Ecology of child parenting : adolescents perception toward parenting style, media exposure and adolescents psychosocial development in Bandung

(1)

EKOLOGI PENGASUHAN ANAK: PERSEPSI REMAJA

TERHADAP GAYA PENGASUHAN, PAPARAN MEDIA

DAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA

DI KOTA BANDUNG

UKE HANI RASALWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Ekologi Pengasuhan Anak : Persepsi Remaja terhadap Gaya Pengasuhan, Paparan Media dan Perkembangan Psikososial Remaja di Kota Bandung adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2011

Uke Hani Rasalwati NRP. A561024021


(3)

ABSTRACT

UKE HANI RASALWATI. Ecology of Child Parenting : Adolescents Perception toward Parenting Style, Media Exposure and Adolescents Psychosocial Development in Bandung. Advised by: EUIS SUNARTI, UJANG SUMARWAN, DJOKO SUSANTO, PANG S. ASNGARI and DIAH KRISNATUTI.

Adolescent psychosocial development could be enhanced or suppressed by environmental influence like peer friendships and activities away from the family. The ecological of parenting can help parents understand the role of family, school, peer group and community in adolescence development and socialization. Therefore, parents must gradually relinquish the kind of parental control exerted during childhood and must rely more on discussion and mutuality in establishing expectations for conduct. The objectives of the study are : 1) to analyze the differences of media exposure, parenting and adolescent psychosocial development based on characteristic of adolescent, family, school and peer group and 2) to assess the influence of adolescent characteristic, family, school, peer group , media exposure, adolescents perception about parenting toward adolescent psychosocial development. This study was conducted in four different type of senior high schools in Bandung and the sample taken as many as 352 students from all classes proportionately. Data were analyzed with descriptive, the t-test, Regression and Path Analysis. The important results showed that there were significant differences between age group in identity, autonomy, intimacy, sexuality and achievement development; and adolescent psychosocial development was influenced significantly by age, media exposure and parenting (R2=0.346). The suggestion addressed to the parents were provide an appropriate parenting with regard to the ages and child development stages and conducted through an effective communication ; parents should monitor and select the content of messages which are accessed by the adolescent; the government is expected to control media regulation by functioning censor institution in order to supervise message published or exposed by media; and to conduct several programmes such as parenting skill for parents and social skill for the adolescent and to provide counseling institution which is accessible by parents and adolescent.

Keywords : Adolescence, Ecological of Parenting, Media Exposure, Psychosocial Development


(4)

UKE HANI RASALWATI. Ekologi Pengasuhan Anak : Persepsi Remaja terhadap Gaya Pengasuhan, Paparan Media dan Perkembangan Psikososial Remaja di Kota Bandung. Di bawah bimbingan: EUIS SUNARTI, UJANG SUMARWAN, DJOKO SUSANTO, PANG S. ASNGARI dan DIAH KRISNATUTI.

Remaja sebagai individu merupakan sumberdaya manusia yang memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi aktor dalam pembangunan di masa depan. Oleh karena itu, remaja merupakan periode penting dalam perkembangan individu karena pada masa ini mereka mengalami perubahan yang mendasar dalam pubertas, kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan transisi kepada peran-peran baru di dalam masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group, 2) menganalisis paparan media, persepsi terhadap gaya pengasuhan dan perkembangan psikososial remaja menurut perbedaan karakteristik remaja, karakteristik keluarga, dan karakteristik sekolah, 3) mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group terhadap gaya pengasuhan orang tua yang dipersepsi oleh remaja, 4) mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group terhadap paparan media dan 5) mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, peer group, persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan dan paparan media terhadap perkembangan psikososial remaja.

Penelitian ini dilakukan di empat sekolah tingkat menengah atas, yaitu SMA Negeri, SMA Swasta, SM Kejuruan dan Madrasah Aliyah (MA) yang berada di wilayah Kota Bandung dan contoh diambil sebanyak 352 siswa yang berasal dari seluruh kelas secara proporsional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2009 sampai bulan Mei 2010. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, uji-t, Regresi dan Analisis Jalur (Path Analysis).

Hasil penelitian menunjukkan : terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok usia contoh (p<0.05) dalam mempersepsi gaya pengasuhan dimensi kehangatan akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) dalam mempersepsi gaya pengasuhan dimensi emosional dan dimensi pengarahan. Gaya pengasuhan yang dipersepsi oleh remaja dipengaruhi secara nyata oleh usia remaja dan pendidikan ayah (R2=0.248; Sig= 0.000). Usia remaja dan pendidikan ayah berpengaruh nyata terhadap gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya. Persepsi ditentukan oleh pengalaman dan pemahaman individu tentang sesuatu fenomena. Remaja memiliki persepsi positif dikarenakan interaksi dalam bentuk pengasuhan yang diberikan oleh orang tuanya dapat diterima dan sesuai dengan yang diharapkan oleh mereka. Pendidikan ayah berpengaruh terhadap gaya pengasuhan mengandung arti bahwa semakin tinggi pendidikan ayah maka persepsi anak terhadap gaya pengasuhan yang dilakukan akan semakin baik.


(5)

Pendidikan yang dicapai ayah membentuk pola, cara dan pemahaman terhadap sesuatu yang terjadi di dalam keluarga.

Uji korelasi menunjukkan hubungan yang nyata antara usia dengan paparan media (r=0.359; p<0.01) yang mengandung arti bahwa semakin tinggi usia contoh maka akan semakin tinggi terpapar pada media massa. Paparan media dipengaruhi secara nyata oleh usia contoh (R2

Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara kelompok usia dalam perkembangan identity, autonomy, intimacy, sexuality dan achievement. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang nyata antara usia dengan perkembangan identity (r=0.128; p<0.05), perkembangan autonomy (r=0.226; p<0.01), perkembangan intimacy (r=0.331; p<0.01), perkembangan sexuality (r=0.251; p<0.01) dan perkembangan achievement (r=0.252; p<0.01). Hal ini mengandung makna bahwa semakin tinggi usia contoh, maka akan semakin baik perkembangan identity, outonomy, intimacy, sexuality maupun achievement. Perkembangan psikososial remaja dipengaruhi secara nyata oleh usia contoh, paparan media dan gaya pengasuhan (R

=0.179; Sig= 0.000). Mayoritas contoh yang terpapar pada media massa adalah kelompok usia remaja pertengahan (15 sampai 17 tahun). Kelompok usia remaja pertengahan merupakan jumlah terbesar terpapar pada media. Hal ini menunjukkan bahwa remaja dalam kesehariannya menganggap media sebagai suatu kebutuhan yang harus selalu diakses untuk dijadikan sumber informasi yang dapat digunakan sebagai jawaban akan keingintahuan mereka tentang berbagai hal yang ada di sekitarnya

2

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran kepada : 1) orang tua diharapkan menampilkan gaya pengasuhan yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak dan dilakukan dengan komunikasi yang efektif serta lebih banyak menyediakan waktu luang bagi keluarga; dan para orang tua agar memantau dan menyeleksi isi pesan yang diakses oleh remaja dari media; 2) kepada pihak pemerintah yang berkompeten di bidang pendidikan keluarga, agar lebih banyak menyelenggarakan program yang ditujukan bagi penguatan keluarga, seperti parenting skill bagi para orang tua dan social skill bagi anak serta menyelenggarakan lembaga-lembaga konseling yang dekat dengan masyarakat agar dapat lebih dijangkau oleh keluarga yang memerlukannya dan mendorong pelaksanaan undang-undang yang mengatur penyiaran; 3) kepada pihak sekolah agar menganjurkan siswa siswinya memanfaatkan Guru BP sebagai tempat untuk membicarakan permasalahan yang dialaminya, menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai kebutuhan siswa, menyediakan media pembelajaran yang memadai dan menyelenggarakan kegiatan social gathering dengan sekolah lain; dan 4) kepada peneliti lain agar melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam di bidang remaja khususnya dalam perkembangan psikososial remaja.

=0.346; Sig= 0.000). Usia merupakan faktor penentu pada individu dalam menentukan tahap perkembangannya. Gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua memberikan suasana hangat dan komunikasi yang efektif di dalam keluarga mempengaruhi perasaan anak. Anak merasa diterima oleh keluarga dan berkembang ke arah kehidupan yang lebih sehat dan media yang menawarkan berbagai macam informasi positif maupun negatif kepada remaja dapat digunakan sebagai model perilaku.


(6)

TERHADAP GAYA PENGASUHAN, PAPARAN MEDIA

DAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA

DI KOTA BANDUNG

UKE HANI RASALWATI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(8)

Pengasuhan, Paparan Media dan Perkembangan Psikososial Remaja di Kota Bandung

Nama : Uke Hani Rasalwati

NRP : A561024021

Program Studi : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S.

Anggota

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc.

Anggota

Prof. Dr. Pang S. Asngari

Anggota

Prof. (R). Dr. Ign.Djoko Susanto, SKM.

Anggota

Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS.

Mengetahui, Ketua Program Studi GMK

drh. M. Rizal Damanik, M.Rep.Sc, Ph.D.

Tanggal Ujian : 28 Desember 2011

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.


(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga disertasi yang berjudul Ekologi Pengasuhan Anak : Persepsi Remaja terhadap Gayaa Pengasuhan, Paparan Media dan Perkembangan Psikososial Remaja di Kota Bandung ini dapat diselesaikan. Disertasi ini didusun berdasarkan hasil penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Selama penulisan disertasi ini penulis mendapatkan bimbingan dan arahan baik dari Komisi pembimbing maupun dari penguji luar Komisi Pembimbing. Disertasi ini pun tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada :

1. Menteri Sosial RI; Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kementrian Sosial RI; Kepala Pusdiklat Pegawai Kementrian Sosial RI; Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dan. Dr. Herry Koswara, M.Si. selaku Ketua Jurusan Rehabilitasi Sosial STKS Bandung yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

2. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc., Prof. (R). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM,. Prof. Dr. Pang S. Asngari dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. selaku anggota Komisi Pembimbing yang selalu mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh pengertian dan kesabaran.

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB dan Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan studi.

4. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. selaku dosen pembahas pada kolokium dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. selaku dosen penguji tamu pada prelim lisan atas masukan dan koreksi bagi perbaikan proposal penelitian dan disertasi.


(10)

Penulis dilahirkan di Bogor - Jawa Barat pada tanggal 22 Mei 1963, merupakan putri dari pasangan Bapak R. Hermadi Kartamihardja (alm) dan Ibu Dewi Salsah. Penulis menempuh pendidikan dasar sampai menengah atas di Kota Bandung. Pada tahun 1982 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dan lulus tahun 1985 dengan mendapatkan gelar Bachelor of Social Work (BSW). Pada tahun 1987 penulis lulus tingkat Sarjana pada STKS Bandung dan pada tahun 1997 penulis melanjutkan studi pada tingkat magister di Fakultas Psikologi Universitas Gadjahmada dengan status tugas belajar dari Kementerian Sosial RI dan lulus dengan mendapat gelar Magister Sains pada tahun 2001. Pada tahun 2003 penulis kembali diberi kesempatan menjadi tugas belajar oleh Kementerian Sosial RI ke jenjang Strata-3 pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga di Institut Pertanian Bogor.

Sejak tahun 1989 penulis menjadi staf pengajar pada Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dan mengajar mata kuliah Konseling, Asesmen Psikososial dan Kajian Anak, Lansia dan Keluarga. Selain mengajar, penulis menjadi pengurus beberapa Pusat Kajian dan Layanan, yaitu Pusat Kajian dan Layanan Keluarga, Pusat Kajian dan Layanan NAPZA dan konsultan untuk program Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kementerian Sosial RI. Sejak tahun 2010 sampai sekarang, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) STKS.


(11)

5. Prof. Dr. Siti Madanijah, M.S. dan Drs. Adi Fahrudin, M.Soc.Sc.,Ph.D., S. Psi. selaku penguji luar komisi pada Sidang Tertutup yang telah memberikan masukan untuk perbaikan disertasi.

6. Dr. Marjuki, MSc. dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc., selaku penguji luar komisi pada Sidang Terbuka yang telah memberikan saran untuk perbaikan disertasi. 7. Dosen-dosen dan staf kependidikan pada Departemen Ilmu Keluarga dan

Konsumen FEMA IPB yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi.

8. Ibunda tercinta, Dewi Salsah, beserta semua keluarga penulis dan Drs. Syafri Arief, M.Si. yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa dan memberikan dorongan serta semangat kepada penulis untuk dengan sabar menjalani proses penyelesaian studi.

9. Rekan-rekan selama kuliah di IKK : Dra. Meda Wahini, M.Si., Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.S., Dr. Waysima., Dr. Ir. Lilik Noor, dan drh. Wasito, atas kebersamaan, dorongan, dan pemberian semangatnya.

10. Rekan-rekan di kampus STKS : Dra. Eni Rahayuningsih, MP., Dra. Milly Mildawati, MP., Dra. Dayne Trikora W., MSi., Dr. Nurjanah, MPd., Dr.Tukino, MSi., dan Nurhayani Lubis, SH, MPd. yang selalu mengingatkan, mendoakan dan menguatkan pada saat penulis menghadapi kesulitan dalam menyelesaian studi.

11. Rekan-rekan yang telah membantu dalam pengambilan dan pengolahan data : Agus Sukatma,SST., Fahmi Nuraqli, SST., Fery, SST., Cory C. Aini, SST., Ir. Fitriani dan Ir. Gina Ginanjarsari serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan disertasi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA... 7

Ekologi Keluarga ... 7

Ekologi Pengasuhan ... 12

Aspek Pengasuhan ... 16

Tujuan Pengasuhan ... 17

Gaya Pengasuhan ... 18

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengasuhan ... 23

Faktor Gaya Pengasuhan dan Perkembangan Psikososial Remaja ... 24

Remaja ... 27

Model dalam Memahami Remaja... 32

Remaja dan Lingkungannya ... 38

Perkembangan Psikososial Remaja ... 42

Masalah-masalah Psikososial Remaja ... 49

Perkembangan Fisik dan Kognitif Remaja ... 52

Media ... 53

Terpaan Media Massa ... 56

Peranan Media Massa... 57

Fungsi Media Massa... 57

Pengaruh Media ... 58

Pengaruh Media pada Perkembangan Psikososial Remaja ... 63

Persepsi ... 66

Aspek-aspek Persepsi ... 67

Proses terjadinya Persepsi ... 67

Faktor-faktor yang Menentukan Persepsi ... 68

Pengukuran dan Instrumen Penelitian ... 69

Asumsi-asumsi Dasar ... 71

Integrasi antara Teori, Pengukuran dan Analisis Data ... 72

Jenis Skala Pengukuran ... 74

Cara Menyusun Instrumen ... 76


(13)

ii

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ... 79

Kerangka Berpikir ... 79

Hipótesis ... 83

METODE PENELITIAN ... 85

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ... 85

Populasi dan Sampel ... 85

Deskripsi Peubah ... 86

Pengumpulan Data ... 89

Analisis Data ... 89

Definisi Operasional ... 90

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 95

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 95

Karakteristik Remaja ... 96

Karakteristik Keluarga ... 99

Karakteristik Sekolah ... 103

Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) ... 104

Persepsi Remaja tentang Pola Pengasuhan ... 107

Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Persepsi Remaja tentang Pola Pengasuhan ... 118

Paparan Media ... 121

Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Paparan Media ... 127

Perkembangan Psikososial Remaja ... 128

Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Perkembangan Psikososial Remaja ... 172

PEMBAHASAN ... 179

Peubah-Peubah yang Berpengaruh terhadap Persepsi Remaja tentang Pola Pengasuhan ... 178

Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Paparan Media ... 184

Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Perkembangan Psikososial Remaja ... 184

Temuan Penelitian ... 186

Implikasi Penelitian ... 191

Keterbatasan Penelitian ... 192

KESIMPULAN DAN SARAN ... 195

Kesimpulan ... 195

Saran ... 194

DAFTAR PUSTAKA ... 199


(14)

(15)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan fisik dan kognitif pada masa remaja ……….. 54

2. Peubah dan parameter ……… 88

3. Hasil pengujian Reliabilitas dan Validitas ……….. 89

4. Sebaran contoh berdasarkan usia dan asal sekolah ………. 97

5. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan asal sekolah ……….. 99

6. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ayah ……….. 100

7. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ibu ………. 100

8. Sebaran contoh berdasarkan asal sekolah dan pendidikan ayah ……….. 101

9. Sebaran contoh berdasarkan asal sekolah dan pendidikan ibu ……… 102

10. Sebaran contoh berdasarkan asal sekolah dan pendapatan keluarga ……… 102

11. Sebaran contoh berdasarkan peer group……….. 105

12. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, usia, asal sekolah dan Peer Group ... 107

13. Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan warmth dimension……….. 108

14. Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan emotional dimension……….. 110

15. Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan direction dimension……… 111

16. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, usia, asal sekolah dan Persepsi remaja tentang pengasuhan ……….. 113

17. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan Dimensi pengasuhan ……….. 114

18. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan dimensi pola Pengasuhan ……… 116

19. Peubah-peubah yang berpengaruh terhadap persepsi tentang pola Pengasuhan ………. 119

20. Besaran koefisien jalur ……… 120

21. Sebaran hasil uji regresi ………... 121

22. Sebaran contoh berdasarkan paparan media………. 123

23. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan Paparan media ……… 124

24. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan paparan media……….. 126

25. Sebaran contoh berdasarkan peer group dan paparan media ……….. 127

26. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap paparan media ……….. 128


(16)

28. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan

Perkembangan psikososial remaja ………. 130 29. Sebaran contoh berdasarkan perkembangan identity………... 131 30. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan

Perkembangan identity ……… 132 31. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan perkembangan

Identity ……… 134

32. Sebaran contoh berdasarkan peer group dan perkembangan identity ………... 135 33. Sebaran contoh berdasarkan paparan media dan perkembangan identity ……… 136 34. Sebaran contoh berdasarkan dimensi pengasuhan dan perkembangan

Identity ……… 137

35. Sebaran contoh berdasarkan perkembangan otonomi……… 139 36. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan

Perkembangan otonomi ……….. 141 37. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan perkembangan

Otonomi ………. 142 38. Sebaran contoh berdasarkan peer group dan perkembangan otonomi …………. 143 39. Sebaran contoh berdasarkan paparan media dan perkembangan otonomi …….. 144 40. Sebaran contoh berdasarkan dimensi pengasuhan dan perkembangan

Otonomi ………. 145 41. Sebaran contoh berdasarkan perkembangan intimacy……….. 147 42. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan

perkembangan intimacy ………. 149 43. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan perkembangan

Intimacy ………. 150

44. Sebaran contoh berdasarkan peer group dan perkembangan intimacy ………… 152 45. Sebaran contoh berdasarkan media dan perkembangan intimacy ……… 153 46. Sebaran contoh berdasarkan dimensi pengasuhan dan perkembangan

Intimacy ………. 154

47. Sebaran contoh berdasarkan perkembangan sexuality………. 156 48. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan

Perkembangan sexuality ………. 157 49. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan perkembangan

sexuality ……….. 159

50. Sebaran contoh berdasarkan peer group dan perkembangan sexuality ………… 161 51. Sebaran contoh berdasarkan paparan media dan perkembangan


(17)

v

52. Sebaran contoh berdasarkan dimensi pengasuhan dan perkembangan

Sexuality ………. 163

53. Sebaran contoh berdasarkan perkembangan achievement………... 165 54. Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, asal sekolah dan

perkembangan achievement ……… 166 55. Sebaran contoh berdasarkan karaktersitik keluarga dan perkembangan

Achievement ……… 168

56. Sebaran contoh berdasarkan peer group dan perkembangan achievement …….. 170 57. Sebaran contoh berdasarkan media dan perkembangan achievement …………. 170 58. Sebaran contoh berdasarkan dimensi pengasuhan dan perkembangan

Achievement ……… 171

59. Peubah-peubah yang berpengaruh terhadap perkembangan psikososial

Remaja ……….. 174 60. Sebaran hasil uji regresi ………... 174 Besaran koefisien jalur ……….. 176


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Hubungan anak dengan lingkungan……….. 13

2. Integrasi dan siklus penelitian keluarga………... 72

3. Kerangka pemikiran konseptual……… 83

4. Diagram Analisis Jalur……….. 90

5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan Psikososial remaja………. 178

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner Penelitian………..……….. 209


(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia sebagai mahluk sosial akan mencapai kesempurnaannya melalui proses sosialisasi. Proses ini dimulai sejak masa kanak-kanak dan akan terus berlanjut sepanjang kehidupan melalui peran-peran yang dimainkannya sesuai dengan tahap perkembangan kehidupan secara berkesinambungan. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak berinteraksi. Orang tua sebagai kepala keluarga sangat berperan dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, karena orang tua merupakan model identifikasi bagi anak-anaknya. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadian sangat besar artinya karena banyak aspek dalam keluarga yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.

Remaja sebagai individu merupakan sumberdaya manusia yang memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi pelaku dalam pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu masa remaja merupakan masa yang penting di dalam perkembangan individu karena pada masa ini remaja mengalami perubahan yang mendasar dalam hal pubertas, kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan peralihan peran-peran yang baru di dalam masyarakat. Ketiga hal ini menunjuk pada perubahan biologis, kognitif dan sosial (Steinberg 1993).

Perkembangan psikososial pada remaja tidak semata-mata terjadi dengan sendirinya, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di lingkungan kehidupan remaja. Lingkungan yang mempengaruhi sangat beragam dimulai dari lingkungan yang paling dekat sampai kepada lingkungan yang lebih jauh jangkauannya dan lingkungan tersebut membentuk suatu sistem yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Terdapat empat struktur dasar yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu sistem mikro, sistem meso, sistem ekso dan sistem makro. Sistem mikro merujuk pada aktivitas dan hubungan dengan orang-orang yang memiliki arti bagi perkembangan individu dalam situasi


(20)

utama seperti keluarga, sekolah, media, peer group atau masyarakat. Sistem meso terdiri dari ikatan dan interrelasi diantara dua orang atau lebih orang-orang yang ada pada sistem mikro, seperti keluarga dan sekolah atau keluarga dan peer group. Sistem ekso merujuk pada pekerjaan orang tua, lembaga pemerintah kota dan jaringan dukungan sosial orang tua, sedangkan sistem makro terdiri dari masyarakat tempat individu berkembang dan sistem budaya yang merujuk pada sistem kepercayaan, gaya hidup dan opini, serta pola pertukaran sosial.

Walaupun perubahan dasar yang terjadi pada remaja sifatnya umum berlaku pada semua remaja, akan tetapi perubahan tersebut terjadi dipengaruhi oleh konteks sosial yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya dan tempat serta waktu yang berbeda pula. Elemen yang paling penting sebagai situasi sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan remaja adalah keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah dan pekerjaan. Keluarga merupakan lingkungan awal tempat anak remaja mulai belajar bersosialisasi, belajar dari dirinya berinteraksi dan mengembangkan perilaku sosial yang lebih matang. Dalam proses ini interaksi dan relasi emosional yang terjalin antara orang tua dan anak akan berpengaruh terhadap harapan-harapan dan perilaku yang akan dimunculkan anak dalam relasi sosialnya dengan orang lain di lingkungannya. Hubungan yang terbentuk antara keluarga dan anak merupakan suatu yang khas dan akan memberikan pengaruh kepada perkembangan anak. Hubungan ini secara umum tercakup dalam pola pengasuhan. Menurut Sunarti (2004), pengasuhan dapat diartikan sebagai implementasi serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa kepada anak, sehingga memungkinkan anak menjadi bertanggungjawab, menjadi anggota masyarakat yang baik dan memiliki karakter baik. Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan merencanakan, melaksanakan, mengorganisasikan serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Faktor lain yang merupakan sistem yang mempengaruhi perkembangan psikososial remaja adalah media. Bandura (1970) dalam Social Learning Model menyatakan bahwa remaja akan menampilkan perilakunya sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat kepada mereka untuk menampilkan perilaku tertentu.


(21)

3 Melalui modeling di luar keluarganya, remaja berperilaku, mengenakan pakaian dan berbicara menurut hal-hal yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Remaja akan mencari otonomi, identitas dan melakukan sosialisasi melalui media karena media dapat menyediakan berbagai informasi yang berhubungan dengan jenis kelamin, peranan gender, hubungan antar individu dan sebagainya yang akan membantu mereka untuk berhubungan dengan subkultur yang berlaku di kalangan remaja. Mereka mempercayai media sebagai alat yang dapat merefleksikan kehidupan di dalam dunia yang nyata (Newton 1995; Chapin 2000). Berbagai studi telah dilakukan untuk melihat pengaruh media terhadap perkembangan psikososial remaja. Terdapat bukti bahwa media dapat memberikan pengaruh yang positif (misalkan meningkatnya perilaku prososial) maupun yang negatif berupa munculnya perilaku kekerasan, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan makan, sampai pada menurunnya prestasi akademik remaja di sekolah.

Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Sosial (2006) menemukan fakta bahwa terdapat sejumlah 2.815.393 orang anak terlantar, 182.406 orang anak korban tindak kekerasan, 228.851 orang anak nakal, 144.889 orang anak jalanan, 359.995 orang korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA), 267.981 keluarga yang bermasalah sosial psikologis, 6.969.602 keluarga rentan dan 8.581 orang penyandang HIV/AIDS. Hasil Susenas tahun 2005 menunjukkan bahwa penduduk Kota Bandung berjumlah 2.270.970 orang (penduduk perempuan 1.135.485 orang dan penduduk laki-laki 1.135.485 orang). Apabila dilihat dari kelompok umur, penduduk Kota Bandung yang berusia 15 sampai 19 tahun berjumlah 192.159 orang (perempuan 97.050 orang dan laki-laki 95.109 orang). Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 4.336 jiwa anak terlantar, sebanyak 220 jiwa anak nakal, sebanyak 4.000 jiwa anak jalanan dan sebanyak 242 orang korban penyalahgunaan napza. Jumlah remaja yang tertampung di 25 Sekolah Menengah Umum Negeri sebanyak 27.389 orang dan di 107 sekolah Swasta sebanyak 39.674 orang (BPS Kota Bandung 2006). Data ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Bandung yang berada pada golongan usia remaja berpotensi untuk mengalami permasalahan psikososial. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penelitian mengenai pengaruh


(22)

paparan media dan pola pengasuhan terhadap perkembangan psikososial remaja layak untuk dilakukan di Kota Bandung.

Masalah Penelitian

Di dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, remaja lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, baik itu keluarga maupun kelompok sebayanya (peer-group). Pandangan Bandura dalam Social Learning Theory menyatakan bahwa remaja akan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakatnya (Bandura 1970). Mereka akan mencontoh peran-peran yang ada di masyarakatnya, baik secara langsung atau tidak langsung melalui media, berupa media cetak maupun elektronik (video, televisi, internet). Peran-peran modeling dalam media yang terpapar secara berulang-ulang oleh remaja akan diadopsi olehnya sebagai perilakunya, terlepas dari negatif atau positif sifat materi yang terpapar tersebut.

Pengaruh media terhadap perkembangan psikososial remaja sangat besar. Pengaruh positif media akan memperkuat perilaku remaja ke arah yang lebih sesuai dengan tahapan perkembangannya sebagai remaja. Sebaliknya, apabila pengaruh yang negatif terpapar oleh remaja tidak sedikit bukti yang menunjukkan akan berakibat pada penyimpangan perilaku, seperti misalnya penyalahgunaan obat-obatan, melakukan tindak kekerasan, perkosaan, kenakalan, gangguan makan dan bahkan prestasi akademik yang buruk.

Pengasuhan orang tua terhadap remaja memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi perkembangannya. Menurut Evans (1989), dalam batasan Social Learning Theory yang telah dikemukakan Bandura, para orang tua akan mentransmisikan keterampilan, sikap, nilai-nilai dan kecenderungan emosionalnya melalui modeling. Transmisi ini dapat mengarah pada pembentukan baik karakter positif maupun negatif pada anak-anak.

Melihat pengaruh pengasuhan orang tua dan paparan media terhadap perkembangan psikososial remaja seperti yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian adalah “Sejauhmana gaya pengasuhan orang tua dan paparan media berpengaruh terhadap perkembangan psikososial remaja di Kota


(23)

5 Bandung?”. Permasalahan penelitian tersebut dapat diuraikan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga,

karakteristik sekolah dan peer group?

2. Bagaimanakah gaya pengasuhan orang tua, paparan media dan perkembangan

psikososial remaja di Kota Bandung?

3. Apakah ada perbedaan paparan media, persepsi remaja terhadap gaya

pengasuhan dan perkembangan psikososial remaja ditinjau dari karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, dan karakteristik sekolah?

4. Apakah karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group berpengaruh terhadap gaya pengasuhan orang tua yang dipersepsi oleh remaja?

5. Apakah karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group berpengaruh terhadap terpaparnya remaja pada media? 6. Apakah karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, peer group, gaya pengasuhan yang dipersepsi remaja dan paparan media berpengaruh terhadap perkembangan psikososial remaja?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga,

karakteristik sekolah dan peer group pada remaja.

2. Menganalisis paparan media, persepsi terhadap gaya pengasuhan dan

perkembangan psikososial remaja ditinjau dari karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga dan karakteristik sekolah.

3. Mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group terhadap paparan media.

4. Mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga,

karakteristik sekolah, peer group dan paparan media terhadap persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan.


(24)

5. Mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, peer group, gaya pengasuhan orang tua yang dipersepsi oleh remaja dan paparan media terhadap perkembangan psikososial remaja.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai pengaruh media dan gaya pengasuhan yang dipersepsi oleh remaja terhadap perkembangan psikososial remaja ditinjau dari sudut ekologi pengasuhan. Hasil penelitian diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Informasi dan Komunikasi dalam merumuskan kebijakan dan program-program pelayanan bagi pembentukan karakter remaja khususnya dan keluarga pada umumnya.

2. Masukan bagi para praktisi yang bekerja untuk membantu remaja dan

keluarga yang bermasalah, seperti pekerja sosial, psikolog, guru, konselor dan lain-lain dalam mengembangkan program-program pelayanannya.

3. Bahan kajian pada penelitian selanjutnya mengenai gaya pengasuhan, paparan media dan perkembangan psikososial remaja.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Keluarga

Keluarga menurut Murdock (Berns 1997) merupakan kelompok sosial yang ditandai oleh adanya tempat tinggal, kerjasama dalam aspek ekonomi dan reproduksi, termasuk di dalamnya orang-orang dewasa dari kedua jenis kelamin, sedikitnya dua orang yang memelihara hubungan seksual dan satu orang atau lebih anak baik kandung maupun adopsi. Sebuah keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anak disebut sebagai keluarga inti yang merupakan sumber utama bagi anak-anak dan menjadi dasar bagi terbentuknya sebuah masyarakat. Masyarakat memiliki tanggungjawab untuk memelihara dan melakukan sosialisasi terhadap anak pada kehidupan berpasangan yang menghasilkan mereka dan sanksi hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan oleh hukum atau tradisi yang berlaku dalam masyarakat melalui pernikahan yang resmi. Tujuan dari lembaga pernikahan tidak hanya sekedar legalisasi hubungan seksual saja akan tetapi juga untuk menetapkan kewajiban melalui anak yang dihasilkan dari hubungan seksual tersebut. Dalam keluarga inti, suami dan isteri saling bekerjasama dan anak-anak tergantung pada orang tua mereka untuk mendapatkan kasih sayang dan sosialisasi.

Menurut Coleman dan Ressy (Zastrow 2006), keluarga merupakan institusi sosial yang ada di setiap budaya dan didefinisikan sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh perkawinan, keturunan atau adopsi yang hidup bersama di dalam suatu rumah tangga. Keluarga sebagai suatu sistem di mana perubahan relasi yang terjadi di dalamnya merupakan respon terhadap kebutuhan untuk berubah dari anggotanya dan di dalam merespon terhadap perubahan relasi keluarga dengan masyarakat yang lebih luas. Sebagai suatu sistem, keluarga mencoba memelihara keseimbangan di dalam relasinya. Pemahaman terhadap perkembangan di dalam keluarga berhubungan dengan apakah anggota keluarga memiliki kekuatan untuk membuat keputusan, seberapa besar perbedaan individu yang dimiliki, seberapa besar kebebasan dan pengawasan dimiliki setiap anggota kelompok serta pemahaman terhadap peraturan yang tidak tertulis yang berlaku dalam keluarga. Mungkin saja anggota keluarga tidak menyadari akan aturan yang


(26)

berlaku dalam keluarganya, akan tetapi mereka biasanya memiliki kemampuan untuk melihat prinsip dan norma yang diikuti oleh sistem keluarga.

Kecenderungan sistem keluarga untuk mencoba memelihara keberadaan pola-pola perilaku merupakan tantangan dari waktu ke waktu melalui perubahan yang harus mereka sesuaikan. Manakala ada seseorang yang baru masuk dalam rumah tangga, anggota sistem harus menemukan cara untuk mengorganisasikan dan menjalankan kembali tipe relasi dan pola-pola aktivitas yang telah dijalankan sebelumnya. Ketika anggota keluarga mengalami perubahan baik secara psikologis maupun emosional, maka perubahan tersebut biasanya akan mempengaruhi sistem keluarga (Steinberg 1993).

Mengikuti perubahan yang terjadi dalam sistem keluarga, maka keluarga akan mengalami periode ketidakseimbangan sebelum menyesuaikan pada perubahan tersebut. Periode ketidakseimbangan ini akan menyulitkan bagi keluarga. Mereka akan merasa bahwa relasi yang terjalin antar satu anggota dengan anggota keluarga lainnya selama ini sudah tidak berjalan dengan baik lagi akan tetapi mereka tidak mengetahui mengapa sampai terjadi seperti itu. Membuat cara baru untuk mencapai kesepakatan antar satu anggota keluarga dengan yang lainnya akan memakan waktu. Relasi dalam keluarga selalu berubah ketika anggota keluarga berubah atau ketika keadaan keluarga berubah. Selama keadaan seperti ini terjadi, sangat baik bagi relasi dalam keluarga untuk berubah melalui perbaikan ke arah keseimbangan sistem.

Sunarti (2007) menyatakan bahwa ekologi keluarga memiliki asumsi-asumsi: (1) keluarga merupakan bagian dari sistem kehidupan keseluruhan dan berinteraksi dengan beragam lingkungan; (2) keluarga merupakan sistem yang adaptif, semi-terbuka, dinamis, dan perilaku serta keputusannya diarahkan oleh tujuan; (3) seluruh bagian lingkungan saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain, lingkungan alam (fisik dan biologis) menyediakan sumberdaya esensial bagi seluruh kehidupan, dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sosial budaya dan lingkungan yang dibangun manusia (human-built environtment); (4) keluarga merupakan sistem transformasi energi dan membutuhkan energi tertentu untuk pemeliharaan dan keberlangsungan adaptasi dan berinteraksi dengan sistem lain, juga untuk melakukan beragam fungsi kreatif; (5) interaksi antara keluarga


(27)

9 dengan lingkungan dipandu oleh dua macam aturan, yaitu hukum alam fisik dan geologi seperti hukum termodinamik serta aturan yang diturunkan manusia seperti norma sosial; (6) lingkungan tidak menentukan perilaku manusia, tapi memberi batasan dan kendala sebagaimana juga menyediakan peluang dan kesempatan bagi keluarga untuk mengoptimalkan pemanfaatannya; (7) keluarga memiliki beragam tingkat kontrol dan kebebasan dalam interaksinya dengan alam; dan (8) pengambilan keputusan merupakan proses kontrol utama dalam keluarga yang mengarahkan pencapaian tujuan individu dan keluarga. Secara kolektif keputusan dan aksi keluarga memiliki dampak kepada masyarakat, budaya dan lingkungan alam.

Menurut Thorman (Zastrow 2006), walaupun setiap keluarga memiliki ciri unik, akan tetapi masalah yang terjadi dapat digolongkan dalam empat

kategori. Pertama, masalah perkawinan antara suami dan isteri. Hambatan

komunikasi merupakan penyebab utama konflik dalam relasi perkawinan. Sumber konflik yang lain adalah ketidaksepahaman tentang anak-anak, masalah seksual, konflik mengenai waktu rekreasi dan keuangan serta pengingkaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat. Kedua, kesulitan yang muncul antara orang tua dan anak-anak, termasuk masalah-masalah relasi antara orang tua dan anak, kesulitan orang tua dalam mengawasi anak-anaknya terutama pada saat anak menjelang remaja serta masalah-masalah dalam komunikasi. Ketiga, masalah-masalah personal anggota keluarga. Kadangkala di dalam keluarga terdapat seorang anggota keluarga yang menjadi kambing-hitam bagi ketidakberfungsian sistem keluarga secara keseluruhan. Keempat adalah stres yang dialami keluarga yang disebabkan oleh lingkungan luar keluarga. Masalah-masalah yang termasuk dalam kategori ini adalah pendapatan yang tidak memadai, pengangguran, kemiskinan, akses yang tidak memadai pada transportasi dan tempat untuk rekreasi serta kesenjangan terhadap kesempatan kerja. Masalah lain dapat disebabkan masalah kesehatan, sekolah yang tidak memadai dan memiliki tetangga yang membahayakan.

Masalah-masalah yang dialami oleh keluarga merupakan cerminan dari ketidakmampuan keluarga di dalam menjalankan fungsinya. Menurut Zastrow (2006), keluarga dalam masyarakat industri memiliki fungsi-fungsi penting yang


(28)

akan membantu memelihara keberlangsungan dan stabilitas masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

1. Pergantian populasi (Replacement of the population) : Setiap masyarakat

memiliki beberapa sistem untuk pergantian anggotanya. Di dalam prakteknya, semua masyarakat menganggap bahwa keluarga sebagai suatu unit untuk memproduksi anak-anak. Masyarakat memberikan hak dan kewajiban kepada pasangan-pasangan untuk melakukan reproduksi di dalam unit keluarga. Hak dan kewajiban ini membantu memelihara stabilitas masyarakat walaupun mereka mendefinisikannya dalam bentuk yang berbeda.

2. Perawatan anak-anak (Care of the young) : Anak-anak memerlukan perawatan

dan perlindungan setidaknya sampai usia pubertas. Keluarga merupakan institusi utama untuk pengasuhan anak-anaknya. Masyarakat modern telah mengembangkan institusi pendukung untuk membantu dalam merawat anak-anak, seperti pelayanan medis, daycare centers, program pelatihan bagi orang tua dan residential treatment centers.

3. Sosialisasi bagi angota masyarakat baru (Socialization of new members) : Untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, anak-anak harus disosialisasikan pada budaya. Anak-anak harus diperkenalkan pada bahasa, mempelajari nilai-nilai sosial dan adat istiadat, cara berpakaian dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga memainkan peranan utama di dalam proses sosialisasi ini. Dalam masyarakat modern, beberapa kelompok lain dan sumber-sumber dilibatkan dalam proses sosialisasi ini, seperti sekolah, mas media, peer groups, polisi, bioskop dan buku serta materi tertulis lainnya yang berpengaruh sangat penting.

4. Tatanan Perilaku Seksual (Regulation of sexual behavior) : Kegagalan dalam mengatur perilaku seksual akan menghasilkan pertentangan di antara individu-individu yang disebabkan oleh kecemburuan dan eksploitasi. Setiap masyarakat memiliki peraturan yang mengatur perilaku seksual di dalam unit keluarga, misalnya tabu untuk melakukan incest dan hubungan seksual di luar pernikahan.

5. Sumber afeksi (Source of affection) : Kebutuhan akan rasa sayang, dukungan emosional dan penghargaan yang positif dari orang lain, seperti senyuman,


(29)

11 penguatan dan dorongan untuk mencapai prestasi. Keluarga merupakan sumber penting untuk mendapatkan rasa sayang dan pengakuan karena anggota keluarga akan saling menghargai satu sama lainnya dan memperoleh kepuasan emosional dan sosial dari hubungan yang terjalin di antara keluarga.

Kita melihat bahwa remaja tidak selalu merupakan masa terjadinya konflik yang mengerikan di dalam banyak rumah tangga, akan tetapi kita juga melihat bahwa banyak keluarga mampu untuk beradaptasi pada perubahan sosial dan psikologis yang muncul pada masa ini di dalam siklus hidup keluarga. Pusat perhatian bukan pada bagaimana relasi yang terjadi dibedakan dari satu keluarga dengan keluarga lain dan apakah perbedaan itu memiliki konsekuensi penting untuk perkembangan remaja. Beberapa orang tua memiliki kecenderungan lebih keras dibanding yang lainnya dan beberapa remaja diberi kasih sayang yang berlimpah sementara remaja yang lain memiliki jarak dengan orang tuanya. Di dalam banyak rumah tangga, keputusan dibuat melalui diskusi terbuka dan saling memberi dan menerima secara verbal, sementara orang tua yang lainnya menerapkan peraturan yang harus diikuti oleh anak-anaknya.

Menurut Bell (Steinberg 1993), sangat penting untuk dicamkan bahwa walaupun terlihat kecenderungan perilaku anak sebagai hasil dari perilaku orang tua, namun sosialisasi harus dilakukan secara dua arah, tidak dengan satu arah. Fakta menunjukkan bahwa orang tua yang menerapkan hukuman fisik seperti tamparan dan pukulan akan menghasilkan perilaku remaja yang agresif (Bandura 1959). Akan tetapi, kita tidak yakin apakah: (1) hukuman fisik akan mengarah pada perilaku agresi remaja, (2) perilaku agresi remaja mengarahkan orang tua menggunakan hukuman fisik, (3) beberapa faktor lain berkorelasi dengan penggunaan hukuman fisik oleh orang tua dan dengan perilaku agresi remaja, misalkan faktor genetik yang diturunkan orang tua pada anaknya, atau (4) kombinasi dari berbagai penyebab dan korelasi diantara faktor-faktor tersebut. Selanjutnya apabila kita lihat penemuan yang berhubungan dengan praktek pengasuhan dan perkembangan remaja, kita harus ingat bahwa hanya orang tua yang menerima perilaku remaja maka selanjutnya remaja akan menerima perilaku orang tuanya (Steinberg 1993).


(30)

Ekologi Pengasuhan

Pengasuhan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu setiap keluarga perlu mendidik anak agar menjadi manusia yang sehat, cerdas, dan sejahtera lahir batin. Menurut Sunarti (2004), pengasuhan dapat diartikan sebagai implementasi serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa kepada anak, sehingga memungkinkan anak menjadi bertanggungjawab, menjadi anggota masyarakat yang baik dan memiliki karakter baik. Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan merencanakan, melaksanakan, mengorganisasikan, serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Bronfenbrenner (1979) mengemukakan teori ekologi yang menyatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan sekitarnya. Lingkungan anak digambarkan sebagai rangkaian struktur yang meliputi interaksi yang saling berhubungan antara di dalam dan di luar rumah, sekolah dan tetangga dari kehidupan anak setiap hari. Interaksi ini menjadi motor atau penggerak dari perkembangan anak.

Dalam teori ekologi perkembangan anak, anak merupakan pusat dari lingkaran, dikelilingi oleh berbagai lingkaran sistem interaksi yang terdiri dari sistem mikro, sistem meso, sistem ekso, dan sistem makro yang satu sama lain saling memengaruhi. Ketika masih bayi lingkungan mikro, anak hanya meliputi orang tua dan saudara-saudara kandungnya, juga pengasuhnya bila bayi tersebut mendapat pelayanan di tempat penitipan anak (day care centers). Dengan bertambahnya usia anak menjadi usia sekolah, sistem mikronya berkembang meliputi tempat penitipan anak dan sekolah. Hal paling penting dari sistem mikro adalah kontak dan interaksi langsung orang dewasa dengan anak dalam jangka waktu yang cukup panjang dan intensif. Sistem meso adalah lingkaran yang ditunjukkan dengan interaksi antar komponen dalam sistem mikro anak. Perkembangan anak amat dipengaruhi oleh keserasian hubungan antarkomponen dalam sistem mikronya. Sebagai contoh, hubungan antara rumah dan sekolah, guru dan orang tua. Prinsip utama dari sistem meso adalah semakin kuat dan saling mengisi interaksi antar komponen dalam sistem meso, semakin besar


(31)

13 pengaruh dan hasilnya pada perkembangan anak. Sistem ekso merupakan lingkaran yang menunjukkan sistem sosial yang lebih besar dan anak tidak langsung berperan di dalamnya tetapi interaksi komponen sistem ini seperti dalam bentuk keputusan pada tataran lembaga yang mempunyai hubungan dengan anak, berpengaruh terhadap perkembangan anak. Keputusan-keputusan dari tempat kerja orang tua, komite sekolah, atau lembaga perencanaan adalah contoh dari sistem ekso yang dapat memengaruhi anak, baik positif maupun negatif meskipun anak tidak langsung terlibat dalam lembaga-lembaga tersebut. Contoh lain adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa yang terjadi di lingkungan tempat tinggal anak yang dapat berpengaruh pada kesulitan anak untuk tidur. Sistem makro adalah lingkaran terluar dari lingkungan anak. Lingkaran ini terdiri dari

Gambar 1 Hubungan Anak dengan Lingkungannya (Model Ekologi dari Bronfenbrenner 1979)

Anak SISTEM

MIKRO SISTEM MESO

Keluarga Luas EKOSISTEM

SISTEM MAKRO

Tetangga

Pelayanan Hukum Teman

Mass Media

Pelayanan Sosial

Keluarga

Klp Agama

Tetangga Sekolah


(32)

nila-nilai budaya, hukum dan peraturan perundangan, adat kebiasaan, kebijakan sosial dan lain sebagainya. Seluruh komponen dari sistem ini juga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Media massa seperti tayangan TV yang termasuk sistem makro mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap perkembangan anak. Sejalan dengan hal ini, Jack (2000) menyatakan bahwa perkembangan anak dan remaja serta perubahan kehidupan dalam masa dewasa merupakan hasil dari sekumpulan hal yang kompleks dari factor interaksi yang terjadi pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat.

Gaya pengasuhan anak merupakan seluruh interaksi antara subjek dan objek berupa bimbingan, pengarahan dan pengawasan terhadap aktivitas objek sehari-hari yang berlangsung secara rutin sehingga membentuk suatu pola dan merupakan usaha yang diarahkan untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan keinginan si pendidik atau pengasuh (Sears, et al. 1957; Gunarsa dan Gunarsa 1995b). Peran ibu adalah sebagai pelindung dan pengasuh. Seorang ibu, tua maupun muda, kaya atau miskin secara naluriah tahu tentang garis-garis besar dan fungsinya sehari-hari dalam keluarga. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga, khususnya bagi anak-anak yang berusia dini. Oleh karena itu keterlibatan ibu dalam mengasuh dan membesarkan anak sejak masih bayi dapat membawa pengaruh positif maupun negatif bagi perkembangan anak di masa yang akan datang.

Gaya pengasuhan positif misalnya penyusuan langsung dari ibu kepada bayi (skin to skin contact) amat penting bagi tumbuh-kembang anak. Hingga bayi berusia enam bulan, ASI merupakan makanan yang paling baik dengan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki susu formula membuat anak lebih kebal terhadap penyakit dan tidak menderita kelebihan gizi. Sebaliknya, pengaruh negatif ibu dalam mengasuh anak seperti terlalu melindungi dapat menyebabkan anak menjadi lambat perkembangan kepribadiannya. Kenyataan bahwa pola asuh dalam keluarga utuh dan dalam satu rumah, serta hanya satu yang berperan sebagai ibu adalah tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh semua orang tua baik di Indonesia maupun di negara lain. Lebih jauh dinyatakan oleh Sunarti (2008), bahwa terdapat hubungan yang erat dan positif antara ketahanan keluarga dengan pengasuhan anak (berbagai dimensi); antara pengasuhan dengan status


(33)

15 gizi dan antara pengasuhan dengan perkembangan anak. Ketahanan sosial dan psikologis sangat mendukung proses kematangan kepribadian suami isteri yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pengasuhan anak. Pengasuhan yang baik biasanya disertai dengan banyaknya stimulasi yang diberikan kepada anak. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka anak akan dengan lebih mudah mencapai prestasi perkembangannya.

Masalah di negara timur termasuk Indonesia, keluarga besar masih lazim dianut dan peran ibu sering dipegang oleh beberapa orang seperti nenek, keluarga dekat lainnya atau pembantu. Kecenderungan wanita untuk bekerja di luar rumah menyebabkan meningkatnya peran pengganti ibu, sehingga peran "ibu pengganti" menjadi sangat penting. Pada keluarga yang disharmonis atau adanya perpisahan sementara dengan ibu karena tugas, maupun perpisahan permanen karena orang tua bercerai atau meninggal, atau dititipkan di panti asuhan dapat menyebabkan masalah psikis pada anak karena tidak ada atau kurang adanya kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk mendukung tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal (Hurlock 1998). Anak yang telantar kasih sayang dapat mengalami hambatan dalam belajar bergaul dengan orang lain. Mereka bereaksi secara negatif terhadap pendekatan orang lain, sukar diajak kerja sama, dan bersikap memusuhi. Anak-anak tersebut merasa tidak pandai dan memperlihatkan kekesalan dengan perilaku agresif, tidak patuh, dan bentuk perilaku anti sosial lainnya.

Menurut Kagan (Berns 1997), pengasuhan merupakan implementasi keputusan tentang sosialisasi pada anak, hal-hal yang dilakukan agar anak mampu bertanggungjawab, menjadi anggota masyarakat yang memiliki kontribusi, apa yang dilakukan ketika anak menangis, ketika anak menjadi agresif, berbohong atau tidak melakukan hal yang baik di sekolah.

Dalam perkembangannya, anak membutuhkan orang lain dan orang yang pertama dan utama memiliki tanggungjawab pengasuhan adalah orang tuanya sendiri. Seperti yang dikatakan Lugo dan Hershey (Prananto 1993), bahwa hubungan yang pertama dan terutama dalam kehidupan seorang anak adalah dengan ibunya, dan dari hubungan ini anak akan membentuk pola hubungan antara dirinya dengan orang lain sepanjang hidupnya. Pada masa ini keluarga


(34)

yang merupakan tempat terjadinya hubungan bertanggungjawab langsung mengembangkan keseluruhan eksistensi anak, memenuhi kebutuhan anak baik fisik maupun psikologis. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan anak yang paling dapat memberi kasih sayang, manusiawi, efektif dan ekonomis. Dalam keluargalah untuk pertama kali anak-anak mendapat pengalaman langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya di kemudian hari melalui latihan-latihan fisik, mental, sosial, emosional dan spiritual.

Pola asuh anak adalah segala interaksi antara orang tua dengan anaknya dalam praktek pengasuhan yang diberikan kepada anak. Interaksi ini meliputi segala perilaku, minat, nilai-nilai, sikap dan kepercayaan yang diajarkan pada anak-anak melalui proses pendidikan dan pengasuhan sepanjang hidup anak (Karyadi 1988). Menurut Lamb (Prananto 1993), bahwa kualitas interaksi lebih penting daripada kuantitas. Waktu interaksi yang tidak lama akan tetapi menyenangkan lebih memberikan hasil yang baik daripada interaksi terus menerus tetapi tanpa kepuasan. Praktek-praktek pengasuhan anak muncul dalam interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anak-anaknya. Menurut Lawton (Berns, 1997), sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga, sedangkan hubungan yang terjalin antara anak dan orang tua bukan merupakan proses yang searah akan tetapi timbal balik, karena perilaku anak dapat mempengaruhi perilaku orang tua. Julie (2007) menyatakan bahwa terdapat bukti yang nyata dari peranan faktor konteks sosial di dalam pengasuhan. Pengasuhan individual berkontribusi pada perilaku bermasalah anak dan depresi yang dialami orang tua berpengaruh langsung tehadap pengasuhan, khususnya pada ayah. Secara bersamaan, konflik rumah tangga secara langsung berhubungan dengan pengasuhan ayah, dan secara langsung dan tidak langsung berhubungan dengan pengasuhan ibu melalui depresi yang terjadi pada masa perkawinan.

Aspek-aspek Pengasuhan

Baumrind (1991) menyatakan bahwa terdapat empat dimensi perilaku orang tua yang diyakini memiliki dampak penting bagi perkembangan anak, yaitu: 1. Pengendalian Orangtua (Parental Control)


(35)

17 Meliputi segala upaya orang tua untuk menggunakan pengaruhnya terhadap anak. Orang tua memiliki kemampuan untuk menahan tekanan dari anak, dan konsisten dalam menjalankan aturan. Mengontrol tindakan didefinisikan sebagai upaya orang tua untuk memodifikasi ekspresi ketergantungan anak, agresivitas atau perilaku bermain di samping untuk meningkatkan internalisasi anak terhadap standar yang dimiliki orang tua terhadap anak.

2. Tuntutan Kematangan (Maturity Demands)

Orang tua memberikan tekanan terhadap anak untuk dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam aspek sosial, intelektual dan emosional. Orang tua pun menuntut kemandirian yang meliputi pemberian kesempatan kepada anak-anaknya untuk membuat keputusannya sendiri.

3. Komunikasi Orangrua-anak (Parents-Child Communication)

Orang tua meminta pendapat anak dan berusaha mengetahui bagaimana perasaan anak akan sesuatu melalui diskusi. Orang tua pun mendengarkan penjelasan-penjelasan anak dan membiarkan mereka dipengaruhi oleh dugaan yang beralasan.

4. Dampak yang mengikuti (Nurturance)

Orang tua mampu mengekspresikan cinta dan kasih sayang melalui tindakan dan sikap yang mengekspresikan kebanggaan dan rasa senang atas keberhasilan yang dicapai anak-anaknya.

Tujuan Pengasuhan

Pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya memiliki tujuan yang diarahkan pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. Euis Sunarti (2004) menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan dalam pengasuhan, yaitu: pengembangan konsep diri, mengajarkan disiplin diri dan mengajarkan keterampilan pengembangan.

1. Pengembangan Konsep Diri

Konsep diri dibangun melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Interaksi tersebut membuat anak mulai mengidentifikasi dirinya, menemukan dan mencari persamaan dan perbedaan antara dirinya dengan orang lain. 2. Mengajarkan Disiplin Diri


(36)

Disiplin adalah kemampuan seseorang untuk bertindak sesuai norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku. Perilaku disiplin termasuk menunda atau memodifikasi keinginan atau kepuasan sementara untuk mencapai tujuan jangka panjang.

3. Mengajarkan Keterampilan Pengembangan

Pengasuhan mengajarkan anak berbagai keterampilan hidup (kognitif, sosial dan emosional) melalui upaya-upaya yang memungkinkan anak berkembang secara optimal. Keterampilan hidup tersebut memungkinkan anak mampu menjalankan berbagai fungsi dalam kehidupannya.

GayaPengasuhan

Penelitian mengenai gaya pengasuhan dan pengaruhnya telah banyak dilakukan. Seorang peneliti yaitu Baumrind (1991) membuat kreasi model pengasuhan yang didefinisikan gaya pengasuhan kedalam tiga bagian tipologi, yaitu authoritarian, authoritative, dan permissive (Darling dan Steinberg 1993). Ia memberikan dasar pemikiran setiap tipe dalam tingkatan demandingness dan responsiveness dimana orang tua memberikan reaksi kepada anak. Model ini diperbaharui oleh Maccoby dan Martin, yang membagi gaya pengasuhan permissive kedalam dua tipe yang terpisah yaitu indulgent dan neglectful yang kadangkala disebut juga sebagai indifferent (Darling dan Steinberg, 1993).

Selanjutnya mereka memberikan label demandingness dan responsiveness pada

Baumrind menjadi control dan responsiveness.

Pada saat ini pengasuhan lebih umum dipecah ke dalam empat gaya, yaitu authoritative, authoritarian, indulgent dan indifferent. Para peneliti merujuk pengasuhan pada tingkatan responsiveness atau warmth dan demandingness serta control. Setiap gaya pengasuhan ini mempengaruhi perkembangan karakteristik pada anak dan remaja. Gaya pengasuhan dipengaruhi oleh norma-norma kultural dan lebih khusus oleh perbedaan etnis serta status sosial ekonomi dimana pengasuhan diadopsi.

Setiap gaya pengasuhan memiliki karakteristik yang disesuaikan menurut tingkatan demandingness atau control dan responsiveness atau warmth. Di dalam mengenal keempat gaya pengasuhan, sangat penting untuk dicatat bahwa banyak


(37)

19 dari para orang tua memiliki ciri-ciri lebih dari satu kategori, dan di dalam keluarga utuh, salah satu orang tua kemungkinan memiliki gaya yang berbeda dibanding dengan pasangannya. Gaya pengasuhan merupakan assessment global terhadap keseluruhan kualitas pengasuhan yang dialami remaja. Pengaruh orang tua pada remaja sangat besar dan gaya pengasuhan kemungkinan akan membuat atau malah dapat menghambat keberhasilan anak:

1. Gaya Pengasuhan Authoritative

Dalam budaya barat pengasuhan authoritative dilihat sebagai suatu hal yang sangat bermanfaat bagi perkembangan anak (Darling dan Steinberg 1993). Orang tua yang authoritative memiliki tingkatan yang tinggi pada responsiveness dan demandingness. Mereka (orang tua yang authoritative) seringkali melibatkan anaknya di dalam pembuatan keputusan dan mengajak diskusi walaupun masih dalam lingkup yang terbatas. Orang tua seperti ini memiliki harapan yang tinggi untuk anak mereka, akan tetapi pendekatannya dilakukan dengan cara yang hangat. Pada saat anak masuk kedalam masa remaja, orang tua yang authoritative meresponnya melalui membiarkan anak lebih autonomy yang dihubungkan dengan peralihan yang sehat dari remaja kepada masa dewasa. Orang tua yang authoritative memahami bahwa komunikasi di antara orang tua dan anak-anaknya harus jelas untuk memelihara hubungan orang tua dan anak yang menyenangkan. Orang tua

bersifat assertive tetapi tidak ikut campur (intrusive) dan membatasi

(restrictive). Cara pendisiplinan mereka adalah dengan memberikan dukungan dibanding hukuman.

Remaja merasa lebih nyaman berbicara terbuka dengan orang tua yang authoritative. Orang tua tidak dapat memberikan hukuman terhadap perilaku negatif yang dilakukan, dan mereka lebih senang untuk memberikan reward pada perilaku yang positif. Gaya pengasuhan ini menyediakan pengukuran kompetensi yang tinggi, perkembangan sosial, persepsi-diri dan kesehatan mental. Terdapat bukti bahwa orang tua yang authoritative menghasilkan perkembangan psikososial yang tinggi dan sedikit masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku (Baumrind 1991).


(38)

2. Gaya Pengasuhan Authoritarian

Gaya pengasuhan ini seringkali dievaluasi dalam batas-batas konflik dengan aspek-aspek positif dan yang lainnya dengan aspek-aspek yang negatif. Orang tua yang diklasifikasikan sebagai authoritarian memiliki demandingness yang tinggi tetapi rendah di dalamkehangatan (warmth) dan responsiveness. Orang tua tidak melibatkan di dalaminteraksi yang menuntut kematangan dan melibatkan sedikit debat dengan anak-anaknya (Darling dan Steinberg 1993). Mendapatkan apa yang diharapkan oleh orang tua yang authoritarian seringkali memerlukan perjuangan bagi anak dan remaja seperti yang mereka sering respon untuk mencapai harapan sebagai hal yang bertentangan dengan do’a dan dukungan. Kebanyakan remaja cenderung untuk menolak gaya komentar dan perintah, serta memberontak orang tua yang menggunakan gaya ini.

Menurut Steinberg (1993), bahwa orang tua yang authoritarian cenderung untuk memberikan lebih hukuman dan disiplin yang mutlak tanpa memberi dan menerima komunikasi. Hal ini berarti bahwa orang tua lebih banyak memberikan perintah pada anak-anaknya dan dengan cepat menghukum pada saat mereka tidak melaksanakan tugasnya. Remaja yang memiliki orang tua dengan kategori ini akan memiliki perilaku yang baik akan tetapi kemungkinan mengalami depresi. Remaja cenderung untuk berpenampilan baik di sekolah dan tidak akan terlibat dalam masalah yang berhubungan dengan perilaku, akan tetapi mereka memiliki keterampilan sosial yang sedikit dan rendah dalam self-esteem nya (Darling dan Steinberg 1993).

3. Gaya Pengasuhan Indulgent

Kadangkala dihubungkan dengan istilah permissive. Orang tua yang indulgent adalah yang hangat dan memiliki responsiveness yang tinggi akan tetapi tidak menuntut dan rendah dalam pengawasan (Radziszewska 1996). Mereka memberikan kebebasan dan sedikit menerapkan kedisiplinan kepada anak-anaknya. Orang tua yang indulgent seringkali tidak konsisten dengan aturan dan disiplin yang telah diterapkan pada anak-anaknya (Darling dan Steinberg 1993). Orang tua dengan gaya ini bertentangan dengan orang tua yang indifferent karena memiliki respon yang sangat tinggi pada anak-anaknya.


(39)

21 Mereka tidak banyak menuntut dari anak-anaknya (Steinberg 1993). Orang tua dengan gaya ini adalah mereka yang membiarkan anak-anaknya ”walk out over them.”

Remaja yang memiliki orang tua dengan gaya indulgent lebih banyak terlibat dengan masalah perilaku, akan tetapi mereka memiliki self-esteem yang tinggi, keterampilan sosial yang lebih baik dan depresi tingkat rendah (Darling dan Steinberg 1999).

4. Gaya Pengasuhan Indifferent

Gaya pengasuhan ini sering disebut juga dengan istilah neglecting. Orang tua yang diklasifikasikan sebagai indifferent memiliki tingkatan yang rendah baik

pada responsiveness maupun pada demandingness (Radziszweska 1996).

Seperti orang tua indulgent, mereka mengijinkan anak-anaknya memiliki kebebasan yang belum pernah didapatnya serta mengharapkan sedikit tanggung jawab. Akan tetapi tidak seperti orang tua indulgent, dimana orang tua dengan gaya ini memiliki jarak dan tidak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Mereka tidak tertarik pada apa yang terjadi pada anak-anak-anaknya. Orang tua dengan gaya ini tidak responsive dan memiliki sedikit harapan pada anak-anaknya (Steinberg 1993). Orang tua tidak memonitor atau mengawasi perilaku anak-anaknya. Anak dengan orang tua indifferent sangat miskin di dalamsemua aspek kehidupan (Darling dan Steinberg 1993).

Rohner (1986) mengemukakan bahwa gaya pengasuhan dengan dimensi kehangatan (warmth dimension). Menurutnya bahwa gaya pengasuhan kehangatan bersifat kontinum, namun dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu gaya pengasuhan penerimaan (acceptance) dan gaya pengasuhan penolakan (rejection).

1. Gaya Pengasuhan Penerimaan (Parental Acceptance)

Gaya pengasuhan ini ditandai dengan curahan kasih sayang dari orang tua kepada anaknya baik secara fisik maupun secara verbal dengan mengekspresikan kasih sayang dan perhatiannya melalui pujian, penghargaan dan dukungan untuk berkembang.

2. Gaya Pengasuhan Penolakan (Parental Rejection)

Gaya pengasuhan ini dibagi lagi kedalam gaya pengasuhan pengabaian, gaya pengasuhan penolakan dan gaya pengasuhan permusuhan. Gaya pengasuhan


(40)

pengabaian ditandai dengan tidak adanya perhatian orang tua terhadap pemenuhan kebutuhan anak yang mengakibatkan anak tidak lagi merasakan kehadiran orang tua yang seharusnya berperilaku sebagaimana layaknya orang tua. Gaya pengasuhan penolakan ditandai dengan munculnya perkataan dan perilaku orang tua yang menyebabkan anak merasa tidak dicintai, tidak dikasihi, tidak dihargai bahkan lebih parah lagi anak tidak dikehendaki kehadirannya di dunia ini. Gaya pengasuhan permusuhan ditandai dengan munculnya perkataan dan perbuatan yang kasar serta agresif dari orang tua.

Gottman dan DeClaire (Sunarti 2004) membagi gaya pengasuhan emosi anak kedalam empat kelompok, yaitu: (1) gaya pengasuhan orang tua yang mengabaikan emosi anak, (2) gaya pengasuhan orang tua yang tidak menyetujui dan senantiasa mengkritik emosi negatif anak, (3) gaya pengasuhan orang tua yang menerima emosi anak namun gagal mengarahkannya, serta (4) gaya pengasuhan orang tua yang menerima emosi anak dan sekaligus membimbing dan mengarahkan emosi anak.

1. Gaya Pengasuhan yang Mengabaikan (Dismissing Style)

Gaya pengasuhan ini ditandai dengan perilaku orang tua yang cenderung mengabaikan dan melecehkan atau merendahkan emosi negatif anak.

2. Gaya Pengasuhan Tidak Menyetujui (Disaproving Style)

Gaya pengasuhan ini ditandai dengan perilaku orang tua yang cenderung mengkritik anak dengan perasaan negatif dan tidak menyetujui bahkan menghukum mereka karena ekspresi emosinya.

3. Gaya Pengasuhan Laissez Faire

Gaya pengasuhan ini ditandai dengan situasi dan kondisi dimana orang tua menerima emosi anak dan bersimpati kepada mereka (menerima semua emosi anak tanpa prasyarat), akan tetapi gagal untuk menawarkan pengarahan atau menetapkan standar atau batasan-batasan perilaku anak.

4. Gaya Pengasuhan Emosi (Emotional Coach)

Gaya pengasuhan ini ditandai dengan situasi dimana orang tua menerima perasaan anak tanpa syarat, bersimpati kepada mereka (sama seperti pada gaya


(41)

23 pengarahan serta menetapkan batasan-batasan kepada anak dalam mengekspresikan emosinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengasuhan Faktor Status Sosial Ekonomi

Penelitian menunjukkan bahwa status sosial ekonomi berpengaruh terhadap gaya pengasuhan dan gaya pengasuhan tersebut dapat memberikan reaksi terhadap status sosial ekonomi. Terdapat sejumlah studi yang diarahkan untuk mengungkap hubungan ini. Mereka menemukan bahwa gaya pengasuhan bervariasi sesuai status sosial ekonomi dan pengaruh setiap gaya muncul secara konsisten serta perbedaannya kecil (Radziszewska 1996).

Seringkali pengasuhan authoritarian dicatat sebagai gaya pengasuhan dominan di dalam strata sosial ekonomi rendah. Walaupun gaya pengasuhan ini telah menunjukkan gangguannya pada pertumbuhan anak di dalamkelas menengah, akan tetapi dapat mengarahkan pada kelas yang lebih rendah (Radziszweska 1996). Sebagai contoh keuntungan yang potensial pada gaya ini dalam status sosial ekonomi rendah adalah posisi pekerja yang tidak memiliki keterampilan. Dengan tumbuhnya anak menjadi tergantung, kemampuan intelektual rendah dan kepatuhan, maka orang tua yakin akan keberhasilan anak di dalamposisi yang sama.

Banyak anak yang tumbuh dalam rumah tangga yang authoritarian memasuki pencarian identitas dan mengadopsi identitas tanpa menggali lebih jauh pilihan-pilihan yang ada. Hal ini terlihat seperti sesuatu yang bersifat maladaptive dan kadangkala tidak dapat diterima di dalammasyarakat kelas menengah, akan tetapi pada masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah hal ini seringkali bersifat adaptif. Terdapat sedikit kesempatan dan sedikit nilai yang ditempatkan dalam menambah pendidikan dalamkomunitas dengan penghasilan rendah, dan bagi mereka yang ingin lebih maju seringkali tersisih atau memiliki sumber yang telah dihabiskan oleh orang-orang di sekitarnya. Di dalamsituasi seperti ini, akan lebih sehat apabila menerima identitas yang telah ditentukan tanpa bertanya akan pilihan-pilihan lainnya.


(42)

Orang tua dalam kelas menengah cenderung menggunakan pengasuhan authoritative. Hal ini merefleksikan penempatan nilai yang kuat pada kebebasan dan autonomy. Melalui dorongan dan penjelasan terhadap anak-anaknya, orang tua mencoba untuk menanamkan mentalitas “Saya dapat melakukan apa saja” yang akan mengarahkan pada penggalian dan seringkali berhasil di antara anak-anak yang tumbuh dibawah gaya ini. Anak-anak-anak yang tumbuh dalam rumah yang authoritarian melakukan eksplorasi sebelum membuat komitmen identitas. Hal ini akan mengarahkan pada kepuasan hidup yang tinggi dan kemampuan untuk mengendalikan krisis yang terjadi pada kehidupan selanjutnya. Orang tua yang memiliki penghasilan lebih tinggi memiliki kecenderungan yang besar untuk mengadopsi pengasuhan indifferent dan indulgent (Radziszewska 1996).

Faktor Ras dan Etnis

Ras dan etnis memberikan pengaruh terhadap gaya pengasuhan dan di dalambeberapa kasus mempengaruhi reaksi anak-anak pada gaya pengasuhan. Secara umum, semua anak menunjukkan keberhasilan yang tinggi di dalamrumah dengan orang tua yang authoritative (Steinberg 1993).

Keluarga Asia cenderung menggunakan gaya pengasuhan permissive pada saat anak-anak masih kecil dan selanjutnya menjadi lebih authoritative pada saat anak-anak bertambah usianya. Hal ini mengarahkan terbentuknya attachment yang kuat diantara orang tua dan anak dan meningkatkan penghindaran anak dari perilaku menyimpang. Menariknya dari penelitian ini adalah bahwa perempuan Asia cenderung menunjukkan tingkat depresi paling tinggi seperti yang dihasilkan pada pengasuhan authoritarian (Radzizzewski 1996).

Faktor Gaya Pengasuhan terhadap Perkembangan Psikososial Remaja

Semua gaya pengasuhan cenderung mempengaruhi perkembangan anak. Di dalambatasan Social Learning Theory yang dibahas oleh Bandura, menyatakan bahwa para orang tua mentransmisikan keterampilan, sikap, nilai-nilai dan kecenderungan emosionalnya melalui modeling (Evans 1989). Transmisi ini dapat mengarah pada pembentukan baik karakteristik positif maupun negatif pada anak-anak.


(1)

Gaya Pengasuhan

Direction Dimention

No Pernyataan SS S TS STS

Rata-rata 1 Orang tua lebih sering menentukan kegiatan yang akan saya

lakukan 30 128 174 20 2.52

2 Saya merasa hukuman yang diberikan orang tua terlalu berat 18 129 174 31 2.62 3 Saya selalu ditegur orang tua apabila menggunakan pakaian yang

kurang sopan 2 53 202 95 3.11

4 Saya harus selalu mendengarkan apabila orang tua sedang

berbicara atau mengemukakan pendapatnya 13 113 173 53 2.76 5 Pembagian tugas yang harus dilakukan di rumah.

dimusyawarahkan terlebih dahulu dalam keluarga 3 26 178 145 3.32 6 Orang tua tidak pernah memaksakan perintahnya untuk

dilaksanakan apabila anak tidak menyepakati 8 46 160 138 3.22 7 Saya dapat memprotes sikap orang tua yang saya anggap kurang

sesuai 10 74 207 61 2.91

8 Saya selalu diingatkan oleh orang tua akan tugas-tugas yang belum

saya kerjakan 29 40 211 72 2.93

9 Saya akan ditegur apabila membaca majalah atau menonton TV

pada jam belajar 0 38 170 144 3.30

10 Saya harus selalu menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan

atau diinginkan oleh orang tua 0 65 179 108 3.12 11 Saya sering dibentak oleh orang tua apabila saya melakukan

kekeliruan dalam melakukan pekerjaan rumah 77 171 95 9 2.10 12 Saya akan merasa lebih bebas melakukan pekerjaan apabila orang

tua tidak ada di rumah 46 132 136 38 2.47

13 Orang tua selalu membicarakan kegiatan untuk mengisi liburan

bersama-sama keluarga 8 101 161 82 2.90

14 Orang tua tidak membuat pembagian tugas untuk dikerjakan di

rumah 20 70 181 81 2.92

15 Orang tua selalu memberikan pertimbangan apabila saya

mengambil suatu keputusan 25 104 196 27 2.64

16 Saya selalu dicurigai membolos oleh orang tua apabila pulang

sekolah sebelum waktunya 7 24 268 53 3.04

17 Saya tidak pernah dilibatkan dalam merencanakan pekerjaan yang

harus dilakukan di rumah 45 165 116 26 2.35

18 Orang tua mengajarkan untuk selalu mengikuti apapun perintahnya

dan dalam keadaan apapun 19 102 214 17 2.65

19 Orang tua melarang saya bergaul dengan orang-orang yang

dianggap berandalan 41 164 137 10 2.33

20 Saya harus melaksanakan semua tata tertib yang telah dibuat oleh

orang tua 9 59 116 168 3.26

21 Saya tidak pernah diberi kesempatan untuk membela diri apabila

melakukan suatu kekeliruan 7 60 175 110 3.10

22 Hukuman yang dijatuhkan oleh orang tua tidak pernah dibicarakan

terlebih dahulu dalam keluarga 35 92 188 37 2.64 23 Orang tua tidak mengarahkan kegiatan tertentu yang diikuti oleh

saya di luar sekolah 39 125 160 28 2.50

24 Orang tua tetap memberikan pekerjaan di rumah walaupun sudah

ada pembantu yang mengerjakannya 19 159 126 48 2.58 25 Apabila saya melakukan kekeliruan. maka orang tua tidak akan

membiarkannya 26 96 201 29 2.66

26 Orang tua tidak mengijinkan saya keluar rumah pada malam hari 7 49 237 59 2.99 27 Orang tua mengharuskan saya untuk tidur siang agar pada malam

hari saya dapat belajar 32 119 135 66 2.67

28 Orang tua kurang bertindak tegas sehingga saya kurang disiplin 34 98 168 52 2.68 29 Orang tua tidak memiliki ketegasan. sehingga saya tidak menuruti


(2)

Rekapitulasi Persepsi Terhadap Gaya Pengasuhan Gaya

Pengasuhan PWD PED PDD Rataan

Skor 3,13 2,91 2,75 2,93

Kategori Tinggi Sedang Sedang Sedang

30 Saya merasa diberi kebebasan oleh orang tua untuk berbuat apapun

yang saya inginkan 72 166 100 14 2.16

31 Orang tua menyerahkan kepada saya untuk memilih sendiri hadiah

yang akan diberikan 54 129 140 29 2.41

32 Orang tua memberikan kesempatan kepada saya untuk berperan

serta dalam membuat keputusan keluarga 25 126 146 55 2.66 33 Orang tua membiarkan saya untuk melakukan apa saja yang saya

ingin lakukan di rumah 18 81 204 49 2.81

34 Saya diberi kebebasan oleh orang tua untuk memakai pakaian

sesuai dengan keinginan saya 18 164 143 27 2.51 35 Saya selalu meminta pertimbangan orang tua untuk potongan

rambut atau pakaian yang akan saya kenakan 22 85 169 76 2.85


(3)

Lampiran 3. Sebaran Contoh Berdasarkan Persepsi Terhadap Gaya Pengasuhan

Gaya Pengasuhan

Warmth Dimension

No Pernyataan SS S TS STS

Rata-rata 1 Orang tua sering menolak apabila anak-anaknya meminta

untuk bepergian bersama-sama

4 94 236 18 2.76 2 Orang tua selalu menanyakan kesulitan yang sedang dialami

anak-anaknya

2 37 194 119 3.22 3 Orang tua selalu mendengarkan pendapat anak-anaknya 13 43 216 80 3.03 4 Orang tua selalu menanyakan alasan apabila anak-anaknya

pulang sekolah sebelum waktunya

7 13 170 162 3.38 5 Orang tua bersikap tidak peduli apabila ada barang-barang di

rumah yang dihilangkan oleh anak-anaknya

16 10 198 128 3.24 6 Saya merasa orang tua selalu memberikan tanggapan

terhadap segala sesuatu yang akan dilakukan

5 25 243 79 3.13 7 Orang tua selalu menyediakan waktu luang bagi keluarga

untuk mengobrol atau makan bersama

7 23 185 137 3.28 8 Orang tua ikut memberikan masukan terhadap kegiatan yang

akan dilakukan saya di luar sekolah

0 32 214 106 3.21 9 Orang tua selalu bersikap adil dalam menyelesaikan

permasalahan yang terjadi dalam keluarga

16 26 139 171 3.32 10 Orang tua memahami akan kemampuan saya, sehingga tidak

memaksakan untuk mencapai prestasi di sekolah

20 31 177 124 3.15 11 Orang tua selalu memaklumi apabila saya tidak mengikuti

perintahnya

58 111 146 37 2.46 12 Walaupun orang tua menganggap saya tidak suka diatur,

akan tetapi mereka dapat memahaminya

18 61 180 93 2.99 13 Orang tua selalu berbicara dengan kata-kata yang baik dan

menyenangkan bagi saya

4 13 144 191 3.48 14 Orang tua bersama keluarga selalu menciptakan senda gurau

sehingga suasana keluarga menjadi hangat

5 20 137 190 3.45 15 Orang tua selalu menentang pendapat yang saya ajukan 10 88 180 74 2.90


(4)

Gaya Pengasuhan

Emotional Dimension

No Pernyataan SS S TS STS

Rata-rata 1 Orang tua jarang memberikan tanggapan khusus apabila saya

mendapat nilai bagus atau perhargaan dari sekolah

14 88 190 60 2.84 2 Apabila saya sedang merasa tidak enak hati di rumah, orang tua saya

bersikap tidak peduli

15 64 175 98 3.01 3 Orang tua sering marah apabila saya merusak barang yang ada di

rumah

55 193 95 9 2.16 4 Orang tua akan sangat marah apabila ketahuan saya membolos 7 12 116 217

3.54 5 Saya tidak pernah dimarahi orang tua walaupun pulang larut malam

bukan untuk belajar bersama teman

4 60 120 168 3.28 6 Saya merasa senang karena orang tua sangat memanjakan saya 50 138 117 47

2.46 7 Orang tua akan sangat marah apabila saya memutar lagu dengan suara

yang keras

19 99 183 51 2.76 8 Saya merasa bebas mencurahkan perasaan kepada orang tua karena

mereka dapat diajak bertukar pikiran

20 79 161 92 2.92 9 Apabila saya marah karena menginginkan sesuatu dari orang tua,

mereka pasti akan memenuhinya

34 108 174 36 2.60 10 Orang tua tidak marah apabila saya mengerjakan sesuatu dengan

kurang teliti

29 189 120 14 2.34 11 Saya tidak pernah merasa takut untuk mengemukakan pendapat di

depan orang tua

10 52 227 63 2.97 12 Saya merasa orang tua tidak berlaku adil pada anak-anaknya 34 47 171 100

2.96 13 Orang tua tidak pernah mengawasi saat saya sedang belajar di rumah 13 123 197 19

2.63 14 Orang tua tidak pernah memberikan pertimbangan pada pakaian yang

dikenakan saya

9 114 209 20 2.68 15 Saya merasa suasana rumah tidak harmonis karena orang tua tidak

pernah memberikan kritik maupun saran

36 93 149 74 2.74 16 Orang tua akan memarahi kalau saya bergaul dengan orang lain yang

memiliki sikap tidak santun

27 29 151 145 3.18 17 Orang tua akan memberikan hukuman apabila saya melanggar adat

istiadat yang berlaku dalam keluarga

21 74 154 103 2.96 18 Orang tua tidak menegur apabila saya membiarkan kamar dalam

keadaan berantakan

3 44 211 94 3.13 19 Orang tua membiarkan saja apabila anak-anaknya bertengkar di

rumah

16 11 179 146 3.29 20 Orang tua tidak pernah memperdulikan apabila anak-anaknya

bertengkar

3 27 151 171 3.39 21 Ketika saya sedang mendengarkan musik atau menonton TV, orang

tua tidak pernah mengingatkan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh saya

18 52 192 90 3.01 22 Orang tua tidak pernah menanggapi pendapat saya 19 42 232 59

2.94 23 Orang tua tidak pernah memberikan perhatian pada apa yang telah

saya lakukan

17 41 228 66 2.97 24 Orang tua membiarkan saya kalau sedang mendapat masalah 17 77 152 106

2.99 Rata-rata


(5)

Gaya Pengasuhan

Direction Dimention

No Pernyataan SS S TS STS

Rata-rata 1 Orang tua lebih sering menentukan kegiatan yang akan saya

lakukan 30 128 174 20 2.52

2 Saya merasa hukuman yang diberikan orang tua terlalu berat 18 129 174 31 2.62 3 Saya selalu ditegur orang tua apabila menggunakan pakaian yang

kurang sopan 2 53 202 95 3.11

4 Saya harus selalu mendengarkan apabila orang tua sedang

berbicara atau mengemukakan pendapatnya 13 113 173 53 2.76 5 Pembagian tugas yang harus dilakukan di rumah.

dimusyawarahkan terlebih dahulu dalam keluarga 3 26 178 145 3.32 6 Orang tua tidak pernah memaksakan perintahnya untuk

dilaksanakan apabila anak tidak menyepakati 8 46 160 138 3.22 7 Saya dapat memprotes sikap orang tua yang saya anggap kurang

sesuai 10 74 207 61 2.91

8 Saya selalu diingatkan oleh orang tua akan tugas-tugas yang belum

saya kerjakan 29 40 211 72 2.93

9 Saya akan ditegur apabila membaca majalah atau menonton TV

pada jam belajar 0 38 170 144 3.30

10 Saya harus selalu menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan

atau diinginkan oleh orang tua 0 65 179 108 3.12 11 Saya sering dibentak oleh orang tua apabila saya melakukan

kekeliruan dalam melakukan pekerjaan rumah 77 171 95 9 2.10 12 Saya akan merasa lebih bebas melakukan pekerjaan apabila orang

tua tidak ada di rumah 46 132 136 38 2.47

13 Orang tua selalu membicarakan kegiatan untuk mengisi liburan

bersama-sama keluarga 8 101 161 82 2.90

14 Orang tua tidak membuat pembagian tugas untuk dikerjakan di

rumah 20 70 181 81 2.92

15 Orang tua selalu memberikan pertimbangan apabila saya

mengambil suatu keputusan 25 104 196 27 2.64

16 Saya selalu dicurigai membolos oleh orang tua apabila pulang

sekolah sebelum waktunya 7 24 268 53 3.04

17 Saya tidak pernah dilibatkan dalam merencanakan pekerjaan yang

harus dilakukan di rumah 45 165 116 26 2.35

18 Orang tua mengajarkan untuk selalu mengikuti apapun perintahnya

dan dalam keadaan apapun 19 102 214 17 2.65

19 Orang tua melarang saya bergaul dengan orang-orang yang

dianggap berandalan 41 164 137 10 2.33

20 Saya harus melaksanakan semua tata tertib yang telah dibuat oleh

orang tua 9 59 116 168 3.26

21 Saya tidak pernah diberi kesempatan untuk membela diri apabila

melakukan suatu kekeliruan 7 60 175 110 3.10

22 Hukuman yang dijatuhkan oleh orang tua tidak pernah dibicarakan

terlebih dahulu dalam keluarga 35 92 188 37 2.64 23 Orang tua tidak mengarahkan kegiatan tertentu yang diikuti oleh

saya di luar sekolah 39 125 160 28 2.50

24 Orang tua tetap memberikan pekerjaan di rumah walaupun sudah

ada pembantu yang mengerjakannya 19 159 126 48 2.58 25 Apabila saya melakukan kekeliruan. maka orang tua tidak akan

membiarkannya 26 96 201 29 2.66

26 Orang tua tidak mengijinkan saya keluar rumah pada malam hari 7 49 237 59 2.99 27 Orang tua mengharuskan saya untuk tidur siang agar pada malam

hari saya dapat belajar 32 119 135 66 2.67

28 Orang tua kurang bertindak tegas sehingga saya kurang disiplin 34 98 168 52 2.68 29 Orang tua tidak memiliki ketegasan. sehingga saya tidak menuruti


(6)

Rekapitulasi Persepsi Terhadap Gaya Pengasuhan Gaya

Pengasuhan PWD PED PDD Rataan

Skor 3,13 2,91 2,75 2,93

Kategori Tinggi Sedang Sedang Sedang

30 Saya merasa diberi kebebasan oleh orang tua untuk berbuat apapun

yang saya inginkan 72 166 100 14 2.16

31 Orang tua menyerahkan kepada saya untuk memilih sendiri hadiah

yang akan diberikan 54 129 140 29 2.41

32 Orang tua memberikan kesempatan kepada saya untuk berperan

serta dalam membuat keputusan keluarga 25 126 146 55 2.66 33 Orang tua membiarkan saya untuk melakukan apa saja yang saya

ingin lakukan di rumah 18 81 204 49 2.81

34 Saya diberi kebebasan oleh orang tua untuk memakai pakaian

sesuai dengan keinginan saya 18 164 143 27 2.51 35 Saya selalu meminta pertimbangan orang tua untuk potongan

rambut atau pakaian yang akan saya kenakan 22 85 169 76 2.85