Validitas Internal Limitasi Validitas Penelitian

D. Limitasi Validitas Penelitian

1. Validitas Internal

Untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain, diperlukan usaha mengendalikan proses eksperimen agar efek yang ditimbulkan benar-benar terjadi karena perlakuan yang dikondisikan. Kontrol validitas internal merujuk kepada kondisi dimana perbedaan yang diamati merupakan hasil langsung dari variabel manipulasi yang dilakukan terhadap variabel bebas, dan bukan dari variabel lain. Hal ini berarti validitas internal berkaitan erat dengan hubungan sebab akibat antara perlakuan dan hasil pengamatan dari variabel bebas. Oleh karena itu diperlukan pengendalian terhadap unsur-unsur internal yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Maksudnya adalah untuk mengeliminasi agar sikap respect dan sikap tanggung jawab yang diamati benar-benar akibat dari perlakuan berupa pembinaan olahraga pencak silat yang diberikan. Oleh karena itu cara yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi dan mengeliminasi beberapa kemungkinan yang dapat mengganggu validitas internal. Menurut Vockell dan Asher 1995 ada 10 sepuluh variabel luar yang dapat mengganggu validitas internal, yaitu: sejarah, pemilihan subjek, kematangan, instrumen, statistik, mortalitas, tes awal, instabilitas, peneliti, dan sosial-psikologis. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan pengaruh sejarah dengan cara memastikan bahwa tidak ada kegiatan lain yang sama dengan perlakuan dari anggota sampel selama eksperimen berlangsung. Selain itu mengupayakan agar proses belajar pada dua kelompok yang diteliti selama proses penelitian berlangsung dalam situasi dan kondisi yang relatif sama. Upaya lain adalah mengatur rencana ekperimen secara jelas, teratur, dan terjadwal dengan baik, serta menyarankan para anggota sampel untuk tidak melakukan aktivitas olahraga pencak silat di luar pelaksanaan eksperimen pada saat waktu luang mereka. 2. Pemilihan subjek yang berkaitan dengan komposisi kelompok sampel yang akan diberi perlakuan, dilakukan pengontrolan dengan cara; 1 memilih kelompok subjek penelitian dari populasi yang memiliki karakteristik relatif sama, 2 melakukan randomisasi pada saat menentukan kelompok yang akan dilatih dengan pendekatan pencak silat kategori olahraga kompetitif dan pencak silat kategori seni, dan 3 melakukan tes awal sebelum eksperimen untuk membandingkan kondisi kemampuan awal antara kedua kelompok subjek penelitian. 3. B erkaitan dengan adanya perubahan dalam hasil ekperimen sebagai akibat dari perjalanan waktu dan perubahan secara alamiah berupa perkembangan mental dan pertumbuhan fisik anggota sampel. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian agar hasil eksperimen tidak terkotori oleh faktor kematangan tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan cara melakukan pengacakan dalam memilih sampel yang akan dikenai perlakuan dan rentang waktu pemberian perlakuan yang tidak terlalu lama. 4. B erkaitan dengan proses pengukuran yang dilakukan pada saat pengumpulan data, baik pada saat tes awal maupun pada saat tes akhir. Upaya yang dilakukan adalah menggunakan petunjuk pelaksanaan tes dan tester yang sama pada saat pengumpulan data. Melakukan pengacakan nomor butir soal pada waktu tes akhir. Oleh karena itu tidak mengubah hal-hal yang berkaitan dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian. 5. Jika ditemukan skor ekstrim terlalu tinggi atau terlalu rendah pada sampel, upaya yang dilakukan untuk pengendalian adalah dengan cara tidak memasukkan subjek yang memiliki skor ekstrim tersebut sebagai anggota sampel, atau dengan cara pengacakan terhadap subjek sampel yang memiliki skor ekstrim. 6. Untuk mencegah hilangnya peserta eksperimen, upaya yang dilakukan untuk pengendalian adalah dengan memonitor kehadiran subjek melalui daftar hadir yang ketat sejak awal sampai akhir eksperimen. 7. Tes awal dilakukan sebagai proses pengukuran sebelum pelaksanaan eksperimen. Agar tes awal tidak mempengaruhi hasil tes akhir, maka pada tes ahkir butir soal diacak kembali, sehingga siswa tidak terpengaruh oleh hasil pada tes awal yang lalu. 8. Berkaitan dengan ketidaktetapan di dalam memperoleh skor sebagai akibat dari proses pengukuran. Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu dengan cara menguji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan data. 9. Pengaruh peneliti, yaitu berkaitan dengan harapan peneliti terhadap hasil yang diinginkan dari pelaksanaan eksperimen. Pengendalian terhadap pengaruh peneliti dilakukan dengan cara merancang eksperimen yang sedapat mungkin tidak terganggu oleh harapan-harapan peneliti. Oleh kartena itu peneliti tidak terlibat secara aktif tidak melatih selama proses perlakuan eksperimen. 10. Pengaruh aspek sosial dan psikologis, yaitu berkaitan dengan munculnya pengaruh psikologis kejiwaan dan terjadinya interaksi sosial selama eksperimen berlangsung. Upaya yang dilakukan adalah memisahkan kelompok eksperimen berdasarkan perlakuan, yaitu satu kelompok siswa belajar pencak silat yang berorientasi pada olahraga kompetitif dan satu kelompok siswa yang belajar pencak silat yang berorientasi seni. Sehingga satu dengan yang lain dari anggota kelompok tersebut tidak saling mengetahui materi yang diberikan dan kemungkinan adanya pertukaran informasi sangat kecil. Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan cara menyusun rancangan program perlakuan secara rinci dan setara untuk setiap kelompok eksperimen. Persaingan antar kelompok eksperimen, yaitu terjadi karena adanya respons emosional dari salah satu kelompok terhadap kelompok eksperimen lain, sehingga memacu kelompok lain belajar lebih keras daripada kelompok lainnya. Upaya yang dilakukan untuk menghindari persaingan dengan cara memisahkan kelompok eksperimen, serta menjelaskan kepada anggota kelompok tentang eksperimen yang sedang dilakukan. Hilangnya semangat, yaitu terjadi apabila ada kelompok yang tidak diperhatikan atau merasa bahwa apa yang dilakukan adalah sia-sia. Upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara mengurangi perhatian khusus pada salah satu kelompok dan menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan bagian dari kegiatan sekolah. 2. Validitas Eksternal Validitas eksternal di dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil eksperimen yang representatif agar dapat digeneralisasikan. Menurut Vockell dan Asher validitas eksternal berkaitan dengan masalah generalisasi hasil penelitian kepada orang, keadaan, dan waktu lain di luar lingkup eksperimen. Ada dua macam validitas eksternal, yaitu: 1 validitas populasi. dan 2 validitas ekologi. Dalam penelitian ini validitas populasi dikontrol dengan cara: 1 memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi melalui prosedur metodologis yang dapat dipertanggungjawabkan, 2 melakukan randomisasi pengacakan pada saat menentukan kelompok subjek yang akan dikenai perlakuan penelitian. Pengendalian terhadap validitas ekologi dilakukan dengan cara: 1 mendeskripsikan variabel bebas dengan jelas, 2 menyusun program perlakuan, jadwal kegiatan, dan tempat pelaksanaan dengan jelas, 3 untuk menghindari adanya efek Hawthorne, subjek eksperimen tidak diberitahu bahwa mereka sedang diteliti, 4 memastikan bahwa subjek eksperimen tidak sedang diteliti oleh peneliti lain, hal ini untuk menghindarkan adanya perlakuan ganda, 5 memilih instruktur yang akan melatih dan mengawasi pelatihan dengan kemampuan yang relatif sama.

E. Prosedur Penelitian