Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

OLEH RONI AKMAL

H14103902

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(2)

RINGKASAN

RONI AKMAL. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. (Dibimbing oleh TONY IRAWAN).

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha me majukan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar.

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya.

Penelitian ini memberikan gambaran tentang keadaan ketenagakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan berbentuk panel yang terdiri dari jumlah tenaga kerja yang merupakan variabel terikat, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil, Upah Minimum Propinsi (UMP) riil, dan Investasi riil yang semuanya diambil dari 20 propinsi pada kurun waktu 2003-2007. Metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan regresi panel data dengan metode Fixed Effect pada taraf nyata 5 persen.

Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2003-2007, secara umum terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan propinsi yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi. Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus, namun hal ini bertolak belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan UMP diduga lebih dirasakan pada kelompok tenaga kerja kerja terdidik. Selain itu juga diduga akibat tingginya permintaan tenaga kerja di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus.

Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain adalah kebijakan fiskal harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja terdidik. Pemerintah dan para pelaku usaha harus lebih mendukung dan meningkatkan kinerja perekonomiannya di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Terakhir, investasi diharapkan lebih banyak dialokasikan untuk program padat karya.


(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

Oleh

RONI AKMAL H14103902

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk me mperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(4)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Te naga Kerja di Indonesia

Nama : Roni Akmal

NIM : H14103902

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Tony Irawan, M.App.Ec NIP. 19820306 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2010

Roni Akmal H14103902


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Metropolitan, Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 14 Februari 1985, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak H. Suryadi MS dan Ibu Yusnar.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Aisiyah 27, Jakarta (1990-1991), SD Muhammadiyah 3 Matraman, Jakarta (1991-1997), SLTP Negeri 7 Jakarta (1997-2000), dan SMA Negeri 31 Jakarta (2000-2003). Pada Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Dikarenakan satu dan lain hal, penulis mengajukan permohonan pindah departemen ke Departemen Ilmu Ekonomi dan pada tahun 2006 tepatnya semester genap, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan seperti DPM-TPB, KAMMI Komisariat IPB, BEM FATETA, dan DPM FEM. Penulis juga terlibat dalam berbagai kepanitian, da n pernah beberapa kali menjadi narasumber serta moderator di berbagai kegiatan kemahasiswaan.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran umum kondisi ketenegakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya selama tahun 2003 hingga 2007. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya selama proses pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Tony Irawan, M.App.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Ibu Dr. Lukytawati selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah berkenan memberikan saran, masukan, dan koreksi dalam perbaikan skripsi.

3. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan.

4. Para dosen dan pegawai Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan pengajaran dan pelayanan terbaiknya selama penulis duduk di bangku kuliah. 5. Instansi dan para pegawai dari BPS, BKPM, DEPNAKERTRANS dan

Perpustakaan LSI IPB yang telah memudahkan penulis dalam mencari sumber data dan literatur penelitian.

6. Kedua orang tua penulis, bapak H. Suryadi MS dan ibu Yusnar, kakak, Ali Akmal serta seluruh keluarga besar tercinta atas segenap dukungan, motivasi, dan doanya.


(8)

7. Para guru pembimbing spiritual dan saudara-suadara seperguruan yang telah memberikan pencerahan dan ukhuwahnya.

8. Kawan-kawan penghuni Wisma Madani, Pondok Al-Ihsan dan Al-Ikhwan atas keceriaan dan jalinan persaudaraannya.

9. Halida, Iqbal, Melput, Nidia, Aulia, Fitra dan Anriani yang telah membantu secara langsung dalam penelitian ini serta seluruh kawan-kawan yang telah hadir pada seminar skripsi penulis.

10.Kawan-kawan seperjuangan selama di IPB yang telah benyak memberikan inspirasi, nasihat, dan dukungan tiada henti (Mas Ibot, Mas Acang, Mba Desi, Indah, Rio, Linda, Rinrin, Nora, Ai, Andri, Ade, Duta, Ikhsan, Nazrul, Fuji, Ratna, Rifi, Ute, Ncun, Mila, Fury, Mut, TNT 40, Kolak, Ghirotulfataa, DPM TPB 2003-2004, DPM FEM 2006-2007, BPF dan Bangwil 2008, serta Sabil dan Litbang 2009).

11.Kawan-kawan IE 40-43 terutama Agung, Irwan, Adit, Dika, Abi, Anwar, Ela, Naufal, Rian, Fakhrul dan Fazlur yang selalu ada menemani dan menyemangati saat perkuliahan.

12.Semua Anak-anak FEM 40-43 yang pernah kenal, berinteraksi, berbagi suka dan duka. Salam FEM dahsyat.

13.Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang dengan ikhlas dan tulus telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua mendapat balasan yang terbaik dari-Nya.

Pada akhirnya penulis berharap agar karya ini bisa memberikan manfaat bagi penulis pribadi khususnya dan seluruh pihak umumnya yang memerlukan.

Bogor, Januari 2010

Roni Akmal H14103902


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN ... 7

2.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 7

2.2. Penyerapan Tenaga Kerja ... 9

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja ... 11

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja ... 14

2.5. Kekakuan Upah (Wage Rigidity)... 15

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 17

2.7. Penelitian Terdahulu ... 22

2.8. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.2. Metode Analisis Data ... 29

3.2.1. Regresi Panel Data ... 30

3.2.2. Metode Fixed Effect ... 31

3.2.3. Metode Random Effect ... 33

3.2.4. Uji Kesesuaian Model ... 36

3.3. Perumusan Model Penelitian ... 37

3.4. Hipotesis Penelitian ... 37


(10)

3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) ... 38

3.5.2. Uji Statistik untuk Masing- masing Variabel (Uji- t) ... 39

3.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ... 40

3.6. Uji pelanggaran Asumsi ... 41

3.6.1. Multikolinearitas ... 41

3.6.2. Autokorelasi ... 42

3.6.3. Heteroskedastisitas ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ... 44

4.2. Gambaran Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia ... 48

4.3. Hasil Analisis Model Regresi ... 54

4.3.1. Uji Statistik ... 54

4.3.2. Uji Pelanggaran Asumsi ... 56

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 57

V. Kesimpulan dan Saran ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

OLEH RONI AKMAL

H14103902

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(12)

RINGKASAN

RONI AKMAL. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. (Dibimbing oleh TONY IRAWAN).

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha me majukan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar.

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya.

Penelitian ini memberikan gambaran tentang keadaan ketenagakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan berbentuk panel yang terdiri dari jumlah tenaga kerja yang merupakan variabel terikat, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil, Upah Minimum Propinsi (UMP) riil, dan Investasi riil yang semuanya diambil dari 20 propinsi pada kurun waktu 2003-2007. Metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan regresi panel data dengan metode Fixed Effect pada taraf nyata 5 persen.

Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2003-2007, secara umum terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan propinsi yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi. Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus, namun hal ini bertolak belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan UMP diduga lebih dirasakan pada kelompok tenaga kerja kerja terdidik. Selain itu juga diduga akibat tingginya permintaan tenaga kerja di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus.

Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain adalah kebijakan fiskal harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja terdidik. Pemerintah dan para pelaku usaha harus lebih mendukung dan meningkatkan kinerja perekonomiannya di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Terakhir, investasi diharapkan lebih banyak dialokasikan untuk program padat karya.


(13)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

Oleh

RONI AKMAL H14103902

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk me mperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(14)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Te naga Kerja di Indonesia

Nama : Roni Akmal

NIM : H14103902

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Tony Irawan, M.App.Ec NIP. 19820306 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003


(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2010

Roni Akmal H14103902


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Metropolitan, Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 14 Februari 1985, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak H. Suryadi MS dan Ibu Yusnar.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Aisiyah 27, Jakarta (1990-1991), SD Muhammadiyah 3 Matraman, Jakarta (1991-1997), SLTP Negeri 7 Jakarta (1997-2000), dan SMA Negeri 31 Jakarta (2000-2003). Pada Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Dikarenakan satu dan lain hal, penulis mengajukan permohonan pindah departemen ke Departemen Ilmu Ekonomi dan pada tahun 2006 tepatnya semester genap, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan seperti DPM-TPB, KAMMI Komisariat IPB, BEM FATETA, dan DPM FEM. Penulis juga terlibat dalam berbagai kepanitian, da n pernah beberapa kali menjadi narasumber serta moderator di berbagai kegiatan kemahasiswaan.


(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran umum kondisi ketenegakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya selama tahun 2003 hingga 2007. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya selama proses pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Tony Irawan, M.App.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Ibu Dr. Lukytawati selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah berkenan memberikan saran, masukan, dan koreksi dalam perbaikan skripsi.

3. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan.

4. Para dosen dan pegawai Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan pengajaran dan pelayanan terbaiknya selama penulis duduk di bangku kuliah. 5. Instansi dan para pegawai dari BPS, BKPM, DEPNAKERTRANS dan

Perpustakaan LSI IPB yang telah memudahkan penulis dalam mencari sumber data dan literatur penelitian.

6. Kedua orang tua penulis, bapak H. Suryadi MS dan ibu Yusnar, kakak, Ali Akmal serta seluruh keluarga besar tercinta atas segenap dukungan, motivasi, dan doanya.


(18)

7. Para guru pembimbing spiritual dan saudara-suadara seperguruan yang telah memberikan pencerahan dan ukhuwahnya.

8. Kawan-kawan penghuni Wisma Madani, Pondok Al-Ihsan dan Al-Ikhwan atas keceriaan dan jalinan persaudaraannya.

9. Halida, Iqbal, Melput, Nidia, Aulia, Fitra dan Anriani yang telah membantu secara langsung dalam penelitian ini serta seluruh kawan-kawan yang telah hadir pada seminar skripsi penulis.

10.Kawan-kawan seperjuangan selama di IPB yang telah benyak memberikan inspirasi, nasihat, dan dukungan tiada henti (Mas Ibot, Mas Acang, Mba Desi, Indah, Rio, Linda, Rinrin, Nora, Ai, Andri, Ade, Duta, Ikhsan, Nazrul, Fuji, Ratna, Rifi, Ute, Ncun, Mila, Fury, Mut, TNT 40, Kolak, Ghirotulfataa, DPM TPB 2003-2004, DPM FEM 2006-2007, BPF dan Bangwil 2008, serta Sabil dan Litbang 2009).

11.Kawan-kawan IE 40-43 terutama Agung, Irwan, Adit, Dika, Abi, Anwar, Ela, Naufal, Rian, Fakhrul dan Fazlur yang selalu ada menemani dan menyemangati saat perkuliahan.

12.Semua Anak-anak FEM 40-43 yang pernah kenal, berinteraksi, berbagi suka dan duka. Salam FEM dahsyat.

13.Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang dengan ikhlas dan tulus telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua mendapat balasan yang terbaik dari-Nya.

Pada akhirnya penulis berharap agar karya ini bisa memberikan manfaat bagi penulis pribadi khususnya dan seluruh pihak umumnya yang memerlukan.

Bogor, Januari 2010

Roni Akmal H14103902


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN ... 7

2.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 7

2.2. Penyerapan Tenaga Kerja ... 9

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja ... 11

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja ... 14

2.5. Kekakuan Upah (Wage Rigidity)... 15

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 17

2.7. Penelitian Terdahulu ... 22

2.8. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.2. Metode Analisis Data ... 29

3.2.1. Regresi Panel Data ... 30

3.2.2. Metode Fixed Effect ... 31

3.2.3. Metode Random Effect ... 33

3.2.4. Uji Kesesuaian Model ... 36

3.3. Perumusan Model Penelitian ... 37

3.4. Hipotesis Penelitian ... 37


(20)

3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) ... 38

3.5.2. Uji Statistik untuk Masing- masing Variabel (Uji- t) ... 39

3.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ... 40

3.6. Uji pelanggaran Asumsi ... 41

3.6.1. Multikolinearitas ... 41

3.6.2. Autokorelasi ... 42

3.6.3. Heteroskedastisitas ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ... 44

4.2. Gambaran Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia ... 48

4.3. Hasil Analisis Model Regresi ... 54

4.3.1. Uji Statistik ... 54

4.3.2. Uji Pelanggaran Asumsi ... 56

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 57

V. Kesimpulan dan Saran ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Jumlah Penduduk bekerja Menurut Lapangan Usaha ... 3

1.2. Data Kondisi Ketenagakerjaan di Indonesia, 2003-2007... 4

2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran ... 26

3.1. Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya ... 42

4.1. Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 2003-2007 ... 47

4.2. Penyerapan Tenaga Kerja di 20 Propinsi di Indonesia ... 48

4.3. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2003-2007 ... 54


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Diagram Ketenagakerjaan ... 8 2.2. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap ... 12 2.3. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun... 14 2.4. Kekakuan Upah Menyebabkan Pengangguran Struktural ... 16 2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28 4.1. Grafik Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja di 20 Propinsi di Indonesia ... 53 4.2. Grafik Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas, Bekerja Berdasarkan Tingkat


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Jumlah Tenaga Kerja Indonesia ... 67 2. Data PDRB Rill ... 68 3. Data UMP Riil ... 69 4. Data Investasi Riil ... 70 5. Hasil estimasi model dengan metode Random Effect ... 71 6. Hasil estimasi model dengan metode Fixed Effect ... 72 7. Hasil Uji Hausman ... 73


(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. Kesempatan kerja, kuantitas, serta kualitas tenaga kerja menjadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan, yaitu : (1) tenaga kerja sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi serta distribusi barang dan jasa, dan (2) tenaga kerja sebagai sasaran untuk menghidupkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus- menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992).

Salah satu tema utama bidang ketenagakerjaan adalah kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Kesempatan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah pendapatan nasional, tingkat investasi, dan upah tenaga kerja. Perubahan pada faktor- faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat kesempatan kerja. Adanya kesempatan kerja ini memberikan pe luang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.


(25)

Kesempatan kerja dapat juga diartikan sebagai permintaan terhadap tenaga kerja di pasar tenaga kerja (demand for labour force), oleh karena itu kesempatan kerja sama dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia di dunia kerja. Tentunya semakin meningkat kegiatan pembangunan akan semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini menjadi sangat penting karena semakin besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya.

Di sisi lain, meningkatnya jumlah angkatan kerja dala m waktu yang cepat dan jumlah yang t inggi, sementara kesempatan kerja yang ter sedia sangat terbatas akan menyebabkan timbulnya pengangguran. Inilah yang membuat permasalahan ketenagakerjaan secara langsung maupun tidak langsung akan berkaitan dengan masalah- masalah lainnya seperti ketidakmerataan pendapatan, kemiskinan, perlambatan pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan instabilitas politik. Semua ini secara intuitif tampaknya telah dipahami oleh para pengambil kebijakan. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja untuk mengura ngi jumlah pengangguran yang berimplikasi terhadap lambatnya laju pertumbuhan ekonomi, mengingat semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang memasuk i pasar kerja.


(26)

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (dalam ribu jiwa)

Lapangan Us aha Tahun

2003* 2004 2005 2006 2007 Rata-rata Total

1. Pertanian 6.656 6.560 6.872 7.864 8.291 7.249 36.243

2. Perta mbangan dan

Penggalian 585 546 529 510 647 563 2.817

3. Industri Pengolahan 7.290 7.389 7.991 7.647 7.839 7.631 38.156

4. Listrik, Gas, dan Air Minum

- 204 155 202 155 179 716

5. Konstruksi 3.358 3.758 3.745 3.927 4.488 3.855 19.276

6. Perdagangan, Hotel,

dan Restoran 3.137 3.797 4.039 4.262 4.244 3.896 19.479

7. Pengangkutan dan

Teleko munikasi 1.639 1.956 1.926 2.024 2.166 1.942 9.711

8. Bank dan Le mbaga Keuangan lainnya

1.201 1.015 904 1.153 1.194 1.093 5.467

9. Jasa-Jasa 7.777 8.418 8.620 9.392 9.394 8.720 43.601

Total 31.643 33.643 34.781 36.981 38.418 35.093 175.466

*)Sektor no. 2 digabung dengan no. 4

Sumber: BPS (2003-2007)

Perkembangan penyerapan tenaga kerja di Indonesia dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di berbagai lapangan usaha. Berdasarkan pada data dalam Tabel 1.1, terlihat bahwa sektor jasa-jasa merupakan lapangan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Dalam periode tahun tersebut rata-rata pekerja yang terserap di sektor ini sebesar 8,72 juta orang. Sektor penyerap tenaga kerja tebesar kedua adalah sektor industri pengolahan yang menyerap tenaga kerja rata-rata sebesar 7,63 juta orang. Sedangkan rata-rata tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian sebesar 7,25 juta orang. Rata-rata penyerapan tenaga kerja terendah berada pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 563 ribu orang. Dalam periode tersebut penyerapan tenaga kerja senantiasa mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,70 persen setiap tahunnya (BPS, 2003-2007)


(27)

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada tingkat kesempatan kerja. Adanya ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan ketersediaan kesempatan kerja akan menimbulkan gap yang disebut pengangguran. Pengangguran inilah pada akhirnya akan membawa dampak ketidakstabilan ekonomi yang nantinya bisa berimbas kepada ketidakstabilan di bidang kehidupan lainnya. Kondisi ketenagakerjaan Indonesia dapat dilihat dari Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Data Kondisi Ketenagakerjaan di Indonesia, 2003-2007 (dalam juta jiwa)

J ENIS KEGIATAN 2003 2004 2005 2006 2007

PENDUDUK USIA KERJA 150,9 153,92 158,49 160,81 164,12

ANGKATAN KERJA 102,9 103,97 105,86 106,39 109,94

PENDUDUK BEKERJA 92,524 93,72 93,96 95,46 99,93

PENGA NGGURAN TERBUKA (%) 9,5 09,4 10,8 10, 3 9,1

KESEM PATAN KERJA (%)

89,92 90,14 88,76 89,73 90,90 Sumber : BI dan BPS (2003 – 2007)

Tercatat pada tahun 2007 terdapat 164,12 juta jiwa penduduk yang berada pada usia kerja1). Namun di sisi lain, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun yang sama adalah sebanyak 99,93 juta jiwa. Data jumlah penduduk yang bekerja ini pun masih termasuk mereka yang bekerja pada usia di luar usia kerja (15 tahun ke bawah). Tingkat pengangguran (pengangguran terbuka) yang terjadi pada tahun ini adalah sebesar 9,1 juta jiwa dengan tingkat persentase kesempatan kerja sebesar 90,90%. Walaupun kesempatan kerja yang tersedia pada dua tahun

1)

Penduduk usia ke rja adalah mere ka yang berada pada usia 15 tahun ke atas dan yang telah dianggap ma mpu me laksanakan pekerjaan, mencari kerja, bersekolah mengurus ru mah tangga, dan kelo mpok la innya seperti pensiunan (BPS, 2003).


(28)

terakhir selalu mengalami kenaikan tetapi jika dilihat jumlah pengangguran terbuka pada tahun yang sama rata-rata sebesar 9,7 persen. Untuk tingkat pengangguran jumlah ini tergolong relatif besar bahkan jumlah ini belum mampu mendekati tingkat pengangguran sebelum krisis terjadi yaitu sekitar 5,5 persen.

Dari Tabel 1.2 juga dapat diperhatikan bahwa dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2003-2007 penduduk usia kerja dan angkatan kerja selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,12 persen untuk penduduk usia kerja dan 1,76 persen untuk angkatan kerja. Sedangkan jumlah kesempatan kerja yang tersedia selalu berada di bawahnya terutama bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja. Tampak bahwa penyerapan tenaga kerja Indonesia dalam kurun waktu tersebut masih rendah. Kondisi ini tentunya akan menciptakan gap antara angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia sehingga pengangguran akan senantiasa ada dan menjadi masalah yang harus terus dicari pemecahannya untuk diminimalisir jumlahnya setiap tahun.

Berdasarkan fakta dan uraian di atas khususnya terkait dengan upaya mengatasi tingkat pengangguran dalam bidang ketenagakerjaan dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran kondisi penyerapan tenaga kerja di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di


(29)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran kondisi penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah Indonesia mengenai kondisi penyerapan tenaga kerja di Indonesia selama tahun 2003-2007 sehingga dapat dijadikan acuan perumusan dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi masyarakat dan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja secara agregat di Indonesia selama tahun 2003 hingga 2007 dengan menganalisis variabel- variabel bebas yang diduga mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja, yaitu PDRB riil, UMP riil dan investasi riil. Mengingat keterbatasan ketersediaan data tiap propinsi, agar tetap memperoleh data yang representatif maka lokasi penelitian diambil 20 propinsi dari 33 propinsi secara acak dan merata dari di seluruh wilayah di Indonesia.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang ketenagakerjaan, ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun.

Tenaga kerja atau yang disebut Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus- menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum penuh bekerja.

Penduduk yang tidak aktif secara ekonomi digolongkan dalam kelompok bukan angkatan kerja yang terdiri dari kelompok mereka yang bersekolah, kelompok yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah dan golongan lainnya (DEPNAKERTRANS, 2007). Golongan yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga


(31)

Mengurus Rumah Tangga

Sekolah Lainnya Penduduk Usia Kerja

Mencari Kerja Bekerja

Belum Pernah Bekerja Pernah

Bekerja Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Bekerja Penuh Setengah

Menganggur

sewaktu-waktu dapat masuk ke pasar kerja sehingga kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan kerja potensial. Sektor formal didefinisikan sebagai usaha yang dimiliki badan usaha dengan memiliki tenaga kerja, sedangkan sektor informal adalah usaha yang dilakukan sendiri atau dibantu orang lain dan atau pekerja bebas serta pekerja yang tak dibayar. Pe nggolongan semua penduduk tersebut dapat dilihat pada diagram ketenagakerjaan (Gambar 2.1).

Sumber: DEPNAKERTRANS (2007)


(32)

Menurut Swastha (2000) dalam Subekti (2007) tenaga kerja dapat dibedakan sesuai dengan fungsinya, yaitu :

a. Tenaga Kerja Eksekutif. Tenaga kerja ini mempunyai tugas dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen, merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengordinir dan mengawasi.

b. Tenaga Kerja Operatif. Jenis tenaga kerja ini adalah pelaksana yang melaksanakan tugas-tugas tertentu yang dibebankan kepadanya. Tenaga kerja operatif dibagi menjadi tiga yaitu:

Tenaga kerja terampil (skilled labour)

Tenaga kerja setengah terampil (semi skilled labour)

Tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour) 2.2. Penyerapan Tenaga Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan (BPS, 2003). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dengan harga. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dengan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki untuk dipekerjakan. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja


(33)

berlainan dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Masyarakat membeli barang dan jasa karena barang dan jasa tersebut memberikan kepuasan kepadanya. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena orang tersebut membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan terhadap tenaga kerja bergantung pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu dinamakan derived demand (Simanjuntak, 1985).

Pengusaha memperkerjakan seseorang karena membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. Di dalam menganalisis mengenai permintaan perlulah disadari perbedaan di antara istilah “permintaan” dan “jumlah

barang yang diminta”. Simanjuntak (1985) mendefinisikan yang dimaksud dengan permintaan adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah yang diminta berarti banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu.

Menurut Sudarsono (1988) dalam Subekti (2007), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu unit usaha. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi perubahan tingkat upah dan faktor- faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, yaitu permintaan pasar akan hasil produksi dari suatu unit usaha, yang tercermin dari besarnya volume produksi dan harga barang-barang modal seperti mesin atau alat proses produksi.


(34)

Mengacu pada uraian di atas, maka diperoleh kesimpulan adanya perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap o leh sektor usaha tertentu di suatu wilayah. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang diminta untuk dipekerjaka n. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan pada kuantitas dan banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu. Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor.

2.3. Teori Permintaan Tenaga Ke rja

Teori permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu lapangan usaha akan mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Masyarakat membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada konsumen. Akan tetapi bagi pengusaha mempekerjakan seseorang bertujuan untuk memba ntu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenaga kerja merupakan permintaan turunan.

Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasarkan pada teori ekonomi neoklasik, di mana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba,


(35)

pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marjinal Physical Product dari tenaga kerja (MPPL), (2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh

pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut Marginal Revenue (MR). Penerimaan marjinal di sini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga MR = VMPPL

= MPPL. P, dan (3) biaya marjinal, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan

pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang pekerja, dengan kata lain upah karyawan tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal, maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pemberi kerja, sehingga ia akan terus menambah jumlah pekerja selama MR lebih besar dari tingkat upah.

Upah

D1 W

DL = MPPL.P

VMPP

L* L1 Tenaga Ke rja

Sumber : Bellante dan Jackson (1990)

Gambar 2.2 Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap

Value Marginal Physical Product of Labor atau VMPP adalah nilai pertambahan hasil marjinal dari tenaga kerja. P adalah harga jual barang per unit, DL adalah permintaan tenaga kerja, W adalah tingkat upah, dan L adalah jumlah


(36)

tenaga kerja. Peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang tertentu, maka jumlah tenaga kerja yang diminta suatu lapangan usaha akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap (Gambar 2.2).

Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam suatu lapangan usaha tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, pengusaha lebih mengoptimalkan jumlah tenaga kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru.

Pengusaha akan melakukan penyesuaian penggunaan tenaga kerja tergantung dari tingkat upahnya. Jika tingkat upah mengalami penurunan, maka pengusaha akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan tingkat upah dapat dilihat pada Gambar 2.3. Kurva DL melukiskan besarnya nilai

hasil marjinal tenaga kerja (VMPPL) untuk setiap penggunaan tenaga kerja.

Dengan kata lain, menggambarkan hubungan antara tingka t upah (W) dan penggunaan tenaga kerja yang ditunjukkan oleh titik L1 dan L*. Pada Gambar 2.3

terlihat bahwa pada kondisi awal. tingkat upah berada pada W1 dan jumlah tenaga

kerja yang digunakan L1. Jika tingkat upah diturunkan menjadi W*, maka tenaga


(37)

Upah D1

W1

W* E

DL = VMPPL ( MPPL . P)

L1 L* Tenaga Kerja

Sumber : Bellante dan Jackson (1990)

Gambar 2.3 Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu. Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) ke dalam output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka produksinya adalah:

Qt = f(Lt, Kt) ………... (2.1)

sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut model Neoklasik adalah sebagai berikut:

πt = TR –TC ……… (2.2)

di mana:

TR = pt . Qt .…….………... (2.3)

Dalam menganalisis penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu modal (K) dan tenaga kerja (L).


(38)

Tenaga kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (W) sedangkan untuk modal (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r).

TC = rt Kt + Wt Lt ……… (2.4)

dengan mensubstitusi persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh : Wt Lt = pt . f(Lt, Kt) – rt Kt –πt ………..………. (2.5)

Lt = [pt . f(Lt, Kt)]/Wt – rt Kt/Wt –πt/Wt ……… (2.6)

di mana Lt adalah permintaan tenaga kerja, Wt adalah upah tenaga kerja, Pt adalah

harga jual barang per unit, Kt adalah Kapital (Investasi), rt adalah tingkat suku

bunga, dan Qt adalah output (PDRB). Semua variabel tersebut diukur pada waktu

tertentu.

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa permintaan tenaga kerja (Lt) merupakan fungsi dari tingkat upah (W). Hukum permintaan tenaga

kerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah tenaga kerja maka semakin banyak permintaan tenaga kerja tersebut. Apabila upah yang diminta besar, maka pengusaha akan mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor, yang di antaranya adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar tenaga kerja, upah dan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.

2.5. Kekakuan Upah (Wage Rigidity)

Teori kekakuan upah (wage rigidity) menyatakan bahwa salah satu penyebab masalah pengangguran adalah upah, yaitu ketika terjadi kekakuan upah (wage rigidity) di mana upah gagal bergerak menuju posisi keseimbangan pada pasar tenaga kerja (Mankiw, 2003). Gambar 2.4 menunjukkan mengapa kekakuan


(39)

upah menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada di atas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus menjatah pekerjaan yang langka di antara para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat perolehan kerja dan mempertinggi tingkat pengangguran.

W

L1 L0

Sumber : Mankiw (2003)

Gambar 2.4 Kekakuan Upah Menyebabkan Pengangguran Struktural

Pengangguran yang disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan disebut pengangguran struktural (Structural Unemployment). Para pekerja tidak dipekerjakan bukan karena mereka aktif mencari pekerjaan yang paling cocok dengan keahlian mereka, tetapi karena pada tingkat upah yang berlaku, penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya. Para pekerja ini hanya menunggu pekerjaan yang akan tersedia (Mankiw, 2003).

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan

Jumlah tenaga kerja yang ingin bekerja


(40)

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Sumarsono (2003) dalam Subekti (2007), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu lapangan usaha. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah tingkat upah, nilai produksi dan investasi. Perubahan pada faktor- faktor tersebut akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diserap suatu lapangan usaha.

Tingkat upah akan mempengaruhi tingkat biaya produksi. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal- hal sebagai berikut :

a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi yang selanjutnya meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen akan merespon cepat bila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi membeli barang yang bersangk utan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Turunnya jumlah kebutuhan tenaga kerja karena turunnya skala produksi disebut efek skala produksi atau scale effect.

b. Apabila upah naik (asumsi harga barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk produksinya dan mengganti kebutuhan tenaga kerja dengan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya. Turunnya jumlah kebutuhan tenaga kerja karena penggantian atau penambahan mesin- mesin disebut efek substitusi tenaga kerja (substitution effect).


(41)

Nicholson (1999) dalam teori Pasar Tenaga Kerja dan Dampak Upah Minimum menjelaskan bahwa tenaga kerja dalam perekonomian ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. Keseimbangan mekanisme pasar kerja ini akan menghasilkan tingkat upah dan tenaga kerja keseimbangan. Kenaikan dalam penawaran tenaga kerja yang didorong oleh bertambahnya angkatan kerja akan menyebabkan penurunan dalam tingkat upah dan kenaikan dalam penyerapan tenaga kerja. Pergeseran keseimbangan pasar kerja ini didasarkan pada asumsi, jika sektor riil memiliki rencana untuk melakukan ekspansi p roduksi.

Namun jika sektor riil mengalami kelesuan yang ditandai dengan banyaknya perusahaan yang keluar dari pasar barang dan jasa, maka akan menyebabkan penurunan tingkat dan penurunan penyerapan tenaga kerja. Sehingga akan ada sejumlah pekerja yang keluar dari perusahaan dimana mereka bekerja atau akan ada pekerja yang menganggur. Pemerintah biasanya mengeluarkan kebijakan di pasar kerja berupa penetapan upah minimum. Berdasarkan teori, Jika pemerintah menetapkan upah minimum yang lebih tinggi dari sebelumnya, maka akan menimbulkan excess di pasar kerja karena kenaikan tingkat upah menyebabkan kenaikan biaya produksi sektor riil, maka sektor riil akan mengurangi pemakaian tenaga kerja. Sementara itu, kenaikan upah tersebut akan direspon secara positif oleh angkatan kerja sehingga penawaran tenaga kerja akan meningkat. Walaupun demikian pada tingkat upah minimum tersebut penyerapan tenaga kerja pada sektor riil hanya lebih sedikit dari pengurangan jumlah tenaga kerja sehingga kebijakan ini menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran.


(42)

Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988 dalam Subekti, 2007).

Nilai output suatu daerah diperkirakan akan mengalami peningkatan hasil produksi dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi barang yang sama. Para pengusaha akan membutuhkan sejumlah uang yang akan diperoleh dengan tambahan perusahaan tersebut, de mikian juga dengan tenaga kerja. Perusahaan yang jumlahnya lebih besar akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaan/unit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penamba han output produksi (Matz, 1990 dalam Subekti, 2007).

Menurut Sudarsono (1988) dalam Subekti (2007), perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi.


(43)

Lain halnya dengan Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi.

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal, mesin- mesin dan perlengkapan-perlengkapan produksi yang yang akan dioperasikan oleh tenaga manusia untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 1997 dalam Subekti 2007). Sedangkan menurut Dumairy (1996) investasi adalah penambahan barang modal secara neto positif. Seseorang yang membeli barang modal tetapi ditujukan untuk mengganti barang modal yang telah mengalami kerusakan dalam proses produksi bukanlah merupakan investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang modal untuk mengganti (replacement). Pembelian barang modal ini merupakan investasi pada waktu yang akan datang.

Oleh karena itu, investasi yang dilakukan dalam rangka penyediaan barang-barang modal seperti mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkat hasil output akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena barang-barang modal tersebut membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya. Semakin besar investasi yang dilakukan akan semakin banyak tenaga kerja yang diminta, terutama investasi yang bersifat padat karya. Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tena ga kerja.


(44)

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja, maka investasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional, khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional atau PDB, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Dengan memperhitungkan efek pengganda, maka besarnya persentase pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari besarnya persentase pertumbuhan investasi (Mankiw, 2003).

Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan peralatan pada saat pembelian. Menurut Sukirno (1997) dalam Subekti (2007) usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi atau penanaman modal meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut :

a. Pembelanjaan pokok berbagai jenis barang modal yaitu mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan penunjang untuk membangun rumah tempat tinggal,

bangunan kantor, bangunan pabrik dan lainnya.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (ruma h tangga) yang membelanjakan sebagian besar dari pendapatannya untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan, penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan tapi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali


(45)

peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Selain sebagai harapan di masa depan untuk memperoleh keuntungan, terdapat beberapa faktor yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh penanam modal dalam suatu perekonomian. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh. b. Tingkat bunga.

c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa akan datang. d. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. e. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Investasi membutuhkan stabilitas di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Kepastian di bidang hukum akan memberikan kemudahan bagi perkembangan ekonomi dan membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan ekonomi. Semakin besar tingkat kepastian, maka semakin memungkinkan suatu perusahaan untuk melakukan investasi baik dalam skala rendah, menengah bahkan skala tinggi. Begitu pula sebaliknya, kecilnya tingkat kepastian akan mengakibatkan kurangnya investasi.

2.7. Penelitian Terdahulu

Situmorang (2005) menganalisis tentang elastitisitas kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan suku bunga di Indonesia selama tahun 1990-2003. Kesempatan kerja atau permintaan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum. Suku bunga tidak berpengaruh nyata terhadap kesempatan kerja.


(46)

Respon kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekono mi bersifat elastis, sedangkan respon kesempatan kerja terhadap upah minimum bersifat inelastis, di mana kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen dengan asumsi tidak ada perubahan dalam upah minimum akan menyerap kesempatan kerja sebesar 0,2 persen, sedangkan kenaikan upah minimum sebesar 1 persen dapat meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,026 persen. Respon kesempatan kerja terhadap output yang bersifat sangat elastis terjadi di sektor industri dan sektor lainnya yang mencakup sektor listrik, gas dan air. Sedangkan respon kesempatan kerja di sektor jasa terhadap outputnya hanya memiliki sifat elastis. Respon kesempatan kerja terhadap upah minimum yang bersifat elastis terjadi di sektor pertanian, keuangan, dan sektor angkutan. Respon kesempatan kerja di sektor bangunan memiliki sifat yang sangat elastis. Respon kesempatan kerja terhadap suku bunga dengan sifat elastis terjadi di sektor pertanian, industri, jasa dan sektor lainnya.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor formal perkotaan, dengan perkecualian bagi pekerja kerah putih (white collar worker). Temuan yang tidak kalah pentingnya adalah dampak negatif dari upah minimum sangat dirasakan oleh kelompok yang rentan terhadap perubahan kondisi pasar tenaga kerja, seperti pekerja perempuan, pekerja muda usia, dan pekerja berpendidikan rendah. Sedangkan pekerja kerah putih adalah satu-satunya kategori pekerja yang diuntungkan dari kenaikan upah minimum dalam hal penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan adanya efek substitusi dari upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja dari berbagai jenis pekerja.


(47)

Prihartanti (2007) dalam penelitiannya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor indus tri di kota Bogor dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Squares) menyimpulkan bahwa pada kurun waktu tahun 1994 hingga 2005 faktor- faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di kota Bogor adalah upah, investasi, PDRB riil, jumlah unit usaha, dan krisis ekonomi yang terjadi pada saat itu. Upah memberikan hasil yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, hal ini berarti ketika terjadi peningkatan upah mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja yang diserap. Investasi, PDRB, jumlah unit usaha, serta krisis memberikan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan pada variabel- variabel tersebut, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di kota Bogor.

Berdasarkan penelitian Das (2004) tentang dampak kebijakan upah minimum terhadap pasar tenaga kerja di negara- negara sedang berkembang (terutama yang berpendapatan rendah), sebagian besar angkatan kerja bekerja di sektor formal dan upah minimum secara keseluruhan tidak hanya berdampak terhadap lapangan kerja, tetapi juga berimplikasi mendorong para pekerja keluar dari sektor formal dan ke dalam sektor formal, terutama untuk kelompok pekerja yang rentan, seperti para pekerja berketerampilan, berkeahlian dan berpengalaman rendah, para pekerja di bawah usia kerja (usia muda) dan para wanita. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa jika upah minimum dinaikkan melebihi tingkat yang sedang, maka ia akan mengurangi jumlah pekerja yang usia muda, pekerja


(48)

yang berketerampilan rendah dan pekerja wanita, namun ada peningkatan pekerja yang ahli, terampil dan berpengalaman. Dampak-dampak ini khususnya tampak di perusahaan-perusahaan kecil. Di banyak negara berkembang, peningkatan jumlah para pekerja pemuda yang akan memasuki pasar tenaga kerja diseimbangkan.

Terakhir, berdasarkan penelitian dari lembaga peneliti SEMERU (2001) tentang dampak kebijakan upah minimum terhadap tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja di daerah perkotaan Indonesia, kenaikan tingkat upah minimum akan mengurangi sebagian tenaga kerja untuk digantikan dengan pekerja kerah putih. Hal ini juga menunjukkan bahwa setelah adanya kenaikan upah minimum perusahaan mengubah proses produksi yang padat tenaga kerja dengan proses produksi yang lebih padat modal dan lebih menuntut keterampilan. Karena adanya saling keterkaitan antara modal dan keterampilan, maka proporsi pekerja kerah putih yang lebih tinggi menandai adanya pemanfaatan teknologi yang lebih padat modal.

2.8. Kerangka Pe mikiran Penelitian

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata dirasakan oleh masyarakat, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah, struktur perekonomian yang seimbang. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan eko nomi suatu negara dapat dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari pembangunan ekonomi.


(49)

Masalah ketenagakerjaan dalam pembangunan Indonesia hingga kini masih merupakan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan mengingat semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang me masuki pasar kerja. Hal ini berkaitan dengan upaya penyediaan dan penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan mut u tenaga kerja serta upaya perlindungan tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sangat besar dan ko mpleks. Besar, karena menyangkut jutaan jiwa, dan kompleks, karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi o leh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikut i pola yang tidak selalu mudah unt uk dipahami.

Masalah ketenagakerjaan yang paling mendasar adalah jumlah ketersediaan lapangan kerja tidak cukup untuk menampung jumlah angkatan kerja yang ada. Masalah inilah yang senant iasa terjadi di Indonesia. Fakta ini menunjukkan tekanan kuat dala m sis i penyediaan tenaga kerja. Di s isi la in, pertumbuhan ekonomi secara nasiona l masih terlalu rendah. Kondisi pertumbuhan ekonomi dan kaitannya dengan pengangguran pada masa setelah kris is, yakni tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pe rtumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pe ngangguran

Sumber: Laporan BI (2003-2007)

Tahun Pertumbuhan PDB (%) Pengangguran Terbuka (%)

2003 4,7 9,5

2004 5,0 9,4

2005 5,7 10,8

2006 5,5 10,3


(50)

Kesimpulan ya ng dapat dia mbil berdasarkan Tabel 2.1 adalah walaupun pada tahun 2003- 2005 tingkat pertumbuhan ekonomi terus menga lami kenaikan, namun tidak selamanya diikut i dengan penurunan jumlah pengangguran. Pada tahun 2005 kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,3 persen dari tahun 2004 justru malah d iikuti dengan kenaikan jumlah pengangguran terbuka. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dari 5,7 persen menjadi 5,5 persen dan diikuti penurunan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 0,8 pe rsen dari 11,1 persen hingga mencapai 10,3 persen. Walaupun demikian t ingkat pengangguran terbuka ini masih relat if lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelum kris is yang rata-rata mencapai 5,5 persen (Bank Indonesia, 2006).

Melihat fakta- fakta yang telah ditamp ilkan terkait kondisi ketenagakerjaan di Indonesia maka perlu diperlukan informasi tentang kondisi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Sela in itu perlu juga dilakukan analisis faktor- faktor yang me mpengaruhi penyerapan tenaga kerja. Variabel yang akan dite liti adalah PDRB riil, UMP riil dan investasi riil. Kerangka pemikiran penelit ian ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.


(51)

Gambar 2.5 Kerangka Pe mikiran Penelitian

Gambar 2.5 menejelaskan tentang alur penelitian. Penelitian ini di awali dengan memaparkan permasalahan utama dalam ketenagakerjaan di indonesia, yaitu pengangguran. Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan membaginya menjadi dua fokus tujuan, yaitu : (1) mengga mbarkan kondisi penyerapan tenaga kerja di beberapa propinsi di Indonesia untuk mengetahui variasi dan karakterisitik penyerapan tenaga kerja di propinsi-propinsi tersebut, dan (2) analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Dari hasil kedua tujuan tersebut akan diambil kesimpulan dan saran sebagai masukan bagi kebijakan ketenagakerjaan di Indonesia di masa yang akan datang.

Masalah Ketenagakerjaan Indonesia 2003-2007: Tingginya Tingkat Pengangguran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja

Investasi riil PDRB

riil

Analisis Regresi Panel Data

Implikasi Kebijakan

UMP riil Gambaran Kondisi

Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia


(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumbe r Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1) time series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan selama lima tahun yaitu tahun 2003-2007, sedangkan data cross section sebanyak dua puluh yang menunjukkan jumlah propinsi di Indonesia yang diteliti. Dua puluh propinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Ka limantan Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Adapun variabel- variabel ekonomi yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja, PDRB riil, UMP riil dan investasi riil yang terdiri dari PMDN dan PMA.

Sumber data diperoleh dari berbagai instansi dan media terkait yang dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun instansi dan media yang dimaksud adalah BPS, DEPNAKERTRANS, BKPM, perpustakaan, artikel dan internet.

3.2. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan regresi panel data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan E-views 6.1. Hasil pengolahan data dan penjelasan analisisnya dipaparkan dalam bab pembahasan.


(53)

3.2.1. Regresi Panel Data

Data panel (pooled data) atau disebut juga data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu (Gujarati, 2003).

Banyak alasan mengapa penggunaan data panel lebih baik pada mode l-model regresi dibandingkan data time series atau crosss section, di antaranya menurut Baltagi (2008) adalah :

1. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah, dan lain- lain pada waktu tertentu, maka data tersebut heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.

2. Kombinasi data time series dan cross section memberikan informasi lebih lengkap, beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan studi berulang-berulang dari cross section.

4. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section.

5. Data panel membantu untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.


(54)

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atas perusahaan karena unit data lebih banyak.

Estimasi model pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode efek tetap (fixed effect) dan metode efek acak (random effect) (Gujarati, 2003). Kedua metode tersebut akan dipilih yang sesuai dengan menggunakan uji Hausman. Hasil pengujian terhadap kedua metode yang telah dilakukan pada estimasi model menunjukkan bahwa metode yang tepat untuk penelitian ini adalah fixed effect.

3.2.2. Metode Fixed Effect

Estimasi pada metode Fixed Effect (efek tetap) dapat dilakukan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS) atau tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2003). Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil biasa adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang mungkin tidak beralasan. Generalisasi secara umum sering dilakukan dengan memasukkan variabel boneka (dummy variabel) untuk memungkinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross section maupun antar waktu. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Secara umum, pendekatan fixed effect dapat dituliskan sebagai berikut :


(55)

yit = αi + xjitβj +

2

n

i

aiDi+ εi ...(3.1) di mana :

yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

αi = intersep yang berubah- ubah antar cross section unit xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel ke j

eit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

Dengan menggunakan pendekatan ini, akan terjadi degree of freedom sebesar NT N K. Pertimbangan pemilihan pendekatan yang digunakan ini didekati dengan menggunakan statistik F yang berusaha memperbandingkan antara nilai jumlah kuadrat error dari proses pendugaan dengan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang telah memasukkan variabel boneka. Secara umum dirumuskan sebagai berikut :

FN T 2,NT N T =

1 2

2

/ 1

/

ESS ESS NT

ESS NT N K ………..(3.2) dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan metode

kuadrat kecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F mengikuti distribusi F dengan derajat bebas NT-1 dan NT-N-K. nilai statistik F uji inilah yang kemudian diperbandingkan dengan nilai statistik F tabel yang akan menentukan pilihan model yang akan digunakan.


(56)

3.2.3. Metode Random Effect

Metode efek acak memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu ke dalam error. Hal inilah yang membuat model efek juga disebut model komponen error (error component model). Penggunaan model efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien.

Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam model data panel dikenal pendekatan ketiga yaitu model random effect (efek acak). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen error (error component model). Bentuk model acak dijelaskan pada persamaan berikut ini :

Yit = αit + xjitβj + uit …….………….……….(3.3) Di mana αit diasumsikan sebagai variabel random dari rata-rata nilai intersep (αi).

Nilai intersep untuk masing- masing individu dapat dituliskan :


(57)

Di mana αi adalah rata-rata intersep, it adalah random error (yang tidak bisa

diamati) yang mengukur perbedaan karakteristik masing- masing individu. Model efek acak ini kemudian dapat ditulis dengan rumus :

Yit = αit + xjitβj + εit + uit …………………..(3.5) Yit = αit + xjitβj + ωit ……….…………..(3.6) Di mana :

ωit = εit + uit ...(3.7)

Bentuk ωit terdiri dari komponen error term yaitu it sebagai komponen cross

section dan uit yang merupakan gabungan dari komponen time series error dan

komponen error kombinasi. Model efek acak akhirnya dapat ditulis dengan persamaan :

Yit = αit + xjitβj + ωit ………..(3.8)

ωit = εi + vt + wit ……….(3.9) Di mana

εi ~ ζ(0, u2) = komponen cross section error

vt ~ ζ(0, v2) = komponen time series error

wit ~ ζ(0, w2) = komponen error kombinasi

Pada persamaan tersebut diasumsikan bahwa error secara individual tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Penggunaan model efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model efek tetap. Hal ini mengakibatkan parameter yang hasil estimasi menjadi semakin efisien. Penggunaan model efek tetap atau acak ditentukan dengan menggunakan uji Hausman.


(58)

Namun disamping dengan menggunakan uji Hausman, terdapat beberapa pertimbangan untuk memilih apakah akan menggunakan fixed effect atau random effect. Apabila diasumsikan bahwa i dan variabel bebas X berkorelasi, maka fixed

effect lebih cocok untuk dipilih. Sebaliknya, apabila i dan variabel bebas X tidak

berkorelasi, maka random effect yang lebih baik untuk dipilih. Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan acuan untuk memilih antara fixed effect atau random effect adalah :

1. Bila T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yait u fixed effect model.

2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda jauh. Sehingga apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random effect harus digunakan. Sebaliknya apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka harus meggunakan fixed effect.

3. Apabila komponen error individual ( i) berkorelasi dengan variabel bebas X

maka parameter yang diperoleh dengan random effect akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan fixed effect tidak bias

4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari random effect dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien dibandingkan fixed effect.


(1)

Lampiran 2. Data PDRB Riil

Sumber: BPS, 2003-2007

Propinsi

PDRB Riil (juta rupiah)

2003

2004

2005

2006

2007

Sumatera Utara

353718,128

1026308,413

1102491,122

1073801,817

1159431,840

Sumatera Barat

111648,861

333499,785

362471,150

365142,106

388229,860

Riau

324532,187

962804,430

1078837,468

1140397,194

1341955,143

Jambi

60390,206

159681,670

181595,829

177811,106

202568,217

Sumatera Selatan

185836,600

551198,689

641929,848

620817,778

673463,090

Lampung

111218,439

319882,191

333960,233

332852,130

396575,747

DKI Jakarta

1229159,191

3304544,857

3539693,669

3570058,634

3818330,706

Jawa Barat

1008922,115

2654684,758

3129842,116

3222708,776

3433337,807

Jawa Tengah

650268,997

1696618,532

1904544,872

1977726,230

2089584,893

DI, Yogyakarta

68047,803

190600,436

201363,772

197989,965

209101,362

Jawa Timur

1069613,231

3009299,018

3297486,497

3362019,787

3645255,070

Banten

264797,139

642441,907

670438,943

677985,960

704980,365

Bali

92130,908

252101,197

275293,711

275218,880

299366,599

Nusa Tenggara Barat

64851,780

203301,886

214576,607

206020,689

229500,792

Kalimantan Barat

89464,325

263136,619

279174,646

268797,640

288479,463

Kalimantan Tengah

58014,937

161698,706

177137,940

178161,896

195852,449

Kalimantan Selatan

97105,587

241600,241

257191,950

234656,476

253625,512

Kalimantan Timur

378647,363

1148287,563

1422852,477

1353048,740

1367538,999

Sulawesi Utara

46876,566

141780,844

155726,443

151963,226

162836,453


(2)

Lampiran 3. Data UMP Riil

Propinsi

UMP Riil (rupiah)

2003

2004

2005

2006

2007

Sumatera Utara

1727,517 4666,598 4737,879 4939,895

4852,76

Sumatera Barat

1465,93 4284,949 4381,339 4475,659 4706,875

Riau

1459,598 4018,835 4279,839 4348,123 4537,031

Jambi

1478,617 3670,755

3916,66 3841,168 4155,352

Sumatera Selatan

1340,487 3942,069 3965,829 3908,879

4056,87

Lampung

1202,873 3352,873 3306,392 3422,105 3612,811

DKI Jakarta

2321,89 5908,931 5807,645 5827,819 6070,509

Jawa Barat

1170,946 3182,634 3282,741 3048,813 3372,136

Jawa Tengah

1287,812 3201,411 3168,347 3155,983 3344,098

DI Yogyakarta

1249,003 3158,806 3178,892 3095,975 3176,216

Jawa Timur

974,932 2735,203 2779,293 2786,041 3056,343

Banten

1889,269 4488,409 4634,765 4583,395 4898,615

Bali

1443,509 3696,295 3629,065 3754,141 4398,246

Nusa Tenggara Barat

1389,712 3786,836 3968,586 3962,822 4416,296

Kalimantan Barat

1373,061 3714,842 3669,634 3649,063 3803,056

Kalimantan Tengah

1569,965 4261,163 4421,009 4616,045 4671,637

Kalimantan Selatan

1624,804 4156,642 4338,295 4257,191 4790,997

Kalimantan Timur

1920,739 4918,094 4735,237 4756,561 4942,175

Sulawesi Utara

1638,476 4913,008 4979,666 5099,342 5031,193

Papua

2080,805 5299,633 5315,514 5278,865 5925,793


(3)

Lampiran 4. Data Investasi Riil

Sumber: BPS, 2003-2007

Propinsi

Investasi Riil (juta rupiah)

2003 2004 2005 2006 2007

Sumatera Utara 3417,370 6045,978 5381,443 4367,727 10911,211 Sumatera Barat 271,588 4876,151 881,493 523,688 381,253 Riau 805,747 5046,257 85570,120 21066,125 24406,208 Jamb i 1716,633 1805,290 1801,123 871,223 30119,312 Sumatera Se latan 723,606 1464,955 6114,611 4693,417 6283,117 La mpung 123,724 322,117 9207,426 4900,078 1877,118 DKI Ja karta 26620,227 43590,846 47392,248 32442,421 59958,928 Jawa Barat 13142,000 34789,826 47977,804 47247,759 82697,240 Jawa Tengah 1545,258 1745,881 8207,791 4599,832 2522,457 DI, Yogyakarta 115,233 134,215 360,473 463,052 215,446 Jawa Timur 2686,402 5450,132 38902,451 6441,952 23266,511 Banten 9546,017 10192,432 35663,642 29950,677 11662,560 Ba li 256,753 1485,511 1166,895 1027,042 466,880 Nusa Tenggara Barat 5,238 551,730 36,283 498,006 40,322 Kalimantan Ba rat 507,877 0,469 814,202 586,620 2025,154 Kalimantan Tengah 471,135 1,297 7655,053 8886,257 3680,353 Kalimantan Se latan 41,221 0,253 6921,371 7566,707 2853,740 Kalimantan Timu r 958,791 47065,351 536,681 4403,426 3817,695 Sulawesi Utara 31,419 187,017 425,683 9,161 4251,327 Papua 14,219 4444,559 308,847 2589,633 12,191


(4)

Lampiran 5. Hasil estimasi model dengan metode

Random Effect

Dependent Variable: TK

Method: Panel EGLS (Cross -section random effects) Date: 02/22/10 Time: 12:26

Sample: 2003 2007 Periods included: 5 Cross-sections included: 20

Total panel (balanced) observations: 100

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PDRBRIIL 0.330544 0.046286 7.141377 0.0000 UMPRIIL -21.37979 16.45882 -1.298987 0.1971 INRIIL 1.742817 1.434832 1.214649 0.2275 C 1403477. 197397.0 7.109924 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 854606.3 0.9734

Idiosyncratic random 141266.0 0.0266

Weighted Statistics

R-squared 0.336693 Mean dependent var 119520.1 Adjusted R-squared 0.315965 S.D. dependent var 228952.0 S.E. of regression 189358.0 Sum squared resid 3.44E+12 F-statistic 16.24315 Durbin-Watson stat 0.820156 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.240174 Mean dependent var 1621204. Sum squared resid 3.40E+14 Durbin-Watson stat 0.008308


(5)

Lampiran 6. Hasil estimasi model dengan metode

Fixed Effect

Dependent Variable: TK Method: Panel Least Squares Date: 02/22/10 Time: 12:26 Sample: 2003 2007

Periods included: 5 Cross-sections included: 20

Total panel (balanced) observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PDRBRIIL 0.247549 0.047340 5.229133 0.0000 UMPRIIL 0.451051 16.64704 0.027095 0.9785 INRIIL 1.903792 1.437374 1.324493 0.1893 C 1392104. 49525.11 28.10905 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.996564 Mean dependent var 1621204. Adjusted R-squared 0.995583 S.D. dependent var 2125479. S.E. of regression 141266.0 Akaike info criterion 26.75331 Sum squared resid 1.54E+12 Schwarz criterion 27.35250 Log likelihood -1314.666 Hannan-Quinn criter. 26.99581 F-statistic 1015.211 Durbin-Watson stat 1.675310 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Lampiran 7. Hasil Uji

Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 79.489636 3 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

PDRBRIIL 0.247549 0.330544 0.000099 0.0000 UMPRIIL 0.451051 -21.379792 6.231246 0.0000 INRIIL 1.903792 1.742817 0.007301 0.0596

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: TK

Method: Panel Least Squares Date: 02/22/10 Time: 12:27 Sample: 2003 2007

Periods included: 5 Cross-sections included: 20

Total panel (balanced) observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1392104. 49525.11 28.10905 0.0000 PDRBRIIL 0.247549 0.047340 5.229133 0.0000 UMPRIIL 0.451051 16.64704 0.027095 0.9785 INRIIL 1.903792 1.437374 1.324493 0.1893

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.996564 Mean dependent var 1621204. Adjusted R-squared 0.995583 S.D. dependent var 2125479. S.E. of regression 141266.0 Akaike info criterion 26.75331 Sum squared resid 1.54E+12 Schwarz criterion 27.35250 Log likelihood -1314.666 Hannan-Quinn criter. 26.99581 F-statistic 1015.211 Durbin-Watson stat 1.675310 Prob(F-statistic) 0.000000


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Di Sumatera Utara

10 132 106

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor

2 12 77

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

2 9 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

0 2 15

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

0 2 9

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI EKS KARESIDENAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 3 15

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 – 2013 Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 3 16

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000 2008

0 2 101

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA.

0 2 29

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 1985 - 2004.

0 0 12