Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN
CUPANG (Betta splendens) PADA USAHA BAPAK A. ARIFIN
DI JAKARTA PUSAT

MONALISA ARPUT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A.
Arifin di Jakarta Pusat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Monalisa Arput
NIM H34090011

ABSTRAK
MONALISA ARPUT. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta
splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat. Dibimbing oleh
POPONG NURHAYATI.
Ikan cupang (Betta splendens) merupakan komoditas unggulan di Jakarta
Pusat yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Salah satu
pembudidaya di wilayah tersebut adalah Bapak A. Arifin. Adanya peluang dalam
memenuhi permintaan dari pengumpul mendorong usaha ini untuk melakukan
pengembangan usaha. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan
pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) pada usaha Bapak
A. Arifin ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Pengolahan data
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis aspek
nonfinansial dan aspek finansial diperoleh bahwa usaha Bapak A. Arifin dengan
adanya rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan. Hasil analisis aspek

nonfinansial dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Hasil analisis aspek finansial dilihat
dari perhitungan kriteria penilaian investasi, yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan PP.
Usaha ini memperoleh NPV sebesar Rp 1 507 208 771.00, Net B/C sebesar 8. 684,
IRR sebesar 88 persen, dan lama pengembalian investasi 2 tahun 4 bulan 3 hari.
Kata kunci: Ikan cupang, kelayakan usaha, usaha budidaya

ABSTRACT
MONALISA ARPUT. Feasibility Analysis of Siamese Fighting Fish (Betta
splendens) Aquaculture Business at Mr. A. Arifin’s Business in Central Jakarta.
Supervised by POPONG NURHAYATI.
Siamese fighting fish (Betta splendens) is commodities seed in Central
Jakarta has an important role in the national economy. One of the most recognized
fish farmers around the region is Mr. A. Arifin. The opportunity to meet the
demands of Siamese fighting fish resellers has created a motivation to expand the
business scale. The main purposes of this research are to analyze the feasibility of
Mr. A. Arifin’s siamese fighting fish aquaculture business expansion through
financial and nonfinancial aspects. The data processing was done by using both
qualitative and quantitative method. Based on the analysis of financial and
nonfinancial aspects, it can be concluded that the implementation of siamese

fighting fish (Betta splendens) Mr. A. Arifin’s business expansion is feasible. The
result of an analysis nonfinancial aspects seen from market aspects, the technical
aspects, management aspects, legal aspects, social aspects, and enviromental
aspects. The result of an analysis financial aspects seen from investment
assessment criteria namely NPV, Net B/C, IRR, and PP. This business obtain NPV
Rp 1 507 208 771.00, Net B/C 8. 684, IRR 88 percent, and long return on
investment 2 years 4 months 3 days.
Keywords: Aquaculture business, feasibility, siamese fighting fish

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN
CUPANG (Betta splendens) PADA USAHA BAPAK A. ARIFIN
DI JAKARTA PUSAT

MONALISA ARPUT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta
splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat
Nama
: Monalisa Arput
NIM
: H34090011

Disetujui oleh

Ir Popong Nurhayati, MM
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga sripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi
ini merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan
April-Mei 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang
(Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan
cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin bila ditinjau dari aspek
nonfinansial dan aspek finansial.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Popong Nurhayati selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran, Ibu Netti Tinaprilla
selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran, serta Ibu
Yanti Nuraeni selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan
kritik dan saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta

seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada para staff dan dosen Departemen
Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, Bapak A.
Arifin selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta
menjadi tempat penelitian penulis, Denny Arifin yang telah bersedia membantu
dalam penelitian dan memberikan informasi, Mayyanti Arifin, Tubagus Fikri, dan
Garry Raffiano yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan saran, serta
teman-teman seperjuangan yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

Monalisa Arput

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR


ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


4

Manfaat Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

4

Perbedaan Morfologi Ikan Cupang Adu dan Cupang Hias

4

Budidaya Ikan Cupang

4

KERANGKA PEMIKIRAN


10

Kerangka Pemikiran Teoritis

10

Kerangka Pemikiran Operasional

23

METODE PENELITIAN

25

Lokasi dan Waktu Penelitian

25

Jenis dan Sumber Data


25

Metode Pengumpulan Data

25

Metode Pengolahan Data

26

Asumsi Dasar Penelitian

31

GAMBARAN UMUM USAHA

32

Lokasi Usaha


32

Sejarah Usaha

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

34

Analisis Aspek Nonfinansial

34

Analisis Aspek Finansial

41

SIMPULAN DAN SARAN

53

Simpulan

53

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

56

RIWAYAT HIDUP

67

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

PDB subsektor perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2007-2011
Nilai ekspor ikan hias tahun 2007-2011
Produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta tahun 2007-2011
Penerimaan usaha Bapak A. Arifin dengan penambahan 200 bak semen
Biaya tetap tanpa penambahan 200 bak semen
Biaya tetap dengan penambahan 200 bak semen
Biaya variabel tanpa penambahan 200 bak semen
Biaya variabel dengan penambahan 200 bak semen

1
2
2
44
47
48
49
51

DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan antara NPV dan IRR
2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha budidaya
ikan cupang pada usaha Bapak A. Arifin
3 Piagam usaha Bapak A. Arifin sebagai peran serta dalam kegiatan
perikanan
4 Saluran pemasaran usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens)
Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat
5 Sarana dan prasarana produksi
6 Proses pascapanen
7 Struktur organisasi usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens)
Bapak A. Arifin
8 Penghargaan yang diperoleh usaha Bapak A. Arifin pada tahun 2002
9 Tanda daftar usaha perikanan usaha Bapak A. Arifin

22
24
34
35
37
38
39
40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian pada usaha budidaya ikan cupang (Betta
splendens) Bapak A. Arifin
2 Layout usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A. Arifin
di lantai 1
3 Layout usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A. Arifin
di lantai 2
4 Kegiatan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A.
Arifin dengan penambahan 200 bak semen
5 Biaya investasi tanpa penambahan 200 bak semen (2007-2016)
6 Laporan laba rugi tanpa penambahan 200 bak semen (2007-2016)
7 Biaya investasi dengan penambahan 200 bak semen (2012-2021)
8 Laporan laba rugi dengan penambahan 200 bak semen (2012-2021)
9 Cash flow usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A.
Arifin dengan penambahan 200 bak semen (2012-2021)

56
58
59
60
61
62
63
64
65

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Perikanan merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi PDB
(Produk Domestik Bruto) tertinggi kedua dalam sektor pertanian. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (2011), nilai PDB perikanan setiap tahun mengalami
peningkatan. Peningkatan nilai PDB subsektor perikanan dalam periode 20072011 mencapai 4.4 persen dan merupakan rata-rata tertinggi dalam sektor
pertanian 1 . Berdasarkan LAKIP KKP (2011), nilai PDB subsektor perikanan
memberikan kontribusi terhadap total PDB nasional sekitar 3.10 persen atau 3.36
persen terhadap PDB tanpa migas. Data PDB subsektor perikanan atas dasar harga
berlaku dari tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 1 PDB subsektor perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2007-2011a
No.
1

2
3
4
5

a

Lapangan
Usaha
Pertanian
Tanaman
bahan
makanan
Perkebunan
Peternakan
dan hasilnya
Kehutanan
Perikanan
PDB
PDB tanpa
migas

2007
541 931.5

Nilai PDB (miliar rupiah)
2008
2009
2010
716 656.2
857 196.8
985 470.5

265 090.9

349 795.0

419 194.8

482 377.1

529 968.0

81 664.0

105 960.5

111 378.5

136 048.5

153 709.3

61 325.2

83 276.1

104 883.9

119 371.7

129 297.7

36 154.1
97 697.3
3 950 893.2

40 375.1
137 249.5
4 948 688.4

45 119.6
176 620.0
5 606 203.4

48 289.8
199 383.4
6 436 270.8

51 781.3
226 691.0
7 427 086.1

3 534 406.5

4 427 633.5

5 141 414.4

5 936 237.8

6 794 373.4

2011b
1 091 447.3

Sumber: BPS (2011); bangka sementara

Salah satu komoditi perikanan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam
menggerakkan perekonomian nasional adalah ikan hias, baik ikan hias air tawar
maupun air laut. Ikan hias merupakan suatu komoditi penghasil devisa negara dan
sumber pendapatan masyarakat. Berdasarkan data statistik ekspor hasil perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), nilai ekspor ikan hias cenderung
mengalami peningkatan. Dalam periode 2007-2011 nilai ekspornya meningkat
sebesar 23.36 persen 3 . Data perkembangan nilai ekspor ikan hias dapat dilihat
pada Tabel 2.
1

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011 [internet]. [diunduh tanggal 2013 Apr 20]. Tersedia
pada: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8032/LAKIP-KKP-2011/
2
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha [Internet].
[diunduh 2013 Apr 20]. Tersedia pada: http:// www.bps.go.id/pdb.php.
3
Komar YD. 2013. Mendongkrak Devisa Negara Melalui Ekspor Ikan Hias [Internet]. [diunduh
2013 Apr 22]. Tersedia pada: http://www.

2

Tabel 2 Nilai ekspor ikan hias tahun 2007-2011a
No

Komoditi

1
2

Ikan hias
Ikan air tawar
Ikan air laut

a

2007
7 305 645
1 917 161
5 388 484

2008
8 281 913
2 852 226
5 429 687

Nilai Ekspor (US$)
2009
2010
10 019 107
13 681 192
5 644 033
9 413 181
4 375 074
4 268 011

2011
13 262 365
9 051 652
4 210 713

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

Indonesia memiliki beraneka ragam ikan hias. Ikan hias air tawar ada sekitar
400 spesies dari 1 100 spesies dunia dan sekitar 650 spesies ikan hias air laut4.
Salah satu ikan hias tawar Indonesia adalah ikan cupang (Betta splendens). Ikan
ini memiliki sifat yang agresif dalam mempertahankan teritorialnya. Ikan cupang
dapat dibudidayakan pada lahan yang sangat terbatas dan tidak menggunakan alat
sirkulasi udara (aerator). Ikan cupang jantan memiliki warna yang lebih mencolok
dan nilai komersial yang lebih tinggi daripada ikan betina, sehingga sangat disukai
dikalangan penggemar. Secara umum, dikalangan hobiis ikan cupang dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu cupang hias dan cupang adu.
Sentra produksi ikan cupang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.
Wilayah DKI Jakarta merupakan salah satunya5. Berdasarkan data Dinas Kelautan
dan Pertanian (2011), produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta berfluktuatif.
Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan jumlah pembudidaya, ada beberapa
pembudidaya yang tidak terdata, serta adanya faktor-faktor yang menyebabkan
jumlah produksi menurun. Produksi tertinggi dalam periode 2007-2011 terjadi
pada tahun 2009, yaitu mencapai 15 757 120 ekor dengan nilai sebesar Rp 32 450
000 000.00. Data produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta tahun 2007-2011a
No
1
2
3
4
5
a

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Volume (ekor)
6 634 391
2 187 000
15 757 120
7 272 087
7 784 255

Nilai (rupiah)
12 050 405 000
7 654 500 000
32 450 030 000
16 372 418 000
21 926 925 000

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan (2011)

Ikan cupang merupakan komoditi unggulan di wilayah Jakarta Pusat6. Salah
satu pembudidaya ikan cupang di wilayah tersebut adalah Bapak A. Arifin. Ikan
cupang yang dibudidayakan adalah cupang adu. Hasil produksinya hanya
kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/47/Mendongkrak-Devisa-Negara-Melalui-Ekspor-Ikan
Hias/?category_id=1.
4
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. 11 (Sebelas) Komoditas Ikan Hias Budidaya
5
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. 11 (Sebelas) Komoditas Ikan Hias Budidaya
Potensial [Internet]. [diunduh 2013 Apr 21]. Tersedia pada:
http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=591.
6
[DKP] Dinas Kelautan dan Pertanian (ID). 2009. Profil Perikanan Budidaya di DKI Jakarta.
Jakarta: Satker Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta.

3

dipasarkan kepada para pengumpul. Adanya permintaan dari pedagang
pengumpul terhadap ikan cupang mendorong usaha ini untuk melakukan
pengembangan usaha 7 . Investasi yang ditanamkan oleh usaha ini memerlukan
biaya dalam jumlah yang besar, yaitu membangun bak semen. Investasi
merupakan suatu kegiatan mengalokasikan dana untuk mendapat manfaat di masa
yang akan datang. Setiap perusahaan akan memutuskan untuk melakukan
investasi jika tingkat suku bunga rendah, sebab saat tingkat suku bunga rendah
maka investasi akan menguntungkan dan sebaliknya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan studi kelayakan bisnis untuk menghindari kerugian dari investasi
tersebut.

Rumusan Masalah
Usaha Bapak A. Arifin merupakan usaha budidaya ikan hias air tawar
khusus memproduksi ikan cupang adu. Usaha ini merupakan usaha perorangan
yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai tempat usaha. Pada tahun
2002, usaha Bapak A. Arifin memperoleh penghargaan dari mantan gubernur
provinsi DKI Jakarta, Sutiyoso. Usaha ini dinyatakan sebagai usaha yang telah
berhasil mengembangkan produksi ikan hias di lahan pekarangan untuk wilayah
Jakarta Pusat. Usaha ini sudah berjalan dari tahun 1997.
Rata-rata penjualan usaha ini adalah sebanyak 3 000 ekor per bulan,
sedangkan permintaan dari pengumpul adalah sekitar 7 000 ekor per bulan. Hal ini
merupakan peluang bagi usaha Bapak A. Arifin untuk meningkatkan produksi
agar dapat memenuhi permintaan dari pengumpul. Peningkatan produksi tersebut
dilakukan dengan menambah kapasitas produksi, yaitu membangun 200 bak
semen. Mengingat lahan di pekarangan rumah terbatas maka rencana
pembangunan bak semen ini akan dilaksanakan di lantai dua rumahnya. Rencana
pembangunan bak semen memerlukan biaya investasi dalam jumlah yang besar,
sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha. Tujuannya adalah untuk
menghindari kerugian dari investasi yang ditanamkan. Kelayakan usaha dapat
dilihat dari berbagai aspek. Aspek yang dikaji dalam penelitian ini meliputi aspek
nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan aspek lingkungan.
Aspek finansial meliputi laporan laba rugi, arus kas (cash flow), dan kriteria
penilaian investasi. Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini dapat
dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta
splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin bila ditinjau dari aspek nonfinansial?
2. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta
splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin bila ditinjau dari aspek finansial?

7

Wawancara dengan pemilik usaha

4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta
splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin ditinjau dari aspek nonfinansial.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta
splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin ditinjau dari aspek finansial.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pengusaha sebagai masukan terhadap rencana pengembangan usaha yang
akan dilakukan.
2. Bagi peneliti sebagai penerapan dan pemantapan pengetahuan yang diperoleh
dibangku kuliah ke kehidupan nyata.
3. Bagi pembaca sebagai referensi dan sumber informasi tentang studi kelayakan
bisnis untuk penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Perbedaan Morfologi Ikan Cupang Adu dan Cupang Hias
Ikan cupang merupakan ikan yang berasal dari Sumatera, Jawa, Thailand,
Singapura, dan Malaysia (Lesmana dan Dermawan 2001). Dalam pasarannya ikan
cupang ada dua jenis, yaitu cupang adu dan cupang hias. Ikan ini bersifat
karnivora dan sangat agresif dalam mempertahankan teritorialnya, terutama ikan
jantan. Bila satu sama lainnya dicampur maka mereka akan saling menyerang.
Oleh sebab itu, ikan ini sering dijadikan ikan aduan.
Cupang hias disebut juga dengan cupang slayer. Cupang ini memiliki sirip
yang lebih panjang dan lebih tenang daripada cupang adu. Cupang adu memiliki
sirip yang lebih pendek dan lebih agresif. Cupang ini memiliki ukuran tubuh
maksimal sekitar 6 cm dan memiliki warna yang beragam, diantaranya ialah biru,
merah tua, kehijauan, dan albino atau putih.

Budidaya Ikan Cupang
Effendi (2004) mengungkapkan bahwa akuakultur adalah kegiatan untuk
memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka
mendapatkan keuntungan (profit). Akuakultur merupakan sistem produksi yang
mencakup input produksi (prasarana dan sarana produksi), proses produksi
(persiapan hingga pemanenan), dan output produksi (penanganan pascapanen dan
pemasaran). Pengadaan prasarana produksi mencakup pemilihan lokasi,
pengadaan bahan, dan pembangunan fasilitas produksi, sedangkan pengadaan
sarana produksi mencakup pengadaan induk, benih, pakan, pupuk, obat-obatan,
pestisida, peralatan akuakultur, tenaga kerja, dan sebagainya. Proses produksi

5

mencakup kegiatan sejak persiapan wadah kultur, penebaran (stocking),
pemberian pakan, pengelolaan lingkungan, pengelolaan kesehatan ikan,
pemantauan ikan, hingga pemanenan. Penanganan pascapanen dan pemasaran
mencakup kegiatan meningkatkan mutu produk sehingga bisa lebih diterima
konsumen, distribusi produk, dan pelayanan (servis) terhadap konsumen.
1.
Pengadaan sarana dan prasarana produksi
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan cupang sangat
beragam dan dapat disesuaikan dengan lahan yang ada. Ukurannya juga
sangat bervariasi dan tidak ada ketentuan yang mengatur ukuran maupun
bentuknya. Demikian pula dengan bahan pembuatnya, belum ada laporan
tentang pengaruh perbedaan bahan terhadap kehidupan ikan. Wadah yang
digunakan dapat berupa kolam, bak semen, akuarium, paso, dan bak
fiberglas, bahkan ada petani yang menggunakan botol-botol bekas.
Kebanyakan kolam atau bak semen yang digunakan berukuran 1 m x
1 m sampai 2 m x 3 m dan kedalamannya pun bervariasi dari 25 cm-40 cm.
Jika panas terik, kolam atau bak semen perlu diberi naungan berupa atap
atau tanaman air. Kolam atau bak semen yang masih baru perlu dilakukan
pencucian dan perendaman sebab belum tumbuhnya bakteri pengurai
sehingga racun amonia dan nitrit cepat terbentuk. Hal ini kurang baik untuk
ikan dan pH air juga cepat naik. Perendaman dilakukan selama 3-5 hari.
Bukan hanya kolam atau bak semen baru, tetapi kolam atau bak semen
bekas ikan sakit pun perlu dilakukan pencucian dan perendaman. Kolam
atau bak semen direndam dengan air PK atau formalin berkadar rendah
untuk mematikan sisa bibit penyakit. Disamping itu, lingkungan kolam atau
bak semen beserta saluran-salurannya dijaga agar tetap bersih.
Ukuran akuarium yang digunakan bervariasi. Umumnya ukuran yang
digunakan adalah 100 cm x 40 cm x 40 cm atau 90 cm x 40 cm x 35 cm
dengan ketebalan kaca sekitar 5 mm. Kebersihan pun juga harus dijaga,
yaitu cukup dengan menyifon hingga air di dalamnya habis kemudian
dindingnya digosok dengan spons hingga bersih, dan dicuci dengan air
bersih. Selain itu, bak fiberglas yang digunakan berkapasitas 250-1 000 liter
untuk pemeliharaan puluhan ribu benih. Hal terpenting dari berbagai macam
wadah pemeliharaan tersebut adalah pengelolaannya. Kebersihannya perlu
diperhatikan. Saluran pembuangan dan penataan wadah harus diatur dengan
baik dan memperhatikan faktor lalu lalang pekerja.
Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan ikan cupang adalah
selang, seser atau serokan, dan ember. Kebersihan alat-alat tersebut harus
selalu dijaga agar tidak menjadi sarana berkembangnya bibit penyakit.
Peralatan bekas ikan sakit harus dipisahkan dan sebelum disimpan peralatan
tersebut harus direndam atau dicuci dengan larutan PK atau kaporit,
kemudian dijemur agar bibit penyakitnya mati.
Air merupakan hal yang sangat penting dalam keberlanjutan hidup
ikan. Kualitasnya menentukan kesehatan dan pertumbuhan ikan. Kualitas air
memiliki beberapa parameter yang perlu diketahui dalam pemeliharaan,
yaitu oksigen terlarut, derajat keasaman, karbondioksida, amonia dan nitrit,
dan kekerasan air. Beberapa faktor yang mempengaruhi oksigen terlarut
adalah sebagai berikut:

6

a. Pergerakan permukaan air
Pergerakan air berupa riak atau gelombang akan mempercepat difusi
udara ke dalam air.
b. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap kejenuhan (kapasitas air menyerap oksigen).
Semakin tinggi suhu maka semakin sedikit oksigen yang terlarut.
c. Tekanan udara
Tekanan udara berhubungan dengan ketinggian suatu daerah dari
permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah maka semakin rendah
tekanan udaranya sehingga semakin rendah pula kadar oksigen terlarut.
d. Salinitas
Semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit oksigen terlarut.
e. Tanaman air
Tanaman air berhubungan dengan proses fotosintesis. Proses fotosintesis
memerlukan sinar matahari. Bila sinar matahari sedikit maka proses
fotosintesis terhambat dan oksigen terlarut sedikit.
Kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat dinaikkan dengan cara
pemberian aerasi dan udara akan dipompakan dengan bantuan pompa udara
(aerator). Dalam pemeliharaan ikan cupang tidak menggunakan aerasi sebab
ikan ini dapat mengambil oksigen dari udara. Suhu optimal dalam budidaya
ikan cupang adalah sekitar 28-30o C.
Derajat keasaman (pH) sangat erat hubungannya dengan kehidupan
ikan. Titik kematian ikan biasanya terjadi pada pH 4 (asam) dan pH 11
(basa). Derajat keasaman (pH) dalam pemeliharaan ikan cupang adalah
sekitar 6.8-7.0.
Kekerasan air disebut juga dengan kesadahan. Kesadahan disebabkan
oleh banyaknya mineral dalam air seperti kalsium atau kapur (Ca),
magnesium (Mg), seng (Zn), dan mangaan (Mn). Kadar pengukuran
kesadahan adalah kadar Ca++ dalam bentuk CaCO3 dan dinyatakan dalam
derajat kekerasan (o dH). Kesadahan untuk pemeliharaan ikan cupang
adalah 9-10o dH.
Sumber air yang dapat digunakan untuk pemeliharaan adalah sumur,
sungai atau rawa, dan PAM. Sebelum digunakan air sumur sebaiknya
diinapkan atau ditampung terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar air sumur
dapat berhubungan dengan udara sehingga oksigen bisa terlarut ke dalam air
dan menguapkan gas berbahaya yang tidak diperlukan ikan. Bila
menggunakan air sungai terutama yang keruh sebaiknya diendapkan dalam
kolam pengendapan sehingga emulsi tanah atau lumpur mengendap dan air
menjadi jernih. Sebelum digunakan saluran pemasukan air diberi saringan
agar terhindar dari masuknya hama atau penyakit ikan serta sampah.
Air PAM merupakan air yang paling bersih namun kandungan
klorinnya tinggi. Oleh sebab itu, untuk menghilangkannya dapat dilakukan
dengan aerasi selama semalam (12 jam). Bila kandungan klorinnya terasa
sangat kuat maka dapat ditambahkan antiklorin, misalnya kaliumtiosulfat
atau potasiumtiosulfat (K2S2O3) sebanyak satu kristal untuk setiap 30 liter
air kemudian diberi aerasi.

7

Pakan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup ikan. Pakan yang
dapat diberikan pada ikan cupang ada dua jenis, yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami yang dapat diberikan, yaitu infusoria, rotifera,
kutu air (Daphnia sp.), cacing rambut (Tubifex sp.), dan jentik nyamuk,
sedangkan pakan buatan yang biasa diberikan adalah pelet, frozen blood
worm, tubifex worm. Berdasarkan penelitian Dewantoro (2001) tentang
Fekunditas dan Produksi Larva pada Ikan Cupang (Betta splendens Regan)
yang Berbeda Umur dan Pakan Alaminya menyatakan bahwa pakan alami
yang dapat memberikan fekunditas dan produksi larva paling tinggi adalah
Dahpnia sp.
Penyakit merupakan kendala utama dalam budidaya ikan. Serangan
hama dan penyakit dapat dihindari dengan penanganan dan penjagaan
kesehatan melalui sanitasi dan kualitas air. Tidak semua ikan sakit
memperlihatkan tanda-tanda yang jelas dan dapat dilihat oleh mata. Begitu
juga dengan ikan mati, tidak semua ikan mati disebabkan oleh penyakit,
tetapi juga akibat perubahan lingkungan dan penanganan yang kurang baik.
Penyakit yang menyerang ikan cupang dapat disebabkan oleh bakteri,
cendawan, atau parasit.
Penyakit akibat bakteri dapat ditulari melalui pakan yang kurang
bersih, sehingga pakan harus dicuci dan dialiri air terutama cacing dan kutu
air. Beberapa penyakit akibat bakteri adalah sebagai berikut (Lesmana dan
Dermawan 2001):
a. Penyakit columnaris (bercak putih atau karat merah)
Penyakit ini dikenal juga dengan penyakit fin rot yang disebabkan oleh
bakteri Cytophaga columnaris dan Flexibacter columnaris. Bakteri ini
menyerang saat suhu dan pH tinggi. Gejalanya adalah ikan tidak nafsu
makan dan terdapat infeksi berupa bercak-bercak putik putih halus yang
kemudian menjadi merah pada kulit kepala, kulit badan atau bagian
tubuh lain. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air,
sedangkan pengobatannya dapat dilakukan dengan cara ikan sakit
direndam dalam tawas (CuSO) selama 1-2 menit kemudian diberi
antibiotik tetrasiklin selama lebih dari 30 menit.
b. Penyakit pseudomonas dan aeromonas
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp. dan Aeromonas
sp.dimana menyerang jika ikan lemah akibat lapar, pakan tidak cocok,
dingin, stres, atau kondisi air tidak baik. Gejalanya adalah pendarahan
pada kulit dan terdapat luka atau borok, terkadang menyebabkan perut
ikan menjadi kembung (dropsi). Sebelum terjadi, sebaiknya akuarium
ditutup atau diberi naungan agar terhindar dari sinar matahari langsung.
Pengobatannya dilakukan dengan memberi antibiotik tetrasiklin selama
7-10 hari.
c. Tuberculosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium sp. Gejalanya
adalah tubuh ikan berwarna lebih gelap, perut membengkak, dan lamakelamaan ikan akan menjadi sangat kurus. Pencegahannya adalah
menjaga kualitas air dan memberikan pakan dalam jumlah yang cukup.
Penyakit ini belum ada obatnya.

8

Penyakit akibat cendawan disebabkan oleh Saprolegnia sp. Penyakit
ini ditimbulkan oleh adanya luka akibat saling bergesekan, penanganan yang
kurang baik, suhu dingin, atau terlalu banyak pakan sehingga air menjadi
kotor. Oleh karena itu, perlu menjaga kebersihan, menghindarkan luka
dengan penanganan yang baik, serta memberikan garam saat pengangkutan
maupun ikan yang baru tiba, sedangkan untuk pencegahan pada telur
dengan memberikan metil biru ke dalam media penetasan atau mencelupkan
telur dalam larutan malachit green oxalat (MGO). Pengobatannya dapat
dilakukan dengan merendam ikan sakit ke dalam larutan MGO selama 1015 menit kemudian dipindahkan ke dalam wadah berisi air bersih atau air
mengalir (Lesmana dan Dermawan 2001).
Penyakit akibat parasit dapat terinfeksi melalui ikan yang sakit
maupun pakan alami yang kotor, sehingga pakan alami harus dicuci terlebih
dahulu. Penyakit akibat parasit yang menyerang ikan cupang, yaitu
(Lesmana dan Dermawan 2001):
a. Penyakit velvet
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Oodinium pillularum atau Costia
necatrix. Gejalanya adalah kulit ikan bengkak merah kecokelatan
kemudian akan mengelupas dan terkadang ada pembengkakan atau
abses. Penularannya dapat dicegah dengan tidak mengisi akuarium
bekas ikan sakit selama paling sedikit 24 jam. Pengobatannya dapat
dilakukan dengan memberikan garam dapur sebanyak satu sendok teh
untuk setiap 15 liter air atau memberikan acriflavin 1 mg/l air,
sedangkan untuk ikan sakit dapat dilakukan dengan menaikkan suhu air
hingga lebih 30oC.
b. Penyakit bintik putih (white spot)
Penyakit ini terjadi akibat adanya parasit Ichthyopthirius multifiliis,
sehingga sering disebut penyakit Ich. Penyakit ini ditandai ini dengan
adanya bintik putih pada kulit dan ikan akan naik ke permukaan air,
bahkan ikan akan menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding akuarium
atau kolam sehingga dapat menimbulkan luka. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan memberok ikan pada air mengalir atau kepadatan ikan
dikurangi. Pengobatannya dilakukan dengan merendam ikan sakit ke
dalam larutan formalin selama 12-24 jam atau merendam ke dalam
larutan metil biru selama 24 jam, bisa juga merendam ke dalam larutan
garam dapur selama 5-10 menit, kemudian ikan dimasukkan ke dalam
air bersih.
Selain itu, ada juga penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, yaitu
penyakit gas buble. Penyakit ini terjadi akibat terlalu tingginya gas terlarut
dalam air. Tingginya gas terlarut dapat disebabkan oleh terlalu padatnya
ganggang dalam kolam, air sumur yang tidak diendapkan, pergantian air
yang berlangsung dengan aliran deras, perbedaan suhu dalam wadah dengan
air pengganti terlalu tinggi, atau pemindahan ikan dari lingkungan berkadar
gas tinggi ke lingkungan berkadar gas rendah secara tiba-tiba. Penyakit ini
ditandai dengan timbulnya bercak merah di tubuh, emboli (gelembung gas
di mata dan berbagai bagian tubuh lain yang sukar dilihat dengan mata
telanjang), ikan tiba-tiba mati, kulit ikan jelek, bersisik kasar, dan berwarna
suram. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengurangi tanaman air dan

9

2.

3.

melakukan pergantian air secara tiba-tiba. Penyakit ini umumnya sukar
diobati (Lesmana dan Dermawan 2001).
Proses produksi
Induk cupang adu jantan dan betina sangat mudah dibedakan. Cupang
jantan memiliki warna tubuh yang lebih menarik, sirip lebih panjang, dan
tubuh lebih langsing daripada cupang betina. Induk cupang adu mulai
memijah pada umur 5-6 bulan. Wadah yang digunakan dapat berupa
akuarium, bak, atau stoples. Pada satu wadah pemijahan terdiri dari
sepasang indukan dan saat pemijahan induk jantan dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam wadah pemijahan. Bila induk jantan sudah membuat busa
yang banyak, barulah induk betina dicampurkan. Biasanya induk jantan
akan menyerang induk betina dan jika sudah akur setelah diserang oleh
induk jantan, berarti pasangan induk tersebut sudah cocok. Namun, jika
induk jantan menyerang terus-menerus hingga lama maka sebaiknya induk
betinanya diganti.
Telur yang telah dikeluarkan induk betina akan dibuahi dan diambil
oleh induk jantan dengan mulutnya untuk disusun pada sarang busa. Setelah
memijah induk betina segera dipisahkan, sedangkan induk jantan akan
dipisahkan setelah busanya habis. Jika pemijahan telah selesai, induk betina
menepi di pojok wadah pemijahan. Telur tersebut akan menetas 2-3 hari
kemudian. Larva dapat diberikan pakan infusoria, rotifera, atau kutu air
saring. Tiga hingga empat hari kemudian, larva dapat diberi kutu air besar
dan cacing. Pemeliharaan larva sampai dewasa dapat dilakukan di kolam
yang diberi cukup tanaman air. Pakan yang diberikan dapat berupa kutu air
dan jentik nyamuk.
Selanjutnya, ketika dewasa sebaiknya ikan dipisahkan satu per satu
dalam botol agar fisiknya tetap bagus dan siripnya tidak rusak sebab ikan ini
senang berkelahi. Ikan yang siripnya rusak tidak akan laku dijual. Namun,
jika pemeliharaannya tetap dipelihara dalam jumlah banyak maka tanaman
air dalam wadah harus cukup rimbun agar kesempatan untuk beradu
berkurang. Ikan yang berukuran 1.5 cm atau berumur sekitar 3 bulan sudah
dapat dijual.
Air yang digunakan sebelum pemeliharaan sebaiknya diendapkan
selama dua hari. Air daun ketapang juga sangat bagus untuk digunakan agar
diperoleh warna ikan yang mengkilat. Sebanyak satu lembar daun ketapang
sudah cukup untuk satu akuarium.
Penanganan pascapanen dan pemasaran
Ikan dari produsen seperti peternak akan melalui banyak jalur
pemasaran agar sampai ke tangan konsumen. Pemasaran akan berhasil jika
kualitas ikan dan promosinya baik. Pemasaran ikan hias dapat dibedakan
atas pasar dalam negeri atau lokal dan pasar luar negeri atau ekspor.
Umumnya jalur pemasaran untuk pasar lokal adalah produsen-pengumpulagen-pedagang pengecer-konsumen atau produsen-pengumpul-pedagang
pengecer-konsumen. Untuk pasar ekspor dibutuhkan proses yang lebih
panjang karena menyertakan eksportir, importir, pedagang besar, agen,
ataupun pedagang pengecer.
Ikan yang sehat dan prima sangat dibutuhkan dalam pemasaran.
Secara umum, ikan yang sehat dan dalam kondisi prima dapat dilihat secara

10

visualisasi atau penampakannya, seperti berikut (Lesmana dan Dermawan
2001):
a. Tubuh dan siripnya sempurna dan lengkap seperti tidak bengkok dan
sirip tidak cacat, rusak, robek, atau patah.
b. Sisiknya utuh tidak ada yang lepas, mengkilat, licin, dan berkilau bila
terkena sinar.
c. Bentuk tubuh proporsional sesuai jenis ikannya. Misalnya, bentuk tubuh
maskoki mutiara agak membulat, bukan memanjang.
d. Ikan bersih dari kutu atau jasad penempel lain seperti lintah dan cacing.
e. Di tubuhnya tidak terdapat luka, jamur, bercak merah, atau bintik putih.
f. Gerakannya gesit dan lincah serta akan berenang melawan arus bila
diairi air.
g. Nafsu makannya cukup baik, selalu menyongsong pakan yang diberikan
bila lapar.
Selain kesehatan ikan yang dibutuhkan dalam pemasaran adalah
kualitas ikan. Kualitas disini adalah standar ukuran ikan hias yang
dibutuhkan di pasar ekspor. Standar ukuran ikan mengacu pada ukuran S
(small), M (medium), L (large), dan XL (extra large). Diantara ukuran
tersebut masih ada lagi ukuran lain seperti SM (antara S dan M) serta ML
(antara M dan L). Standar ukuran untuk setiap jenis ikan berbeda. Standar
ukuran ikan cupang, yaitu M (1.5 inci), ML (1.75 inci), L (2.0 inci), dan XL
(2.5 inci) (Lesmana dan Dermawan 2001).

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al. 2010). Menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis
merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis
layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah usaha dinyatakan layak untuk
dilaksanakan jika usaha tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dan dampak negatif yang
ditimbulkan. Studi kelayakan bisnis diperlukan oleh beberapa pihak yang
berkepentingan, yaitu sebagai berikut:
1.
Investor
Investor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai dasar dalam mengambil
keputusan apakah akan ikut menanamkan modal pada suatu bisnis atau tidak.
Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide bisnis dinyatakan
layak maka investor akan ikut menanamkan modal pada suatu bisnis dengan
harapan memperoleh keuntungan dari investasi yang ditanamkan.
2.
Kreditor
Kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai salah satu dasar dalam
mengambil keputusan apakah akan memberikan kredit terhadap bisnis yang

11
diusulkan atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide
bisnis dinyatakan layak maka kreditor akan memberikan kredit terhadap
bisnis yang diusulkan dengan harapan memperoleh keuntungan berupa
bunga.
3.
Analis
Studi kelayakan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya
dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau
menilai kembali bisnis yang sudah ada.
4.
Pemerintah
Pemerintah memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai dasar dalam
mengambil keputusan apakah memberikan izin terhadap suatu bisnis atau
tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide bisnis
dinyatakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberikan
kesempatan kerja, mengoptimalkan sumber daya yang ada, dan dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka pemerintah akan
memberikan izin dan begitu sebaliknya.
5.
Masyarakat
Masyarakat memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai dasar dalam
mengambil keputusan apakah memberikan dukungan atau tidak terhadap
suatu bisnis. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide bisnis
dinyatakan dapat memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap
masyarakat dibanding dampak negatifnya maka masyarakat akan
mendukung ide bisnis tersebut dan begitu sebaliknya.
Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis diperlukan ketika pelaku bisnis
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Merintis usaha baru
Ketika pelaku bisnis akan merintis usaha baru studi kelayakan bisnis
diperlukan untuk mengetahui apakah usaha baru yang dirintis layak atau
tidak untuk dijalankan.
2.
Mengembangkan usaha yang sudah ada
Ketika pelaku bisnis akan mengembangkan usaha yang sudah ada studi
kelayakan bisnis diperlukan untuk mengetahui apakah usaha yang akan
dikembangkan layak atau tidak untuk dijalankan.
3.
Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan
Ketika pelaku bisnis akan memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang
paling menguntungkan maka diperlukan studi kelayakan bisnis.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang
tidak hanya menganalisis layak atau tidak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2005). Menurut Gittinger
(1986) rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek disebut
sebagai siklus proyek (project cycle). Siklus ini dibagi dalam beberapa tahap,
yaitu sebagai berikut:
1.
Identifikasi
Tahap ini merupakan tahap untuk mendapatkan proyek-proyek yang
potensial. Setelah itu, mengidentifikasi berbagai tempat yang dirasakan dan
diperkirakan dapat memberikan keuntungan bila dilakukan penanaman
modal baru. Usulan-usulan bisa datang dari berbagai sumber, yaitu investor,

12

2.

3.

4.

para ahli dalam bidang teknis, pemerintah daerah setempat, konsultan, dan
pebisnis itu sendiri. Ide untuk pengadaan proyek-proyek yang baru juga
didapat dari usulan-usulan untuk memperluas program-program yang telah
ada. Usulan-usulan bagi proyek baru biasanya timbul karena kurangnya
supply (pengadaan) produk pertanian, mungkin bila produksi pertanian tidak
meningkat pada beberapa tahun mendatang, atau impor nya yang meningkat.
Persiapan dan analisa
Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa
proyek tersebut pada suatu titik dimana bisa dilakukan pengamatan atau
penilaian dengan hati-hati dan bila ditentukan sebagai proyek yang baik bisa
segera dilaksanakan. Langkah pertama yang dilakukan adalah studi
kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan
dimulainya perencanaan yang lebih lanjut. Studi kelayakan tersebut harus
menegaskan tujuan-tujuan dari proyek secara jelas dan dipusatkan pada
persoalan apakah cara-cara yang dipilih sesuai untuk mencapai tujuan yang
sama, serta akan membantu perencana proyek meniadakan alternatifalternatif yang tidak baik. Selain itu, studi kelayakan akan memberikan
kesempatan untuk menyusun proyek agar bisa cocok dengan lingkungan
fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa proyek tersebut akan
memberikan hasil yang optimal. Apabila studi kelayakan telah menunjukkan
proyek yang mana yang lebih menguntungkan maka perencanaan dan
analisa dapat dimulai secara terperinci. Pada titik ini proyek yang dipilih
akan terus dimantapkan dan dibentuk karena semakin banyak dikenal. Hal
inilah dimana tahap dimana studi-studi yang lebih terperinci dimulai, surveisurvei tanah dilakukan dengan cermat, analisa hidrologi yang terperinci,
pemeriksaan pola-pola penanaman secara teliti, estimasi jumlah kebutuhan
buruh dari bulan ke bulan, budget pertanian yang terperinci dan sebagainya.
Semua aspek analisa harus dipertimbangkan dan dihubung-hubungkan agar
perkiraan yang nyata dapat dibuat mengenai bagaimana proyek yang harus
dilaksanakan serta kemungkinan kapasitas dari pendapatan yang akan
dihasilkan.
Penilaian
Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek
daripada rencana proyek dengan melibatkan informasi baru apabila
spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa sebagian data diragukan
atau tidak tepat. Jika tim penilaian menyimpulkan bahwa rencana proyek
masuk akal maka investasi dapat diteruskan. Akan tetapi, jika ditemukan
kekurangan yang cukup serius maka perlu bagi analis untuk merubah
rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang baru.
Pelaksanaan
Tahap ini merupakan bagian terpenting dari siklus proyek dan merupakan
tujuan setiap usaha dalam perencanaan dan analisa suatu proyek. Ada
beberapa aspek dari pelaksanaan yang cukup penting sangkut pautnya
dengan perencanaan dan analisa proyek. Pertama, adanya rencana proyek
yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan untuk
dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Kedua,
pelaksanaan suatu proyek harus luwes sebab keadaan akan selalu berubah
dan manajer-manajer proyek harus bisa memberikan reaksi yang tepat

13

5.

terhadap perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan yang bersifat
teknis hampir tidak bisa dihindari dengan bertambah majunya suatu proyek,
lebih banyak lagi diketahui tentang tanah, reaksinya terhadap penggunaan
nitrogen, kelemahan terhadap sistem pengairan, dan sebagainya. Perubahan
harga mungkin mengharuskan pola penanaman yang berbeda atau
penyesuaian dalam pemakaian input. Perubahan-perubahan dalam
lingkungan ekonomi dan politik akan merubah cara pelaksanaan suatu
proyek. Pelaksanaan merupakan suatu proses kebaikan, proses belajar dari
pengalaman, atau sejenis siklus mini dalam siklus proyek yang lebih besar.
Evaluasi
Pada tahap ini analis mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang
mencapai sukses dan gagal di dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk
memetik pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi adalah alat
yang paling penting bagi manajer dalam proyek-proyek yang sedang
berjalan, dan lebih cenderung lagi evaluasi secara formal mungkin saja
dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi
sebaiknya dilaksanakan pada akhir dari suatu proyek atau proyek siap
masuk dalam operasi rutin. Siapa saja yang melakukan evaluasi tentu
mengharap untuk dapat mempelajari seluruh dokumen yang relevan dengan
proyek secara cermat dan selanjutnya melakukan pembicaraan-pembicaraan
secara luas dan menyeluruh dengan semua pihak yang ikut berpartisipasi
dalam proyek tersebut, seperti para perencana, para manajer, staff pelaksana,
para petani yang terlibat dalam proyek, atau penduduk setempat yang
terkena dampak dari proyek tersebut. Kriteria utama dalam evaluasi adalah
apakah sasaran-sasaran suatu proyek tepat dan sesuai. Para penilai ingin
mengetahui apakah tujuan-tujuan ini jelas bagi para perencana dan
manajemen proyek. Selain itu, penilaian harus mempertimbangkan reaksi
dan tanggapan manajemen proyek dan lembaga-lembaga sponsor atas
perubahan-perubahan keadaan. Dari suatu evaluasi diharapkan dapat
diperoleh rekomendasi yang telah dipertimbangkan secara cermat agar dapat
meningkatkan ketepatan dari setiap aspek dalam pola suatu proyek,
sehingga rencana-rencana untuk pelaksanaan proyek dapat diperbaiki dan
rencana proyek di masa yang akan datang dapat direncanakan lebih baik lagi.

Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Kelayakan suatu usaha dianalisis dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan, serta
aspek keuangan. Masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak dapat berdiri
sendiri. Jika salah satu aspek tidak dipenuhi, perlu dilakukan perbaikan atau
tambahan yang diperlukan.
Aspek Pasar
Pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam suatu usaha karena
berkaitan dengan kelangsungan produksi. Jika pasar menyerap hasil produksi
dalam jumlah yang tinggi, tentu tidak menjadi masalah sebab usaha akan
mendapatkan keuntungan. Tetapi jika pasar menyerap hasil produksi dalam

14

jumlah yang rendah, akan mendatangkan kerugian pada usaha yang dirintis
(Rahardi et al. 1993). Umumnya tujuan studi pasar bertujuan untuk mengukur dan
memperkirakan permintaan untuk menilai ketetapan waktu dan harga dari proyek
dalam memproduksi barang/jasa. Hal ini sangat penting karena tidak ada proyek
yang berhasil tanpa adanya permintaan. Dengan demikian akan terlihat berapa
besar volume yang akan dikejar untuk mencapai sasaran laba yang telah
ditetapkan dan berapa besar biaya yang harus dikorbankan untuk mencapai tingkat
penjualan tersebut.
Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan finansial, tidak
akan berarti jika pasarnya tidak ada sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan
tidak layak. Menurut (Nurmalina et al. 2010) aspek pasar dan pemasaran
mempelajari tentang:
1.
Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis
konsumen, dan perusahaan besar pemakai. Disamping itu, juga perlu
diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.
2.
Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari impor. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi penawaran seperti jenis barang yang bisa
menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya.
3.
Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi
dalam negeri lainnya
4.
Program pemasaran
5.
Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan.
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiaannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun (Nurmalina et al. 2010). Aspek ini berpengaruh terhadap
kelancaran usaha terutama terhadap proses produksi. Hal yang perlu dianalisis
dalam aspek ini adalah sebagai berikut:
1.
Lokasi bisnis
Pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebaik-baiknya agar tidak
merugikan usaha yang telah dirintis. Dalam pemilihan lokasi bisnis ada
beberapa variabel yang perlu diperhatikan, yaitu variabel utama dan variabel
bukan utama. Variabel-variabel utama tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Ketersediaan bahan baku
Perusahaan yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang besar,
variabel ini merupakan variabel yang dominan/signifikan dalam
penentuan lokasi pabrik. Beberapa hal yang perlu diperoleh
informasinya dari variabel ini, yaitu: 1) Jumlah kebutuhan bahan baku
satu periode (tahun)dan selama usia investasi; 2) Kelayakan harga
bahan baku, baik sekarang maupun masa datang; 3) Kapasitas,
kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku; 4) Biaya-biaya
pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku siap diproses,
misalnya biaya pengangkutan dan lain-lain.
b.
Letak pasar yang dituju
Variabel ini sangat diperhatikan oleh industri barang konsumtif. Ada
beberapa hal yang didapat informasinya, yaitu daya beli konsumen,

15

2.

pesaing dan beberapa data lain yang cukup dalam uraian tentang
analisis aspek pasar.
c.
Tenaga listrik dan air
Kebutuhan akan listrik dan air merupakan hal yang sangat penting jika
suatu kegiatan bisnis membutuhkan dalam jumlah yang cukup besar.
Ketersediaan listrik dan air pada lokasi tertentu akan menjadi bahan
pertimbangan dalam memilih lokasi usaha.
d.
Supply tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja baik yang terdidik maupun terlatih akan
mempengaruhi biaya produksi.
e.
Fasilitas transportasi
Variabel ini erat kaitannya dengan pertimbangan bahan baku dan
pasar. Jika lokasi dekat dengan bahan baku, perlu dipertimbangkan
fasilitas transportasi ke pasar dan sebaliknya. Selain itu, yang perlu
diperhatikan adalah kondisi jalan dan jembatan.
Varibel bukan utama yang perlu diperhatikan adalah:
a.
Hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia
Variabel ini perlu dipertimbangkan karena mungkin terdapat peraturan
yang melarang pendirian bisnis pada lokasi tersebut.
b.
Iklim dan keadaan tanah
Dalam bisnis pertanian hal ini merupakan variabel utama untuk
mendukung sebagai syarat pertumbuhan dari komoditas pertanian
yang diusahakan.
c.
Sikap masyarakat
Hal ini dilihat dari adat-istiadat setempat mendukung atau tidak
dengan adanya pendirian bisnis tersebut pada suatu lokasi.
d.
Rencana masa depan perusahaan
e.
Hal ini berkaitan dengan perluasan bisnis, apakah masih mungkin
dilakukan pada tempat yang sama.
Luas produksi
Penentuan luas produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang
dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas
teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang peling efisien (Kasmir
dan Jakfar 2009). Luas produksi dapat dilihat dari segi ekonomis dan segi
teknis. Jika dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa jumlah produk
yang dihasilkan dengan biaya yang paling efisien, sedangkan dari segi
teknis yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar
kemampuan mesin dan peralatan produksi. Bagi perusahaan yang
tergantung pada mesin dan peralatan produksi serta berproduksi berdasarkan
pesanan, penentuan luas produksi kurang begitu penting. Menurut
Nurmalina et al. (2010) ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan luas produksi, yai