Organisme pengganggu tanaman (OPT) sering kali menjadi faktor
penghambat dalam budidaya tanaman. Secara umum, kerusakan oleh OPT
berpengaruh terhadap hasil panen (Palungkun dan Indrayani 1992). Penurunan
jumlah produksi dan penurunan mutu produksi mengakibatkan kerugian ekonomi.
Pengendalian OPT seringkali membutuhkan biaya yang cukup besar dan menjadi
pertimbangan secara ekonomi. Menurut Merten (2003), Pushpakumara et al.
(2005), Jaya (2010), dan FAO (2012), tanaman buah naga sejauh ini relatif tidak
memiliki kendala hama dan penyakit yang merugikan.
Semakin meluasnya budidaya buah naga dapat memicu bertambah dan
berkembangnya masalah hama dan penyakit. Selain itu, kondisi lingkungan yang
tidak menyediakan hara dalam jumlah cukup akan menyebabkan gangguan
fisiologis. Informasi mengenai hama dan penyakit lainnya pada buah naga masih
belum banyak diketahui. Informasi tersebut sangat penting untuk menentukan
langkah pengelolaan hama dan penyakit tanaman buah naga.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan menginventarisasi hama dan penyakit tanaman
buah naga serta mengetahui budidayanya di perkebunan buah naga di Yogyakarta.

3
Manfaat
Penelitian menyediakan informasi awal tentang hama dan patogen
penyebab penyakit yang terdapat pada tanaman buah naga yang dapat digunakan
sebagai dasar pengelolaan hama dan penyakit terpadu.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Buah Naga
Buah naga merupakan tanaman tahunan dan kaktus merambat yang
memiliki akar udara. Buah ini memiliki nama umum pitaya, dragon fruit,
strawberry pear, atau night blooming cereus. Nama lain di beberapa negara
seperti di Meksiko, Guatemala Amerika Tenggara dikenal sebagai pitaya,
pitahaya, pitajaya, pitaya roja, dan pitahaya de Cardón. Di Vietnam disebut
Thang Long, sedangkan di Asia secara umum disebut dragon fruit (Luders dan
McMahon 2006). Tanaman ini memiliki buah yang paling indah diantara famili
kaktus lainnya (Zee et al. 2004). Buah naga dapat bertahan pada kondisi kering
karena memiliki sistem fotosintesis Crassulacean Acid Metabolism (CAM) yang
efiesien dalam menyimpan air (Mizrahi dan Nerd 1999).
Buah naga merupakan kaktus liar yang berasal dari wilayah di Amerika
Tengah. Sebagian besar spesies Hylocereus berasal dari Amerika Latin (Meksiko
dan Kolombia). Saat ini, spesies ini telah menyebar ke seluruh dunia terutama
daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini bersifat epifit, yaitu tumbuh dan
bercabang pada kayu atau tanaman mati (Crane dan Balerdi 2005). Setelah
diketahui

memiliki

banyak

manfaat,

tanaman

ini

dibudidayakan

dan

dikembangkan. Sebagian H. undatus merupakan spesies kosmopolitan (Bellec et
al. 2006). Buah ini dikembangkan secara komersial di Amerika Tengah, tepatnya
di negara Meksiko dan Amerika Serikat (negara bagian Texas), kemudian
berkembang pesat di Peru dan Argentina. Sekitar 100 tahun lalu, buah ini
diintroduksikan ke Perancis kemudian menyebar ke Asia dan Australia. Kini
Israel dan Vietnam menjadi produsen buah naga komersial terbesar di Asia
(McMahon 2003).

Taksonomi dan Botani
Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau Famili
Cactaceae. Menurut Bellec et al. (2006) secara umum buah naga dikelompokkan
ke dalam genus utama yaitu Stenocereus (Britton & Rose), Cereus (Mill),
Selenicereus (A. Berger Riccob) and Hylocereus (Britton & Rose). Genus buah

5
naga yang banyak dibudidayakan adalah Hylocereus, sedangkan untuk tiga genus
lainnya dapat dikonsumsi namun belum banyak dikembangkan secara budiddaya.
Adapun klasifikasi buah naga secara lengkap menurut Britton dan Rose (1963);
ISB (2002); NPDC (2002) dalam Gunasena et al. (2007) adalah :
Kingdom

: Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta (tanaman vaskular)
Super divisi

: Spermathophyta (tumbuhan berbiji)

Divisi

: Magnoliophyta (tanaman berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (tanaman dikotil atau berkeping dua)

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Cactaceae (kaktus)

Subfamili

: Cactoideae

Suku (tribe)

: Hylocereae

Genus

: Hylocereus (Berger) Britt & Rose

Spesies

: - Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose
- Selenecereus sp.

Tanaman buah naga memiliki akar yang berbeda dengan tanaman pada
umumnya. Selain memiliki akar utama yang tertanam di dalam tanah, buah naga
memiliki akar udara yang tumbuh di sepanjang sulur. Akar tersebut bersifat epifit
yang dapat merambat dan menempel pada tiang atau tanaman lain. Sifat tersebut
menjadikan kaktus ini membutuhkan penyangga untuk memanjat sehingga disebut
tanaman memanjat (climbing plant) (McMahon 2003). Akar ini tahan terhadap
kekeringan, namun tidak tahan terhadap genangan air terlalu lama. Adanya akar
udara membuat tanaman ini efisien dalam penggunaan air. Walaupun akar dicabut
dari tanah, tanaman masih dapat hidup dengan menyerap nutrisi dan air
menggunakan akar udara (Andoko dan Nurrasyid 2012).
Sulur merupakan istilah untuk batang pada kaktus. Sulur pada buah naga
merupakan batang sukulen serta mengandung air yang menjadi cadangan pada
saat kondisi lingkungan ekstrim. Sulur berwarna hijau, dimana terjadi proses
fotosintesis tanaman. Sulur ini memiliki dari tiga sudut (triangular) yang

6
bergelombang. Daun termodifikasi menjadi duri yang berada di sepanjang tepi,
tepatnya di bagian lembah antar gelombang.
Sulur terus tumbuh akan menghasilkan cabang sulur dan jumlahnya akan
diatur agar buah naga dapat berproduksi secara optimum. Menurut Andoko dan
Nurrasyid (2012), pengaturan cabang yang baik menggunakan prinsip 1-3-3.
Artinya satu sulur utama, tiga sulur cabang pertama, tiga sulur cabang kedua, dan
apabila terbentuk tunas cabang lagi maka dilakukan pemangkasan. Tujuan
pengaturan cabang ini untuk menjaga tanaman tetap dalam kondisi ideal, tidak
tercipta kondisi lembab, dan pertanaman yang rapi.
Morfologi sulur antara buah naga putih dan buah naga merah memiliki
perbedaan. Sulur buah naga putih memiliki bentuk yang lebih bergelombang
sedangkan sulur buah naga merah memiki tekstur yang lebih rata. Selain itu
keberadaan duri pada sulur buah naga merah lebih rapat dan lebih tajam
dibandingkan dengan sulur buah naga putih. Warna sulur buah naga putih lebih
hijau cerah dibandingkan sulur buah naga merah yang cenderung berwarna lebih
hijau kusam. Perbedaan antara sulur buah naga putih dan sulur buah naga merah
dapat dilihat pada Gambar 1A dan 1B.
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang dan memiliki ukuran
sekitar 27-30 cm tergantung pada spesies masing-masing (Jaya 2010). Kelopak
bunga bagian luar berwarna hijau (Gambar 1C), kelopak bunga bagian dalam
berwarna kuning, dan mahkota bunga ketika mekar berwarna putih. Bunga buah
naga memiliki tipe biseksual, dimana putik dan benang sari terdapat pada satu
bunga. Benang sari berwarna kuning dengan jumlah banyak dan putik tunggal
berwarna kuning pucat (Gambar 1D). Bunga buah naga memiliki beberapa
karakteristik dalam penyerbukan. Perbedaan ketinggian antara benang sari dan
putik menjadi permasalahan dalam penyerbukan bunga. Bunga mekar pada malam
hari dan selesai mekar pada pagi dini hari, hanya memekar satu malam. Di
Australia, bunga buah naga terkenal dengan sebutan moonflower atau queen of the
night (McMahon 2003).
Buah naga berwarna merah mudah cerah, menarik, dan memiliki sisik
buah. Buah berukuran besar antara 150-600 g per buah. Daging buah berwarna
putih atau merah dengan biji berwarna hitam, kecil, dan jumlah banyak

7
(McMahon 2003). Kulit buah naga putih dan buah naga merah memiliki
perbedaan yaitu buah naga putih berwarna merah magenta dan mengkilat
sedangkan buah naga merah lebih berwarna merah mencolok dan agak kusam.
Bentuk buah naga putih sebagian besar lebih lonjong sedangkan buah naga merah
lebih bulat. Sisik buah naga putih terdapat semburat hijau sedangkan sisik buah
naga merah seluruhnya berwarna merah. Perbedaan buah naga putih dan buah
naga merah secara umum dapat dilihat pada Gambar 1E dan 1F. Pushpakumara et
al. (2005) melakukan penelitian terhadap 5-10 tanaman yang digunakan untuk
mengontrol bunga dan fenologi buah. Hasil pengamatan yang dilakukan di kebun
buah naga Bulathsinhala, Srilanka, dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tidak ada nama varietas yang digunakan secara umum untuk buah naga.
Tetapi, terdapat banyak klon yang dapat dibedakan menurut tipe sulur, warna,
bentuk buah, ketebalan kulit dan bentuk sisik buah (McMahon 2003). Menurut
Merten (2003), di California, Amerika Serikat, sudah diketahui lebih dari 60
varietas buah naga. Terdapat dua spesies buah naga secara umum, yaitu H.
undatus (Haw. Britton&Rose) yang memiliki daging buah berwarna putih dan H.
polyrhizus (Web. Britton&Rose) yang memiliki daging buah berwarna merah.
Terdapat dua spesies buah naga lain yang belum banyak diketahui yaitu H.
costaricencis (Web. Britton&Rose) yang memiliki kulit berwarna merah dengan
daging buah merah keunguan dan Selenicereus megalanthus (A. Berger Riccob)
yang memiliki kulit berwarna kuning dengan daging buah putih (Jaya 2010). Buah
naga kuning ini memiliki kelompok duri pada buah yang lepas saat buah matang.
Buah naga kuning memiliki ukuran buah lebih kecil dibandingkan jenis lainnya.
Biaya perawatannya tinggi sehingga belum menguntungkan secara ekonomi untuk
dibudidayakan.

8
Tabel 1 Karakter bunga buah naga di Bulthsinhala, Sri Lanka
Karakter
Panjang bunga dewasa (cm)
Lebar bunga dewasa (cm)
Diameter bunga mekar sempurna (cm)
Panjang benang sari (cm)
Jumlah benang sari
Jumlah putik lobe
Panjang putik (cm)
Panjang ovari (cm)
Ketersediaan nektar (ml)
Bau
Jumlah bunga per tanaman

Kisaran
20 - 36
12 - 23
10 - 30
18 - 30
1100 - 1195
12 - 18
2 - 3.5
4-8
4-9
Harum menyengat
1-7

Sumber: Pushpakumara et al. 2005

Tabel 2 Variasi karakteristik buah naga di Bulthsinhala, Srilanka
Karakteristik
Bentuk buah
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Ukuran keliling buah (cm)
Skala (cm)
Skala jumlah (cm)
Ketebalan kulit (mm)
Berat buah (g)
Warna daging buah
Tingkat keasaman
Tingkat kemanisan (briks)
Waktu buah naga penyerbukan (hari)
Sumber: Pushpakumara et al. (2005)

Kisaran
Bulat dan lonjong
10 - 20
7 - 12
10 - 18
10 - 32
2 - 7.5
2-4
220 - 480
Merah atau putih
4.6 - 5.5
12 - 18
40 - 50

9
A

B

C

D

E

F

Gambar 1 Morfologi tanaman buah naga: (A) Sulur buah naga putih, (B) Sulur
buah naga merah, (C) Bunga kuncup, (D) Bunga mekar, (E) Buah
naga putih, dan (F) Buah naga merah.
Syarat Tumbuh dan Budidaya Buah Naga
Famili Cactaceae memiliki daya adaptasi tinggi di lingkungan baru dan
dapat hidup di lingkungan yang ekstrim. Tanaman buah naga merupakan tanaman
tropis dan sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh dan perubahan
cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan (Renasari 2010). Tanaman ini
tidak tahan terhadap keadaan salin dan tidak tahan terhadap kondisi air tergenang
(Luders dan McMahon 2006).
Tanaman buah naga dapat tumbuh pada 0-1000 m dpl. Ketinggian tempat
untuk pembudidayaan buah naga merah dan putih yang baik yaitu dataran rendah

10
sampai medium yang berkisar 0-500 m dpl, sedangkan ketinggian ideal adalah
kurang dari 400 m dpl. Buah naga merah dan putih masih dapat tumbuh dengan
baik dan berbuah pada daerah ketinggian di atas 500 m dpl, tetapi buah tidak lebat
dan rasa buah kurang manis. Ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan
dan berproduksi buah naga kuning yaitu di atas 800 m dpl (Cahyono 2009).
Kaktus ini dapat ditanam pada jenis tanah apapun. Pertumbuhan tanaman
ini baik dengan sistem budidaya organik dan tanah yang terdiri dari pasir
(McMahon 2003). Struktur tanah yang gembur dapat meningkatkan drainase
tanah sehingga dapat mencegah genangan air. Jika drainase tanah baik, maka
seluruh kehidupan yang berada di dalam tanah berjalan dengan baik dan tanaman
dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi baik. Tanaman buah naga tidak tahan
terhadap air yang menggenang lama karena dapat menyebabkan perakaran dan
batang membusuk. Apabila tanaman sedang berbunga atau berbuah, maka
keadaaan air yang menggenang dan berlebihan dapat menyebabkan rontoknya
semua bunga dan buah (Cahyono 2009).
Buah naga tumbuh baik di iklim tropis. Menurut McMahon (2003),
tanaman ini tumbuh baik dengan suhu rata-rata 21-29 °C. Tanaman ini masih
dapat bertahan di suhu ekstrim tertinggi 40 °C dan suhu ektrim terendah 0 °C
untuk jangka waktu singkat. Intensitas sinar matahari yang disukai sekitar 70%80% (Kristanto 2009) dan kelembaban udara antara 70-90%. Buah naga lebih
menyukai kelembaban udara rendah, karena apabila kelembaban tinggi maka
pertumbuhan cabang akan kurang subur serta mudah patah.
Tanaman buah naga memerlukan jumlah penyinaran matahari yang tinggi.
Tanaman ini tidak disarankan tumbuh di bawah naungan. Pertumbuhan tanaman
akan terjadi etiolasi apabila berada di bawah naungan. Etiolasi merupakan
pertumbuhan memanjang, jumlah sulur banyak, dan warna menjadi lebih pucat.
Masalah utama apabila tanaman ternaungi terlalu banyak maka beberapa
pembungaan akan berkurang, kemudian berakibat pada penurunan produksi buah
secara drastis (Merten 2003).
Penanaman buah naga diutamakan pada lahan yang memiliki curah hujan
rendah. Curah hujan yang mendukung pertumbuhan tanaman buah naga yaitu
antara 600-1300 mm per tahun (Kristanto 2009), sedangkan menurut Renasari

11
(2010) curah hujan ideal adalah sekitar 60 mm per bulan atau 720 mm per tahun.
Lahan yang berada di daerah dengan curah hujan tinggi (>1300 mm) perlu
memiliki drainase yang baik. Apabila terjadi penggenangan air di lahan maka
akan mempercepat pembusukan akar dan akhirnya merambat sampai ke pangkal
batang (Renasari 2010), serta akan mengakibatkan bunga layu dan busuk buah.
Tanaman buah naga memiliki tipe fotosintesis Crassulacean Acid
Metabolism (CAM). Jumlah air yang dibutuhkan akan tergantung pada tipe tanah.
Tanaman ini berasal dari daerah yang memiliki daya presipitasi dan kelengasan
yang tinggi (Merten 2003). Rendahnya jumlah air harian akan lebih
menguntungkan dari pada jumlah air yang lebih intensif dan banyak. Meskipun
tergolong dalam golongan kaktus, tanaman buah naga memerlukan air lebih
banyak dibandingkan dengan tipe kaktus gurun lainnya. Tanaman ini tidak tahan
dengan genangan air, sehingga drainase tanah harus baik. Irigasi regular sangat
penting karena memungkinkan tanaman untuk memadai cadangan air, tidak hanya
untuk

perkembangan

bunga,

tetapi

juga

menjamin

untuk

kebutuhan

perkembangan buah (Bellec et al. 2006).
Tanaman buah naga tumbuh memanjat sehingga memerlukan penyangga
berupa tiang atau sejenisnya. Sulur memanjat membentuk lingkaran di sekitar
tiang penyangga. Beberapa jenis penyangga tersebut dapat menyokong berat dari
tanaman dan mudah dalam menjangkau bunga dan buah untuk dikerjakan pada
produksi komersial (Merten 2003). Terdapat berbagai jenis tiang penyangga yang
digunakan di pertanaman buah naga yaitu penyangga horizontal dan penyangga
vertikal. Pola penanaman buah naga secara horizontal yaitu kayu atau bambu
disusun kemudian cabang akan merambat secara horizontal. Pola ini banyak
ditemukan di Eropa. Pertanaman lain memanfaatkan penyangga struktural dengan
teralis horizontal (seperti di pertanaman anggur) dan teralis galvanis. Buah naga
juga dapat ditumbuhkan di tanah tanpa penyangga apapun (Zee et al. 2004).
Menurut Bellec et al. (2006), tinggi penyangga vertikal antara 1.4 m-1.6
m, sedangkan tinggi penyangga horizontal antara 1 m-1.2 m. Sebagian besar
pertanaman buah naga di Asia tumbuh pada penyangga vertikal dengan panjang
1.5 m sampai 2 m yang diletakkan di titik tumbuh cabang (Merten 2003).

12
Pertanaman buah naga komersial di Taiwan memanfaatkan kayu atau tiang semen
berukuran 15 cm x 15 cm x 200 cm dengan jarak tanam 2.7 m x 4.5 m.
Di Indonesia, tiang penyangga yang banyak ditemukan adalah tipe
penyangga vertikal. Penyangga tersebut biasa menggunakan beton atau
kayu/tanaman hidup. Tanaman yang digunakan untuk penyangga di kebun
pengamatan misalnya tanaman jaranan (Dolichandrone spathacea) atau tanaman
kleresede (Gliricidia sp.). Syarat pemilihan tanaman untuk penyangga yaitu
mampu menopang tanaman (diameter ideal >10 cm) dan tahan terhadap
pemangkasan berat. Penyangga dari tiang beton yang digunakan di Sabila Farm
Yogyakarta berdiameter 10 cm x 10 cm x 200 cm. Tiang beton tersebut ada
bagian yang ditanam di dalam lubang tanah sepanjang 50 cm. Tiang ini harus
terbuat dari bahan yang berkualitas agar tahan lama dan mampu menyangga beban
sulur

cabang.

Komposisi

untuk

membuat

tiang

beton

ini

yaitu

semen:koral/split:pasir dengan perbandingan 1:3:5 dan besi rangka berdiameter 8
mm (Soetopo 2010).
Persiapan lahan meliputi pembersihan gulma, pengaturan jarak tanam,
penanaman tiang penyangga, dan pemupukan. Lahan yang akan ditanam
sebaiknya dilakukan pembersihan dari gulma. Permukaan tanah lebih baik rata
(tidak berbukit-bukit). Pengaturan jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan
dan sistem pertanaman yang akan digunakan. Pengaturan jarak tanam dilakukan
untuk memaksimumkan produksi buah naga, karena pada prinsipnya hanya
cabang yang terkena paparan sinar matahari langsung yang akan menghasilkan
buah

(Soetopo

2010).

Pengaturan

jarak

tanam

juga

bertujuan

untuk

mengkondisikan pertanaman sehat dengan terjaganya kelembaban dan suhu mikro
dalam pertanaman. Pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi kejadian penyakit
suatu pertanaman. Jarak tanam yang digunakan dapat berukuran 2.5 m x 2.5 m,
2.0 m x 3.0 m, atau 3.0 m x 3.0 m.
Setelah penetapan jarak tanam, maka dilakukan penanaman tiang
penyangga. Sepanjang 50-60 cm tiang penyangga bagian bawah ditanam di dalam
tanah. Setelah tiang beton ditanam, tanah dikeruk 1 m3 dan media tanam
dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Media tanam terdiri dari 5-10 kg pupuk

13
kandang, 2 kg kapur dolomit, dan 1 kg sekam bakar. Semua media tanam diaduk
hingga merata dengan tanah.
Buah naga tumbuh terbaik dari stek batang yang sehat dan hijau. Bibit dari
stek batang akan membuat tanaman tumbuh dengan cepat dan seragam. Apabila
berasal dari biji, pertumbuhan buah naga sangat lambat yaitu memerlukan waktu
hingga berbuah selama 7 tahun (Crane dan Balerdi 2005). Stek batang berukuran
30-50 cm dijaga di tempat kering selama beberapa minggu kemudian di tanam
pada pot. Bibit yang dibutuhkan dalam satu hektar sekitar 6500 bibit (Bellec et al.
2006). Bibit tidak memerlukan naungan dan air hingga akar muncul. Setelah itu
dapat mengaplikasikan pupuk kocor pada bibit tersebut.
Sulur tumbuh hingga ujung penyangga maka akan menggantung dan
tumbuh ke bawah mengikuti arah gravitasi bumi. Sulur tersebut kemudian akan
berbunga 12-15 bulan setelah penanaman bibit (McMahon 2003). Pemupukan
yang baik yaitu menggunakan NPK seimbang setiap bulan. Aplikasi kapur
aplikasi material organik dilakukan setahun sekali setelah bibit ditanam.
Proses penyerbukan terjadi pada tumbuh-tumbuhan sebelum bunga
menjadi biji. Penyerbukan menjadi hal yang penting dalam proses pembentukan
buah. Struktur putik dan benang sari bunga tiap spesies yang membedakan sistem
penyerbukan. Sebagian besar tanaman buah naga memiliki sifat penyerbukan
tidak menyerbuki sendiri (self-incompatible), tergantung pada jenis varietas
tanamannya (Merten 2003). Sistem penyerbukan self-incompatible mengharuskan
tanaman melakukan penyerbukan silang karena letak putik berada lebih tinggi
diatas benang sari sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi penyerbukan
sendiri. Menurut Pushpakumara et al. (2005), penyerbukan manual dengan tangan
manusia dapat meningkatkan keberhasilan penyerbukan dan pembentukan buah
pada tanaman kaktus ini.
Buah naga berbunga secara musiman dengan siklus 4-7 kali per tahun
(Pushpakumara et al. 2005). Menurut Jaya (2010), musim berbuah buah naga di
Indonesia sekitar bulan November-April, sehingga dapat diperkirakan bahwa
periode berbunga tanaman ini pada kisaran bulan tersebut. Indonesia memiliki
potensi untuk tanaman buah naga dapat berbunga sepanjang tahun selama air,

14
nutrisi dan suhu yang optimum karena fotoperiodisitas matahari yang tersedia
sepanjang tahun.
Bunga buah naga memiliki sifat nokturnal, yaitu bunga mekar pada malam
hari. Bunga mekar sempurna

pukul 22:00-02:00 pada hari berikutnya (Jaya

2010). Bunga ini hanya mekar satu malam saja, hari berikutnya bunga akan layu.
Berdasarkan pengamatan di kebun contoh, penyerbukan hanya dilakukan pada
bunga buah naga merah. Bunga pada buah naga putih dapat membentuk buah
dengan baik tanpa bantuan penyerbukan oleh manusia. Penyerbukan bunga buah
naga merah bila tidak dibantu oleh manusia secara manual (buatan), maka buah
yang akan terbentuk kecil atau bahkan tidak terbentuk buah sama sekali.
Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada saat bunga mekar sempurna.
Pemanenan buah dilakukan saat 28-30 hari setelah pembungaan. Ciri buah
yang masak adalah seluruh kulit bewarna merah dan tangkai buah retak. Letak
buah pada sulur berbeda-beda, ada yang di tengah dan di ujung sulur. Letak buah
ini juga dapat menentukan cara pemanenan. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan gunting tanaman khusus yang kuat dan tajam. Penyimpanan buah
pascapanen yang terbaik menurut McMahon (2003) adalah suhu 7-10 °C dan
kelembaban 90-98%. Buah naga pada kondisi tersebut dapat bertahan selama 2-3
bulan. Secara umum, buah naga dikonsumsi buah segar. Seiring peningkatan
permintaan buah naga, telah banyak pengolahan buah naga lebih lanjut.

Kandungan Nutrisi, Manfaat, dan Kegunaan Buah Naga
Buah naga memiliki banyak kandungan gizi yang berkhasiat untuk
kesehatan manusia. Setiap jenis buah naga memiliki kandungan gizi yang
berbeda-beda. Komposisi kandungan nutrisi buah naga putih dan buah naga merah
dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut Gunasena et al. (2007), buah naga merah
mengandung antioksidan yang tinggi. Buah naga juga berkhasiat untuk mencegah
kanker dan diabetes, menetralisir racun, mengurangi kolesterol, dan menurunkan
tekanan darah tinggi. Kandungan vitamin C, fosfor, dan kalsium juga dapat
membantu penguatan tulang, gigi, dan baik untuk kesehatan kulit.
Sebagian besar buah naga dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Buah ini
juga dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk makanan, seperti es krim,

15
yogurt, jus, salad, es buah, dan lain-lain. Bunga kuncup buah naga juga dapat
dikonsumsi sebagai sayur dan bunga pasca mekar yang sudah layu dapat dijadikan
bahan dasar teh. Menurut Crane dan Balerdi (2005) buah naga juga digunakan di
industri makanan dan kosmetik sebagai pewarna alami yang berasal dari buah
naga merah.
Tabel 3 Rata-rata komposisi kadungan nutrisi yang terdapat pada daging buah
naga putih dan buah naga merah
dalam 100 g daging buah
Buah naga putih
Buah naga merah
Air (g)
89.4
82.5
Protein (g)
0.5
0.2
Lemak (g)
0.1
0.4
Serat (g)
0.3
0.8
Abu (g)
0.5
0.28
Kalsium (mg)
6
7.5
Fospor (mg)
19
33.2
Besi (mg)
0.4
0.6
Karoten (mg)
0.003
Tiamin (mg)
0.0035
Roboflavin (mg)
0.044
Niasin (mg)
0.2
1.3
Asam askorbat (mg)
25
8
Tingkat kemanisan (mg)
11-19
Tingkat keasaman (mg)
4.7-5.1
Sumber: Pushpakumara et al. (2005)
Komposisi

Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga
Setiap tanaman memiliki permasalahan terhadap hama dan penyakit.
Permasalahan hama dan penyakit hingga kini belum menjadi masalah utama
dalam budidaya buah naga. Menurut Merten (2003), hama dan penyakit pada
tanaman buah naga belum menyebabkan kerugian berupa kehilangan hasil yang
berarti. Selain itu menurut FAO (2012), tanaman buah naga belum banyak
diketahui memiliki hama dan penyakit penting yang dapat merusak, hanya hama
minor yang ditemukan.
Buah naga berasal dari daerah berpasir yang kering. Kondisi lingkungan
yang basah dan berair akan menyebabkan tanaman kaktus ini lebih mudah
terserang patogen. Penyebaran patogen juga lebih cepat dibandingkan penyebaran

16
hama, karena spora cendawan atau bakteri dapat terjadi dengan bantuan angin,
percikan air hujan, alat-alat pertanian, serangga, dan manusia yang kemudian akan
menyebabkan serangan patogen (Eng 2012).
Eng (2012) juga menyebutkan bahwa penelitian di Sarawak, Malaysia,
menunjukkan bahwa sulur muda lebih rentan terserang patogen dari golongan
cendawan atau bakteri. Patogen lebih besar menyerang di jaringan batang, sisik
buah, dan jaringan yang menunjukkan kerusakan fisik (Freitas et al.

2011).

Banyak masalah serangan cendawan yang ditemui pada buah di lapangan maupun
pascapanen.

Hama
Merten (2003) menyebutkan bahwa belum banyak hama yang menyerang
buah naga. Beberapa hama yang diketahui menyerang kaktus dan di sekitar
Darwin, Australia, diantaranya adalah semut, semut rangrang, ulat bulu, dan
tungau telah tercatat menyebabkan kerusakan (McMahon 2012). Menurut FAO
(2012), hama di pertanaman buah naga diantaranya adalah kutu daun, kutu putih
(Pseudococcus brevipes), dan semut. Kutu daun menyerang permukaan bunga
atau buah (Bellec et al. 2006). Hama ini mudah dikendalikan dan biasanya tidak
menjadi masalah serius (Merten 2003). Jenis kutu daun yang menyerang
pertanaman buah naga yaitu Pentalonia nigronervosa (FAO 2012) dan Aphis
gossypii (USDA 2006). Hama lain menurut Pushpakumara et al. (2005) adalah
kutu kebul, kumbang, keong, ulat penggerek, lalat buah, tikus dan burung.
Permasalahan hama yang menyerang pada pertanaman buah naga di Pulau
Lombok, Indonesia, menurut Jaya (2010) adalah kumbang (Protaetia impavida).
Menurut Bellec et al. (2006), Cotinus mutabilis menjadi hama yang dapat
melubangi batang dan Leptoglossus zonatus menghisap cairan meninggalkan
tanda noda dan beberapa perubahan bentuk.
Semut yang menjadi hama di pertanaman buah naga biasanya berasal dari
genus Atta dan Solenopsis. Semut tergolong hama pada tanaman buah naga karena
menyebabkan kerusakan pada masa pembungaan dan pembuahan (Bellec et al.
2006). Semut terkadang ditemukan pada buah, bunga yang masih kuncup, dan
sulur, tetapi tidak ada kerusakan parah yang ditemukan (Mizrahi dan Nerd 1999).

17
Menurut FAO (2012), jenis semut yang menyerang tanaman buah naga yaitu
Solenopsis geminata, Iriidomyrmex humilis, dan Pheidole megacephala. Menurut
Jaya (2010), hama semut tidak menyebabkan kerugian seperti yang disebabkan
oleh kumbang.
Keong dan siput merusak pertanaman baru. Hama ini biasa menyerang
sulur muda (Merten 2003). Bekicot (Acathina fulica) merupakan jenis keong
darat yang umum dikenal dengan daerah sebaran yang sangat luas, meliputi
sebagian besar wilayah tropis dan subtropis (Prihandini dan Alfiah 2006). Burung
dan tikus menjadi hama karena diketahui memakan buah matang (Bellec et al.
2006). Serangan burung dan tikus menyebabkan kerusakan parah pada tanaman
(McMahon 2003).

Penyakit
Menurut Jaya (2010), selama musim hujan penyakit lebih menjadi masalah
dibandingkan hama. Sebagian besar patogen yang menyerang buah naga berasal
dari golongan bakteri dan cendawan. Bakteri patogen yang menyerang sulur yaitu
Erwinia spp (Eng 2012) dan Xanthomonas campestris yang menyebabkan busuk
lunak batang (Freitas et al. 2011). Kedua bakteri ini merupakan penyakit utama
yang menyerang buah naga (Bellec et al. 2006).
Kejadian penyakit tanaman buah naga dengan berbagai jenis patogen
penyebab diketahui terjadi di beberapa negara. Menurut Jaya (2010), virus
menyerang tanaman buah naga dan menurut Bellec et al. (2006) disebabkan oleh
Cactus Virus X. Virus ini diketahui menyerang pertanaman buah naga di Taiwan
dan Jepang (Masyahit et al. 2009). Selain itu Pushpakumara et al. (2005)
menyebutkan bahwa nematoda juga menyerang pertanaman buah naga. Penyakit
yang ditemukan di Jepang dan USA yaitu bercak batang terjadi di Meksiko dan
antraknosa, sedangkan di Malaysia terjadi serangan patogen Fusarium sp. pada
buah naga merah spesies H. polyrhizus (Masyahit et al. 2009).
Seluruh bagian tanaman buah naga yaitu dapat terserang patogen, baik
akar, sulur maupun buah. Patogen yang menyerang akar yaitu Phytophthora sp.,
Fusarium sp., dan Alternaria sp. (FAO 2012). Terdapat banyak jenis patogen
yang menyerang buah. Cendawan patogen menyerang buah yang berada di

18
pertanaman yaitu Helminthosporium sp., Colletotrichum sp., Curvularia spp., dan
Cladosporium spp. Terkadang satu penyakit pada buah disebabkan oleh beberapa
patogen tersebut secara bersama