-
c c
c
R Cos
R R
E −
⎟ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎜
⎝ ⎛
∆ ∆
+ =
2 -
s c
c l
Ctg Y
X T
θ ×
− =
-
s c
k
Sin Y
T θ
= -
s c
t
L L
L 2
+ =
Dimana :  TS = Titik awal spiral titik dari tangen ke spiral ST = Titik akhir spiral
SC = Titik dari spiral ke circle CS = Titik dari circle ke spiral
PI = Titik perpotongan tangen L
s
= Panjang spiral R
c
= Jari-jari lingkaran jarak O – TC atau ke CT atau ke setiap titik busur lingkaran
L
c
= Panjang circle busur lingkaran θ
s
= Sudut – spiral
3. Spiral – Spiral
Tikungan jenis spiral-spiral digunakan pada tikungan tajam dengan sudut tangen yang besar. Pada prinsipnya lengkung spiral-spiral Gambar 2.3 sama dengan lengkung spiral-
circle-spiral . Hanya saja pada tikungan spiral-spiral tidak terdapat busur lingkaran sehingga
nilai lengkung tangen L
t
adalah 2 kali lengkung spiral L
s
. Pada nilai L
c
= 0 atau S
c
= 0 tidak ada jarak tertentu dalam masa tikungan yang sama miringnya sehingga tikungan ini kurang
begitu bagus pada superelevasi.
LS LS
PI
r X
ST TS
SCS Es
∆
Yc 0s
P
k Xc
Ts
Rc Rc
0s 0s
∆
Gambar 2.3  Sketsa tikungan spiral – spiral
Rumus yang digunakan :
180 θ
2
s s
R L
⋅ ⋅
⋅ =
π
[ ]
k p
R T
s
+ ∆
⋅ +
= 2
tan
[ ]
k p
R E
s
+ ∆
⋅ +
= 2
sec
c s
t
L L
L +
⋅ = 2
, dengan
=
c
L
, L
t
= 2 . L
s
p   = L
s 2
6 Rc  1 – cos θs
k   = L
s
– { L
s
340 Rc
2
} – Rc sin θs
untuk Ls = 1m, p = p dan k = k dan untuk Ls = Ls, p = p. Ls dan k = k . Ls
p dan k untuk setiap nilai θs diberikan pada tabel 2.24
Keterangan  :  Ls = Panjang spiral Ts = Titik awal spiral
Es = Jarak eksternal dari PI ke tengah busur spiral Lt = Panjang busur spiral
θ
s = Sudut spiral p   = Pergeseran tangen terhadap spiral
k   = Absis dari p pada garis tangen spiral
Tabel 2.27  Besaran p dan k
θσ p k
θσ p k
0,5 0,00073  0,5 20,5
0,03094 0,4978 1 0,00146
0,49999  21 0,03174 0,49768
1,5 0,00215 0,49999  21,5 0,03255 0,49757
2 0,00293 0,49998  22
0,03336 0,49745 2,5 0,00366 0,49997  22,5
0,03417 0,49733 3 0,00439
0,49995  23 0,03499 0,4972
3,5 0,00513 0,49994  23,5 0,03581 0,49708
4 0,00586 0,49992  24
0,03663 0,49695 4,5 0,00659 0,4999  24,5
0,03746 0,49681 5 0,00733
0,49987  25 0,03829 0,49667
5,5 0,00806 0,49985  25,5 0,03913 0,49653
6 0,0088 0,49982 26
0,03997 0,49639 6,5 0,00954 0,49978  26,5
0,04081 0,49624 7 0,01028
0,49982  27 0,04166 0,49609
7,5 0,01102 0,49975  27,5 0,04251 0,49594
8 0,01176 0,49971  28
0,04337 0,49578 8,5 1,0125 0,49967 28,5
0,04423 0,49562 9 0,01325
0,49963  29 0,0451 0,49545
9,5 0,01399 0,49959  29,5 0,04597 0,49529
10 0,01474 0,49949  30
0,04685 0,49512 10,5 0,01549 0,49944  30,5
0,04773 0,49494 11 0,01624
0,49938  31 0,04861 0,49476
11,5 0,01699 0,49932  31,5 0,0495 0,49458
12 0,01775 0,49926  32
0,0504 0,49439 12,5 0,0185  0,4992  32,5
0,0513 0,4942 13 0,01926
0,49913  33 0,0522 0,49401
13,5 0,02002 0,49906  33,5 0,05312 0,49381
14 0,02078 0,49899  34
0,05403 0,49361 14,5 0,02155 0,49891  34,5
0,05495 0,49341 15 0,02232
0,49884  35 0,05495 0,4932
15,5 0,02309 0,49876  35,5 0,05682 0,49299
16 0,02386 0,49867  36
0,05775 0,49277 16,5 0,02463 0,49859  36,5
0,0587 0,49255 17 0,02541 0,4985  37
0,05965 0,49233 17,5 0,02619 0,49841  37,5
0,06061 0,4921 18 0,02698
0,49831  38 0,06157 0,49186
18,5 0,02776 0,49822  38,5 0,06254 0,49163
19 0,02855 0,49812  39
0,06351 0,49139 19,5 0,02934 0,49801  39,5
0,06449 0,49114 20 0,03014
0,49791  40 0,06548 0,49089
Sumber : Diktat Rekayasa Jalan Raya
Pelebaran Jalur Lalu Lintas di Tikungan
Pada saat kendaraan melewati tikungan, roda belakang kendaraan tidak dapat mengikuti jejak roda depan sehingga lintasannya berada lebih ke dalam dibandingkan dengan lintasan roda
depan. Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan konsistensi geometrik
jalan, agar kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengan bagian lurus. Pelebaran perkerasan pada tikungan mempertimbangkan :
+ Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada lajurnya.
+ Penambahan lebar ruang lajur yang dipakai saat kendaraan melakukan gerakan
melingkar. Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian sehingga kendaraan rencana tetap pada lajurnya.
+ Besarnya pelebaran di tikungan dapat dilihat pada Tabel  2.28.
Tabel 2.28  Pelebaran di tikungan per lajur m Jari-jari tikungan m
Pelebaran per lajur
1000 – 750 0,10
750 - 400 0,40
400 - 300 0,50
300 - 250 0,60
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Antar Kota 1997
Superelevasi
Superelevasi  menunjukkan besarnya perubahan kemiringan melintang jalan secara berangsur-angsur dari kemiringan normal menjadi kemiringan maksimum pada suatu tikungan
horisontal yang direncanakan. Dengan demikian dapat menunjukkan kemiringan melintang jalan pada setiap titik dalam tikungan.
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser kesamping dan menjadikan gerakan kendaraan pada tikungan lebih nyaman. Jari-jari minimum yang tidak memerlukan
superelevasi ditunjukan pada Tabel  2.29.
Tabel 2.29 Jari-jari tikungan yang diijinkan tanpa superelevasi
Kecepatan Rencana  kmjam Jari-jari Rencana  m
120 5500 100 2500
80 1250 60 700
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Antar Kota 1997
Tabel 2.30 Besar superelevasi untuk beberapa kecepatan rencana
V V V V V  V 50
kmjam 60
kmjam 70
kmjam 80
kmjam 90
kmjam 100
kmjam D
o
R m
e e e e e  e 0.75  1910  0.008 0.012 0.016 0.020 0.025  0.031
0.95  1500  0.010 0.015 0.020 0.025 0.032  0.039 1.00  1432  0.011 0.015 0.025 0.027 0.033  0.040
1.25  1146  0.013 0.019 0.029 0.033 0.040  0.049 1.43  1000  0.015 0.022 0.030 0.037 0.046  0.055
1.50  955  0.016 0.023 0.032 0.038 0.047  0.057 1.59  900  0.017 0.024 0.035 0.040 0.050  0.060
1.75  819  0.018 0.026 0.035 0.044 0.054  0.065 1.79  800  0.019 0.027 0.039 0.045 0.055  0.066
2.00  716  0.021 0.029 0.040 0.049 0.060  0.072 2.05  700  0.021 0.030 0.045 0.050 0.061  0.073
2.39  600  0.025 0.035 0.047 0.057 0.069  0.082 2.50  573  0.026 0.036 0.053 0.059 0.072  0.085
2.86  500  0.029 0.041 0.055 0.065 0.079  0.092 3.00  477  0.030 0.042 0.062 0.068 0.081  0.094
3.50  409  0.035 0.048 0.063 0.076 0.089  0.099 3.58  400  0.036 0.049 0.068 0.077 0.090  0.099
4.00  358  0.039 0.054 0.074 0.082 0.095
4.50  318  0.043 0.059 0.077 0.088 0.099 4.77  300  0.046 0.062 0.079 0.091 0.100
5.00  286  0.048 0.064 0.088 0.093 0.100 6.00  239  0.055 0.073 0.094 0.098
7.00  205  0.062 0.080 0.095 0.100 7.16  200  0.063 0.081 0.098 0.100
e
n
bagian Lc bagian lurus
bagian lurus
TC CT
e
max
+
e
max
- e=0
sisi luar tikungan
sisi luar tikungan
1 3
Ls
2 3
Ls
1 3
Ls
2 3
Ls
TS ST
bagian Ls bag. lurus
bag. lurus e
max
+
e
max
- e=0
e
n
sisi luar tikungan
sisi luar tikungan
b a g i a n   L c b a g i a n   L s
b a g .   l u r u s b a g i a n   L s
b a g .   l u r u s
S C e = 0
C S T S
S T e
m a x
- e
n
e
m a x
+ s i s i   l u a r   t i k u n g a n
s i s i   l u a r   t i k u n g a n
Diagram superelevasi untuk tipe tikungan F-C, S-C-S, dan S-S dapat dilihat pada Gambar 2.4, Gambar 2.5, Gambar 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.4  Diagram superelevasi pada tikungan F-C
Gambar 2.5  Diagram superelevasi pada tikungan S-C-S
Gambar 2.6  Diagram superelevasi pada tikungan S-S
Jarak Pandang
Dalam mengemudikan kendaraan sangat diperlukan adanya jarak pandang yang cukup karena dengan hal ini pengemudi mampu menyadari dan mengetahui kondisi jalan sehingga
mampu mengantisipasi dan mengambil tindakan terhadap kondisi jalan sedini mungkin. Fungsi jarak pandang ini adalah sebagai berikut :
¾ Mencegah terjadinya kecelakaan akibat tak terlihatnya benda besar, pejalan kaki,
kendaraan berhenti, atau hewan-hewan  pada lajur jalannya. ¾
Memberikan kesempatan untuk mendahului kendaraan yang berjalan lebih lambat. ¾
Digunakan sebagai dasar dalam menentukan posisi rambu-rambu lalu lintas yang akan dipasang.
¾ Memaksimalkan volume pelayanan jalan sehingga efisiensi jalan bertambah.
Jarak pandang dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.  Jarak Pandang Henti