b. Perbandingan hasil Ordinary Kriging
dan Cokriging
Metode ordinary
kriging hanya
menggunakan model variogram NO
2
untuk memperoleh nilai dugaan NO
2
. Sedangkan
pada metode
cokriging, membutuhkan model variogram NO
2
, variogram CO serta cross-variogram
untuk memperoleh nilai dugaan NO
2
. Hal ini berhubungan dengan matriks maupun
vektor kovarian, guna mencari pembobot yang meminimumkan ragam dan tak bias
pada masing-masing metode interpolasi.
Hasil interpolasi dibandingkan dengan nilai akar kuadrat tengah galat RMSE
pada keempat sudut anisotropik. Nilai RMSE yang lebih kecil menunjukkan
bahwa metode
terkait lebih
baik dibandingkan
metode lainnya. Pada awalnya, hasil interpolasi NO
2
antara ordinary cokriging
dan standardized ordinary cokriging, dibandingkan terlebih
dulu dengan memilih nilai RMSE yang lebih
kecil. Hasilnya
kemudian dibandingkan dengan hasil interpolasi
NO
2
dari ordinary kriging. Adapun hasil validasi menggunakan uji-t untuk data
berpasangan. Nilai-p dari uji-t yang melebihi taraf nyata 5 menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai dugaan NO
2
dan nilai sebenarnya,
sehingga metode
yang digunakan dapat menduga kadar NO
2
dengan baik di lokasi tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Pemilihan model variogram dan cross- variogram
Model variogram
maupun cross-
variogram yang terpilih untuk masing- masing metode interpolasi pada setiap
sudut anisotropik,
merupakan model
dengan jumlah kuadrat sisaan RSS terkecil dan koefisien determinasi R
2
yang relatif besar, dengan prioritas pertama yaitu
jumlah kuadrat sisaan RSS. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa nugget
variance C serta sill C
+C bernilai tetap, namun rangeA dipengaruhi oleh
sudut anisotropik. Hal ini ditunjukkan pada Lampiran 3 dengan model variogram dan
cross-variogram yang terpilih merupakan model Gaussian dengan nilai nugget
variance C
serta sill C +C bernilai
tetap dan rangeA yang bervariasi. Salah satunya terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1 Model variogram anisotropik CO 90
Model variogram pada Gambar 1 diperoleh dari plot nilai-nilai semivarian
CO dengan jarakh. Nilai-nilai semivarian tersebut
dihitung dengan
melibatkan pasangan lokasi yang berjarak h atau Nh
dengan sudut 90 atau ke arah timur.
Kemudian dipilih model Gaussian dengan nilai nugget variance C
, sill C +C dan
rangeA yaitu 7.58, 36.48315, dan 9584. Walaupun nilai R
2
-nya tidak terlalu bagus, namun diantara keempat model variogram
yaitu Linear, Spherikal, Eksponensial, dan Gaussian,
model Gaussian
memiliki jumlah kuadrat sisaan RSS terkecil.
Adapun hasil pengujian parameter model variogram pada Lampiran 4 menunjukkan
hasil yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 untuk model cross-variogram pada
sudut anisotropik 90
dan 135 , yang
berarti bahwa parameter dalam model tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap
nilai dugaan cross-semivarian. Parameter pada model yang terpilih,
yaitu model Gaussian ,berbeda pada setiap model variogram NO
2
, variogram CO dan cross-variogram. Nilai nugget varianceC
serta sillC +C pada model variogram
NO
2
yaitu 532 dan 2603.617. Sementara nilai nugget varianceC
serta sillC +C
pada model variogram CO mencapai 7.58 dan
36.483. Adapun
model cross-
variogram dengan nugget varianceC serta sillC
+C sebesar 61 dan 305.541. Sementara nilai rangeA yang bervariasi
disebabkan pengaruh sudut anisotropik. Misalnya pada arah tenggara atau sudut
anisotropik 135 , maka dalam perhitungan
semivarian hanya melibatkan pasangan lokasi yang berjarak h atau Nh ke arah
tenggara.
0.0 7.2
14.4 21.7
28.9
0.00 28.33
56.67 85.00
Semivariance
Separation Distance h CO: Anisotropic Variogram 90ยบ
Gaussian model Co = 7.58000; Co + C = 36.48315; AMajor = 9584.00;
AMinor = 9584.00; r2 = 0.227; RSS = 2433.
b. Perbandingan hasil Ordinary Kriging dan Cokriging