Gerak Penduduk Pada Komunitas Padi Sawah : Studi Kasus di Tiga Daerah Pedesaan Sulawesi Selatan
-
GERAK PENDUDUK PADA KOMUNITAS PAD1 SAWAH
Studi Kasus di Tiga Daerah Pedesaan Sulawesi'Selatan
oleh :
MUHAMMAD IDRUS ABUSTAM
Nrp. 82545
CAKULTAS CASCASARJANA
INSTITUT P E R T A N I A N BOQOR
B O G O R
1 0 8 7
C
HUHAnnAD IDRUS A B U S T M ,
Gerak Penduduk Pada Komunitas
Padi
Sawaht Studi Kasus d i Tiga Daerah Pedesaan Sulawesi Selatan.
Di bawah bimbingan Prof Dr Ir SAJOGYO,
Dr S.H.P.
sebagai Ketua,
Prof
TJONDRONEGORO, Prof D r G R A M E J. HUGO dan Prof Dr
HASAN UALINONO, sebagai Anggota.
Dalam rangka perencanaan kebijakan di bidang gerak penduduk sebagai penunjang
pembangunan (nasional, regional dan
I
pedesaan), pengetahuan tentang
pola dan perilaku gerak pen-
duduk di berbagai daerah di Indonesia perlu diketaliui.
sus untuk daerah
Khu-
Sulawesi Selatan, studi gerak penduduk ini
masih terbatas, padahal gejala sosial ini semakin meningkat.
Kalaupun
sudah dikaji, masih
permanen
dan lebih banyak difokuskan pada pengaliran
terbatas pada gerak
penduduk
(out-
f l o w ) penduduk k e luar propinsi.
Studi gerak penduduk, di Indonesia
Sulawesi Selatan pada khususnya,
pada umumnya dan' di
belum banyak dikaitkan re-
levansinya dengan perubahan sosial-ekonomi penduduk, dan tidkk atau belum dibahas dalam konteks pembangunan yang
kegi-
atannya
lebih
semakin
berdayaguna
meningkat.
Studi semacam
bila dikaitkan dengan
ini akan
usaha-usaha
pembangunan
tersebut dan perubahan sosial-ekodomi.
Kegiatan-kegiatan
pembangunan dapat mempengaruhi
dan tingkat gerak penduduk.
pola
Sebaliknya, gerak penduduk mem-
pengaruhi
dan memperlancar pembangunan serta
perubahan
sosial-ekonomi.
Pada
mengakibatkan
gilirannya pula,
berbagai
perubahan kelambagaan dan struktural mengakibatkan
fenomena
gerak penduduk meningkat.
Penelitian
pola
dan
tingkat gerak penduduk yang terJadi pada komunitas padi
sa-
wah,
serta
ini
bertujuan
mengidentifikasi
untuk mengetahui
lapisan sosial-ekonomi
yang -mempunyai tingkat gerak yang tinggi.
Dikaji
mana
pula fak-
tor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku gerak penduduk
pada
masing-masing
proses
komunitas padi sawah
dan
sejauh
mana
modernisasi atau pembangunan mendorong penduduk desa
b'ergerak ke luar desanya.
tian
Arti penting lainnya dari peneli-
ini adalah untuk mengetahui sumbangan
gerak
penduduk
terhadap perubahan sosial-ekonomi pada komunitas padi sawah.
Tiga desa kasus yang dipilih berbeda dalam hal: tingkat
teknologi pertanian dan sumberdaya
lingkungan.
ma, yaitu
mengalami inovasi perta-
nian
Watangsidenreng, banyak
dan sumberdaya lingkungannya "baik"
Desa Tipe 1 ) .
mengalami
"terbatas",
atau-
Desa ke-dua, yaitu
inovasi
pertanian dan
Desa perta-
(desa "maju"
atau
Camba-Camba, tidak banyak
sumberdaya
lingkungannya
terutama karena iklim kering (desa "kurang maju"
Desa Tipe 2).
Desa
ke-tiga, yaitu Tikala, juga tidak
/
banyak
annya
mengalami inovasi pertanian dan sumberdaya lingkung"terbatas*' pula, tetapi dengan
ringan
lereng
yang besar sebagai
ketinggian dan
.pembatas
(desa
kemi"kurang
maju" atau Desa Tipe 3 ) .
Pengambilan
secara
acak,
contoh
dengan
didasarkan pada luas
di
masing-masing
desa
dilakukan
kerangka contoh rumahtangga tani yang
pemilikan sawah.
Untuk
lapisan sosial-ekonomi, pengambilan contoh
masing-masing
dilakukan secara
'
acak pula, dengan alokasi sama.
dengan
survai lapangan,
Pengumpulan
dengan
data dilakukan
menggunakan kuesioner
dan
dengan wawancara bebas dan mendalam.
Hasil
penelitian
yang diangkat dari tiga
desa
kasus
yang berbeda tipe, secara agregat menunjukkan gerak sementara l-ebih dominan dibanding gerak permanen.
bih
(
maju
(
Desa
ulang-a1 ik
menonjol,
Tipe I1 ,
atau
pola gerak
Di desa yang le-
sementara:
"nglaju") dan semi permanen
tetapi dengan tingkat
"laolisu"
yang
paling
gerak penduduk paling renI
Di desa yang kurang maju (Desa Tipe 2 ) , pola gerak se-
dah.
mentara: sirkular dan "laolisu" yang dominan, dengan tingkat
gerak
penduduk sedang.
(Desa Tipe 31, pola
gerak
sementara:
paling
tinggi.
Di desa yang
gerak permanenlah
"laolisu",
berlaku
pasar
pada
Selain itu,
dengan
lapisan
tingkat gerak
lainnya
yang utama, kemudian
tingkat gerak penduduk
jarak
paling jauh dan terpencil dari
tenaga kerja.
setiap
maju
Desa Tipe 3, faktor
Nampaknya, pada
berpengaruh, yaitu lokasinya
pusat-pusat
kurang
Pola gerak
sosial-ekonomi
penduduk
ini
rumahtangga.
penduduk berkorelasi positif de-
ngan status sosial-ekonomi rumahtangga.
Pada lapisan paling
atas, tingkat gerak penduduk paling tinggi, dan sebaliknya.
Pola
ketiga
gerak penduduk yang paling penting dan dominan di
desa kasus adalah yang terjadi dalam
propinsi,
atau
"intra-regional
sementara.
propi nsi
dan bersifat permanen
permenan
lumnya
.
wilayah
terutama
yang
~ a d i e bukan "outflow" ke luar wilayah
bersifat
semi
movement",
batas
( "mallekke
( ' v l a o s m p e " ) sebagaimana
' dapureng")
banyak diduga
atau
sebe-
Perbedaan
berkaitan
tingkat gerak penduduk di ketiga desa
dengan
ketimpangan sosial dan
regional.
kasus
Ketim-
pangan yang paling besar dan menyumbang kepada tingkat gerak
penduduk yang tinggi terjadi di Desa Tipe 3.
faktor
tekanan penduduk,
ganggu,
faktor
relatif
keselarasan
lokasi yang
hanya
Tipe 1 ,
berpengaruh.
lingkungan yang ter-
terisolasi,
pendidikan
ciri-ciri
penduduk yang tinggi.
Sebaliknya,
daerah "pusat",
rendah.
paling
untuk
sangat
Desa
Adapun Desa Tipe
Desa Tipe 3.
ciri-ciri daerah "pinggiran"
ciri-ciri
yang
penduduk. Sebaliknya, di
lainnya bersifat netral.
mendekati
memiliki
ini,
faktor kelembagaan sosial-budaya yang dapat
*
Ini pun telah mengalami
pergeseran nilai.
Faktor-faktor
ini,
desa
lebih maju dan-kelembagaan sosial-budaya,
mendorong meningkatkan gerak
lebih
Di
Kedua
desa
dengan tingkat
2
ini
gerak
mendekati
Desa Tipe 1
dengan tingkat gerak
penduduk
Keberhasilan pembangunan pertanian di
desa
sementara dapat menahan arus gerak keluar
dan
menimbulkan arus balik penduduk (migran pulang kampung).
Dalam
setiap
bahwa
kaitannya
pola
dengan kelompok sosial
gerak penduduk di masing-masing
semakin tinggi
ekonomi
desa,
lapisan sosial-ekonomi semakin
pada
nampak
kecil
#
persentase
bekerja,
mereka yang bergerak keluar dengan alasan
tetapi
untuk
semakin besar persentasenya yang beralasan
II
untuk
pendidikan;
dan sebaliknya pada lapisan yang
paling
bawah.
Cerak
penduduk meningkat sejalan
pembangunan dari Pelita ke Pelita.
dengan
meningkatnya
Kegiatan pembangunan pe-
desaan dan pertanian dalam jangka pendek dapat mengendalikan
laju
gerak penduduk ke luar desa,
tetapi dalam jangka pan-
jang gerak penduduk k e luar desa cenderung meningkat, berhubung dengan meningkatnya
dang
dan
cara
pendapatan, pendidikan, cara
pikir komunitas padi
sawah
serta
pan-
semakin
lancarnya hubungan antara desa dan kota.
Dampak
individu
gerak
banyak
penduduk paling
"pallao" (mover),
dirasakan
rumahtangga dan
oleh
komunitasnya.
Dampak gerak penduduk ini antara lain adalah menambah pendapatan
rumahtangga,
meningkatkan
status sosial
dan
mutu
I
hidup
rumahtangga,
mempercepat
mendorong usaha-usaha pembangunan desa,
proses penerimaan ide-ide baru,
lam peranan dan struktur keluarga serta
nan
wanita,
keluarganya
melemahnya
dan
perubahan
meningkatnya
kontrol orangtua terhadap
perubahan
kelembagaan
dalam
media
massa,
anggota
menulis,
peranserta ekonomi yang luas
perilaku dengan empati yang
pola
pera-
perkawinan,
meningkatkan melek huruf dan kemampuan membaca dan
peranserta
tinggi.
Pada
dan
akhirnya,
penduduk mengakibatkan perubahan sosial-ekonomi
gerak
da-
pada
masyarakat pedesaan, terutama rumahtangga "pallao".
Meningkatnya pendapatan rumahtangga "pa2laoW pada komunitas
padi
yaitu
kiriman uang &an barang dari anggota rumahtangga yang
bergerak
sawah terutama
keluar,
bersumber
dari
"remittances",
mencari nafkah,di kota atau daerah
lain.
Dalam ha1 ini, migran sementara memberi sumbangan yang lebih
besar
kepada rumahtangganya di desa dibanding migran perma-
nen.
Rataan pendapatan per
maupun
per
tahun,
anggota rumahtangga,
baik
akan
bagi rumahtangga
meningkat
apabila
**remittances"diperhitungkan.
sentase
ini
Sebaliknya,
rumahtangga miskin akan
berkurang.
pun berlaku pada setiap lapisan
tangga,
di
Kecenderungan
sosial-ekonomi
rumah-
mana rumahtangga **pallao*'ada dalam posisi yang
lebih baik
patan
jumlah dan per-
daripada rumahtangga '*penetapV*
(shyer).
Penda-
yang meningkat selanjutnya mernpengaruhi status sosial
dan mutu hldup rumahtangga.
Walaupun penelitian ini
temuan
bersifat studi kasus, beberapa
yang diperoleh diharapkan dapat berlaku pada daerah-
daerah lain, dengan catatan bahwa domunitas dan tipe desanya
relatif sarna:
(1)
Pola
gerak
penduduk yang paling penting
dan
dominan
pada komunitas padi sawah adalah yang bersifat sementara dan terutama
terjadi di dalam batas wilayah propin-
si. Implikasinya adalah:
(a)
timbul kebutuhan akan data sensus yang menggunakan
ukuran
ruang
bukan lagi
tetapi
pada unit
pada
batas
propinsi,
administrasi yang lebih rendah,
setidak-tidaknya batas kabupaten;
(b)
penelitian
gerak penduduk aementara perlu
menda-
patkan perhatian yang proporsional, daripada hanya
penelitian gerak penduduk permanen.
(2) Tingkat
gerak penduduk berasdsiasi dengan
tipe
desa,
terutama sumberdaya lingkungan serta ketimpangan sosial
dan
yang
regional
memiliki
tingkat gerrk
yang
dialami masing-masing
ciri-ciri daerah
penduduk tinggi.
desa.
"p1nggiranW
Desa
memiliki
Sebaliknya, dosr yang
memiliki ciri-ciri daerah "pusat" memiliki tingkat
ge-
rak penduduk rendah.
( 3 ) Berdasarkan kelompok
mahtangga
.penduduk
lapisan
Dalam
dari
sosial-ekonomi
rumahtangga,
lapisan atas memiliki
yang tinggi,
tingkat
gerak
dan sebaliknya rumahtangga dari
bawah memiliki tingkat gerak penduduk
ha1 ini,
ru-
lapisan
atas memiliki
rendah.
peluang
yang
lebih besar karena tingkat pendidikian, pendapatan yang
lebih
baik,
serta
memperoldh
informasi
yang
lebih
banyak.
(4)
Determinan gerak penduduk
tukan
oleh
sangat kompleks,
berbagai peubah
yang
saling
dan ditenbertumpang-
tindih, di mana faktor ekonomi sangat penting pengaruhnya.
Di
&pat
pa
samping itu,
beberapa faktor
sosial-budaya
mempengaruhi meningkatnya gerak penduduk. Beberafaktor sosial-budaya yang pernah mempengaruhi kegi-
atan perantauan penduduk Sulawesi Selatan,
konflik sosial,
konsep "bekerja",
antara lain
nilai budaya "sirim*,
sistem pelapisan sosial dan jiwa niagawan laut ("saudacgara'
pallopi*'),
merupakan
unsur
mendorong terjadinya gerak penduduk.
berapa
tahun terakhir,
laten
yang
dapat
Namun, dalam
kekuartan-kekuatan
be-
tradisional
itu mengalami perubahan.
(5)
Pembangunan
pedesaan dan pertanian berhasil meningkat-
kan pendapatan, memperbaiki pendidikan dan memperlancar
perhubungan
antara
desa dan
kota,
sehingga
membuka
peluang bagi rumahtangga tani untuk mengirimkan
anggo-
tanya untuk menambah pendapatan di kota.
( 6 ) Gerak
penduduk mengakibatkan perubahan
pada
komunitas
.sosial
dan
padi sawah;
dan mutu hidup
yakni pendapatan,
rumahtangga
aspek
meningkat;
perbaikan pendidikan
pedesaan semakin difnamis dan
penduduk
semakin meningkat pula.
penduduk
seyogianya
status
di mana
peranan
dan
sosial lainnya mengalami perubahan.
penduduk
status
meningkat;
peranan dalam keluarga berubah,
wanita
s~sial-ekonomi
berbagai
Akibatnya,
tingkat
gerak
Implikasinya,
gerak
dilihat sebagai
bagian
integral
dari proses perubahan sosial dan ekonomi.
( 7 )
Pembangunan meningkat, gerak penduduk meningkat.
penduduk meningkat, berarti
bangunan.
pendapatan.
Keduanya
dapat
Cerak
memperlancar kegiatan bemberakibat bagi
Oleh karenanya, maka
peningkatan
kebijakan yang fnena-
han arus gerak penduduk adalah kurang tepat.
Kebijakan
yang perlu dipertimbangkan dan dikembangkan adalah perluasan kesempatan kerja di
konsep
daerah pedesaan, penyebaran
"pusat pertumbuhan" I "growth - c e n t e r ) " k e
kota kabupaten,
dengan pendekatan
kota-
di samping pembangunan daerah pedesaan
"urbanisasie sektor pedesaan"
CWagro-
politan"), termasuk pengembangan industri pedesaan.
ABSTRACT
HUHAIWAD
IDRUS ABUSTAH,
Population nobility in
Wet-Field
Rice C a m u n i t i e s in the Rural Areas of South Sulawesi. Under
the
guidance of
S.H.E.
Prof Dr Ir Sajogyo, a s
Tjondronegoro,
chairman,
Prof Dr Craeme J. Hugo
Prof Dr
and
Prof Dr
Hasan Walinono, a s members of the Cunmittee.
In
in
the planning of
support
policies on
of national,
population
regional and
rural
mobility
development,
I
knowledge
of patterns and behaviour
in various regions in Indonesia is
of population mobility
necessary.
Few
studies
on population mobility have been done, particularly in South
Sulawesi.
These studies have
pulation mobility,
mostly
been limited to permanent po-
focused on the outflow of
popu3.
lation leaving the province.
Studies
and
on population mobility in Indonesia in general
in South Sulawesi in particular have neither been
assaciated
with their relevance to social-economic
much
changes
of the population nor discussed in the context of increasing
development activities.
Such studies will be more effective
if associated with development efforts
and
social-economic
changes.
Development
activities may afqect patterns and
of population mobility.
bility
results
may
in
On the other hand,
affect and quicken develdpment
social-economic
changes.
In
levels
population moactivities
addition,
and
other
institutional
and structural changes may also influence the
phenomenon of population mobility.
The present study has aimed at finding out the patterns
and rates of population mobility occuring in
wet-field rice
communities,
which
economic
in
rural South Sulawesi,
class has higher mobility.
into factors affecting the
ity
in
prQcesses
social-
The study also looked
patterns of
population
mobil-
each case of wet-field rice community and how
of modernization or development
villagers to leave their villages'.
of
and
Another
have
far
stimulated
essential part
this research was to find out the contribution of
popu-
lation mobility in bringing about social-economic changes in
these wet-field rice communities.
The
three villages studied are
different in levels of
*
agricultural technology and environmental resource base, but
each shows relatively high
mobility rates.
The first
vil-
lage is Watangsidenreng, which has adopted a lot of agricultural
innovations
and its environmental resource
'good' ("developed village" or Type One Village).
base
is
The second
village is Camba-Camba,
which has not adopted many agricul-
tural
its environmental base is 'limited*
innovations
and
particularly in the dry season ("less developed village"
Type Two Village).
The
third village is Tikala, which
not adopted many agricultural innovation either.
ronmental
or
has
Its envi-
resource base is also 'limited' with steep slopes
in its topography as limiting factors ("less developed
lage" or Type Three Village).
vil-
Random
sampling
in each village has been done out
frame of farmer households stratified by
ownership
random
sampling
of
rice farm.
collection
size
For each social-economic
sampling was done with equal
of
allocation.
of
class,
The
data
was done by survey method& using a questionnaire
and through unstructured or indepth interview.
In
general,
case-villages
the
of
results of research from
different types show
that
the
non-permanent
mobility is more dominant than permanent mobility.
'developed
mobility
ity
village (Type One 1,
(
patterns of
In
the
non-permanent
"la01 isu" or commuting ) and semi-permanent mobil-
are the most dominant;
mobility
'
three
rate.
In
it has the
lowest
Type Two Village,
the
population
non
permanent
e
mobility
patterns
(
circular and "laolisu") are
with moderate population mobility rate.
developed
bility
one
rate.
("la0 lisu");
It
In the other
village or Type Three Village,
pattern is dominant,
seems
less
the permanent mo-
rather than the non
it has the highest
permanent
population
that in Type Three Village,
factor is pronounced.
dominant
mobility
the
distance
That is, its location is the farthest
and very isolated from the center of labor
markets.
These
patterns of population mobility occur in households of every
.
social-economic class.
mobility
is
positively correlated with
economy status.
At
the highest status,
lation mobility is also
The
mobility
.
In addition, the rate of population
household
the
rate of popu-
the highest and vice versa.
most essential and dominant pattern of
in
the
social-
three case villages is the
population
one
occuring
within province borders (intra-regional mobility),
larly
or
non-permanent
mobility.
So, it is not the "outflow"
leaving the province permanently
or the semi-permanent one
particu-
"ma1 1 ekke
< "leosmpe") as
dapureng")
assumed before.
The different rates of population mobility in the three
case
villages are associated with social and regional
parities.
With
the largest disparity, a higher
dis-
population
mobility rate is found in Type Three Village.
In this
lage
environmental
some factors like population
pressure,
vil-
I
disturbances, location, education (relatively more advanced)
and
socio-cultural institutions are all strong
to higher population mobility.
motivations
On the contrary, in Type One
Village, only socio-cultural institutions are of importance;
6
however, its values have changed. Other factors are neutral.
As for Type Two Village,
Type
Three
Village.
"periphery",
contrast,
with
its characteristics are similar to
These two villages are both
higher
population mobility
the
rates.
In
Type One Village is close to the "center"
type, with the lowest population mobility rate.
of
on
agricultural development in this village,
region
The success
for the
time
being has slowed down the "outflow" and has created "inflow"
of population
( return
Comparison
lage
the
shows
among social-ecqnomic groups in
that with each pattern of population
@ach
vil-
mobility,
higher the level of social-economic status the
the percentage
but
migration 1.
smaller
of villagers who move out to look for
jobs,
the higher the percentage of villagers who move out for
education.
Population mobility has increased in parallel with
increase
of development activities,
the
from Pelita to Pelita.
Development activities in rural areas and in agriculture
the short term,
in
may control the rate of population mobility
(people moving out of the village); but in the long term the
number
of
people moving out will be increasing due to
the
increase of ,income, education, changing ways of thinking and
in
viewing their wet-field rice community and also
because
of better communication between rural and urban areas.
I
The impact of population mobility is mainly felt by the
individual
munity.
are:
mover ("pallaow),
the household and by the com-
The effects of population mobility,
increasing
among
others
household income, improving social status
and the quality of life of the household, motivating efforts
on village development,
ing
new ideas,
accelerating the process of accept-
changes in the role and family structure as
well as increasing women's
on
their
marriage,
family
roles, weakening parents' control
members and changes
institutions
in
improving reading and writing ability, mass media
participation,
broader
economic participation and patterns
of behaviour with high emphaty.
ity
on
results
Finally, population mobil-
in social-economic changes in the
rural
com-
munity, particularly with moverst households.
The
increase of movers' household income in
rice communities,
money
or goods,
is mainly obtained from
remittances,
in
sent by household members who have left to
make their fortune in other regions or cities.
temporary
wet-field
migrants contribute more to their
In this case
households
in
their 3illage than permanent migrants do.
The average annu-
al income, both per household and on a per member basis,
higher if remittances are included.
the
percentage
of
tendency
is
which
mover's
a
stayer's
The number as
poor households will
also true for each social
be
well as
lower.
economic
This
class
household is in a better position
household.
is
in
than
a
The increase also affects social status
and quality of life of the household.
Eventhough
this
research is only a case
study,
some
I
findings
condition
are expected to be applicable to other regions
that both community and village types are
on
relat-
ively the same:
(1)
The most essential and dominant
mobility
nent
in wet-field rice communities are non
movements,
borders
patterns of population
which
mainly occur
t intra-regional movement 1.
within
Its
permaprovince
implications
are :
(a)
the need for national census data to measure,
on
a province unit but on a lower level
tration
unit,
not
adminis-
at least the regency ("kabupaten")
if not the district ('*kecaroatan"l unit.
(b)
research
on
non-permanent
population
mobility
needs more proportional, attention than research on
permanent population mobility only.
(2) Population
mobility rates are associated with
village
typmr, particularly its environmental resource base and
with
social
and
regional disparities found
in
each
village.
Villages, whose characteristics are "periphe-
ry region" have high population mobility rates.
On the
other hand, villages whose characteristics are "central
region" have low population mobility rates.
Comparing social-economic status,
higher status house-
holds
have higher population mobility rates,
and
level
status household have lower population
mobility
rates.
low
In this case, higher status because of educat-
ional level,
better income, qnd acquiring more inform-
ation than low level social economy status.
(4)
Population mobility determinants are very
complex,
to
analize, determined by various variables, in which eco-,
nomic
factors are essential but besides,
some socio-
cultural factors may also affect the increase of
lation
mobility.
Socio-cultural
factors ,that have
affected the "outflow" people in South Sulawesi,
others are social conflict,
cultural values ("siri"),
among
work ideolagy: "pallaong",
social stratification system
( "saudagara
* pal lopi
and
sea trading spirit
are
the most influencial factors that
population mobility.
popu-
However,
has
").
These
stimulated
in recent years,
these
traditional factors have changed.
(5)
Rural and agricultural development have been successful
to increase income and access to education;
and better
communication facilities between rural-urban areas have
opened
greater
chances for farmer households to
send
out
their
members t o increase their income
in
urban
areas.
( 6 ) Population mobility has caused social-economic
changes
o f t h e wet-field rice communities: income, social
-tus and
quality o f household's
family,
social
women's
roles,
aspects
villagers
life,
sta-
role status
education and
,
have undergone changes.
other
various
As a
result,
have become m o r e dynamic and population
bility have also
population
'1ts
increased.
mobility should
in
implication
mo-
i s that
be viewed a s a n
integral
part o f t h e process o f social and economic changes.
( 7 ) As
development activities have increased s o has
lation
can
mobility.
push
popu- '
The increase o f population mobility
rural development
further.
Both
affect
income increases. Therefore, policies that Pestrict t h e
moving out o f villagers a r e noe appropriate. T h e policy
that has t o be considered and
. creating
areas,
and
spreading
applying
regency
Job
oppurtunities
in
and districi,
of
rural
"growth.centerW concepts t o towns
of
planning developing rural areas
with
agropolitan approaches
the
rural sector,
ment.
improved upon i s o n e
and t h e
urbanization
including rural industry
of
develop-
G E R M PEEDUDUP PADA POHUBITAS PADX SAWAH
STUD1 XASUS Dl TXGA DAERAH P E D E S M E SULAWESI SELATAB
Oleh:
MUHAMHAD XDRUS ABUSTAH
Brp. 82545
Pisertasi Sebagai Salah Satu Sparat Untuk Hemperoleb
aelar Doktor
pada
Fakultas Pascasarjana, Xnstftut Pertanian Bdgor
PAIULTAS
PASCASARJABA
INSTXTUT PERTABIAB BOGOR
Judul Disertasi:
GERAK PBBDUDUK PADA XOHURITAS PAD1 SAWAH:
STUD1 KASUS DI TIaA DAERAH PEDBSAAN SULAVBSX
SELATAI
Nama Mahasiswa :
HUHAHHAD lDRUS ABVSTAH
Nomor Pokok
:
82545
Menyetujui:
1.
Komisi Pembirnbing
Prof Dr Ir Sajogyo
L
Ke tua
Anggota
Prof Dr Hasan Walinono
Anggota
2. Ketua Bidang Keahlian
Sosiologi Pedesaan
Prof Dr lr Sajogyo
Anggota
3. Dekan F a u l t a s Pascasarjana
RIUAYAT HIDUP
MUHAMMAD IDRUS ABUSTAM, dilahirkan di Sengkang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 2.Agustus 1941.
Orangtuanya adalah
Abustam A. Tang ,Daeng Paware dan I Banina.
Setelah
pada
lulus
dari Sekolah Lanjutan Atas di
ia melanjutkan ke Fakultas
tahun 1961,
Sengkang
Keguruan
Universitas Hasanuddin, dan memperoleh ge-
Ilmu Pendidikan,
lar Sarjana Muda pada tahun 1965.
Celar
Sarjana Pendidikan
Ceogra#i diperoleh dari IKIP Jakarta pada tahun 1968.
tifikat
Ser-
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial
diperolehnya dari Ketua
f
Yayasan Ilmu-ilmu Sosial pada tahun 1975.
ikuti
dan
Kemudian ia meng-
latihan singkat di bidang Kependudukan
Center, Hawaii, pada tahun 1977.
kesempatan
di
East-West
Pada tahun 1981 memperoleh
,Program Magister (S-2) pada
mengikuti
Fakultas
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dalam Bidang Keahlian
\
Sosiologi Pedesaan.
~ a d aawal tahun 1983 beralih ke Program
Doktor (S-3) dalam bidang keahlian yang sama.
tahun
1986
School
of
menjadi
v f s ftlng higher
Social Sciences,
Kemudian pada
student. pada
degree
Flinders University
of
South
Australia, dalam rangka penulisan disertasinya.
Hulai bekerja pada tahun 1958 sebagai pegawai DEPDIKBUD
yang diperbantukan di daerah.
bagai
Asisten
Pada tahun 1966 diangkat
Dosen dan 'sejak tahun 1968
sebagai Dosen pada IKIP Ujungpandang.
sebagai
Ketua
sampai
se-
sekarang
Pernah pula menjabat
Jurusan Ceografi (1969-19731, Ketua
.
Pusat
Pengembangan Pendidikan Kependudukan (1974-1981)dan sebagai
Sekretaris Lembaga Peneli tian
memperoleh
(
Pada tahun 1986
1976-1981 1.
Satya Lencana Kesetiaan Kelas I 1
dari
Presiden
Republik Indonesia.
Pada
tahun
1971 menikah dengan Umi
Nurmi
dan
dikaruniai empat orang anak (dua pria dan dua wanita).
[*I
telah
TERIHA KASIH
UCAPAW
Dengan ~ a h n a tTuhan Yang Maha Esa,
pat
disusun sebagaimana
ke tahap
disel-tasi
adanya sekarang ini.
penyelesaiannya, penulis
ini
da-
Untuk sampai
mendapatkan
banyak ban-
tuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini,
lis
sudah sewajarnyalah apabila penu-
mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya
kepada
Prof Dr Ir Sajogyo sebagai Ketua Komisi Pembimbing,
S.M.P.
Tjondronegoro,
Hasan Wal'inono,
bimbing,
yang
Prof Dr Craeme J. Hugo
masing-masing
telah
Prof Dr
dan
sebagai Anggota
Prof Dr
Komisi Pem-
membimbing ~ e n u i i s dalam
penyusunan
disertasi ini.
Ucapan terima kasih yang sama disampaikan kepada
Bidang
Keahlian
Dekan
Fakultas
tRektor
atas
Sosiologi Pedesaan:
Pascasarjana:
Prof Dr
Prof Dr S'itanala
kesempatan yang diberikan kepada penulis
Program
Pendidikan Magister (S-2) dan
dalam lingkungan FPS
Kepada
atas
izin
-
Sajagyo,
Prof Dr Ir Edi Guhardja
Institut Pertanian Bogor:
ikuti
Ir
Ketua
dan
Arsyad,
untuk
meng-
Doktor
(S-3 >
IPB.
Rektor IKIP Ujungpandang diucapkan terima kasih
yang
diberikan kepada penulis
bntuk
mengikuti
Program Pendidikan Pascasarjana di IPB.
Kepada BKS Perguruan Tinggi Indonesia Timur yang menyediakan
tor
beasiswa program S-2 dan Teah Manajemen Program Dok-
Depdikbud
yang menyediakan beasiswa
ucapkan terima kasih banyak.
disampaikan
kepada
program
Ucapan terima kasih
Ketua Yayasan Beasiswa
S-3
di-
yang sama
Supersemar
dan
Ketua Yayasan Ilmu-ilmu Sosial: Prof Dr Selo SoemardJan atas
tambahan
biaya
penelitian yang
kepada Direktur LEKNAS-LIPI:
diberikan.
Dr Suhareo,
MA.
Demikian
juga
atas bantuan
yang diberikan selama penelitian lapang berlangsung.
Kepada pihak IDP (International Development Program
of
Australian Universities and Colleges) diucapkan terima kasih
banyak
atas beasiswa yang diberikan selama penulis di
tralia
dalam
rangka
pengolahan/analieis
disertasi dan studi kepustakaan.
kan
data,
Aus-
penulisan
Ucapan yang sama disampai-
pula kepada Pimpinan dan seluruh staf Flinders
Univer-
sity- o f south Australia atas segala kemudahan yang diberikan
,
dalam penggunaan
bagainya.
fasilitas perpustakaan,
Khusus
kepada , D r Graeme J.
komputer dan
Hugo dan Dr
Manning diucapkan terima kasih banyak atas saran-saran
seChris
yang
diberikan pada draft pertama dari disertasi ini.
f
Kepada
isteri dan anak-anak penulis yang dengan
dan ikhlas penuh pengorbanan,
mendorong, membantu dan
lesaikan
sabar
walaupun ditinggal jauh tetap
mendoakan agar penulis dapat menye-
studi Doktor ini,
tak lupa diucapakan terimakasih
yang tak terhingga.
Akhirnya, ucapan terima kasih yang sama pula, disampaikan
kepada
semua pihak yang telah
langsung atau tidak langsung,
memberikan
bantuannya,
sehingga disertasi
ini dapat
diwujudkan.
Semoga bantuan, bimbingan dan pengorbanan
kan
kepada
penulis mendapat ganjaran yang
Bogor
Desember , 1 987
yang diberi-
berlipat
ganda
?I
I..A
DAFTAR IS1
Halaman
........................................
GAMBAR .......................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR
DAFTAR LAMPIRAN
I
.
1
.
L . . . .
. xv
xvi
PENDAHULUAN
2
3
I1
................................
ix
. Latar Belakang Penelitian .................
. Masalah Penelitian ........................
. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............
1
10
11
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEHIKIRAN
. Konsep Cerak Penduduk dalam Beberapa Penelitian ....................................
2 . Gerak Penduduk dan Pembangunan ............
1
3
4
5
111
.
METODQLOCI
1
2
3
4
5
6
IV
.
Gerak Penduduk .................
... Penelitian
Kerangka Pemikiran ........................
Hipotesis .................................
14
18
29
35
44
. Metode Pemilihan Daerah Penelitian ........
. Metode Pengambilan Contoh Rumahtangga .....
. Pengumpulan Data ..........................
. Definisi dan Pengukuran Peubah ............
..Pengolahan dan Analisis Data ..............
. Model
Analisis dan Pengujian Hipotesis
....
48
58
60
66
77
79
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
. Sulawesi Selatan dalam Konteks Cerak Pendud ~ k........................................
2 . T i g a Desa Kasus: Watangsidenreng, CambaCamba, dan.Tikala .........................
3 . Ujungpandang: Salah Satu Kota Tujuan ......
1
V
.
.
. Suatu
Pola Cerak Penduduk ~ u l a w e s iSelatan:
Cambaran Pada Sekala Makro ..........
83
112
142
CERAK PENDUDUK PADA KOMUNITAS PAD1 SAWAH
1
2
.
3
.
...........
...........
..............
....
Feriode Sebelum Kemerdekaan
1.2 Periode Sesudah Kemerdekaan
Pola dan Tingkat Gerak Penduduk di Ketiga
Desa Kasus Pada Sekala Mikro
Peubah Pengaruh Tingkat Cerak Penduduk
1.1
156
156
168
186
204
Halaman
4. Pengaruh Faktor Sosial-Budaya yang Melekat
dalam Kamunitas Padi Sawah Kelompok Etnik
Bugis, Hakassar dan Toraja
................
5. Status Sosial-Ekonomi,
Tingkat Pendapatan
Rumahtangga dan Tingkat Gerak Penduduk
6. Daerah Tujuan dan Periode Waktu Gerak Penduduk Dalam Hubungannya
Dengan Kegiatan
Pembangunan
....
................................
VI.
21 6
238
254
PENDATANC ASAL DESA DI KOTA UJUNGPANDANC
...................
.............................
1. Karakteristik Pendatang
267
2. Peranan Kerabat dan Teman di dalam Penyesuaian di Kota
274
3. Peranan Berbagai Asosiasd di dalam Penyesuaian di Kota ............................281
4. Persebaran dan Penyesuaian Tbmpat Tinggal
di Kota
288
5. Peranserta
Di Dalam Perekonomian Kata:
Sektor Informal dan Pengelompokan dalam
Pekerjaan
291
...................................
..................................
VII.
DAMPAK GERAK PENDUDUK TERHADAP DAERAH ASAL DAN
TUJUAN
Ikatan-ikatan Desa-Kota:
Kunjungan ke Desa
dan Sebaliknya, Kontak-kontak Lain, Migrasi
Pulang Kampung
Peranan Kiriman Uang dan Barang (Remittances)
Perubahan Sosial-Ekonomi dan Pembangunan
Pedesaan
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
............................
...................................
..................................
Kemampuan Membaca dan Henulis ........
Partisipasi Media Massa ..............
Partisipasi Ekonomi yang Luas, Meningkatkan Pendapatan,
Mutu Hidup dan
Status Sohial
Pola
Perilaku dengan Empati
yang
Tinggi
Mendorong Usaha-Usaha Pembangunan Pedesaan: Mempercepat?Proses Penerimaan
Ide-ide Baru
Peningkatan Peranan Wanita
........................
...............................
.........................
...........
Dampak Gerak Penduduk Terhadap Daerah TujUVIII.
CERAK PENDUDUK DAN IMPLIKASI KEBIJAKSANAAN
DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN REGIONAL
..............................
.............
1 . Tinjauan Umum
2. Berbagai Peraturan Pemerintah
vii
383
384
Halaman
3
. Pembangunan
3.1
3.2
. 3.3
3.4
3.5
......................
Distribusi Kekayaan (Asset) ..........
Pembangunan Pertanian ................
Pengembangan Industri Pedesaan .......
Perbaikan Prasarana Perhubungan Desa Kota .................................
Pembangunan dan Kebijaksanaan di BiPedesaan
...............
dang Pendidikan Formal
Pengembangan Program Pendidikan Non
Formal
3.7 Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.8 Listrik Masuk Pesa
3.9' Pemanfaatan Organisasi Swadaya Masyarakat Desa dan Pemuka Masyarakat yang
Memiliki
Pengalaman Migrasi
dalam
Proses Pembangunan pedesaan
Strategi Pengembangan Pusat/Kutub Pertumbuhan
Strategi/Pendekatan Agropolitan
Strategi Pengembangan Sektor Informal Perkotaan
3.6
...............................
......
...................
.
5.
6.
4
..........
.....................................
...........
....................................
KESIHPULAN
1
2
3
4
. Beberapa
Saran Bagi Penelitian yang Akan
Datang ....................................
KEPUSTAKAAN ..................................
5
DAFTAR
. Pola Cerak Penduduk dan Implikasinya ......
. Determinan Cerak Penduduk dan Implikasinya
.. Beberapa
Dampak Cerak Penduduk dan Implikasinya ....
Implikasi Kebijaksanaan ..........
LAMPIRAN
viii
406
41 0
417
428
431
433
DAFTAR TABEL
Nomor
2.1
Halaman
Waktu dan Bentuk-bentuk Gerak Penduduk di Dunia
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Sistem
Pemberian Skor Peubah Teknologi Pertanian Masing-masing Rumahtangga Tani
..................
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Sistem
Pemberian Skor Peubah Sosial-Budaya Setempat
(Upacara Adat) Masing-masing Rumahtangga Tani..
4.1
4.2
4.3
4.4
Penduduk Sulawesi Selatan Pibanding Penduduk
Propinsi Lainnya di Sulawesi dan Indonesia,
1930, 1961 , 1971 dan 1980
.....................
88
Sulawesi Selatan: Persebaran Penduduk 1980 dan
Laju Pertumbuhan Penduduk 1971-1980
...........
90
Sulawesi Selatan: Penduduk Berumur 10 Tahun ke
Atas dan Jenis Kegiatan (Angkatan Kerja), 1980
100
Sulawesi Selatan: Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan, Jenis Kelamin
dan Desa
Kota, 1980
.........................
101
Sulawesi Selatan: Pergeseran Lapangan Pekerjaan Tahun 1971
1980 (Dalam Persentasel
.......
102
Sulauesi Selatan:
Persentase Penduduk yang
Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis
Kelamin
.......................................
104
Sulawesi Selatan: Perkembangan Sarana Pendidikan 1979
1985
-
107
Tiga Desa Kasus di Sulawesi
Hujan dan Beberapa Unsur Iklim
115
-
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
-
.................................
Selatan: Curah
................
Tiga Desa Kasus di Sulawesi, Selatan:
Penduduk
Keadaan
......................................
118
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Persentase
Penggunaan Tanah
................:.............
125
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Persentase
Rumahtangga Tani Menurut Luas Penguasaan Tanah
Pertanian, 1980
131
...............................
ix
Halaman
4.12
4.13
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Persentase
Rumahtangga Tani Menurut Penggunaan Teknologi
Pertanian
.....................................
132
Desa Camba-Camba:
Persentase Rumahtangga Tani
Menurut Penggunaan Teknologi Pertanian dan Luas
Pemilikan Sawah
135
Desa Tikala:
Persentase Rumahtangga Tani Menurut Penggunaan Teknologi Pertanian dan Luas
Pemilikan Sawah
135,
Tiga Desa Kasus di Sulawesi
Konunitas Padi Sawah
..........................
138
Pola Umum Pertanian Padi Sawah di Jawa (Hasil
Survai Agro-Ekonomi:
Kasus'12 Desa) dan di
Sulawesi Selatan (Kasus 3 desa + Kasus 3 Desa
Haail Survai Agro-Ekonomi)
....................
140
Kota Ujungpandang:
Jumlah Penduduk dan Laju
Pertumbuhan Penduduk Tahun 1930, 1961 , 1971 ,
1980 dan 1985
.................................
14.2
Sulawesi Selatan: Distribusi Kota-kota Menurut
Jumlah Penduduk, Tahun 1961 1971 dan 1980
....
145
Indonesia:
Peringkat Kota-kota
Berpenduduk
100 000 k e Atas, Tahun 1980, 1971 dan 1961
1 47
Kota Ujungpandan'g: Segregasi Kelompok
pada Tahun 1930 dan Daerah Asal (Tempat
hiran) Kepala Keluarga pada Tahun 1972
........
152
Ujungpandang: Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
dan Jenis Kegiatan Utama (Angkatan Kerja), 1980
153
Indonesia: Migrasi Keluar dan Persebaran Kelompok Etnik Utama Asal Sulawesi Selatan, Tahun
1920
161
Indonesia: Migrasi keluar dan Persebaran Kelompok Etnik Utama Asal Sulakesi Selatan, Tahun
1930
........................:..................
165
Sulawesi Selatan: Migrasi Keluar Menurut Daerah Asal dan Jenis Kelamin, Tahun 1930
........
166
Sulawesi Selatan: Persentase Migrasi Masuk dan
KeLuar Semasa Hidup, Tahun 1971 , 1980 dan 1985
170
...............................
4.14
...............................
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
5.1
Selatan:
Tipologi
.
....
Etnik
Kela-
..........................................
5.2
5.3
5.4
Halaman
5.5
5.6
Sulawesi Selatan: Migran Keluar Semasa Hidup
dengan Sepuluh Daerah Tujuan Utama, Tahun 1971
dan 1980
......................................
171
Indonesia: Persentase Migran yang Berpindah ke
Kota Menurut Tempat Tinggal S e b e l m Survai
1983
180
..........................................
5.7- Sulawesi Selatan: Persentase Penduduk
Status Perpindahan, Tahun 1985
5.8
5.9
5.10
5.11
Menurut
................
185
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Bentukbentuk Gerak Penduduk Menurut Dimensi Ruang,
Waktu dan Hasrat Sebelum Pindah
...............
188
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola dan
Tingkat Gerak Penduduk
L..................
189
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola Ce'rak
Penduduk Permanen dan Sementara
...............
192
Tiga Deaa Kasus di Sulawesi Selatan dan Kabupatennya Masing-masing:
Persentase Penduduk
B e r h u r 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan
197
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Profil
Desa Menurut Faktor-faktor Gerak Penduduk
204
.....
.........................................
.....
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Peubah Pengaruh Tingkat Gerak Penduduk Rumahtangga .....
208
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Sistem
Pelapisan Sosial Kelompok Etnik Bugis, Makassar
dan Toraja
....................................
232
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Status
Cerak Penduduk Menurut Kelompok Sosial Ekonomi
Rumahtangga
242
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola.dan
Tingkat Gerak Penduduk Menurut Kelompok Sosial
Ekonomi Rumahtangga (Dalam Persentasel
........
245
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola Khas
Gerak Penduduk Masing-masing Desa dan Alasan
Utama ( Dalam
Persentase > Menurut
Kelompok
Sosial-Ekonomi Rumahtangga
....................
248
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Rataan
Pendapatan per Kapita Anggota Rumahtangga per
Tahun, Rumahtangga Hiskin, Tingkat Cerak Penduduk Menurut Kelompok Sosial Ekonomi Rumahtangga
250
....................................
5.16
*
5.17
5.18
Halaman
5.19
15.20
T i g a Desa K a s u s b i S u l a w e s i S e l a t a n :
Pola dan
Daerah T u j u a n Gerak Penduduk ( D e s a
Kota)
....
256
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
P o l a dan
Daerah T u j u a h Gerak Penduduk Menurut Wilaysh
A d m i n i s t r a s i , Desa d a n K o t a
257
-Desa
259
.
...................
5.21
T i k a l a : M i g r a s i k e B e r b a g a i P r o p i n s i (1983
1985)
5.22
.......................................
S u l a w e s i S e l a t a n : Penduduk Menurut
g r a s i A n t a r KabupatreMKotamadya
T e m p a t L a h i r , T a h u n 1985
Status MiBerdasarkan
.......................
5.23
6.1
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
P a l a Tu( KotaIDesa)
d a n P e r i o d e Waktu ( t a h u n
juan
P e r p i n d a h a n k e L u a r Desa (1970-1985)
..........
262
Kota Ujungpandang: T i n g k a t P e n d i d i k a n Migran d i
Kota y a n g B e r a s a l d a r i T i g a D e s a K a s u s ( D a l a m
Persentasel
270
Kota Ujungpandang:
L a t a r Belakang Migran d i
K o t a M e n u r u t S t a t u s S o s i a l Ekonomi R u m a h t a n g g a
d i Daerah A s a l
273
Kota U j u n g p a n d a n g :
P e n d a t a n g D a r i Desa M e n u r u t
Tempat T i n g g a l Pertama d i Kota
276
Kota U j u n g p a n d a n g :
M i g r a n M e n u r u t Lamanya Menc a r i P e k e r j a a n P e r t a m a d a n y a n g Membantu Mencar i k a h P e k e r j a a n Pertama
279
K o t a U j u n g p a n d a n g : P e r s e n t a s e R u m a h t a n g g a Menur u t Lapangan P e k e r j a a n ,
J e n i s M i g r a s i d a n DBsa
Asal
..........................................
293
P e r s e n t a s e R u m a h t a n g g a MenuJ e n i s Migrasi dan D e s a
r u t S t a t u s Pekerjaan,
Asal
296
...................................
6.2
................................
6.3
6.4
................
.......................
6.5
6.6
Kota U J u n g p a n d a n g :
6.7
..........................................
K a r a k t e r i s t i k S e k t o r I n f o r m a l d a n F o r m a l ......
6.8
6.9
260
300
Kota U j u n g p a n d a n g : S p e s i a l i S a s i ( P e n g e l o m p o k a n )
P e k e r j a a n P e n d u d u k y a n g B e r a d a d a l a m Angkaban
Kerja M e n u r u t D a e r a h A s a l
.....................
30 1
K o t a UJungpandang:
Pendapatan Harian Pendatang
(Permanen dan Sementara) d a r i K e t i g a
Desa
Kasus d a r i S e k t o r Formal dan Informal d i Kota
( D a l a m Rupiah)
308
................................
xli
Halaman
6.10
7.1
7.2
Kota Ujungpandang:
Pendapatan Harian Pendatang
( P e r m a n e n d a n S e m e n t a r a ) d a r i K e t i g a Desa K a s u s
M e n u r u t S t a t u s S o s i a l Ekonomi R u m a h t a n g g a d i
Desa A s a l (Dalam Persentase)
..................
31 1
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Frekuensi
K e m b a l i k e Desa Asa'l, M i g r a n P e r m a n e n d a n Sem e n t a r a M e n u r u t D a e r a h T u j u a n ( D e s a d a n Kota)
31 5
T i g a D e s a Kasus d i Sulawesi S e l a t a n :
Alasan
U t a m a Migran Permanen d a n Sement,ara Kembali k e
D e s a M e n u r u t D a e r a h T u j u a n (Desa d a n Kota)
31 7
....
7.3
Tiga
aesa
Kasus d i Sulawesi S e l a t a n :
Kunjungan
Kepala R u m a h t a n g g a Pallao (Mover) d a n A n g g o t a n y a k e D a e r a h T u j u a n M i g ~ a s i ( D e s a d a n Kota)
.....
32 1
T t g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Frekuensi
g u n d u n g a n Kepala R u m a h t a n g g a Pallao (Mover) d a n
A h g g o t a n y a k e D a e s a h T u j u a n M i g r a s i (Desa d a n
Kota) Arfggotanya y a n g B e r s t a s t u s M i g r a n P e r rnanen
.........................................
323
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Migran
P e r m a n e n d i D a e r a h Kota y a n g M e l a k u k a n Hubungan
d e n g a n Desa A s a l M e l a l u i S u r a t - M a n y u r a t
.......
324
T i g a Desa K a s u s di S u l a w e s i S e l a t a n : P e r s e n t a s e
M i g r a n P u l a n g Kampung M e n u r u t T e m p a t T i n g g a l
S e b e l t i m n y a (Desa d a n Kota) d a n S t a t u s S o s i a l Ekonomi R u m a h t a n g g a
326
Kota Ujungpandang:
Sumbangan K i r i m a n Uang d a n
Barang d a r i Migran Permanen d a n Sementara ( S i r k u l a r ) k e d a n d a r i Rumahtarigga A s a l d i T i g a
Desa K a s u s P e n e l i t f a n , D e s e m b e r 1984 s a m p a i d e n g a n ' N o p e m b e r 1985
330
T i g a D e s a Kasus d i S u l a w e s i S e l a t a n : D i s t r i b u s i
P e r s e n t a s e Rumahtangga Contoh Menurut T i n g k a t
P e n d a p a t a n P e r K a p i t a Ahggota R u m a h t a n g g a P e r t a n i a n dengan dan Tanpa Kiriman
336
T i g a ~ e s aK a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Proporsi
P e n d a p a t a n Mbnurut Sumber P e n d a p a t a n , P e n d a p a t a n R u m a h t a n g g a d a n P e n d a p a t a n P e r K a p i t a Anggot a R u m a h t a n g g a S e r t a G a r i s K e m i s k i n a n Rumahtangga
338
Anggotanya y a n g B e r s t a t u s Migran Permanen
7'i4
7.5
7.6
...........................
7.7
.............................
7.8
...............
7.9
.........................................
xiii
Halaman
7.10
7.11
-
7.12
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Rataan
Pendapatan Per Kapita Anggota Rumahtangga Per
Tahun (Hemperhitungkan kirimanlbawaan),
Rumahtangga Miskin, Tingkat Cerak Penduduk Menurut
Status Sosial-Ekonomi Rwnahtangga
.............
340
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Peningkatan Pendapatan Per Kapita Rumahtangga P a l l a o
( H o v e r ) dengan Semua Rumahtangga Contoh dan Penurunan Jumlah Rumahtangga Miskin Karena Kiriman/Bawaan dari Anggota Rumahtangga yang Bergerak KeLuar
....................................
343
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Penggunaan
Kiriman-masuk ( l n - r b l t t a n c e s oleh Rumahtangga
Pal 1 a o (Mover 1 ( Dalam Persentase
.............
344
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Tingkat
Melek Huruf Rumahtangga P a l l a o ( H o v e r ) dan Pen e t a p t ' S t a y e r ) dan Tingkat Cerak Penduduk Menurut Status Sosial-Ekonomi Rumahtangga
.........
352
Tigh Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Penggunaan
Media Massa, Kenampuan Membaca dan Menulis,
Partisipasi dalam Kegiatan Sosial-Ekonom& dan
Pembangunan Serta Sikap-sikap Tentang Gerak
Penduduk Oleh Rumahtangga P a l l a o (Mover) dan
Penetap ( S t a y e r )
358
t
. 7.13
7.14
..............................
7.15
Tiga Desa Kasus d i Sulawesi Selatan: Kualitas
Rumah Menurut Status Sosial-Ekonomi Rumahtangga
P a l l s o ( M o v e r ) dan Penetap C S t a y e r ) ( Dalam Persentase)
......................................
7.16
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pemilikan
Barang Henurut Status Sosial-Ekonomi Rwnahtangga P a l f a o ( M o v e r ) dan Penetap ( S t a y e r l (Dalam
Persentase)
....................................
7.17
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Rataan Jam
Kerja Per Hari Laki-laki dan Wanita Berumur 10
Tahun k e Atas Wntuk Pekerjaan nencari Nafkah
..
7.18
Tiga Desa Kasus d i Sulat4esiDSelatan: Rataan Jam
KerJa Per Hari Laki-laki dan Wanita Berumur 10
ke Atas Untuk Pekerjaan Rumahtangga dan Pekerjaan Mencari Nafkah
...........................
xiv
DAFTAR GMBAR
Nomor
Halaman
....................
Desa Penelitian .......
1.
Kerangka Model Konsepsional
38
2.
Sulawesi Selatan: Lokaai
52
3.
Sulawesi Selatan: Wilayah Fisiografis
4.
Sulawesi Selatan: Lokasi Kotamadya dan Kabupaten
91
5.
Sulawesi Selatan: Kepadatan
Penduduk Tahun 1980
93
6.
Sulawesi Selatan: Pertumbuhan Penduduk 1971-1980
95
7.
Sulawesi Selatan: Persebaran Felompok Etnik
....
98
8.
Sulawesi Selatan: Jaringan
datan Arus Kendaraan
Jalan
..........
Menurut Kepa-
...........................
Watangsidenreng: Pola Penggunaan Tanah ....
Camba-Camba: Pola Penggunaan Tanah ........
Tikala: Pola Penggunaan Tanah ..........,,.
9.
Desa
10.
Desa
11.
Desa
12.
Kota Ujungpandang:
Tahap-tahap Perluasan
dari Tahun 1667
1971
13.
14.
15.
16.
17.
18.
.
19.
85
111
1 26
127
128
Kota
.........................
Indonesia:
Arus
nigrasi Semasa Hidup dari
Sulawesi Selatan Tahun 1971 ....................
Indonesia:
Arus nigrasi Semasa Hidup
dari
Sulawesi Selatan Tahun 1980 ....................
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan:
Pola Gerak
Penduduk ........................................
Hubungan Antara Pola dan Tingkat Gerak Penduduk
dengan Status Sosial-Ekonomi Rumahtangga .......
Kota Ujungpandang: Struktur Umur dan Jenis Kelamin Migran yang Berasal dari Tiga Desa Kasus ...
268
Kota Ujungpandang: Grafik Distribusi Persentase
Tingkat Pendidikan Pendatang Permanen dan Sementara yang Berasal dari Tiga Desa Kasus
.........
272
Sulawesi Selatan: Distribusi Pusat-Pusat Pertumbuhan Pada Tahap Awal
401
-
.........................
148
172
173
190
244
DAFTAR LMPIRAW
Nomor
111-1
111
GERAK PENDUDUK PADA KOMUNITAS PAD1 SAWAH
Studi Kasus di Tiga Daerah Pedesaan Sulawesi'Selatan
oleh :
MUHAMMAD IDRUS ABUSTAM
Nrp. 82545
CAKULTAS CASCASARJANA
INSTITUT P E R T A N I A N BOQOR
B O G O R
1 0 8 7
C
HUHAnnAD IDRUS A B U S T M ,
Gerak Penduduk Pada Komunitas
Padi
Sawaht Studi Kasus d i Tiga Daerah Pedesaan Sulawesi Selatan.
Di bawah bimbingan Prof Dr Ir SAJOGYO,
Dr S.H.P.
sebagai Ketua,
Prof
TJONDRONEGORO, Prof D r G R A M E J. HUGO dan Prof Dr
HASAN UALINONO, sebagai Anggota.
Dalam rangka perencanaan kebijakan di bidang gerak penduduk sebagai penunjang
pembangunan (nasional, regional dan
I
pedesaan), pengetahuan tentang
pola dan perilaku gerak pen-
duduk di berbagai daerah di Indonesia perlu diketaliui.
sus untuk daerah
Khu-
Sulawesi Selatan, studi gerak penduduk ini
masih terbatas, padahal gejala sosial ini semakin meningkat.
Kalaupun
sudah dikaji, masih
permanen
dan lebih banyak difokuskan pada pengaliran
terbatas pada gerak
penduduk
(out-
f l o w ) penduduk k e luar propinsi.
Studi gerak penduduk, di Indonesia
Sulawesi Selatan pada khususnya,
pada umumnya dan' di
belum banyak dikaitkan re-
levansinya dengan perubahan sosial-ekonomi penduduk, dan tidkk atau belum dibahas dalam konteks pembangunan yang
kegi-
atannya
lebih
semakin
berdayaguna
meningkat.
Studi semacam
bila dikaitkan dengan
ini akan
usaha-usaha
pembangunan
tersebut dan perubahan sosial-ekodomi.
Kegiatan-kegiatan
pembangunan dapat mempengaruhi
dan tingkat gerak penduduk.
pola
Sebaliknya, gerak penduduk mem-
pengaruhi
dan memperlancar pembangunan serta
perubahan
sosial-ekonomi.
Pada
mengakibatkan
gilirannya pula,
berbagai
perubahan kelambagaan dan struktural mengakibatkan
fenomena
gerak penduduk meningkat.
Penelitian
pola
dan
tingkat gerak penduduk yang terJadi pada komunitas padi
sa-
wah,
serta
ini
bertujuan
mengidentifikasi
untuk mengetahui
lapisan sosial-ekonomi
yang -mempunyai tingkat gerak yang tinggi.
Dikaji
mana
pula fak-
tor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku gerak penduduk
pada
masing-masing
proses
komunitas padi sawah
dan
sejauh
mana
modernisasi atau pembangunan mendorong penduduk desa
b'ergerak ke luar desanya.
tian
Arti penting lainnya dari peneli-
ini adalah untuk mengetahui sumbangan
gerak
penduduk
terhadap perubahan sosial-ekonomi pada komunitas padi sawah.
Tiga desa kasus yang dipilih berbeda dalam hal: tingkat
teknologi pertanian dan sumberdaya
lingkungan.
ma, yaitu
mengalami inovasi perta-
nian
Watangsidenreng, banyak
dan sumberdaya lingkungannya "baik"
Desa Tipe 1 ) .
mengalami
"terbatas",
atau-
Desa ke-dua, yaitu
inovasi
pertanian dan
Desa perta-
(desa "maju"
atau
Camba-Camba, tidak banyak
sumberdaya
lingkungannya
terutama karena iklim kering (desa "kurang maju"
Desa Tipe 2).
Desa
ke-tiga, yaitu Tikala, juga tidak
/
banyak
annya
mengalami inovasi pertanian dan sumberdaya lingkung"terbatas*' pula, tetapi dengan
ringan
lereng
yang besar sebagai
ketinggian dan
.pembatas
(desa
kemi"kurang
maju" atau Desa Tipe 3 ) .
Pengambilan
secara
acak,
contoh
dengan
didasarkan pada luas
di
masing-masing
desa
dilakukan
kerangka contoh rumahtangga tani yang
pemilikan sawah.
Untuk
lapisan sosial-ekonomi, pengambilan contoh
masing-masing
dilakukan secara
'
acak pula, dengan alokasi sama.
dengan
survai lapangan,
Pengumpulan
dengan
data dilakukan
menggunakan kuesioner
dan
dengan wawancara bebas dan mendalam.
Hasil
penelitian
yang diangkat dari tiga
desa
kasus
yang berbeda tipe, secara agregat menunjukkan gerak sementara l-ebih dominan dibanding gerak permanen.
bih
(
maju
(
Desa
ulang-a1 ik
menonjol,
Tipe I1 ,
atau
pola gerak
Di desa yang le-
sementara:
"nglaju") dan semi permanen
tetapi dengan tingkat
"laolisu"
yang
paling
gerak penduduk paling renI
Di desa yang kurang maju (Desa Tipe 2 ) , pola gerak se-
dah.
mentara: sirkular dan "laolisu" yang dominan, dengan tingkat
gerak
penduduk sedang.
(Desa Tipe 31, pola
gerak
sementara:
paling
tinggi.
Di desa yang
gerak permanenlah
"laolisu",
berlaku
pasar
pada
Selain itu,
dengan
lapisan
tingkat gerak
lainnya
yang utama, kemudian
tingkat gerak penduduk
jarak
paling jauh dan terpencil dari
tenaga kerja.
setiap
maju
Desa Tipe 3, faktor
Nampaknya, pada
berpengaruh, yaitu lokasinya
pusat-pusat
kurang
Pola gerak
sosial-ekonomi
penduduk
ini
rumahtangga.
penduduk berkorelasi positif de-
ngan status sosial-ekonomi rumahtangga.
Pada lapisan paling
atas, tingkat gerak penduduk paling tinggi, dan sebaliknya.
Pola
ketiga
gerak penduduk yang paling penting dan dominan di
desa kasus adalah yang terjadi dalam
propinsi,
atau
"intra-regional
sementara.
propi nsi
dan bersifat permanen
permenan
lumnya
.
wilayah
terutama
yang
~ a d i e bukan "outflow" ke luar wilayah
bersifat
semi
movement",
batas
( "mallekke
( ' v l a o s m p e " ) sebagaimana
' dapureng")
banyak diduga
atau
sebe-
Perbedaan
berkaitan
tingkat gerak penduduk di ketiga desa
dengan
ketimpangan sosial dan
regional.
kasus
Ketim-
pangan yang paling besar dan menyumbang kepada tingkat gerak
penduduk yang tinggi terjadi di Desa Tipe 3.
faktor
tekanan penduduk,
ganggu,
faktor
relatif
keselarasan
lokasi yang
hanya
Tipe 1 ,
berpengaruh.
lingkungan yang ter-
terisolasi,
pendidikan
ciri-ciri
penduduk yang tinggi.
Sebaliknya,
daerah "pusat",
rendah.
paling
untuk
sangat
Desa
Adapun Desa Tipe
Desa Tipe 3.
ciri-ciri daerah "pinggiran"
ciri-ciri
yang
penduduk. Sebaliknya, di
lainnya bersifat netral.
mendekati
memiliki
ini,
faktor kelembagaan sosial-budaya yang dapat
*
Ini pun telah mengalami
pergeseran nilai.
Faktor-faktor
ini,
desa
lebih maju dan-kelembagaan sosial-budaya,
mendorong meningkatkan gerak
lebih
Di
Kedua
desa
dengan tingkat
2
ini
gerak
mendekati
Desa Tipe 1
dengan tingkat gerak
penduduk
Keberhasilan pembangunan pertanian di
desa
sementara dapat menahan arus gerak keluar
dan
menimbulkan arus balik penduduk (migran pulang kampung).
Dalam
setiap
bahwa
kaitannya
pola
dengan kelompok sosial
gerak penduduk di masing-masing
semakin tinggi
ekonomi
desa,
lapisan sosial-ekonomi semakin
pada
nampak
kecil
#
persentase
bekerja,
mereka yang bergerak keluar dengan alasan
tetapi
untuk
semakin besar persentasenya yang beralasan
II
untuk
pendidikan;
dan sebaliknya pada lapisan yang
paling
bawah.
Cerak
penduduk meningkat sejalan
pembangunan dari Pelita ke Pelita.
dengan
meningkatnya
Kegiatan pembangunan pe-
desaan dan pertanian dalam jangka pendek dapat mengendalikan
laju
gerak penduduk ke luar desa,
tetapi dalam jangka pan-
jang gerak penduduk k e luar desa cenderung meningkat, berhubung dengan meningkatnya
dang
dan
cara
pendapatan, pendidikan, cara
pikir komunitas padi
sawah
serta
pan-
semakin
lancarnya hubungan antara desa dan kota.
Dampak
individu
gerak
banyak
penduduk paling
"pallao" (mover),
dirasakan
rumahtangga dan
oleh
komunitasnya.
Dampak gerak penduduk ini antara lain adalah menambah pendapatan
rumahtangga,
meningkatkan
status sosial
dan
mutu
I
hidup
rumahtangga,
mempercepat
mendorong usaha-usaha pembangunan desa,
proses penerimaan ide-ide baru,
lam peranan dan struktur keluarga serta
nan
wanita,
keluarganya
melemahnya
dan
perubahan
meningkatnya
kontrol orangtua terhadap
perubahan
kelembagaan
dalam
media
massa,
anggota
menulis,
peranserta ekonomi yang luas
perilaku dengan empati yang
pola
pera-
perkawinan,
meningkatkan melek huruf dan kemampuan membaca dan
peranserta
tinggi.
Pada
dan
akhirnya,
penduduk mengakibatkan perubahan sosial-ekonomi
gerak
da-
pada
masyarakat pedesaan, terutama rumahtangga "pallao".
Meningkatnya pendapatan rumahtangga "pa2laoW pada komunitas
padi
yaitu
kiriman uang &an barang dari anggota rumahtangga yang
bergerak
sawah terutama
keluar,
bersumber
dari
"remittances",
mencari nafkah,di kota atau daerah
lain.
Dalam ha1 ini, migran sementara memberi sumbangan yang lebih
besar
kepada rumahtangganya di desa dibanding migran perma-
nen.
Rataan pendapatan per
maupun
per
tahun,
anggota rumahtangga,
baik
akan
bagi rumahtangga
meningkat
apabila
**remittances"diperhitungkan.
sentase
ini
Sebaliknya,
rumahtangga miskin akan
berkurang.
pun berlaku pada setiap lapisan
tangga,
di
Kecenderungan
sosial-ekonomi
rumah-
mana rumahtangga **pallao*'ada dalam posisi yang
lebih baik
patan
jumlah dan per-
daripada rumahtangga '*penetapV*
(shyer).
Penda-
yang meningkat selanjutnya mernpengaruhi status sosial
dan mutu hldup rumahtangga.
Walaupun penelitian ini
temuan
bersifat studi kasus, beberapa
yang diperoleh diharapkan dapat berlaku pada daerah-
daerah lain, dengan catatan bahwa domunitas dan tipe desanya
relatif sarna:
(1)
Pola
gerak
penduduk yang paling penting
dan
dominan
pada komunitas padi sawah adalah yang bersifat sementara dan terutama
terjadi di dalam batas wilayah propin-
si. Implikasinya adalah:
(a)
timbul kebutuhan akan data sensus yang menggunakan
ukuran
ruang
bukan lagi
tetapi
pada unit
pada
batas
propinsi,
administrasi yang lebih rendah,
setidak-tidaknya batas kabupaten;
(b)
penelitian
gerak penduduk aementara perlu
menda-
patkan perhatian yang proporsional, daripada hanya
penelitian gerak penduduk permanen.
(2) Tingkat
gerak penduduk berasdsiasi dengan
tipe
desa,
terutama sumberdaya lingkungan serta ketimpangan sosial
dan
yang
regional
memiliki
tingkat gerrk
yang
dialami masing-masing
ciri-ciri daerah
penduduk tinggi.
desa.
"p1nggiranW
Desa
memiliki
Sebaliknya, dosr yang
memiliki ciri-ciri daerah "pusat" memiliki tingkat
ge-
rak penduduk rendah.
( 3 ) Berdasarkan kelompok
mahtangga
.penduduk
lapisan
Dalam
dari
sosial-ekonomi
rumahtangga,
lapisan atas memiliki
yang tinggi,
tingkat
gerak
dan sebaliknya rumahtangga dari
bawah memiliki tingkat gerak penduduk
ha1 ini,
ru-
lapisan
atas memiliki
rendah.
peluang
yang
lebih besar karena tingkat pendidikian, pendapatan yang
lebih
baik,
serta
memperoldh
informasi
yang
lebih
banyak.
(4)
Determinan gerak penduduk
tukan
oleh
sangat kompleks,
berbagai peubah
yang
saling
dan ditenbertumpang-
tindih, di mana faktor ekonomi sangat penting pengaruhnya.
Di
&pat
pa
samping itu,
beberapa faktor
sosial-budaya
mempengaruhi meningkatnya gerak penduduk. Beberafaktor sosial-budaya yang pernah mempengaruhi kegi-
atan perantauan penduduk Sulawesi Selatan,
konflik sosial,
konsep "bekerja",
antara lain
nilai budaya "sirim*,
sistem pelapisan sosial dan jiwa niagawan laut ("saudacgara'
pallopi*'),
merupakan
unsur
mendorong terjadinya gerak penduduk.
berapa
tahun terakhir,
laten
yang
dapat
Namun, dalam
kekuartan-kekuatan
be-
tradisional
itu mengalami perubahan.
(5)
Pembangunan
pedesaan dan pertanian berhasil meningkat-
kan pendapatan, memperbaiki pendidikan dan memperlancar
perhubungan
antara
desa dan
kota,
sehingga
membuka
peluang bagi rumahtangga tani untuk mengirimkan
anggo-
tanya untuk menambah pendapatan di kota.
( 6 ) Gerak
penduduk mengakibatkan perubahan
pada
komunitas
.sosial
dan
padi sawah;
dan mutu hidup
yakni pendapatan,
rumahtangga
aspek
meningkat;
perbaikan pendidikan
pedesaan semakin difnamis dan
penduduk
semakin meningkat pula.
penduduk
seyogianya
status
di mana
peranan
dan
sosial lainnya mengalami perubahan.
penduduk
status
meningkat;
peranan dalam keluarga berubah,
wanita
s~sial-ekonomi
berbagai
Akibatnya,
tingkat
gerak
Implikasinya,
gerak
dilihat sebagai
bagian
integral
dari proses perubahan sosial dan ekonomi.
( 7 )
Pembangunan meningkat, gerak penduduk meningkat.
penduduk meningkat, berarti
bangunan.
pendapatan.
Keduanya
dapat
Cerak
memperlancar kegiatan bemberakibat bagi
Oleh karenanya, maka
peningkatan
kebijakan yang fnena-
han arus gerak penduduk adalah kurang tepat.
Kebijakan
yang perlu dipertimbangkan dan dikembangkan adalah perluasan kesempatan kerja di
konsep
daerah pedesaan, penyebaran
"pusat pertumbuhan" I "growth - c e n t e r ) " k e
kota kabupaten,
dengan pendekatan
kota-
di samping pembangunan daerah pedesaan
"urbanisasie sektor pedesaan"
CWagro-
politan"), termasuk pengembangan industri pedesaan.
ABSTRACT
HUHAIWAD
IDRUS ABUSTAH,
Population nobility in
Wet-Field
Rice C a m u n i t i e s in the Rural Areas of South Sulawesi. Under
the
guidance of
S.H.E.
Prof Dr Ir Sajogyo, a s
Tjondronegoro,
chairman,
Prof Dr Craeme J. Hugo
Prof Dr
and
Prof Dr
Hasan Walinono, a s members of the Cunmittee.
In
in
the planning of
support
policies on
of national,
population
regional and
rural
mobility
development,
I
knowledge
of patterns and behaviour
in various regions in Indonesia is
of population mobility
necessary.
Few
studies
on population mobility have been done, particularly in South
Sulawesi.
These studies have
pulation mobility,
mostly
been limited to permanent po-
focused on the outflow of
popu3.
lation leaving the province.
Studies
and
on population mobility in Indonesia in general
in South Sulawesi in particular have neither been
assaciated
with their relevance to social-economic
much
changes
of the population nor discussed in the context of increasing
development activities.
Such studies will be more effective
if associated with development efforts
and
social-economic
changes.
Development
activities may afqect patterns and
of population mobility.
bility
results
may
in
On the other hand,
affect and quicken develdpment
social-economic
changes.
In
levels
population moactivities
addition,
and
other
institutional
and structural changes may also influence the
phenomenon of population mobility.
The present study has aimed at finding out the patterns
and rates of population mobility occuring in
wet-field rice
communities,
which
economic
in
rural South Sulawesi,
class has higher mobility.
into factors affecting the
ity
in
prQcesses
social-
The study also looked
patterns of
population
mobil-
each case of wet-field rice community and how
of modernization or development
villagers to leave their villages'.
of
and
Another
have
far
stimulated
essential part
this research was to find out the contribution of
popu-
lation mobility in bringing about social-economic changes in
these wet-field rice communities.
The
three villages studied are
different in levels of
*
agricultural technology and environmental resource base, but
each shows relatively high
mobility rates.
The first
vil-
lage is Watangsidenreng, which has adopted a lot of agricultural
innovations
and its environmental resource
'good' ("developed village" or Type One Village).
base
is
The second
village is Camba-Camba,
which has not adopted many agricul-
tural
its environmental base is 'limited*
innovations
and
particularly in the dry season ("less developed village"
Type Two Village).
The
third village is Tikala, which
not adopted many agricultural innovation either.
ronmental
or
has
Its envi-
resource base is also 'limited' with steep slopes
in its topography as limiting factors ("less developed
lage" or Type Three Village).
vil-
Random
sampling
in each village has been done out
frame of farmer households stratified by
ownership
random
sampling
of
rice farm.
collection
size
For each social-economic
sampling was done with equal
of
allocation.
of
class,
The
data
was done by survey method& using a questionnaire
and through unstructured or indepth interview.
In
general,
case-villages
the
of
results of research from
different types show
that
the
non-permanent
mobility is more dominant than permanent mobility.
'developed
mobility
ity
village (Type One 1,
(
patterns of
In
the
non-permanent
"la01 isu" or commuting ) and semi-permanent mobil-
are the most dominant;
mobility
'
three
rate.
In
it has the
lowest
Type Two Village,
the
population
non
permanent
e
mobility
patterns
(
circular and "laolisu") are
with moderate population mobility rate.
developed
bility
one
rate.
("la0 lisu");
It
In the other
village or Type Three Village,
pattern is dominant,
seems
less
the permanent mo-
rather than the non
it has the highest
permanent
population
that in Type Three Village,
factor is pronounced.
dominant
mobility
the
distance
That is, its location is the farthest
and very isolated from the center of labor
markets.
These
patterns of population mobility occur in households of every
.
social-economic class.
mobility
is
positively correlated with
economy status.
At
the highest status,
lation mobility is also
The
mobility
.
In addition, the rate of population
household
the
rate of popu-
the highest and vice versa.
most essential and dominant pattern of
in
the
social-
three case villages is the
population
one
occuring
within province borders (intra-regional mobility),
larly
or
non-permanent
mobility.
So, it is not the "outflow"
leaving the province permanently
or the semi-permanent one
particu-
"ma1 1 ekke
< "leosmpe") as
dapureng")
assumed before.
The different rates of population mobility in the three
case
villages are associated with social and regional
parities.
With
the largest disparity, a higher
dis-
population
mobility rate is found in Type Three Village.
In this
lage
environmental
some factors like population
pressure,
vil-
I
disturbances, location, education (relatively more advanced)
and
socio-cultural institutions are all strong
to higher population mobility.
motivations
On the contrary, in Type One
Village, only socio-cultural institutions are of importance;
6
however, its values have changed. Other factors are neutral.
As for Type Two Village,
Type
Three
Village.
"periphery",
contrast,
with
its characteristics are similar to
These two villages are both
higher
population mobility
the
rates.
In
Type One Village is close to the "center"
type, with the lowest population mobility rate.
of
on
agricultural development in this village,
region
The success
for the
time
being has slowed down the "outflow" and has created "inflow"
of population
( return
Comparison
lage
the
shows
among social-ecqnomic groups in
that with each pattern of population
@ach
vil-
mobility,
higher the level of social-economic status the
the percentage
but
migration 1.
smaller
of villagers who move out to look for
jobs,
the higher the percentage of villagers who move out for
education.
Population mobility has increased in parallel with
increase
of development activities,
the
from Pelita to Pelita.
Development activities in rural areas and in agriculture
the short term,
in
may control the rate of population mobility
(people moving out of the village); but in the long term the
number
of
people moving out will be increasing due to
the
increase of ,income, education, changing ways of thinking and
in
viewing their wet-field rice community and also
because
of better communication between rural and urban areas.
I
The impact of population mobility is mainly felt by the
individual
munity.
are:
mover ("pallaow),
the household and by the com-
The effects of population mobility,
increasing
among
others
household income, improving social status
and the quality of life of the household, motivating efforts
on village development,
ing
new ideas,
accelerating the process of accept-
changes in the role and family structure as
well as increasing women's
on
their
marriage,
family
roles, weakening parents' control
members and changes
institutions
in
improving reading and writing ability, mass media
participation,
broader
economic participation and patterns
of behaviour with high emphaty.
ity
on
results
Finally, population mobil-
in social-economic changes in the
rural
com-
munity, particularly with moverst households.
The
increase of movers' household income in
rice communities,
money
or goods,
is mainly obtained from
remittances,
in
sent by household members who have left to
make their fortune in other regions or cities.
temporary
wet-field
migrants contribute more to their
In this case
households
in
their 3illage than permanent migrants do.
The average annu-
al income, both per household and on a per member basis,
higher if remittances are included.
the
percentage
of
tendency
is
which
mover's
a
stayer's
The number as
poor households will
also true for each social
be
well as
lower.
economic
This
class
household is in a better position
household.
is
in
than
a
The increase also affects social status
and quality of life of the household.
Eventhough
this
research is only a case
study,
some
I
findings
condition
are expected to be applicable to other regions
that both community and village types are
on
relat-
ively the same:
(1)
The most essential and dominant
mobility
nent
in wet-field rice communities are non
movements,
borders
patterns of population
which
mainly occur
t intra-regional movement 1.
within
Its
permaprovince
implications
are :
(a)
the need for national census data to measure,
on
a province unit but on a lower level
tration
unit,
not
adminis-
at least the regency ("kabupaten")
if not the district ('*kecaroatan"l unit.
(b)
research
on
non-permanent
population
mobility
needs more proportional, attention than research on
permanent population mobility only.
(2) Population
mobility rates are associated with
village
typmr, particularly its environmental resource base and
with
social
and
regional disparities found
in
each
village.
Villages, whose characteristics are "periphe-
ry region" have high population mobility rates.
On the
other hand, villages whose characteristics are "central
region" have low population mobility rates.
Comparing social-economic status,
higher status house-
holds
have higher population mobility rates,
and
level
status household have lower population
mobility
rates.
low
In this case, higher status because of educat-
ional level,
better income, qnd acquiring more inform-
ation than low level social economy status.
(4)
Population mobility determinants are very
complex,
to
analize, determined by various variables, in which eco-,
nomic
factors are essential but besides,
some socio-
cultural factors may also affect the increase of
lation
mobility.
Socio-cultural
factors ,that have
affected the "outflow" people in South Sulawesi,
others are social conflict,
cultural values ("siri"),
among
work ideolagy: "pallaong",
social stratification system
( "saudagara
* pal lopi
and
sea trading spirit
are
the most influencial factors that
population mobility.
popu-
However,
has
").
These
stimulated
in recent years,
these
traditional factors have changed.
(5)
Rural and agricultural development have been successful
to increase income and access to education;
and better
communication facilities between rural-urban areas have
opened
greater
chances for farmer households to
send
out
their
members t o increase their income
in
urban
areas.
( 6 ) Population mobility has caused social-economic
changes
o f t h e wet-field rice communities: income, social
-tus and
quality o f household's
family,
social
women's
roles,
aspects
villagers
life,
sta-
role status
education and
,
have undergone changes.
other
various
As a
result,
have become m o r e dynamic and population
bility have also
population
'1ts
increased.
mobility should
in
implication
mo-
i s that
be viewed a s a n
integral
part o f t h e process o f social and economic changes.
( 7 ) As
development activities have increased s o has
lation
can
mobility.
push
popu- '
The increase o f population mobility
rural development
further.
Both
affect
income increases. Therefore, policies that Pestrict t h e
moving out o f villagers a r e noe appropriate. T h e policy
that has t o be considered and
. creating
areas,
and
spreading
applying
regency
Job
oppurtunities
in
and districi,
of
rural
"growth.centerW concepts t o towns
of
planning developing rural areas
with
agropolitan approaches
the
rural sector,
ment.
improved upon i s o n e
and t h e
urbanization
including rural industry
of
develop-
G E R M PEEDUDUP PADA POHUBITAS PADX SAWAH
STUD1 XASUS Dl TXGA DAERAH P E D E S M E SULAWESI SELATAB
Oleh:
MUHAMHAD XDRUS ABUSTAH
Brp. 82545
Pisertasi Sebagai Salah Satu Sparat Untuk Hemperoleb
aelar Doktor
pada
Fakultas Pascasarjana, Xnstftut Pertanian Bdgor
PAIULTAS
PASCASARJABA
INSTXTUT PERTABIAB BOGOR
Judul Disertasi:
GERAK PBBDUDUK PADA XOHURITAS PAD1 SAWAH:
STUD1 KASUS DI TIaA DAERAH PEDBSAAN SULAVBSX
SELATAI
Nama Mahasiswa :
HUHAHHAD lDRUS ABVSTAH
Nomor Pokok
:
82545
Menyetujui:
1.
Komisi Pembirnbing
Prof Dr Ir Sajogyo
L
Ke tua
Anggota
Prof Dr Hasan Walinono
Anggota
2. Ketua Bidang Keahlian
Sosiologi Pedesaan
Prof Dr lr Sajogyo
Anggota
3. Dekan F a u l t a s Pascasarjana
RIUAYAT HIDUP
MUHAMMAD IDRUS ABUSTAM, dilahirkan di Sengkang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 2.Agustus 1941.
Orangtuanya adalah
Abustam A. Tang ,Daeng Paware dan I Banina.
Setelah
pada
lulus
dari Sekolah Lanjutan Atas di
ia melanjutkan ke Fakultas
tahun 1961,
Sengkang
Keguruan
Universitas Hasanuddin, dan memperoleh ge-
Ilmu Pendidikan,
lar Sarjana Muda pada tahun 1965.
Celar
Sarjana Pendidikan
Ceogra#i diperoleh dari IKIP Jakarta pada tahun 1968.
tifikat
Ser-
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial
diperolehnya dari Ketua
f
Yayasan Ilmu-ilmu Sosial pada tahun 1975.
ikuti
dan
Kemudian ia meng-
latihan singkat di bidang Kependudukan
Center, Hawaii, pada tahun 1977.
kesempatan
di
East-West
Pada tahun 1981 memperoleh
,Program Magister (S-2) pada
mengikuti
Fakultas
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dalam Bidang Keahlian
\
Sosiologi Pedesaan.
~ a d aawal tahun 1983 beralih ke Program
Doktor (S-3) dalam bidang keahlian yang sama.
tahun
1986
School
of
menjadi
v f s ftlng higher
Social Sciences,
Kemudian pada
student. pada
degree
Flinders University
of
South
Australia, dalam rangka penulisan disertasinya.
Hulai bekerja pada tahun 1958 sebagai pegawai DEPDIKBUD
yang diperbantukan di daerah.
bagai
Asisten
Pada tahun 1966 diangkat
Dosen dan 'sejak tahun 1968
sebagai Dosen pada IKIP Ujungpandang.
sebagai
Ketua
sampai
se-
sekarang
Pernah pula menjabat
Jurusan Ceografi (1969-19731, Ketua
.
Pusat
Pengembangan Pendidikan Kependudukan (1974-1981)dan sebagai
Sekretaris Lembaga Peneli tian
memperoleh
(
Pada tahun 1986
1976-1981 1.
Satya Lencana Kesetiaan Kelas I 1
dari
Presiden
Republik Indonesia.
Pada
tahun
1971 menikah dengan Umi
Nurmi
dan
dikaruniai empat orang anak (dua pria dan dua wanita).
[*I
telah
TERIHA KASIH
UCAPAW
Dengan ~ a h n a tTuhan Yang Maha Esa,
pat
disusun sebagaimana
ke tahap
disel-tasi
adanya sekarang ini.
penyelesaiannya, penulis
ini
da-
Untuk sampai
mendapatkan
banyak ban-
tuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini,
lis
sudah sewajarnyalah apabila penu-
mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya
kepada
Prof Dr Ir Sajogyo sebagai Ketua Komisi Pembimbing,
S.M.P.
Tjondronegoro,
Hasan Wal'inono,
bimbing,
yang
Prof Dr Craeme J. Hugo
masing-masing
telah
Prof Dr
dan
sebagai Anggota
Prof Dr
Komisi Pem-
membimbing ~ e n u i i s dalam
penyusunan
disertasi ini.
Ucapan terima kasih yang sama disampaikan kepada
Bidang
Keahlian
Dekan
Fakultas
tRektor
atas
Sosiologi Pedesaan:
Pascasarjana:
Prof Dr
Prof Dr S'itanala
kesempatan yang diberikan kepada penulis
Program
Pendidikan Magister (S-2) dan
dalam lingkungan FPS
Kepada
atas
izin
-
Sajagyo,
Prof Dr Ir Edi Guhardja
Institut Pertanian Bogor:
ikuti
Ir
Ketua
dan
Arsyad,
untuk
meng-
Doktor
(S-3 >
IPB.
Rektor IKIP Ujungpandang diucapkan terima kasih
yang
diberikan kepada penulis
bntuk
mengikuti
Program Pendidikan Pascasarjana di IPB.
Kepada BKS Perguruan Tinggi Indonesia Timur yang menyediakan
tor
beasiswa program S-2 dan Teah Manajemen Program Dok-
Depdikbud
yang menyediakan beasiswa
ucapkan terima kasih banyak.
disampaikan
kepada
program
Ucapan terima kasih
Ketua Yayasan Beasiswa
S-3
di-
yang sama
Supersemar
dan
Ketua Yayasan Ilmu-ilmu Sosial: Prof Dr Selo SoemardJan atas
tambahan
biaya
penelitian yang
kepada Direktur LEKNAS-LIPI:
diberikan.
Dr Suhareo,
MA.
Demikian
juga
atas bantuan
yang diberikan selama penelitian lapang berlangsung.
Kepada pihak IDP (International Development Program
of
Australian Universities and Colleges) diucapkan terima kasih
banyak
atas beasiswa yang diberikan selama penulis di
tralia
dalam
rangka
pengolahan/analieis
disertasi dan studi kepustakaan.
kan
data,
Aus-
penulisan
Ucapan yang sama disampai-
pula kepada Pimpinan dan seluruh staf Flinders
Univer-
sity- o f south Australia atas segala kemudahan yang diberikan
,
dalam penggunaan
bagainya.
fasilitas perpustakaan,
Khusus
kepada , D r Graeme J.
komputer dan
Hugo dan Dr
Manning diucapkan terima kasih banyak atas saran-saran
seChris
yang
diberikan pada draft pertama dari disertasi ini.
f
Kepada
isteri dan anak-anak penulis yang dengan
dan ikhlas penuh pengorbanan,
mendorong, membantu dan
lesaikan
sabar
walaupun ditinggal jauh tetap
mendoakan agar penulis dapat menye-
studi Doktor ini,
tak lupa diucapakan terimakasih
yang tak terhingga.
Akhirnya, ucapan terima kasih yang sama pula, disampaikan
kepada
semua pihak yang telah
langsung atau tidak langsung,
memberikan
bantuannya,
sehingga disertasi
ini dapat
diwujudkan.
Semoga bantuan, bimbingan dan pengorbanan
kan
kepada
penulis mendapat ganjaran yang
Bogor
Desember , 1 987
yang diberi-
berlipat
ganda
?I
I..A
DAFTAR IS1
Halaman
........................................
GAMBAR .......................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR
DAFTAR LAMPIRAN
I
.
1
.
L . . . .
. xv
xvi
PENDAHULUAN
2
3
I1
................................
ix
. Latar Belakang Penelitian .................
. Masalah Penelitian ........................
. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............
1
10
11
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEHIKIRAN
. Konsep Cerak Penduduk dalam Beberapa Penelitian ....................................
2 . Gerak Penduduk dan Pembangunan ............
1
3
4
5
111
.
METODQLOCI
1
2
3
4
5
6
IV
.
Gerak Penduduk .................
... Penelitian
Kerangka Pemikiran ........................
Hipotesis .................................
14
18
29
35
44
. Metode Pemilihan Daerah Penelitian ........
. Metode Pengambilan Contoh Rumahtangga .....
. Pengumpulan Data ..........................
. Definisi dan Pengukuran Peubah ............
..Pengolahan dan Analisis Data ..............
. Model
Analisis dan Pengujian Hipotesis
....
48
58
60
66
77
79
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
. Sulawesi Selatan dalam Konteks Cerak Pendud ~ k........................................
2 . T i g a Desa Kasus: Watangsidenreng, CambaCamba, dan.Tikala .........................
3 . Ujungpandang: Salah Satu Kota Tujuan ......
1
V
.
.
. Suatu
Pola Cerak Penduduk ~ u l a w e s iSelatan:
Cambaran Pada Sekala Makro ..........
83
112
142
CERAK PENDUDUK PADA KOMUNITAS PAD1 SAWAH
1
2
.
3
.
...........
...........
..............
....
Feriode Sebelum Kemerdekaan
1.2 Periode Sesudah Kemerdekaan
Pola dan Tingkat Gerak Penduduk di Ketiga
Desa Kasus Pada Sekala Mikro
Peubah Pengaruh Tingkat Cerak Penduduk
1.1
156
156
168
186
204
Halaman
4. Pengaruh Faktor Sosial-Budaya yang Melekat
dalam Kamunitas Padi Sawah Kelompok Etnik
Bugis, Hakassar dan Toraja
................
5. Status Sosial-Ekonomi,
Tingkat Pendapatan
Rumahtangga dan Tingkat Gerak Penduduk
6. Daerah Tujuan dan Periode Waktu Gerak Penduduk Dalam Hubungannya
Dengan Kegiatan
Pembangunan
....
................................
VI.
21 6
238
254
PENDATANC ASAL DESA DI KOTA UJUNGPANDANC
...................
.............................
1. Karakteristik Pendatang
267
2. Peranan Kerabat dan Teman di dalam Penyesuaian di Kota
274
3. Peranan Berbagai Asosiasd di dalam Penyesuaian di Kota ............................281
4. Persebaran dan Penyesuaian Tbmpat Tinggal
di Kota
288
5. Peranserta
Di Dalam Perekonomian Kata:
Sektor Informal dan Pengelompokan dalam
Pekerjaan
291
...................................
..................................
VII.
DAMPAK GERAK PENDUDUK TERHADAP DAERAH ASAL DAN
TUJUAN
Ikatan-ikatan Desa-Kota:
Kunjungan ke Desa
dan Sebaliknya, Kontak-kontak Lain, Migrasi
Pulang Kampung
Peranan Kiriman Uang dan Barang (Remittances)
Perubahan Sosial-Ekonomi dan Pembangunan
Pedesaan
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
............................
...................................
..................................
Kemampuan Membaca dan Henulis ........
Partisipasi Media Massa ..............
Partisipasi Ekonomi yang Luas, Meningkatkan Pendapatan,
Mutu Hidup dan
Status Sohial
Pola
Perilaku dengan Empati
yang
Tinggi
Mendorong Usaha-Usaha Pembangunan Pedesaan: Mempercepat?Proses Penerimaan
Ide-ide Baru
Peningkatan Peranan Wanita
........................
...............................
.........................
...........
Dampak Gerak Penduduk Terhadap Daerah TujUVIII.
CERAK PENDUDUK DAN IMPLIKASI KEBIJAKSANAAN
DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN REGIONAL
..............................
.............
1 . Tinjauan Umum
2. Berbagai Peraturan Pemerintah
vii
383
384
Halaman
3
. Pembangunan
3.1
3.2
. 3.3
3.4
3.5
......................
Distribusi Kekayaan (Asset) ..........
Pembangunan Pertanian ................
Pengembangan Industri Pedesaan .......
Perbaikan Prasarana Perhubungan Desa Kota .................................
Pembangunan dan Kebijaksanaan di BiPedesaan
...............
dang Pendidikan Formal
Pengembangan Program Pendidikan Non
Formal
3.7 Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.8 Listrik Masuk Pesa
3.9' Pemanfaatan Organisasi Swadaya Masyarakat Desa dan Pemuka Masyarakat yang
Memiliki
Pengalaman Migrasi
dalam
Proses Pembangunan pedesaan
Strategi Pengembangan Pusat/Kutub Pertumbuhan
Strategi/Pendekatan Agropolitan
Strategi Pengembangan Sektor Informal Perkotaan
3.6
...............................
......
...................
.
5.
6.
4
..........
.....................................
...........
....................................
KESIHPULAN
1
2
3
4
. Beberapa
Saran Bagi Penelitian yang Akan
Datang ....................................
KEPUSTAKAAN ..................................
5
DAFTAR
. Pola Cerak Penduduk dan Implikasinya ......
. Determinan Cerak Penduduk dan Implikasinya
.. Beberapa
Dampak Cerak Penduduk dan Implikasinya ....
Implikasi Kebijaksanaan ..........
LAMPIRAN
viii
406
41 0
417
428
431
433
DAFTAR TABEL
Nomor
2.1
Halaman
Waktu dan Bentuk-bentuk Gerak Penduduk di Dunia
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Sistem
Pemberian Skor Peubah Teknologi Pertanian Masing-masing Rumahtangga Tani
..................
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Sistem
Pemberian Skor Peubah Sosial-Budaya Setempat
(Upacara Adat) Masing-masing Rumahtangga Tani..
4.1
4.2
4.3
4.4
Penduduk Sulawesi Selatan Pibanding Penduduk
Propinsi Lainnya di Sulawesi dan Indonesia,
1930, 1961 , 1971 dan 1980
.....................
88
Sulawesi Selatan: Persebaran Penduduk 1980 dan
Laju Pertumbuhan Penduduk 1971-1980
...........
90
Sulawesi Selatan: Penduduk Berumur 10 Tahun ke
Atas dan Jenis Kegiatan (Angkatan Kerja), 1980
100
Sulawesi Selatan: Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan, Jenis Kelamin
dan Desa
Kota, 1980
.........................
101
Sulawesi Selatan: Pergeseran Lapangan Pekerjaan Tahun 1971
1980 (Dalam Persentasel
.......
102
Sulauesi Selatan:
Persentase Penduduk yang
Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis
Kelamin
.......................................
104
Sulawesi Selatan: Perkembangan Sarana Pendidikan 1979
1985
-
107
Tiga Desa Kasus di Sulawesi
Hujan dan Beberapa Unsur Iklim
115
-
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
-
.................................
Selatan: Curah
................
Tiga Desa Kasus di Sulawesi, Selatan:
Penduduk
Keadaan
......................................
118
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Persentase
Penggunaan Tanah
................:.............
125
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Persentase
Rumahtangga Tani Menurut Luas Penguasaan Tanah
Pertanian, 1980
131
...............................
ix
Halaman
4.12
4.13
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Persentase
Rumahtangga Tani Menurut Penggunaan Teknologi
Pertanian
.....................................
132
Desa Camba-Camba:
Persentase Rumahtangga Tani
Menurut Penggunaan Teknologi Pertanian dan Luas
Pemilikan Sawah
135
Desa Tikala:
Persentase Rumahtangga Tani Menurut Penggunaan Teknologi Pertanian dan Luas
Pemilikan Sawah
135,
Tiga Desa Kasus di Sulawesi
Konunitas Padi Sawah
..........................
138
Pola Umum Pertanian Padi Sawah di Jawa (Hasil
Survai Agro-Ekonomi:
Kasus'12 Desa) dan di
Sulawesi Selatan (Kasus 3 desa + Kasus 3 Desa
Haail Survai Agro-Ekonomi)
....................
140
Kota Ujungpandang:
Jumlah Penduduk dan Laju
Pertumbuhan Penduduk Tahun 1930, 1961 , 1971 ,
1980 dan 1985
.................................
14.2
Sulawesi Selatan: Distribusi Kota-kota Menurut
Jumlah Penduduk, Tahun 1961 1971 dan 1980
....
145
Indonesia:
Peringkat Kota-kota
Berpenduduk
100 000 k e Atas, Tahun 1980, 1971 dan 1961
1 47
Kota Ujungpandan'g: Segregasi Kelompok
pada Tahun 1930 dan Daerah Asal (Tempat
hiran) Kepala Keluarga pada Tahun 1972
........
152
Ujungpandang: Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
dan Jenis Kegiatan Utama (Angkatan Kerja), 1980
153
Indonesia: Migrasi Keluar dan Persebaran Kelompok Etnik Utama Asal Sulawesi Selatan, Tahun
1920
161
Indonesia: Migrasi keluar dan Persebaran Kelompok Etnik Utama Asal Sulakesi Selatan, Tahun
1930
........................:..................
165
Sulawesi Selatan: Migrasi Keluar Menurut Daerah Asal dan Jenis Kelamin, Tahun 1930
........
166
Sulawesi Selatan: Persentase Migrasi Masuk dan
KeLuar Semasa Hidup, Tahun 1971 , 1980 dan 1985
170
...............................
4.14
...............................
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
5.1
Selatan:
Tipologi
.
....
Etnik
Kela-
..........................................
5.2
5.3
5.4
Halaman
5.5
5.6
Sulawesi Selatan: Migran Keluar Semasa Hidup
dengan Sepuluh Daerah Tujuan Utama, Tahun 1971
dan 1980
......................................
171
Indonesia: Persentase Migran yang Berpindah ke
Kota Menurut Tempat Tinggal S e b e l m Survai
1983
180
..........................................
5.7- Sulawesi Selatan: Persentase Penduduk
Status Perpindahan, Tahun 1985
5.8
5.9
5.10
5.11
Menurut
................
185
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Bentukbentuk Gerak Penduduk Menurut Dimensi Ruang,
Waktu dan Hasrat Sebelum Pindah
...............
188
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola dan
Tingkat Gerak Penduduk
L..................
189
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola Ce'rak
Penduduk Permanen dan Sementara
...............
192
Tiga Deaa Kasus di Sulawesi Selatan dan Kabupatennya Masing-masing:
Persentase Penduduk
B e r h u r 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan
197
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Profil
Desa Menurut Faktor-faktor Gerak Penduduk
204
.....
.........................................
.....
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Peubah Pengaruh Tingkat Gerak Penduduk Rumahtangga .....
208
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Sistem
Pelapisan Sosial Kelompok Etnik Bugis, Makassar
dan Toraja
....................................
232
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Status
Cerak Penduduk Menurut Kelompok Sosial Ekonomi
Rumahtangga
242
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola.dan
Tingkat Gerak Penduduk Menurut Kelompok Sosial
Ekonomi Rumahtangga (Dalam Persentasel
........
245
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pola Khas
Gerak Penduduk Masing-masing Desa dan Alasan
Utama ( Dalam
Persentase > Menurut
Kelompok
Sosial-Ekonomi Rumahtangga
....................
248
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Rataan
Pendapatan per Kapita Anggota Rumahtangga per
Tahun, Rumahtangga Hiskin, Tingkat Cerak Penduduk Menurut Kelompok Sosial Ekonomi Rumahtangga
250
....................................
5.16
*
5.17
5.18
Halaman
5.19
15.20
T i g a Desa K a s u s b i S u l a w e s i S e l a t a n :
Pola dan
Daerah T u j u a n Gerak Penduduk ( D e s a
Kota)
....
256
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
P o l a dan
Daerah T u j u a h Gerak Penduduk Menurut Wilaysh
A d m i n i s t r a s i , Desa d a n K o t a
257
-Desa
259
.
...................
5.21
T i k a l a : M i g r a s i k e B e r b a g a i P r o p i n s i (1983
1985)
5.22
.......................................
S u l a w e s i S e l a t a n : Penduduk Menurut
g r a s i A n t a r KabupatreMKotamadya
T e m p a t L a h i r , T a h u n 1985
Status MiBerdasarkan
.......................
5.23
6.1
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
P a l a Tu( KotaIDesa)
d a n P e r i o d e Waktu ( t a h u n
juan
P e r p i n d a h a n k e L u a r Desa (1970-1985)
..........
262
Kota Ujungpandang: T i n g k a t P e n d i d i k a n Migran d i
Kota y a n g B e r a s a l d a r i T i g a D e s a K a s u s ( D a l a m
Persentasel
270
Kota Ujungpandang:
L a t a r Belakang Migran d i
K o t a M e n u r u t S t a t u s S o s i a l Ekonomi R u m a h t a n g g a
d i Daerah A s a l
273
Kota U j u n g p a n d a n g :
P e n d a t a n g D a r i Desa M e n u r u t
Tempat T i n g g a l Pertama d i Kota
276
Kota U j u n g p a n d a n g :
M i g r a n M e n u r u t Lamanya Menc a r i P e k e r j a a n P e r t a m a d a n y a n g Membantu Mencar i k a h P e k e r j a a n Pertama
279
K o t a U j u n g p a n d a n g : P e r s e n t a s e R u m a h t a n g g a Menur u t Lapangan P e k e r j a a n ,
J e n i s M i g r a s i d a n DBsa
Asal
..........................................
293
P e r s e n t a s e R u m a h t a n g g a MenuJ e n i s Migrasi dan D e s a
r u t S t a t u s Pekerjaan,
Asal
296
...................................
6.2
................................
6.3
6.4
................
.......................
6.5
6.6
Kota U J u n g p a n d a n g :
6.7
..........................................
K a r a k t e r i s t i k S e k t o r I n f o r m a l d a n F o r m a l ......
6.8
6.9
260
300
Kota U j u n g p a n d a n g : S p e s i a l i S a s i ( P e n g e l o m p o k a n )
P e k e r j a a n P e n d u d u k y a n g B e r a d a d a l a m Angkaban
Kerja M e n u r u t D a e r a h A s a l
.....................
30 1
K o t a UJungpandang:
Pendapatan Harian Pendatang
(Permanen dan Sementara) d a r i K e t i g a
Desa
Kasus d a r i S e k t o r Formal dan Informal d i Kota
( D a l a m Rupiah)
308
................................
xli
Halaman
6.10
7.1
7.2
Kota Ujungpandang:
Pendapatan Harian Pendatang
( P e r m a n e n d a n S e m e n t a r a ) d a r i K e t i g a Desa K a s u s
M e n u r u t S t a t u s S o s i a l Ekonomi R u m a h t a n g g a d i
Desa A s a l (Dalam Persentase)
..................
31 1
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Frekuensi
K e m b a l i k e Desa Asa'l, M i g r a n P e r m a n e n d a n Sem e n t a r a M e n u r u t D a e r a h T u j u a n ( D e s a d a n Kota)
31 5
T i g a D e s a Kasus d i Sulawesi S e l a t a n :
Alasan
U t a m a Migran Permanen d a n Sement,ara Kembali k e
D e s a M e n u r u t D a e r a h T u j u a n (Desa d a n Kota)
31 7
....
7.3
Tiga
aesa
Kasus d i Sulawesi S e l a t a n :
Kunjungan
Kepala R u m a h t a n g g a Pallao (Mover) d a n A n g g o t a n y a k e D a e r a h T u j u a n M i g ~ a s i ( D e s a d a n Kota)
.....
32 1
T t g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Frekuensi
g u n d u n g a n Kepala R u m a h t a n g g a Pallao (Mover) d a n
A h g g o t a n y a k e D a e s a h T u j u a n M i g r a s i (Desa d a n
Kota) Arfggotanya y a n g B e r s t a s t u s M i g r a n P e r rnanen
.........................................
323
T i g a Desa K a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Migran
P e r m a n e n d i D a e r a h Kota y a n g M e l a k u k a n Hubungan
d e n g a n Desa A s a l M e l a l u i S u r a t - M a n y u r a t
.......
324
T i g a Desa K a s u s di S u l a w e s i S e l a t a n : P e r s e n t a s e
M i g r a n P u l a n g Kampung M e n u r u t T e m p a t T i n g g a l
S e b e l t i m n y a (Desa d a n Kota) d a n S t a t u s S o s i a l Ekonomi R u m a h t a n g g a
326
Kota Ujungpandang:
Sumbangan K i r i m a n Uang d a n
Barang d a r i Migran Permanen d a n Sementara ( S i r k u l a r ) k e d a n d a r i Rumahtarigga A s a l d i T i g a
Desa K a s u s P e n e l i t f a n , D e s e m b e r 1984 s a m p a i d e n g a n ' N o p e m b e r 1985
330
T i g a D e s a Kasus d i S u l a w e s i S e l a t a n : D i s t r i b u s i
P e r s e n t a s e Rumahtangga Contoh Menurut T i n g k a t
P e n d a p a t a n P e r K a p i t a Ahggota R u m a h t a n g g a P e r t a n i a n dengan dan Tanpa Kiriman
336
T i g a ~ e s aK a s u s d i S u l a w e s i S e l a t a n :
Proporsi
P e n d a p a t a n Mbnurut Sumber P e n d a p a t a n , P e n d a p a t a n R u m a h t a n g g a d a n P e n d a p a t a n P e r K a p i t a Anggot a R u m a h t a n g g a S e r t a G a r i s K e m i s k i n a n Rumahtangga
338
Anggotanya y a n g B e r s t a t u s Migran Permanen
7'i4
7.5
7.6
...........................
7.7
.............................
7.8
...............
7.9
.........................................
xiii
Halaman
7.10
7.11
-
7.12
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Rataan
Pendapatan Per Kapita Anggota Rumahtangga Per
Tahun (Hemperhitungkan kirimanlbawaan),
Rumahtangga Miskin, Tingkat Cerak Penduduk Menurut
Status Sosial-Ekonomi Rwnahtangga
.............
340
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Peningkatan Pendapatan Per Kapita Rumahtangga P a l l a o
( H o v e r ) dengan Semua Rumahtangga Contoh dan Penurunan Jumlah Rumahtangga Miskin Karena Kiriman/Bawaan dari Anggota Rumahtangga yang Bergerak KeLuar
....................................
343
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Penggunaan
Kiriman-masuk ( l n - r b l t t a n c e s oleh Rumahtangga
Pal 1 a o (Mover 1 ( Dalam Persentase
.............
344
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Tingkat
Melek Huruf Rumahtangga P a l l a o ( H o v e r ) dan Pen e t a p t ' S t a y e r ) dan Tingkat Cerak Penduduk Menurut Status Sosial-Ekonomi Rumahtangga
.........
352
Tigh Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Penggunaan
Media Massa, Kenampuan Membaca dan Menulis,
Partisipasi dalam Kegiatan Sosial-Ekonom& dan
Pembangunan Serta Sikap-sikap Tentang Gerak
Penduduk Oleh Rumahtangga P a l l a o (Mover) dan
Penetap ( S t a y e r )
358
t
. 7.13
7.14
..............................
7.15
Tiga Desa Kasus d i Sulawesi Selatan: Kualitas
Rumah Menurut Status Sosial-Ekonomi Rumahtangga
P a l l s o ( M o v e r ) dan Penetap C S t a y e r ) ( Dalam Persentase)
......................................
7.16
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Pemilikan
Barang Henurut Status Sosial-Ekonomi Rwnahtangga P a l f a o ( M o v e r ) dan Penetap ( S t a y e r l (Dalam
Persentase)
....................................
7.17
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan: Rataan Jam
Kerja Per Hari Laki-laki dan Wanita Berumur 10
Tahun k e Atas Wntuk Pekerjaan nencari Nafkah
..
7.18
Tiga Desa Kasus d i Sulat4esiDSelatan: Rataan Jam
KerJa Per Hari Laki-laki dan Wanita Berumur 10
ke Atas Untuk Pekerjaan Rumahtangga dan Pekerjaan Mencari Nafkah
...........................
xiv
DAFTAR GMBAR
Nomor
Halaman
....................
Desa Penelitian .......
1.
Kerangka Model Konsepsional
38
2.
Sulawesi Selatan: Lokaai
52
3.
Sulawesi Selatan: Wilayah Fisiografis
4.
Sulawesi Selatan: Lokasi Kotamadya dan Kabupaten
91
5.
Sulawesi Selatan: Kepadatan
Penduduk Tahun 1980
93
6.
Sulawesi Selatan: Pertumbuhan Penduduk 1971-1980
95
7.
Sulawesi Selatan: Persebaran Felompok Etnik
....
98
8.
Sulawesi Selatan: Jaringan
datan Arus Kendaraan
Jalan
..........
Menurut Kepa-
...........................
Watangsidenreng: Pola Penggunaan Tanah ....
Camba-Camba: Pola Penggunaan Tanah ........
Tikala: Pola Penggunaan Tanah ..........,,.
9.
Desa
10.
Desa
11.
Desa
12.
Kota Ujungpandang:
Tahap-tahap Perluasan
dari Tahun 1667
1971
13.
14.
15.
16.
17.
18.
.
19.
85
111
1 26
127
128
Kota
.........................
Indonesia:
Arus
nigrasi Semasa Hidup dari
Sulawesi Selatan Tahun 1971 ....................
Indonesia:
Arus nigrasi Semasa Hidup
dari
Sulawesi Selatan Tahun 1980 ....................
Tiga Desa Kasus di Sulawesi Selatan:
Pola Gerak
Penduduk ........................................
Hubungan Antara Pola dan Tingkat Gerak Penduduk
dengan Status Sosial-Ekonomi Rumahtangga .......
Kota Ujungpandang: Struktur Umur dan Jenis Kelamin Migran yang Berasal dari Tiga Desa Kasus ...
268
Kota Ujungpandang: Grafik Distribusi Persentase
Tingkat Pendidikan Pendatang Permanen dan Sementara yang Berasal dari Tiga Desa Kasus
.........
272
Sulawesi Selatan: Distribusi Pusat-Pusat Pertumbuhan Pada Tahap Awal
401
-
.........................
148
172
173
190
244
DAFTAR LMPIRAW
Nomor
111-1
111