Analisis Leading Sector erhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kalimantan Timur dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya

1
 

 

 

ANALISIS LEADING SECTOR TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI KALIMANTAN TIMUR DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
 

FARAH MEISKA WIJAYA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


 

 

 

3
 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Leading Sector
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kalimantan Timur dan Faktor-faktor yang
Memengaruhinya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013


Farah Meiska Wijaya
NIM H14090104


 

ABSTRAK
FARAH MEISKA WIJAYA. Analisis Leading Sector terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Kalimantan Timur dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya. Dibimbing oleh YETI
LIS PURNAMADEWI
Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur diiringi timbulnya masalah pengangguran
yang relatif tinggi. Pembangunan ekonomi sektoral diharapkan tidak hanya untuk
meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tetapi mampu
menyerap tenaga kerja untuk mengatasi masalah pengangguran. Sektor pertambangan dan
penggalian berkontribusi paling besar terhadap PDRB tetapi kurang mampu menyerap
tenaga kerja, di sisi lain sektor pertanian yang berkontribusi relatif kecil terhadap PDRB
mampu menyerap tenaga kerja paling besar di Kalimantan Timur. Penelitian ini bertujuan
menganalisis struktur perekonomian, menganalisis leading sector terhadap penyerapan
tenaga kerja, dan faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kalimantan

Timur. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output dan analisis dengan
metode Ordinary Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian
merupakan leading sector dalam penyerapan tenaga kerja, tetapi kurang mampu dalam
meningkatkan output dan pendapatan di Kalimantan Timur. Sektor yang merupakan
leading sector output adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sedangkan sektor
yang yang merupakan leading sector pendapatan adalah sektor jasa-jasa. Berdasarkan
nilai total multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja, sektor pertanian merupakan
leading sector dalam ketiga aspek. Variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dan Upah Minimum Regional (UMR) signifikan dan berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman
Modal Asing (PMA) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di Kalimantan Timur.
Kata kunci: Leading Sector, Tenaga kerja, OLS, Input-Output

ABSTRACT
FARAH MEISKA WIJAYA. Analysis of Leading Sector towards Labor Absorption in
East Kalimantan and Factors Influencing It. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI.
Economic growth in East Kalimantan is followed by a relatively high unemployment
issue. Sectoral economic development is expected not only to increase Gross Regional
Domestic Product (GRDP) but also increase employment level to face unemployment

problem. In East Kalimantan, mining and quarrying sector contributes most to GRDP but
isn’t able to provide high employments, while agriculture sector gives relatively small
contribution to GRDP but could provide the highest employment. This study aims to
analyze economic structure, analyze leading sector towards labor absorption, and factors
influencing employment level in East Kalimantan. The analysis method used in this study
is Input-Output Analysis and Ordinary Least Square method. The results show the
agricultural sector is leading sector in labor absorption but isn’t able to increase output
and income in east kalimantan. Leading sector in output is trade, hotels, and restaurants
sector, while leading sector in income is services sector. Based on total output, income,
and labor multiplier the agricultural sector is leading sector from that three aspects. Gross
Regional Domestic Product (GRDP) and Regional Minimum Wage have a significantly
positive impact to employment level, while domestic investment and foreign investment
has a positive but insignificant impact to employment level in East Kalimantan.
Keywords: Leading Sector, Employment, OLS, Input-Output

5
 

ANALISIS LEADING SECTOR TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI KALIMANTAN TIMUR DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHINYA


FARAH MEISKA WIJAYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


 

7
 


Judul Skripsi
Nama
NIM

: Analisis Leading Sector erhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Kalimantan Timur dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya
: Farah Meiska Wijaya
: H14090104

Disetujui oleh

Dr. Yeti Lis Purnamadewi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Dedi Budiman Hakim
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:


 

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Leading Sector terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kalimantan Timur
dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk
menganalisis struktur perekonomian di Kalimantan Timur, menganalisis leading
sector terhadap penyerapan tenaga kerja, dan faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Timur.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Fajar Nur dan Ibu
Meiske Shirly Grease Karamoy serta adik-adik tercinta dari penulis, Anggraeni
Juniska Wijaya, Indrian Marsya Wijaya, Fahira Febiola Rizki Wijaya, Akmal

Putra Firmansyah dan Aziz Zikrif Noer atas segala doa dan dukungan yang selalu
diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc, Agr selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan
sabar dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji utama dan Bapak Deni Lubis,
MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang
telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Ibu Mila Wijaya Kusumah tercinta yang senantiasa memberikan dukungan,
bantuan, saran sehingga saya dapat mencapai titik ini.
5. Teman-teman satu bimbingan, Dwinda, Andrian, Tiara, Adini yang telah
banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan dukungannya kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Hardyanto Tri Utomo dan keluarga yang senantiasa setia menemani,
memotivasi dan mengerti setiap kondisi yang dialami kepada penulis selama
ini.
7. Sahabat penulis Puspita, Risya, Rissa, Sri Wulan, Meiyora, Mellida, Salsa,
Friska, Ririn, Ale, Aditya, Pakuan Teguh, Kak Frida, Kak Chris, Choi Seung

Hyun (TOP), BIGBANG.
8. KAREMATA FEM IPB dan HIPOTESA yang telah memberikan kesempatan
sebagai keluarga selama tiga tahun terakhir khususnya 8 AWAN (Godek,
Catok, Pitik, Manul, Badut, Selong, Ceguk) dan staff CER 2010-2012.
9. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 45, 46, 47 dan 48 terima kasih atas doa dan
dukungannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Farah Meiska Wijaya

9
 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Tenaga Kerja
Model Input-Output dalam Penentuan Leading Sector
Sektor Unggulan (Leading Sector) dan Peranannya dalam
Perluasan Kesempatan Kerja

vi
vi
vi
1
1
5
6
6

7
7
7
8
12

Penelitian Terdahulu
Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data.
Metode Analisis
Definisi Operasional
Hipotesis
PEMBAHASAN
Struktur Perekonomian Kalimantan Timur
Leading Sector dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Di Kalimantan Timur
Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Di Kalimantan Timur

13
14
15
15
15
22
26
26
26

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

45
45
46
46
49
52

41
43

10 
 

DAFTAR TABEL
1

Tingkat pengangguran terbuka menurut provinsi 2009-2011

2

2 Produk Domestik Regional Bruto Kalimantan Timur Atas Dasar
Harga Konstan 2000 menurut lapangan usaha 2007-2011

4

3 Jumlah tenaga kerja menurut sektor ekonomi di Kalimantan Timur
2008-2011

5

4

Rumus pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja

18

5

Struktur permintaan perekonomian Provinsi Kalimantan Timur tahun
2009 (ribu rupiah)

27

Struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap
sektor-sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Timur (ribu rupiah)

28

Struktur investasi sektor-sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Timur
2009 (ribu rupiah)

29

Struktur ekspor dan impor perekonomian Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2009

30

Struktur nilai tambah bruto Provinsi Kalimantan Timur 2009 (juta
rupiah)

31

6
7
8
9

10 Struktur output Provinsi Kalimantan Timur 2009 (ribu rupiah)

32

11 Keterkaitan output ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2009

33

12 Keterkaitan output ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2009

34

13 Kepekaan penyebaran sektor-sektor
Kalimantan Timur tahun 2009

35

perekonomian

provinsi

14 Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Kalimantan Timur
Tahun 2009

36

15 Pengganda output sektor-sektor perekonomian Kalimantan Timur
tahun 2009

37

16 Pengganda pendapatan sektor-sektor perekonomian Kalimantan
Timur tahun 2009

38

17 Pengganda tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Kalimantan
Timur tahun 2009

40

18 Total efek pengganda (multiplier effect) sektor-sektor ekonomi di
Kalimantan Timur

42

19 Hasil regresi persamaan tenaga kerja

43

11
 

DAFTAR GAMBAR
1

Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur 2008-2012

3

2 Kerangka penelitian

14

3

24

Diagram ketenagakerjaan

4 Kuadran dampak penyebaran sektor-sektor ekonomi Kalimantan
Timur
5 Kuadran efek pengganda output dan pengganda pendapatan sektorsektor ekonomi Kalimantan Timur
6 Kuadran efek pengganda output dan pengganda tenaga kerja sektorsektor ekonomi Kalimantan Timur
7 Kuadran efek pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja
sektor-sektor ekonomi Kalimantan Timur

36
39
40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1

Agregasi 50 sektor menjadi 9 sektor

49

2

Data-data pada model ekonometrika

50

3

Hasil estimasi model faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan
tenaga kerja

50

4

Hasil uji multikolinieritas

51

5

Hasil uji heteroskedastisitas

51

6

Hasil uji autokolerasi

51

7

Hasil uji normalitas

51

12 
 

  1
 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi
diberbagai negara dan sering mendapat perhatian khusus baik bagi pengambil
kebijakan maupun akademisi. Hal ini dikarenakan pengangguran merupakan
masalah yang tidak teratasi dan cenderung semakin meningkat serta menjadi
beban bagi perekonomian suatu negara. Pengangguran dapat digunakan sebagai
salah satu ukuran dalam menilai sebuah kinerja pemerintahan, oleh karena itu
pengangguran biasanya dijadikan sebagai salah satu target utama dalam sebuah
kebijakan di bidang perekonomian (Amrullah 2008). Pengangguran sendiri
merupakan masalah yang dapat menimbulkan masalah baru seperti tingkat
kemiskinan, tingginya tingkat kriminalitas, dan ketimpangan standar hidup
masyarakat.
Pengangguran di Indonesia sendiri menjadi masalah yang belum
terpecahkan, sebelum krisis ekonomi tahun 1997, tingkat pengangguran di
Indonesia pada umumnya di bawah 5 persen dan pada tahun 1997 sebesar 5.7
persen. Tingkat pengangguran sebesar 5.7 persen masih merupakan pengangguran
alamiah dimana tingkat pengangguran alamiah adalah suatu tingkat pengangguran
yang alamiah dan tak mungkin dihilangkan. Tingkat pengangguran alamiah ini
sekitar 5 sampai dengan 6 persen atau kurang yang artinya jika tingkat
pengangguran paling tinggi 5 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam
kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia setelah krisis ekonomi
tahun 1998 mengalami peningkatan diatas tingkat pengangguran alamiah sebesar
9.01 persen dan mencapai puncaknya tahun 2006 dengan presentase sebesar 10.26
persen. Namun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011 TPT Indonesia cenderung mengalami penurunan. Tahun 2009
TPT Indonesia adalah sebesar 7.87 persen dan pada tahun 2011 menjadi 6.56
persen yang turun sebanyak 1.22 persen, penurunan TPT Indonesia dikarenakan
terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan dan sektor
keuangan meskipun diiringi dengan terjadinya penurunan penyerapan tenaga kerja
di sektor pertanian dan sektor pengangkutan dan komunikasi (BPS 2012).
Berdasarkan Tabel 1 TPT menurut provinsi, Kalimantan Timur merupakan
provinsi dengan tingkat pengangguran ketiga terbesar setelah Provinsi Banten dan
Provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata presentase sebesar 10.26 persen jika
dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain tingkat pengangguran Kalimantan
Timur relatif lebih tinggi, bahkan berada diatas rata-rata tingkat pengangguran
nasional sebesar 7.19 persen. Hal ini menjadi masalah yang harus di atasi ditengah
perekonomian Kalimantan Timur yang mengalami pertumbuhan. Jika dilihat dari
tahun 2009 sampai tahun 2011 TPT Kalimantan Timur memang cenderung
mengalami penurunan namun hal ini bukan berarti jumlah pengangguran langsung
mengalami penurunan yang drastis, melainkan jumlah pengangguran berkurang
sedikit dibandingkan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja yang ada.


 

Tabel 1 Presentase Tingkat Pengangguran Terbuka menurut provinsi, 2009–2011
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Kep. Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
NusaTenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Indonesia
Sumber: BPS, (2012)

2009

2010
8.71
8.45
7.97
8.56
8.11
5.54
7.61
6.14
5.08
6.62
12.11
10.96
14.97
7.33
6.00
5.08
3.13
3.97
6.25
5.44
4.62
6.36
10.83
10.56
5.89
5.43
8.90
4.51
4.74
10.57
6.76
4.08
7.56
7.87

2011
8.37
7.43
6.95
8.72
6.90
5.39
6.65
5.63
4.59
5.57
11.05
10.33
13.68
6.21
5.69
4.25
3.06
5.29
3.34
4.62
4.14
5.25
10.10
9.61
5.16
4.61
8.37
3.25
4.61
9.97
6.03
3.55
7.68
7.14

7.43
6.37
6.45
5.32
7.80
4.02
5..77
3.61
2.37
5.78
10.80
9.83
13.06
5.93
3.97
4.16
2.32
5.33
2.69
3.88
2.55
5.23
9.84
8.62
4.26
4.01
6.56
2.82
3.06
7.38
5.55
3.94
8.94
6.56

Pengangguran yang relatif tinggi merupakan masalah yang serius sehingga
berbagai upaya untuk menanggulangi masalah tersebut mutlak dilakukan. Upaya
yang dilakukan harus bersifat mendasar dan menyeluruh. Pengangguran secara
teoritis seharusnya mampu diatasi dengan cara meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, hal ini terjadi karena utilitas sumber daya manusia dibutuhkan dalam
menjalankan kegiatan perekonomian sehingga mengakibatkan permintaan tenaga
kerja akan semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sendiri dapat
diukur berdasarkan pendapatan per kapita dan Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) yang didukung oleh sektor-sektor ekonomi yaitu sektor pertanian,

3
 

sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan
air bersih, sektor kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
serta sektor jasa-jasa. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mengembangkan
struktur ekonomi secara seimbang antara sektor-sektor ekonomi yang padat modal
(capital intensive) dan sektor-sektor ekonomi yang potensial dan padat karya
(labor intensive), hal ini dilakukan agar kesenjangan dalam struktur ekonomi
semakin kecil dan dapat mengurangi masalah-masalah ekonomi yang
ditimbulkan.
Berdasarkan Gambar 1 laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur
mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif dari tahun 2008 sampai dengan
2012rata-rata pertumbuhan migas sebesar 4.07 persen, non migas dengan rata-rata
pertumbuhansebesar 9.68 persen untuk pertumbuhan ekonomi tanpa melihat
komoditas unggulan Kalimantan Timur yaitu migas dan batubara rata-rata
pertumbuhannya adalah 7.40 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur selama kurun waktu 2008 sampai 2012
dipengaruhi komoditas migas dan batubara, penurunan pertumbuhan dengan
migas ini terjadi karena penurunan produksi pada migas.

14
12
Persen

10
Migas

8
6

Non Migas

4
2

Non Migas dan
Batubara

0
2008

2009

2010

2011

2012

Tahun

Gambar 1 Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur 2008-2012
Sumber: Bappeda Kalimantan Timur, 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2 sembilan sektor ekonomi yang berkontribusi dalam
pembentukan PDRB dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Sektor pertambangan
dan penggalian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 40.51 persen, diikuti sektor industri pengolahan di posisi
kedua dengan 29.44 persen kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 8.62 persen diikuti sektor pertanian sebesar 6.63 persen, sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 5.57 persen, untuk sektor bangunan
mampu menyumbang sebesar 3.75 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan 3.11 persen, sektor jasa-jasa menyumbang sebesar 2.05 persen
sedangkan untuk sektor listrik, gas dan air bersih hanya mampu menyumbang
0.32 persen terhadap perekonomian Kalimantan Timur. Pertumbuhan ekonomi
yang terus meningkat dengan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian


 

dalam pembentukan PDRB Kalimantan Timur, ini menunjukkan bahwa sektor
pertambangan dan penggalian potensi yang sangat besar terhadap perekonomiandi
Kalimantan Timur dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto Kalimantan Timur Atas Dasar Harga
Konstan 2000, menurut lapangan usaha 2007-2011 (milyar rupiah)
Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air
Minum
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
7.Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan
danJasa perusahaan
9. Jasa-Jasa
PDRB

2007
6 651
(6.76)
38 322
(38.95)
31 946
(32.47)
303
(0.31)
3 340
(3.39)
8 131
(8.26)
5 053
(5.14)
2 742
(2.79)
1 899
(1.93)
98 386
(100)

2008
6 845
(6.63)
40 527
(39.27)
32 976
(31.95)
320
(0.31)
3618
(3.51)
8 420
(8.16)
5 450
(5.28)
3 008
(2.91)
2 043
(1.98)
103 207
(100)

2009

2010

2011

6 947
(6.58)
42 447
(40.21)
31 666
(30.00)
338
(0.32)
3 978
(3.77)
8 910
(8.44)
5 851
(5.54)
3 278
(3.11)
2 151
(2.04)
105 565
(100)

7301
(6.58)
46 082
(41.56)
30 662
(27.65)
364
(0.32)
4 335
(3.91)
9 860
(8.89)
6 391
(5.76)
3 579
(3.23)
2 312
(2.09)
110 887
(100)

7 620
(6.61)
49 032
(42.55)
28 950
(25.12)
405
(0.35)
48 808
(4.17)
10 803
(9.37)
7 049
(6.12)
4 024
(3.49)
2 553
(2.22)
115 244
(100)

Sumber:BPS, 2012 (diolah)

Pertumbuhan Kalimantan Timur yang cenderung mengalami peningkatan
dengan sektor pertambangan dan penggalian yang berkontribusi besar terhadap
PDRB seharusnya mampu dalam menekan angka pengangguran namun pada
kenyataannya di Kalimantan Timur pertumbuhan ekonomi yang baik justru
diiringi dengan tingginya tingkat pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi belumlah cukup dalam mengurangi masalah pengangguran
yang ada. Pengangguran yang relatif masih tinggi akan menjadi masalah dan
menjadi beban bagi perekonomian oleh karena itu haruslah diidentifikasi faktorfaktor apa saja yang dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja untuk
mengurangi masalah pengangguran.
Pembangunan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan
daerah tersebut dalam menggali potensi-potensi sumber daya alam maupun
sumber daya manusia yang dimiliki. Keadaan sumber daya alam mampu
menciptakan kesempatan kerja untuk masyarakat dan pendapatan bagi
pemerintah, sumber daya manusia yang merupakan modal pembangunan
seharusnya mampu dikembangkan dan diserap oleh sektor-sektor ekonomi yang
ada.. Pada dasarnya dalam pembangunan ekonomi sumber daya yang dimiliki
terbatas akibatnya pemerintah harus menetukkan skala prioritas dalam
pembangunan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pembangunan
ekonomi tersebut dalam hal ini adalah pengangguran. Oleh sebab itu menurut
Anwar dan Rustiadi (2000) setiap daerah mempunyai sektor- sektor unggulan

5
 

yang memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan wilayah dalam
pencapaian sasaran pembangunan itu dalam hal penyerapan tenaga kerja.

Perumusan Masalah
Pengangguran merupakan isu strategis yang harus dihadapi Kalimantan
Timur, target dari Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
pengangguran sendiri untuk tahun 2013 belum mencapai sasaran yaitu sebesar
7.42 persen. Untuk menurunkan angka pengangguran dan mencapai target sasaran
pembangunan, demi mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan pemerintah
harus memfokuskan kepada sektor yang mampu menggerakkan sektor-sektor
ekonomi lain yang banyak menyerap tenaga kerja agar pengangguran bisa
dikurangi secara optimal. Oleh karena itu haruslah dicari sektor unggulan (leading
sector) yang mampu menggerakkan sektor-sektor lain dalam menyerap tenaga
kerja agar alokasi pembangunan pemerintah yang terbatas lebih diarahkan pada
leading sector yang mampu mengurangi masalah pengangguran tersebut.
Tabel 3 Jumlah tenaga kerja menurut sektor ekonomi di Kalimantan Timur,
tahun 2008-2011 (jiwa)
Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Minum
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan
Jasa perusahaan
9. Jasa-Jasa
Total

2008
456968
(36.28)
71085
(5.64)
83948
(6.66)
4227
(0.34)
81306
(6.45)
258683
(20.54)
83863
(6.66)
24097
(1.91)
195410
(15.51)
1259587
(100)

2009
456118
(35.05)
77311
(5.94)
75699
(5.82)
4457
(0.34)
83536
(6.42)
282784
(21.73)
73385
(5.64)
24809
(1.91)
223673
(17.15)
1301288
(100)

2010
456437
(30.80)
115862
(7.28)
83176
(5.61)
6339
(0.43)
88337
(5.96)
327424
(22.09)
78249
(5.28)
43885
(2.96)
282189
(19.04)
1418898
(100)

2011
454258
(28.55)
162640
(10.22)
84554
(5.31)
7063
(0.44)
85327
(5.36)
364266
(22.90)
76774
(4.83)
48236
(3.03)
307885
(19.35)
1591003
(100)

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3 perbandingan jumlah tenaga kerja menurut lapangan
usaha dari tahun 2008 sampai dengan 2011, sektor pertanian merupakan sektor
yang mendominasi lapangan kerja di Kalimantan Timur dengan presentase
sebesar 32.67 persen diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 21.82 persen, kemudian sektor jasa-jasa sebesar 17.76 persen sementara
untuk sektor pertambangan dan penggalian sendiri hanya mampu menyerap ratarata 7.27 persen diikuti sektor bangunan 6.05 persen, sektor industri pengolahan
yang berkontribusi 5.85 persen sisanya sektor-sektor yaitu pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor listrik,


 

gas dan air bersih hanya mampu menyerap kurang dari 5 persen terhadap tenaga
kerja di Kalimantan Timur.
Sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi besar
terhadap pembentukan PDRB Kalimantan Timur nyatanya tidak mampu
menyerap tenaga kerja lebih banyak sektor ini berada di posisi keempat, karena
memang sektor ini merupakan sektor yang padat modal dan merupakan sektor
yang tak terbaharukan yang suatu saat sumber daya tersebut jika dieksploitasi
secara terus-menerus akan habis. Keadaan ini berbeda untuk sektor pertanian yang
hanya mampu menyumbang 6.61 persen dalam pembentukan PDRB mampu
menyerap tenaga kerja paling tinggi yaitu sebesar 28.55 persen. Berdasarkan data
tersebut menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai kontribusi lebih besar
terhadap PDRB belum tentu dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja begitu
pula sebaliknya, sektor yang menyerap tenaga kerja lebih banyakpun belum
mampu untuk berkontribusi lebih besar terhadap pembentukkan PDRB. Dengan
demikian penentuan leading sector sangatlah diperlukan untuk mewujudkan
perekonomian berkelanjutan karena leading sector mampu merangsang
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja sektor-sektor ekonomi
lainnya di Kalimantan Timur. Berdasarkan penjelasan diatas maka timbullah
pertanyaan:
1.
Bagaimana struktur perekonomian di Kalimantan Timur?
2.
Sektor manakah yang menjadi leading sector dalam penyerapan tenaga
kerja di Kalimantan Timur?
3.
Apakah faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di
Kalimantan Timur?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan adapun tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis struktur perekonomian di Kalimantan Timur.
2.
Menganalisis leading sector dalam penyerapan tenaga kerja di Kalimantan
Timur.
3.
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di
Kalimantan Timur.

Manfaat Penelitian

1.

2.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
Pemerintah sebagai masukan kedepan dalam merumuskan kebijakan dalam
kegiatan pembangunan ekonomi dan kegiatan yang berhubungan dengan
produksi, ekspor-impor, pengembangan sektor-sektor ekonomiagar dapat
meningkatkan perekonomian Kalimantan Timur untuk kesejahteraan
masyarakat dan meminimalisir masalah pengangguran.
Peneliti: sebagai masukan yang lebih mendalam untuk melakukan penelitian
tentang Analisis Leading Sector terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Kalimantan Timur dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, dengan

7
 

3.

penelitian ke depan mengangkat tentang masalah ekonomi lainnya dan
sektor yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
Masyarakat Luas: sebagai informasi bagi seluruh komponen masyarakat
untuk mengetahui dan memberikan pengertian mendalam tentang peran dari
sektor unggulan terhadap perekonomian dan penciptaan kesempatan kerja,
sehingga dalam hal ini masyarakat dapat berperan aktif baik dalam menjaga
sumber daya alam sebagai aset yang berharga untuk masa mendatang,
bekerja sesuai dengan bidang ilmu, mengembangkan kemampuan diri,
mengawasi serta dapat memberi kritikan yang lebih konstruktif bagi para
pengusaha di sektor-sektor ekonomi dan pemerintah tingkat baik di daerah
maupun nasional.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat struktur perekonomian di Kalimantan
Timur, peran dari sektor ekonomi yang menjadi leading sector dalam penyerapan
tenaga kerja, dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi penyerapan tenaga
kerja di Kalimantan Timur. Analisis ini dilakukan secara terbatas hanya dengan
melihat sembilan sektor perekonomian dan menentukan leading sector dalam
penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Timur yang mampu mengurangi masalah
pengangguran, dan faktor-faktor yang memengaruhi dalam penyerapan tenaga
kerja. Metode yang digunakan yaitu Analisis Input output dan Regresi berganda
(Ordinary Least Square) dengan data berasal dari Tabel Input-Output Kalimantan
Timur tahun 2009, data tenaga kerja, Produk Domestik Bruto Regional (PDRB),
investasi, Upah Minimum Regional di Kalimantan Timur dari tahun 1991 sampai
dengan 2011, dan data lain untuk menunjang dalam penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah
maksimum suatu barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk
dibelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu (Sudarsono
1988). Permintaan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja
yang dipekerjakan seorang pengusaha pada setiap kemungkinan tingkat upah
dalam jangka waktu tertentu. Fungsi permintaan tenaga kerja merupakan
permintaan turunan (derived demand) dari jumlah dan harga output.
Teori Produksi Cobb-Douglas mengasumsikan bahwa suatu proses produksi
menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K),
dengan fungsi produksi adalah:
Qt = f (Lt, Kt)
Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang terdapat
pada teori neoklasik adalah:


 

П = TR – TC dimana TR = Pt.Qt
Penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa hanya ada dua
input yang digunakan, yaitu kapital (K) dan tenaga kerja (L). Bellante (1990)
mengasumsikan tenaga kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan
kepada pekerja (w) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat suku bunga (r).
TC

= rtKt + wtLt

Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di atas ke persamaan keuntungan
perusahaan maka diperoleh:
Πt

= Pt.Qt-rt.Kt-wtLt

Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama fungsi
keuntungan diatas harus sama dengan nol (π’=0), sehingga didapatkan :
Wt Lt

= Pt . f(Lt,Kt)-r1Kt

Lt

= Pt Qt . -r1Kt/wt

Dimana:
Lt
= Permintaan Tenaga Kerja
wt = Upah Tenaga Kerja
Pt
= Harga Jual Barang per unit
Kt = Kapital (Investasi)
rt
= Tingkat Suku Bunga
Qt = Output (PDB)
Berdasarkan persamaan di atas, dapat diketahui bahwa permintaan tenaga
kerja (Lt) merupakan fungsi dari kapital (investasi), output (pendapatan), tingkat
suku bunga (r) dan tingkat upah (w).

Model Input-Output dalam Penentuan Leading Sector
Strategi pembangunan ekonomi daerah senantiasa ditekankan pada
terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas ekonomi, pemerataan
distribusi pendapatan, rendahnya angka pengangguran serta pengentasan
kemiskinan. Dampak suatu kebijakan ekonomi daerah lebih tepat dianalisis
berdasarkan teori keseimbangan umum (general equilibrium) dibandingkan
dengan teori keseimbangan parsial (partial equilibrium).
Teori keseimbangan umum (General Equilibrium Theory) sendiri
merupakan cabang dari teori ekonomi yang berusaha untuk menjelaskan perilaku
penawaran, permintaan dan harga dalam ekonomi secara keseluruhan atau banyak
dengan beberapa pasar, dan berusaha untuk membuktikan bahwa ada
keseimbangan harga barang, dan semua harga pada keseimbangan. Teori ini
mempertimbangkan harga keseimbangan sebagai harga jangka panjang dan harga

9
 

aktual sebagai harga penyimpangan dari keseimbangan. Teori keseimbangan
umum terus mengalami perkembangan terutama hasil pemikiran dari Leon Walras
yang mana dimulai sejak tahun 1870-an dengan menciptakan sebuah sistem
persamaan simultan dalam upaya memecahkan masalah Cournot. Hukum Walras
menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan setiap pasar tertentu, jika semua
pasar lainnya dalam suatu perekonomian berada dalam keseimbangan, maka pasar
tertentu juga harus dalam keseimbangan.
Analisis Input-Output pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontif
tahun 1986. Gagasan dasar teknik analisis input-output didasarkan pada teori
keseimbangan umum (General Equilibrium Theory). Leontif menyusun tabel
yang dikenal dengan Gambaran perekonomian (Tableu Economique) dengan teori
keseimbangan umum (General Equilibrium Theory). Berdasarkan teori-teori
tersebut, Leontif menyusun hubungan antara satu kegiatan ekonomi dengan
kegiatan ekonomi lainnya secara kuantitatif. Menurut Leontief (1986) analisis I-O
merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik
diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Model I-O
didasarkan atas beberapa asumsi:
1. Homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal
oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada subtitusi output
diantara berbagai sektor.
2. Linieritas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan homogen.
Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan
pemakaian input yang porprosional.
3. Aditivitas, ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi di
berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O merupakan model kuantitatif yang
dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai (BPS 1995):
1. Struktur perekonomian nasional atau regional yang mencangkup struktur
output dan nilai tambah masing-masing sektor.
2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektorsektor industri.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang-barang yang berskala impor.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaanantara oleh sektorsektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi investasi dan
ekspor.
Dalam model I-O pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan
kedalam 3 jenis: (1) pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, dan (3)
pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect merupakan pengaruh yang
secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai
input dari produksi sektor yang bersangkutan. Pengaruh tidak langsung atau
indirect effect menunjukkan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu
sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang
bersangkutan. Pengaruh total atau total effect adalah pengaruh secara keseluruhan
dalam perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada

10 
 

Struktur Tabel Input-Output
Menurut Glasson (1977), format dari Tabel Input-Output terdiri dari suatu
kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran
dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu.
Kuandran I
(n x n)
Transaksi antar sektor/kegiatan

Kuadran II
(n x m)
Permintaan Akhir

Kuadran III
(p x n)
Input Primer

Kuadran IV
(p x m)

Sumber: BPS dalam Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009

Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan
digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadran ini
menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi.
Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa disini adalah penggunaan untuk
diproses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong sehingga
transaksi dalam kuadran pertama ini disebut juga transaksi antara.
Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand). Penggunaan
barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan
akhir, permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, investasi dan ekspor.
Kuadran ketiga memperlihatkan input primer sektor-sektor produksi, input
ini dikatakan primer karena bukan merupakan bagian dari output suatu sektor
produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input primer adalah semua
balas jasa faktor produksi dan meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Kuadran keempat memperlihat input primer yang langsung didistribusikan
ke sektor- sektor permintaan akhir. Informasi di kuadran keempat ini bukan
merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusutan Tabel Input-Output kadangkadang diabaikan.
Keterkaitan Antarsektor
Hirschman (1995) merinci keterkaitan antar sektor menjadi, (1) keterkaitan
langsung ke belakang, (2) keterkaitan langsung ke depan, (3) daya sebar ke depan,
(4) daya sebar ke belakang. Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai
perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar
sektor dalam suatu sistem perekonomian. Berdasarkan konsep keterkaitan, dapat
diketahui besarnya pertumbuhan sektor yang dapat menstimulus pertumbuhan
sektor lainnya. Dampak penyebaran merupakan pengembangan dari indeks
keterkaitan langsung dan tidak langsung, pengembangan tersebut dilakukan
dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor
tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor dalam perekonomian.
1. Keterkaitan ke Depan (Direct Linkage)
Menunjukkan akibat sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit
kenaikan permintaan total.

11
 

2.

3.

4.

Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)
Menujukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menyediakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per
unit kenaikan total.
Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya menarik)
Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari
pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya
melalui mekanisme pasar input, hal ini berarti kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya.
Kepekaan Penyebaran ( Daya Penyebaran ke Depan/Daya Mendorong)
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnyamelalui mekanisme pasar output, hal iniberarti
kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektorsektor yang memakai output dari sektor ini.

Efek Pengganda (Multiplier Effect)
Analisis multiplier merupakan suatu analisis yang digunakan untuk melihat
apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi
perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir dalam
perekonomain. Terdapat tiga variabel utama dalam analisis multiplier ini yaitu
outpur sektor-sektor produksi, pendapatan rumah tangga (household income),
danlapangan pekerjaan (employment). Oleh karena itu dalam analisis ini dikenal
multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja (Nazara
1997). Multiplier juga merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur
suaturespon atau dampak stimulus ekonomi. Pada kasus multiplier Input-Output,
stimulus ekonomi umumnya di asumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar
satu satuan mata uang kepada permintaan akhir (final demand) suatu sektor.
Stimulus ekonomi yang sering dimaksud adalah dapat berupa output, pendapatan,
dan tenaga kerja.
1. Multiplier Output
Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal
(initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan
moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan Leontief (α)
menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung
dari sektor i yang disebabkan karena peningkatan penjualan dari sektor i
sebesar satu unit satuan moneter kepada permintaan akhir.
2. Multiplier Pendapatan (Nilai Tambah)
Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan dalam Tabel InputOutput adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian
pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang
pada umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga
deviden dan bungabank.
3. Multiplier Tenaga Kerja
Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan dari sisi output. Pengganda tenaga kerja tidak
diperoleh dari elemen Tabel Input-Output karena tabel ini tidak mengandung
elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Penambahan baris pada Tabel

12 
 

Input-Output untuk mendapatkan koefisian tenaga kerja dalam setiap sektor
perekonomian. Cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan
membagi setiap jumlah tenaga kerja tiap sektor perekonomian wilayah atau
negara dengan jumlah total input dari tiap sektor tersebut.
Leading Sector dalam Model Input-Output
Suatu sektor dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sector) dalam
input-output jika memiliki keterkaitan yang erat, daya sebar, dan kepekaan yang
sangat tinggi dalam perekonomian, sehingga efek yang diberikan terhadap
perekonomian bersifat ganda. Disatu sisi sektor tersebut mampu mendorong
permintaan agregat (aggregate demand) yang lebih tinggi dan di sisi lain bisa
meningkatkan penawaran agregate (aggregate supply) untuk pemenuhan
kebutuhan domestik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai keterkaitan, dampak
penyebaran dan efek pengganda yang ditimbulkan dari sektor unggulan tersebut.

Sektor Unggulan (Leading Sector) dan Peranannya dalam Perluasan
Kesempatan Kerja
Pembangunan ekonomi sektoral sangatlah penting karena merupakan
wadah bagi kegiatan ekonomi yaitu sektor-sektor ekonomi yang sangat
menunjang dalam pemberian kesempatan kerja. Namun setiap sektor memiliki
karakteristik yang berbeda, ada yang termasuk dalam sektor padat modal dan
sektor padat karya. Pembangunan sektor ekonomi sendiri harus diperhatikan baik
oleh pemerintah, perusahaan maupun masyarakat karena terbatasnya sumber daya
yang dimiliki pelaku ekonomi khususnya pemerintah. Pemerintah harus lebih
memprioritaskan sektor yang mampu meningkatkan pertumbuhan serta mengatasi
masalah yang ditimbulkan.
Leading sector dalam perekonomian yang dianalisis menggunakan model
input-output terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Leading sector output
Sektor yang mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya dalam
mendorong peningkatan output di seluruh sektor-sektor perekonomian,
dimana dapat dilihat berdasarkan nilai efek pengganda output yang paling
tinggi.
2. Leading sector pendapatan
Sektor yang mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya dalam
mendorong peningkatan pendapatan di seluruh sektor-sektor perekonomian,
dimana dapat dilihat berdasarkan nilai efek pengganda pendapatan (Produk
Domestik Regional Bruto) yang paling tinggi.
3. Leading sector tenaga kerja
Sektor yang mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya dalam
mendorong penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor-sektor perekonomian,
dimana dapat dilihat berdasarkan nilai efek pengganda tenaga kerja yang
paling tinggi.
Kemampuan yang dimiliki sektor unggulan (leading sector) dalam sisi
penyerapan tenaga kerja menjadi penggerak utama perekonomian dalam
mengurangi masalah pengangguran dan sangat memberikan keuntungan terutama

13
 

dalam pembangunan sektoral. Sektor unggulan (leading sector)dalam penyerapan
tenaga kerja sendiri merupakan sektor yang mampu medorong pertumbuhan
sektor lain dalam menyerap tenaga kerja sehingga memberikan kesempatan kerja
yang besar. Kesempatan kerja sendiri dapat diartikan sebagai permintaan terhadap
tenaga kerja di pasar tenaga kerja, oleh karena itu kesempatan kerja sama dengan
jumlah lowongan kerja yang tersedia di dunia kerja, tentunya semakin
meningkatnya pembangunan ekonomi akan semakin banyak kesempatan kerja
yang tersedia yang mendorong penyerapan tenaga kerja sebagai modal kegiatan
produksi.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ),
Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Overlay oleh Purwanti Dewi (2009)
melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat sektor-sektor ekonomi yang
menjadi unggulan yang dapat menyerap tenaga kerja di Kabupaten Muara Enim
yang dapat menciptakan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, elastisitas serta
koefisien tenaga kerja di sektor-sektor ekonomi unggulan Kabupaten Muara
Enim. Hasil penelitian didapat selama tahun 2005 sampai dengan 2008 Kabupaten
Muara Enim memiliki pertumbuhan yang positif dengan sektor ekonomi yang
menjadi unggulan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan
penggalia, penyerapan tenaga kerja tahun 2008 lebih rendah dibandingkan tingkat
penyerapan tenaga kerja tahun 2005.
Tejasari Maharani (2008) melakukan penelitian dengan tujuan melihat
pengaruh pengembangan usaha kecil dan menengah beserta faktor-faktor yang
memengaruhi penyerapan tenaga kerja dan menganalisis peranan usaha kecil dan
menengah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode
OLS (Ordinary Least Square)dengan data dari tahun 1996 sampai dengan
2006.Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha, kredit modal kerja
dan PDB UKM secara positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Kredit
investasi secara negatif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, pendapatan
per kapita negatif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja dan
investasi positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan ekspor
UKM secara signifikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Rahman Arif (2008) melakukan penelitian tentang analisis eksistensi
persistensi pengangguran di Indonesia yang bertujuan untuk melihat karakteristik
pengangguran, mengkaji eksistensi pengangguran, dan pola pengangguran yang
ada di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu Incremental
Labour Output Ratio (ILOR)data kependudukanyang mana hasil penelitiannya
adalah pengangguran di Indonesia cenderung meningkat setelah krisis ekonomi
dengan tingkat pengangguran muda lebih tinggi dibandingkan bukan usia muda.
pengangguran yang terjadi di Indonesia selama ini dapat dikategorikan sebagai
disequiliubrium persistent unemployment without self correcting mechanism, yang
berarti bahwa persistensi terjadi di luar keseimbangan pasar tenaga kerja serta
tidak memiliki mekanismeotomatis untuk menuju titik keseimbangan.
Hasil studi lainnya adalah mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenaga kerja sektor industri di pulau Jawa oleh Fridhowati Nila (2011)
tujuan untuk mengetahui perkembangan penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan

14 
 

ekonomi dan investasi sektor industri, serta faktor-faktor yang memengaruhi
tenaga kerja sektor industri di pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dari 2003 sampai dengan 2010 meliputi data PDRB, upah minimum
provinsi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan investasi dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal menggunakan analisis data panel. Hasil analisis
dari penelitian ini menunjukkan jika PDRB sektor industri dan upah minimum
provinsi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, dan investasi
sektor industri baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal
asing tidak memengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor industri di pulau
Jawa.
Kerangka Penelitian
Analisis Leading Sector terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kalimantan Timur
dan Faktor-faktor yang memengaruhinya
Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Pengangguran

Produk Domestik
Regional Bruto
Penyerapan Tenaga
Kerja

Sektor–sektor Ekonomi

Model Input-Output

Analisis
Keterkaitan

Analisis Dampak
Penyebaran

Model Regresi berganda

Analisis
Multiplier

Leading Sector




Output
Pendapatan
Tenaga kerja

Faktor-faktor yang Memengaruhi

Implikasi Kebijakan

Gambar 2 Kerangka Penelitian

15
 

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini merupakan data
sekunder berupa data deret waktu (time series) di wilayah Kalimantan Timur dari
tahun 1991 sampai dengan 2011 yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, serta
memperoleh literatur dari buku, media massa, media elektronik, dan jurnal yang
mendukung penulisan ini. Data tersebut merupakan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), investasi, Upah Minimum Regional (UMR), jumlah tenaga kerja
di Kalimantan Timur, serta Tabel Input-Output Kalimantan Timur tahun 2009.

Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian ini
terbagi menjadi dua yaitu, dengan menggunakan Analisis Input-Output dengan
menggunakan Tabel Input-Output Kalimantan Timur 2009 untuk menganalisis
struktur perekonomian Kalimantan Timur dan mencari leading sector dalam
penyerapan tenaga kerja. Analisis kedua yaitu dengan regresi berganda (Ordinary
Least Square) untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan
tenaga kerja di Kalimantan Timur.
Analisis Input-Output
Analisis input-output digunakan untuk melihat struktur perekonomian
Kalimantan Timur dan mencari suatu sektor yang menjadi leading sector dalam
penyerapan tenaga kerja. Struktur perekonomian Kalimantan Timur dianalisis
dengan melihat dari sisi permintaan baik permintaan antara maupun akhir,
konsumsi baik rumah tangga maupun pemerintah, investasi, ekspor bersih, nilai
tambah bruto, serta output sektoral. Sedangkan penentuan leading sector dalam
perekonomian di Kalimantan Timur dilihat dari analisis keterkaitan, analisis
dampak penyebaran dan efek pengganda, untuk leading sector dalam penyerapan
tenaga kerja sendiri dianalisis berdasarkan efek pengganda tenaga kerja suatu
sektor yang mana mampu menggerakkan penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor
Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor.
Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung
ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, serta keterkaitan
langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan ke depan digunakan untuk
melihat derajat keterkaitan antara suatu ekspor yang menghasilkan output yang
digunakan sebagai input di sektor lain. Keterkaitan ke belakang digunakan untuk
melihat derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lain yang memasok input
pada sektor tersebut.

16 
 

1.

Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu
terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

F (d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i
aij
= unsur matriks koefisien teknis
n
= jumlah sektor
2. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu
terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total.
Ke

Dokumen yang terkait

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia

1 12 170

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

2 9 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

0 2 15

PENYERAPAN TENAGA KERJA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

0 2 13

PENYERAPAN TENAGA KERJA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

0 2 15

PENDAHULUAN Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Tengah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

1 7 9

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI EKS KARESIDENAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 3 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 1985 - 2004.

0 0 12

Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 - 2013.

0 0 14

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 – 2013 IMG 20151104 0001

0 0 1