Perjanjian Kerja Tinjauan Umum Tentang Hubungan Kerja

xxxvii 4 Kewajiban memberikan surat keterangan, didasarkan pada Pasal 1602a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menentukan majikan pengusaha wajib memberikan surat keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan. Surat tadi menjelaskan tentang sifat pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan kerja. Surat ini sebagai bekal pekerja dalam mencari pekerjaan baru, sehingga ia diperlakukan sesuai dengan pengalaman kerjanya.

b. Perjanjian Kerja

1 Perjanjian kerja menurut Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 adalah suatu perjanjian antara pekerja buruh dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan atau tertulis Pasal 51 ayat 1 UU No.13 Tahun 2003. Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu proses pembuktian. Namun tidak dapat dipungkiri masih banyak perusahaan yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja secara tertulis disebabkan karena ketidakmampuan sumber daya manusia maupun kelaziman, sehingga hanya berdasar saling percaya. Jenis perjanjian kerja terdiri dari perjanjian kerja untuk waktu tertentu PKWT dan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu PKWTT. Pertama PKWT adalah perjanjian kerja antara buruh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu, lazim digunakan untuk memperkerjakan pekerja kontrak. PKWT harus dibuat secara tertulis Pasal 57 ayat 1 UU No.13 Tahun 2003. PKWT juga tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan. PKWT hanya dapat dibuat untuk xxxviii pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu. Dan yang kedua PKWTT adalah perjanjian untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap, lazim digunakan untuk memperkerjakan pekerja tetap. Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Ketentuan ini juga tertuang pada Pasal 52 ayat 1 Undang- Undang No.13 Tahun 2003 yang berisi perjanjian kerja dibuat atas dasar kesepakatan kedua pihak, kecakapan hukum para pihak, pekerjaan yang diperjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. xxxix

B. Kerangka Pemikiran