BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air sering tercemar oleh komponen-komponen bahan anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Salah satu logam berat
berbahaya tersebut adalah tembaga Cu. Fardiaz, 2003. Tembaga banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri karena memiliki beberapa sifat,
antara lain dapat menghantarkan listrik dan panas serta dapat digunakan sebagai katalis untuk meningkatkan efisiensi produksi. Considine and Considine, 1994.
Tembaga yang digunakan dalam proses produksi akan menghasilkan sisa-sisa produksi sebagai limbah. Limbah yang masih mengandung unsur atau senyawa
tembaga tersebut dapat membawa dampak negatif berupa kerusakan lingkungan yang disebabkan karena pencemaran logam berat Cu. Pencemaran logam Cu
sangat berbahaya bagi manusia, karena logam Cu yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah berlebih akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap fungsi
fisiologis tubuh Palar, 1994. Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh pencemaran logam Cu, maka telah dilakukan berbagai cara untuk mengambil
kembali recovery logam Cu dari limbah. Sonawale, S.B., Ghalsasi, Y.V. and Argekar, A.P., 2001.
Recovery logam Cu dari limbah dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya ekstraksi pelarut, pengendapan dan adsorpsi Hiratani, K., Sugihara,
H., Kasuga, K., Fujiwara, K., Hayashita, T. and Bartsch, R.A., 1994. Dari berbagai macam metode tersebut, ekstraksi merupakan metode yang paling
banyak digunakan. Watanabe, K., Tanaka, T., Iburaim, A. dan Itagaki, M. 2001 menggunakan metode ekstraksi pelarut kontinu untuk memisahkan CuII dari
FeIII dengan ligan 8-hidroksiquinolin oksin. Tsuguchi, A., Ohashi, A., Choi, S.Y., Imura, H. dan Ohasi, K. 2002 telah melakukan ekstraksi vanadium V
menggunakan 2-metil-8-hidroksiquinolin. Setiadi 2005 telah melakukan ekstraksi CuII menggunakan ligan oksin dengan menambahkan tri oktilfosfin
oksida TOPO. Hasil dari penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa logam
1
yang telah diekstraksi masih berada di fase organik dalam bentuk kompleks logam-ligan.
Recovery logam dari kompleks dapat dilakukan dengan memutus ikatan antara logam-ligan. Salah satu metode dalam ekstraksi untuk me-recovery logam
dari kompleks logam-ligan adalah dengan metode transport membran cair. Metode transport membran cair merupakan gabungan antara ekstraksi dan
stripping yang dilakukan dalam satu proses Akhond and Bagheri, 2002. Dalam metode transport membran cair, terjadi transport logam dari fase sumber ke fase
penerima melalui membran cair dengan tahapan difusi ion logam kedalam antar muka fase sumber-fase membran, reaksi kimia kompleksasi dengan suatu
molekul pembawa, difusi kompleks melalui fase membran cair, reaksi kimia dekompleksasi pada antar muka fase membran-fase penerima, serta difusi ion
logam ke dalam ruah fase penerima. Van den Berg and Smolders, 1992. Keuntungan metode ini yaitu pelaksanaan pemisahan sederhana, mengurangi
jumlah pelarut organik yang digunakan dan pemisahan sejumlah ion dapat dilakukan secara kontinu dalam satu unit operasi Zolgharnein, J., Hosseini, S.,
Azimi, G. and Sangi, M. R., 2003; Abbaspour and Tavakol, 1999. Banyaknya keuntungan yang dimiliki metode ini, telah menarik perhatian para peneliti Van
den Berg and Smolders, 1992. Hiratani, K., Hirose, T., Fujiwara, K. dan Saito, K. 1990 menggunakan ligan N-8-quinolil-Nā-2 piridimetilmalonamida untuk
transport ion Cu
2+
dengan membran cair kloroform. Akhond dan Bagheri 2002 menggunakan 1-2-pyridylazo-2-naphtol sebagai ligan pembawa untuk transport
ion Cu
2+
dengan selektivitas tinggi. Recovery dengan metode transport membran cair berdasarkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan memerlukan ligan yang efektif untuk memisahkan ion logam dari kompleksnya. Adanya ion logam lain yang terdapat dalam sampel
akan mempengaruhi terbentuknya kompleks antara ligan dengan ion logam target. Ion logam lain akan berkompetisi dengan ion logam target membentuk kompleks
dengan ligan sehingga akan berpengaruh pada efisiensi ekstraksi, karena itu efisiensi ekstraksi terhadap ion logam tertentu harus diteliti. Banyak molekul
organik yang dapat digunakan sebagai ekstraktan logam tembaga, diantaranya 2
adalah oksin, 2-metil-8-hidroksiquinolin, tri butil fosfat TBP, metil isobutil keton MIBK, tri butil fosfin oksida TBPO, dan TOPO Sonawale et al, 2001;
Tsuguchi et al, 2002. Oksin yang diberi notasi HL, merupakan ligan membran bidentat yang
banyak digunakan sebagai ekstrakstan ion logam. Oksin mempunyai donor oksigen dan nitrogen sehingga dapat membentuk kompleks kelat netral dengan
logam tembaga dalam bentuk kompleks Cu-oksinat. Kompleks Cu-oksinat ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Ueno K., Imamura, T.,
Cheng, K.L., 1992. Metode yang digunakan Setiadi 2005 dalam ekstraksi CuII menggunakan
ligan oksin dengan menambahkan TOPO adalah metode batch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH optimum fase sumber adalah pada pH asam. Selain itu,
persen ekstraksi untuk ekstraksi Cu dengan oksin sebesar 93,25 dan dengan penambahan TOPO menunjukkan persen ekstraksi sebesar 99,79. Kenaikan
persen ekstraksi dengan penambahan TOPO relatif kecil, yaitu sekitar 6. Penelitian ini melakukan recovery logam Cu
2+
dari kompleks Cu ā oksinat dengan metode transport membran cair. pH optimum fase sumber dari penelitian
Setiadi 2005 dikaji ulang karena pada umumnya kondisi optimum ekstraksi adalah pada kondisi netral. Efisiensi ekstraksi Cu
2+
pada transport logam tunggal maupun dengan adanya ion logam pengganggu juga dipelajari untuk mengetahui
banyaknya ion Cu
2+
yang dapat dipindahkan ke fase penerima oleh ligan oksin.
B. Perumusan Masalah