Gaya Hidup Masyarakat Naga dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

GAYA HIDUP MASYARAKAT NAGA DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA

FINKA DWI UTAMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gaya Hidup
Masyarakat Naga dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Finka Dwi Utami
NIM I34090124

ABSTRAK
FINKA DWI UTAMI. Gaya Hidup Masyarakat Naga dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO.
Keberadaan masyarakat adat menjadi salah satu hal yang menarik
wisatawan untuk berkunjung. Salah satu alasannya adalah ciri khas gaya hidup
mereka masih berpedoman pada adat istiadat setempat. Namun gaya hidup
masyarakat dapat berubah seiring dengan perkembangan jaman. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan gaya hidup masyarakat Naga, menganalisis hubungan
karakteristik individu dengan gaya hidup masyarakat Naga, menganalisis
hubungan sikap masyarakat Naga terhadap wisatawan dengan gaya hidup
masyarakat Naga, menganalisis hubungan keterbukaan masyarakat Naga terhadap
teknologi dengan gaya hidup masyarakat Naga, dan menganalisis hubungan
penggunaan media massa oleh masyarakat Naga dengan gaya hidup masyarakat
Naga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Hasil
penelitian yang diperoleh yaitu usia berhubungan dengan penggunaan barang,

jenis kelamin berhubungan dengan penggunaan tempat, pekerjaan berhubungan
dengan penggunaan tempat, sikap berhubungan dengan penggunaan barang,
penggunaan telepon genggam berhubungan dengan penggunaan barang dan
penggunaan tempat, penggunaan internet berhubungan dengan penggunaan
barang dan penggunaan tempat, dan kepemilikan televisi berhubungan dengan
penggunaan barang.
Kata kunci: wisata budaya, keterbukaan terhadap teknologi, gaya hidup

ABSTRACT
FINKA DWI UTAMI. Naga community's life style and factors influence.
Supervised by SARWITITI SARWOPRASODJO.
The existence of the indigenous community could be one of the thing which
attract tourists to visit. One such attraction is the hallmark of their lifestyle which
still guided by the local customs. This lifestyle can change in line with the
changing times. The purpose of this research is to describe the lifestyle of Naga
society, analyzing the characteristics of individual relationships with the
community lifestyle of Naga, analyze public perception of Naga community with
the traveler community lifestyle of Naga, analyze the relationship of public
disclosure of the technology with the people's lifestyles of Naga, and analyze
relationships using mass media by Naga society with the lifestyle of Naga

Community. The method used in this study is a survey method. The results
obtained, age are related to the use of the goods, gender are associated with the
use of the place, occupation is associated with the use of the place, the attitude
associated with the use of the goods, the use of mobile phones related to the use of
goods and the use of space, the use of the internet related to the use of goods and
the use of space, and television ownership associated with the use of the goods.
Keywords: cultural tourism, openness to technology, life style

GAYA HIDUP MASYARAKAT NAGA DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA

FINKA DWI UTAMI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Gaya Hidup Masyarakat N aga dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya
: Finka Dwi Utami
Nama
: 134090124
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Pembimbil!g

-oeryo
a、ェキゥ「


ッGカ

KetLl n Depmtem e l1

Tanggal Lulus:

2 5 JU L 013
r

Lj セ セ@

Judul Skripsi : Gaya Hidup Masyarakat Naga dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya
Nama
: Finka Dwi Utami
NIM
: I34090124

Disetujui oleh


Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
komunikasi lintas budaya, dengan judul Gaya Hidup Masyarakat Naga dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
selaku pembimbing. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Ade Suherlin selaku kuncén, Alm. Bapak Ateng selaku lebé adat, Bapak
Ma’un selaku punduh adat, Bapak Suharyo selaku punduh desa, Bapak Uron

selaku ketua RT 01 Kampung Naga, Bapak Ucu selaku Ketua HIPANA, Bapak
kepala Desa Neglasari, Bapak Eso, Ibu Ipah, Rina, Rani, Bapak Tatang, Kang
Heri, Kang Habib, Urya dan keluarga, serta sesepuh dan masyarakat Kampung
Naga yang telah mendukung dan memberikan masukkan untuk penulis selama
berada di lapangan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Nanu Supriyatna,
Ibunda Tri Murtiningsih, Ardian Pratama selaku kakak penulis, Adellia Ramadanu
Utami selaku adik penulis, Muhamad Abiyu Tamir selaku adik penulis, Nenek,
Mbah, Emak, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan motivasi kepada
penulis. Teman sepembimbingan Riezka Riswar dan Rahayu Arizona yang telah
saling membantu selama penyusunan skripsi.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Guntur, Imas, Zulmiziar
Marwandana, Emma Hijriati, Tiara Anja Kusuma, Yuli Dwi Anggraeni, Sitti
Hadijah, Nanang, Imam, Fikar, Wira, Igoe, sahabat penulis yang selalu
mendukung, memberi motivasi, serta doa yang berlimpah. Keluarga besar KPM
46, yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis. Serta semua
pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan, dan
kerjasamanya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013

Finka Dwi Utami

2

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN




Latar Belakang



Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian



Kegunaan Penelitian



PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka





Kerangka Pemikiran

12 

Hipotesis

14 

Definisi Operasional

15 

METODE

19 

Metode Penelitian


19 

Lokasi dan Waktu Penelitian

19 

Teknik Sampling

19 

Teknik Pengumpulan Data

20 

Teknik Analisis Data

20 

KAMPUNG NAGA SEBAGAI WISATA BUDAYA

23 

Kondisi Geografis dan Aksesibilitas

23 

Kondisi Demografi dan Sosial

23 

Sikap Masyarakat Naga terhadap Wisatawan

27 

Struktur Sosial Masyarakat

29 

Keterbukaan Masyarakat terhadap Teknologi

30 

Pola Kebudayaan Masyarakat Naga

31 

Gaya Hidup Masyarakat Naga

33 

HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NAGA DENGAN
GAYA HIDUP MASYARAKAT NAGA

37 

Hubungan antara Usia dengan Penggunaan Barang

37 

Hubungan antara Usia dengan Penggunaan Tempat

38 

3
Hubungan antara Usia dengan Penggunaan Waktu

39 

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Penggunaan Barang

39 

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Penggunaan Tempat

40 

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Penggunaan Waktu

41 

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan Barang

41 

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan Tempat

42 

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan Waktu

42 

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Penggunaan Barang

43 

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Penggunaan Tempat

43 

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Penggunaan Waktu

44 

HUBUNGAN SIKAP MASYARAKAT NAGA TERHADAP WISATAWAN
DENGAN GAYA HIDUP MASYARAKAT NAGA
45 
Hubungan antara Sikap Masyarakat dengan Penggunaan Barang

45 

Hubungan antara Sikap Masyarakat dengan Penggunaan Tempat

46 

Hubungan antara Sikap Masyarakat dengan Penggunaan Waktu

47 

HUBUNGAN KETERBUKAAN TEKNOLOGI DENGAN GAYA HIDUP
MASYARAKAT NAGA

49 

Hubungan antara Penggunaan Telepon genggam dengan Penggunaan
Barang

49 

Hubungan antara Penggunaan Telepon genggam dengan Penggunaan
Tempat

50 

Hubungan antara Penggunaan Telepon genggam dengan Penggunaan Waktu 50 
Hubungan antara Penggunaan Internet dengan Penggunaan Barang

51 

Hubungan antara Penggunaan Internet dengan Penggunaan Tempat

51 

Hubungan antara Penggunaan Internet dengan Penggunaan Waktu

52 

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA MASSA OLEH MASYARAKAT
NAGA DENGAN GAYA HIDUP MASYARAKAT NAGA

53 

Hubungan antara Kepemilikan Radio dengan Penggunaan Barang

53 

Hubungan antara Kepemilikan Radio dengan Penggunaan Tempat

54 

Hubungan antara Kepemilikan Radio dengan Penggunaan Waktu

54 

Hubungan antara Kepemilikan Televisi dengan Penggunaan Barang

55 

Hubungan antara Kepemilikan Televisi dengan Penggunaan Tempat

55 

Hubungan antara Kepemilikan Televisi dengan Penggunaan Waktu

56 

4
SIMPULAN DAN SARAN

57 

Simpulan

57 

Saran

58 

DAFTAR PUSTAKA

59 

LAMPIRAN

63 

RIWAYAT HIDUP

73 

5

6

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan persentase responden menurut usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan
2 Persentase responden menurut sikap terhadap cara berpakaian
wisatawan, cara berbicara wisatawan, dan telepon genggam yang
dimiliki wisatawan
3 Persentase responden menurut penggunaan telepon genggam dan
penggunaan internet
4 Persentase responden menurut kepemilikan radio dan kepemilikan
televisi
5 Persentase responden menurut penggunaan barang, penggunaan
tempat, dan penggunaan waktu
6 Nilai korelasi Chi-Square antara karakteristik masyarakat Naga
dengan gaya hidup masyarakat Naga menurut penggunaan barang,
penggunaan tempat, dan pengguaan waktu
7 Nilai korelasi Chi-Square antara sikap masyarakat terhadap
wisatawan dengan gaya hidup masyarakat Naga menurut
penggunaan barang, penggunaan tempat, dan penggunaan waktu
8 Nilai korelasi Chi-Square antara keterbukaan teknologi dengan
gaya hidup masyarakat Naga menurut penggunaan barang,
penggunaan tempat, dan penggunaan waktu
9 Nilai korelasi Chi-Square antara penggunaan media massa dengan
gaya hidup masyarakat Naga menurut penggunaan barang,
penggunaan tempat, dan penggunaan waktu

25 
28 
30 
31 
34 
37 
45 
49 
53 

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran dari gaya hidup masyarakat Naga dan faktorfaktor yang mempengaruhinya

14 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Lokasi Kampung Naga
Kerangka Sampling
Daftar analisis data
Dokumentasi penelitian

63 
64 
67 
68 

7

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan
pariwisata budaya. Potensi tersebut dapat dilihat dari keragaman seni dan budaya
Indonesia yang sering kali menjadi daya tarik bagi wisatawan. Salah satu daya
tarik pariwisata budaya di Indonesia yaitu masyarakat adat. Menurut UUD 1945
Bab Pemerintahan Pasal 18B Ayat (2), negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang1. Populasi
masyarakat adat di Indonesia diperkirakan antara 50-70 juta jiwa2. Beberapa
komunitas adat yang ada di Indonesia antara lain: Baduy, Balay Adat Anjung
(Dayak Meratus), Batak Timur, Kampung Kuta, Kampung Naga, dan sebagainya3.
Keberadaan masyarakat adat mulai terancam di tengah perkembangan jaman
yang serba modern. Adanya teknologi yang semakin canggih, masuknya media
massa, dan adanya pengembangan pariwisata dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat adat. Segala pengaruh tersebut dapat berakibat pada memudarnya
kebudayaan lokal. Tidak hanya itu, perkembangan pariwisata juga dapat
berdampak positif bagi masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Hilyana (2001) bahwa dampak positif dari pengembangan pariwisata
terhadap kehidupan masyarakat lokal yaitu bertambahnya tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga relatif lebih kecil karena respon masyarakat setelah
adanya kegiatan pariwisata terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana
lebih tinggi dibandingkan sebelum pariwisata, serta kondisi perumahan dan
lingkungan yang lebih baik. Sedangkan dampak negatif yang terjadi berupa
perubahan moral dan etika, seperti konsumsi obat-obat terlarang, kesukaan
terhadap musik-musik budaya barat, dan perubahan dalam nilai seksual (Buwaiti
2000).
Adanya pengembangan pariwisata dalam masyarakat adat dapat mengubah
gaya hidup masyarakat adat tersebut. Sebagian besar masyarakat adat di Indonesia
memiliki gaya hidup yang diatur oleh adat istiadat setempat. Namun banyaknya
wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan domestik maupun wisatawan manca
negara dapat mengancam gaya hidup masyarakat adat. Wisatawan yang
berkunjung dapat berasal dari budaya yang berbeda dengan masyarakat lokal,
sehingga segala sesuatu yang menarik dari perbedaan budaya tersebut dapat
merubah sikap dan perilaku masyarakat adat.
1

Diunduh
pada
tanggal
2013
Juli
8,
pukul
21.08.
Tersedia
pada:
http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_II
2
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dikutip Nababan 2013.  Diunduh pada tanggal 2013 Juli 6,
pukul
22.18.
Tersedia
pada:
http://www.aman.or.id/wp-content/plugins/downloadsmanager/upload/2013_Abdon%20Nababan_Sinergi%20Hukum%20Adat%20dan%20Hukum%20
Negara.pdf
3
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara. Diunduh pada tanggal 2013 Juli 2, pukul 09.08. tersedia
pada: http://masyarakatadat.org/id/tentang-kita.html
 

2
Salah satu masyarakat adat yang telah banyak dikunjungi oleh wisatawan
adalah Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Masyarakat di Kampung Naga ini masih
mempertahankan adat istiadat yang dibawa oleh leluhur mereka. Namun adanya
pengembangan pariwisata di Kampung Naga dapat melunturkan adat istiadat
setempat. Wisatawan manca negara sering kali berpakaian terbuka ketika
berkunjung ke wilayah masyarakat adat, hal ini dapat menarik perhatian
masyarakat Naga untuk meniru cara berpakaian wisatawan manca negara tersebut.
Perubahan gaya hidup yang terjadi pada masyarakat adat di Kampung Naga ini
dapat mempengaruhi kelestarian dan keaslian budaya mereka. Padahal kelestarian
dan keaslian budaya di Kampung Naga harus tetap terjaga agar keberadaan
masyarakat adat tersebut tetap bertahan dan berkelanjutan.
Kehadiran wisatawan dapat berakibat pada berubahnya gaya hidup
masyarakat. Perubahan tersebut terjadi karena adanya sikap masyarakat mengenai
gaya hidup wisatawan. Sikap yang muncul dapat berhubungan dengan gaya hidup
masyarakat Naga. Adapun karakteristik individu berhubungan dengan gaya hidup
masyarakat Naga. Keterbukaan masyarakat terhadap teknologi juga dapat
berhubungan dengan gaya hidup masyarakat Naga. Kemudian penggunaan media
massa dapat berhubungan dengan gaya hidup masyarakat Naga. Karakteristik
individu, sikap masyarakat terhadap wisatawan, keterbukaan masyarakat terhadap
teknologi, serta penggunaan media massa oleh masyarakat perlu dikaji untuk
mengetahui hubungannya dengan gaya hidup masyarakat Naga.
Perumusan Masalah
Kampung adat terdiri dari masyarakat yang masih patuh terhadap adat
istiadat mereka. Adat istiadat tersebut berlaku untuk mengatur kehidupan
masyarakat setempat, sehingga terdapat perbedaan antara masyarakat adat dengan
masyarakat biasa. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab yaitu
bagaimana deskripsi gaya hidup masyarakat Naga?
Kampung Naga merupakan komunitas adat yang masih menjaga adat
istiadat setempat. Ketaatan seseorang terhadap adat istiadat di Kampung Naga
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan. Hal ini juga dapat berpengaruh pada pola pikir
mereka. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab secara
kuantitatif yaitu sejauhmana hubungan antara karakteristik individu dengan gaya
hidup masyarakat Naga?
Adat istiadat yang masih terjaga menyebabkan Kampung Naga banyak
dikunjungi oleh wisatawan, mulai dari wisatawan domestik maupun wisatawan
manca negara. Mereka biasanya ingin mengenal lebih jauh mengenai adat istiadat
di Kampung Naga. Tidak hanya itu, adapun pengunjung yang sengaja melakukan
penelitian di Kampung Naga. Namun banyaknya orang asing yang berkunjung ke
Kampung Naga dapat berakibat pada munculnya sikap masyarakat terhadap
wisatawan, sehingga berpengaruh juga terhadap perilaku masyarakat Naga.
Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab secara
kuantitatif yaitu sejauhmana hubungan antara sikap masyarakat Naga terhadap
wisatawan dengan gaya hidup masyarakat Naga?

3
Adanya kemajuan teknologi semakin mengancam keberadaan Kampung
Naga. Teknologi yang masuk ke Kampung Naga dapat mengubah pola pikir
masyarakat Naga, bahkan mengubah perilaku mereka. Perubahan perilaku yang
terjadi dapat berdampak pula pada kelestarian budaya lokal. Dengan demikian,
pertanyaan penelitian yang ingin dijawab secara kuantitatif yaitu sejauhmana
hubungan antara keterbukaan masyarakat terhadap teknologi dengan gaya hidup
masyarakat Naga?
Media massa seperti radio dan televisi sudah banyak dimanfaatkan oleh
sebagian masyarakat adat di Kampung Naga. Mereka menggunakan tenaga aki
untuk menghidupkan radio dan televisi tersebut. Meskipun demikian, masyarakat
adat di Kampung Naga tetap patuh terhadap adat istiadat setempat. Bahkan segala
aktivitas yang mereka lakukan selalu didasari pada aturan adat yang berlaku,
sehingga ada hal-hal yang boleh dilakukan dan ada pula hal-hal yang tidak boleh
dilakukan. Kepemilikan radio dan televisi oleh masyarakat Naga ini dapat
berpengaruh pada perilaku masyarakat Naga. Oleh karena itu, pertanyaan
penelitian yang ingin dijawab secara kuantitatif yaitu sejauhmana hubungan antara
penggunaan media massa oleh masyarakat Naga dengan gaya hidup masyarakat
Naga?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mendeskripsikan gaya hidup masyarakat Naga.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan gaya hidup
masyarakat Naga.
3. Menganalisis hubungan antara sikap masyarakat terhadap wisatawan dengan
gaya hidup masyarakat Naga.
4. Menganalisis hubungan antara keterbukaan masyarakat terhadap teknologi
dengan gaya hidup masyarakat Naga.
5. Menganalisis hubungan antara penggunaan media massa oleh masyarakat
dengan gaya hidup masyarakat Naga.
Kegunaan Penelitian
1.

2.

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
Civitas Akademik
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai gaya hidup
masyarakat Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat. Selain itu penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan literatur ataupun informasi tambahan
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan mengenai gaya hidup
masyarakat Kampung Naga serta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
hidup tersebut. Lebih jauh masyarakat menjadi paham mengenai dampak
pengembangan pariwisata di kawasan adat.

4
3.

Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
penentuan kebijakan yang berhubungan dengan komunitas adat agar
kelestarian budaya mereka tetap terjaga. Selain itu, penelitian ini dapat
menjadi tambahan informasi mengenai dampak pengembangan pariwisata di
kawasan adat.

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Gaya Hidup dan Perubahannya
Gaya hidup (life style) merupakan gaya, tata cara, atau cara menggunakan
barang, tempat, dan waktu, khas kelompok masyarakat tertentu, yang sangat
bergantung pada bentuk-bentuk kebudayaan, meski bukan merupakan totalitas
pengalaman sosial (Chaney 1996). Gaya hidup dapat berubah seiring dengan
perkembangan jaman. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2005)
yang mengemukakan bahwa perubahan gaya hidup dapat terjadi di berbagai
lapisan pengrajin perhiasan logam di Yogyakarta akibat pengembangan
pariwisata, yaitu: gaya bangunan rumah, gaya pakaian, gaya bahasa, pola makan,
dan pola pemilikan barang sekunder. Ia menyebutkan semakin tinggi lapisan
sosial pengrajin maka semakin tinggi atau modern pula gaya bangunan rumah
mereka yang ditandai dengan bentuk rumah, bahan lantai dan bahan dinding yang
semakin baik. Perubahan gaya pakaian dilihat dari jenis pakaian, tempat belanja,
dan jumlah anggaran dalam membeli pakaian oleh rumah tangga pengrajin di tiap
lapisan. Pada gaya bahasa, terjadi pelunturan bahasa pada pengrajin lapisan atas
dari bahasa yang halus menjadi menggunakan bahasa yang lebih kasar. Sedangkan
dalam pola makan, terdapat kecenderungan bahwa pengrajin lapisan bawah lebih
sering membeli makan di warung dibanding rumah tangga lapisan menengah dan
atas. Pada pengrajin lapisan atas, terdapat gejala adanya perubahan pemilikan
barang sekunder yang lebih tinggi dibanding pengrajin lapisan bawah. Gejala
perubahan pola pemilikan barang sekunder tersebut terjadi seiring dengan adanya
pengembangan industri pariwisata.
Kurnia et al. (2007) mengatakan bahwa gaya hidup tradisional adalah sikap
dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan
adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Sedangkan gaya hidup modern
merupakan sesuatu yang paling baru dan mutakhir. Globalisasi mempunyai
pengaruh kuat terhadap perilaku masyarakat, masyarakat yang semula berperilaku
tradisional berubah menjadi masyarakat yang berperilaku modern, kemudian
masyarakat yang semula mempunyai gaya hidup pedesaan berubah menjadi
masyarakat yang bergaya hidup perkotaan. Namun tidak sedikit masyarakat yang
masih mempertahankan gaya hidup tradisional, salah satunya adalah masyarakat
di Kampung Naga.
Sarwono (1992) yang dikutip oleh Marsil (2009) mengatakan bahwa
manusia paling tidak senang jika tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di
sekitarnya, merasa kebingungan, dan tidak mempunyai pedoman yang jelas
karena sebenarnya dalam keadaan ini manusia menjadi merasa tidak berdaya.
Kondisi ini dapat mendorong seseorang untuk berubah mengikuti perubahan dan
perkembangan zaman, termasuk gaya hidup. Gaya hidup manusia selalu berubah
karena pengetahuan dan informasi-informasi yang diterimanya dari orang lain
sesuai dengan kondisi lingkungannya yang semakin berkembang.

6
Masyarakat dan Kebudayaan
Masyarakat terbagi menjadi beberapa definisi menurut para peneliti.
Mutakin dan Pasya (2003) mengatakan bahwa masyarakat berasal dari bahasa
Arab, syakara, yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat
berarti saling bergaul, yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Masyarakat tersebut
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) manusia yang hidup bersama, dua atau
lebih; (2) bergaul dalam jangka waktu relatif lama; (3) setiap anggotanya
menyadari sebagai satu kesatuan; dan (4) bersama membangun sebuah
kebudayaan yang membuat keteraturan dalam kehidupan bersama. Adapun
Handayani (2005) yang mengatakan bahwa masyarakat dicirikan oleh adanya
hubungan sosial di antara mereka. Sedangkan Hilyana (2001) berpendapat bahwa
masyarakat dicirikan oleh adanya saling berinterkasi dan menduduki suatu tempat
dalam jangka waktu tertentu. Kemudian Wijaya (2007) mengatakan bahwa
masyarakat dapat dibedakan menurut jenis lingkungannya, misalnya masyarakat
pesisir yang tinggal di sekitar pantai merupakan kesatuan sosial manusia yang
berinteraksi dengan suatu sistem adat tertentu dengan wilayah pesisir sebagai
identitas tempat. Adapun pengertian masyarakat adat yaitu masyarakat dalam
negara merdeka yang dianggap sebagai pribumi karena mereka diturunkan dari
populasi yang mendiami negara, atau suatu wilayah geografis pada waktu
penaklukan atau kolonisasi, atau penetapan batas-batas negara sekarang ini dan
terlepas dari status legalnya, memegang beberapa atau semua institusi sosial,
ekonomi, kultural atau politik mereka sendiri (Quane 2008).
Terdapat beberapa definisi kebudayaan menurut beberapa ahli.
Koentjaraningrat (2002) mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Menurut Soekanto
(2012), hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan
yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh
unsur, yaitu (Koentjaraningrat 1971 dikutip oleh Soekanto 2012): (1) alat-alat
produktif; (2) senjata; (3) wadah; (4) makanan dan minuman; (5) pakaian dan
perhiasan; (6) tempat berlindung dan perumahan; (7) alat-alat transpor. Sedangkan
menurut Soekanto (2012), kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Adapun fungsi kebudayaan yaitu
mengakomodir keinginan seseorang untuk menciptakan sesuatu guna menyatakan
perasaan dan keinginannya pada orang lain ketika seseorang tersebut telah dapat
mempertahankan dan menyesuaikan diri pada alam, dan ketika seseorang tersebut
dapat hidup dengan manusia-manusia lain dalam suasana damai (Soekanto 2012).
Setyadi (2007) mengatakan bahwa pariwisata telah berdampak pada transisi
kebudayaan masyarakat di Bali. Dua bentuk transisi yang terjadi saat ini, yaitu:
(1) transisi dari masyarakat dan kebudayaan agraris menuju kebudayaan industri
(pariwisata) dan (2) transisi dari masyarakat dan kebudayaan yang makin terbuka
dan terkomunikasi ke dalam kebudayaan global. Hal ini tercermin dengan adanya
pergeseran mata pencaharian pokok masyarakat dari sektor pertanian dalam arti
luas ke sektor industri khususnya industri pariwisata.

7
Definisi Pariwisata, Jenis Pariwisata, dan Dampak Pariwisata
Terdapat beberapa definisi pariwisata menurut para ahli. Suwantoro (1997)
mengatakan bahwa pariwisata pada hakikatnya adalah suatu proses kepergian
sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.
Sedangkan menurut Handayani (2005), pariwisata merupakan perjalanan yang
dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Adapun Hilyana (2001)
yang berpendapat bahwa pariwisata merupakan perjalanan yang bertujuan untuk
rekreasi, pelancongan, dan turisme.
Pariwisata dapat terbagi menjadi pariwisata berbasis ekologi (ekowisata),
pariwisata budaya, dan pariwisata biasa. Menurut Tafalas (2010), pariwisata dapat
berbasis ekologi atau ekowisata karena kegiatan pariwisata ini berbasis
lingkungan yang memberikan dampak kecil terhadap kerusakan alam dan budaya
lokal. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata tidak hanya sektor industri yang
dapat menghasilkan peningkatan di sektor ekonomi, tetapi juga meningkatkan
kesadaran seluruh pihak yang terlibat untuk menjaga kelestarian lingkungannya.
Adapun Untari (2009) mengemukakan bahwa pariwisata yang berbasis ekologi
(ekowisata), tidak hanya bertujuan untuk hiburan saja, tetapi juga mengupayakan
pelestarian lingkungan dalam kegiatannya. Kemudian Ayuningtyas (2011)
berpendapat bahwa pariwisata yang berbasis ekologi (ekowisata) merupakan
perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Sedangkan
menurut Setyadi (2007), jenis pariwisata dapat dibagi menjadi pariwisata biasa
dan pariwisata budaya. Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang
menyiratkan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dengan kebudayaan,
sehingga keduanya dapat meningkat secara selaras, serasi, dan seimbang. Hal ini
berarti kegiatan pariwisata tersebut berlandaskan pada kebudayaan tertentu,
sehingga diharapkan adanya hubungan saling mendukung antara perkembangan
pariwisata dan kebudayaan setempat. Sedangkan pariwisata biasa hanya bertujuan
untuk rekreasi dan hiburan saja.
Industri pariwisata berhubungan erat dengan wisatawan. Menurut
Suwantoro (1997), wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang
melakukan suatu perjalanan wisata dan perjalanan itu dilakukan sekurangkurangnya selama 24 jam tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi tersebut.
Sedangkan apabila kurang dari waktu tersebut maka disebut sebagai pelancong.
Menurut Yoeti (1980) yang dikutip oleh Raharja (2012), berdasarkan sifat
perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu dilakukan, maka
wisatawan sebagai konsumen dari industri pariwisata dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Wisatawan Asing (Foreign Tourist)
Wisatawan asing adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata,
yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara
dimana ia biasanya tinggal. Kampung Naga merupakan salah satu
komunitas adat yang sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan asing.
Umumnya wisatawan tersebut tertarik untuk mengenal kebudayaan
setempat.
2. Domestic Foreign Tourist
Domestic Foreign Tourist adalah orang asing yang berdiam atau bertempat
tinggal pada suatu negara yang melakukan perjalanan wisata di wilayah
negara dimana ia tinggal. Orang asing ini mungkin tinggal di negara

8
tersebut karena alasan tugas. Wisatawan seperti ini juga terdapat di
Kampung Naga. Biasanya mereka datang ke Kampung Naga untuk
melakukan penelitian.
3. Wisatawan Lokal
Wisatawan lokal adalah seorang warga dari suatu negara yang melakukan
wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati batas
negaranya. Wisatawan seperti ini juga banyak ditemui di Kampung Naga.
Umumnya mereka sengaja datang untuk melakukan penelitian ataupun
hanya mengenal adat istiadat setempat.
Menurut Cohen (1984) yang dikutip dalam Pitana dan Gayatri (2005),
terdapat sepuluh dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya,
diantaranya:
1) Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat
dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau
ketergantungannya;
2) Dampak terhadap hubungan interpersonal antar anggota masyarakat;
3) Dampak terhadap dasar-dasar organisasi atau kelembagaan sosial;
4) Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
5) Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
6) Dampak terhadap pola pembagian kerja;
7) Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
8) Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
9) Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial;
10) Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Setyadi (2007) yang mengatakan bahwa
dampak pariwisata di Bali berupa transisi dan kebudayaan agraris menuju
kebudayaan industri, serta adanya transisi dan kebudayaan yang makin terbuka
dan terkomunikasi ke dalam kebudayaan global. Kemudian Handayani (2005)
mengemukakan bahwa dampak pariwisata dapat dilihat dari perubahan gaya hidup
pengrajin perhiasan logam, yaitu: gaya bangunan rumah, gaya pakaian, gaya
bahasa, pola makan, dan pola pemilikan barang sekunder. Selain itu, pariwisata
juga berdampak pada bertambahnya tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga relatif lebih kecil, perubahan mata pencaharian masyarakat lokal,
pergeseran norma-norma agama, pergeseran bentuk tolong-menolong,
meningkatnya pendapatan masyarakat, struktur pengeluaran rumahtangga, pola
konsumsi rumahtangga, pergeseran tingkat mobilitas masyarakat, kondisi
perumahan dan lingkungan yang lebih baik (Hilyana 2001). Dampak lain dari
pariwisata menurut Wijaya (2007), yaitu besarnya kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat, perubahan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang
dapat dilihat melalui gaya hidup, hubungan interpersonal antar anggota
masyarakat, pola pembagian kerja, stratifikasi sosial, serta penyimpanganpenyimpangan sosial. Perubahan gaya hidup masyarakat Gili Indah dapat dilihat
dari sebagian besar masyarakatnya mampu mengerti bahasa asing, kesenangan
terhadap makanan asing dan kesenangan terhadap musik barat pun meningkat.
Mbaiwa (2010) mengemukakan bahwa dampak pengembangan pariwisata
terhadap masyarakat setempat berupa perubahan mata pencaharian pada
masyarakat, perubahan pada gaya hidup masyarakat, dilihat dari kepemilikan alatalat rumahtangga modern, serta perubahan makanan yang dikonsumsi oleh

9
masyarakat lokal. Sedangkan menurut Buwaiti (2000), dampak pengembangan
pariwisata berupa perubahan sosial, diantaranya terdapat pola hubungan yang
khas, timbulnya kelompok-kelompok kepentingan, dan menipisnya keharmonisan
rumahtangga suami isteri, serta perubahan budaya berupa moral dan etika.
Selanjutnya Ayuningtyas (2011) berpendapat bahwa dampak pariwisata terhadap
kehidupan masyarakat setempat dapat dilihat melalui aspek sosio-ekonomi,
berupa peningkatan pendapatan, bertambahnya kesempatan kerja, tingkat konflik,
dan pembagian jam kerja pada bidang ekowisata, serta kehidupan sosio-ekologi
masyarakat, berupa sikap penduduk terhadap wisatawan, komunikasi, status
pemukiman penduduk, keterlibatan penduduk dalam konservasi sumberdaya alam
lokal, dan penilaian tentang gaya hidup.
Karakteristik dan Perilaku Individu
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), secara definitif, karakteristik
pribadi/individu merupakan bagian dari individu yang melekat pada diri seseorang
yang mendasari tingkah laku orang tersebut yang dibutuhkan dalam suatu kriteria
atau situasi tertentu. Rogers and Shoemaker (1971) mengatakan bahwa usia dalam
karakteristik sosioekonomi, memang mempengaruhi perubahan sikap dalam
menerima suatu perubahan. Misalnya saja pada usia muda seseorang lebih mudah
menerima suatu hal yang baru dibandingkan mereka yang berusia lanjut.
Karakteristik individu menurut Lionberger (1960) yang dikutip oleh Walters
et al. (2005) menyatakan bahawa karakteristik individu yang perlu diperhatikan
adalah umur, tingkat pendidikan dan karakteristik psikologi. Karaktreristik
psikologi antara lain adalah rasionalitas, fleksibelitas mental, dogmatisme,
orientasi terhadap usaha tani dan kecenderungan mencari informasi.
Karakteristik adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang melekat pada sesuatu
(benda, orang atau makhluk hidup lainnya) yang berhubungan dengan berbagai
aspek kehidupannya (Mardikanto 1993). Lebih jauh, Mardikanto (1993)
memberikan contoh tentang karakteristik individu, yaitu sifat-sifat yang melekat
pada diri seseorang yang berhubungan dengan berbagai apek kehidupannya,
antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, jabatan, status sosial dan agama.
Merujuk pada pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan karakteristik
suatu komunitas adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang melekat pada komunitas
tersebut yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Berdasarkan hasil
penelitian Pamungkas (2012), suatu karakteristik individu dapat membentuk dan
mempengaruhi suatu komunitas. Usia, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin
memang mempengaruhi perilaku dalam suatu komunitas.
Menurut Baron dan Byrne (2003), jenis kelamin merupakan kejantanan atau
kewanitaan yang ditentukan oleh faktor genetik yang berperan pada saat konsepsi
dan menghasilkan perbedaan dalam fisik dan anatomi. Sedangkan gender merujuk
pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk
peran, tingkah laku, kecenderungan, dan atribut lain yang mendefinisikan arti
menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Dalam
hal-hal tertentu, tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh peran gender yang
diharapkan, sehingga laki-laki seharusnya kuat, dominan, asertif, sementara
perempuan seharusnya perhatian, sensitif, dan ekspresif secara emosional.
Contohnya, laki-laki duduk dengan kaki dan lengan menjauh dari tubuh,

10
sementara wanita duduk dengan salah satu kaki ditumpangkan pada kaki yang lain
dan tangan pada tubuh.
Sikap
Menurut Baron dan Byrne (2003), sikap merupakan evaluasi seseorang
terhadap berbagai aspek dunia sosial yang memunculkan rasa suka atau tidak suka
terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial, dan objek. Sering kali sikap
direfleksikan dalam tingkah laku walaupun terkadang tidak selalu demikian, hal
ini disebut sebagai ambivalensi sikap. Ambivalensi sikap merujuk pada fakta
bahwa seseorang sering kali memiliki evaluasi positif dan negatif terhadap objek
sikap yang sama, sehingga sikap mereka terhadapnya menjadi ambivalen.
Menurut Fazio (1989) yang dikutip dalam Baron dan Byrne (2003), model proses
sikap terhadap tingkah laku yaitu proses mengaktifkan sebuah sikap melalui
beberapa kejadian, setelah sikap diaktifkan akan mempengaruhi sikap terhadap
objek sikap. Pada saat yang bersamaan, pengetahuan kita tentang apa yang pantas
dalam sebuah situasi juga diaktifkan. Secara bersama-sama, sikap dan informasi
yang telah dimiliki tentang apa yang pantas atau diharapkan membentuk definisi
mengenai kejadian tersebut, dan pada akhirnya sikap ini mempengaruhi tingkah
laku.
Doxey (1976) yang dikutip oleh Pitana dan Gayatri (2005) mengatakan
bahwa sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan bisa saja berubah secara linier,
yaitu sikap yang mula-mula positif berubah menjadi semakin negatif seiring
dengan pertambahan jumlah wisatawan. Tahapan-tahapan sikap masyarakat lokal
terhadap wisatawan tersebut diantaranya:
1) Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta
harapan. Ini terjadi pada fase-fase awal perkembangan pariwisata pada
suatu daerah tujuan wisata, dan umumnya daerah tujuan wisata tersebut
belum mempunyai perencanaan.
2) Apathy. Masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah,
dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didominasi oleh
hubungan komersial.
3) Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai
merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan. Perencana umumnya
berusaha meningkatkan prasarana dan sarana, tetapi belum ada usaha
membatasi pertumbuhan.
4) Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan
ketidaksenangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah.
Pada fase ini perencana baru menyadari pentingnya perencanaan
menyeluruh.
Penggunaan Media Massa
Terdapat definisi mengenai komunikasi massa dan media massa. Menurut
Barata (2003), komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada
komunikan yang berjumlah banyak, heterogen, tidak dikenal, atau ditujukan
kepada masyarakat umum, dan proses komunikasinya dilakukan melalui media
yang mampu digunakan untuk komunikasi massa. Sedangkan media massa adalah
suatu alat atau seperangkat alat yang dapat digunakan untuk menunjang
kelancaran proses komunikasi massa.

11
Barata (2003) juga mengatakan bahwa media komunikasi dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu: (1) media komunikasi audio (pendengaran), yaitu suatu
alat bantu komunikasi yang memancarkan suara, sehingga memungkinkan
komunikasi dapat ditangkap melalui saluran pendengaran. Contoh: radio dan
telepon; (2) media komunikasi visual (penglihatan), yaitu suatu alat bantu
komunikasi yang memancarkan tulisan dan atau gambar, sehingga memungkinkan
komunikasi dapat ditangkap melalui saluran penglihatan. Contoh: media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid); (3) media komunikasi audio-visual (pendengaran
dan penglihatan), yaitu suatu alat bantu komunikasi yang dapat memancarkan
suara disertai tulisan dan atau gambar, sehingga memungkinkan komunikasi dapat
ditangkap melalui saluran pendengaran dan penglihatan. Contoh: televisi, video,
film. Masyarakat di Kampung Naga sudah ada yang memiliki media komunikasi
massa, yaitu radio dan televisi. Radio dan televisi ini tidak menggunakan aliran
listrik, melainkan menggunakan bantuan tenaga aki.
Adapun fungsi komunikasi massa menurut Effendy (1993) yang dikutip
oleh Ardianto et al. (2009), yaitu: (1) fungsi informasi, yaitu media massa
merupakan penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Berbagai
informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa sesuai dengan kepentingannya;
(2) fungsi pendidikan, yaitu media massa menyajikan hal-hal yang sifatnya
mendidik, salah satunya adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan
yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca; (3) fungsi memengaruhi, yaitu
khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun
surat kabar.
Media massa dapat mempengaruhi perilaku seseorang, salah satunya adalah
gaya hidup. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian McQuail dan Windahl (1984)
yang dikutip dalam Sihabudin (2011), media massa mempunyai kontribusi dalam
menumbuhkan gaya hidup baru. Gaya hidup dapat terbentuk sebagai akibat dari
pesan media massa, seperti cara berbicara, cara berpakaian, makanan yang kita
makan dan cara kita menyiapkan dan mengonsumsinya, cara membagi waktu dan
ruang. Sedangkan menurut Ardianto et al. (2009), media massa secara pasti
memengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak, hal ini dibuktikan dengan
seorang remaja laki-laki yang mengenakan topi seperti yang dipakai aktor dalam
satu tayangan komedi di televisi, kemudian anak-anak lainnya pun dengan segera
menirunya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial-Budaya Pariwisata
Davis dikutip Setiadi dan Kolip (2011) mengatakan bahwa perubahanperubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan
kebudayaan mencakup semua bagian kebudayaan, termasuk di dalamnya
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, maupun perubahan-perubahan
dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Misalnya perubahan logat
bahasa yang terjadi dalam bahasa-bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, akan
tetapi perubahan-perubahan ini tidak mempengaruhi organisasi sosial dari
masyarakat-masyarakat yang menggunakan bahasa ini. Menurut Setiadi dan Kolip
(2011), perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang
sama, yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan penerimaan dari cara-cara baru
atau perbaikan dari cara-cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya. Hal ini menyebabkan sulitnya memisahkan antara perubahan sosial

12
dengan kebudayaan. Misalnya, perubahan dalam mode pakaian, perubahan
kesenian, bisa terjadi tanpa memengaruhi perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan atau sistem sosial.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan sosial-budaya.
Menurut Soekanto (2012), faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
yaitu sistem pendidikan formal yang maju karena pendidikan mengajarkan aneka
kemampuan kepada individu. Adapun Ryan (1991) yang dikutip oleh Pitana dan
Gayatri (2005) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial-budaya pariwisata, yaitu:
1) jumlah wisatawan
2) tipe wisatawan
3) tahap perkembangan pariwisata
4) perbedaan norma budaya antara negara asal wisatawan dengan negara
penerima
5) besar kecilnya pembelian barang-barang properti oleh wisatawan
6) kepercayaan-kepercayaan masyarakat lokal dan kekuatan dari kepercayaan
tersebut
7) keterbukaan terhadap berbagai kekuatan yang mempengaruhi perubahan
teknologi, sosial, dan budaya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Setiadi
dan Kolip (2011) yang menyatakan bahwa penemuan baru dalam berbagai
bidang akan memengaruhi bidang kehidupan lainnya.
8) homogenitas masyarakat penerima
9) aksesibilitas DTW
10) kekuatan awal dari tradisi berkesenian, cerita rakyat, legenda, dan sifatsifat tradisi tersebut.
Kerangka Pemikiran
Menurut Kurnia et al. (2007), gaya hidup tradisional adalah sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun temurun, sedangkan gaya hidup modern
merupakan sesuatu yang paling baru dan mutakhir. Globalisasi mempunyai
pengaruh kuat terhadap perilaku masyarakat. Masyarakat yang semula berperilaku
tradisional mulai berubah mengikuti perkembangan jaman, seperti menggunakan
teknologi terbaru dan cenderung materialistik. Namun tidak sedikit masyarakat
yang masih mempertahankan gaya hidup tradisional.
Gaya hidup masyarakat adat mulai mengalami perubahan seiring dengan
banyaknya wisatawan yang berkunjung, keterbukaan masyarakat adat terhadap
teknologi, dan masuknya media massa. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial dan kebudayaan menurut Soekanto (2012), diantaranya: (1)
bertambah atau berkurangnya penduduk; (2) penemuan-penemuan baru, seperti:
radio, televisi, telepon, mobil, kapal terbang, dan sebagainya; (3) pertentangan
(conflict) masyarakat; dan (4) terjadinya pemberontakan atau revolusi yang
disebabkan oleh lingkungan alam fisik, peperangan, dan pengaruh kebudayaan
lain. Segala perubahan yang terjadi di Kampung Naga bisa saja dipengaruhi oleh
adanya penemuan-penemuan baru, seperti: radio, televisi, telepon genggam, dan
internet. Adapun kemungkinan pengaruh budaya lain karena banyaknya

13
wisatawan yang berkunjung berasal dari budaya yang berbeda. Wisatawan yang
datang ke Kampung adat berasal dari berbagai daerah dan kebudayaan yang
berbeda, sehingga segala perbedaan yang tercermin dari perilaku wisatawan dapat
mendorong timbulnya sikap dari masyarakat adat. Namun tingkat sikap pada
setiap orang dapat berbeda-beda, ada yang negatif dan ada yang positif. Sikap
yang negatif berarti masyarakat tidak tertarik untuk mengikuti perilaku
wisatawan, seperti cara berpakaian, cara berbicara, dan penggunaan telepon
genggam. Adapun sikap yang positif berarti masyarakat tertarik untuk mengikuti
perilaku wisatawan tersebut. Kemudian keterbukaan masyarakat terhadap
teknologi seperti telepon genggam dan internet dapat mengubah gaya hidup
masyarakat adat. Hal ini karena mudahnya komunikasi dan informasi yang dapat
diperoleh melalui telepon genggam dan internet. Selain itu, masuknya media
massa seperti radio dan televisi juga dapat mengubah gaya hidup masyarakat adat.
Hal ini karena masyarakat memperoleh pesan dan informasi melalui radio dan
televisi, kemudian pesan dan informasi yang dianggap menarik akan diikuti oleh
masyarakat tersebut. Adanya perubahan gaya hidup masyarakat adat dapat
berdampak pada lunturnya kebudayaan mereka. Penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan gaya hidup masyarakat Naga, menganalisis hubungan antara
karakteristik individu dengan gaya hidup masyarakat Naga. Adapun faktor lain
yang ingin diuji hubungannya, yaitu sikap masyarakat terhadap wisatawan dengan
gaya hidup masyarakat Naga. Kemudian peneliti mencoba menggambarkan
adanya hubungan antara keterbukaan masyarakat terhadap teknologi dengan gaya
hidup masyarakat Naga, keterbukaan terhadap teknologi tersebut dapat diukur
melalui penggunaan telepon genggam dan penggunaan internet. Adapun
penggunaan media masa oleh masyarakat berhubungan dengan gaya hidup
masyarakat Naga. Penggunaan media massa dapat dilihat melalui kepemilikan
radio dan kepemilikan televisi oleh masyarakat Naga. Sedangkan gaya hidup
masyarakat Naga dapat dilihat dari penggunaan barang, penggunaan tempat,
penggunaan waktu. Adapun keterikatan antar variabel-variabel tersebut, tersaji
dalam kerangka pemikiran di bawah ini:

14

Karakteristik Individu:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat Pendidikan
4. Jenis Pekerjaan
Sikap
Masyarakat
terhadap Wisatawan

Gaya Hidup Masyarakat
Naga:
1. Penggunaan Barang
2. Penggunaan Tempat
3. Penggunaan Waktu

Keterbukaan
terhadap
Teknologi:
1. Penggunaan
Telepon
Genggam
2. Penggunaan Internet
Penggunaan
Media
Massa:
1. Kepemilikan Radio
2. Kepemilikan Televisi
Keterangan :
: Berhubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran dari gaya hidup masyarakat Naga dan faktorfaktor yang mempengaruhinya

Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan gaya hidup
masyarakat Naga.
2. Terdapat hubungan antara sikap masyarakat terhadap wisatawan dengan
gaya hidup masyarakat Naga.
3. Terdapat hubungan antara keterbukaan terhadap teknologi dengan gaya
hidup masyarakat Naga.
4. Terdapat hubungan antara penggunaan media massa dengan gaya hidup
masyarakat Naga.

15
Definisi Operasional
Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik individu adalah faktor internal individu masyarakat Naga yang
menggerakkan dan mempengaruhi perilaku mereka. Karakteristik individu ini
terbagi menjadi empat variabel, yaitu:
(1) Usia adalah lamanya hidup masyarakat Naga hingga saat ini. Pembagian
usia pada penelitian ini, dibagi berdasarkan adat masyarakat Naga yaitu
remaja (13-18 tahun), dewasa awal (19-34 tahun), dan dewasa tua (≥ 35
tahun). Usia tersebut diberi kode yaitu remaja = 1, dewasa awal = 2, dan
dewasa tua = 3. Data ini termasuk dalam skala ordinal.
(2) Jenis kelamin adalah identitas biologis masyarakat Naga yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin tersebut diberi kode yaitu laki-laki
= 1 dan perempuan = 2. Data ini termasuk dalam skala nominal.
(3) Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh
masyarakat Naga yang terbagi ke dalam tiga kategori yaitu SD, SMP, dan
SMA. Ketiga kategori tersebut diberi kode yaitu SD = 1, SMP = 2, dan
SMA = 3. Data ini termasuk dalam skala ordinal.
(4) Jenis pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh
masyarakat Naga untuk mendapatkan keuntungan material untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada penelitian ini, jenis
pekerjaan yang ada di Kampung Naga beserta pengkodeannya terbagi
menjadi enam yaitu tidak bekerja = 1, petani = 2, penjaga toko = 3,
pemandu wisata = 4, wiraswasta = 5, dan pengrajin = 6. Data ini termasuk
dalam skala nominal.
2. Sikap adalah evaluasi masyarakat Naga terhadap wisatawan yang
memunculkan rasa suka atau tidak suka dan informasi yang telah dimiliki
tentang apa yang pantas atau diharapkan membentuk definisi mereka
mengenai wisatawan tersebut, dan pada akhirnya sikap ini mempengaruhi
tingkah laku masyarakat Naga. Sikap masyarakat terhadap wisatawan diukur
melalui pendapat masyarakat mengenai cara berpakaian wisatawan, cara
bicara wisatawan, dan penggunaan telepon genggam oleh wisatawan.
Kemudian dikategorikan menjadi: (a) positif; dan (b) negatif den