Prinsip Pembagian Urusan Sentralisasi dalam UU Pemda

6 pemerintah pusat dan daerah serta kesatuan system penyelenggaraan pemerintahan negara. Sentralisasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dapat dilihat dari 6 enam hal, yaitu 1 Penegasan Kekuasaan Presiden, 2 prinsip pembagian urusan, 3 hubungan pemanfaatan sumber daya alam, 4 pengelolaan laut, 5 upaya hukum atas pembatalan Perda, dan 6 adanya lampiran Undang-undang yang mengatur pembagian urusan konkuren antara pemerintah pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupatenkota. 1. Penegasan Kekuasaan Presiden Walaupun di dalam pengertian umum pemerintahan daerah di dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 masih memuat prinsip otonomi yang seluas-luasnya, namun hal itu tidak disinggung lagi dalam pasal-pasal dan digantikan dengan ketentuan tentang Kekuasaan Pemerintahan yang menegaskan kekuasaan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan negara. Pasal 5 UU Nomor 23 Tahun 2014 menyatakan 1 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2 Kekuasaan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diuraikan dalam berbagai Urusan Pemerintahan. 3 Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Presiden dibantu oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu. 4 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 di Daerah dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Penempatan ketentuan tersebut di dalam UU Pemerintahan Daerah hendak menegaskan bahwa otonomi daerah yang dibentuk melalui desentralisasi adalah pemberian dari pemerintah pusat. Konsekuensinya, seberapa besar urusan yang diberikan melalui desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan bergantung kepada pemerintah pusat. Hal ini sangat berbeda dengan Pasal 2 ayat 3 UU Nomor 32 Tahun 2004 yang menegaskan bahwa pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas- luasnya. Artinya, pemerintahan daerah memiliki kewenangan atas semua urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

2. Prinsip Pembagian Urusan

Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, pembagian urusan dikenal dengan istilah teori residu. Hal itu diatur dalam Pasal 10 sebagai berikut. 1 Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi 7 kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah. 2 Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. 3 Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama. Jika membaca ketentuan Pasal 10 tersebut, daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan semua urusan selain 5 lima urusan yang menjadi kewenangan pusat sebagaimana dimaksud pada ayat 3. Pembagian kewenangan sebagaimana dianut dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut tidak lagi dianut di dalam UU Nomor 23 Tahun 2014. Pasal 9 UU Nomor 23 Tahun 2014 menyatakan 1 Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. 2 Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. 3 Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupatenkota. 4 Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. 5 Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah tidak lagi begitu saja memiliki kewenangan menyelenggaraan urusan di luar urusan pemerintahan absolut yang diartikan sebagai urusan yang hanya menjadi urusan pemerintahan pusat, bukan sebagai pembatas di luar urusan tersebut adalah urusan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah tidak begitu saja berarti berwenang menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren karena urusan pemerintahan ini lebih lanjut akan dibagi oleh pemerintah pusat antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten dan kota, baik untuk urusan pemerintahan wajib maupun urusan pemerintahan pilihan. Selain itu Pasal 16 UU Nomor 23 Tahun 2014 juga menegaskan wewenang pemerintah pusat atas urusan pemerintahan konkuren, yaitu: a. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan; dan 8 b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Ketentuan di atas menunjukkan bahwa pembagian urusan pemerintahan konkuren yang jika didentralisasikan akan menjadi dasar otonomi daerah sepenuhnya bergantung pada pemerintah pusat. Pusat dapat mengambil sebenuhnya, mendesentralisasikan kepada provinsi, mendesentralisasikan kepada kabupatenkota, atau menggunakan dekonsentrasi. Secara lebih jelas manifestasi pembagian urusan pemerintahan konkuren dapat dilihat pada lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014. 3. Hubungan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pasal 14 UU Nomor 23 Tahun 2014 menentukan lebih rinci mengenai pembagian urusan terkait dengan pemanfaatan Sumber Daya Alam. Namun, rincian tersebut menegaskan tidak dianutnya lagi prinsip keadilan dan keselarasan yang semula menjadi prinsip dalam UU Nomor 32 Tahun 2004. Bahkan ditegaskan bahwa urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, energy, dan sumber daya mineral dibagi antara Pusat dan Daerah. Tidak disebutkan ada pembagian urusan dengan kabupatenkota. Bahkan juga ditegaskan bahwa urusan pemerintahan yang terkait dengan pengelolaan minyak dan gas bumi hanya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Daerah kabupatenkota hanya memiliki wewenang pengelolaan taman hutan raya kabupatenkota. Di bidang energy, daerah kabupatenkota memiliki kewenangan pengelolaan pemanfaatan langsung panas bumi dalam daerah kabupatenkota setempat. Berikut ini ketentuan Pasal 14 UU Nomor 23 Tahun 2014. 1 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. 2 Urusan Pemerintahan bidang kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang berkaitan dengan pengelolaan taman hutan raya kabupatenkota menjadi kewenangan Daerah kabupatenkota. 3 Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang berkaitan dengan pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. 4 Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang berkaitan dengan pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah kabupatenkota menjadi kewenangan Daerah kabupatenkota.

4. Pengelolaan Laut