Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat Termal dan Mekanik Komposit Poliasam Laktat
i
KARBOKSIMETILASI SELULOSA MIKROFIBRIL
GUNA MENINGKATKAN SIFAT TERMAL DAN MEKANIK
KOMPOSIT POLIASAM LAKTAT
FITRI ADILLA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karboksimetilasi
Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat Termal dan Mekanik Komposit
Poliasam Laktat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Fitri Adilla
NIM G44090057
ABSTRAK
FITRI ADILLA. Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat
Termal dan Mekanik Komposit Poliasam Laktat. Dibimbing oleh SUMINAR S
ACHMADI dan LISMAN SURYANEGARA.
Penguatan komposit poliasam laktat (PLA) menggunakan selulosa
mikrofibril (MFC) telah diketahui dapat menggantikan plastik berbasis minyak
bumi yang digunakan dalam industri otomotif dan elektronik. Akan tetapi, serat
selulosa yang hidrofilik sulit menyebar ke dalam matriks PLA yang hidrofobik.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan karboksimetilasi MFC (CM-MFC)
pada DS 0.1 dan 0.4 untuk meningkatkan penyebaran nanoserat ke dalam matriks
PLA sehingga meningkatkan sifat termal dan mekanik komposit PLA. CM-MFC
pada DS 0.1 dan 0.4 masing-masing diperoleh dari nisbah pelarut air:isopropanol
(1:1 dan 0:1). Komposit PLA dibuat menggunakan pelarut organik, yang diikuti
oleh peramasan dan pengempaan panas. Sifat termal dan mekanik PLA
menunjukkan bahwa karboksimetilasi dalam air:isopropanol dapat mempercepat
kristalisasi PLA serta meningkatkan nilai modulus elastisitas, kuat tarik, dan
regangan maksimum PLA masing-masing 0.4 GPa, 9 MPa, dan 1%, dengan
kandungan serat 10% (b/b). Berdasarkan informasi tersebut, komposit PLA/MFC
dapat diperbaiki penyebaran dan sifatnya dengan karboksimetilasi pada DS 0.1.
Kata kunci: karboksimetilasi, komposit PLA
ABSTRACT
FITRI ADILLA. Carboxymethylation of Microfibrillated Cellulose to Improve
Thermal and Mechanical Properties of Polylactic Acid Composites. Supervised by
SUMINAR S ACHMADI and LISMAN SURYANEGARA.
Composite of polylactic acid (PLA) reinforced with microfibrillated
cellulose (MFC) could replace petroleum-based plastics for automotives and
electronics purposes. Unfortunately, the hydrophilicity of nanofibers make it
difficult to attain good dispersion in a hydrophobic PLA matrix. Therefore, MFC
was modified to carboxymethyl-MFC (CM-MFC) with DS 0.1 and 0.4 to enhance
dispersion of nanofibers in a PLA matrix, thus improve the thermal and
mechanical properties of the PLA composite. CM-MFC with DS 0.1 and 0.4 were
obtained under reaction conditions of water and isopropanol (1:1 and 0:1). PLA
composites were prepared using organic solvent, followed by kneading and hot
pressing. The thermal and mechanical properties of PLA composites showed that
the carboxymethylated MFC in the solvent accelerated the crystallization of PLA
and improved the modulus of elasticity, tensile strength, and maximum strain by
0.4 GPa, 9 MPa, and 1%, respectively, at a fiber content of 10 (b/b)%. Based on
these information, the dispersion and properties of PLA/MFC composites were
enhanced using carboxymethylation at DS 0.1.
Key words: carboxymethylation, PLA composite
KARBOKSIMETILASI SELULOSA MIKROFIBRIL
GUNA MENINGKATKAN SIFAT TERMAL DAN MEKANIK
KOMPOSIT POLIASAM LAKTAT
FITRI ADILLA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat
Tennal dan Mekanik Komposit Poliasam Laktat
: Fitri Adilla
Nama
: G44090057
NIM
Disetujui oleh
Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
2 S ou Lun
Dr Lisman Suryanegara, M.Agr
Pembimbing II
Judul Skripsi : Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat
Termal dan Mekanik Komposit Poliasam Laktat
Nama
: Fitri Adilla
NIM
: G44090057
Disetujui oleh
Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD
Pembimbing I
Dr Lisman Suryanegara, MAgr
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S(B/B) atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
―Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat Termal dan
Mekanik Komposit Poliasam Laktat‖. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2013 di
Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, dan
Laboratorium Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, dukungan, dan
kerja sama yang telah diberikan oleh Ibu Prof Ir Suminar S. Achmadi, PhD selaku
pembimbing I dan Bapak Dr Lisman Suryanegara, MAgr selaku pembimbing II.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Drs Muhammad Farid,
MSi atas diskusi dan saran berkaitan dengan penelitian. Terima kasih juga kepada
Bapak Sabur dan Ibu Yenni atas bantuan yang telah diberikan selama penulis
melakukan penelitian di Laboratorium Kimia Organik. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ucapan terima kasih kepada Panji, Ajeng, Resty, dan Reza yang telah
memberikan semangat dalam menyusun karya ilmiah ini.
Penelitian ini disponsori oleh Kementerian Riset dan Teknologi melalui
LIPI dalam Program Kompetitif Material Maju pada tahun 2013 yang diraih oleh
Dr Lisman Suryanegara, MAgr.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Fitri Adilla
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Bahan dan Alat
2
Prosedur
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Morfologi Serat MFC
4
Ciri-ciri CM-MFC
5
Sifat Termal PLA dan Kompositnya
6
Penguatan MFC dan Modifikasinya terhadap Sifat Mekanik Komposit PLA8
SIMPULAN DAN SARAN
9
Simpulan
9
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL
1 Serapan MFC dan modifikasinya
2 Sifat-sifat termal pada PLA dan kompositnya
6
7
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Morfologi MFC yang diuji menggunakan SEM
Spektrum IR pada karboksimetil-MFC dengan DS 0.1 dan 0.4
Perbandingan termogram DSC pada PLA dan kompositnya
Perbandingan kekuatan mekanik pada PLA dan kompositnya
5
6
7
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian
2 Karboksimetilasi MFC
3 UTM pada PLA dan kompositnya
12
13
15
1
PENDAHULUAN
Poliasam laktat (PLA) merupakan biopolimer yang terbuat dari bahan baku
pertanian yang dapat diperbarui. PLA berpotensi menggantikan plastik berbasis
minyak bumi karena sifat kekakuan dan kekuatannya yang baik (Mathew et al.
2006). Akan tetapi, sifatnya yang tidak tahan panas, regas, dan proses kristalisasi
lambat dapat membatasi aplikasi yang lebih luas untuk PLA (Suryanegara et al.
2009; Hughes et al. 2012). Untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut digunakan
selulosa sebagai penguat matriks PLA. Hal ini karena selulosa memiliki kekuatan
dan kekakuan yang tinggi, murah, densitas rendah, biodegradabel, dan
memproduksi emisi CO2 rendah (Siro dan Plackett 2010).
Beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan serat selulosa berukuran nano
sebagai penguat matriks polimer, yaitu selulosa mikrofibril (MFC) dengan kisaran
diameter 10˗˗100 nm dan sebagian berukuran mikrometer. Keunggulan MFC
dibandingkan dengan serat selulosa adalah pemuaian termal yang sama rendahnya
dengan kuarsa dan bentuknya seperti jaringan selaput (Iwatake et al. 2008;
Nakagaito et al. 2009; Suryanegara et al. 2009). Produksi MFC diperoleh dengan
perlakuan mekanis, yaitu penyeratan dan homogenisasi tekanan tinggi (Siro dan
Plackett 2010; Lavoine et al. 2012).
Iwatake et al. (2008) membuat komposit PLA/MFC dengan 2 metode, yaitu
metode pencampuran langsung dan metode pelarut organik; setelah tahap tersebut
dilakukan peramasan (kneading). Hasil yang didapat dari metode pelarut organik
dan peramasan adalah MFC tersebar secara merata ke dalam matriks PLA
sehingga nilai modulus Young dan kuat tariknya meningkat masing-masing 40
dan 25% tanpa menurunkan regangan pada kandungan serat 10% (b/b), sedangkan
pada metode pencampuran langsung komposit tidak menunjukkan peningkatan
nilai modulus Young bahkan nilai regangan dan kuat tariknya menurun hingga
10% dibandingkan dengan PLA murni. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya
aglomerasi pada MFC, sehingga dalam penelitian ini digunakan metode pelarut
organik dan peramasan. Namun, perbedaan sifat antara MFC yang hidrofilik dan
PLA yang hidrofobik membuat keduanya tidak kompatibel sehingga
penyebarannya kurang merata (Frone et al. 2013).
Guna mengatasi kompatibilitas antara MFC dan PLA, perlu dilakukan
modifikasi kimia pada selulosa. Tingaut et al. (2009) memodifikasi MFC dengan
cara asetilasi untuk meningkatkan kompatibilitas komposit PLA/MFC. Gugus
asetil dapat mengurangi ikatan hidrogen di antara MFC sehingga hidrofilisitasnya
menurun dan menghasilkan penyebaran yang lebih baik ke dalam matriks PLA.
Di samping itu, Bondenson dan Oksman (2007) meningkatkan penyebaran
selulosa nanomisai (cellulose nanowhisker) ke dalam matriks PLA dengan
menambahkan surfaktan anionik (5, 10, dan 20% (b/b)). Hasilnya menunjukkan
bahwa penyebaran selulosa, nilai kuat tarik, dan regangan patahnya meningkat.
Dalam penelitian ini dilakukan cara lain untuk membuat MFC dapat kompatibel
dan tersebar secara merata ke dalam matriks PLA, yaitu melalui karboksimetilasi
MFC (CM-MFC) secara parsial. Karboksimetilasi dilakukan melalui 2 tahap,
yaitu aktivasi dengan NaOH dan eterifikasi dengan asam monokloroasetat.
CM-MFC merupakan selulosa eter yang bersifat anionik, titik didih dan titik
leleh tinggi pada keadaan garamnya, dapat larut dalam air, dan pada derajat
2
substitusi (DS) 0.4 mampu membengkak dalam air berkat sifat anioniknya
(Adinugraha et al. 2005; Rachtanapun et al. 2012). Selain itu, CM-MFC dapat
menyebabkan serat-serat menjadi bermuatan tinggi dan memudahkannya untuk
berliberasi (Aulin et al. 2009). Su et al. (2010) telah membuktikan bahwa
karboksimetilasi selulosa (CMC) dapat meningkatkan kuat tarik (σy dan σb)
matriks isolasi protein kedelai (SPI) dengan kandungan CMC (0˗˗40% (b/b))
berturut-turut sebesar 5.2˗˗11.6 dan 4.9˗˗17.2 MPa. Peningkatan nilai tersebut
mengindikasikan bahwa belitan molekul dan reaksi antara SPI dan CMC
meningkatkan kuat tarik komposit. Selain itu, komposit SPI/CMC memiliki
transisi kaca tunggal (single Tg) pada 75˗˗100 °C sehingga kompatibilitasnya
dikatakan baik.
Nogi et al. (2006) menyatakan bahwa asetilasi dengan DS 0.17 pada
selulosa bakteri (BC) nanoserat dapat memperkuat nanokomposit, sedangkan
Ifuku et al. (2007) menyatakan bahwa asetilasi dengan DS 0.23˗˗0.6 pada BC
nanoserat menghasilkan sedikit perubahan kristalinitas. Sedikit karboksimetilasi
pada selulosa dapat meningkatkan sifat-sifat kekuatan (Fengel dan Wegener 1995),
sehingga DS yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.1 dan 0.4. Oleh karena
itu, dengan memprioritaskan sifat anioniknya, CM-MFC diharapkan dapat
tersebar dengan baik ke dalam matriks PLA sehingga sifat termal dan mekanik
komposit PLA meningkat. Penelitian ini bertujuan memodifikasi MFC dengan
cara karboksimetilasi parsial menjadi CM-MFC untuk dievaluasi pengaruhnya
pada sifat termal dan mekanik komposit PLA.
METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah PLA dan MFC. PLA dengan nama dagang
Lacea H-400 BM 200.000 diperoleh dari Mitsui Chemicals Inc. Selulosa
mikrofibril (MFC) dengan nama dagang Celish KY-100G diperoleh dari Industri
Kimia Daicel, Ltd., Jepang. Sampel MFC mengandung serat 10% (b/b).
Instrumen analisis yang digunakan adalah peramas (kneader) Rheumix;
ultra-turrax IKA® T25 digital, rotor IKA® EUROSTAR; spektrofotometer
inframerah transformasi Fourier (FTIR); mesin pengujian universal (UTM),
kalorimeter pemayaran diferensial (DSC), mikroskop elektron pemayaran (SEM).
Prosedur
Penelitian ini terdiri atas 3 tahap, yaitu karboksimetilasi MFC pada DS 0.1
dan 0.4, penyiapan komposit PLA/CM-MFC, dan analisis morfologi serat serta
sifat termal dan mekanik komposit PLA/CM-MFC. Bagan alir penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Karboksimetilasi MFC (Modifikasi Ibrahim et al. 2011)
MFC dengan kandungan serat 10% (b/b) (kadar air (KA) 90%) diperas
dengan kain penyerap air (kanebo) sampai kandungan seratnya 30% (b/b) (KA
3
70%). Karboksimetilasi MFC dilakukan melalui 2 tahap. Pertama adalah proses
alkalisasi, yaitu sebanyak 4 g MFC (basis kering) disuspensikan ke dalam 80 mL
isopropanol:air (1:0 dan 1:1) dan ditambahkan 16 mL NaOH 20% tetes demi tetes,
lalu diaduk selama 1 jam. Kedua adalah proses eterifikasi, yaitu sebanyak 5.2 g
asam monokloroasetat dilarutkan ke dalam 12 mL isopropanol:air (1:0 dan 1:1)
dan ditambahkan ke dalam campuran reaksi tetes demi tetes, lalu campuran
diaduk kembali selama 3 jam pada suhu 50 °C. Campuran kemudian disaring dan
fase padatnya disuspensikan ke dalam 120 mL metanol 70% dan dinetralisasi
dengan asam asetat glasial. Suspensi difiltrasi, lalu dicuci sebanyak 4 kali dengan
etanol masing-masing 160 mL. Proses ini dilakukan duplo dan produknya
disatukan.
Karakterisasi CM-MFC dengan Analisis FTIR dan DS (ASTM D 1439-03
2005)
Sampel untuk analisis FTIR dikeringkan pada suhu 150 °C selama 3 jam.
Sementara untuk analisis, DS sebanyak 4 g sampel dan 75 mL etanol 95% diaduk
selama 5 menit, lalu ditambahkan 5 mL asam nitrat dan dipanaskan sampai
mendidih. Pengadukan dilanjutkan selama 10 menit. Setelah diaduk, larutan
didekantasi dan dicuci dengan 80 mL etanol 80% (60 °C) sebanyak 5 kali
menggunakan pompa vakum. Selanjutnya, presipitat dicuci dengan sedikit
metanol anhidrat untuk menghilangkan alkohol, lalu difiltrasi. Hasil penyaringan
dikeringkan pada suhu 105 °C selama 3 jam dan didinginkan dalam desikator
selama 30 menit.
Sebanyak 0.2˗˗0.3 g CMC kering ditambahkan 20 mL air dan 5 mL NaOH
0.3 N dengan agitasi. Larutan dipanaskan sampai mendidih selama 15˗˗20 menit.
Setelah produk larut, campuran dititrasi dengan HCl 0.3 N. Indikator fenolftalein
ditambahkan untuk mengamati perubahan warna dari merah muda ke takberwarna. Derajat substitusi dihitung dengan persamaan di bawah ini:
A=
; DS =
Keterangan:
A = mL ekuivalen asam per gram sampel
B = volume NaOH yang ditambahkan (mL)
C = konsentrasi NaOH (N)
D = volume HCl yang dibutuhkan (mL)
E = konsentrasi HCl (N)
F = bobot CMC (g)
162 = bobot molekul unit glukosa anhidrat
58 = kenaikan bobot molekul unit glukosa anhidrat untuk setiap substitusi
gugus karboksimetil
Penyiapan Komposit PLA/CM-MFC (Modifikasi Suryanegara et al. 2009)
Komposit PLA/CM-MFC sebanyak 50 g dengan kandungan CM-MFC 10%
(b/b) dalam komposit dibuat dengan metode pelarut organik, yaitu kandungan air
dalam CM-MFC diganti melalui pertukaran pelarut berturut-turut dengan etanol,
aseton, dan diklorometana. Sebanyak 5.25 g CM-MFC (basis kering)
didispersikan ke dalam 500 mL pelarut organik, lalu diaduk dengan ultra-turrax
4
selama 15 menit dan difiltrasi. Proses tersebut dilakukan sebanyak 3 kali masingmasing untuk etanol dan aseton, dan 2 kali untuk diklorometana. Kemudian
presipitat yang diperoleh dicampur ke dalam 45 g PLA yang telah dilarutkan
sempurna ke dalam 300 mL diklorometana. Campuran diaduk selama 1 jam, lalu
dituang di atas nampan sampai pelarut menguap pada suhu ruang dalam lemari
asam semalaman. Selanjutnya, komposit dikeringkan dalam oven pada suhu 50 °C
semalaman.
Komposit yang telah kering ditimbang bobotnya, lalu dipotong kecil˗kecil
(± 1 cm2) untuk dilanjutkan ke tahap homogenisasi dengan peramasan
menggunakan Rheumix pada suhu 160 °C dengan kecepatan 40 rpm selama 8
menit. Selanjutnya komposit dikempa panas pada suhu 180 °C dengan tekanan
400 Pa selama 3 menit.
Uji Morfologi Permukaan
Morfologi serat MFC diamati menggunakan SEM di Puslitbang Kehutanan.
Sampel dipreparasi dengan mendispersikan MFC ke dalam air, lalu serat yang
terdispersi diteteskan di atas tube yang telah diberi perekat. Kemudian serat
dikeringkan pada suhu 105 °C selama 24 jam, dan selanjutnya dilapisi dengan
emas di Laboratorium Zoologi LIPI, Cibinong.
Pengujian Sifat Termal
Kekuatan termal PLA dan kompositnya diukur menggunakan DSC di
Akademi Kimia Analisis, Bogor. Dalam pengukuran, gas nitrogen dialirkan
dengan laju alir 50 mL/menit dilakukan pada kisaran suhu 27˗˗200 °C dengan laju
5 °C/menit menggunakan ± 5 mg PLA dan kompositnya. Sifat-sifat termal seperti
suhu transisi kaca (Tg), suhu kristalisasi dari keadaan dingin (Tcc), dan suhu leleh
(Tm) merupakan hasil dari DSC dengan pengamatan pemanasan.
Pengujian Sifat Mekanik
Kekuatan mekanik PLA dan kompositnya diukur menggunakan UTM di
Laboratorium Biomaterial LIPI. Sampel dipotong menjadi beberapa spesimen
dengan ukuran panjang 60 mm, lebar 5 mm, dan tebal 1 mm. Informasi yang
diperoleh dari pengujian ini adalah regangan maksimum (%), kuat tarik (MPa),
dan modulus elastis (GPa), yang semua hasilnya ditunjukkan dengan nilai ratarata dari 3 kali pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Serat MFC
Gambar 1 menunjukkan morfologi serat MFC yang terukur oleh SEM pada
perbesaran 1000×. Hasil morfologi tersebut memperlihatkan ukuran dimensi serat
yang kecil dan beragam sehingga memberi efek belitan yang kuat pada jejaring
nanoserat. Oleh karena itu, serat MFC berpotensi untuk menguatkan matriks
polimer walaupun kandungan seratnya rendah, seperti 5% (b/b) (Iwatake et al.
2008). Adapun serat pada gambar terlihat menumpuk karena saat pendispersian
5
MFC ke dalam air tidak homogen dan tingginya densitas gugus OH pada
permukaan serat yang dapat memperkuat interaksi dan mendorong terjadinya
aglomerasi (Zimmermann et al. 2004).
Gambar 1 Morfologi MFC yang diuji menggunakan SEM
Ciri-ciri CM-MFC
Perbedaan hidrofilisitas membuat komposit yang terbuat dari PLA dan MFC
tidak kompatibel, sehingga dilakukan modifikasi parsial MFC dengan cara
karboksimetilasi. Reaksi antara selulosa alkali dan reagen eterifikasi pada suhu
50 °C adalah
Sel-OH + ClCH2COOH + 2NaOH
Sel-OCH2COONa + NaCl + 2H2O
CM-MFC dengan DS 0.1 diperoleh dengan pelarut air dan isopropanol,
sedangkan CM-MFC dengan DS 0.4 diperoleh dengan medium isopropanol. Data
.1 Lampiran 2.
hasil karboksimetilasi dan perhitungan nilai DS dapat dilihat pada
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nisbah isopropanol dapat meningkatkan
nilai DS pada CMC. Isopropanol dapat menaikkan konsentrasi NaOH di sekitar
selulosa karena NaOH tidak dapat larut dalam isopropanol. Dengan cara ini,
isopropanol membantu proses penetrasi dan transformasi pada struktur selulosa
membentuk Na-selulosa. Selain itu, meningkatnya kadar isopropanol dapat
mengubah struktur kristal pada selulosa (Pushpamalar et al. 2006), sehingga pada
DS 0.4 material berwujud serbuk halus dan pada DS 0.1 tetap berwujud serat
basah.
Selain DS, spektrum IR juga membuktikan telah terbentuk gugus
karboksmetil berdasarkan serapannya. Gambar 2 menunjukkan spektrum IR pada
CM-MFC dengan DS 0.1 dan 0.4. Berdasarkan hasil tersebut, CM-MFC pada DS
0.1 memiliki intensitas serapan yang lebih rendah dibandingkan dengan CM-MFC
pada DS 0.4. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar nilai DS, intensitas
serapan pada CM-MFC semakin tinggi. Adapun data serapan pada MFC dan
modifikasinya terdapat pada Tabel 1. Menurut Adinugraha et al. (2005), gugus
6
karboksil dan garamnya memiliki bilangan gelombang sekitar 1600˗˗1640 cm-1
dan 1400˗˗1450 cm-1. Pada CM-MFC 0.4, gugus ˗OH selulosa telah tersubstitusi
dengan gugus karboksimetil yang diindikasikan dengan munculnya puncak
serapan pada gugus C=O, ˗O˗, dan ˗CH2. Pada CM-MFC 0.1, gugus ˗OH selulosa
tetap dikatakan telah tersubstitusi oleh gugus karboksimetil, walaupun puncak
serapan gugus C=O tidak muncul (1642.53 cm-1). Hal ini karena munculnya
puncak serapan pada gugus ˗O˗ dan ˗CH2, serta telah teruji secara kuantitatif
dengan penentuan DS.
CMC 2
A
A
CMC 1
4 00 0.0
3 00 0
2 00 0
1 50 0
1 00 0
4 50 .0
cm-1
-1
Bilangan Gelombang (cm )
Gambar 2 Spektrum IR pada karboksimetil-MFC dengan DS 0.1 dan 0.4
Tabel 1 Serapan MFC dan modifikasinya
Gugus fungsi
Regang O˗H
Regang C=O
Regang ˗O˗
Tekuk ˗CH2
a
MFC
3236.79
-
Bilangan gelombang (cm -1)
CM-MFC 0.1 CM-MFC 0.4
3392.70
3432.68
1642.53
1614.95
1060.81
1066.81
1424.24
1423.58
CMCa
3200˗˗3600
1600˗˗1640
1000˗˗1200
1400˗˗1450
Rachtanapun et al. (2012)
Sifat Termal PLA dan Kompositnya
Sifat termal PLA dengan keberadaan MFC dan modifikasinya diamati
menggunakan DSC. Termogram DSC dengan sistem pemanasan pada PLA dan
kompositnya memperlihatkan nilai Tg, Tcc, dan Tm, dengan PLA yang digunakan
adalah amorf (Gambar 3). Adapun data dari termogram DSC dapat dilihat pada
Tabel 2. Nilai Tg pada PLA/MFC sedikit lebih rendah dibandingkan dengan PLA
murni (48.36 °C vs 49.85 °C), sedangkan nilai Tg pada PLA/CM-MFC sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan PLA murni (50.94 °C dan 49.96 °C vs
49.85 °C). Perilaku yang sama juga diamati oleh Mathew et al. (2006), yang
mengindikasikan bahwa komposit PLA/CM-MFC mengalami relaksasi. Relaksasi
ialah tertundanya kondisi polimer menjadi rubbery, yang dengan demikian
modifikasi komposit PLA ini lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai
polimer dalam komponen otomotif karena meningkatkan ketahanan panas PLA.
7
DSC (mW)
1
a
PLA murni
Tcc
0
PLA/MFC
-1
Tg
-2
Tm
-3
0
50
100
150
200
250
Suhu (°C)
1
0
-1
-2
-3
-4
DSC (mW)
PLA murni
Tcc
b
PLA/CM-MFC 0.1
Tg
Tm
0
50
100
150
200
250
Suhu (°C)
DSC (mW)
1
c
PLA murni
Tcc
PLA/CM-MFC 0.4
0
-1
Tg
-2
Tm
-3
0
50
100
150
200
250
Suhu (°C)
Gambar 3 Perbandingan termogram DSC pada PLA dan kompositnya
Tabel 2 Sifat-sifat termal pada PLA dan kompositnya
Tg (°C)
Tcc (°C)
Tm (°C)
PLA
49.85
100.13
166.95
PLA/MFC
48.36
87.81
166.01
PLA/CM-MFC 0.1
50.94
88.54
166.33
PLA/CM-MFC 0.4
49.96
105.09
167.08
Sampel
Nilai puncak Tcc pada komposit PLA/MFC (87.81 °C) lebih rendah
dibandingkan dengan PLA murni (100.13 °C). Ciri yang serupa diamati oleh
Suryanegara et al. (2009); hal ini menunjukkan bahwa adanya MFC dapat
meningkatkan kristalinitas PLA karena proses kristalisasi PLA menjadi lebih
cepat, sehingga MFC dapat berperan sebagai nucleating agent. Nilai puncak Tcc
pada komposit PLA/CM-MFC 0.1 (88.54 °C) lebih rendah dibandingkan dengan
PLA murni (100.13 °C), tetapi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
PLA/MFC. Ini mengindikasikan bahwa karboksimetilasi yang menggunakan
pelarut air dan isopropanol dapat mempercepat proses kristalisasi PLA, walaupun
tidak secepat pada komposit PLA/MFC. Akan tetapi, nilai puncak Tcc pada
8
komposit PLA/CM-MFC 0.4 (105.09 °C) lebih tinggi dibandingkan dengan PLA
murni (100.13 °C). Ini pertanda bahwa karboksimetilasi dalam medium
isopropanol dapat menurunkan kristalinitas PLA karena dapat menghilangkan
peran MFC sebagai nucleating agent. Rachtanapun et al. (2012) melaporkan
bahwa karboksimetilasi dapat menurunkan kristalinitas selulosa, semakin banyak
gugus OH yang tersubstitusi, kristalinitasnya akan semakin rendah.
Hasil Tm yang diperoleh juga sama dengan Tcc, yaitu komposit PLA/CMMFC 0.1 lebih rendah, sedangkan komposit PLA/CM-MFC 0.4 lebih tinggi
daripada PLA murni. Semakin rendah nilai Tm akan semakin baik, karena
mempercepat proses injection molding. Berdasarkan ketiga parameter tersebut,
komposit PLA/CM-MFC 0.1 berpotensi untuk menggantikan plastik berbasis
minyak bumi.
Penguatan MFC dan Modifikasinya terhadap Sifat Mekanik Komposit PLA
Sifat mekanik PLA yang diperkuat oleh MFC dan modifikasinya diukur
berdasarkan uji tariknya. Gambar 4 menunjukkan perbadingan kekuatan mekanik
antara PLA dan kompositnya yang ditunjukkan oleh 3 parameter, yaitu regangan
maksimum (%), kuat tarik (MPa), dan modulus elastisitas (GPa). Rata-rata nilai
dari 3 kali pengulangan tertera di Lampiran 3. Komposit PLA/CM-MFC 0.1
menghasilkan kekuatan mekanik tertinggi dengan nilai regangan maksimum dan
kuat tarik tertinggi dibandingkan dengan PLA dan kompositnya, serta nilai
modulus elastisitasnya sama seperti komposit PLA/MFC. Adapun peningkatan
nilai regangan maksimum, kuat tarik, dan modulus elastisitas pada komposit
PLA/CM-MFC 0.1 masing-masing sebesar 82, 60, dan 24% dibandingkan dengan
PLA murni, sedangkan peningkatan kekuatan mekanik pada komposit PLA/MFC
dibandingkan dengan PLA murni berturut-turut adalah 18, 25, dan 24%. Selain itu,
peningkatan kuat tarik pada komposit PLA/CM-MFC 0.1 juga lebih besar
daripada peningkatan kuat tarik pada komposit PLA/MFC yang dihasilkan oleh
Iwatake et al. (2008), yaitu 25%. Hal ini mengindikasikan bahwa karboksimetilasi
MFC pada DS 0.1 dapat meningkatkan sifat mekanik PLA karena serat dapat
menyebar dengan baik ke dalam matriks PLA sehingga kompatibilitasnya
meningkat.
Akan tetapi, komposit PLA/CM-MFC 0.4 mengalami penurunan drastis
terhadap sifat mekanik PLA karena memiliki nilai regangan maksimum, kuat tarik,
dan modulus elastisitas yang terendah dibandingkan dengan PLA murni dan
kompositnya. Penurunan nilai-nilai tersebut berturut-turut adalah 40, 75, dan 41%
dibandingkan dengan PLA murni. Karboksimetilasi pada DS 0.4 mengubah
permukaan serat menjadi struktur yang halus (Pushpamalar et al. 2006) sehingga
menimbulkan aglomerasi serat-serat yang membuat penyebarannya tidak merata
ke dalam matriks PLA sehingga PLA menjadi lebih regas. Serat-serat yang
teraglomerasi ini mungkin merupakan akibat dari penggunaan isopropanol saat
modifikasi yang dapat mengubah struktur serat MFC.
Berdasarkan hasil kekuatan mekanik, komposit PLA/CM-MFC dengan DS
0.1 berpotensi sebagai pengganti polimer berbasis minyak bumi, karena selain
kuat tarik dan modulus elastisitas yang lebih besar, regangan maksimum pada
komposit tersebut juga lebih besar dibandingkan dengan PLA maupun komposit
9
PLA/MFC. Nakagaito et al. (2009) juga telah berhasil membuat komposit
PLA/MFC dengan penyebaran yang lebih baik dan meningkatkan kuat tarik,
modulus elastisitas, dan regangan maksimum sampai kandungan serat 90% (b/b),
yaitu dengan prosedur yang sama untuk pembuatan kertas.
Regangan Maksimum
(%)
2,5
2
1,5
1
0,5
0
PLA
PLA/MFC
PLA/CM-MFC 0.1
PLA/MFC 0.4
Sampel
Kuat Tarik (MPa)
25
20
15
10
5
0
PLA
PLA/MFC
PLA/CM-MFC 0.1
PLA/MFC 0.4
Sampel
Modulus Elastisitas
(GPa)
2,5
2
1,5
1
0,5
0
PLA
PLA/MFC
PLA/CM-MFC 0.1
PLA/MFC 0.4
Sampel
Gambar 4 Perbandingan kekuatan mekanik pada PLA dan kompositnya
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Modifikasi komposit PLA/MFC dengan cara karboksimetilasi MFC dapat
meningkatkan penyebaran nanoserat ke dalam matriks PLA pada DS 0.1. Pada DS
tersebut, modifikasi komposit juga dapat meningkatkan sifat mekanik dan termal
10
PLA, yaitu proses kristalisasinya menjadi lebih cepat dan kuat tariknya meningkat
sehingga memungkinkan untuk memperbaiki kompatibilitas dan sifat komposit
PLA/MFC. Sebaliknya, karboksimetilasi MFC dengan DS 0.4 menurunkan
kompatibilitas komposit PLA/MFC dan sifat termal/mekanik komposit PLA.
Aglomerasi nanoserat menjadi penyebab utama dalam tidak meratanya
penyebaran ke dalam matriks PLA sehingga komposit menjadi lebih regas dan
tidak tahan panas dibandingkan PLA.
Saran
Pengujian seperti dynamic mechanical analysis (DMA) dan thermal
mechanical analysis (TMA) perlu dilakukan untuk lebih mengetahui pengaruh
MFC dan modifikasinya terhadap sifat termal dan mekanik komposit PLA, bila
diaplikasikan ke otomotif dan elektronik. DMA menentukan kuat tarik
nanokomposit saat dipanaskan pada suhu 60˗˗80 °C, sedangkan TMA menentukan
pemuaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. Analytical method
for determining degree of substitution in the Product. Document CK-G06
Edition, 05: D-1439-03.
Adinugraha MP, Marseno DW, Haryadi. 2005. Synthesis and characterization of
sodium carboxymethylcellulose from cavendish banana pseudo stem (Musa
cavendishii Lambert). Carbohydr Polym. 62(2):164-169. doi:
10.1016/j.carbpol.2005.07.019.
Aulin C, Ahola S, Josefsson , ishino , irose , sterberg ,
gberg .
2009. Nanoscale cellulose films with different crystallinities and
mesostructures—Their surface properties and interaction with water.
Langmuir 25(13):7675-7685. doi:10.1021/la900323n.
Bondenson D, Oksman K. 2007. Dispersion and characteristics of surfactant
modified cellulose whiskers nanocomposites. Compos Interface. 14(79):617-630. doi:10.1163/156855407782106519.
Fengel D, Wegener G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
Sastrohamidjojo H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta
(ID): UGM Pr. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure,
Reactions. Ed ke-1.
Frone AN, Berlioz S, Fran J, Chailan O, Panaitescu DM. 2013. Morphology and
thermal properties of PLA–cellulose nanofibers composites. Carbohydr
Polym. 91(1):377-384. doi:10.1016/j.carbpol.2012.08.054.
Hughes J, Thomas R, Byun Y, Whiteside S. 2012. Improved flexibility of
thermally stable poly-lactic acid (PLA). Carbohydr Polym. 88(1):165-172.
doi:10.1016/j.carbpol.2011.11.078.
Ibrahim AA, Adel AM, El-Wahab Z, Al-Shemy MT. 2011. Utilization of
carboxymethyl cellulose based on bean hulls as chelating agent. Synthesis,
11
characterization and biological activity. Carbohydr Polym. 83(1):94-115.
doi: 10.1016/ j.carbpol.2010.07.026.
Ifuku S, Nogi M, Abe K, Handa K, Nakatsubo F, Yano H. 2007. Surface
modification of bacterial cellulose nanofibers for property enhancement of
optically transparent composites: dependence on acetyl-group DS.
Biomacromolecules. 8(6):1973-1978. doi: 10.1021/bm070113b.
Iwatake A, Nogi M, Yano H. 2008. Cellulose nanofiber-reinforced polylactic acid.
Compos Sci Technol. 68(9):2103-2106. doi:10.1016/j.carbpol.2010.07. 026.
Lavoine N, Desloges I, Dufresne A, Bras J. 2012. Microfibrillated cellulose–Its
barrier properties and applications in cellulosic materials: a review.
Carbohydr Polym. 90(2):735-764. doi:10.1016/j.carbpol.2012.05.026.
Mathew AP, Oksman K, Sain M. 2006. The effect of morphology and chemical
characteristics of cellulose reinforcements on the crystallinity of polylactic
acid. J Appl Polym Sci. 101(1):300-310. doi:10.1002/app.23346.
Nakagaito AN, Fujimura A, Sakai T, Hama Y, Yano H. 2009. Production of
microfibrillated cellulose (MFC)-reinforced polylactic acid (PLA)
nanocomposites from sheets obtained by a papermaking-like process.
Compos Sci Technol. 69(7-8):1293-1297. doi:10.1016/j.compscitech.2009.
03.004.
Nogi M, Abe K, Handa K, Nakatsubo F, Ifuku S, Yano H. 2006. Property
enhancement of optically transparent bionanofiber composites by
acetylation. Appl Phys Lett. 89(1):123-233. doi: 10.1063/1.2403901.
Pushpamalar V, Langford SJ, Ahmad M, Lim YY. 2006. Optimization of reaction
conditions for preparing carboxymethyl cellulose from sago waste.
Carbohydr Polym. 64(2):312-318. doi:10.1016/j/carbpol.2005.12.003.
Rachtanapun P, Luangkamin S, Tanprasert K, Suriyatem R. 2012. Carboxymethyl
cellulose film from durian rind. L(B/B) - Food Sci Technol. 48(1):52-58.
doi: 10.1016/j.l(b/b).2012.02.029.
Siro I, Plackett D. 2010. Microfibrillated cellulose and new nanocomposite
materials: a review. Cellulose. 17(3):459-494. doi:10.1007/s10570-0109405-y.
Su JF, Huang Z, Yuan XY, Wang XY, Li M. 2010. Structure and properties of
carboxymethyl cellulose/soy protein isolate blend edible films crosslinked
by
Maillard
reactions.
Carbohydr
Polym.
79:145-153.
doi:10.1016/j.carbpol.2009. 07.035.
Suryanegara L, Nakagaito AN, Yano H. 2009. The effect of crystallization of
PLA on the thermal and mechanical properties of microfibrillated cellulosereinforced PLA composites. Compos Sci Technol. 69(7-8):1187-1192. doi:
10.1016/j.compscitech.2009.02.022.
Tingaut P, Zimmermann T, Lopez-Suevos F. 2009. Synthesis and characterization
of bionanocomposites with tunable properties from poly(lactic acid) and
acetylated microfibrillated cellulose. Biomacromolecules. 11(2):454-464.
doi: 10.1021/bm901186u.
Zimmermann T, Pohler E, Geiger T. 2004. Cellulose fibrils for polymer
reinforcement. Adv Eng Mater. 6(9):754-761. doi:10.1002/adem.
200400097.
12
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Analisis SEM
MFC KA 90%
Diperas kanebo
MFC KA 70%
Alkalisasi NaOH
Karboksimetilasi MFC
Eterifikasi MCA
Karboksimetil-MFC
(CM-MFC)
Analisis DS
Analisis FTIR
Pembuatan komposit
PLA/MFC modifikasi
Proses peramasan
komposit
Proses pengempaanpanas komposit
Analisis morfologi, sifat
termal dan mekanik komposit
Analisis DSC
Analisis UTM
13
Lampiran 2 Karboksimetilasi MFC
Bobot karboksimetil-MFC
MFC setelah diperas
Isopropanol:
air
Karboksimetil-MFC (CM-MFC)
13.3333
Bobot (g)
Basah
basah 2
total
13.3334 26.6667
13.3343
13.3346
KA
(%)
basah 1
1:1
70.40
1:0
70.40
26.6689
Bobot (g)
Kering
KA
(%)
basah
kering
7.8933
83.61
48.6900
7.9803
7.8939
42.86
17.5160
10.0086
Kadar air pada MFC dan karboksimetil-MFC
Bobot (g)
W1
W2
W3
KA
(%)
MFC
40.0376
0.2413
40.1091
70.40
CM-MFC 0.1
48.1400
0.6100
48.2400
83.61
CM-MFC 0.4
40.2700
0.2800
40.4300
42.86
Sampel
Contoh perhitungan:
KA CM-MFC1 =
100%
100% = 83.61%
=1
Bobot kering CM-MFC1
= bobot basah CM-MFC1 (1 KA)
= 48.6900 (1 0.8361) = 7.9803 g
Standardisasi NaOH dengan asam oksalat
Asam oksalat
Volume NaOH (mL)
Volume (mL)
Konsentrasi (N)
Awal
Akhir
Terpakai
Konsentrasi
NaOH (N)
1
10.00
0.3019
0.00
10.60
10.60
0.2848
2
10.00
0.3019
10.70
21.30
10.60
0.2848
Ulangan
Rata-rata [NaOH] =
0.2848
Contoh perhitungan:
N asam oksalat =
= 0.3019 g
N NaOH =
= 0.2848 N
=
Standardisasi HCl dengan boraks
Ulangan
Boraks
Volume HCl (mL)
Awal
Akhir
Terpakai
Konsentrasi
NaOH (N)
0.3001
0.00
11.10
11.10
0.2704
0.3001
11.20
22.30
11.10
0.2704
Volume (mL)
Konsentrasi (N)
1
10.00
2
10.00
Rata-rata [HCl] =
0.2704
14
Lanjutan Lampiran 2
Contoh perhitungan:
N boraks =
= 0.3001 g
N HCl =
= 0.2704 N
=
DS pada karboksimetil-MFC
Konsentrasi (N)
Volume (mL)
Bobot
kering (g)
NaOH
HCl
NaOH
HCl
CM-MFC 0.1
0.2028
0.2848
0.2704
5.00
CM-MFC 0.4
0.2347
0.2848
0.2704
5.00
Sampel
A
DS
4.80
0.6217
0.11
3.40
2.1501
0.40
Contoh perhitungan:
A=
DS =
=
= 0.6217
=
= 0.11
15
Lampiran 3 UTM pada PLA dan kompositnya
Ukuran dimensi pada PLA
Kode
sampel
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA1
1.2100
5.9100
40.1700
PLA2
1.1100
5.6000
39.8700
PLA3
0.9800
6.1700
39.4100
Kekuatan mekanik pada PLA
Kode
sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(MPa)
Modulus
elastis (GPa)
Tegangan
maks (MPa)
PLA1
102.6560
0.4300
1.0705
14.3553
1.4684
14.3553
PLA2
95.0938
0.3935
0.9870
15.2982
1.6551
15.2982
PLA3
91.5625
0.5125
1.3004
15.1428
1.9510
15.1428
Ukuran dimensi pada komposit PLA/MFC
Kode
sampel
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA/MFC1
1.2500
6.1200
40.1600
PLA/MFC2
1.2500
5.6000
39.9100
PLA/MFC3
1.2100
6.2800
40.4100
Kekuatan mekanik pada komposit PLA/MFC
Kode
sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(MPa)
Modulus
elastis (GPa)
Tegangan
maks (MPa)
PLA/MFC1
157.2190
0.6785
1.6895
20.5515
2.2070
20.5515
PLA/MFC2
121.7190
0.5060
1.2679
17.3884
1.9229
17.3884
PLA/MFC3
134.8130
0.4080
1.0097
17.7414
2.2010
17.7413
16
Lanjutan Lampiran 3
Ukuran dimensi komposit PLA/CM-MFC 0.1
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA/CM-MFC0.11
1.0100
5.3000
40.0000
PLA/CM-MFC0.12
1.0100
5.3100
40.0000
PLA/CM-MFC0.13
1.0500
5.3200
40.0000
Kode sampel
Kekuatan mekanik pada komposit PLA/CM-MFC 0.1
Kode sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(MPa)
Modulus
elastis (GPa)
Tegangan
maks (MPa)
PLA/CM-MFC0.11
129.8130
0.7150
1.7875
24.2505
2.1952
24.2504
PLA/CM-MFC0.12
129.6560
0.8125
2.0313
24.1756
1.9191
24.1756
PLA/CM-MFC0.13
130.0310
0.8430
2.1075
23.2780
2.1228
23.2781
17
Lanjutan Lampiran 3
Ukuran dimensi pada komposit PLA/CM-MFC 0.4
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA/CM-MFC0.41
1.1300
4.9900
40.0000
PLA/CM-MFC0.42
1.1000
5.0400
40.0000
PLA/CM-MFC0.43
1.1600
4.9600
40.0000
Kode sampel
Kekuatan mekanik pada komposit PLA/CM-MFC 0.4
Kode sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(Mpa)
Modulus
elastis (Gpa)
Tegangan
maks (Mpa)
PLA/CM-MFC0.41
23.9063
0.1530
0.3825
4.2397
1.4632
4.2397
PLA/CM-MFC0.42
20.9375
0.2530
0.6325
3.7766
0.8541
3.7766
PLA/CM-MFC0.43
20.3438
0.2635
0.6588
3.5358
0.7600
3.5358
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Maret 1991 dari Ayah Alm.
Zainal Arifin dan Ibu Siti Sundari. Penulis merupakan anak kedua dari 2
bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah di SMAN 67 pada tahun 2009. Pada
tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Kimia B TPB pada tahun 2011. Penulis juga mengikuti
kegiatan praktik lapangan di Balai Pengujian Mutu Hasil Tanaman Pangan dan
Hortikultura bulan Juli sampai Agustus 2012.
KARBOKSIMETILASI SELULOSA MIKROFIBRIL
GUNA MENINGKATKAN SIFAT TERMAL DAN MEKANIK
KOMPOSIT POLIASAM LAKTAT
FITRI ADILLA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karboksimetilasi
Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat Termal dan Mekanik Komposit
Poliasam Laktat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Fitri Adilla
NIM G44090057
ABSTRAK
FITRI ADILLA. Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat
Termal dan Mekanik Komposit Poliasam Laktat. Dibimbing oleh SUMINAR S
ACHMADI dan LISMAN SURYANEGARA.
Penguatan komposit poliasam laktat (PLA) menggunakan selulosa
mikrofibril (MFC) telah diketahui dapat menggantikan plastik berbasis minyak
bumi yang digunakan dalam industri otomotif dan elektronik. Akan tetapi, serat
selulosa yang hidrofilik sulit menyebar ke dalam matriks PLA yang hidrofobik.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan karboksimetilasi MFC (CM-MFC)
pada DS 0.1 dan 0.4 untuk meningkatkan penyebaran nanoserat ke dalam matriks
PLA sehingga meningkatkan sifat termal dan mekanik komposit PLA. CM-MFC
pada DS 0.1 dan 0.4 masing-masing diperoleh dari nisbah pelarut air:isopropanol
(1:1 dan 0:1). Komposit PLA dibuat menggunakan pelarut organik, yang diikuti
oleh peramasan dan pengempaan panas. Sifat termal dan mekanik PLA
menunjukkan bahwa karboksimetilasi dalam air:isopropanol dapat mempercepat
kristalisasi PLA serta meningkatkan nilai modulus elastisitas, kuat tarik, dan
regangan maksimum PLA masing-masing 0.4 GPa, 9 MPa, dan 1%, dengan
kandungan serat 10% (b/b). Berdasarkan informasi tersebut, komposit PLA/MFC
dapat diperbaiki penyebaran dan sifatnya dengan karboksimetilasi pada DS 0.1.
Kata kunci: karboksimetilasi, komposit PLA
ABSTRACT
FITRI ADILLA. Carboxymethylation of Microfibrillated Cellulose to Improve
Thermal and Mechanical Properties of Polylactic Acid Composites. Supervised by
SUMINAR S ACHMADI and LISMAN SURYANEGARA.
Composite of polylactic acid (PLA) reinforced with microfibrillated
cellulose (MFC) could replace petroleum-based plastics for automotives and
electronics purposes. Unfortunately, the hydrophilicity of nanofibers make it
difficult to attain good dispersion in a hydrophobic PLA matrix. Therefore, MFC
was modified to carboxymethyl-MFC (CM-MFC) with DS 0.1 and 0.4 to enhance
dispersion of nanofibers in a PLA matrix, thus improve the thermal and
mechanical properties of the PLA composite. CM-MFC with DS 0.1 and 0.4 were
obtained under reaction conditions of water and isopropanol (1:1 and 0:1). PLA
composites were prepared using organic solvent, followed by kneading and hot
pressing. The thermal and mechanical properties of PLA composites showed that
the carboxymethylated MFC in the solvent accelerated the crystallization of PLA
and improved the modulus of elasticity, tensile strength, and maximum strain by
0.4 GPa, 9 MPa, and 1%, respectively, at a fiber content of 10 (b/b)%. Based on
these information, the dispersion and properties of PLA/MFC composites were
enhanced using carboxymethylation at DS 0.1.
Key words: carboxymethylation, PLA composite
KARBOKSIMETILASI SELULOSA MIKROFIBRIL
GUNA MENINGKATKAN SIFAT TERMAL DAN MEKANIK
KOMPOSIT POLIASAM LAKTAT
FITRI ADILLA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat
Tennal dan Mekanik Komposit Poliasam Laktat
: Fitri Adilla
Nama
: G44090057
NIM
Disetujui oleh
Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
2 S ou Lun
Dr Lisman Suryanegara, M.Agr
Pembimbing II
Judul Skripsi : Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat
Termal dan Mekanik Komposit Poliasam Laktat
Nama
: Fitri Adilla
NIM
: G44090057
Disetujui oleh
Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD
Pembimbing I
Dr Lisman Suryanegara, MAgr
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S(B/B) atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
―Karboksimetilasi Selulosa Mikrofibril Guna Meningkatkan Sifat Termal dan
Mekanik Komposit Poliasam Laktat‖. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2013 di
Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, dan
Laboratorium Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, dukungan, dan
kerja sama yang telah diberikan oleh Ibu Prof Ir Suminar S. Achmadi, PhD selaku
pembimbing I dan Bapak Dr Lisman Suryanegara, MAgr selaku pembimbing II.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Drs Muhammad Farid,
MSi atas diskusi dan saran berkaitan dengan penelitian. Terima kasih juga kepada
Bapak Sabur dan Ibu Yenni atas bantuan yang telah diberikan selama penulis
melakukan penelitian di Laboratorium Kimia Organik. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ucapan terima kasih kepada Panji, Ajeng, Resty, dan Reza yang telah
memberikan semangat dalam menyusun karya ilmiah ini.
Penelitian ini disponsori oleh Kementerian Riset dan Teknologi melalui
LIPI dalam Program Kompetitif Material Maju pada tahun 2013 yang diraih oleh
Dr Lisman Suryanegara, MAgr.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Fitri Adilla
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Bahan dan Alat
2
Prosedur
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Morfologi Serat MFC
4
Ciri-ciri CM-MFC
5
Sifat Termal PLA dan Kompositnya
6
Penguatan MFC dan Modifikasinya terhadap Sifat Mekanik Komposit PLA8
SIMPULAN DAN SARAN
9
Simpulan
9
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL
1 Serapan MFC dan modifikasinya
2 Sifat-sifat termal pada PLA dan kompositnya
6
7
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Morfologi MFC yang diuji menggunakan SEM
Spektrum IR pada karboksimetil-MFC dengan DS 0.1 dan 0.4
Perbandingan termogram DSC pada PLA dan kompositnya
Perbandingan kekuatan mekanik pada PLA dan kompositnya
5
6
7
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian
2 Karboksimetilasi MFC
3 UTM pada PLA dan kompositnya
12
13
15
1
PENDAHULUAN
Poliasam laktat (PLA) merupakan biopolimer yang terbuat dari bahan baku
pertanian yang dapat diperbarui. PLA berpotensi menggantikan plastik berbasis
minyak bumi karena sifat kekakuan dan kekuatannya yang baik (Mathew et al.
2006). Akan tetapi, sifatnya yang tidak tahan panas, regas, dan proses kristalisasi
lambat dapat membatasi aplikasi yang lebih luas untuk PLA (Suryanegara et al.
2009; Hughes et al. 2012). Untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut digunakan
selulosa sebagai penguat matriks PLA. Hal ini karena selulosa memiliki kekuatan
dan kekakuan yang tinggi, murah, densitas rendah, biodegradabel, dan
memproduksi emisi CO2 rendah (Siro dan Plackett 2010).
Beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan serat selulosa berukuran nano
sebagai penguat matriks polimer, yaitu selulosa mikrofibril (MFC) dengan kisaran
diameter 10˗˗100 nm dan sebagian berukuran mikrometer. Keunggulan MFC
dibandingkan dengan serat selulosa adalah pemuaian termal yang sama rendahnya
dengan kuarsa dan bentuknya seperti jaringan selaput (Iwatake et al. 2008;
Nakagaito et al. 2009; Suryanegara et al. 2009). Produksi MFC diperoleh dengan
perlakuan mekanis, yaitu penyeratan dan homogenisasi tekanan tinggi (Siro dan
Plackett 2010; Lavoine et al. 2012).
Iwatake et al. (2008) membuat komposit PLA/MFC dengan 2 metode, yaitu
metode pencampuran langsung dan metode pelarut organik; setelah tahap tersebut
dilakukan peramasan (kneading). Hasil yang didapat dari metode pelarut organik
dan peramasan adalah MFC tersebar secara merata ke dalam matriks PLA
sehingga nilai modulus Young dan kuat tariknya meningkat masing-masing 40
dan 25% tanpa menurunkan regangan pada kandungan serat 10% (b/b), sedangkan
pada metode pencampuran langsung komposit tidak menunjukkan peningkatan
nilai modulus Young bahkan nilai regangan dan kuat tariknya menurun hingga
10% dibandingkan dengan PLA murni. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya
aglomerasi pada MFC, sehingga dalam penelitian ini digunakan metode pelarut
organik dan peramasan. Namun, perbedaan sifat antara MFC yang hidrofilik dan
PLA yang hidrofobik membuat keduanya tidak kompatibel sehingga
penyebarannya kurang merata (Frone et al. 2013).
Guna mengatasi kompatibilitas antara MFC dan PLA, perlu dilakukan
modifikasi kimia pada selulosa. Tingaut et al. (2009) memodifikasi MFC dengan
cara asetilasi untuk meningkatkan kompatibilitas komposit PLA/MFC. Gugus
asetil dapat mengurangi ikatan hidrogen di antara MFC sehingga hidrofilisitasnya
menurun dan menghasilkan penyebaran yang lebih baik ke dalam matriks PLA.
Di samping itu, Bondenson dan Oksman (2007) meningkatkan penyebaran
selulosa nanomisai (cellulose nanowhisker) ke dalam matriks PLA dengan
menambahkan surfaktan anionik (5, 10, dan 20% (b/b)). Hasilnya menunjukkan
bahwa penyebaran selulosa, nilai kuat tarik, dan regangan patahnya meningkat.
Dalam penelitian ini dilakukan cara lain untuk membuat MFC dapat kompatibel
dan tersebar secara merata ke dalam matriks PLA, yaitu melalui karboksimetilasi
MFC (CM-MFC) secara parsial. Karboksimetilasi dilakukan melalui 2 tahap,
yaitu aktivasi dengan NaOH dan eterifikasi dengan asam monokloroasetat.
CM-MFC merupakan selulosa eter yang bersifat anionik, titik didih dan titik
leleh tinggi pada keadaan garamnya, dapat larut dalam air, dan pada derajat
2
substitusi (DS) 0.4 mampu membengkak dalam air berkat sifat anioniknya
(Adinugraha et al. 2005; Rachtanapun et al. 2012). Selain itu, CM-MFC dapat
menyebabkan serat-serat menjadi bermuatan tinggi dan memudahkannya untuk
berliberasi (Aulin et al. 2009). Su et al. (2010) telah membuktikan bahwa
karboksimetilasi selulosa (CMC) dapat meningkatkan kuat tarik (σy dan σb)
matriks isolasi protein kedelai (SPI) dengan kandungan CMC (0˗˗40% (b/b))
berturut-turut sebesar 5.2˗˗11.6 dan 4.9˗˗17.2 MPa. Peningkatan nilai tersebut
mengindikasikan bahwa belitan molekul dan reaksi antara SPI dan CMC
meningkatkan kuat tarik komposit. Selain itu, komposit SPI/CMC memiliki
transisi kaca tunggal (single Tg) pada 75˗˗100 °C sehingga kompatibilitasnya
dikatakan baik.
Nogi et al. (2006) menyatakan bahwa asetilasi dengan DS 0.17 pada
selulosa bakteri (BC) nanoserat dapat memperkuat nanokomposit, sedangkan
Ifuku et al. (2007) menyatakan bahwa asetilasi dengan DS 0.23˗˗0.6 pada BC
nanoserat menghasilkan sedikit perubahan kristalinitas. Sedikit karboksimetilasi
pada selulosa dapat meningkatkan sifat-sifat kekuatan (Fengel dan Wegener 1995),
sehingga DS yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.1 dan 0.4. Oleh karena
itu, dengan memprioritaskan sifat anioniknya, CM-MFC diharapkan dapat
tersebar dengan baik ke dalam matriks PLA sehingga sifat termal dan mekanik
komposit PLA meningkat. Penelitian ini bertujuan memodifikasi MFC dengan
cara karboksimetilasi parsial menjadi CM-MFC untuk dievaluasi pengaruhnya
pada sifat termal dan mekanik komposit PLA.
METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah PLA dan MFC. PLA dengan nama dagang
Lacea H-400 BM 200.000 diperoleh dari Mitsui Chemicals Inc. Selulosa
mikrofibril (MFC) dengan nama dagang Celish KY-100G diperoleh dari Industri
Kimia Daicel, Ltd., Jepang. Sampel MFC mengandung serat 10% (b/b).
Instrumen analisis yang digunakan adalah peramas (kneader) Rheumix;
ultra-turrax IKA® T25 digital, rotor IKA® EUROSTAR; spektrofotometer
inframerah transformasi Fourier (FTIR); mesin pengujian universal (UTM),
kalorimeter pemayaran diferensial (DSC), mikroskop elektron pemayaran (SEM).
Prosedur
Penelitian ini terdiri atas 3 tahap, yaitu karboksimetilasi MFC pada DS 0.1
dan 0.4, penyiapan komposit PLA/CM-MFC, dan analisis morfologi serat serta
sifat termal dan mekanik komposit PLA/CM-MFC. Bagan alir penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Karboksimetilasi MFC (Modifikasi Ibrahim et al. 2011)
MFC dengan kandungan serat 10% (b/b) (kadar air (KA) 90%) diperas
dengan kain penyerap air (kanebo) sampai kandungan seratnya 30% (b/b) (KA
3
70%). Karboksimetilasi MFC dilakukan melalui 2 tahap. Pertama adalah proses
alkalisasi, yaitu sebanyak 4 g MFC (basis kering) disuspensikan ke dalam 80 mL
isopropanol:air (1:0 dan 1:1) dan ditambahkan 16 mL NaOH 20% tetes demi tetes,
lalu diaduk selama 1 jam. Kedua adalah proses eterifikasi, yaitu sebanyak 5.2 g
asam monokloroasetat dilarutkan ke dalam 12 mL isopropanol:air (1:0 dan 1:1)
dan ditambahkan ke dalam campuran reaksi tetes demi tetes, lalu campuran
diaduk kembali selama 3 jam pada suhu 50 °C. Campuran kemudian disaring dan
fase padatnya disuspensikan ke dalam 120 mL metanol 70% dan dinetralisasi
dengan asam asetat glasial. Suspensi difiltrasi, lalu dicuci sebanyak 4 kali dengan
etanol masing-masing 160 mL. Proses ini dilakukan duplo dan produknya
disatukan.
Karakterisasi CM-MFC dengan Analisis FTIR dan DS (ASTM D 1439-03
2005)
Sampel untuk analisis FTIR dikeringkan pada suhu 150 °C selama 3 jam.
Sementara untuk analisis, DS sebanyak 4 g sampel dan 75 mL etanol 95% diaduk
selama 5 menit, lalu ditambahkan 5 mL asam nitrat dan dipanaskan sampai
mendidih. Pengadukan dilanjutkan selama 10 menit. Setelah diaduk, larutan
didekantasi dan dicuci dengan 80 mL etanol 80% (60 °C) sebanyak 5 kali
menggunakan pompa vakum. Selanjutnya, presipitat dicuci dengan sedikit
metanol anhidrat untuk menghilangkan alkohol, lalu difiltrasi. Hasil penyaringan
dikeringkan pada suhu 105 °C selama 3 jam dan didinginkan dalam desikator
selama 30 menit.
Sebanyak 0.2˗˗0.3 g CMC kering ditambahkan 20 mL air dan 5 mL NaOH
0.3 N dengan agitasi. Larutan dipanaskan sampai mendidih selama 15˗˗20 menit.
Setelah produk larut, campuran dititrasi dengan HCl 0.3 N. Indikator fenolftalein
ditambahkan untuk mengamati perubahan warna dari merah muda ke takberwarna. Derajat substitusi dihitung dengan persamaan di bawah ini:
A=
; DS =
Keterangan:
A = mL ekuivalen asam per gram sampel
B = volume NaOH yang ditambahkan (mL)
C = konsentrasi NaOH (N)
D = volume HCl yang dibutuhkan (mL)
E = konsentrasi HCl (N)
F = bobot CMC (g)
162 = bobot molekul unit glukosa anhidrat
58 = kenaikan bobot molekul unit glukosa anhidrat untuk setiap substitusi
gugus karboksimetil
Penyiapan Komposit PLA/CM-MFC (Modifikasi Suryanegara et al. 2009)
Komposit PLA/CM-MFC sebanyak 50 g dengan kandungan CM-MFC 10%
(b/b) dalam komposit dibuat dengan metode pelarut organik, yaitu kandungan air
dalam CM-MFC diganti melalui pertukaran pelarut berturut-turut dengan etanol,
aseton, dan diklorometana. Sebanyak 5.25 g CM-MFC (basis kering)
didispersikan ke dalam 500 mL pelarut organik, lalu diaduk dengan ultra-turrax
4
selama 15 menit dan difiltrasi. Proses tersebut dilakukan sebanyak 3 kali masingmasing untuk etanol dan aseton, dan 2 kali untuk diklorometana. Kemudian
presipitat yang diperoleh dicampur ke dalam 45 g PLA yang telah dilarutkan
sempurna ke dalam 300 mL diklorometana. Campuran diaduk selama 1 jam, lalu
dituang di atas nampan sampai pelarut menguap pada suhu ruang dalam lemari
asam semalaman. Selanjutnya, komposit dikeringkan dalam oven pada suhu 50 °C
semalaman.
Komposit yang telah kering ditimbang bobotnya, lalu dipotong kecil˗kecil
(± 1 cm2) untuk dilanjutkan ke tahap homogenisasi dengan peramasan
menggunakan Rheumix pada suhu 160 °C dengan kecepatan 40 rpm selama 8
menit. Selanjutnya komposit dikempa panas pada suhu 180 °C dengan tekanan
400 Pa selama 3 menit.
Uji Morfologi Permukaan
Morfologi serat MFC diamati menggunakan SEM di Puslitbang Kehutanan.
Sampel dipreparasi dengan mendispersikan MFC ke dalam air, lalu serat yang
terdispersi diteteskan di atas tube yang telah diberi perekat. Kemudian serat
dikeringkan pada suhu 105 °C selama 24 jam, dan selanjutnya dilapisi dengan
emas di Laboratorium Zoologi LIPI, Cibinong.
Pengujian Sifat Termal
Kekuatan termal PLA dan kompositnya diukur menggunakan DSC di
Akademi Kimia Analisis, Bogor. Dalam pengukuran, gas nitrogen dialirkan
dengan laju alir 50 mL/menit dilakukan pada kisaran suhu 27˗˗200 °C dengan laju
5 °C/menit menggunakan ± 5 mg PLA dan kompositnya. Sifat-sifat termal seperti
suhu transisi kaca (Tg), suhu kristalisasi dari keadaan dingin (Tcc), dan suhu leleh
(Tm) merupakan hasil dari DSC dengan pengamatan pemanasan.
Pengujian Sifat Mekanik
Kekuatan mekanik PLA dan kompositnya diukur menggunakan UTM di
Laboratorium Biomaterial LIPI. Sampel dipotong menjadi beberapa spesimen
dengan ukuran panjang 60 mm, lebar 5 mm, dan tebal 1 mm. Informasi yang
diperoleh dari pengujian ini adalah regangan maksimum (%), kuat tarik (MPa),
dan modulus elastis (GPa), yang semua hasilnya ditunjukkan dengan nilai ratarata dari 3 kali pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Serat MFC
Gambar 1 menunjukkan morfologi serat MFC yang terukur oleh SEM pada
perbesaran 1000×. Hasil morfologi tersebut memperlihatkan ukuran dimensi serat
yang kecil dan beragam sehingga memberi efek belitan yang kuat pada jejaring
nanoserat. Oleh karena itu, serat MFC berpotensi untuk menguatkan matriks
polimer walaupun kandungan seratnya rendah, seperti 5% (b/b) (Iwatake et al.
2008). Adapun serat pada gambar terlihat menumpuk karena saat pendispersian
5
MFC ke dalam air tidak homogen dan tingginya densitas gugus OH pada
permukaan serat yang dapat memperkuat interaksi dan mendorong terjadinya
aglomerasi (Zimmermann et al. 2004).
Gambar 1 Morfologi MFC yang diuji menggunakan SEM
Ciri-ciri CM-MFC
Perbedaan hidrofilisitas membuat komposit yang terbuat dari PLA dan MFC
tidak kompatibel, sehingga dilakukan modifikasi parsial MFC dengan cara
karboksimetilasi. Reaksi antara selulosa alkali dan reagen eterifikasi pada suhu
50 °C adalah
Sel-OH + ClCH2COOH + 2NaOH
Sel-OCH2COONa + NaCl + 2H2O
CM-MFC dengan DS 0.1 diperoleh dengan pelarut air dan isopropanol,
sedangkan CM-MFC dengan DS 0.4 diperoleh dengan medium isopropanol. Data
.1 Lampiran 2.
hasil karboksimetilasi dan perhitungan nilai DS dapat dilihat pada
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nisbah isopropanol dapat meningkatkan
nilai DS pada CMC. Isopropanol dapat menaikkan konsentrasi NaOH di sekitar
selulosa karena NaOH tidak dapat larut dalam isopropanol. Dengan cara ini,
isopropanol membantu proses penetrasi dan transformasi pada struktur selulosa
membentuk Na-selulosa. Selain itu, meningkatnya kadar isopropanol dapat
mengubah struktur kristal pada selulosa (Pushpamalar et al. 2006), sehingga pada
DS 0.4 material berwujud serbuk halus dan pada DS 0.1 tetap berwujud serat
basah.
Selain DS, spektrum IR juga membuktikan telah terbentuk gugus
karboksmetil berdasarkan serapannya. Gambar 2 menunjukkan spektrum IR pada
CM-MFC dengan DS 0.1 dan 0.4. Berdasarkan hasil tersebut, CM-MFC pada DS
0.1 memiliki intensitas serapan yang lebih rendah dibandingkan dengan CM-MFC
pada DS 0.4. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar nilai DS, intensitas
serapan pada CM-MFC semakin tinggi. Adapun data serapan pada MFC dan
modifikasinya terdapat pada Tabel 1. Menurut Adinugraha et al. (2005), gugus
6
karboksil dan garamnya memiliki bilangan gelombang sekitar 1600˗˗1640 cm-1
dan 1400˗˗1450 cm-1. Pada CM-MFC 0.4, gugus ˗OH selulosa telah tersubstitusi
dengan gugus karboksimetil yang diindikasikan dengan munculnya puncak
serapan pada gugus C=O, ˗O˗, dan ˗CH2. Pada CM-MFC 0.1, gugus ˗OH selulosa
tetap dikatakan telah tersubstitusi oleh gugus karboksimetil, walaupun puncak
serapan gugus C=O tidak muncul (1642.53 cm-1). Hal ini karena munculnya
puncak serapan pada gugus ˗O˗ dan ˗CH2, serta telah teruji secara kuantitatif
dengan penentuan DS.
CMC 2
A
A
CMC 1
4 00 0.0
3 00 0
2 00 0
1 50 0
1 00 0
4 50 .0
cm-1
-1
Bilangan Gelombang (cm )
Gambar 2 Spektrum IR pada karboksimetil-MFC dengan DS 0.1 dan 0.4
Tabel 1 Serapan MFC dan modifikasinya
Gugus fungsi
Regang O˗H
Regang C=O
Regang ˗O˗
Tekuk ˗CH2
a
MFC
3236.79
-
Bilangan gelombang (cm -1)
CM-MFC 0.1 CM-MFC 0.4
3392.70
3432.68
1642.53
1614.95
1060.81
1066.81
1424.24
1423.58
CMCa
3200˗˗3600
1600˗˗1640
1000˗˗1200
1400˗˗1450
Rachtanapun et al. (2012)
Sifat Termal PLA dan Kompositnya
Sifat termal PLA dengan keberadaan MFC dan modifikasinya diamati
menggunakan DSC. Termogram DSC dengan sistem pemanasan pada PLA dan
kompositnya memperlihatkan nilai Tg, Tcc, dan Tm, dengan PLA yang digunakan
adalah amorf (Gambar 3). Adapun data dari termogram DSC dapat dilihat pada
Tabel 2. Nilai Tg pada PLA/MFC sedikit lebih rendah dibandingkan dengan PLA
murni (48.36 °C vs 49.85 °C), sedangkan nilai Tg pada PLA/CM-MFC sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan PLA murni (50.94 °C dan 49.96 °C vs
49.85 °C). Perilaku yang sama juga diamati oleh Mathew et al. (2006), yang
mengindikasikan bahwa komposit PLA/CM-MFC mengalami relaksasi. Relaksasi
ialah tertundanya kondisi polimer menjadi rubbery, yang dengan demikian
modifikasi komposit PLA ini lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai
polimer dalam komponen otomotif karena meningkatkan ketahanan panas PLA.
7
DSC (mW)
1
a
PLA murni
Tcc
0
PLA/MFC
-1
Tg
-2
Tm
-3
0
50
100
150
200
250
Suhu (°C)
1
0
-1
-2
-3
-4
DSC (mW)
PLA murni
Tcc
b
PLA/CM-MFC 0.1
Tg
Tm
0
50
100
150
200
250
Suhu (°C)
DSC (mW)
1
c
PLA murni
Tcc
PLA/CM-MFC 0.4
0
-1
Tg
-2
Tm
-3
0
50
100
150
200
250
Suhu (°C)
Gambar 3 Perbandingan termogram DSC pada PLA dan kompositnya
Tabel 2 Sifat-sifat termal pada PLA dan kompositnya
Tg (°C)
Tcc (°C)
Tm (°C)
PLA
49.85
100.13
166.95
PLA/MFC
48.36
87.81
166.01
PLA/CM-MFC 0.1
50.94
88.54
166.33
PLA/CM-MFC 0.4
49.96
105.09
167.08
Sampel
Nilai puncak Tcc pada komposit PLA/MFC (87.81 °C) lebih rendah
dibandingkan dengan PLA murni (100.13 °C). Ciri yang serupa diamati oleh
Suryanegara et al. (2009); hal ini menunjukkan bahwa adanya MFC dapat
meningkatkan kristalinitas PLA karena proses kristalisasi PLA menjadi lebih
cepat, sehingga MFC dapat berperan sebagai nucleating agent. Nilai puncak Tcc
pada komposit PLA/CM-MFC 0.1 (88.54 °C) lebih rendah dibandingkan dengan
PLA murni (100.13 °C), tetapi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
PLA/MFC. Ini mengindikasikan bahwa karboksimetilasi yang menggunakan
pelarut air dan isopropanol dapat mempercepat proses kristalisasi PLA, walaupun
tidak secepat pada komposit PLA/MFC. Akan tetapi, nilai puncak Tcc pada
8
komposit PLA/CM-MFC 0.4 (105.09 °C) lebih tinggi dibandingkan dengan PLA
murni (100.13 °C). Ini pertanda bahwa karboksimetilasi dalam medium
isopropanol dapat menurunkan kristalinitas PLA karena dapat menghilangkan
peran MFC sebagai nucleating agent. Rachtanapun et al. (2012) melaporkan
bahwa karboksimetilasi dapat menurunkan kristalinitas selulosa, semakin banyak
gugus OH yang tersubstitusi, kristalinitasnya akan semakin rendah.
Hasil Tm yang diperoleh juga sama dengan Tcc, yaitu komposit PLA/CMMFC 0.1 lebih rendah, sedangkan komposit PLA/CM-MFC 0.4 lebih tinggi
daripada PLA murni. Semakin rendah nilai Tm akan semakin baik, karena
mempercepat proses injection molding. Berdasarkan ketiga parameter tersebut,
komposit PLA/CM-MFC 0.1 berpotensi untuk menggantikan plastik berbasis
minyak bumi.
Penguatan MFC dan Modifikasinya terhadap Sifat Mekanik Komposit PLA
Sifat mekanik PLA yang diperkuat oleh MFC dan modifikasinya diukur
berdasarkan uji tariknya. Gambar 4 menunjukkan perbadingan kekuatan mekanik
antara PLA dan kompositnya yang ditunjukkan oleh 3 parameter, yaitu regangan
maksimum (%), kuat tarik (MPa), dan modulus elastisitas (GPa). Rata-rata nilai
dari 3 kali pengulangan tertera di Lampiran 3. Komposit PLA/CM-MFC 0.1
menghasilkan kekuatan mekanik tertinggi dengan nilai regangan maksimum dan
kuat tarik tertinggi dibandingkan dengan PLA dan kompositnya, serta nilai
modulus elastisitasnya sama seperti komposit PLA/MFC. Adapun peningkatan
nilai regangan maksimum, kuat tarik, dan modulus elastisitas pada komposit
PLA/CM-MFC 0.1 masing-masing sebesar 82, 60, dan 24% dibandingkan dengan
PLA murni, sedangkan peningkatan kekuatan mekanik pada komposit PLA/MFC
dibandingkan dengan PLA murni berturut-turut adalah 18, 25, dan 24%. Selain itu,
peningkatan kuat tarik pada komposit PLA/CM-MFC 0.1 juga lebih besar
daripada peningkatan kuat tarik pada komposit PLA/MFC yang dihasilkan oleh
Iwatake et al. (2008), yaitu 25%. Hal ini mengindikasikan bahwa karboksimetilasi
MFC pada DS 0.1 dapat meningkatkan sifat mekanik PLA karena serat dapat
menyebar dengan baik ke dalam matriks PLA sehingga kompatibilitasnya
meningkat.
Akan tetapi, komposit PLA/CM-MFC 0.4 mengalami penurunan drastis
terhadap sifat mekanik PLA karena memiliki nilai regangan maksimum, kuat tarik,
dan modulus elastisitas yang terendah dibandingkan dengan PLA murni dan
kompositnya. Penurunan nilai-nilai tersebut berturut-turut adalah 40, 75, dan 41%
dibandingkan dengan PLA murni. Karboksimetilasi pada DS 0.4 mengubah
permukaan serat menjadi struktur yang halus (Pushpamalar et al. 2006) sehingga
menimbulkan aglomerasi serat-serat yang membuat penyebarannya tidak merata
ke dalam matriks PLA sehingga PLA menjadi lebih regas. Serat-serat yang
teraglomerasi ini mungkin merupakan akibat dari penggunaan isopropanol saat
modifikasi yang dapat mengubah struktur serat MFC.
Berdasarkan hasil kekuatan mekanik, komposit PLA/CM-MFC dengan DS
0.1 berpotensi sebagai pengganti polimer berbasis minyak bumi, karena selain
kuat tarik dan modulus elastisitas yang lebih besar, regangan maksimum pada
komposit tersebut juga lebih besar dibandingkan dengan PLA maupun komposit
9
PLA/MFC. Nakagaito et al. (2009) juga telah berhasil membuat komposit
PLA/MFC dengan penyebaran yang lebih baik dan meningkatkan kuat tarik,
modulus elastisitas, dan regangan maksimum sampai kandungan serat 90% (b/b),
yaitu dengan prosedur yang sama untuk pembuatan kertas.
Regangan Maksimum
(%)
2,5
2
1,5
1
0,5
0
PLA
PLA/MFC
PLA/CM-MFC 0.1
PLA/MFC 0.4
Sampel
Kuat Tarik (MPa)
25
20
15
10
5
0
PLA
PLA/MFC
PLA/CM-MFC 0.1
PLA/MFC 0.4
Sampel
Modulus Elastisitas
(GPa)
2,5
2
1,5
1
0,5
0
PLA
PLA/MFC
PLA/CM-MFC 0.1
PLA/MFC 0.4
Sampel
Gambar 4 Perbandingan kekuatan mekanik pada PLA dan kompositnya
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Modifikasi komposit PLA/MFC dengan cara karboksimetilasi MFC dapat
meningkatkan penyebaran nanoserat ke dalam matriks PLA pada DS 0.1. Pada DS
tersebut, modifikasi komposit juga dapat meningkatkan sifat mekanik dan termal
10
PLA, yaitu proses kristalisasinya menjadi lebih cepat dan kuat tariknya meningkat
sehingga memungkinkan untuk memperbaiki kompatibilitas dan sifat komposit
PLA/MFC. Sebaliknya, karboksimetilasi MFC dengan DS 0.4 menurunkan
kompatibilitas komposit PLA/MFC dan sifat termal/mekanik komposit PLA.
Aglomerasi nanoserat menjadi penyebab utama dalam tidak meratanya
penyebaran ke dalam matriks PLA sehingga komposit menjadi lebih regas dan
tidak tahan panas dibandingkan PLA.
Saran
Pengujian seperti dynamic mechanical analysis (DMA) dan thermal
mechanical analysis (TMA) perlu dilakukan untuk lebih mengetahui pengaruh
MFC dan modifikasinya terhadap sifat termal dan mekanik komposit PLA, bila
diaplikasikan ke otomotif dan elektronik. DMA menentukan kuat tarik
nanokomposit saat dipanaskan pada suhu 60˗˗80 °C, sedangkan TMA menentukan
pemuaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. Analytical method
for determining degree of substitution in the Product. Document CK-G06
Edition, 05: D-1439-03.
Adinugraha MP, Marseno DW, Haryadi. 2005. Synthesis and characterization of
sodium carboxymethylcellulose from cavendish banana pseudo stem (Musa
cavendishii Lambert). Carbohydr Polym. 62(2):164-169. doi:
10.1016/j.carbpol.2005.07.019.
Aulin C, Ahola S, Josefsson , ishino , irose , sterberg ,
gberg .
2009. Nanoscale cellulose films with different crystallinities and
mesostructures—Their surface properties and interaction with water.
Langmuir 25(13):7675-7685. doi:10.1021/la900323n.
Bondenson D, Oksman K. 2007. Dispersion and characteristics of surfactant
modified cellulose whiskers nanocomposites. Compos Interface. 14(79):617-630. doi:10.1163/156855407782106519.
Fengel D, Wegener G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
Sastrohamidjojo H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta
(ID): UGM Pr. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure,
Reactions. Ed ke-1.
Frone AN, Berlioz S, Fran J, Chailan O, Panaitescu DM. 2013. Morphology and
thermal properties of PLA–cellulose nanofibers composites. Carbohydr
Polym. 91(1):377-384. doi:10.1016/j.carbpol.2012.08.054.
Hughes J, Thomas R, Byun Y, Whiteside S. 2012. Improved flexibility of
thermally stable poly-lactic acid (PLA). Carbohydr Polym. 88(1):165-172.
doi:10.1016/j.carbpol.2011.11.078.
Ibrahim AA, Adel AM, El-Wahab Z, Al-Shemy MT. 2011. Utilization of
carboxymethyl cellulose based on bean hulls as chelating agent. Synthesis,
11
characterization and biological activity. Carbohydr Polym. 83(1):94-115.
doi: 10.1016/ j.carbpol.2010.07.026.
Ifuku S, Nogi M, Abe K, Handa K, Nakatsubo F, Yano H. 2007. Surface
modification of bacterial cellulose nanofibers for property enhancement of
optically transparent composites: dependence on acetyl-group DS.
Biomacromolecules. 8(6):1973-1978. doi: 10.1021/bm070113b.
Iwatake A, Nogi M, Yano H. 2008. Cellulose nanofiber-reinforced polylactic acid.
Compos Sci Technol. 68(9):2103-2106. doi:10.1016/j.carbpol.2010.07. 026.
Lavoine N, Desloges I, Dufresne A, Bras J. 2012. Microfibrillated cellulose–Its
barrier properties and applications in cellulosic materials: a review.
Carbohydr Polym. 90(2):735-764. doi:10.1016/j.carbpol.2012.05.026.
Mathew AP, Oksman K, Sain M. 2006. The effect of morphology and chemical
characteristics of cellulose reinforcements on the crystallinity of polylactic
acid. J Appl Polym Sci. 101(1):300-310. doi:10.1002/app.23346.
Nakagaito AN, Fujimura A, Sakai T, Hama Y, Yano H. 2009. Production of
microfibrillated cellulose (MFC)-reinforced polylactic acid (PLA)
nanocomposites from sheets obtained by a papermaking-like process.
Compos Sci Technol. 69(7-8):1293-1297. doi:10.1016/j.compscitech.2009.
03.004.
Nogi M, Abe K, Handa K, Nakatsubo F, Ifuku S, Yano H. 2006. Property
enhancement of optically transparent bionanofiber composites by
acetylation. Appl Phys Lett. 89(1):123-233. doi: 10.1063/1.2403901.
Pushpamalar V, Langford SJ, Ahmad M, Lim YY. 2006. Optimization of reaction
conditions for preparing carboxymethyl cellulose from sago waste.
Carbohydr Polym. 64(2):312-318. doi:10.1016/j/carbpol.2005.12.003.
Rachtanapun P, Luangkamin S, Tanprasert K, Suriyatem R. 2012. Carboxymethyl
cellulose film from durian rind. L(B/B) - Food Sci Technol. 48(1):52-58.
doi: 10.1016/j.l(b/b).2012.02.029.
Siro I, Plackett D. 2010. Microfibrillated cellulose and new nanocomposite
materials: a review. Cellulose. 17(3):459-494. doi:10.1007/s10570-0109405-y.
Su JF, Huang Z, Yuan XY, Wang XY, Li M. 2010. Structure and properties of
carboxymethyl cellulose/soy protein isolate blend edible films crosslinked
by
Maillard
reactions.
Carbohydr
Polym.
79:145-153.
doi:10.1016/j.carbpol.2009. 07.035.
Suryanegara L, Nakagaito AN, Yano H. 2009. The effect of crystallization of
PLA on the thermal and mechanical properties of microfibrillated cellulosereinforced PLA composites. Compos Sci Technol. 69(7-8):1187-1192. doi:
10.1016/j.compscitech.2009.02.022.
Tingaut P, Zimmermann T, Lopez-Suevos F. 2009. Synthesis and characterization
of bionanocomposites with tunable properties from poly(lactic acid) and
acetylated microfibrillated cellulose. Biomacromolecules. 11(2):454-464.
doi: 10.1021/bm901186u.
Zimmermann T, Pohler E, Geiger T. 2004. Cellulose fibrils for polymer
reinforcement. Adv Eng Mater. 6(9):754-761. doi:10.1002/adem.
200400097.
12
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Analisis SEM
MFC KA 90%
Diperas kanebo
MFC KA 70%
Alkalisasi NaOH
Karboksimetilasi MFC
Eterifikasi MCA
Karboksimetil-MFC
(CM-MFC)
Analisis DS
Analisis FTIR
Pembuatan komposit
PLA/MFC modifikasi
Proses peramasan
komposit
Proses pengempaanpanas komposit
Analisis morfologi, sifat
termal dan mekanik komposit
Analisis DSC
Analisis UTM
13
Lampiran 2 Karboksimetilasi MFC
Bobot karboksimetil-MFC
MFC setelah diperas
Isopropanol:
air
Karboksimetil-MFC (CM-MFC)
13.3333
Bobot (g)
Basah
basah 2
total
13.3334 26.6667
13.3343
13.3346
KA
(%)
basah 1
1:1
70.40
1:0
70.40
26.6689
Bobot (g)
Kering
KA
(%)
basah
kering
7.8933
83.61
48.6900
7.9803
7.8939
42.86
17.5160
10.0086
Kadar air pada MFC dan karboksimetil-MFC
Bobot (g)
W1
W2
W3
KA
(%)
MFC
40.0376
0.2413
40.1091
70.40
CM-MFC 0.1
48.1400
0.6100
48.2400
83.61
CM-MFC 0.4
40.2700
0.2800
40.4300
42.86
Sampel
Contoh perhitungan:
KA CM-MFC1 =
100%
100% = 83.61%
=1
Bobot kering CM-MFC1
= bobot basah CM-MFC1 (1 KA)
= 48.6900 (1 0.8361) = 7.9803 g
Standardisasi NaOH dengan asam oksalat
Asam oksalat
Volume NaOH (mL)
Volume (mL)
Konsentrasi (N)
Awal
Akhir
Terpakai
Konsentrasi
NaOH (N)
1
10.00
0.3019
0.00
10.60
10.60
0.2848
2
10.00
0.3019
10.70
21.30
10.60
0.2848
Ulangan
Rata-rata [NaOH] =
0.2848
Contoh perhitungan:
N asam oksalat =
= 0.3019 g
N NaOH =
= 0.2848 N
=
Standardisasi HCl dengan boraks
Ulangan
Boraks
Volume HCl (mL)
Awal
Akhir
Terpakai
Konsentrasi
NaOH (N)
0.3001
0.00
11.10
11.10
0.2704
0.3001
11.20
22.30
11.10
0.2704
Volume (mL)
Konsentrasi (N)
1
10.00
2
10.00
Rata-rata [HCl] =
0.2704
14
Lanjutan Lampiran 2
Contoh perhitungan:
N boraks =
= 0.3001 g
N HCl =
= 0.2704 N
=
DS pada karboksimetil-MFC
Konsentrasi (N)
Volume (mL)
Bobot
kering (g)
NaOH
HCl
NaOH
HCl
CM-MFC 0.1
0.2028
0.2848
0.2704
5.00
CM-MFC 0.4
0.2347
0.2848
0.2704
5.00
Sampel
A
DS
4.80
0.6217
0.11
3.40
2.1501
0.40
Contoh perhitungan:
A=
DS =
=
= 0.6217
=
= 0.11
15
Lampiran 3 UTM pada PLA dan kompositnya
Ukuran dimensi pada PLA
Kode
sampel
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA1
1.2100
5.9100
40.1700
PLA2
1.1100
5.6000
39.8700
PLA3
0.9800
6.1700
39.4100
Kekuatan mekanik pada PLA
Kode
sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(MPa)
Modulus
elastis (GPa)
Tegangan
maks (MPa)
PLA1
102.6560
0.4300
1.0705
14.3553
1.4684
14.3553
PLA2
95.0938
0.3935
0.9870
15.2982
1.6551
15.2982
PLA3
91.5625
0.5125
1.3004
15.1428
1.9510
15.1428
Ukuran dimensi pada komposit PLA/MFC
Kode
sampel
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA/MFC1
1.2500
6.1200
40.1600
PLA/MFC2
1.2500
5.6000
39.9100
PLA/MFC3
1.2100
6.2800
40.4100
Kekuatan mekanik pada komposit PLA/MFC
Kode
sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(MPa)
Modulus
elastis (GPa)
Tegangan
maks (MPa)
PLA/MFC1
157.2190
0.6785
1.6895
20.5515
2.2070
20.5515
PLA/MFC2
121.7190
0.5060
1.2679
17.3884
1.9229
17.3884
PLA/MFC3
134.8130
0.4080
1.0097
17.7414
2.2010
17.7413
16
Lanjutan Lampiran 3
Ukuran dimensi komposit PLA/CM-MFC 0.1
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA/CM-MFC0.11
1.0100
5.3000
40.0000
PLA/CM-MFC0.12
1.0100
5.3100
40.0000
PLA/CM-MFC0.13
1.0500
5.3200
40.0000
Kode sampel
Kekuatan mekanik pada komposit PLA/CM-MFC 0.1
Kode sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(MPa)
Modulus
elastis (GPa)
Tegangan
maks (MPa)
PLA/CM-MFC0.11
129.8130
0.7150
1.7875
24.2505
2.1952
24.2504
PLA/CM-MFC0.12
129.6560
0.8125
2.0313
24.1756
1.9191
24.1756
PLA/CM-MFC0.13
130.0310
0.8430
2.1075
23.2780
2.1228
23.2781
17
Lanjutan Lampiran 3
Ukuran dimensi pada komposit PLA/CM-MFC 0.4
Ketebalan
(mm)
Lebar
(mm)
Panjang yang
teruji (mm)
PLA/CM-MFC0.41
1.1300
4.9900
40.0000
PLA/CM-MFC0.42
1.1000
5.0400
40.0000
PLA/CM-MFC0.43
1.1600
4.9600
40.0000
Kode sampel
Kekuatan mekanik pada komposit PLA/CM-MFC 0.4
Kode sampel
Gaya
maks (N)
Display
maks (mm)
Regangan
maks (%)
Kuat tarik
(Mpa)
Modulus
elastis (Gpa)
Tegangan
maks (Mpa)
PLA/CM-MFC0.41
23.9063
0.1530
0.3825
4.2397
1.4632
4.2397
PLA/CM-MFC0.42
20.9375
0.2530
0.6325
3.7766
0.8541
3.7766
PLA/CM-MFC0.43
20.3438
0.2635
0.6588
3.5358
0.7600
3.5358
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Maret 1991 dari Ayah Alm.
Zainal Arifin dan Ibu Siti Sundari. Penulis merupakan anak kedua dari 2
bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah di SMAN 67 pada tahun 2009. Pada
tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Kimia B TPB pada tahun 2011. Penulis juga mengikuti
kegiatan praktik lapangan di Balai Pengujian Mutu Hasil Tanaman Pangan dan
Hortikultura bulan Juli sampai Agustus 2012.