ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN BUAH NAGA (Hylocereus sp) DI KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRACT

FINANCIAL AND MARKETING ANALISIS OF DRAGON FRUIT (Hylocereus sp) MARKETING IN SERAGI DISTRICT,

SOUTH LAMPUNG REGENCY. By

Muhamad Nuryasin1, F.E. Prasmatiwi2, Hurip Santoso2

The research aims to understand (1) financial liability and (2) marketing efficiency of Dragon Fruit (Hylocereus sp) in Seragi District, South Lampung Regency. The numbers of respondents from farmer’s category are 42 while those from trader’s category are two persons (a wholesaler and a retailer). Data analysis method used in financial analysis are NPV, IRR, B/C ratio, Net B/C and PP (pay back period) while marketing trend is analyzed by using S-C-P (Structure, market conduct, performance) model. The results are associated with indicators such as marketing channel, marketing conduct, profit margin ratio, price correlation and price transmission elasticity. The results show that dragon fruit agribusiness in the research area are : (1) Financially profitable and liable to run in return rate of 24. Moreover, it reveals NPV value ( Rp 487.340.202), Gross B/C ratio (5,54), Net

B/C ratio (4,86); IRR (71%); dan Payback periode (2,30 tahun years, which is shorter than project economic year; 15 years). Sensitivity analysis shows that NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR and PP are not sensitive on private input price at 30%, on the decrease of the fruit at 27%, and the decrease of production at 30%. (2) Dragon fruit marketing in the research area has not obtained eficient level due to oligopsonic market structure and price dependency on traders hand forcing farmers taking passive position in price decision. Meanwhile, there exists 3 marketing channels without any balance of both margin distribution and RPM.


(2)

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN BUAH NAGA (Hylocereus sp) DI KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Muhamad Nuryasin1, F.E. Prasmatiwi2, Hurip Santoso2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kelayakan finansial dan (2) efisiensi pemasaran buah naga (Hylocereus sp) di Kecamatan Seragi Kabupaten Lampung Selatan. Jumlah sampel penelitian usahatani buah naga sebanyak 42 orang, diperoleh secara sensus. Responden pedagang sebanyak 2 oang (pedagang besar dan pedagang pengecer), Metode analisis data yang digunakan pada analisis finansial adalah NPV, IRR, B/C ratio, Net B/C dan PP (pay back periode), sedangkan efisiensi pemasaran dianalisis menggunakan model analisis S-C-P (Strukture, market conduct, performance). Hasil analisis dikaji dengan beberapa indikator antara lain yaitu saluran pemasaran, pangsa produsen, marjin pemasaran dan rasio profit marjin, korelasi harga serta elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan: (1) Secara finansial menguntungkan dan layak diusahakan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 24%. Didapat nilai NPV Rp 487.340.202, Gross B/C 5,54 Net B/C 4,86; IRR 71%; dan Payback periode

2,30 tahun. (Lebih pendek dari umur ekonomis proyek 15tahun). Berdasarkan analisis sentitivitas diketahui bahwa: NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR dan PP tidak sensitif terhadap peningkatan harga privat input sebesar 30% dan terhadap penurunan harga buah naga sebesar 27% dan penurunan produksi sebesar 30%, (2) pemasaran buah naga dilokasi penelitian belum (tidak) efisien, dengan struktur pasar yang terbentuk adalah pasar oligopsoni, perilaku pasar mengarah pada penentuan harga oleh pedagang, sedangkan petani sebagai penerima harga dan saluran pemasaran yang terbentuk ada 3 dengan distribusi margin pemasaran dan RPM masing-masing saluran pemasaran tidak merata.


(3)

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN BUAH NAGA DI KECAMATAN SRAGI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

MUHAMAD NURYASIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung pada tanggal 12 September 1989 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, pasangan Bapak Alm. Suparman dan Waryati. Penulis menempuh pendidikannya Sekolah Dasar di SDN1 Hargo Mulyo Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2001, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di MTs. Darul U’llum Bumi Harjo Buay Bahuga Way Kanan pada tahun 2004, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di MA Darul U’llum Bumi Harjo Buay Bahuga Way Kanan pada tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

Selama kuliah penulis pernah menjadi pendamping asistensi mata kuliah Pembangunan Pertanian dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan kampus diantaranya, Sosek English Club (SEC) Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Universitas Lampung periode 2010/2011 sebagai kabid IV, penulis juga aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai Ketua Rayon Pertanian MK 2007/2008, Sekretaris 1 Komisariat PMII Unila MK 2009/2010,


(7)

Kota bandarlampung sebagai anggota bidang kominfo Periode 2011/2014.

Pada Tahun 2010 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kuala Sekampung Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Pada tahun 2011 penulis pernah manjadi tim tenaga pendamping LPPNU program pembinaan pertaniaan di pesawaran. Pada tahun 2011 penulis pernah manjadi tim tenaga pendamping masyarakat marinal pedesaan (Community Organizer) program PNPM Peduli Nahdlatul Ulama. Penulis melaksanakan penelitian skripsi pada tahun 2012 di Kecmatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.


(8)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, Sholawat dan Salam senantisa tercurah untuk Uswatun Hasanah Kanjeng Nabi Muhamad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN BUAH NAGA DI KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi.M.S, selaku Dosen Pembimbing utama dan Ketua Jurusan Agribis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ir. Hurip Santoso, MP, selaku Dosen Pembimbing kedua atas bimbingan, nasihat, saran, serta motivasi yang telah diberikan.

3. Ir. Suriaty, Situmorang, M.Si. sebagai Dosen Pembahas atas saran, bahasan, dan arahan yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. Selaku Dekan Fakultas Pertaniaan Universits Lampung.

5. Dr.Ir. Tubagus Hasanuddin, M.S. Selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.

7. Karyawan-karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Iin, Mba Aii, Mas Bukhori, Mas Sukardi dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.


(9)

bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

9. Sahabatku Angga Andala S.P, trimakasih terimakasih untuk semangat kebersamaan selama Penulis mengerjakan skripsi. Keep Fight brother

10. Vici Wahyu Nugroho, S.P. Redy Octama, S.Pd. Bang Faridh S.Hut. Sahabat-sahabatku seperjuangan, Andri S. Hut, Bambang S.P. Jwita sari, Reki Chandra, S.P, Mutakin, S.P,. Randy, S.P., Arum S.P., Putri S.P, Sastri dini S.P, Danang S.P. Gesika S.P., Dedik S.P. Aras. S.P, Vitri, S.P. Made, Tri, atas motivasi dan semangatnya.

11. Sahabatku Agribisnis Angkatan 07, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan kebersamaan kita selama ini. “Kalian adalah saudara/saudariku yang takkan pernah terlupakan, kenangan indah yang sulit rasanya untuk dilupakan saat-saat kita bersama, bercanda, tertawa ”

12. Kakak dan Adik Agribisnis 06, 08, 09, 10,11, yang telah memberikan saran, motivasi, bantuan, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13. Kepada PMII dan KNPI, Bang Teguh, Bang Mislam, Mbak Erlina dan pak bambang, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun. Semoga sekripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung,21 Juli 2014


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi... i

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar... v

I. PENDAHULUAN ... . ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... ... ... 1

B. Tujuan Penelitian ... ... ... 5

C. Kegunaan Penelitian ... ... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... ... .. 7

A. Tinjauan Pustaka ... .. ... 7

1. Sejarah penyebaran buah naga ... ... ... 7

2.Budi daya buah naga... 8

3.Teori analisis finansial... 11

4. Teori Pemasaran ... .... .... 14

a. Struktur Pasar ... ... ... 16

b. Perilaku Pasar ... .... .... 17

c. Keragaan Pasar ... ... ... 17

B. Kajian Peneliti Terdahulu ... ... ... 21

C. Kerangka Pemikiran ... .... .... 25

III. METODE PENELITIAN ... ... ... 26

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... ... ... 26

B. Metode, Penentuan Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian ... ... 29

C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data ... … .... 31


(11)

v

1.Analisis kelayakan finansial ... ... ... 32

a. NPV... 32

b. Internal Rate of Return(IRR)... 32

c. Gross B/C... 33

d. Net B/C... 33

e. Payback period... 34

f.Analisis Sensitivitas... 35

2.Analisis pemasaran ... ... ... 37

a. Setruktur pasar... 38

b. Prilaku pasar... 38

c. Keragaan pasar... 38

(1) Saluran pemasaran ... .. ... 38

(2) Pangsa produsen ... ... .. 40

(3) Marjin pemasaran dan RPM ... .... .... 42

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 43

1. Geografi, ... 43

2. Keadaan demografi ... 45

3. Topografi Kecamatan Sragi ... 47

4. Pertanian Kecamatan Sragi ... 48

5. Sarana dan prasarana... 50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

1.... Keadaan Umum Petani Responden ... 51

2. Keadaan Umum Responden Pedagang... 54

3. Budidaya buah naga di daerah penelitian... 56

4. Biaya usahatani buah naga... 62

5. Produksi buah naga... 69

6. Analisis finansial... 70

7. Analisis Sensitivitas... 76

8. Efisiensi Pemasaran buah naga ... 80

a. Struktur Pasar buah naga di Kecamatan Sragi ... 80

b. Perilaku Pasar di Kecamatan Sragi ... 85

c. Keragaan Pasar di Kecamatan Sragi ... 87

(1) Saluran pemasaran ... 88

(2) Pangsa produsen ... 92

(3) Marjin pemasaran dan RPM ... 93

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... .. 99


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas areal tanaman buah naga di Provinsi Lampung... 3 2. Luas areal tanaman buah naga di Lampung Selatan ... 3 3. Luas areal tanaman buah naga di Kecamatan Sragi

Kabupaten Lampung Selatan,2012 ... 30 4. Penyebaran Luas Tanah Menurut Penggunaannya di

Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan,2012 ... 45 5. Penyebaran Keadaan penduduk di Kecamatan Sragi

berdasarkan jenis kelamin tahun 2012 ... 45 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Sragi menurut umur ... 46 7. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan

Sragi Kabupaten Lampung Selatan,tahun,2012 ... 47 8. Luas areal tanaman pangan di Kecamatan Sragi

Kabupaten Lampung Selatan,tahun 2012 ... 49 9. Luas Lahan, Produksi Tanaman Buah-Buahan

Per Jenis Tanaman di Kecamatan Sragi Kabupaten

Lampung Selatan,2012 ... 50 10.Sebaran petani responden berdasarkan kelompok

umur di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 51 11.Sebaran petani responden berdasarkan tingkat

pendidikan di Kecamatan Sragi, tahun 2013... 52 12.Sebaran petani responden berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga di Kecamatan Sragi, 2013 ... 53 13.Sebaran petani berdasarkan luas lahan usahatani


(13)

15.Dosis rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani

buah naga di Kecmatan Sragi per ha/tahun ... 59 16.Penggunaann bibit buah naga per hektar di

Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 62 17.Dosis penggunaan pupuk di Kecamatan Sragi

Per hektar per tahun, tahun 2013... 63 18.Harga obat-obatan di Kecamatan Sragi

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2013 ... 64 19.Dosis penggunaan dan biaya obat-obatan

per ha/tahun usahatani buah naga di Kecamatan

Sragi,Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 65 20.Jenis, jumlah, biaya alat-alat pertanian per ha/tahun

Di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 66 21.Penggunaan tenaga kerja per tahun/ha pada

usahatani buah naga ... 68 22.Produksi buah naga perhektar per tahun di

Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 70 23.Chas flow usahatani buah naga di Kecamatan Sragi ... 71 24.Analisis finansial usahatani buah naga di

Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 73 25.Analisis finansial usahatani buah naga

di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 74 26.Analisis sensitivitas pada peningkatan

harga input sebesar 30% pada usahatani

buah naga di Kecamatan Sragi, 2013 ... 77 27.Analisis sensitivitas pada penurunan harga

output sebesar 27% pada usahatani buah naga

di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 78 28.Analisis sensitivitas pada penurunan produksi

sebesar 30% pada usahatani buah naga


(14)

30.Analsis margin pemasaran buah naga Pada Saluran I ... 94

31.Analsis margin pemasaran buah naga Pada Saluran II ... 95

32.Analsis margin pemasaran buah naga Pada Saluran III ... 96

33.Identitas petani buah naga di Kecamatan Sragi, 2013 ... 103

34.Penggunaan pupuk dan obat-obatan di Kecamatan Sragi ... 104

35.Penggunaan tenaga kerja usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Seatan,2013 ... 106

36.Produksi buah naga per tahun per umur tanaman di Kecamatan Sragi ... 114

37.Input-output usahatani buah naga di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 115

38.Peralatan pertanian usahatani buah naga di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 117

39.Identitas Responden pedagang buah naga di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 118

40.Margin pemasaran buah naga pada saluran I ... 119

41.Margin pemasaran buah naga pada saluran II ... 120

42.Margin pemasaran buah naga pada saluran III ... 121

43.Cash flow usahatani buah naga di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2013 ... 122

44.Analisis finansial buah naga di Kecamatan Sragi ... 124

45.Analisis sensitivitas buah naga di Kecamatan Sragi ... 125

46.Cash flow usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Seltan, 2013 ... 126


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran ... 25

2. Rantai pasok buah naga di Kecamatan Sragi ... 88

3. Gambar saluran pemasaran buah naga I ... 90

4. Gambar saluran pemasaran buah naga II ... 90


(16)

LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Tabel 33.Identitas petani buah naga di

Kecamatan Sragi, 2013 ... 103

2. Tabel 34.Penggunaan pupuk dan obat-obatan di Kecamatan Sragi ... 104

3. Tabel 35.Penggunaan tenaga kerja usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Seatan,2013 ... 106

4. Tabel 36.Produksi buah naga per tahun per umur tanaman di Kecamatan Sragi ... 114

5. Tabel 37.Input-output usahatani buah naga di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 115

6. Tabel 38.Peralatan pertanian usahatani buah naga di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 117

7. Tabel 39.Identitas Responden pedagang buah naga di Kecamatan Sragi, tahun 2013 ... 118

8. Tabel 40.Margin pemasaran buah naga pada saluran I ... 119

9. Tabel 41.Margin pemasaran buah naga pada saluran II ... 120

10.Tabel 42.Margin pemasaran buah naga pada saluran III ... 121

11.Tabel 43.Cash flow usahatani buah naga di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2013 ... 122

12.Tabel 44.Analisis finansial buah naga di Kecamatan Sragi ... 124

13.Tabel 45.Analisis sensitivitas buah naga di Kecamatan Sragi ... 125

14.Tabel 46.Cash flow usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Seltan, 2013 ... 126


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional Indonesia. Pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih tetap berbasis pertanian secara luas. Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan

ekonomi, maka kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis pertanian akan menjadi salah satu kegiatan unggulan (a leading sector) pembangunan ekonomi

nasional dalam berbagai aspek yang luas. Salah satu subsektor pertanian yang mendukung pembangunan pertanian adalah subsektor hortikultura.

Komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan memiliki prospek untuk dikembangkan dalam sektor pertanian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Potensi sumber daya alam di dalam negeri masih memberikan peluang untuk meningkatkan produksi aneka jenis buah-buahan (Ariyantoro, 2006).

Tanaman buah naga (dragon fruit) merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang awalnya dikenal sebagai tanaman hias. Tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, dan Thailand. Bagi masyarakat di negara tersebut, usaha budidaya tanaman buah naga terus dilakukan, karena sangat menguntungkan (Putra, 2011).


(18)

Masa produksi buah naga tidak sama seperti buah lainya, misalnya mangga, duku, rambutan, yang hanya dapat dipanen sekali dalam semusim. Buah naga dapat dipanen berkali-kali dalam semusim. Masa berbuah tanaman buah naga biasanya berlangsung selama 2 – 3 bulan. Dalam masa tersebut tanaman berbuah dan dipanen bergantian. Buah naga relatif lebih awet dibandingkan jenis buah yang lain. Dengan waktu pemetikan yang tepat dan penyimpanan yang baik, sehingga buah ini mampu bertahan hingga 1 – 2 bulan dalam kondisi segar (Cahyono, 2009).

Selain sebagai buah segar, buah naga dapat digunakan sebagai bahan pewarna dan olahan es krim. Pada pertengahan tahun 2000, di beberapa swalayan Jakarta, buah naga dipromosikan sebagai buah yang rasanya lebih manis dari semangka. Trend buah naga bukan saja hanya dimiliki oleh masyarakat Jakarta, tetapi lambat laun merambah hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia, dan di kota besar lainnya seperti Surabaya, Denpasar, Semarang dan Lampung (Kristanto, 2008).

Usaha budidaya buah naga sudah mulai dikembangkan di beberapa kabupaten di Provinsi Lampung. yaitu: Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Lampung Selatan. Usaha budidaya buah naga paling banyak dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.


(19)

Tabel 1. Luas areal tanaman buah naga di Provinsi Lampung , tahun 2012

No Kabupaten/kota Luas Lahan (ha)

1 Lampung Selatan 52,0

2 Lampung Timur 1,50

3 Lampung Tengah 20,0

4 Lampung Utara 1,0

5 Kabupaten Tulang Bawang 3,0

Jumlah 77,50

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2013 Tabel 1 menunjukkan bahwa budidaya buah naga di Provinsi Lampung masih tergolong baru dan belum banyak petani yang mengusahakannya. Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra terbesar pembudidayaan buah naga di Provinsi Lampung. Usahatani buah naga di Lampug Selatan terdapat di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Sragi, Kecamatan Kalianda, Kecamatan Natar, dan Kecamatan Palas. Jenis buah naga yang dibudidayakan di Kabupaten Lampung Selatan adalah jenis buah naga berdaging putih dan merah. Sebaran luas lahan tanaman buah naga kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas areal tanaman buah naga per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2012

No. Kecamatan Luas lahan (ha)

1. 2.

Sragi 40

Kalianda 5

3 Natar 4

4 Palas 3

Jumlah 52

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan, 2013 Tabel 2 menunjukkan bahwa luas areal buah naga per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan berada pada empat kecamatan , yaitu Kecamatan Sragi,


(20)

Kecamatan Kalianda, Kecamatan Natar, dan Kecamatan Palas. Kecamatan Sragi merupakan kecamatan dengan luas areal perkebunan buah naga terbesar di Kabupaten Lampung Selatan.

Usahatani buah naga mulai dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 1999, khususnya di Kecamatan Sragi , sudah beberapa kali panen raya. Harga buah naga menjadi salah satu indikator bagi petani untuk

meningkatkan produksinya. Jika harga buah naga sangat rendah, maka petani akan mengalami kerugian sehingga tidak berminat untuk memproduksi pada periode berikutnya. Hal ini berarti tingkat harga buah naga merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani buah naga. Perkembangan harga buah naga di tingkat petani produsen berfluktuasi, berkisar antara Rp.15.000/kg - Rp.17.000/kg dan harga di tingkat konsumen 20.000/kg -30.000/kg

(Kristanto, 2008).

Pemasaran merupakan proses yang harus dilalui petani sebagai produsen untuk menyalurkan produknya sampai ke tangan konsumen. Saluran pemasaran merupakan sekumpulan organisasi yang saling berhubungan dan terlibat dalam proses membuat produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi oleh

konsumen atau pengguna bisnis (Kolter dan Amstrong, 2004). Margin pemasaran adalah perbedaan harga diantara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima produsen atas produk agribisnis yang diperjualbelikan. Dengan kata lain, margin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen ( Hasyim, 2012).


(21)

Usahatani buah naga masih tergolong baru dan daerah pengembangannya masih terbatas. Tanaman ini memerlukan waktu 1,5 sampai 2 tahun untuk mencapai tahap produksi dan masa pengembalian investasinya relatif lama (Putra, 2011). Pemasaran sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi dan pendapatan yang diperoleh petani, sehingga akan dapat memacu petani untuk lebih giat dalam mengelola usahatani buah naga. Usahatani buah naga

memiliki peluang pasar dalam skala kecil maupun besar. Peluang usahatani buah naga di Kecamatan Sragi masih tinggi, tetapi usahatani buah naga membutuhkan investasi dan memerlukan modal yang tinggi sehingga perlu dianalisis secara finansial.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka dianggap perlu suatu penelitian tentang ”Analisis Finansial dan Pemasaran Buah Naga di Kecamatan Sragi Lampung Selatan , dengan permasalahan penelitian diidentifikasi adalah :

1). Apakah usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan layak secara finansial ?

2). Apakah pemasaran buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan sudah efesien?


(22)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis :

1). Kelayakan finansial usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

2). Efisiensi sistem pemasaran buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan akan berguna bagi : 1). Petani buah naga dalam mengelola usahanya.

2). Dinas terkait, sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan kebijakan pertanian yang berhubungan dengan pendapatan usahatani dan pemasaran buah naga.

3). Peneliti lain, sebagai referensi atau bahan pembanding untuk penelitian sejenis.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Sejarah penyebaran buah naga

Daerah asal buah naga adalah Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Utara, Amerika Selatan dan Guatemala. Di daerah asalnya tersebut buah naga atau Dragon Fruit dinamai Pitahaya atau Pitoya Roja. Penduduk sering memanfaatkan buah naga sebagai buah meja atau buah yang dikonsumsi segar (Putra, 2011).

Buah naga mulai dikenal di Indonesia pada pertengahan tahun 1999 dan bukan hasil budidaya di negeri sendiri, tetapi hasil impor dari Thailand. Pada dasarnya budidaya buah naga tidak sulit. karena iklim Indonesia sangat mendukung pengembangannya. Buah naga sejak dikembangkan di Indonesia (pada tahun 1999) sampai saat ini, luas areal penanaman tanaman buah naga di indonesia masih relatif sedikit, karena buah naga masih tergolong langka dan masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya (Putra, 2011).


(24)

a. Persyaratan tumbuh tanaman buah naga

Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), tanaman buah naga termasuk tanaman tropis yang sangat mudah beradaptasi di berbagai lingkungan serta perubahan cuaca, seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk partumbuhan dan

perkembangan tanaman buah naga adalah 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun.

Pada curah hujan 600 - 1.300 mm/thn tanaman buah naga masih dapat tumbuh, namun tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan, yang ditandai oleh pembusukan akar yang terlalu cepat dan merambat, seperti

pangkal batang. Di sisi lain sinar matahari yang cocok bagi tanaman buah naga ialah 70-80%. Sebaiknya buah naga ditanam di lahan yang tidak terdapat naungan dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan buah naga akan lebih baik jika ditanam di daerah dataran rendah, yakni 0-350m dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman buah naga adalah 26-36 ˚ dan kelembaban 70-90%. Tanah yang beraerasi baik dan berderajat keasaman (pH) tanah yang sangat tepat bagi tanaman buah naga adalah tanah yang bersifat


(25)

Persiapan bibit dan penanaman

Tanaman buah naga dapat dibudidayakan dengan cara :Stek dan biji tetapi umumnya ditanam dengan stek. Karena bibit buah naga bersifat identik dengan genetik induknya. Bentuk batang buah naga kuat, tegak, tahan terhadap hama penyakit, dan tidak mudah roboh. Saat ini telah dikembangkan secara vegetatif atau stek. Dibutuhkan tanaman dengan panjang 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Setelah bibit berumur 3 bulan, bibit siap

dipindah/ditanam di lahan.

Selanjutnya persiapan tiang penompang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 - 2,5 meter, yang ditancapkan ke tanah sedalam 30 -50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk lingkaran untuk menompang cabang tanaman. terlebih dahulu

dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40cm x 40 cm dengan jarak tanam 3x3 meter, sehingga dalam satu hektar terdapat sekitar 1.100 tiang penyangga. Setiap tiang/pohon penyangga dibuat 3 - 4 lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm. Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5 -10 kg dicampur dengan pasir (Putra,2011).


(26)

Pemeliharaan

Penyulaman dalam budidaya buah naga sangat diperlukan agar

tanaman dapat berproduksi optimal. Penyulaman dilakukan seminggu setelah bibit ditanam di lahan.

Penyulaman merupakan tindakan mengganti tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh, atau kerusakan fisik lainnya.

Pengairan pada awal pertumbuhan dilakukan 3 – 4 hari sekali. Pemberian air yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan.

Pemupukan tanaman diberikan dengan menggunakan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali sebanyak 5 – 10 kg.

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Sebelum ditemukan adanya serangan hama dan penyakit yang potensial, maka pembersihan lahan atau pengendalian gulma tetap dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman buah naga.

Pemangkasan adalah pemotongan ranting ranting tanaman buah naga pemangkasan yang utama (primer) dilakukan setelah tinggi tanaman buah naga mencapai tiang penyangga (2 meter) dan ditumbuhkan 2 cabang sekunder, kmudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi dan disisakan 2 cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi (Putra,2011).


(27)

Pemanenan

Setelah tanaman berumur 1,5 -2,0 tahun, tanaman mulai berbunga dan berbuah. Pemanenan buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri warna kulit merah mengkilap, sisik kemerah-merahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting.

Buah dapat dipanen saat buah mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mulai mekar dalam 2 tahun pertama. Setiap tiang penyangga dapat menghasilkan buah 8 – 10 buah naga dengan bobot sekitar 400-600gram. Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan Januari hingga April (Putra,2011).

3. Analisis Finansial

Menurut Sanusi(2000) Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan di dalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost), yang dinyatakan dalam nilai sekarang.

Untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu pengembalian modal (payback period), NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR dan Analisis Sensitivitas.


(28)

(1) Net Present Value

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang sekarang dengan kriteria:

(a) Bila NPV > 0, maka investasi dinyatakan layak (feasible). (b) Bila NPV < 0, maka investasi dinyatakan tidak layak (infeasible) (c) Bila NPV = 0, maka investasi berada pada posisi break event point

.

(2) Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net BC) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didscount positif dengan net benefit yang telah didiscount negatif. Kriteria pengukuran pada analisis Net Benefit Cost Ratio adalah:

(a) Jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (b) Jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (c) Jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan break event point

(3) Gross Benefit Cost Ratio (Gross BC)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross BC) merupakan perbandingan antara penerimaan/manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Kriteria pengukurannya adalah:

(a) Jika Gross B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. (b) Jika Gross B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan


(29)

event point

(4) Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek, atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Kriteria penilaiannya adalah: (a) Bila IRR > 1, maka investasi dinyatakan layak (feasible)

(b) Bila IRR < 1, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible) (c) Bila IRR = 1, maka investasi berada pada keadaan (break event

point).

(5) Payback period

Payback period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari proyek. Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:

(a) Bila masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis proyek, maka proyek tersebut layak untuk dilanjutkan.

(b) Bila masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis proyek, maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dilanjutkan. (6) Analisis Sensitivitas

Analisis kepekaan (Sensitivity Analysis) dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau ada sesuatu kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat proyek.


(30)

mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Pada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat tiga permasalahan utama, yaitu:

(a) Perubahan harga jual produk. (b) Kenaikan biaya produksi. (c) Perubahan volume produksi.

Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap. Walaupun dalam keadaan nyata dua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Jadi, analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger, 1986).

4. Teori pemasaran

Pemasaran atau marketing merupakan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa, sebab kegiatan sebelum dan sesudahnya juga merupakan kegiatan pemasaran (Hasyim, 2012).


(31)

dengan melibatkan lembaga perantara pemasaran. Seluruh lembaga perantara pemasaran memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan saluran pemasaran, karena jika terdiri dari rantai pemasaran yang panjang, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan menjadi lebih besar. Hanafiah dan Saefudin (1983) mengartikan pemasaran atau tataniaga

sebagai kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang dan jasa, dan tataniaga merupakan suatu tindakan yang produktif. Menurut Hasyim (2012), kegunaan yang diciptakan oleh kegiatan tataniaga adalah kegunaan bentuk (form utility), kegunaan tempat (place utility), kegunaan waktu (time utility) dan kegunaan milik.

Kegunaan bentuk adalah kegiatan meningkatkan nilai barang dengan cara mengubah bentuknya menjadi barang lain yang secara umum lebih bermanfaat. Jadi fungsi yang berperan dalam kegiatan ini adalah fungsi pengolahan. Kegunaan tempat adalah kegiatan yang mengubah nilai suatu barang menjadi lebih berguna karena telah terjadi proses pemindahan dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini fungsi transportasi atau

pengangkutan paling berperan. Kegunaan waktu, yaitu kegiatan yang menambah kegunaan suatu barang karena ada proses waktu atau perbedaan waktu. Kegunaan milik adalah kegiatan yang menyebabkan bertambahnya guna suatu barang karena terjadi proses pemindahan pemilikan dari suatu pihak ke pihak lain.


(32)

dikaji melalui struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar yang dikenal dengan model S-C-P (structure, conduct dan performance). Keragaan pasar (market performance) dianalisis melalui beberapa

indikator, yaitu saluran pemasaran, pangsa produsen, marjin pemasaran dan rasio profit marjin, korelasi harga serta elastisitas transmisi harga.

a. Struktur pasar (market structure)

Struktur pasar (market structure) merupakan karakteristik organisasi yang menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition harga (price taker), barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen).

Pasar bersaing sempurna mempunyai ciri utama, yaitu terdapat banyak pembeli dan penjual. Setiap pembeli dan penjual hanya menguasai sebahagian kecil dari barang atau jasa yang dipasarkan. Sehingga tidak dapat mempengaruhi pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual tunggal), pasar monopsoni (hanya ada pembeli tunggal), pasar oligopoli (ada beberapa penjual), dan pasar oligopsoni (ada beberapa pembeli).


(33)

b. Perilaku pasar (market conduct)

Perilaku pasar (market conduct) merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar tertentu untuk tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, meliputi

kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga, dan siasat pasar, seperti potongan harga, perilaku curang dalam menimbang atau praktek kolusi pasar lainnya.

c. Keragaan pasar (market performance)

Keragaan pasar adalah gejala pasar yang tampak sebagai akibat dari interaksi antara struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct). Interaksi antara struktur dan perilaku pasar pada kenyataannya cenderung bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis. Untuk menganalisis keragaan pasar (market

performance) digunakan indikator-indikator antara lain saluran pemasaran, pangsa produsen, marjin pemasaran, korelasi harga, serta elastisitas transimisi harga.

(1) Saluran pemasaran

Saluran pemasaran merupakan suatu jalur arus yang dilalui oleh barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke konsumen. Saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara permintaan fisik dan hak dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu (Hasyim, 2012).


(34)

(a) saluran pemasaran merupakan rantai yang terdiri beberapa kelompok lembaga yang mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan, (b) karena anggota-anggota kelompok terdiri dari beberapa pedagang dan

agen, maka sebagian ada yang dikenal pembeli dan ada yang tidak, (c) pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran, serta (d) saluran pemasaran melaksanakan dua kegiatan penting, yaitu

menggolongkan produk dan mendistribusikannya.

Dalam pemasaran komoditas pertanian seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang, yang melibatkan banyak pelaku pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas tergantung dari beberapa faktor, yang menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) terdiri dari :

(a) Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak produsen ke konsumen, maka saluran pemasaran akan semakin panjang.

(b) Cepat tidaknya produk rusak. Jika produk mudah rusak, maka produk tersebut menghendaki saluran pemasaran yang pendek dan cepat. (c) Skala produksi. Jika produksi berlangsung dalam ukuran kecil, maka

jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula. Hal ini akan menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian, kehadiran lembaga perantara tidak dibutuhkan. (d) Posisi keuangan produsen. Produsen yang posisi keuangannya kuat

cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran dan melakukan lebih banyak fungsi tataniaga.


(35)

(a)produsen → konsumen akhir,

(b) produsen → pengecer → konsumen,

(c) produsen → pedagang besar→ pengecer → konsumen,

(d) produsen → pengumpul →pedagang besar → pengecer → konsumen,

(e) produsen → pengumpul →pengolahan →pedagang besar → pengecer

→ konsumen.

(2) Pangsa produsen

Analisis pangsa produsen atau producer share (PS) bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima produsen, yang dinyatakan dalam persentase (Hasyim, 2012). Semakin tinggi pangsa produsen, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen. Pangsa produsen dirumuskan sebagai:

PS = x 100% ………..(1)

di mana:

Ps = Bagian harga buah naga yang diterima petani (produsen) Pf = Harga buah naga di tingkat petani (produsen)

Pr = Harga buah naga di tingkat petani (konsumen) (3) Marjin pemasaran dan rasio profit marjin (RPM)

Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen. Marjin pemasaran hanya menjelaskan perbedaan harga dan tidak menyatakan tentang kuantitas dari produk yang


(36)

perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen, tetapi dapat juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa

pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir (Hasyim, 2012).

Untuk melihat efisiensi suatu sistem pemasaran melalui analisis marjin dapat digunakan sebaran ratio profit marjin (RPM) atau rasio marjin keuntungan pada setiap lembaga perantara pemasaran yang ikut serta dalam suatu proses pemasaran. Rasio margin keuntungan lembaga perantara pemasaran merupakan perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkannya. Secara matematis, marjin pemasaran dan marjin keuntungan dapat ditulis sebagai:

mji = Psi– Pbi ... …..(2) mji = bti πi ... …..(3) π mji – bti ... …..(4) Total marjin pemasaran dalam saluran pemasaran tertentu dirumuskan sebagai:

Mji = mji ,atau Mji = Pr – Pf ………..……..(5)

Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran (ratio profit margin) pada masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai:

RPM =

bti

i


(37)

mji = marjin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Mji = total marjin pada satu saluran pemasaran

Psi = harga jual pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = harga beli pada lembaga pemasaran tingkat ke-i bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pr = harga pada tingkat konsumen

Pf = harga pada tingkat produsen i = 1,2,3,...,... n

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Sari(2004) dalam Niken(2010) tentang

Kelayakan Usahatani Buah Naga di Lampung Selatan, diketahui bahwa berdasarkan aspek teknis, pemasaran, lingkungan, sosial ekonomi dan keuangan proyek usahatani buah naga layak untuk dilaksanakan. Payback period proyek usahatani buah naga adalah 19 bulan, NPV Rp. 717.182.350, B/C rasio 3.05 dan IRR 88.19%. Proyek tidak sensitif terhadap kenaikan harga input sebesar 20 % bersamaan dengan penurunan produksi sebesar 60 %. Berdasarkan aspek manajemen yang berkaitan dengan program kemitraan perlu dilakukan penandatanganan MoU agar kedua pihak yang bekerjasama memiliki kesetaraan hukum dan ada perlindungan terhadap hak-hak masing-masing. Berdasarkan hasil penelitian Niken (2010) tentang prospek buah naga, menunjukkan bahwa berdasrkan aspek teknis, pemasaran, lingkungan, sosial ekonomi dan keuangan proyek usahatani buah naga layak untu dikembangkan dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 14%.


(38)

29.67%; dan Payback periode 4,7 tahun, yang berarti usahatani buah naga prospektif untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan

pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 15 tahun.

Berdasarkan analisis sentitivitas, sensitif/kepekaan terjadi pada penurunan produksi sebesar 15%, dimana usahatani buah naga tidak layak bila terjadi kondisi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Siti (2010) tentang Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Benih Padi Inbrida Varietas Ciherang di Kabupaten Lampung Tengah. Sistem pemasaran benih padi inbrida varietas ciherang di Kabupaten Lampung Tengah belum efisien, karena (a) struktur pasar yang terbentuk adalah pasar persaingan monopolistis, di mana terdapat beberapa produsen yang menghasilkan barang yang berbeda karakteristik. (b) Perilaku pasar : PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani tidak menghadapi kesulitan dalam

memasarkan benihnya, karena masing-masing perusahaan memiliki pangsa pasar yang sudah jelas, sistem pembayaran dilakukan secara tunai, dan harga ditentukan oleh pihak produsen. Kinerja pasar, meliputi :

(1) saluran pemasaran benih padi inbrida varietas ciherang ada 4, yaitu : Petani penangkar → T SHS → Distributor → K → KD → etani pengguna benih PT SHS. Petani penangkar → T SHS → Distributor → K → etani pengguna benih T SHS. etani penangkar → T ertani → K → KD → etani pengguna benih T ertani. etani penangkar → T ertani → K → Petani pengguna PT Pertani (2) Margin pemasaran dan RPM pada


(39)

masing-sistem pemasaran benih padi inbrida varietas ciherang belum efisien, (3) Elastisitas transmisi harga dari petani penangkar PT SHS dan petani penangkar PT Pertani bernilai 0,088 dan 0,095, sedangkan elastisitas transmisi harga dari masing-masing perusahaan produsen sebesar 0,618 dan 0,787. Nilai Et < 1, hal ini menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah pasar tidak

bersaing sempurna atau dengan kata lain sistem pemasaran yang terjadi belum efisien.

C. Kerangka Pemikiran

Setiap usahatani yang dikelola oleh petani merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pembelian input, proses produksi, panen, dan pemasaran. Tujuan dari setiap usahatani tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan atas biaya yang telah dikelurakan. Demikian pula halnya pada usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Meskipun Kecamatan Sragi merupakan sentra produksi buah naga, namun petani di kecamatan tersebut masih tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Masalah yang sering terjadi dalam usahatani buah naga disebabkan oleh lamanya periode perolehan hasil (benefit), buah naga merupakan tanaman tahunan yang bisa dipanen setelah umur 1,5 – 2,0 tahun masa tanam, hanya 1- 4 kali panen dalam satu tahun.


(40)

keperluan lain dalam proses produksi berlangsung akan terakumulasi dalam jangka panjang sebelum masa panen tiba. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada penurunan tingkat kemampuan petani buah naga dalam menyediakan input, seperti pupuk, pestisida, dan tenaga kerja pada periode tahun berikutnya karena terbatasnya modal.

Masalah keterbatasan modal, kondisi iklim dan curah hujan yang tidak

menentu akan berdampak pada rendahnya tingkat hasil panen yang diperoleh, bahkan dampak terburuk lainnya adalah petani harus menanggung terjadinya resiko kegagalan panen. Tingginya biaya yang dikorbankan selama proses produksi dan rendahnya tingkat hasil panen ataupun risiko kegagalan panen yang mungkin terjadi akan berdampak langsung pada tingkat keuntungan bersih (net benefit) yang akan diperoleh dari usahatani buah naga. Tingkat keuntungan bersih (net benefit) yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis usahatani buah naga secara finansial.

Alat analisis yang digunakan untuk melihat kelayakan usahatani buah naga secara finansial terdiri dari NPV, IRR, Gross B/C ratio, net benefit cost ratio

(Net B/C ratio), dan pay back periode (Pp). Suatu usahatani buah naga dapat dikatakan menguntungkan untuk tetap diusahakan jika nilai NPV > 0, IRR > i, Net B/C ratio > 1, dan Pp < dari umur ekonomis usahatani buah naga.


(41)

untuk dipasarkan guna memperoleh penerimaan dari hasil penjualan.

Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut tentang pemasarannya, sebab secara finansial buah naga menguntungkan untuk tetap diusahakan, harus disertai kondisi pasar dan sistem pemasaran yang mendukung. Terbatasnya jumlah pedagang pembeli buah naga dan adanya pedagang atau sekelompok

pedagang yang menguasai pasar, mengakibatkan posisi tawar petani lemah. Harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang. Kerangka pemikiran tentang analisis finansial dan Pemasaran Buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 1.


(42)

Gambar 1. Kerangka pemikiran Analisis finansial dan pemasaran buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan, 2013

Input

Usaha tani buah naga

Proses produksi Output ( Buah naga)

penerimaan 1.Lahan

2.Pupuk 3.Obat-obatan 4.Alsintan 5.Tenaga kerja 6 .bibit 7. tiang

Pasar output

Kelayakan finansial

Pemasaran

Analisis pemasaran dengan menggunakan S-C-P 1.Saluran pemasaran

2.Perilaku dan setruktur pasar 3. Keragaan pasar

(a). Saluran pemasaran penjualan (b). Pangsa produsen

(c). Marjin pemasaran dan RPM (d). Elastistas transmisi harga

Tidak layak / tidak menguntungkan Layak/

menguntungkan Biaya produksi


(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

Usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan diasumsikan baru mulai berkembang dan mulai berproduksi (2tahun)

Usahatani buah naga adalah suatu rangkaian aktifitas budidaya buah naga yang direncanakan untuk mendapatkan manfaat dengan menggunakan sumber-sumber yang mempunyai titik waktu berakhirnya aktifitas.

Biaya adalah jumlah seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan untuk usahatani buah naga selama satu tahun dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total usahatani adalah seluruh biaya meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan karena dipakainya factor-faktor produksi dalam proses produksi (Rp).


(44)

Biaya tetap adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usahatani buah naga yang tetap jumlahnya dan tidak bergantung pada skala produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usahatani buah naga yang besar kecilnya tergantung dari skala produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya investasi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan investasi awal dalam usahatani buah naga sebelum buah naga menghasilkan, seperti pembelian lahan, bibit buah naga, dan alat-alat pertanian. Investasi ini dianggap sebagai biaya dan dimasukkan sebagai biaya tahun pertama dalam usahatani buah naga, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Benefit –Cost adalah ukuran tentang kelayakan dinyatakan layak operasi bila benefit yang dihasilkan melebihi cost yang harus di tanggung(Rp)

Benefit adalah keuntungan/manfaat yang diperoleh bukan dalam arti saving yang nyata dalam kalkulasi moneter (Rp)

Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan produk, dihitung dengan mengalikan jumlah seluruh hasil produksi buah naga dengan harga jual buah naga diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke

konsumen dengan tujuan memperoleh keuntungan di satu pihak, dan kepuasan di pihak lain(Rp)


(45)

Harga pasar adalah tingkat harga yang diterima petani dalam penjualan hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar petani dalam pembelian faktor produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Titik impas merupakan kuantitas produksi yang dihasilkan di mana perusahaan tidak dalam keadaan untung atau rugi. Titik impas dapat digunakan untuk melihat kemampuan dan efisiensi perusahaan.

Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan kepada perbandingan atau rasio manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang akan dikeluarkan selama umur ekonomis, atau diperhitungkan untuk melihat layak atau tidaknya usaha tersebut dilaksanakan.

Discount Factor adalah suatu faktor bilangan lebih kecil dari satu yang dapat digunakan untuk menghitung suatu nilai uang masa datang (future value = t0), berapa nilainya saat ini (present value = tn), dengan memperhitungkan tingkat bunga (i) yang tetap pada akhir setiap tahun (t).

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih anatara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran.

Net benefit cost ratio (Net BC) merupakan perbandingan antara penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh


(46)

investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Payback Period merupakan penilaian investasi suatu poryek yang didasarkan kepada biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari proyek. Analisis sensitivitas adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat.

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani buah naga atau kumpulan harga jasa-jasa pemasaran yang timbul karena pelayanan permintaan dan penawaran, diukur dalam rupiah per kilogam buah naga (Rp/kg).

Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktek transaksi secara horizontal maupun vertikal.

Struktur pasar adalah karakteristik dari organisasi pasar yang membentuk hubungan saling keterkaitan antara penjual satu sama lain, hubungan antara penjual dan pembeli serta hubungan antara penjual di pasar dengan penjual potensial yang akan masuk ke pasar.

B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli s.d. Oktober 2013 di empat desa yang menjadi penghasil buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.


(47)

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), karena Kecamatan Sragi merupakan kecamatan dengan luas areal perkebunan buah naga terbesar di Kabupaten Lampung Selatan. Sebaran luas lahan dan jumlah petani buah naga berdasarkan desa di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas areal tanaman buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan, 2012

No Desa Luas Lahan(ha) Jumlah petani

1 Sumber Sari 13,55 15

2 Mandala Sari 1,55 2

3 Marga Jasa 23,9 23

4 Sumber Agung 1,00 2

Jumlah 40 42

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sragi Lampung Selatan, 2013

Tabel 3 menunjukkan luas areal buah naga di Kecamatan Sragi terdapat di empat desa, yaitu Desa Marga Jasa, Desa Sumber Sari, Desa Mandala Sari, dan Desa Sumber Agung.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus, yaitu semua populasi dijadikan responden dalam penelitian. Menurut Arikunto (2002), apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi atau sensus. Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 42 orang.

Sampel lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran buah naga di Kecamatan Sragi, dengan mengikuti alur


(48)

berantai, dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan wawancara terhadap seorang responden selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan responden (pedagang buah naga). Hal ini dilakukan sedemikian rupa hingga diperoleh suatu rantai pemasaran.

C. Metode Penelitian dan Jenis Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada petani buah naga untuk melengkapi data yang diperlukan. Data sekunder yang merupakan pelengkap data primer yang diperoleh dari instansi-instansi terkait.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dan deskriftif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria investasi NPV, Gross B/C rasio, Net B/C ratio, IRR, dan payback periode, keragaan pasar (saluran pemasaran, harga, biaya, marjin pemasaran, korelasi harga, elastisitas tranmisi harga serta volume penjualan).

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis struktur pasar (jumlah pembeli dan penjual), perilaku pasar (cara pembelian, penjualan, dan pembayaran),


(49)

1. Analisis Data

a. Analisis kelayakan finansial

Analisis yang digunakan dalam analisis finansial terdiri dari :

(1) Net Present Value (NPV)Metode ini dihitung berdasarkan selisih antara

benefit dengan cost ditambah dengan investasi, yang dihitung dengan rumus: NPV =

   n 1 t t i 1 ct bt ………(1) Keterangan:

NPV = net present value

Bt = benefit (penerimaan) bersih tahun t ct = cost (biaya) pada tahun t

i = tingkat bunga

n = umur ekonomis proyek Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

(1) Jika NPV > 0, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (2) Jika NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (3) Jika NPV = 0, maka usaha tersebut dalam keadaan Break Event

Point

(2) Internal Rate of Return (IRR)

IRR dihitung dengan menggunakan rumus:

i1 [ 1- 1 ] (i - i1)………..( ) Keterangan:

NPV1 : Present Value positif NPV2 : Present Value negatif

i1 : discount factor, jika NPV > 0 i2 : discount factor, jika NPV < 0


(50)

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

(1) Apabila IRR > i, maka usahatani buah naga layak diusahakan (2) Apabila IRR < i, maka usahatani buah naga tidak layak diusahakan (3) Apabila IRR = i, maka usahatani buah naga dalam keadaan impas

(Break Event Point)

(3) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Metode ini melihat perbandingan antara nilai tunai penerimaan dengan nilai tunai pengeluaran atau biaya. Gross B/C dapat dirumuskan :

Gross B/C ∑ Bt (1 i) t

n i 0

∑nt 0 t (1 i)⁄ t

………(3)

Keterangan:

Gross B/C = net benefit cost ratio

Bt = benefit (penerimaan) bersih tahun t Ct = cost (biaya) pada tahun t

i = tingkat suku bunga(%) t = tahun (123 dst )

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

(1) Jika Gross B/C > 1, maka usaha tersebut menguntungkan (2) Jika Gross B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan impas

(3) Jika Gross B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan

(4). Net Benefit Cost Rate (Net B/C)

.

Net Benefit Cost Rate (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif net benefit yang telah didiscount negatif.


(51)

          n i n i benefit net benefit net 1 1

Net B/C dapat dirumuskan:

Net

B/C =

………..………(4)

Net B/C ∑

Bt (1 i)

t

n i 0

∑nt 0

t (1 i)

⁄ t

………..…(5)

Keterangan:

Net B/C= Net Benefit Cost Ratio

Bt = Benefit/penerimaan bersih tahun t Ct = Cost/biaya pada tahun t

i = tingkat bunga t = tahun (1,2,3 dst)

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

(1) Jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (2) Jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan (3) Jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan

Break Event Point

(5). Payback period

Untuk perhitungan Payback period suatu usaha dapat dirumuskan :

b 0

A I

Pp x 1 tahun

...(6)

Keterangan:

Pp = payback period

I0 = investasi awal

Ab = manfaat (benefit) yang diperoleh setiap periode Kriteria pengambilan keputusan:

(1) Jika masa pengembalian (Payback Period) < umur ekonomis proyek, maka proyek layak untuk dilanjutkan

(2) Jika masa pengembalian (Payback Period) > umur ekonomis proyek, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan


(52)

(6) Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1993), analisis sensitivitas digunakan untuk melihat proyek sesuai realitas bahwa proyeksi suatu rencana proyek sangat dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dalam pelaksanaan suatu usahatani, besarnya NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR dan PP dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya.

Perubahan ini dapat terjadi karena adanya perubahan tertentu, seperti kenaikan harga input, penurunan produksi dan penurunan harga jual produk. Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan dan pengeluaran.

Perubahan-perubahan dalam penelitian ini adalah :

(1) Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual buah naga sebesar 27% dari harga Rp17.000 menjadi Rp12.410 per kilogram yang merupakan harga jual buah naga terendah selama tahun 2013. Penurunan harga disebabkan jumlah pengiriman buah naga dari luar Provinsi Lampung bersamaan dengan pengiriman buah naga dari Lampung, sehingga menyebabkan kelabihan persedian buah naga di perusahaan Agribisnis Jakarta dan Palembang. Permasalahan ini berdampak pada penurunan harga jual buah naga di tingkat petani.


(53)

(2) Analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi sebesar 30% didasarkan pada penurunan produksi aktual terendah yang pernah terjadi pada

usahatani buah naga di Kecamatan Sragi, karna musim hujan berkepanjangan, tanaman terserang hama penyakit menyebabkan penurunan produksi buah naga

(3)Analisis sensitivitas terhadap naiknya biaya input produksi 30% . didasarkan pada naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan upah tenaga kerja yang menyebabkan naiknya harga input yang dipakai.

Dalam analisis sensitivitas akan dihitung laju kepekaan kelayakan dengan menggunakan rumus:

Laju kepekaan =

% 100 % 100 0 1 0 1 x Y Y Y x X X X   ………..………….(7) Keterangan:

X1 = NPV/IRR/Net B/C ratio/ PP setelah terjadi perubahan X0 = NPV/IRR/Net B/C ratio/ PP sebelum terjadi perubahan

X = rata-rata perubahan NPV/IRR/Net B/C ratio/ PP Y1 = harga jual /biaya produksi/ setelah terjadi perubahan Y0 = harga jual /biaya produksi/ sebelum terjadi perubahan

Y = rata-rata perubahan Harga jual /biaya produksi/produksi Kriteria laju kepekaan adalah sebagai berikut, jika:

(1) laju kepekaan >1, maka usahatani buah naga peka terhadap perubahan.

(2) laju kepekaan <1, maka usahatani buah naga tidak peka terhadap perubahan.


(54)

b. Analisis Pemasaran

Hasyim (2012) mengungkapkan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar yang dikenal dengan model S-C-P (structure, conduct dan performance). Keragaan pasar (market performance) dianalisis melalui beberapa

indikator, yaitu saluran pemasaran, pangsa produsen, marjin pemasaran dan rasio profit marjin, korelasi harga serta elastisitas transmisi harga.

a. Struktur pasar (market structure)

Struktur pasar (market structure) merupakan karakteristik organisasi yang menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition ) harga (price taker), barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen). Pasar bersaing sempurna mempunyai ciri utama yaitu terdapat banyak pembeli dan penjual, setiap pembeli dan penjual hanya menguasai sebahagian kecil dari barang atau jasa yang dipasarkan, sehingga tidak dapat mempengaruhi serta pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar.

Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual tunggal), pasar monopsoni (hanya ada pembeli tunggal), pasar oligopoli (ada beberapa penjual), dan pasar oligopsoni (ada beberapa pembeli).


(55)

b. Perilaku pasar (market conduct)

Perilaku pasar (market conduct) merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar tertentu untuk tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga, dan siasat pasar seperti potongan harga, perilaku curang dalam menimbang atau praktek kolusi pasar lainnya.

c. Keragaan pasar (market performance)

Keragaan pasar adalah gejala pasar yang tampak sebagai akibat dari interaksi antara struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct). Interaksi antara struktur dan perilaku pasar pada kenyataannya cenderung bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis. Untuk menganalisis keragaan pasar (market

performance) digunakan indikator-indikator, antara lain saluran pemasaran, pangsa produsen, marjin pemasaran, korelasi harga, serta elastisitas transimisi harga.

(1) Saluran pemasaran

Saluran pemasaran merupakan suatu jalur arus yang dilalui oleh barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke konsumen. Saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara permintaan fisik dan hak dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu (Hasyim, 2012).


(56)

Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa:

(a) saluran pemasaran merupakan rantai yang terdiri dari beberapa

kelompok lembaga yang mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan,

(b) karena anggota-anggota kelompok terdiri dari beberapa pedagang dan agen, maka sebagian ada yang dikenal pembeli dan ada yang tidak, (c) pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran, serta (d) saluran pemasaran melaksanakan dua kegiatan penting, yaitu

menggolongkan produk dan mendistribusikannya.

Dalam pemasaran komoditas pertanian seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang, yang melibatkan banyak pelaku pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas tergantung dari beberapa faktor, yang menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) terdiri dari :

(a) Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak produsen ke konsumen, maka saluran pemasaran akan semakin panjang.

(b) Cepat tidaknya produk rusak. Jika produk mudah rusak, maka produk tersebut menghendaki saluran pemasaran yang pendek dan cepat. (c) Skala produksi. Jika produksi berlangsung dalam ukuran kecil, maka

jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula.

Hal ini akan menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian, kehadiran lembaga perantara tidak dibutuhkan.


(57)

(d) Posisi keuangan produsen. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran dan melakukan lebih banyak fungsi tataniaga.

Menurut Wiratama (2012) ada lima saluran tataniaga yang mungkin terjadi, yaitu:

(a) produsen → konsumen akhir,

(b) produsen → pengecer → konsumen,

(c) produsen → pedagang besar→ pengecer → konsumen,

(d) produsen → pengumpul →pedagang besar → pengecer → konsumen, (e) produsen → pengumpul →pengolahan → pedagang besar → pengecer

→ konsumen.

(2) Pangsa produsen

Analisis pangsa produsen atau producer share (PS) bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima produsen, yang dinyatakan dalam persentase (Hasyim, 2012). Semakin tinggi pangsa produsen, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen. Pangsa produsen dirumuskan sebagai:

PS = x 100% ………….………..(1)

di mana:

Ps = Bagian harga buah naga yang diterima petani (produsen) Pf = Harga buah naga di tingkat petani (produsen)


(58)

(3) Marjin pemasaran dan rasio profit marjin (RPM)

Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen. Marjin pemasaran hanya menjelaskan perbedaan harga dan tidak menyatakan tentang kuantitas dari produk yang dipasarkan. Selain itu, marjin pemasaran dapat didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen, tetapi dapat juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa

pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir (Hasyim, 2012).

Untuk melihat efisiensi suatu sistem pemasaran melalui analisis marjin dapat digunakan sebaran ratio profit marjin (RPM) atau rasio marjin keuntungan pada setiap lembaga perantara pemasaran yang ikut serta dalam suatu proses pemasaran.

Rasio margin keuntungan lembaga perantara pemasaran merupakan

perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkannya. Secara matematis, perhitungan marjin pemasaran dan marjin keuntungan dapat ditulis sebagai:

mji = Psi – Pbi ... …..(2) mji = bti πi ... …..(3) π mji– bti ... …..(4) Total marjin pemasaran dalam saluran pemasaran tertentu dirumuskan sebagai: Mji = mji ,atau Mji = Pr – f ……….……..(5)


(59)

Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran (ratio profit margin) pada masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai:

RPM = bti

i

……….………..(6)

di mana:

mji = marjin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Mji = total marjin pada satu saluran pemasaran

Psi = harga jual pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = harga beli pada lembaga pemasaran tingkat ke-i bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pr = harga pada tingkat konsumen

Pf = harga pada tingkat produsen I = tahun ke - 1,2,3,...,... n


(60)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A.Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi

a. Letak Geografis

Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Pembentukan kecamatan pembantu Sragi berdasarkan surat keputusan gubenur kepala daerah tingkat I Lampung Nomor : G/305/B.II/HAKA/1990, Tanggal 17 Agustus 1990, diresmikan oleh bupati KDH Tingkat II Lampung Selatan pada tanggal 25 Februari 1991, yang berkedudukan di Desa Bandar Agung untuk

sementara. Setelah selesainya pembangunan gedung kantor maka kedudukan kecamatan Sragi dialihkan secara tetap di Desa Kuala Sekampung (Demografi Kecamatan Sragi,2013).

Pembentukan kecamatan Sragi berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor : 42 Tahun 2000 tentang pembentukan tujuh kecamatan di wilayah Lampung Selatan, yang diresmikan oleh bupati Lampung Selatan pada tanggal 16 Februari 2001.


(61)

Kecamtan Sragi terdiri dari sepuluh desa definitif. Jarak Kantor Kecamatan Sragi ke kantor pemerintahan Kabupaten Lampung Selatan berkisar 40 km Kecamatan Sragi yang berpusat di Kuala Sekampung memiliki luas wilayah 98,34 Km2. Secara geografis, wilayah Kecamatan Sragi terletak pada posisi 105°08’ – 105°45’ Bujur Timur dan antara 05° 15’ – 06°10’ Lintang

Selatan. Batas-batas wilayah administratif Kecamatan Sragi adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ketapang dan

Penengahan

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ketapang dan Laut Jawa  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Palas

Wilayah Kecamatan Sragi adalah merupakan daratan rendah rawa-rawa yang subur, yang pada tahun 1984 telah dicetak sebagai lahan persawahan melalui proyek land reform Rawa Sragi, dengan luas wilayah ± 9.249 ha, yang terdiri atas sawah tadah hujan seluas 2.992 ha, sawah pasang surut 355 ha, perkebunan 1. 960 ha, irigasi 174 ha, pekarangan 978 ha, ladang 588 ha. Pada akhirnya sebagian sawah tersebut berkembang menjadi daerah pertambakan udang/ikan bandeng seluas ± 623 ha, kolam 281 ha, lainnya (Lapangan, kuburan, dll) seluas 1.298 ha. Jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah tadah hujan, sedangkan jenis penggunaan lahan bukan sawah yang terbanyak adalah tegalan atau kebun


(62)

Penggunaan tanah di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penyebaran luas tanah menurut penggunaannya di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2012

Penggunaan Tanah Luas (ha) (%)

Irigasi 174 1,88

Sawah pasang surut 355 3,84

Sawah tadah hujan 2.992 32,35

Pekarangan 978 10,57

Kolam 281 3,04

Tambak 623 6,74

Ladang/huma 588 6,36

Perkebunan 1.960 21,19

Lain-lain 1.298 14,03

Jumlah 9.249 100

Sumber : Demografi Kecamatan Sragi, tahun 2013 b. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan SragiKabupaten Lampung Selatan Sebanyak 31.203 jiwa, terdiri atas Laki-laki 15.906 jiwa, dan perempuan 15.097 jiwa, dan jumlah kepala keluarga sebanyak 8.874 jiwa

Tabel 5. Penyebaran keadaan penduduk Kecamatan Sragi berdasarkan jenis kelamin, tahun 2012

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) (%)

Laki - laki 15906 51

Perempuan 15297 49

Total 31203 100


(63)

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Sragi lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk

perempuan, yaitu sebesar 15.906 jiwa atau sebesar 51 persen dari seluruh jumlah penduduk. Jumlah penduduk perempuan adalah 15.297 jiwa atau sekitar 49 persen dari seluruh jumlah penduduk Kecamatan Sragi pada tahun 2012. Penyebaran jumlah penduduk menurut umur tahun 2012, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penyebaran jumlah penduduk Kecamatan Sragi menurut umur tahun , 2012

Kelompok umur ( tahun)

Jumlah (jiwa)

(%)

0-19 12372 39,65

20-34 8089 25,92

35-54 7758 24,86

55-74 2984 9,56

Jumlah 31.203 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2013

Tabel 6 menjelaskan bahwa persentase sebaran penduduk Kecamatan Sragi paling besar berada pada kisaran umur 0 -19 tahun (39,65%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan Sragisebagian besar berada pada usia belum produktif, sedangkan usia produktif berada pada kisaran umur 20-34 tahun.

Mata pencaharian penduduk sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, Untuk sebaran mata pencaharian penduduk di

Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7.


(64)

Tabel 7. Sebaran mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan, 2012

Mata Pencaharian

Jumlah Persentase

(jiwa)

A 13.290 52,93

B 2.264 9,02

C 2.962 11,80

D 1.963 7,82

E 4.631 18,44

Jumlah 25.110 100,00

Sumber : Demografi Kecamtan Sragi, tahun 2013

Keterangan: A = Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan B = Industri pengolahan

C = Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel D = Jasa kemasyarakatan

E = Lainnya (Pertambangan dan penggalian listrik, gas, dan air bersih, Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan komunikasi, Keuangan, Tanah, dan Jasa perusahaan.

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa 52,93% penduduk di Kecamatan Sragi bermata pencaharian di bidang pertanian. Persentase ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase mata pencaharian di bidang industri, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan

c. Topografi Kecamatan Sragi

Secara topografis, Kecamatan Sragi dibagi menjadi dua , yaitu : (1). Daerah berbukit, yaitu sekitar 10% dari seluruh wilayah dengan

ketinggian permukaan laut antara 0 sampai dengan 1.000 meter dpl. Daerah berbukit sampai bergunung terdapat di Desa Kedaung , Kecamatan Sragi. (Demografi Kecamatan Sragi,2013)


(65)

(2). Daerah dataran , yaitu sekitar 90% dari seluruh wilayah Kecamatan Sragi. Ketinggian kawasan tersebut berkisar antara 0 hingga 600 meter dpl. Daerah dataran rendah tersebut terdapat di Desa Kuala Sekampung, Suka Pura, Baktirasa, Marga Sari, Bandar Agung, Marga Jasa, Sumber Agung, Sumber Sari.

Iklim di Kecamatan Sragi berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B yang dicirikan oleh bulan basah selama enam bulan yaitu pada bulan Desember sampai Juni. Secara umum suhu rata-rata di Kecamatan Sragi berkisar antara 22-330 Celcius dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar 2.000 – 2.500 milimeter

(Demografi Kecamatan Sragi, 2013). d. Pertanian

Pertanian di Kecamatan Sragi terbagi menjadi 2 bagian yaitu lahan basah dan lahan kering. Lahan basah yang terdiri atas sawah tadah hujan seluas 2.992 ha, sawah pasang surut 355 ha, dan lahan kering yang terdiri atas perkebunan seluas 1.960 ha, ladang seluas 588 ha. Tanaman yang dibudidayakan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan khususnya tanaman pangan dan hortikultura yaitu terdiri dari 4 jenis tanaman pangan dan 8 jenis tanaman buah-buahan. Luas areal tanaman pangan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012, dapat dilihat pada Tabel 8.


(66)

Tabel 8. Luas areal tanaman pangan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012

Jenis tanaman Luas areal Produksi

(ha) (ton)

Padi 2.992 15.424

Jagung 282 1.423

Ubi kayu 277 3.231

Ubi jalar 29 285

Jumlah 3.580 20.364

Sumber : BPP Kecamatan Sragi, tahun 2013

Tabel 8 diatas menjelaskan bahwa tanaman pangan yang banyak di budidayakan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yaitu: padi seluas 2.992 ha, jagung seluas 282 ha, ubi kayu seluas 277 ha, dan ubi jalar seluas 29 ha.

Sedangankan tanaman hortikultura , terutama buah-buahan yang banyak diproduksi di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yaitu : rambutan, alpokat, jeruk, durian, nangka , salak dan buah naga. Buah naga merupakan tanaman buah-buahan yang memiliki produksi tertinggi yaitu 424 ton. Hal ini karena luas panen buah naga lebih besar dari tanaman buah-buahan yang lain. Luas lahan, produksi, tanaman buah-buahan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10 menjelaskan bahwa tanaman hortikultura yang banyak di budidayakan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yaitu:

rambutan seluas 11,7 ha, seluas 282 ha, ubi kayu seluas 277 ha, dan ubi jalar seluas 29 ha.


(67)

Tabel 9. Luas Lahan, Produksi Tanaman Buah-Buahan Per Jenis Tanaman di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.

No Jenis tanaman Luas Lahan Produksi

(ha) (Ton)

1 Rambutan 11,70 13,10

2 Durian 16,10 26,00

3 Nangka 14,34 18,43

4 Buah naga 40,00 424,00

5 Salak 9,25 15,60

6 Alpokat 4,75 9,98

7 Mangga 18,43 38,45

8 Jeruk 10,00 26,18

Jumlah 124,57 571,74

Sumber : BPP Kecamatan Srgi, tahun 2013

e. Sarana dan Prasarana

Kecamatan Sragi merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, yang terdiri dari sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, koperasi, dan kendaraan. Jika dilihat dari segi infrastruktur, secara umum transportasi antar daerah relatif lancar.


(1)

Tabel 8. Luas areal tanaman pangan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012

Jenis tanaman Luas areal Produksi

(ha) (ton)

Padi 2.992 15.424

Jagung 282 1.423

Ubi kayu 277 3.231

Ubi jalar 29 285

Jumlah 3.580 20.364

Sumber : BPP Kecamatan Sragi, tahun 2013

Tabel 8 diatas menjelaskan bahwa tanaman pangan yang banyak di budidayakan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yaitu: padi seluas 2.992 ha, jagung seluas 282 ha, ubi kayu seluas 277 ha, dan ubi jalar seluas 29 ha.

Sedangankan tanaman hortikultura , terutama buah-buahan yang banyak diproduksi di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yaitu : rambutan, alpokat, jeruk, durian, nangka , salak dan buah naga. Buah naga merupakan tanaman buah-buahan yang memiliki produksi tertinggi yaitu 424 ton.

Hal ini karena luas panen buah naga lebih besar dari tanaman buah-buahan yang lain. Luas lahan, produksi, tanaman buah-buahan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10 menjelaskan bahwa tanaman hortikultura yang banyak di budidayakan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yaitu:

rambutan seluas 11,7 ha, seluas 282 ha, ubi kayu seluas 277 ha, dan ubi jalar seluas 29 ha.


(2)

50

Tabel 9. Luas Lahan, Produksi Tanaman Buah-Buahan Per Jenis Tanaman di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. No Jenis tanaman Luas Lahan Produksi

(ha) (Ton)

1 Rambutan 11,70 13,10

2 Durian 16,10 26,00

3 Nangka 14,34 18,43

4 Buah naga 40,00 424,00

5 Salak 9,25 15,60

6 Alpokat 4,75 9,98

7 Mangga 18,43 38,45

8 Jeruk 10,00 26,18

Jumlah 124,57 571,74

Sumber : BPP Kecamatan Srgi, tahun 2013

e. Sarana dan Prasarana

Kecamatan Sragi merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, yang terdiri dari sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, koperasi, dan kendaraan. Jika dilihat dari segi infrastruktur, secara umum transportasi antar daerah relatif lancar.


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1) Usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan secara finansial layak untuk tetap diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai NPV > 0, gross B/C >1, net B/C > 1, IRR > i, dan PP<umur ekonomis usahatani buah naga.

2) Sistem pemasaran buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan tidak efisien, didasarkan pada; (a) Terbentuknya tiga saluran pemasaran dengan distribusi RPM pada masing-masing saluran pemasaran tidak merata. RPM pada saluran I yang diperoleh pedagang besar (10,07), swalayan (73,07). RPM pada saluran II (11,42) RPM pada saluran III (26,50). Dan marjin pemasaran pada saluran I sebesar Rp13.000,00 pada saluran II sebesar Rp18.000,00 pada saluran III sebesar Rp2.750,00. Profit share pada saluran I sebesar 56,67%, pada saluran II sebesar 48,57%, dan pada saluran III sebesar 86,59%. Saluran pemasaran ketiga yang paling efisien dilihat dari marjin pemasaran paling kecil ( Rp2.750,00) dan share yang paling besar (86,59). (b) Perilaku pasar mengarah pada penentuan harga oleh pedagang, sedangkan petani hanya sebagai penerima harga dan struktur pasar yang terbentuk cenderung mengarah pada bentuk pasar oligopsoni.


(4)

108 B. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Petani diharapkan terus mengembangkan usahatani buah naga, karena secara finansial usahatani buah naga menguntungkan.

2. Pemerintah diharapkan dapat membantu mempromosikan buah naga di Kabupaten Lampung Selatan.

3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan dan mengembangkan penelitian sejenis, seperti penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pemasaran usahatani buah naga, khususnya di Kabupaten Lampung Selatan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Buah Naga. http://www.wikipedia.org/buah naga. diakses pada tanggal 24 Juli 2013.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. 341 hal.

Ariyanto, H. 2006. Budidaya Tanaman Buah-buahan. PT. Citra Aji Parmana. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. 2012. Lampung Selatan Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.2013. Luas areal tanaman buah naga. Lampung

Cahyono, Bambang. 2009. Sukses Bertanam Buah Naga. Jakarta. Pustaka Min Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Selatan. 2012.

Data luas areal tanaman buah naga. Lampung.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. 2012. Lokasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Gittinger. 1986. Analisis Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. Jakarta. UI Press. 597 hal.

Hanafiah, T. dan A. M. Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Perkebunan. UI Press. Jakarta.

Hasyim, A, I. 2003. Pengantar tataniaga pertanian. Diktat ajar. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung.

Hasyim, A. I. 2012. Tataniaga Pertanian. Buku Ajar Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandarlampung. 253 halaman.

Juwita,T. 2013. Manfaat Pembinaan dan Verifikasi Kopi Dalam Upaya Peningkatan Mutu Kopi di Tanggamus. Universitas lampung. Bandar Lampung.


(6)

Kotler. 1993. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian (Terjemahan) Edisi Keenam Jilid 1. Erlangga. Jakarta Kristanto. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar

Swadaya. Jakarata.

Niken. 2010 . Prospek dan Pengembangan Buah Naga di Lampung Selatan. Universitas Lampung Bandar Lampung.

Putra. 2011. Budidaya Buah Naga. Jakarta : Laksana

Sanusi, B. 2000. Pengantar evaluasi proyek. Jakarta. UI Press. 197 hal. Siti. 2010 Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Benih Padi Inbrida

Varietas Ciherang di Kabupaten Lampung Tengah. Universitas Lampung Bandar Lampung.

Tim karyatani mandiri. 2010. Pedoman bertanam buah naga. Bandung : Nuansa Amalia

Wiratama, D.2012. Peranan Saluran Distribusi dalam Pemasaran. www.scribd.com/doc/41789451/. Diakses 17 februari 2012.