d. FA Panduan STBM Indo n

Latar belakang 3 Riset Kesehatan Dasar Nasional Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara nasional, praktik buang air besar di kebanyakan rumah tangga di Indonesia adalah sebagai berikut: 51 menggunakan fasilitas sanitasi yang memadai, 25 menggunakan fasilitas yang kurang memadai, dan 17 dikategorikan melakukan BAB di sembarang tempat. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci tentang perilaku higienitas di wilayah – wilayah lokal, dorongan dan hambatan dalam melakukan perilaku higienitas, maka diperlukan sebuah studi formatif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang cara-cara yang tepat untuk mempromosikan perilaku higienitas melalui sebuah pendekatan komunikasi yang terintegrasi. Untuk itu, AC Nielsen - konsultan riset multinasional, ditunjuk untuk melakukan riset tersebut di 4 provinsi Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Bali pada bulan Agustus 2012. Memahami praktik sanitasi dan kebersihan di antara masyarakat rural. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi praktik tersebut. Mengidentifikasi manfaat dari fasilitas sanitasi. Mengidentifikasi hambatan dalam mengadopsi fasilitas sanitasi yang bersih dan sehat. Meneliti kemampuan dan kemauan rumah tangga untuk membangun dan menggunakan fasilitas sanitasi. Metodologi riset yang digunakan adalah FGD Focus Group Discussion dan teknik wawancara mendalam untuk beberapa segmen tertentu, seperti tokoh formal pemerintah daerah dan informal agama. Studi diadakan di 4 propinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB dan Bali, dimana setiap propinsi tersebut dibagi menjadi 3 area, yaitu pegunungan, pantai dan outskirtrural yaitu area sekitar kota, yang waktu tempuh melalui jalan darat sekitar 2 jam dari pusat kota Responden tiap daerah dibagi menjadi 4 segmen berdasarkan praktik BAB Buang Air Besar yang mereka jalankan: 1. 2. 3. 4. 5. TUJUAN PENELITIAN METODOLOGI RISET STUDI FORMATIF Improved: kelompok masyarakat yang memiliki fasilitas jamban sendiri dalam rumah, lengkap dengan sarana air dan buangan yang sesuai ketentuan. Unimproved: kelompok masyarakat yang memiliki fasilitas jamban sendiri, tetapi menebarkan bau ke lingkungan sekitar karena tidak tertutup atau tidak memiliki buangan yang dibangun sesuai ketentuan atau yang tidak tertutup dari hewan dan serangga. Sharers: kelompok masyarakat yang menggunakan fasilitas jamban bersama keluarga lain atau tetangga. Open Defecator: kelompok masyarakat yang BAB di tempat terbuka, seperti sungai, sawah, hutan, semak dan sebagainya, setidaknya 2-3 kali dalam sebulan terakhir. a. b.

c. d.

4 Dari 3 jenis wilayah yang menjadi sasaran penelitian rural, pantai dan pegunungan, daerah rural memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik daripada wilayah pegunungan dan pantai. Hal ini karena akses ke kota lebih mudah, sehingga memungkinkan masyarakat bekerja di kota atau daerah urban. Faktor lain adalah mayoritas perempuan di wilayah rural mempunyai kesempatan bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Secara demografis, masalah air bersih dihadapi oleh masyarakat wilayah pegunungan dan pantai, sehingga tingkat kebersihan wilayah ini pun rendah, terutama di musim kemarau panjang yang kering. Secara umum, hubungan sosial antar masyarakat cukup aktif di semua wilayah, terlihat dengan banyaknya kegiatan warga seperti arisan, pengajian, temu warga, PKK dan sebagainya. Lingkungan sosial sangat mempengaruhi perilaku mereka terhadap kebersihan dan kesehatan. Pada umumnya responden di ketiga wilayah mempunyai pemahaman yang baik tentang kebersihan, tetapi lebih dikaitkan pada kebutuhan emosional, seperti gengsikebanggaan dan bukan dipahami sebagai kebutuhan kesehatan. Hanya sedikit yang memahami kaitan kebersihan dengan kesehatan. Mayoritas suami adalah pekerja kasar dan buruh. Sedangkan para perempuan sebagian besar tidak bekerja atau bekerja sampingan sebagai penjaga toko, pengrajin kayu atau penjahit payet. Pada musim tertentu laki-laki menjadi buruh angkut atau buruh bangunan, namun ada juga masa saat mereka menganggur tanpa pekerjaan apa pun. Penghasilan yang mereka terima setiap bulannya tidak tetap dan bergantung pada kondisi, berkisar antara Rp 30.000 sampai Rp 50.000 per hari. Pada demografis masyarakat usia 35 tahun ke atas, lebih banyak berprofesi sebagai pekerja kasar, sementara masyarakat yang berusia lebih muda, semakin banyak yang berprofesi sebagai karyawan pabrik atau guru sehingga berpenghasilan tetap. Prioritas terhadap kepemilikian jamban di ketiga wilayah penelitian cenderung sama. Baik dalam urutan pengeluaran rutin maupun tidak rutin, jamban tidak termasuk dalam prioritas keluarga. Masyarakat lebih mengutamakan partisipasi pengeluaran untuk kegiatan sosial, seperti sumbangan pesta perkawinan atau sunatan warga. Hal ini menunjukkan kehidupan sosial adalah prioritas utama dalam keseharian masyarakat. Bila mendapat penghasilan ekstra, responden lebih memilih menggunakannya untuk membeli motor, telepon genggam dan pesawat televisi. Hal ini karena alasan-alasan sebagai berikut: lebih memalukan meminjam barang daripada berbagi jamban, barang yang dibeli berkaitan erat dengan penambah keuangan motor, banyak barang yang dapat dibeli dengan mencicil. HASIL TEMUAN 5 Khususnya berkaitan dengan BAB, masyarakat responden yang tidak memiliki jamban tidak merasa bersalah BAB di tempat terbuka, seperti di pantai, karena mereka berpendapat kotorannya akan terbawa air laut dan tidak menimbulkan bau dan air laut tidak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Mereka umumnya beranggapan, ada banyak alternatif tempat BAB, seperti kali, jamban umum, sawah ataupun semak. Faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan masyarakat melaksanakan konsep kebersihan dan kesehatan dalam keseharian adalah Terbuka Open Defecation: BAB di tempat terbuka dilakukan di pinggir sungai, sawah, hutan atau semak Keputusan untuk mendirikan jamban pada umumnya diambil melalui diskusi suami dan istri tentang kebutuhan keluarga. Suami akan terlibat lebih banyak dalam pembangunannya, karena istri tidak begitu memahami segi teknis. Namun demikian, faktor yang mempengaruhi keputusan untuk membangun jamban lebih berkaitan dengan faktor emosional, seperti: tidak adanya infrastruktur yang mendukung, seperti tempat sampah dan air bersih yang terjangkau; fasilitas sanitasi tidak termasuk dalam prioritas keluarga, karena pengeluaran lebih dipusatkan pada kebutuhan sekolah anak, rumah dan sandang; tidak adanya kontrol dari petugas kebersihan dan kesehatan setempat, sehingga tidak ada tekanan sosial terhadap perilaku kebersihan dan kesehatan yang rendah. ketika menikah dan punya anak, biasanya keputusan datang dari pihak suami karena ingin melindungi keluarga dari bahaya, seperti binatang atau diintip orang; orangtua yang sakit; gengsi di hadapan tetangga karena BAB di tempat terbuka; istri yang hamil sehingga suami ingin memberikan kenyamanan; bersamaan dengan saat membangun dapur atau area lain di rumah, bila keuangan memungkinkan. Kecenderungan orang yang melakukan BAB di tempat terbuka disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tidak memiliki jamban di rumah, lebih nyaman melakukan BAB di luar dengan udara yang mengalir, sudah menjadi kebiasaan sejak kecil, lahan yang tidak tersedia untuk membangun jamban pribadi, lebih malu jika menumpang jamban tetangga untuk BAB, lokasi tempat bekerja yang jauhtidak memiliki jamban. 6 Berbagi Jamban Sharing Practice: BAB di jamban milik tetangga atau milik umum Jamban Sederhana Unimproved Practice: BAB di jamban yang tidak mempunyai buangan sesuai ketentuan serta fasilitas air untuk cebok dan cuci tangan Jamban Sehat Improved Practice: BAB di jamban yang dibangun dengan buangan sesuai ketentuan serta fasilitas air untuk cebok dan cuci tangan PROSES PERUBAHAN PERILAKU Walau demikian, para pelaku open defecation ini mengakui adanya pengalaman negatif dari perilaku mereka ini terutama ketidak nyamanan ketika melakukan BAB di malam hari atau hari hujan dan bahaya terperosok atau kontak dengan hewan yang juga menghantui. Selain itu, dari segi emosional, pelaku ini cenderung malu jika sampai bagian pribadi mereka terlihat oleh banyaknya orang yang melintas. perasaan segan karena terus menerus meminjam jamban tetangga, tidak bisa melakukan BAB di malam hari karena akan mengganggu tetangga atau tidak adanya penerangan yang cukup, harus mengantri terutama ketika sedang banyak orang yang ingin BAB. kondisi geografis yang jauh dengan sungai, memiliki lahan dan ketersediaan air bersih di rumah; kondisi psikografis yang sudah memiliki high exposure budaya perkotaan karena bekerja atau sekolah; tekanan sosial dari banyaknya warga yang memiliki jamban sehat; konsep kesehatan yang mengaitkan BAB sembarangan atau di alam bebas dapat menimbulkan penyakit seperti diare. Bagi sebagian masyarakat, berbagi jamban ini dipilih karena lebih menjaga privasi lebih tertutup, akan tetapi, mereka mengakui hal negatif dari berbagi jamban ini, yaitu: Kepemilikan jamban sederhana ini dibedakan menjadi dua karakter, yaitu orang yang baru pertama kali memiliki jamban dan orang yang memilih jamban yang nyaman namun ekonomis. Minimnya informasi mengenai pentingnya septic tank membuat mereka beranggapan bahwa septic tank mahal, membutuhkan lahan luas dan dapat mencemari air tanah. Hal yang mempengaruhi masyarakat untuk memiliki jamban sehat adalah Agar hasil temuan yang didapatkan bisa dikembangkan dengan baik ke dalam suatu strategi komunikasi, alur proses dalam mengembangkan konsep-konsep komunikasi perubahan perilaku perlu diterapkan. Pelajari Perilaku Sasaran SURVEY dan ANALISA PENGEMBANGAN MEDIA PENILAIAN UMPAN BALIK UJI COBA LAPANGAN MEDIA KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU EFEKTIF Konsisten - Bahasa Sederhana - Logo - Pesan - Sasaran - Fokus - Slogan PENGEMBANGAN STRATEGI KOMUNIKASI 7 Menindaklanjuti hasil temuan studi formatif yang dilakukan oleh AC Nielsen, dan dalam rencana pengembangan komunikasi program STBM di 5 provinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB dan Bali, maka WSP perlu mengadakan kerjasama dengan konsultan komunikasi untuk merancang strategi komunikasi, pengembangan kreatif sampai dengan tahapan produksi materi-materi komunikasi tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pada bulan April 2013, WSP mengadakan proses pitching tender dengan mengundang beberapa konsultan komunikasi, baik yang berskala nasional maupun multinasional. Tahapan awal adalah screening dari segi kelengkapan administrasi, kualitas perusahaan, SDM, dan pengalaman menangani pekerjaan sejenis. Setelah lolos tahapan awal, lalu memasuki tahapan selanjutnya, yaitu menyerahkan proposal strategi komunikasi dan pendekatan kreatif, sampai dengan perkiraan biaya anggaran pelaksanaan. Dari sekian banyak konsultan komunikasi yang mengikuti pitching tersebut, akhirnya WSP menetapkan satu yang dinilai paling tepat, yaitu Magma Eight Communications. Mengembangkan materi komunikasi dan promosi untuk meningkatkan kesadaran dan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap pentingnya penyediaan jamban sehat di rumah. Mendukung lembaga mitra pemerintah daerah untuk melaksanakan strategi yang responsif terhadap kendala sanitasi yang ada di daerah masing-masing, agar terjadi peningkatan populasi dari sanitasi yang tidak memadai menjadi sanitasi yang sehat. Ibu Rumah Tangga - memiliki kekuasaan untuk mengatur rumah tangga, termasuk yang berhubungan dengan kesehatan keluarga dan anak-anak. Pelajar - dengan pengetahuan yang mereka terima dari sekolah. Pemuka Agama - sangat dihormati dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Kelompok Kontraktor - memiliki akses dalam penyediaan kebutuhan toilet. Praktisi Kesehatan formal dan tidak formal - sebagai orang yang akan memberikan penyuluhan tentang sanitasi yang baik. Decision Makers – Pengambil Keputusan Umumnya laki-laki sudah menikah yang berusia 25-50 tahun, kepala rumah tangga. Mereka adalah tipe yang berpikiran rasional dan butuh untuk diyakinkan. Bagi mereka, berbicara gagasan baru atau perubahan, harus disertai penjelasan rasional dan bukti yang mendukung keberhasilan gagasan tersebut. Agents of Change – Agen Perubahan, yaitu orang-orang yang mempengaruhi para pengambil keputusan TUJUAN KOMUNIKASI sasaran KOMUNIKASI PENGEMBANGAN STRATEGI KOMUNIKASI 1. 2. 2. 1. 8 Karena luasnya bentangan area geografi program STBM ini, yaitu 5 provinsi, dan beraneka ragam pola, budaya serta bahasa masing-masing masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi, maka konsultan komunikasi harus memikirkan sebuah pesan utama yang bisa diterima dan dipahami secara universal oleh semua kalangan, atau paling tidak sebagian besar dari mereka. Bukan itu saja tantangannya, karena sebagai sebuah pesan komunikasi, diperlukan adanya unsur kreativitas dalam pesan yang yang disampaikan agar bisa menarik perhatian masyarakat dan memorable. Dalam menjawab tantangan itu, awalnya pesan utama yang diusulkan untuk komunikasi dan promosi program STBM ini adalah “Plung di Jamban, Bukan di Kali”, yang setelah melalui diskusi dalam lokakarya bersama Dinas Kesehatan dan Bappeda dari 5 provinsi dan Promkes serta Penyehatan Lingkungan Pusat, disempurnakan menjadi “BAB di Jamban …….PLUNG JADI PLONG” Pesan utama ini mudah diterima, diingat dan menarik, karena padanan kedua kata “PLUNG” dan “PLONG”, dimana kedua kata ini bukan hanya menarik karena kedekatan pengulangan bunyinya rhyming, dalam istilah kreatif , tetapi makna yang terkandung dalam kedua kata ini juga sangat relevan dengan program STBM, karena “PLUNG” adalah suara universal dari kegiatan BAB, sehingga mudah dimengerti oleh semua kalangan dan strata masyarakat dimanapun. Sedangkan “PLONG” adalah sebuah ekspresi kelegaan setelah BAB di jamban, karena bebas dari kekuatiran akan penyakit, rasa malu atau takut diintip orang akibat BAB di tempat terbuka atau dimalam hari. Dengan pesan utama “BAB di Jamban …… PLUNG JADI PLONG”, dan hasil temuan studi formatif Nielsen serta consumer insights berdasarkan pengalaman dan observasi konsultan komunikasi, maka dikembangkan beberapa materi komunikasi yang pendekatan kreatifnya mengambil sisi emosional, tapi tetap didukung “reason to believe” yang rasional. pesan utama materi KOMUNIKASI 9 “PLONG Dari Bahaya”: bebas dari ancaman binatangular, juga ancaman diintip orang karena masih BAB di tempat terbuka. MATERI CETAK Untuk Materi Cetak, ada 3 seri yang dikembangkan yaitu: 10 “PLONG Karena Keluarga Aman dan Sehat”: lega karena anak, istri dan orangtua hidup lebih higienis dan aman dari rasa malu. 11 “Plong Karena Tidak Mahal”: lega karena membangun jamban ternyata tidak mahal, cukup dengan sedikit berhemat dari pengeluaran yang berlebihan atau tidak bermanfaat. 12 Visualisasi Materi Cetak menggunakan teknik ilustrasi tangan, agar terasa dekat dengan masyarakat sasaran, ringan, mudah dipahami dan tidak menyinggung pihak manapun, terutama adanya visualisasi BAB maupun jamban yang merupakan ranah pribadi. Untuk konsistensi, seluruh seri Materi Cetak mengikuti pola standarisasi berikut: Materi Cetak ini dapat berfungsi sekaligus sebagai poster, iklan koran, majalah, baliho, billboard. Materi Cetak dalam bentuk leaflet dengan informasi yang lebih komprehensif juga dikembangkan untuk edukasi masyarakat. Headline “BAB di Jamban…..PLUNG JADI PLONG”, dan subheadline yang menjelaskan lebih terperinci tentang “PLONG” dari apa. Visual Space sesuai dengan pesan yang disampaikan. Paragraf yang menjelaskan headline dan subheadline secara lebih rinci. Posisi Logo Kementerian Kesehatan, Water and Sanitation Program WSP dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM Warna, Font tipe huruf yang konsisten. LEAFLET 13 Sinopsis. Iklan radio bercerita tentang seorang suami bernama Sarimun yang merasa lega setelah memutuskan membangun jamban di rumahnya. Sebelumnya, Sarimun sering ribut dengan istrinya yang merasakan repotnya tidak punya jamban, karena kesehatan anak-anak menjadi terganggu. Keputusan Sarimun itu dipicu oleh nasihat temannya yang akhirnya membangun kesadarannya untuk sedikit berhemat dengan mengurangi rokok. Produksi. Naskah iklan radio ini dibawakan oleh 4 orang aktor suara profesional dan direkam di sebuah studio rekaman yang berpengalaman produksi naskah iklan atau drama radio. Dialog dibawakan secara natural dan wajar karena ingin menampilkan keseharian dalam keluarga. IKLAN LAYANAN MASYARAKAT ILM RADIO Pesan utama iklan radio dengan durasi 60 detik, disampaikan dalam bentuk komedi yang segar. Rute komedi diambil supaya informasi dan pesan tidak terkesan menggurui, serta mudah diterima. WSP RADIO SPOT 60” Radio spot ini adalah testimoni seorang Bapak yang sudah merasakan senangnya punya jamban sendiri di rumah. BAPAK: Waah… Plong rasanya… Bener-bener plong Ternyata keputusanku tepat kaget Eh, maaf… nama saya Sarimun, tapi panggil aja I’im, lebih keren... hehehe. Ceritanya gini… saya dan istri bela- kangan ini ribuuut terus… Flash back suami istri ribut IBU: Pak, ini anak-anak diare terus Bapak kok tenang-tenang aja sih? BAPAK: Bawa ke kali atau ke kebon sana. Ribut aja IBU: Ke kali itu jalannya licin, Pak, apalagi kalo hujan malem2. Belum lagi suka ada ular. Bikin jamban di rumah dong, Pak. Biar deket, aman juga buat anak2 dan nenek yang sudah sakit-sakitan itu. BAPAK: Duitnya mbah mu apa?? background; Ibu ngomel2 BAPAK: ke pendengar Capek rasanya ribut terus sama istri. Memang enak punya jamban sendiri… tapi kan mahal…?? Naaa… sampai suatu hari saya ketemu Kholid di warung. KHOLID: Jadi Im, kalau kamu mo ngirit dikit aja, bisa punya jamban sendiri. Kurangi beli pulsa buat ngobrol gak penting dan kurangi rokok, pasti bisa BAPAK: Kalau pulsa sih bisa, tapi kalo kurangi rokok… berat, Lid KHOLID: He, liat keluarga sehat dan senang itu lebih nikmat daripada rokok, tau BAPAK ke pendengar: Meskipun berat, saya ikutin sarannya Kholid… kebetulan Bu Kades bikin arisan bangun jamban. Duit yang saya sisihkan bisa dipake bayar arisan. Akhirnyaaa… Sekarang keluarga saya punya jamban sendiri di rumah SFX: Suara keriangan anak-anak BAPAK: Plung di jamban sendiri itu bikin Plong rasanya… keluarga aman, senang dan gak mahal kok… ANNCR: Ingat Habis BAB, cuci tangan pakai sabun. 14 IKLAN LAYANAN MASYARAKAT ILM TELEVISI Iklan televisi berdurasi 30 detik menyampaikan pesan utama dalam cerita singkat tentang sebuah keluarga yang belum memiliki jamban di rumah. Sinopsis. Iklan televisi menceritakan seorang ibu yang kerepotan karena kedua anaknya terkena diare. Karena keluarga itu tidak memiliki jamban, maka ibu menjadi repot karena anak-anak yang rewel sehingga ia terpaksa menyuruh mereka BAB di semak-semak di halaman rumah. Ibu kesal karena bapak tidak juga mau membangun jamban keluarga dengan alasan mahal. Di rumah itu tinggal pula nenek yang juga merasa kurang nyaman dengan tidak adanya jamban keluarga. Sepasang suami-istri tetangga sebelah yang kebetulan lewat, melihat anak-anak BAB di halaman dan bapak-ibu yang sedang meributkan soal jamban. Mereka memberi saran kepada bapak agar uang rokok ditabung dan ikut arisan jamban. Setelah mendapat penjelasan dari tetangga, bapak jadi tahu membangun jamban ternyata tidak mahal. Akhirnya ia setuju untuk membangun jamban keluarga dan keputusan ini membuat ibu serta nenek senang. Produksi. Tahapan dalam proses produksi adalah sebagai berikut: Sesi briefing dengan sutradara dan produser pelaksana dari rumah produksi yang dipilih, untuk menjelaskan cerita, latar belakang, tujuan dan pesan yang ingin disampaikan dalam iklan televisi. Setelah itu, diadakan rapat pra-produksi I di mana sutradara memaparkan terjemahan visual dari naskah cerita director’s board dan menunjukkan berbagai hal yang berkaitan, seperti lokasi film, para aktor yang membawakan serta pakaian yang mereka kenakan. Semua masukan yang telah disepakati dalam rapat pra-produksi 1 dijadikan dasar oleh sutradara dan produser pelaksana untuk membuat perbaikan dan dipaparkan kembali dalam rapat pra-produksi 2. Selain itu, dalam rapat ini juga dipresentasikan referensi ilustrasi musik yang akan digunakan. Tahap berikutnya adalah pengambilan gambar shooting berdasarkan director’s board yang telah disepakati. Selanjutnya adalah proses penyuntingan gambar editing dan suara recording. Ada dua tahap yang harus dilalui, yaitu offline dan online. Dalam proses offline, dilakukan penyusunan gambar-gambar yang sudah diambil saat shooting, dengan urutan sesuai director’s board yang telah disepakati dalam rapat pra-produksi 2. Bila hasil penyuntingan telah disetujui, maka tahap selanjutnya adalah online yaitu membuat hasil offline menjadi lebih baik dari sisi warna, suara, animasi, pergantian antar- adegan, sekaligus juga menggabungkan film dengan ilustrasi musik. Setelah hasil penyuntingan online disetujui, maka film dipindahkan dalam materi yang siap untuk ditayangkan di televisi. 15 STORYBOARD Suasana rumah perkampungan di pagi hari wide shoot rumah Ibu bergegas sambil panik dan menaruh kaos bola di pundaknya close up ibu Kakak, “Maak sakit perut...” Ibu: “ Duh anak-anak diare lagi...” anak - anak semakin ribut dan ibu semakin panik lalu secara tidak sengaja menjatuhkan beberapa baju. sfx : terderngar suara komentator bola di tv dari ruang sebelah Tampak ibu sedang sibuk merapikan pakaian dan dibelakangnya kedua anak-anaknya sedang rewel wide tracking shot 16 STORYBOARD Ibu keluar rumah sambi membawa anak-anaknya menuju tempat biasa BAB wide tracking shot Ibu: “Bapak nih gak bikin jamban...” Kedua anak-anaknya jongkok BAB sambil kesakita dan ibunya tampak panik. two shot anak-anak foreground, ibu di background Ibu terlihat kerepotan mengurus kedua anaknya yang lagi BAB, bapakmuncul dari jendela dan kaget melihat kaos bolanya dipakai untuk membersihkan kotoran kedua anak-anaknya wide shot and porta jib Sambil kesal dengan bapak, ibu menaruh anak-anaknya dihalaman rumah close up ibu 17 STORYBOARD Bapak terlihat panik tapi dengan ekspresi lucu close up bapak Bapak dan ibu karto muncul dan memberikan solusi bagaimana cara mudah membuat jamban two shot bapak dan ibu karto Tampak sebuah jamban yang bersih dengan perlengkapan mandi insert jamban Ibu kesal karena bapak lebih memikirkan kaosnya ketimbang anak-anaknya yang lagi diare two shot bapak dan ibu Bapak: “Kaosku?” Ibu: “Kaos dipikirin, bikin jamban dong” Bikin jamban gak mahal kok, kurangi rokok... Bapak: “Mahal bu” Ikut arisan jamban 18 STORYBOARD Dengan ekspresi senang, bapak dan ibu bujel berencana membuat jamban. two shot pak dan ibu bujel Tampak nenek dengan ekspresi lucu senang karena sudah punya jamban tracking shot close up nenek Bapak: “mengangguk -angguk ”Yuk bikin jamban” BAB gak repot lagi, PLUNG JADI PLONG Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 19 BEHIND THE SCENE 1. Kegiatan apa yang akan dilaksanakan? “Sanitasi Total Berbasis Masyarakat” STBM di 5 provinsi di Indonesia. 2. Tantangan apa saja yang dihadapi? Praktik buang air besar di kebanyakan rumah tangga di Indonesia adalah sebagai berikut: 51 menggunakan fasilitas sanitasi yang memadai, 25 menggunakan fasilitas yang kurang memadai, dan 17 dikategorikan melakukan BAB di sembarang tempat. 3. Peluang apa saja yang dimiliki? Faktor emosional dari masyarakat untuk hidup lebih sehat, dukungan pemerintah lokal dan departemen kesehatan, dan rencana pemerintah akan strategi kesehatan nasional. 4. Siapa sasaran komunikasinya? a. Pengambil keputusan: umumnya laki-laki sudah menikah yang berusia 25-50 tahun, kepala rumah tangga. b. Agen perubahan: ibu rumah tangga, pelajar, pemuka agama, kelompok kontraktor dan praktisi kesehatan. 5. Bagaimana perilaku yang terjadi saat ini yang dapat mempengaruhi kegiatan ini? a. Terbuka: BAB di tempat terbuka dilakukan di pinggir sungai, sawah, hutan atau semak. b. Berbagi Jamban: BAB di jamban milik tetangga atau milik umum. c. Jamban Sederhana: BAB di jamban yang tidak mempunyai buangan sesuai ketentuan serta fasilitas air untuk cebok dan cuci tangan. 6. Hasil apa yang diharapkan dari pembuatan strategi iklan? a. Meningkatkan kesadaran dan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap pentingnya penyediaan jamban sehat di rumah.

b. Meningkatkan populasi dari sanitasi yang tidak memadai menjadi sanitasi yang sehat.