Pengaruh Pemindahan Berat pada Stabilitas Kapal Rawai di Kecamatan Juana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah

KARTINL C05497008. Pengaruh Pemindahan Berat pada Stabilitas Kapal
Rawai di Kecamatan Juana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Dibawah
bimbingan JAMES P. PANJAITAN dan MOHAMMAD IMRON.

.-

Kapal rawai merupakan jenis kapal yang mengoperasikan alat tangkap rawai
atau long line. Mat tangkap rawai ini termasuk ke dalam kelompok alat tangkap yang
bersifat statis. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam operasi
penangkapan ikan, khususnya untuk jenis kapal yang mengoperasikan alat tangkap
yang bersifat statis seperti rawai, adalah stabilitas yang baik. Faktor kecepatan dinilai
bukan merupakan faktor yang sangat penting, karena pada dasarnya kecepatan ini
hanya digunakan oleh kapal rawai untuk bergerak ke fishing ground dan kembali
pangkalannya. Penelitian ini melakukan perhitungan dan analisis stabilitas untuk
melihat tingkat stabilitas dari kapal rawai ini saat berjalan di laut.
Perhitungan dan analisis stabilitas pada kapal rawai ini dilakukan dengan
simulasi pemindahan berat, dalam ha1 ini pemindahan berat atau muatan yang ada
pada palkah ikan secara longitudinal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi muatan pada kapal
rawai secara umum, mengetahui pengaruh distribusi muatan terhadap stabilitas kapal

dan mempelajari stabilitas kapal sehubungan dengan distribusi muatan sesuai dengan
standar stabilitas IMO, sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah memperoleh gambaran mengenai stabilitas karena pengaruh pemindahan berat
muatannya serta sebagai bahan acuan untuk penelitian kapal selanjutnya.
Penelitian ini menggunakan satu unit kapal rawai yang berada di Juana,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
alat-alat untuk mengukur kapal, seperti meteran, pendulum dan waterpass, serta satu
unit PC (Perso~talComputer) yang digunakan dalam simulasi serta pengolahan data.
Simulasi digunakan untuk memperoleh tampilan kurva stabilitas statis dari
kapal rawai ini dalam 22 kondisi muatan yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai
berikut, kondisi 1: pada kondisi ini diasumsikan berat BBM, perbekalan dan air
minum masing-masing dalam kondisi penuh (100%) dan palkah ikan belum ada yang
terisi; kondisi 2 sampai dengan 10 : pada kondisi ini diasumsikan berat BBM,
perbekalan dan air minum masing-masing telah digunakan setengahnya (50%) dan
palkah ikan mulai terisi dari 2 sampai dengan 6 buah sesuai kebutuhan; kondisi 11
sampai dengan 22 : pada kondisi ini diasumsikan berat BBM, perbekalan dan air
minum masing-masing telah digunakan hingga %-nya (75%) dan palkah ikan yang
ada terisi dari 2 sampai dengan 10 buah.
Dimensi utama kapal rawai yang diteliti : LOA : 18,OO m; LPP : 13,95 m; B
: 4,6 m; D : 1,9 m; d : 1,4 m; GT : 28,35 ton; L B : 3,3696; L/D : 8,1579; B/D :

2,2411; dengan nilai coeflcient offineness : Cb; Cw; Cp; C@ : 0,4563; 0,7632;
0,6060; 0,7529 dan berat kosong 42,5 ton.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini
memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh kapal
tersebut kurang optimal. Selain itu, kekuatan memanjang dan tingkat stabilitas yang
dimiliki kapal tersebut sudah cukup baik. Bentuk badan kapal rawai secara melintang
yang diperoleh berdasarkan lines plan-nya didapatkan bentuk V pada bagian
haluannya, bentuk badan ini sudah cukup baik karena pada saat kapal ini berjalan
dapat membelah air dengan baik, sedangkan bentuk badan kapal pada bagian tengah
dan buritan cendemng berbentuk U, bentuk badan yang demikian memunglankan
volume mangan yang berada di bawah dek kapal dapat dimaksimalkan, misalnya
volume pada palkah ikannya.
Nilai-nilai GZ maksimum yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan
pada kondisi kapal didapatkan bahwa nilai GZ maksimum rata-rata diperoleh pada
sudut oleng 30'-40°, sedangkan nilai GZ maksimum yang paling besar diperoleh pada
kondisi 22 sebesar 0.4344 m pada sudut oleng 40'. Tingkat stabilitas kapal untuk
masing-masing kondisi dapat dilihat setelah nilai-nilai itu diperbandingkan dengan
kriteria stabilitas yang dikemukakan oleh IMO (ZnternationalMaritime Organization)
Resolusi 167, 1977 dalam Fyson (1985). Berdasarkan hasil perbandingan tersebut

maka didapatkan bahwa keseluruhan kondisi yang diujicobakan (1-22) sudah masuk
ke dalam kriteria nilai standar yang ditetapkan, baik itu luasan area dibawah kuma
GZ pada sudut 0'-30'; 0'-40'; 30'-40'; sudut yang seharusnya dicapai pada GZ maks,
nilai GZ pada sudut 30' maupun besarnya GM yang dihasilkan, sehingga dapat
dikatakan bahwa kapal rawai ini memiliki nilai stabilitas secara umum cukup baik
untuk kondisi kapal berjalan baik dalam kondisi kapal kosong berangkat, setengah
perjalanan ataupun kondisi pada saat kapal kembali ke pangkalannya setelah
melakukan operasi penangkapan. Kondisi yang paling ideal adalah kondisi 18, 20
dan 22 yaitu kondisi pada saat kapal bejalan kembali ke pangkalan setelah
melakukan operasi penangkapan dan dianggap berhasil karena pada kondisi-kondisi
tersebut menghasilkan nilai GM yang besar dan muatan tambahan (palkah ikan)
menyebar secara merata.