Tanggapan Masyarakat Kota Batu terhadap Televisi Lokal Pemerintah (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu)

(1)

TANGGAPAN MASYARAKAT KOTA BATU TERHADAP

TELEVISI LOKAL PEMERINTAH

(Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Nama : Muhammad Zaki Nim : 08220228

Dosen pembimbing 1. Drs. Abdullah Masmuh M.Si

2. Imam Hidayat M.M

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN

Nama : Muhammad Zaki NIM : 08220228

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :Tanggapan Masyarakat Kota Batu terhadap Televisi Lokal Pemerintah (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abdullah Masmuh, M.Si Drs. Imam Hidayat, M.M

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Zaki NIM : 08220228

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :Tanggapan Masyarakat Kota Batu terhadap Televisi Lokal Pemerintah (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji:

1. Ibu Isnani Dzuhrina, M.adv Penguji I ( ………. )

2. Winda Hardyanti,M.Si Penguji II ( ………. )

3. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si Penguji III ( ……….)


(4)

ABSTRAK

Muhammad Zaki, 08220228. Tanggapan Masyarakat Kota Batu terhadap Televisi Lokal Pemerintah (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu) Pembimbing I: Drs. Abdullah Masmuh, M.Si. Pembimbing II: Drs. Imam Hidayat, M.M.

Kata kunci : Tanggapan Masyarakat, ATV Kota Batu

Pengabdian sebuah televisi lokal memang seharusnya ditujukan ke publik, yaitu kepada semua unsur publik termasuk masyarakat dan pemerintah. Beberapa diskusi dilakukan oleh peneliti dengan beberapa anggota KPI dan pihak ATV tentang bagaimana pendanaan pemerintah bisa menyokong sebuah televisi lokal. Semua pihak mengakui salah satu sudut pandang bahwa dana pemerintah yang digunakan untuk membiayai televisi lokal berasal dari APBD. Untuk memahami aspek ini diperlukan penelitian terhadap publik yang menjadi indikator keberhasilan sebuah televisi lokal. Keberhasilan sebuah televisi lokal adalah ikut berperan penting mewujudkan sebuah public sphere yang menjadi cita-cita utama pembentukannya. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang usaha ATV menjadi televisi publik, maka diperlukan penelitian terhadap publik itu sendiri. Penelitian ini akan mengkaji tanggapan masyarakat, terutama masyarakat batu yang merupakan sasaran layanan televisi ini.

Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori respon atau tanggapan. Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap,dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

Peneliti menggunakan jenis kualitatif, dengan metode deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis dengan model interaktif, dimana peneliti menganalisa dengan memisah-misahkan atau mengklasifikasikan data yang termasuk dalam tanggapan masyarakat Kota Batu terhadap ATV sebagai lembaga penyiaran public (sesuai dengan rumusan masalah).

Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan ATV sedikit demi sedikit mampu merebut hati publiknya dengan acaranya. ATV yang mempunyai tujuan untuk menjadi sebuah televisi publik memiliki acara yang telah mempunyai warna sebuah televisi publik meskipun belum maksimal. Acara-acara ATV telah mempunyai corak kelokalan dan mengandung informasi seputar Batu yang menjadi tuntutan sebuah LPPL, selain itu acara ATV juga terlihat lebih sopan dan menyajikan tayangan seputar potensi daerah. Warna acara seperti itu membuat ATV menjadi beda dengan televisi lokal lain dan mampu mengisi ruang kosong di rasa keingintahuan publiknya.


(5)

Kelebihan ATV itu tidak serta merta menjadi favorit tayangan untuk publiknya. Di dalam keseluruhan tayangannya narasumber merasakan kualitas yang masih kurang bila dibandingkan dengan televisi swasta nasional. Masih menurut narasumber, keberadaan ATV masih belum bisa diterima menjadi pilihan utama atau menjadi favorit untuk stasiun televisi, keberadaan ATV masih menjadi pelengkap informasi untuk publiknya. Informasi utama yang menjadi andalan ATV adalah informasi seputar kota Batu dan Malang raya. Kelemahan ATV menurut narasumber yang paling bisa dilihat adalah dari sisi pembawa acara yang belum terlihat menarik. Keberadaan ATV di kawasan lokal Malang raya dirasa sudah mampu untuk bersaing dengan televisi lokal lain, namun untuk bersaing dengan televisi swasta dengan cakupan nasional masih dirasa kurang. Kualitas ATV yang lebih menonjol dari televisi-televisi lokal lain di Malang raya karena ATV memiliki keragaman dan kreatifitas dalam membuat acara.

Beberapa tanggapan tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut beberapa informan penelitian yang merupakan bagian dari publik, mereka menilai lembaga ini telah berusaha untuk membentuk diri menjadi televisi publik yang ideal. Usaha tersebut saat ini masih perlu banyak peningkatan dengan banyaknya kritik yang bila diperhatikan pihak ATV akan mampu menjadi pendorong untuk usahanya menjadi televisi publik yang diharapakan oleh publik.

.

Penulis

(Muhammad Zaki)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAKSI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... .ix

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian... ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanggapan.. ... ..7

2.1.1 Pengertian Tanggapan ... ..7

2.1.2 Proses Tanggapan ... ..7

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tanggapan ... ..8

2.1.4 Tanggapan dalam Proses Komunikasi ... ..9

2.1.5 Fungsi Tanggapan dalam Proses Komunikasi... ..9

2.1.6 Teori Respon/Tanggapan ... .10

2.2 Televisi Sebagai Komunikasi Massa ... .12

2.3 Media Penyiaran Publik ... .16

2.3.1 Lembaga Penyiaran Publik dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal ... .18

2.3.2 Public Interest ... .21

2.4 Public Sphere .…...23

2.4.1 Sifat Public Sphere ... .25

2.4.2 Syarat Terbentuknya Public Sphere ... .26


(7)

2.5 Ekonomi Politik Media...27

2.6 Televisi Lokal.……...29

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi Penelitian ... 34

3.3 Sumber Data ... 34

3.4 Teknik pengumpulan Data...34

3.5 Subjek penelitian ...…...35

3.6 Unit Analisis data………...36

3.7 Teknik Analisis Data ..………...36

3.8 Teknik Keabsahan Data .…………...37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Agropolitan Televisi (ATV) Kota Batu ... 39

4.1.1 Sejarah Singkat Pendirian Agropolitan Televisi ... 39

4.1.2 Visi dan Misi Dinas Infokompus dalam ATV... 42

4.1.3 Susunan Organisasi ATV ... 44

4.1.4 Daftar acara ... 46

4.2 Profil Informan ... 47

4.3 Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu ... 48

4.3.1 Tanggapan Profil ATV ... 48

4.3.2 Kualitas Siaran dan Gambar ATV Batu ... 56

4.3.3 Persaingan ATV dengan Media Lain ... 58

4.3.4 Dampak keberadaan ATV ... 62

4.3.5 Pendapat masyarakat tentang LPP dan LPPL ... 66

4.3.6 Pengaruh ATV sebagai televisi publik ... 67

4.3 Pembahasan ... 57

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi, 1982, Psikologi Sosial, Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Agus Sujanto. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. PT. Citra Aditya Bakti.

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamus Umum Bahasa. Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Effendy, Onong Echjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Habermas, Jurgen. 2007. Ruang Publik Sebuah Kajian Tentang Kategori Masyarakat Borjuis. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ishadi SK. 1999. Dunia Penyiaran Prospek dan Taniangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kartono Kartini. 1981. Patologi Sosial. Jakarta. PT Raja. Grafindo

Kuswandi, Wawan, 1996. Kornunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta Rineka Cipta.

Mc.Quail, Dennis.1994. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Morissan. 2008. Jurnalistik Televisi Mutaithir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

McCauley, M.P. 2003.Public Broadcasting and the Public Interest, New York, USA : M.E. Sharpe, Inc.

McQuail, Denis. 2000.McQuail’s Mass Communication Theory. London : SAGE Publications Ltd.

Mufid, Muhammad.2005.Komunikasi &Regulasi Penyiaran. Jakarta : Prenada Media.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Reinaja Rosdakarya. 1993. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi dengan Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Roasdakarya.


(9)

Walgito. 1983. Proses Belajar Mengajar, Penerbit Tarsito, Bandung

Wisadirana, Darsono. 2005. Metode Penelitian dan Pedoman Penelitian Skripsi Untuk Ilmu Sosial. Malang: UMM Press.

Pedoman Penelitian Karya Ilmiah. 2000. Edisi ke empat. Malang: UMM. Undang-Undang Nomor 32/2002 tentang penyiaran


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktu di depan televisi, dibandingkan waktu yang digunakan untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan mereka. “Bagi banyak orang, televisi adalah teman, televisi menjadi cerminan perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu“ (Morrisan, 2004:41).

Televisi sebagai salah satu media massa yang mempunyai daya tarik tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Fungsi media televisi bagi masyarakat adalah sebagai media informasi, pendidikan, kebudayaan, hiburan, dan media promosi yang ditujukan kepada khalayak pemirsa baik secara aktif maupun pasif. Kelebihan media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel, dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Daya rangsang media terhadap seseorang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).

Keinginan masyarakat lokal dalam mendirikan stasiun televisi semakin mendapat peluang setelah terbitnya Undang-undang Nomor 32/2002 tentang penyiaran. UU ini memberi peluang daerah untuk mendirikan stasiun televisi. Stasiun televisi yang dulunya dianggap tidak mungkin didirikan masyarakat lokal


(11)

2

sekarang banyak bermunculan di daerah. Banyaknya televisi lokal di Malang raya bisa kita lihat dengan munculnya televisi lokal yaitu: Malang TV, CRTV, Batu TV, ATV (Agropolitan TV), Mahameru TV, Gajayana TV (Uniga TV), TV4 (TV SMKN4), Kota Raya TV, Akbar TV, dan TVE.

Dapat dilihat bahwa diantara televisi lokal yang bermunculan di Malang Raya tersebut ada juga televisi milik Pemerintah Kota Batu yaitu Agropolitan TV. Kemunculan ATV ini sangat menarik untuk dikaji. Pendirian ATV dimaksudkan sebagai penyalur informasi dari pemerintah kota kepada masyarakatnya. Pendiri dan penyokong dana televisi ini adalah Pemerintah Kota Batu, jadi bisa dikatakan ATV adalah televisi Pemerintah Kota Batu.

Awal mula pendirian ATV diutamakan untuk menyalurkan informasi dari pemerintah ke masyarakat menjadi fokus utama dari ATV. Kemunculan dan pelaksanaan UU 32 tahun 2002 yang menegaskan dirubahnya format televisi pemerintah ke televisi publik membuat ATV harus berubah karena dalam pendiriannya menggunakan format televisi pemerintah. Menurut pengamatan peneliti, ATV saat ini masih menjadi televisi pemerintah walaupun sudah mempunyai semangat untuk independen. Acara di ATV saat ini sebagian besar adalah sosialisasi program pemerintah. Menurut pemerintah definisi televisi publik yang diistilahkan sebagai LPPL adalah :

Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah, menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio atau penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan Radio Republik Indonesia (RRI) untuk radio dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk televisi. (Peraturan No. 11 tahun 2005 pasal 1 ayat 3)


(12)

3

Peraturan Pemerintah tersebut jelas memuat independensi dan netralitas dalam pendefinisian televisi publik. ATV bila dilihat dari acaranya masih condong kepemerintah dan masih perlu waktu untuk ke arah independensi dan netralitas sebagai televisi publik sebagaimana disebutkan di Peraturan Pemerintah tersebut.

Sistem penyelenggaraan televisi publik di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu pusat dan lokal (LPP dan LPPL). LPP (Lembaga penyiaran publik) sebagai televisi publik pusat yaitu TVRI yang mempunyai beberapa stasiun daerah. Menurut Peraturan Pemerintah, untuk mendukung ketersediaan televisi di setiap daerah, daerah yang belum ada stasiun TVRI, pemerintah daerah diperbolehkan untuk mendirikan televisi publik lokal yang disebut LPPL. Syarat-syarat pembentukan LPPL (Lembaga penyiaran publik lokal) termaktub dalam PP No 11 tahun 2005 sebagai berikut :

1. Belum ada stasiun penyiaran RRI dan/atau TVRI di daerah tersebut; 2. Tersedianya alokasi frekuensi;

3. Tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan sumber daya lainnya sehingga LPPL (Lembaga Penyiaran Publik lokal ) mampu melakukan paling sedikit 12 (dua belas) jam siaran per hari untuk radio dan 3 (tiga) jam siaran per hari untuk televisi dengan materi siaran yang proporsional;

4. operasional siaran diselenggarakan secara berkesinambungan (Peraturan Pemerintah No.11 Bab III)


(13)

4

Mengacu pada peraturan tersebut, televisi publik merupakan bagian vital dalam sebuah masyarakat yang mempunyai public sphere yaitu tempat dimana masyarakat dapat melibatkan diri dalam permasalahan bersama untuk mencapai kesepakatan bersama ataupun untuk memantau Negara dan pasar. Kalau dilihat keberadaan ATV lebih mendekati dengan konsep government broadcasting, yaitu penyiaran yang mendukung setiap kebijakan dan bagaimana cara mensosialisasikan kepada masyarakat dengan efektif, dan alur informasi jenis penyiaran ini cenderung satu arah. Kedua hal ini tentu sangat berbeda namun pantas untuk dilihat lebih dalam tentang bergulirnya wacana ini, apakah nantinya ATV akan benar-benar menjadi televisi publik ideal yang mampu mendukung penciptaan public sphere di masyarakat, karena banyak kemungkinan kearah tersebut dengan status ATV yang menurut keterangan pihak ATV tidak akan selamanya bergantung kepada keuangan pemerintah.

Membentuk LPPL tentunya bukanlah suatu hal yang gampang. Beberapa unsur penting harus dipenuhi untuk menjadi sebuah stasiun televisi yang dapat memberikan distribusi pengaruh yang sama diantara semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat. Distribusi pengaruh yang tidak bisa dimonopoli hanya satu pihak seperti masih jauh dari harapan dengan jelas sekali pada saat ini ATV dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah.

Pengabdian sebuah televisi publik memang seharusnya ditujukan ke publik, yaitu kepada semua unsur publik termasuk masyarakat dan pemerintah. Beberapa diskusi dilakukan oleh peneliti dengan beberapa anggota KPI dan pihak ATV tentang bagaimana pendanaan pemerintah bisa menyokong sebuah televisi


(14)

5

publik. Semua pihak mengakui salah satu sudut pandang bahwa dana pemerintah yang digunakan untuk membiayai televisi publik berasal dari APBD. Pengeluaran APBD untuk dana LPPL harus disetujui DPRD sebagai perwakilan publik, selain itu pula APBD berasal dari uang publik. Dengan berdasar sudut pandang ini Pendanaan LPPL dari APBD bisa saja dilihat sah dari syarat televisi publik. Pandangan ini menurut peneliti akan kuat bila beberapa aspek terpenuhi misal keterwakilan publik di DPRD terjamin dan pelayanan televisi publik terhadap publik layanannya bersifat netral. Untuk memahami aspek ini diperlukan penelitian terhadap publik yang menjadi indikator keberhasilan sebuah televisi publik. Keberhasilan sebuah televisi publik adalah ikut berperan penting mewujudkan sebuah public sphere yang menjadi cita-cita utama pembentukannya. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang usaha ATV menjadi televisi publik, maka diperlukan penelitian terhadap publik itu sendiri. Penelitian ini akan mengkaji tanggapan masyarakat, terutama masyarakat batu yang merupakan sasaran layanan televisi ini. Penelitian ini akan mengkaji aspek keterwakilan dalam mekanisme pendanaan, ketersaluran aspirasi dan pengaruh, dan kualitas pelayanan ATV untuk publik dan beberapa faktor penentu keberhasilan sebuah televisi publik.

Tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi penyiaran atau ATV Kota Batu ada yang bersifat idiil, materiil dan keduanya. Dalam usaha mencapai tujuan, mengingat program televisi memiliki dampak sangat luas pada khalayak, serta mampu mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku masyarakat, maka pengelolah ATV Kota Batu mempunyai tanggungjawab moral terhadap khalayak.


(15)

6 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan yang berkaitan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggapan masyarakat Kota Batu terhadap ATV sebagai lembaga penyiaran publik?

1.3. Tujuan Penelitian

Setelah penulis menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tanggapan masyarakat Kota Batu terhadap ATV sebagai lembaga penyiaran publik.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi evaluasi semua pihak terutama lembaga ATV tentang bagaimana pembentukan penyiaran publik yang mendukung terciptanya public sphere.

1.4.2 Manfaat Akademis

Penelitian ini juga dapat menjadi penambah literatur Ilmu Komunikasi tentang penyiaran publik lokal. Dengan penelitian ini pula, peneliti dapat memenuhi prasayaratnya untuk kelulusan dan tentunya menambah dan memperdalam pengetahuan peneliti tentang televisi publik lokal. Manfaat akademis lainnya adalah dari penelitian ini juga memberikan sumbangan literatur penelitian bagi kepustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.


(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktu di depan televisi, dibandingkan waktu yang digunakan untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan mereka. “Bagi banyak orang, televisi adalah teman, televisi menjadi cerminan perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu“ (Morrisan, 2004:41).

Televisi sebagai salah satu media massa yang mempunyai daya tarik tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Fungsi media televisi bagi masyarakat adalah sebagai media informasi, pendidikan, kebudayaan, hiburan, dan media promosi yang ditujukan kepada khalayak pemirsa baik secara aktif maupun pasif. Kelebihan media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel, dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Daya rangsang media terhadap seseorang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).

Keinginan masyarakat lokal dalam mendirikan stasiun televisi semakin mendapat peluang setelah terbitnya Undang-undang Nomor 32/2002 tentang penyiaran. UU ini memberi peluang daerah untuk mendirikan stasiun televisi. Stasiun televisi yang dulunya dianggap tidak mungkin didirikan masyarakat lokal


(2)

2

sekarang banyak bermunculan di daerah. Banyaknya televisi lokal di Malang raya bisa kita lihat dengan munculnya televisi lokal yaitu: Malang TV, CRTV, Batu TV, ATV (Agropolitan TV), Mahameru TV, Gajayana TV (Uniga TV), TV4 (TV SMKN4), Kota Raya TV, Akbar TV, dan TVE.

Dapat dilihat bahwa diantara televisi lokal yang bermunculan di Malang Raya tersebut ada juga televisi milik Pemerintah Kota Batu yaitu Agropolitan TV. Kemunculan ATV ini sangat menarik untuk dikaji. Pendirian ATV dimaksudkan sebagai penyalur informasi dari pemerintah kota kepada masyarakatnya. Pendiri dan penyokong dana televisi ini adalah Pemerintah Kota Batu, jadi bisa dikatakan ATV adalah televisi Pemerintah Kota Batu.

Awal mula pendirian ATV diutamakan untuk menyalurkan informasi dari pemerintah ke masyarakat menjadi fokus utama dari ATV. Kemunculan dan pelaksanaan UU 32 tahun 2002 yang menegaskan dirubahnya format televisi pemerintah ke televisi publik membuat ATV harus berubah karena dalam pendiriannya menggunakan format televisi pemerintah. Menurut pengamatan peneliti, ATV saat ini masih menjadi televisi pemerintah walaupun sudah mempunyai semangat untuk independen. Acara di ATV saat ini sebagian besar adalah sosialisasi program pemerintah. Menurut pemerintah definisi televisi publik yang diistilahkan sebagai LPPL adalah :

Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah, menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio atau penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan Radio Republik Indonesia (RRI) untuk radio dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk televisi. (Peraturan No. 11 tahun 2005 pasal 1 ayat 3)


(3)

3

Peraturan Pemerintah tersebut jelas memuat independensi dan netralitas dalam pendefinisian televisi publik. ATV bila dilihat dari acaranya masih condong kepemerintah dan masih perlu waktu untuk ke arah independensi dan netralitas sebagai televisi publik sebagaimana disebutkan di Peraturan Pemerintah tersebut.

Sistem penyelenggaraan televisi publik di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu pusat dan lokal (LPP dan LPPL). LPP (Lembaga penyiaran publik) sebagai televisi publik pusat yaitu TVRI yang mempunyai beberapa stasiun daerah. Menurut Peraturan Pemerintah, untuk mendukung ketersediaan televisi di setiap daerah, daerah yang belum ada stasiun TVRI, pemerintah daerah diperbolehkan untuk mendirikan televisi publik lokal yang disebut LPPL. Syarat-syarat pembentukan LPPL (Lembaga penyiaran publik lokal) termaktub dalam PP No 11 tahun 2005 sebagai berikut :

1. Belum ada stasiun penyiaran RRI dan/atau TVRI di daerah tersebut; 2. Tersedianya alokasi frekuensi;

3. Tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan sumber daya lainnya sehingga LPPL (Lembaga Penyiaran Publik lokal ) mampu melakukan paling sedikit 12 (dua belas) jam siaran per hari untuk radio dan 3 (tiga) jam siaran per hari untuk televisi dengan materi siaran yang proporsional;

4. operasional siaran diselenggarakan secara berkesinambungan (Peraturan Pemerintah No.11 Bab III)


(4)

4

Mengacu pada peraturan tersebut, televisi publik merupakan bagian vital dalam sebuah masyarakat yang mempunyai public sphere yaitu tempat dimana masyarakat dapat melibatkan diri dalam permasalahan bersama untuk mencapai kesepakatan bersama ataupun untuk memantau Negara dan pasar. Kalau dilihat keberadaan ATV lebih mendekati dengan konsep government broadcasting, yaitu penyiaran yang mendukung setiap kebijakan dan bagaimana cara mensosialisasikan kepada masyarakat dengan efektif, dan alur informasi jenis penyiaran ini cenderung satu arah. Kedua hal ini tentu sangat berbeda namun pantas untuk dilihat lebih dalam tentang bergulirnya wacana ini, apakah nantinya ATV akan benar-benar menjadi televisi publik ideal yang mampu mendukung penciptaan public sphere di masyarakat, karena banyak kemungkinan kearah tersebut dengan status ATV yang menurut keterangan pihak ATV tidak akan selamanya bergantung kepada keuangan pemerintah.

Membentuk LPPL tentunya bukanlah suatu hal yang gampang. Beberapa unsur penting harus dipenuhi untuk menjadi sebuah stasiun televisi yang dapat memberikan distribusi pengaruh yang sama diantara semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat. Distribusi pengaruh yang tidak bisa dimonopoli hanya satu pihak seperti masih jauh dari harapan dengan jelas sekali pada saat ini ATV dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah.

Pengabdian sebuah televisi publik memang seharusnya ditujukan ke publik, yaitu kepada semua unsur publik termasuk masyarakat dan pemerintah. Beberapa diskusi dilakukan oleh peneliti dengan beberapa anggota KPI dan pihak ATV tentang bagaimana pendanaan pemerintah bisa menyokong sebuah televisi


(5)

5

publik. Semua pihak mengakui salah satu sudut pandang bahwa dana pemerintah yang digunakan untuk membiayai televisi publik berasal dari APBD. Pengeluaran APBD untuk dana LPPL harus disetujui DPRD sebagai perwakilan publik, selain itu pula APBD berasal dari uang publik. Dengan berdasar sudut pandang ini Pendanaan LPPL dari APBD bisa saja dilihat sah dari syarat televisi publik. Pandangan ini menurut peneliti akan kuat bila beberapa aspek terpenuhi misal keterwakilan publik di DPRD terjamin dan pelayanan televisi publik terhadap publik layanannya bersifat netral. Untuk memahami aspek ini diperlukan penelitian terhadap publik yang menjadi indikator keberhasilan sebuah televisi publik. Keberhasilan sebuah televisi publik adalah ikut berperan penting mewujudkan sebuah public sphere yang menjadi cita-cita utama pembentukannya. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang usaha ATV menjadi televisi publik, maka diperlukan penelitian terhadap publik itu sendiri. Penelitian ini akan mengkaji tanggapan masyarakat, terutama masyarakat batu yang merupakan sasaran layanan televisi ini. Penelitian ini akan mengkaji aspek keterwakilan dalam mekanisme pendanaan, ketersaluran aspirasi dan pengaruh, dan kualitas pelayanan ATV untuk publik dan beberapa faktor penentu keberhasilan sebuah televisi publik.

Tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi penyiaran atau ATV Kota Batu ada yang bersifat idiil, materiil dan keduanya. Dalam usaha mencapai tujuan, mengingat program televisi memiliki dampak sangat luas pada khalayak, serta mampu mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku masyarakat, maka pengelolah ATV Kota Batu mempunyai tanggungjawab moral terhadap khalayak.


(6)

6 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan yang berkaitan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggapan masyarakat Kota Batu terhadap ATV sebagai lembaga penyiaran publik?

1.3. Tujuan Penelitian

Setelah penulis menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tanggapan masyarakat Kota Batu terhadap ATV sebagai lembaga penyiaran publik.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi evaluasi semua pihak terutama lembaga ATV tentang bagaimana pembentukan penyiaran publik yang mendukung terciptanya public sphere.

1.4.2 Manfaat Akademis

Penelitian ini juga dapat menjadi penambah literatur Ilmu Komunikasi tentang penyiaran publik lokal. Dengan penelitian ini pula, peneliti dapat memenuhi prasayaratnya untuk kelulusan dan tentunya menambah dan memperdalam pengetahuan peneliti tentang televisi publik lokal. Manfaat akademis lainnya adalah dari penelitian ini juga memberikan sumbangan literatur penelitian bagi kepustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.