Studi Pola Pewarnaan Uji Tetrazolium pada Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Sebagai Tolak Ukur Viabilitas

,

!

/1

,

/

STUDI POLA PEWARNAAN UJI TETRAZOLIUM
PADA BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SEBAGAI TOLOK UKUR VIABILITAS

Oleh
Achmad Muchlis
A 28.0654

JURUSAN BUDI DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANI AN BOGOR


1999

RINGKASAN
ACHMAD MUCHLIS. Studi Pola Pewarnaan Uji Tetrazolium pada Benih Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) sebagai Tolok Ukur Viabilitas (di bawah bimbingan
ABDUL QADIR dan TATI BUDIARTI).
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pola pewarnaan uji tetrazolium
yang terbentuk dan menentukan tolok ukur viabilitas benih kacang tanah.
Hipotesis pertama adalah terdapat korelasi antara intensitas dan pola pewarnaan
uji tetrazolium dengan tolok ukur fisiologi. Hipotesis kedua adalah intensitas dan
pola pewarnaan tertentu dari uji tetrazolium dapat digunakan sebagai tolok ukur viabilitas benih kacang tanah.
Penelitian berlangsung di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Baranangsiang, IPB mulai bulan Maret 1997 sampai Mei 1998. Penelitian dilakukan dalam
dua tahap, yaitu pembuatan pol a dan pengujian pola. Pada tahap pembuatan pola,
digunakan lot benih kacang tanah yang mempunyai viabilitas berbeda, yaitu daya
berkecambah 90 % - 100 % (lot 1), 80 % - 90 % (lot 2) dan seterusnya hingga 0 % 10 % (lot 10). Pengujian tetrazolium dilakukan pada setiap lot. Intensitas dan pola
pewarnaan yang terjadi pada embrio diamati dan pola pewarnaan yang terbentuk dipotret. Selanjutnya dibuat standar pola pewarnaan yang membedakan antara benih
yang berpotensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal kuat, nomal kurang kuat,
abnormal dan mati, sebanyak enam pola (I-A, I-B, I-C, II-A, II-B dan II-C).
Pengujian viabilitas benih dengan indikasi langsung digunakan sebagai pembanding pada tahap pengujian pola. Pengujian dengan indikasi langsung menggunakan

tolok ukur potensi tumbuh (PT), daya berkecambah (DB) dan keserempakan tumbuh
(KST). Tolok ukur uji tetrazolium yang digunakan yaitu daya berkecambah tetrazoliUIn (DBTZ) dinilai berdasarkan kriteria % normal (kuat + kurang kuat),

'i,'

.MZGセ@ r

keserempakan tumbuh tetrazolium(KsTTz) dinilai berdasarkan kriteria % normal kuat
dan potensi tumbuh tetrazolium (PTTZ) dinilai berdasarkan kriteria % normal

+

abnormal.
Pengujian pola selanjutnya dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu : ( 1 ) analisis regresi sederhana antara lot benih (sumbu X) dan viabilitas benih (sumbu Y); ( 2 )
anal isis regresi sederhana antara tolok ukur uji tetrazolium : DB TZ ,KSTTZ dan PTTZ
sebagai sumbu X dengan tolok ukur fisiologi : DB, KST dan PT sebagai sumbu Y; (3)
analisis korelasi sederhana antara tolok ukur uji tetrazolium dengan tolok ukur fisiologi yang sesuai.
Analisis regresi pada pendekatan pertama dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan garis yang terbentuk pada setiap tolok ukur dengan memperhatikan koefisien regresi (b) yang terbentuk.

Kecenderungan dan kedekatan pola pewamaan


tolok ukur uji tetrazolium terhadap tolok ukur fisiologi ditentukan dari besamya
selisih nilai b yang terbentuk. Pola yang dipilih adalah pola yang mempunyai selisih
nilai koefisien regresi kecil (b 2 - b l

セ@

1.00 atau mendekati satu).

Analisis regresi pada pendekatan kedua dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan antara pola-pola yang menjadi tolok ukur uji tetrazolium terhadap tolok ukur
fisiologi yang sesuai. Pola yang dipilih adalah yang mempunyai nilai b = 1 atau
mendekati satu.
Analisis korelasi pada pendekatan ketiga dimaksudkan untuk mengetahui lebih
lanjut keeratan hubungan pola-pola yang terpilih berdasarkan pendekatan pertama
dan kedua.
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diperoleh : pola II-A memiliki kesamaan
sel1a hubungan yang kuat (berkorelasi) dengan tolok ukur fisiologi pada tolok ukur DBTZ
dan KST1Z

Berdasarkan skoring peringkat terbaik pada setiap tolok ukur dan metode


pendekatan diperoleh bahwa pola II-A merupakan pola terpilih yang dapat digunakan sebagai
tolok ukur uji tetrazolium untuk viabilitas benih kacang tanah.

Pola IT-A memiliki kriteria tolok ukur sebagai berikut :
l. Normal Kuat

Benih yang 100 % kotiledonnya terwarnai penuh baik merah tua saja, campuran
merah tua dan muda, serta merah muda.
2. Normal Kurang Kuat
a. benih yang kotiledonnya berwarna sebagian merah tua sebagian putih, serta
sebagian merah tua, merah muda dan putih.
b. benih yang kotiledonnya berwarna merah muda 100 % dan tiga struktur
penting selain kotiledon sepertiga sampai dua pertiga bagian berwarna putih.
3. Abnormal
a. benih yang kotiledonnya berwarna sebagian merah muda sebagian putih
b.

benih yang kotiledonnya berwarna sebagian merah tua, merah muda dan putih
serta tiga struktur penting selain kotiledon sepertiga bagian berwarna merah

tua

4. Mati
a.

benih yang kotiledonnya sebagian besar atau seluruhnya putih

b. benih yang kotiledonnya berwarna sebagian merah muda sebagian putih dan
tiga struktur penting selain kotiledon tidak ada yang berwarna merah tua.
Penetapan penilaian uji tetrazolium akan lebih akurat bila didasarkan pada

In-

tensitas dan pola pewarnaan yang terjadi pada kotiledon dibandingkan pada bagian
embrio secara keseluruhan (kotiledon, plumula, epi/hipokotil dan radikel).