Tujuan Manfaat Lingkungan dan Kehidupan larva Anopheles

3 dalam pengendalian vektor terus berkembang sejak dua puluh tahun terakhir ini, pendekatan konsep pengendalian terpadu yang berdasar pada informasi rinci tentang vektor dan lingkungannya terus dikaji. Berbagai aspek tentang vektor yang masih memerlukan penelitian adalah habitat perkembangbiakan, bioekologi dan kemampuan spesies sebagai vektor.

1.2 Tujuan

Penilitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi karakteristik habitat larva A. sundaicus di lokasi wisata desa Senggigi Kecamatan Batulayar kabupaten Lombok Barat yang dapat diperinci sebagai berikut : 1 Mengetahui keberadaan larva A.sundaicus pada habitat di pesisir pantai. 2 Mengidentifikasi karakteristik habitat larva A. sundaicus 3 Mengukur kepadatan larva A. sundaicus

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait dan masyarakat dalam usaha pemutusan mata rantai penularan malaria di lokasi wisata desa Senggigi. 2 TINJAUAN PUSTAKA Jenis Anopheles yang dilaporkan di Indonesia sebanyak 81 jenis, 16 jenis diantaranya telah di konfirmasi sebagai vektor. Sampai saat ini jenis yang diketahui merupakan vektor utama di Indonesia adalah A. aconitus, A. punctulatus, A. farauti, A. balabacencis, A. barbirostris, A. sundaicus dan A. maculatus Depkes RI 2007a. 2.1 Daur Hidup dan Biologi Nyamuk A. sundaicus 2.1.1 Dewasa Nyamuk Anopheles setelah menjadi bentuk dewasa akan segera melakukan perkawinan, selanjutnya nyamuk Anopheles betina akan segera mencari darah untuk perkembangan telurnya Reid 1968. A. sundaicus lebih senang mengisap darah manusia dari pada darah hewan dan aktif menggigit sepanjang malam Rao 1981. Di pantai Selatan Jawa Tengah, nyamuk A. sundaicus aktif menggigit mulai larut malam hingga menjelang pagi hari Sundararaman et al. 1957. Puncak aktivitas menggigit pada jam 21.00-01.00 di pantai Selatan Garut Jawa Barat Kirnowardoyo et al.1982, demikian pula temuan Situmeang 1986 bahwa puncak aktivitas menggigit pada jam 22.00-01.00 di pantai Glagah Daerah Istimewa Yogyakarta. A. sundaicus akan beristirahat setelah mendapatkan darah untuk menunggu proses pematangan telurnya Reid 1968. Perilaku istirahat nyamuk A. sundaicus bervariasi tetapi umumnya di dalam rumah Rao 1981. Hasil penelitian Sundararaman et al. 1957 menunjukkan bahwa A. sundaicus beristirahat pada dinding dan di bawah langit-langit atap. A. sundaicus mempunyai ciri-ciri antara lain pada bagian kepala: palpi berwarna coklat kehitaman dengan 3 gelang pucat Gambar 1; pada bagian sayap: costa dan urat sayap kesatu terdapat 4 atau lebih noda-noda pucat; pada bagian kaki belakang: femur, tibia dan tarus terdapat bintik-bintik pucat, pada sambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang pucat yang lebar. Tarsi kelima sebagian atau seluruhnya berwarna gelap Gambar 2 Bonne-Wepster dan Swellengrebel 1953. 5 Sumber: Reid 1968 Gambar 1 Bagian Kepala dan Torak A. sundaicus betina Gambar 2 Bagian Tubuh A. sundaicus dewasa

2.1.2 Pupa

Pupa nyamuk tidak mencari makanan, agak pasif, lebih banyak diam tetapi mempunyai kemampuan berenang sangat cepat Bates 1970. Suhu sangat berpengaruh terhadap perkembangan stadium pupa, makin tinggi suhu akan makin cepat terjadinya eklosi menjadi bentuk dewasa. Dalam kondisi normal, metamorfosis dari pupa menjadi imago Anopheles berkisar antara 24 hingga 48 jam Rao 1981. Keterangan: 1 sayap, 2 palpi, 3 kaki belakang, 4 sisir cibarial, 5 Apex dari harpago, 6 salah satu leaflets dari phallosom Sumber: Reid 1968 6

2.1.3 Larva

Larva nyamuk Anopheles bersifat akuatik yakni hidup di air. Pada umumnya berada di permukaan air dengan posisi mendatar, sejajar dengan permukaan air dan spirakelnya selalu kontak dengan udara luar, sesekali mengadakan gerakan turun ke dalam bawah untuk menghindari musuh alami predator atau adanya rangsangan gerakan di permukaan air Bates 1970. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami empat tahap stadium instar. Tahapan stadium tersebut didasarkan atas proses pergantian kulitnya molting. Larva ini mempunyai 4 instar pertumbuhan yaitu instar I selama ± 1 hari, instar II selama ± 1-2 hari, instar III selama ± 2 hari dan instar IV selama ± 2-3 hari. Masing-masing stadium atau instar mempunyai ukuran tubuh yang berbeda. Daur hidup rata-rata nyamuk mulai menetas dari telur sampai menjadi kepompong berkisar 8 – 14 hari Rao. 1981. Instar pertama sangat kecil dan hampir tidak kasat mata yang berukuran panjang 0,75 – 1 mm. Instar kedua, ketiga dan keempat dapat terlihat mata dengan jelas dengan ukuran panjang 1 – 2 mm pada instar kedua dan ketiga, sedangkan pada instar keempat berukuran panjang 3 – 6 mm, namun ukuran tersebut sangat bervariasi sesuai jenisnya Rao 1981. Waktu pertumbuhan dan perkembangan yang diperlukan pada setiap instar tidak saja dipengaruhi oleh musim dan jumlah makanan yang tersedia, tetapi sangat tergantung dari masing-masing jenis nyamuk Anopheles. Pada kondisi normal, waktu yang diperlukan untuk perubahan dari instar pertama sampai dengan instar keempat berkisar antara delapan sampai 10 hari Rao 1981. Larva A. sundaicus ditemukan di ekosistem pantai, kolam dan tambak berair payau. Permukaan badan air yang terbuka bagi masuknya sinar matahari secara langsung menyebabkan pertumbuh ganggang atau lumut yang dapat menjadi tempat menambatkan diri atau berlindung dari arus aliran air dan serangan predator. Populasinya secara fluktuatif berubah merespon variasi hujan Bates 1970. Larva A. sundaicus memiliki kemiripan morfologi dengan larva A. subpictus, ciri khas A. sundaicus terletak pada bulu mesotorak ke lima yang menyebar tiga, sedangkan A. subpictus pada bulu mesotorak menyebar dua Rao 1981. 7

2.1.4 Telur

Setelah melakukan perkawinan, nyamuk betina Anopheles memerlukan makanan berupa darah yang berasal dari hewan berdarah panas ataupun manusia untuk perkembangan dan pematangan telurnya. Lebih kurang 48 jam setelah mendapatkan darah tersebut, nyamuk betina Anopheles akan meletakkan telurnya pada permukaan air pada habitat yang disukai. Nyamuk betina Anopheles meletakkan telurnya pada waktu malam hari, tetapi seringkali juga pada waktu menjelang pagi Rao 1981. Telur diletakkan satu persatu mengapung diatas permukaan air, telur nyamuk Anopheles dapat mengapung karena di kedua sisinya terdapat semacam pelampung Russel et al. 1963. Dimensi ukuran telur berdiameter antara 0,4 – 0,6 mm. Telur yang baru keluar berwarna putih dan selanjutnya akan berubah warna menjadi hitam pada kondisi normal Bates 1970. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh nyamuk betina Anopheles berkisar antara 100- 150 butir. Telur A. sundaicus mempunyai ukuran panjang 0,44 mm dan lebar 0,16 mm Reid 1968. Suhu berpengaruh besar terhadap waktu tetas telur, semakin tinggi suhu akan mempercepat waktu tetas telur. Waktu tetas telur Nyamuk A. minimus pada suhu 16 o C terjadi pada hari ketujuh, sedangkan pada suhu 30 – 35 o C terjadi pada hari kedua setelah peletakan telur Thomson, 1940 dalam Rao, 1981. Begitu juga Supriyadi 1991 dalam percobaannya dengan telur nyamuk A. aconitus, pada suhu 18 o C menetas setelah 57,15 jam, sedangkan pada suhu 33 o C menetas setelah 19,61 jam setelah peletakan telur.

2.2 Lingkungan dan Kehidupan larva Anopheles

Larva Anopheles melangsungkan hidupnya di lingkungan akuatik. Larva Anopheles pada umumnya hidup dipermukaan air secara mendatar atau horizontal dan spirakelnya selalu kontak dengan udara luar. Sekali-kali larva Anopheles mengadakan gerakan turun ke dalam atau ke bawah untuk menghindari predator atau adanya rangsangan di permukaan air seperti adanya gerakan dan lain-lain Bates 1970. Habitat larva nyamuk sangat bervariasi tergantung kepada spesies nyamuknya. Bates 1970 membagi habitat menjadi 4 kelompok besar; 1 Habitat permanen dan semi permanen yaitu golongan air tawar seperti daerah rawa, danau 8 dan kolam, golongan air payau seperti rawa berair payau, laguna dan muara sungai; 2 Daerah aliran air yang berasosiasi dengan tumbuhan; 3 Kontainer termasuk genangan air pada ketiak daun tumbuhan; 4 Genangan air pada tanah yang bersifat sementara. Sedangkan Rao 1981 membagi habitat ini menjadi 2 kelompok, yaitu 1 Habitat yang bersifat alamiah seperti danau, rawa, genangan air pada tumbu-tumbuhan dan 2 daerah persawahan, irigasi, serta kontainer-kontainer seperti kaleng, ban mobil dan lain-lain. Muara sungai estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Salinitas di muara sungai sangat bervariasi, secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah muara sungai dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke muara sungai Nybakken 1988. Laguna adalah sekumpulan air payau yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir atau batu karang. Laguna biasa ditemukan di pantai dengan pasang surut relatif kecil. Ciri khas laguna pesisir memiliki bukaan sempit ke laut sehingga kualitas airnya agak berbeda dengan air laut Nybakken 1988. Dalam perkembangan hidupnya larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan yang dapat memberikan kehidupan bagi perkembangannya. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan larva nyamuk seperti faktor fisik dan kimiawi antara lain pH, suhu dan salinitas. Fauna dan flora juga baik sebagai tempat perlindungan, sumber makanan ataupun sebagai musuh alaminya. Makanan larva nyamuk berupa miroorganisme terutama bakteri, yeast dan protozoa yang hidup di air Clements1963. 2.3 Faktor kimia fisik 2.3.1 Suhu air

Dokumen yang terkait

Karakteristik Habitat Larva Anopheles maculatus & Anopheles balabacencis Di daerah Endemik Malaria Kecamatan Kokap Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta

0 7 12

Karakteristik Habitat Potensial Larva Nyamuk Anopheles dan Hubungannya dengan Kejadian Malaria di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung

0 5 92

Studi Karakteristik Habitat Larva Nyamuk Anopheles maculatus Theobald dan Anopheles balabacensis Baisas serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Populasi Larva di Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, DI

0 6 81

Keanekaragaman Jenis Vektor Malaria (Anopheles Spp.) Dan Karakteristik Habitat Larva Di Desa Tunggulo Kabupaten Gorontalo

2 25 75

Karakteristik Habitat Larva Anopheles sundaicus (Rodenwaldt) (Diptera Culicike) di Daerah Pasang Surut Asahan Sumatera Utara

0 3 71

Karakteristik Habitat Larva Anopheles sundaicus dan Kaitannya dengan Malaria di Lokasi Wisata Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat

0 4 60

Studi Perilaku Menggigit Nyamuk Anopheles balabacensis dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat

1 6 10

Perilaku Nyamuk Anopheles punctulatus Donitz dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat

0 9 12

Karakteristik Habitat Larva Anopheles sundaicus (Rodenwaldt) (Diptera : Culicike) di Daerah Pasang Surut Asahan Sumatera Utara.

0 3 81

Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp. di Desa Sungai Nyamuk, Daerah Endemik Malaria di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara

0 0 8