Pertumbuhan dan Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan Pemupukan dan Asam Salisilat

PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TERHADAP
PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA ANGGREK
Phalaenopsis DENGAN PEMUPUKAN DAN
ASAM SALISILAT

REFA FIRGIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pertumbuhan dan
Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan
Pemupukan dan Asam Salisilat” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Refa Firgiyanto
NIM A252130031

RINGKASAN
REFA FIRGIYANTO. Pertumbuhan dan Ketahanan terhadap Penyakit Busuk
Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan Pemupukan dan Asam Salisilat.
Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ, DEWI SUKMA dan GIYANTO.
Pemeliharaan merupakan salah satu proses yang penting untuk memperoleh
tanaman Phalaenopsis yang berkualitas tinggi. Tujuannya adalah agar tanaman
tumbuh subur, sehat dan bebas penyakit. Salah satu penyakit utama pada anggrek
Phalaenopsis adalah penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri Dickeya
dadantii. Penggunaan varietas yang tahan, aplikasi pupuk NPK dan asam salisilat
untuk peningkatan pertumbuhan dan ketahanan merupakan alternatif yang dapat
digunakan untuk mencegah penyakit tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menganalisis ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak,
mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK dan asam salisilat serta interaksi

antara keduanya untuk pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap
penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh D. dadantii. Percobaan dilaksanakan di
Laboratorium Bakteri Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca
Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor serta Rumah plastik Alam Sinar Sari
Dramaga, Bogor. Perlakuan yang digunakan pada percobaan pertama adalah lima
anggrek hibrida Phalaenopsis yaitu Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126, Phal. KHM
1318, Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249. Anggrek pembanding sebagai kontrol
menggunakan anggrek Phal. amabilis dan Phal. amboinensis. Anggrek hibrida
Phalaenopsis yang digunakan pada percobaan kedua yaitu Phal. KHM 1318 dan
Phal. KHM 205 dengan faktor pertama konsentrasi pupuk NPK yang terdiri atas
konsentrasi 0, 1000 dan 2000 ppm. Faktor kedua yaitu konsentrasi asam salisilat
yang terdiri atas konsentrasi 0, 5 dan 10 ppm.
Hasil uji ketahanan pada beberapa genotipe Phalaenopsis terhadap D.
dadantii menunjukkan bahwa seluruh Phalaenopsis hibrida memiliki gejala busuk
lunak setelah diinokulasi. Phal. KHM 2249 memiliki jumlah daun gugur yang
paling rendah dan jumlah tanaman hidup yang tinggi sehingga terindikasi sebagai
genotipe yang relatif tahan terhadap D. dadantii. Ketahanan tersebut diduga
bersumber dari aktivitas peroksidase yang tinggi, ketebalan daun yang tipis dan
kadar air yang rendah sehingga kurang sesuai untuk perkembangan patogen.
Pemupukan NPK menyebabkan peningkatan pertumbuhan Phal. KHM

1318 dan Phal. KHM 205. Pemupukan NPK 1000 dan 2000 ppm menunjukkan
hasil yang hampir sama pada seluruh variabel pertumbuhan. Asam salisilat tidak
berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Peningkatan
konsentrasi pupuk NPK menurunkan ketahanan terhadap serangan patogen yang
ditunjukkan oleh peningkatan luas gejala serangan dan jumlah daun gugur serta
penurunan jumlah tanaman hidup pada kedua genotipe. Pemberian asam salisilat
pada Phal. KHM 1318 belum mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
penyakit busuk lunak meskipun dapat meningkatkan aktivitas peroksidase pada
genotipe tersebut. Perlakuan asam salisilat pada Phal. KHM 205 dapat menurunkan
luas gejala serangan meskipun tidak meningkatkan aktivitas peroksidase.
Kata kunci: D. dadantii, kadar air daun, PAL, peroksidase, tebal daun

SUMMARY
REFA FIRGIYANTO. Growth and Soft Rot Disease Resistance on Phalaenopsis
Orchid with Fertilization and Salicylic Acid Application. Supervised by SANDRA
ARIFIN AZIZ, DEWI SUKMA and GIYANTO.
Maintaining is one of the important processes in Phalaenopsis plants
cultivation to get high quality plants. Practically, it is aimed to promote plant grow
quickly, healthy and free of diseases. One of main disease on Phalaenopsis is soft
rot which caused by Dickeya dadantii bacteria. The use of resistant varieties,

application of NPK fertilizers and salicylic acid for growth and resistance are
alternatives that can be used to prevent the disease. The purposes of this study were
to analyze the Phalaenopsis orchid resistance to soft rot diseases that caused by D.
dadantii, determine the effect of NPK fertilizer and salicylic acid concentration as
well as the interaction between them for growth and resistance to soft rot diseases
caused by D. dadantii. The experiments were conducted at the Bacterial Plant
Laboratory, Department of Plant Protection and Greenhouse Leuwikopo, Bogor
Agriculture University and plastic house Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor,
Indonesia. The treatments used for the first experiment were five Phalaenopsis
hybrids, namely Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126, Phal. KHM 1318, Phal. AMP
17, and Phal. KHM 2249. Phal. amabilis and Phal. amboinensis used as control.
Phalaenopsis hybrids used in the second experiment were Phal. KHM 1318 and
Phal. KHM 205. The first factor was NPK concentration (0, 1000 and 2000 ppm)
and the second one was the concentration of salicylic acid (0, 5 and 10 ppm).
The resistance test on some genotype of Phalaenopsis to D. dadantii
showed that all Phalaenopsis hybrid had the symptoms of soft rot disease. Phal.
KHM 2249 which had the lowest number of leaves reduction and the highest
number of life plants after infection was indicated as resistance genotype relatively
compared to others in the experiment. The resistance could be came from highest
peroxidase activity, low leaf thickness and water content that were not appropriate

for pathogen development.
The results in the second experiment showed that NPK fertilizer increased
growth of Phal. KHM 1318 and Phal. KHM 205. NPK fertilization 1000 and 2000
ppm showed the same effects on all growth variables. Salicylic acid did not have
significant effect in improving plant growth. The increased of NPK concentrations
reduced plant resistance to soft rot disease which could be seen from increasing of
disease symptoms area and the number of fallen leaves and decreasing of the
number of life plants after soft root infection on both genotype. Salicylic acid
application on Phal. KHM 1318 could not improve plant resistance to soft root
although it increased peroxidase activities. Adversely on Phal. KHM 205, salicylic
acid could decreased disease symptom area but did not increased peroxidase
activity.
Keywords: D. dadantii, leaf thickness, leaf water content, PAL, peroxydase

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TERHADAP
PENYAKIT BUSUK LUNAK PADA ANGGREK
Phalaenopsis DENGAN PEMUPUKAN DAN
ASAM SALISILAT

REFA FIRGIYANTO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Agus Purwito, Msc Agr

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 sampai Maret
2015 ialah pertumbuhan dan ketahanan anggrek, dengan judul “Pertumbuhan dan
Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek Phalaenopsis dengan
Pemupukan dan Asam Salisilat”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-sebesarnya kepada:
1. Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz MS, Dr Dewi Sukma SP, MSi dan Dr Ir Giyanto
MSi, selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan
dukungan materi dan nonmateri bagi kesempurnaan penelitian dan tesis ini.
2. Keluarga tercinta Bapak Radim Rasto Miharjo, Ibu Tumirah dan keluarga besar
yaitu Mbah Sanmuhid, Mba Turyati, Mba Elis, Mas Pawit, Mas Warsitam, dan
Vivi Zulfiyana atas doa, bantuan, dukungan, perhatian dan kasih sayang yang
telah diberikan selama ini.
3. Staf Anggrek Lele Green House IPB Dramaga, Laboratorium Bakteri, Mikro
Teknik, Plant Molecular 2, Pasca Panen dan Kultur Jaringan 1 atas bantuan

yang telah diberikan selama penelitian.
4. Teman-teman Pascasarjana AGH 2012 dan 2013, rekan-rekan di laboratorium
Bakteri Tanaman, Kultur Jaringan 1, Pasca Panen atas segala doa dan bantuan
yang telah diberikan.
5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selaku pihak yang telah memberikan
beasiswa BPPDN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri) selama
penulis menempuh studi S2 di IPB.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan
manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2015
Refa Firgiyanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xvi

DAFTAR GAMBAR


xvi

DAFTAR LAMPIRAN

xvii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Hipotesis
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
3
4
4

4

PENGUJIAN KETAHANAN ANGGREK HIBRIDA Phalaenopsis
TERHADAP PENYAKIT BUSUK LUNAK YANG
DISEBABKAN OLEH Dickeya dadantii
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
Saran

7
9
10
13
20
20

PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT
BUSUK LUNAK PADA DUA GENOTIPE ANGGREK

Phalaenopsis DENGAN PEMUPUKAN DAN
ASAM SALISILAT
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

21
24
25
28
45

PEMBAHASAN UMUM

47

SIMPULAN UMUM DAN SARAN

55

DAFTAR PUSTAKA

57

LAMPIRAN

67

RIWAYAT HIDUP

75

xv

DAFTAR TABEL
1. Hasil BLAST DNA bakteri pada pengujian Sekuensing DNA
2. Suhu, curah hujan, dan kelembaban pada saat pengujian
3. Luas gejala serangan yang disebabkan oleh D. dadantii pada anggrek
hibrida Phalaenopsis setelah diinokulasi dan dibandingkan dengan
genotipe pembanding
4. Aktivitas peroksidase, kadar air daun, pengurangan jumlah daun dan
tanaman hidup pada anggrek hibrida Phalaenopsis dan genotipe
pembanding
5. Pertambahan kehijauan dan luas daun serta kehijauan dan luas daun tiga
bulan setelah perlakuan pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205
6. Pertambahan panjang dan lebar daun kedua pada Phal. KHM 1318 dan
Phal. KHM 205
7. Pertambahan panjang dan lebar daun baru serta jumlah daun pada Phal.
KHM 1318 dan Phal. KHM 205
8. Panjang dan lebar daun kedua, panjang dan lebar daun baru tiga bulan
setelah perlakuan pada Phal. KHM 1318 dan KHM 205
9. Jumlah dan tebal daun tiga bulan setelah perlakuan pada Phal. KHM 1318
dan Phal. KHM 205
10. Pertambahan tebal daun, total pertambahan tebal daun dan kadar air daun
pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205
11. Luas gejala serangan pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205
12. Pertambahan jumlah daun gugur, total jumlah daun gugur dan jumlah
tanaman hidup pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205
13. Kandungan protein, PAL dan aktivitas peroksidase dua hari setelah
inokulasi pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205
14. Hasil uji korelaksi kadar air dan total pertambahan tebal daun dengan
parameter penyakit pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205
15. Kadar air, total pertambahan tebal daun, luas gejala serangan dan jumlah
daun gugur pada kedua genotipe
16. Kadar air, total pertambahan tebal daun, luas gejala serangan serta jumlah
daun gugur pada kedua genotipe
17. Hasil uji korelaksi kandungan protein, PAL dan peroksidase dengan
parameter penyakit pada Phal. KHM 1318 dan Phal. KHM 205

15
16

16

18
29
30
31
32
33
34
35
36
37
49
50
52
53

DAFTAR GAMBAR
1. Alur diagram percobaan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit
busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii pada anggrek
hibrida Phalaenopsis dengan pemupukan dan asam salisilat
2. Hasil identifikasi bakteri pada beberapa tahapan antara lain yaitu (a) Uji
KOH dan (b) Reaksi hipersensitif pada daun tanaman tembakau
3. Hasil elektroforesis gel amplifikasi gen 16S-rRNA
4. Luas gejala serangan pada anggrek hibrida Phalaenopsis dan
Phalaenopsis spesies pada satu sampai dengan tiga hari setelah inokulasi
xvi

5
14
14
17

5. Ketebalan daun anggrek Phalaenopsis
6. Skema sederhana lintasan fenilpropanoid pada tumbuhan

19
44

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil rekapitulasi analisis data peubah pertumbuhan pada Phal. KHM
1318 dan Phal. KHM 205
2. Hasil rekapitulasi analisis data peubah penyakit pada Phal. KHM 1318
dan Phal. KHM 205
3. Persiapan contoh untuk analisis protein dan aktivitas PAL
4. Analisis protein (Metode Lowry 1951, Waterborg 2002)
5. Analisis aktivitas PAL (Dangcham et al. 2008)
6. Temperatur, curah hujan, kelembaban udara bulanan dan harian
7. Tetua dari genotipe Phalaenopsis hibrida dan gambar tanamannya
8. Analisis
pensejajaran
runutan
nukleutida
DNA
Dickeya
dadantii_strain_Rf_p dengan aksesi lain dari pangkalan data NCBI

68
69
69
70
70
71
72
73

xvii

xviii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai peranan penting di dunia dan di Indonesia, khususnya tanaman hias
karena mempunyai nilai estetika tinggi (Tang dan Chen 2007). Luas panen anggrek
di Indonesia pada tahun 2013 adalah 734 732 m2 (BPS 2014). Salah satu jenis
anggrek yang paling banyak digemari dan dikembangkan oleh banyak orang yaitu
anggrek Phalaenopsis (Chang et al. 2013). Indonesia merupakan negara tropis yang
memiliki berbagai jenis spesies anggrek Phalaenopsis, antara lain Phalaenopsis
bellina, Phalaenopsis modesta dan Phalaenopsis amabilis.
Pemeliharaan merupakan salah satu proses yang penting dalam menjaga
mutu dari tanaman anggrek karena apabila tidak ada pemeliharan tanaman anggrek
yang lemah atau tumbuh tidak subur mudah terserang berbagai penyakit, terlebih
apabila jaringan tersebut telah terluka akibat gigitan serangga atau luka karena
sentuhan mekanis. Proses transportasi pada saat pengiriman yang tidak memenuhi
standar dan perawatan yang tidak intensif setelah sampai ke kolektor atau pengguna
akhir anggrek juga menjadi faktor pendukung munculnya penyakit. Penyakit utama
pada anggrek yang hingga saat ini sulit dikendalikan antara lain penyakit layu dan
busuk. Salah satu penyakit busuk lunak yang utama pada Phalaenopsis adalah yang
disebabkan oleh bakteri Dickeya dadantii (syn. Erwinia chrysanthemi)
(Perombelon dan Kelman 1980; Samson 2005; Fu dan Huang 2011). Bakteri
patogen busuk lunak merupakan penyakit yang paling luas dan merusak pada
berbagai tanaman termasuk anggrek di seluruh dunia (Joko et al. 2014).
Pencegahan serangan patogen busuk lunak umumnya mengandalkan
penyemprotan pestisida secara kimiawi namun pengendalian ini sangat sulit karena
efektivitas bakterisida sangat rendah, selain itu belum adanya bahan kimia yang
efektif diaplikasikan di lapang untuk pengendalian penyakit tersebut. Pencegahan
dan pengendalian yang efektif, efisien dan ramah lingkungan serta tidak
mengganggu penampilan tanaman sangat dibutuhkan, antara lain melalui
penggunaan varietas tahan, mengendalikan ketersediaan dan kualitas air,
pencahayaan, aliran udara, suhu optimal dan mencegah kekurangan gizi bagi
tanaman melalui pemupukan serta pemberian bahan penginduksi ketahanan (Wu et
al. 2011).
Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diandalkan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut. Percobaan praevaluasi yang dilakukan oleh Handayanti et al. (2006) pada populasi hibrida atau
koleksi Phalaenopsis ditemukan adanya populasi nomor E2513 yang memiliki tiga
genotipe yang tahan terhadap penyakit busuk lunak, sedangkan pada populasi
nomor SK 17 terdapat adanya satu individu yang tahan.
Alternatif pencegahan dan pengendalian berikutnya yaitu melalui
pemupukan. Pemupukan yang tepat dan seimbang pada tanaman anggrek akan
menciptakan pertumbuhan yang subur dan sehat karena kebutuhan hara untuk
pertumbuhan dan perkembangan akan lebih tercukupi, selain itu kandungan hara
tanaman juga sangat berpengaruh terhadap infeksi hama dan patogen (Timothy et

2
al. 2010). Kandungan hara K dan Ca, misalnya berfungsi sebagai barier pertahanan
fisik, apabila kandungan K dan Ca rendah maka tanaman mudah terserang penyakit.
Rekomendasi pemupukan sampai saat ini masih belum optimal dan spesifik untuk
tanaman anggrek, sehingga sulit diaplikasikan secara tepat untuk mendukung
pertumbuhan anggrek yang baik. Pemberian pupuk dengan konsentrasi 200 ppm
nitrogen (N), 20 ppm fosfor (P), dan 160 ppm kalium (K) dianggap cukup untuk
pertumbuhan vegetatif anggrek bulan “Atien kaala” (Ying-Tung dan Konow 2007).
Pemupukan juga berperan dalam peningkatan ketahanan tanaman terhadap
penyakit. Pemberian pupuk kandang 20 t/ha + kompos 10 t/ha + NPK 250 kg/ha
dapat menekan intensitas serangan budok yang disebabkan oleh jamur Synchytrium
pogostemonis sebesar 48.49% dan menghasilkan pertumbuhan tanaman Nilam
lebih baik dibanding perlakuan lain (Burhanuddin dan Nurmansyah 2012).
Salah satu bahan kimia penginduksi ketahanan yaitu asam salisilat (SA)
yang termasuk dalam kelompok senyawa fenolik yang banyak berperan dalam
respon tanaman terhadap penyakit dan juga mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tanaman (Rivas et al. 2011). Aplikasi eksogen SA berperan dalam
membangun System Acquired Resistance (SAR), sehingga meningkatkan
ketahanan terhadap patogen (Wildermuth 2001). Infeksi penyakit juga menginduksi
sintesis pathogenesis related protein (PR-protein) seperti peroksidase (Do et al.
2003). Peroksidase berperan dalam proses oksidasi dan polimerisasi prekursor pada
proses biosintesis lignin yang berperan sebagai pertahanan fisik terhadap infeksi
patogen pada tanaman. He et al. (2002) melaporkan bahwa induksi lignifikasi
dinding sel dapat menghambat perkembangan dan invasi patogen secara fisik,
memblokir penyebaran toksin dan enzim yang dikeluarkan oleh patogen, serta
menghambat pasokan nutrisi yang dibutuhkan patogen. Perlakuan SA dengan
konsentrasi 5 dan 10 ppm pada tanaman anggrek, menyebabkan lebih sedikitnya
tanaman anggrek yang terkontaminasi pada saat perbanyakan di kultur jaringan.
Pemberian SA juga menjadikan planlet tumbuh lebih baik sehingga mampu
bertahan hidup walaupun media tumbuhnya terkontaminasi cendawan (Sulistiana
dan Sukma 2014). Pemberian SA juga dapat berperan dalam peningkatan
pertumbuhan antara lain pertumbuhan akar tanaman kedelai (Gutie´rrez et al.
1998).
Rumusan Masalah
Phalaenopsis merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika
tinggi, oleh karena itu tanaman Phalaenopsis banyak diminati oleh konsumen baik
dari dalam maupun luar negeri dalam bentuk bunga potong dan tanaman pot.
Peminatan yang tinggi tersebut menyebabkan diperlukan usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas penyediaan tanaman Phalaenopsis yang lebih banyak serta
berkesinambungan. Salah satu tahapan terpenting dari penyediaan tanaman anggrek
yaitu pada saat vegetatif karena dapat menentukan bagaimana kualitas tanaman dan
bunga yang nanti akan tumbuh pada fase selanjutnya. Tindakan budidaya dan
pengaturan lingkungan yang lebih intensif menjadi perhatian pada fase tersebut
karena dapat menciptakan tanaman yang subur sehingga tidak rentan terhadap
serangan hama dan penyakit.
Salah satu penyakit yang banyak menyerang tanaman anggrek yaitu
penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii. Gejala serangan

3
patogen tersebut antara lain terdapat adanya busuk lunak dengan aroma yang
menyengat pada bagian yang terserang dan sifat serangannya cepat menyebar
keseluruh bagian tanaman, oleh karena itu diperlukan adanya tindakan pencegahan
dan pengendalian. Pencegahan dan pengendalian penyakit tanaman yang
disebabkan oleh bakteri secara umum dilakukan secara kimiawi, namun
pengendalian ini masih belum optimal karena efektivitas bakterisida masih rendah.
Hal tersebut menyebabkan dibutuhkannya alternatif pengendalian dan pencegahan
yang lebih efektif dan efisien antara lain melalui penciptaan varietas tahan,
pemupukan dan pemberian bahan kimia atau biologi yang dapat meningkatkan
ketahanan.
Informasi tentang ketahanan anggrek terhadap penyakit busuk lunak pada
Phalaenopsis melalui program pemulian tanaman masih belum banyak ditemukan,
sehingga proses seleksi pada tahap awal diharapkan dapat menghasilkan bibit
tanaman anggrek yang tahan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh
D. dadantii. Tanaman yang tidak tahan dari hasil seleksi kemudian diperbaiki
ketahanannya melalui kegiatan pemupukan dan pemberian bahan penginduksi
ketahanan.
Pemupukan yang berimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman anggrek
akan berpengaruh pada pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap hama dan
penyakit. Hal tersebut disebabkan karena setiap tanaman memerlukan unsur hara
makro seperti N, P dan K dalam jumlah tertentu untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Dorda (2009) melaporkan bahwa penyakit yang disebabkan
oleh parasit fakultatif antara lain bakteri akan lebih merusak pada tanaman dengan
kondisi kekurangan K. Pencegahan dan pengendalian berikutnya dilakukan dengan
pemberian senyawa penginduksi ketahanan. Salah satu senyawa kimia yang
digunakan yaitu SA. SA berfungsi sebagai molekul sinyal pada tanaman apabila
ada serangan patogen disertai dengan induksi PR-protein yang dapat menghambat
enzim hidrolisis perusak sel yang dihasilkan patogen. SA selain berperan sebagai
bahan penginduksi juga berperan dalam pertumbuhan tanaman. Rivas et al. (2011)
melaporkan bahwa pemberian SA pada konsentrasi yang rendah berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman sedangkan apabila konsentrasi tinggi akan dapat
menghambat pertumbuhan tanaman.
Tujuan

1.
2.

3.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menguji dan menganalisis ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakit
busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.
Mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21) atau
SA terhadap pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phal. KHM 1318 (Sogo
Yukidian) serta Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250) pada
serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.
Mengetahui pengaruh interaksi antara konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21)
dan SA terhadap pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phal. KHM 1318 (Sogo
Yukidian) serta Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250) pada
serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.

4
Hipotesis

1.

2.

3.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terdapat adanya tingkat ketahanan yang berbeda terhadap penyakit busuk
lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii pada beberapa genotipe
anggrek Phalaenopsis.
Terdapat adanya pengaruh pemupukan NPK (21-21-21) atau SA terhadap
pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phal. KHM 1318 (Sogo Yukidian) serta
Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250) pada serangan patogen busuk
lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.
Terdapat adanya pengaruh interaksi antara pemupukan NPK (21-21-21) dan
SA terhadap pertumbuhan dan ketahanan anggrek Phal. KHM 1318 (Sogo
Yukidian) serta Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250) pada
serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.
Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

Manfaat dari penelitian ini yaitu :
Mendapatkan informasi tingkat ketahanan pada beberapa genotipe terhadap
penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii sehingga
nantinya dapat digunakan sebagai informasi dalam pengembangan tanaman
anggrek Phalaenopsis.
Mendapatkan konsentrasi pemupukan NPK (21-21-21) dan SA yang tepat,
guna meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan terhadap serangan patogen
busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii.
Mendapatkan informasi tentang mekanisme ketahanan pada tanaman anggrek
Phalaenopsis terhadap serangan patogen busuk lunak yang disebabkan oleh
bakteri D. dadantii.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan sebagai suatu tahapan
yang berbeda untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Beberapa tahapan
dalam penelitian ini yaitu: Percobaan 1. Pengujian ketahanan anggrek hibrida
Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D.
dadantii. Percobaan 2. Pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit busuk lunak
pada dua genotipe anggrek Phalaenopsis dengan pemupukan dan asam salisilat.

5
Genotipe
Anggrek Phalaenopsis

Pengujian ketahanan anggrek
Phalaenopsis terhadap penyakit
busuk lunak yang disebabkan oleh
bakteri D. dadantii

Pengaruh pemupukan NPK dan
asam salisilat terhadap
pertumbuhan

Output:
Didapatkan informasi tingkat
ketahanan yang berbeda pada beberapa
genotipe

Pengujian ketahanan penyakit
busuk lunak pada dua genotipe
anggrek hibrida Phalaenopsis

Output:
Didapatkan konsentrasi pemupukan NPK
atau asam salisilat yang terbaik untuk
peningkatan pertumbuhan dan ketahanan
penyakit

Output total:
Didapatkan genotipe yang tahan dan
perbaikan peningkatan pertumbuhan
dan ketahanan terhadap penyakit
busuk lunak yang disebabkan oleh
bakteri D. dadantii

Gambar 1 Alur diagram percobaan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit
busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri D. dadantii pada anggrek
hibrida Phalaenopsis dengan pemupukan dan asam salisilat.

6

7

PENGUJIAN KETAHANAN ANGGREK HIBRIDA
Phalaenopsis TERHADAP PENYAKIT BUSUK
LUNAK YANG DISEBABKAN OLEH
Dickeya dadantii
Abstrak
Anggrek Phalaenopsis adalah anggrek paling populer dan dibudidayakan
oleh banyak orang. Penyakit utama pada Phalaenopsis diantaranya penyakit busuk
lunak yang disebabkan oleh bakteri Dickeya dadantii. Tujuan penelitian ini yaitu
mempelajari ketahanan Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak. Percobaan
dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman
dan Rumah Kaca Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor serta Rumah plastik Alam
Sinar Sari Dramaga, Bogor dari bulan Juni 2014 sampai Februari 2015. Rancangan
percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuan
yang digunakan adalah lima anggrek hibrida Phalaenopsis yaitu Phal. KHM 205,
Phal. KHM 1126, Phal. KHM 1318, Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249.
Anggrek pembanding sebagai kontrol menggunakan spesies Phal. amabilis dan
Phal. amboinensis. Pengujian ketahanan dilakukan dengan menginokulasi bakteri
D. dadantii pada daun anggrek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis BLAST dari bakteri hasil
isolasi merupakan bakteri D. dadantii dengan query coverage sebesar 91% dan
identity sebesar 97%. Hasil pengujian ketahanan menunjukkan adanya gejala
penyakit setelah diinokulasi pada seluruh Phalaenopsis hibrida. Phal. KHM 2249
memiliki luas gejala serangan yang cenderung lebih rendah yang didukung oleh
aktivitas peroksidase yang tinggi, daun yang tipis dan kadar air yang rendah yang
menyebabkan jumlah daun gugur yang lebih sedikit sehingga terindikasi sebagai
genotipe yang relatif resisten terhadap penyakit busuk lunak.
Kata kunci: Jumlah daun, kadar air, ketebalan daun, peroksidase

8

RESISTANTCY TEST ON Phalaenopsis HYBRIDS
ORCHID TO SOFT ROT DISEASE CAUSED BY
Dickeya dadantii
Abstract
One of the most popular orchids genus and cultivated by people is
Phalaenopsis. The main diseases of Phalaenopsis orchids in Indonesia is soft rot
that caused by bacteria Dickeya dadantii. The purpose of this study was to identify
bacteria cause soft rot diseases and to find the resistance of Phalaenopsis hybrid
to soft rot disease. The experiment was conducted at Bacterial Plant Laboratory,
Department of Plant Protection and Greenhouse Leuwikopo, Bogor Agriculture
University and plastic house Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor, Indonesia from
June 2014 to February 2015. The experimental design was randomized block
design with three replications. The treatments used were five hybrid phalaenopsis,
namely Phal. KHM 205, Phal. KHM 1126, Phal. KHM 1318, Phal. AMP 17, and
Phal. KHM 2249. Phal. amabilis and Phal. amboinensis used as control. The
resistance testing performed by inoculating of bacteria D. dadantii on the orchids
leaves.
The results showed that BLAST analysis confirm that the isolated bacteria
from plants is D. dadantii, with query coverage about 91% and identity about 91%.
The results of resistantcy test showed all Phalaenopsis hybrid have disease
symptoms after inoculation. Phal. KHM 2249 tended to have a lower disease
symptoms area, which maybe supported by high peroxidase activity, leaf thickness
and low water content that cause the lower of fallen leaves number. Phal. KHM
2249 was indicated relatively as resistance genotype to soft root disease.
Keywords: Leaf thickness, leaves number, peroxidase, water content

9
Pendahuluan
Anggrek merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi, baik sebagai
bunga potong atau tanaman pot (Krisantini et al. 1999). Phalaenopsis adalah
anggrek yang paling populer dan dibudidayakan di daerah tropis maupun subtropis
diseluruh dunia (Chang et al. 2013). Phalaenopsis di Indonesia telah ditetapkan
menjadi bunga nasional. Kelebihan Phalaenopsis dibandingkan anggrek yang
lainnya yaitu warna dan bentuknya menarik, penampilannya bervariasi, serta waktu
mekar bunga yang lebih lama. Phalaenopsis juga memiliki ketahanan dan
kemampuan untuk berbunga walaupun dibawah kondisi kurang baik (Chang dan
Susilo 2014).
Penyakit tanaman adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas
dan kuantitas anggrek Phalaenopsis. Perkembangan penyakit di Indonesia
didukung oleh agroklimat yang memiliki iklim tropis basah dengan kondisi suhu
dan kelembaban yang fluktuatif sehingga membantu penyebaran penyakit. Faktor
perubahan iklim juga berpengaruh terhadap penyakit melalui pengaruhnya pada
tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen (Garret et al. 2006).
Bakteri Dickeya dadantii (syn. Erwinia chrysanthemi) (Samson et al. 2005),
merupakan salah satu penyebab penyakit busuk lunak pada anggrek termasuk
Phalaenopsis (Fu dan Huang 2011; Muharam et al. 2012; Wu et al. 2011; Joko et
al. 2014). Gejala penyakit karena D. dadantii disebabkan oleh disorganisasi dari
dinding sel tanaman oleh satu set enzim ekstraseluler seperti pektinase, selulase dan
protease yang menyebabkan daun menjadi lunak dan membusuk (Lee et al. 2006).
Penularan patogen ini dapat melalui beberapa cara diantaranya infeksi antar
tanaman, air, lubang alami, peralatan yang telah terinfeksi, dan serangga (Astuti
2004). D. dadantii dapat menyerang seluruh bagian tanaman pada berbagai fase
pertumbuhan dan perkembangan. Serangan dapat meluas dengan cepat dan
menyebabkan kematian pada tanaman anggrek apabila kondisi mendukung dengan
kerusakan hingga 80% sampai 100%, terutama pada saat di pembibitan anggrek
(Agrios 2005; Mcmillan 2007).
Pencegahan serangan patogen D. dadantii pada umumnya mengandalkan
penyemprotan pestisida yang diaplikasikan secara intensif, namun pengendalian
dengan cara tersebut membutuhkan biaya mahal dan dapat menyebabkan
penurunan kualitas secara keseluruhan karena residu dari penyemprotan menempel
pada permukaan daun maupun bunga (Handayati et al. 2004). Berdasarkan
pertimbangan tersebut perlu dikembangkan alternatif pengendalian yang lebih
murah, efisien dan ramah lingkungan serta tidak mengganggu kualitas tanaman.
Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu alternatif pengendalian yang dapat
diperoleh melalui seleksi pada saat pembibitan. Tanaman yang tahan biasanya
mengalami peningkatan aktivitas peroksidase apabila terkena penyakit. Peroksidase
adalah enzim yang berperan dalam mengkatalis reaksi akhir dari pembentukan
lignin dan fenol lainnya yang berkaitan dengan pertahanan tanaman untuk
memperkuat dinding sel. Nilai aktivitas peroksidase berkisar 5 x 10-2
∆420/menit/mg protein sampai 1 x 10-1 ∆420/menit/mg protein pada tanaman
Trichosanthes cucumerina var. anguina (Sukma et al. 2012) dan padi 1.05 x 10-3
∆420/menit/mg protein sampai 1.3 x 10-3 ∆420/menit/mg protein (Agustiyansyah et

10
al. 2013). Seleksi anggrek Phalaenopsis untuk perbaikan sifat ketahanan dilakukan
baik terhadap kultivar lokal, spesies liar, maupun hibrida-hibrida yang berasal dari
persilangan antara spesies (Rianawati 2010). Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengidentifikasikan salah satu penyebab penyakit busuk lunak pada Phalaenopsis,
menguji dan menganalisis ketahanan beberapa genotipe anggrek hibrida
Phalaenopsis karena informasi karakter yang mendukung sifat ketahanan terhadap
D. dadantii masih belum banyak dilaporkan.
Bahan dan Metode
Percobaan pertama telah dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Tanaman,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, untuk penyiapan media dan
isolasi bakteri kemudian pengujian ketahanan dilakukan di Rumah Kaca
Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor dan Alam Sinar Sari Dramaga, Bogor dari
bulan Juni 2014 sampai Februari 2015.
1. Penyediaan isolat bakteri
Bahan percobaan yang digunakan dalam penyediaan isolat bakteri yaitu
bahan pembuatan media Casamino Acid Peptone Glucose Agar (CPG) semi selektif
D. dadantii yaitu casamino acids 1 gL-1, peptone 10 gL-1, glucose 10 gL-1, agar 18
gL-1dan air steril 1 L. Bahan media Luria Bertani (LB) untuk hipersensitif tes yaitu
tryptone 10 gL-1, yeast extract 5 gL-1, NaCl 10 gL-1, agar 15 gL-1dan air steril 1 L.
Peralatan yang digunakan dalam penyediaan isolat antara lain cawan petri, pinset,
oven, mesin Polymerase Chain Reaction (PCR), dan Transiluminator UV. Daun
tanaman anggrek yang menunjukkan gejala busuk lunak yang diduga yang
disebabkan oleh D. dadantii.
1.1 Isolasi dan uji Postulat Koch
Uji Postulat Koch dilakukan menurut Muharam et al. (2012), langkah yang
pertama yaitu mencari daun tanaman anggrek yang menunjukkan gejala busuk
lunak yang diduga karena D. dadantii. Bagian tanaman bergejala diisolasi dengan
meletakkannya pada cawan Petri, kemudian dilakukan sterilisasi permukaan
dengan menggunakan alkohol 70%, dan dibilas dengan air steril (+ 3 mL) kemudian
dihancurkan atau dimaserasi dalam tabung reaksi. Bakteri D. dadantii yang berasal
dari Phalaenopsis bergejala ditumbuhkan pada media semi selektif CPG untuk
mendapatkan koloni tunggal.
Pengujian patogenesitas dilakukan dengan menginokulasi bakteri pada
tanaman inang untuk melihat apakah bakteri mampu menimbulkan penyakit atau
tidak. Uji patogenesitas dilakukan dengan menginfiltrasi suspensi bakteri atau
koloni bakteri kedalam jaringan tanaman anggrek dengan menggunakan jarum
suntik, selanjutnya respon atau gejala tanaman diamati sesuai dengan gejala
sebelumnya. Daun anggrek yang menunjukkan gejala kemudian direisolasi dan
ditumbuhkan pada media semi-selektif CPG. Identifikasi bakteri dilakukan dengan
menggunakan beberapa pengujian yaitu:

11
1.2 Karakterisasi morfologi
Pengujian morfologi bakteri dilakukan dengan pengamatan langsung pada
koloni bakteri murni yang sudah tumbuh pada media semi selektif bakteri D.
dadantii seperti bentuk koloni, warna koloni, bentuk pinggiran, dan elevasi
kemudian dibandingkan dengan literatur yang sudah ada.
1.3 Uji reaksi hipersensitif
Pengujian ini dilakukan dengan menginokulasikan suspensi bakteri yang
telah ditumbuhkan pada media LB menggunakan jarum suntik pada tembakau
varietas White barley. Pengamatan dilakukan 24 jam setelah inokulasi. Rekasi HR
ditunjukkan dengan adanya reaksi nekrotik yang terlokalisir berwarna pucat atau
dan merah perunggu.
1.4 Pengujian KOH
Pengujian KOH menggunakan metode Schaad et al. (2001), mencampurkan
koloni bakteri dengan 2 tetes 3% KOH kemudian diangkat keatas dengan
menggunakan jarum loop. Bakteri gram-negatif membentuk benang berlendir
setelah pencampuran, sedangkan bakteri gram-positif tidak membentuk lendir atau
suspensi encer.
1.5 Identifikasi dengan molekuler
Pengujian ini dimulai dengan ekstraksi DNA menggunakan protokol kit
ekstraksi DNA (Gene JET Genomic DNA Purification Kit # K0722) dengan
komponen Proteinase K Solution 6 mL, RNase A Solution 5 mL, Digestion Solution
55 mL, Wash Buffer I 40 mL, Wash Buffer II 40 mL, Elution Buffer (10 mM TrisCl, pH 9.0, 0.5 mM EDTA) 150 Ml. DNA diamplifikasi pada 16S rRNA dengan
Polymerase Chain Reaction (PCR) pada mesin Gene Amp PCR System 9700.
Amplifikasi gen 16S rRNA bakteri dilakukan menggunakan sepasang primer
general untuk kelompok prokariotik (bakteri), yaitu 27F (5’-AGA GTT TGA TCC
TGG CTC AG-3’) dan 1492R (5’-GGT TAC CTT ACG ACT T-3’) (Lane 1991).
Reaksi PCR dilakukan pada volume total 50 µl terdiri dari komponen Dream Taq
Green PCR Master Mix 2X1 (Fermentas) 25 µl, Primer 27 F 20 pmol, Primer 1492
20 pmol, ddH2O 17 µl, template 4-6 µl konsentrasi DNA 0.45-21.44 ng/µl selama
35 siklus. Pemanasan awal dilakukan pada suhu 95 oC selama 5 menit. Setiap siklus
terdiri dari tahapan denaturasi pada suhu 95 oC selama 1 menit, annealing pada suhu
55 oC selama 1 menit dan ekstensi pada suhu 72 oC selama 1 menit. Ekstensi akhir
dilakukan pada suhu 72 oC selama 10 menit setelah siklus berakhir. DNA hasil PCR
kemudian dielektroforesis pada gel agarose 1% dalam 2X TAE buffer, pada 75 volt
selama 35 menit. Hasil elektroforesis divisualisasi pada transiluminator UV untuk
mengamati pita DNA yang terbentuk. DNA hasil PCR kemudian disekuensing pada
perusahaan penyedia jasa sekuensing (PT Genetika Science Indonesia). Data
sekuen gen 16S-rRNA yang diperoleh kemudian diolah menggunakan Bioedit dan
dimasukkan ke dalam program BLAST dari National Centre for Biotechnology
Information (http:www.ncbi.nlm.nih.gov) untuk mencari padanan sekuen yang
homolog dengan sekuen gen bakteri lain yang terdapat dalam Genbank sehingga
dapat diperoleh kebenaran spesies isolat bakteri sebagai D. dadantii.

12
2. Penyiapan bahan tanam
Anggrek yang digunakan adalah lima jenis anggrek hibrida Phalaenopsis
yang berasal dari perbanyakan klonal yaitu terdiri dari Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin
New Girls KH5250), Phal. KHM 1126 (Dtps. Ihsin Fireball KH 6586#1), Phal.
KHM 1318 (Sogo Yukidian), Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249 (Salu Peoker
x Dtps. Ihsin Cappriccioco) yang ditumbuhkan pada media sphagnum moss
(Lampiran 7). Anggrek pembanding sebagai kontrol yang digunakan yaitu Phal.
amabilis dan Phal. amboinensis dengan umur 18 bulan setelah aklimatisasi.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman dan pemupukan NPK (32-1010) diselingi dengan aplikasi pupuk organik cair (Multitonik) yang dilakukan setiap
satu minggu sekali.
3. Uji ketahanan anggrek Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
dengan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah lima genotipe hibrida
Phalaenopsis yang terdiri dari Phal. KHM 205 (Dtps. Ihsin New Girls KH5250),
Phal. KHM 1126 (Dtps. Ihsin Fireball KH 6586#1), Phal. KHM 1318 (Sogo
Yukidian), Phal. AMP 17, dan Phal. KHM 2249 (Salu Peoker x Dtps. Ihsin
Cappriccioco) sehingga totalnya ada 15 unit percobaan dengan setiap unit
percobaan terdiri dari lima tanaman sehingga total tanaman yang digunakan yaitu
75 tanaman. Kontrol yang digunakan yaitu spesies Phal. amabilis dan Phal.
amboinensis yang masing-masing terdiri atas dua tanaman tanpa ulangan.
3.2 Inokulasi bakteri D. dadantii
Inokulasi bakteri dilakukan dengan menusuk daun anggrek kedua bagian
atas dari tiap tanaman menggunakan tusuk gigi yang mengandung koloni bakteri D.
dadantii sementara bagian bawah daun ditekan dengan jari. Pengamatan dilakukan
selama masa inkubasi.
3.3 Peubah pengamatan penelitian
Peubah yang diamati yaitu masa inkubasi (waktu yang dibutuhkan dari
inokulasi sampai muncul gejala awal penyakit), luas gejala serangan yang
disebabkan oleh D. dadantii pada daun anggrek dengan rumus lingkaran yaitu π r2.
Peubah selanjutnya yaitu analisis aktivitas enzim peroksidase sebelum inokulasi,
hari kedua setelah inokulasi dan dua bulan setelah inokulasi dengan metode Kar
dan Mishra (1976); Pudjihartati et al. (2006); Sukma et al. (2008). Sebanyak 100
µl ekstrak protein jaringan ditambahkan ke dalam larutan 2.5 ml pirogalol 0.2 M,
kemudian campuran tersebut ditambahkan dengan H2O2 (1%) sebanyak 250 µl.
Nilai absorbansi larutan sesudah reaksi diukur dengan menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang λ 420 nm setiap 30 detik dalam
periode 0–240 detik. Blanko campuran menggunakan larutan yang sama tetapi
tanpa ekstrak protein sehingga sebagai pengganti ekstrak protein, ke dalam larutan
blanko ditambahkan larutan penyangga fosfat. Aktivitas peroksidase dihitung
sebagai peningkatan nilai absorbansi per satuan waktu per bobot protein
(∆420/menit/mg protein) pada kondisi analisis. Peubah morfologi yang dilakukan
yaitu ketebalan daun menggunakan mikroskop elektrik, pertambahan jumlah daun

13
gugur dan prsentase jumlah tanaman hidup dua minggu setelah inokulasi serta kadar
air daun dengan rumus:
Kadar air daun (%) =

Bobot basah-Bobot kering
Bobot basah

x 100%

3.4 Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SAS (Statistical
Analysis System) 9.1. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam pada α 0.05
apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan DMRT
pada α 0.05. Analisis data antara karakter masing-masing anggrek hibrida
Phalaenopsis dengan karakter masing-masing genotipe pembanding sebagai
kontrol dilakukan dengan menggunakan Uji t-student pada α 0.05 (Mattjik dan
Sumertajaya 2006).
Hasil dan Pembahasan
1. Pengujian pada isolat bakteri
1.1 Isolasi dan uji Postulat Koch
Hasil uji patogenesitas sebagai salah satu rangkaian uji Postulat Koch
menunjukkan adanya gejala penyakit yang tidak berbeda dengan gejala pada daun
anggrek yang diisolasi sebelumnya. Gejala busuk lunak tersebut seperti munculnya
bercak basah, berlendir atau busuk basah berair pada permukaan daun, berwarna
cokelat basah, kemudian apabila ditekan dengan tangan akan mudah keluar cairan
di dalam daun dengan koloni bakteri berwarna putih. Daun yang bergejala juga
menimbulkan bau yang tidak enak dan daun mudah terlepas dari batang apabila
serangan sudah semakin parah. Gejala tersebut juga sesuai dengan gejala pada hasil
penelitian Snijder et al. (2004) dan Joko et al. (2014).
1.2 Karakter morfologi
Karakter morfologi koloni berdasarankan hasil percobaan menunjukkan
warna putih atau kekuningan dengan koloni muda berbentuk melingkar, cembung,
lembut dan tepinya yang tidak teratur tergantung pada kadar air dari media
pertumbuhan. Hasil karakter morfologi bakteri D. dadantii yang diperoleh pada
penelitian menunjukkan karakter yang sama seperti pada hasil penelitian Dickey
(1979) dan Muharam et al. (2012).
1.3 Reaksi hipersensitif
Pengujian reaksi hipersensitif (Gambar 2b) menunjukkan adanya reaksi
nekrotik yang terlokalisir berwarna pucat atau merah perunggu muncul dalam
jangka waktu 24 jam setelah infiltrasi bakteri tanpa terjadi penyebaran bakteri ke
jaringan sekitarnya. Pengujian hipersensitif yang dilakukan oleh Muharam et al.
(2012) juga menunjukkan adanya hasil yang sama ketika bakteri D. dadantii
dinokulasikan pada tanaman tembakau yang menunjukkan bahwa bakteri hasil
isolasi merupakan bakteri patogen.

14

(a)

(b)

Gambar 2 Hasil identifikasi bakteri pada beberapa tahapan antara lain yaitu (a) Uji
KOH dan (b) Reaksi hipersensitif pada daun tanaman tembakau
1.4 Pengujian KOH
Hasil uji KOH menunjukkan adanya benang berlendir berwarna kuning
yang dapat terangkat oleh loop (Gambar 2a). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
bakteri D. dadantii merupakan bakteri gram-negatif (Dickey 1979; Perombelon dan
Kelman 1980; Boccara et al. 1988; Collmer dan Keen 1986; Lee et al. 2006;
Kanesiro et al. 2008).
1.5 Pengujian dengan molekuler
Hasil sekuensing DNA bakteri hasil PCR dengan program BLAST dalam
situs (www.ncbi.nlm.nih.gov) menunjukkan isolat yang diperoleh adalah Dickeya
dadantii strain CFBP 1269 16S ribosomal RNA gene (Gambar 3, Tabel 1 dan
Lampiran 8).

2000 bp
1000 bp
500 bp

Kondisi: 0.8 % gel agarosa
Jumlah DNA ladder dimuat
per lajur: 0.2 µg
Volume Sampel dimuat per
lajur: 1 µL setiap
1 kb DNA ladder (bp): 1500

Gambar 3 Hasil elektroforesis gel amplifikasi gen 16S-rRNA

15
Tabel 1 Hasil BLAST DNA bakteri pada pengujian Sekuensing DNA
Description
Dickeya dadantii strain
CFBP 1269 16S
ribosomal RNA gene,
partial sequence
Dickeya dadantii sub sp.
dieffenbachiae strain
LMG 25992 16S
ribosomal RNA gene,
partial sequence

Max
score

Total Query
score cover

E
identity
value

Accession

974

974

91%

0.0

97%

NR_041921.1

968

968

91%

0.0

97%

NR_118134.1

2. Tingkat ketahanan beberapa anggrek Phalaenopsis hibrida terhadap D.
dadantii
Gejala penyakit muncul setelah 24 jam yang ditandai dengan bercak lunak
berair atau berlendir pada permukaan daun setelah diinokulasi dan apabila ditekan
dengan tangan cairan dalam daun akan dengan mudah keluar. Cairan tersebut berisi
koloni bakteri berwarna putih disertai bau yang tidak enak. Gejala berkembang
dengan cepat dalam waktu tiga hari dan menyebabkan hampir seluruh permukaan
daun menunjukkan gejala serangan patogen penyebab penyakit busuk lunak
(Gambar 3). Perkembangan gejala yang cepat juga ditemukan dalam waktu 24 jam
pada penelitian Handayati et al. (2004) dan Rianawati (2010), serta dalam waktu
36 jam pada penelitian Fu dan Huang (2011).
Phalaenopsis adalah tanaman yang memiliki karakter morfologi daun yang
lebih lunak dan ketebalan daun yang tinggi serta sukulen yang dicirikan dengan
struktur dinding sel yang tipis sehingga dapat membantu penyebaran dan
perkembangan dari bakteri (Fahn 1990; Kimball 1991; Wang et al. 2007). Dinding
sel merupakan salah satu pertahanan struktural tanaman untuk dapat mencegah
penyakit dan memblokir penyebaran racun serta enzim yang dikeluarkan oleh
patogen (Handayati et al. 2004; Rianawati 2010). Gejala busuk lunak terjadi karena
degradasi dinding sel meristematik dan parenkim yang terdiri dari dinding sel
primer dan lamella tengah yang menyebabkan adanya pemecahan molekul menjadi
unit yang sederhana yang dimanfaatkan oleh patogen. Pemecahan molekul ini
disebabkan karena adanya satu set enzim ekstraseluler seperti pektinase, selulase
dan protease sebagai perombak senyawa lamella tengah dalam dinding sel yang
menyebabkan sel mengalami plasmolisis dan kematian (Toth et al. 2003, Siregar
2003; Granier et al. 2006; Janse 2006; Yang et al. 2008; Kepseu et al. 2010). Gejala
busuk lunak tersebut dapat berkembang secara cepat apabila ada kondisi
lingkungan yang mendukung (Rianawati 2010). Keadaan lingkungan saat aplikasi
memang sangat mendukung untuk perkembangan penyakit seperti yang disajikan
pada Tabel 2 dan Lampiran 6.

16
Tabel 2 Suhu, curah hujan, dan kelembaban pada saat pengujian
Tanggal Inokulasi
8 Februari 2015
9 Februari 2015
10 Februari 2015
11 Februari 2015

Temperatur (0 C)
24.0
22.9
24.5
23.7

Curah Hujan (mm)
1.7
16.9
88.8
-

Kelembaban (%)
93
98
91
90

Gejala serangan yang disebabkan oleh D. dadantii pada seluruh hibrida
Phalaenopsis hibrida menunjukkan luas gejala yang tidak berbeda nyata, namun
Phal. KHM 2249 menunjukkan adanya kecenderungan luasan yang lebih rendah
7.3 sampai 52.7% dan 31.8 sampai 45% dibandingkan Phalaenopsis hibrida lainnya
pada 2 dan 3 hari setelah inokulasi (Tabel 3). Luas gejala serangan yang cenderung
lebih rendah pada Phal. KHM 2249 diduga disebabkan juga karena adanya
beberapa tanaman yang menunjukkan reaksi hipersensitif yang menghambat
serangan patogen (Gambar 3f). Luas gejala serangan pada masing-masing anggrek
hibrida Phalaenopsis dibandingkan dengan anggrek pembanding sebagai kontrol
menunjukkan adanya luas gejala serangan yang lebih rendah pada Phal. KHM 2249
dibandingkan anggrek hibrida Phalaenopsis lainnya. Luas gejala serangan pada
satu sampai dengan tiga hari setelah inokulasi pada Phal. KHM 2249 menunjukkan
tidak berbeda nyata dengan Phal. amabilis sebagai genotipe pembanding, namun
menunjukkan adanya perbedaan dengan Phal. amboinensis. Phal. amboinensis
menunjukkan luas gejala serangan yang paling rendah yang diduga karena adanya
reaksi hipersensitif setelah diinokulasi (Gambar 3h). Hasil serupa ditemukan pada
penelitian Handayati et al. (2004) dan Fu serta Huang (2011) yang menyatakan
bahwa Phal. amboinensis bersifat tahan, sedangkan Phal. amabilis bersifat lebih
peka terhadap penyakit busuk lunak. Penelitian yang dilakukan oleh Lee (1999)
juga menjukkan adanya serangan patogen tersebut pada Dendrobium phalaenopsis
dan Phalaenopsis sp.
Tabel 3 Luas gejala serangan yang disebabkan oleh D. dadantii pada anggrek
hibrida Phalaenopsis setelah diinokulasi dan dibandingkan dengan
genotipe pembanding
Genotipe uji
Phal. KHM 205
Phal. KHM 1126
Phal. KHM 1318
Phal. AMP 17
Phal. KHM 2249
Pr>F
Genotipe pembanding
Phal. amabilis (A)
Phal. amboinensis (B)

Luas gejala serangan (cm2)
1
2
3
Hari setelah inokulasi (HSI)
1.74
11.40 B
24.45 B
0.99
9.63 B
22.19 B
1.87
11.71 B
23.36 B
2.39
13.70 B
25.04 B
1.95
8.97 B
16.83 B
0.14tn
0.45tn
0.42tn
1 HSI
2 HSI
3 HSI
0.90
8.54
22.25
0
0
0

Keterangan: tn= tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada α = 5%, B = berbeda nyata dengan
Phal. amboinensis pada Uji t-student α = 5%, HSI (Hari setelah inokulasi).

17

(a1)

(b1)

(a2)

(a3)

(b2)

(b3
)

(c1)

(c2)

(c3)

(d1)

(d2)

(d3)

(e1)

(e2)

(e3)

(f1)

(f2)

(f3)

(g1)

(h1)

(g2)

(h2)

(g3)

(h3)

Gambar 4 Luas gejala serangan pada anggrek hibrida Phalaenopsis dan
Phalaenopsis spesies pada satu sampai dengan tiga hari setelah
inokulasi yaitu (a) Phal. KHM 205, (b) Phal. KHM 1126, (c) Phal.
KHM 1318, (d) Phal. AMP 17, (e) Phal. KHM 2249 (f) Phal. KHM
2249 yang menunjukkan hipersensitif, (g) Phal. amabilis, (h) Phal.
amboinensis. Angka 1 = 24 jam, 2 = 48 jam dan 3 = 72 jam setelah
inokulasi

18
Hasil percobaan