Eksplorasi Tumbuhan Obat di Kasan Gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo,Sumatera Utara

(1)

EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI KAWASAN GUNUNG

SIBUATAN KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

EBEN EZER SILABAN

101201046/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Eksplorasi Tumbuhan Obat di Kasan Gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo,Sumatera Utara.

Nama : EBEN EZER SILABAN

NIM : 101201046

Program Studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si Ridwanti Batubara S.Hut, M.P.,

Ketua Anggota

Mengetahui:

Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan


(3)

ABSTRAK

EBEN EZER SILABAN. 101201046. Eksplorasi Tumbuhan Obat pada Kawasan Gunung Sibuatan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Penelitian tumbuhan obat telah dilakukan di kawasan gunung Sibuatan Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Penelitian ini bertujuan untuk mengindetifikasi jenis-jenis tumbuhan obat di gunung Sibuatan. Metode penelitian dasar dalam pengembangan tumbuhan obat memiliki dua tahap. Tahap yang pertama adalah aspek pengetahuan lokal dengan survei pengetahuan lokal. Tahap yang kedua adalah aspek keanekaragaman hayati dengan analisis pengumpulan data vegetasi. Sehingga ditemukan 16 Jenis tumbuhan obat adalah Rubus reflexus, Impatiens balsamina, Nicolaia speciosa, Vitis gracilis, Solanum verbacifolium, Eupatorium odoratum, Nepenthes spectabilis, Nepenthes tobaica, Nepenthes gymnamphora, N.spectabilis x N. gymnamphora, Calamus diepenhorstii, Leersia hexandra, Melastoma candidum, Sida rhombifolia, Curculigo sp, Macodes petola.


(4)

ABSTRACT

EBEN EZER SILABAN. 101201046. Exploration of Medicinal Plants in Mountain Regions Sibuatan, Karo, North Sumatra. Supervised by YUNUS Afifuddin and RIDWANTI BATUBARA.

The research of medicinal plants has been carried out in the mountain region Sibuatan, Karo.Penelitian District aims to identifying the types of medicinal plants in mountain Sibuatan. Basic research methods in the development of medicinal plants has two stages. The first stage is the aspect of local knowledge with local knowledge survey. The second stage is the aspect of biodiversity with the analysis of vegetation data collection. So found 16 type of medicinal plants is Rubus reflexus, Impatiens balsamina, Nicolaia speciosa, Vitis gracilis, Solanum verbacifolium, Eupatorium odoratum, Nepenthes spectabilis, Nepenthes tobaica, Nepenthes gymnamphora, N.spectabilis x N. gymnamphora, Calamus diepenhorstii, Leersia hexandra, Melastoma candidum, Sida rhombifolia, Curculigo sp, Macodes petola.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatNya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Obat di Kawasan Gunung Sibuatan Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera utara ” ini dengan baik. Besar harapan saya dapat memberikan informasi mengenai tumbuhan obat sehingga dapat memberikan masukan bagi pihak yang memerlukan

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yang selalu memberi dukungan, kasih sayang, doa, dan seluruh tenaganya. Kepada Bapak Yunus Affifuddin S. Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara S.Hut, M.P. selaku komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan karya ilmiah ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Medan, Maret 2015


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat……….. ... 4

Peran Tumbuhan Obat ... 5

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan obat... 6

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

Alat dan Bahan Penelitian ... 11

Metode Pengumpulan Data ... 11

Aspek Pengetahuan Lokal ... 11

Analisis Vegetasi ... 11

Analisis Data ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal ... 15

Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Kawasan Gunung Sibuatan………...16

Analisis Data Tumbuhan Obat ... 33

Potensi Tumbuhan Obat Tingkat Semai ... 33

Potensi Tumbuhan Obat Tingkat Pancang ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(7)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 10

2. Desain Plot Tumbuhan Aromatik... 12

3. Arbei (Rubus reflexus ker). ... 17

4. Bunga Kacar (Impatiens balsamina). ... 18

5. Cekala (Nicolaia speciosa Horan.). ... 19

6. Gagatan Harimau (Vitis gracilis BL)………... 20

7. Lancing (Solanum verbacifolium)……….. 21

8. Lenga-lenga (Eupatorium odoratum)………. 22

9. Nepenthes spectabilis (Nepenthes spectabilis Danser). ... 23

10.Nepenthes Tobaica (Nepenthes tobaica Danser) ... 24

11.Nepenthes Gymnamphora (Nepenthes gymnamphora). ... 25

12.Nepenthes sp. (N.spectabilis x N. gymnamphora)……….. 26

13.Rotan (Calamus diepenhorstii Miq)……….... 27

14.Sayat-sayat (Leersia hexandra)………... 28

15.Senduduk (Melastoma candidum D. Don.)... 29

16.Sibagori (Sida rhombifolia)... 30

17.Singkut (Curculigo sp.)... 31


(8)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Jenis-Jenis Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Kawasan Gunung

Sibuatan... ... 15-16 2. Analisis Data Tumbuhan Obat Tingkat Semai di Kawasan

Gunung Sibuatan ... 33 3. Analisis Data Tumbuhan Obat Tingkat Pancang di Kawasan


(9)

ABSTRAK

EBEN EZER SILABAN. 101201046. Eksplorasi Tumbuhan Obat pada Kawasan Gunung Sibuatan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Penelitian tumbuhan obat telah dilakukan di kawasan gunung Sibuatan Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Penelitian ini bertujuan untuk mengindetifikasi jenis-jenis tumbuhan obat di gunung Sibuatan. Metode penelitian dasar dalam pengembangan tumbuhan obat memiliki dua tahap. Tahap yang pertama adalah aspek pengetahuan lokal dengan survei pengetahuan lokal. Tahap yang kedua adalah aspek keanekaragaman hayati dengan analisis pengumpulan data vegetasi. Sehingga ditemukan 16 Jenis tumbuhan obat adalah Rubus reflexus, Impatiens balsamina, Nicolaia speciosa, Vitis gracilis, Solanum verbacifolium, Eupatorium odoratum, Nepenthes spectabilis, Nepenthes tobaica, Nepenthes gymnamphora, N.spectabilis x N. gymnamphora, Calamus diepenhorstii, Leersia hexandra, Melastoma candidum, Sida rhombifolia, Curculigo sp, Macodes petola.


(10)

ABSTRACT

EBEN EZER SILABAN. 101201046. Exploration of Medicinal Plants in Mountain Regions Sibuatan, Karo, North Sumatra. Supervised by YUNUS Afifuddin and RIDWANTI BATUBARA.

The research of medicinal plants has been carried out in the mountain region Sibuatan, Karo.Penelitian District aims to identifying the types of medicinal plants in mountain Sibuatan. Basic research methods in the development of medicinal plants has two stages. The first stage is the aspect of local knowledge with local knowledge survey. The second stage is the aspect of biodiversity with the analysis of vegetation data collection. So found 16 type of medicinal plants is Rubus reflexus, Impatiens balsamina, Nicolaia speciosa, Vitis gracilis, Solanum verbacifolium, Eupatorium odoratum, Nepenthes spectabilis, Nepenthes tobaica, Nepenthes gymnamphora, N.spectabilis x N. gymnamphora, Calamus diepenhorstii, Leersia hexandra, Melastoma candidum, Sida rhombifolia, Curculigo sp, Macodes petola.


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Sekitar 1200 species tanaman obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia. ( Jhonherf, 2007).

Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat herbal bersifat alamiah. Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan diteliti secara ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan(Maheswari, 2002).

Kecenderungan masyarakat menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan obat terus meningkat. Produk berbahan baku yang berasal dari tumbuhan dinilai relatif lebih aman dan ramah lingkungan dibanding dengan produk berbahan aktif kimia (Balfas & Willis, 2009). Perkembangan terakhir menunjukkan, peningkatan permintaan akan produk tumbuhan obat tidak hanya sebatas peningkatan kuantitas tumbuhan yang telah biasa digunakan tetapi berkembang kearah bertambahnya jenis tanaman yang digunakan dan ragam


(12)

produk yang dihasilkan. Sebahagian besar bahan baku obat yang berasal dari tumbuhan dipanen secara langsung dari alam (Pribadi, 2009)

Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Namun, yang menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi memadai mengenai berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang biasadigunakan sebagai ramuan obat-obatan tradisional dan bagaimana pemanfaatannya (Arief, 2001).

Budaya masyarakat suku Karo yang tinggal di daerah sekitar kawasan Gunung Sibuaten dikenal beberapa jenis tumbuhan obat yang biasa digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Cara pengobatan ini sampai sekarang masih dipraktekkan terutama oleh masyarakat kawasan Gunung Sibuaten. Selain itu, sebahagian tumbuhan obat juga digunakan untuk upacara adat suku Karo. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk dapat menggali dan mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dalam upaya pelestarian tumbuhan tersebut.

Kawasan Gunung Sibuaten terletak di dua kabupaten yaitu kabupaten Karo dan kabupaten Dairi. Kawasan hutan ini merupakan kawasan hutan lindung berupa alam pegunungan yang ditetapkan sejak zaman Belanda. Kawasan gunung sibuaten memiliki tempat tumbuh yang sangat baik untuk berbagai jenis tumbuhan obat. Gunung Sibuaten memiliki ketingian 2.457mdpl dan terletak di desa naga lingga. Curah hujan berkisar (1500-2000) mm/thn dengan suhu (13-28)oC dan


(13)

kelembapan antara (80-100)%. Secara geografis dari sudut pandang kabupaten kawasan Gunung sibuaten terletak di selatan kabupaten karo dan di utara kabupaten Dairi (Dinas Kehutanan Kabupaten Karo, 2011) .

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Aspek Pengetahuan lokal pada beberapa masyarakat yang ada disekitar kawasan Gunung Sibuaten kecamatan Merek, kabupaten karo

2. Identifikasi tumbuhan obat di kawasan Gunung Sibuaten kecamatan Merek, kabupaten karo

3. Analisis keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang terdapat di di Kawasan Gunung Sibuaten, Kec. Merek, Kab. Karo Sumatera Utara. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai data pendukung atau bahan rujukan yang diharapkan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

2. Sebagai sumber informasi bagi pihak masyarakat disekitar kawasan Gunung Sibuaten, pemerintah dan BKSDA Sumatera Utara serta semua pihak yang membutuhkan.

3. Memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis tanaman obat yang terdapat di Kawasan Gunung Sibuaten Kec. Merek Kab. Karo Sumatera Utara.


(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Obat

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hernani, 2001).

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut sebagai herbal Medicine atau fitofarmaka yang perlu diteliti dan dikembangkan.

Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 tahun 1992, Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita, dan merupakan satu-satunya alternatif pengobatan (Zein, 2005).

Menurut Zuhud, dkk (1994) dalam Rahayu (2005), tumbuhan obat dikelompokkan menjadi :


(15)

1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau

dipercaya mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern, yaitu tumbuhan obat yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensial, yaitu tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktika secara medis penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit diketahui. Peran Tumbuhan Obat

Menurut Williamson (1996) dalam Nohong (2009), tumbuh-tumbuhan mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Hampir lima dekade terakhir ini timbul ketertarikan yang kuat dalam meneliti tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang didasari keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan sintetis. Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obat-obatan penting yang digunakan sekarang berasal dari tumbuhan.

Peran tumbuhan bagi kehidupan manusia sangatlah penting, maka pengetahuan mengenai aktifitas biologis yang ditimbulkan oleh senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan sangat diperlukan dalam usaha penemuan sumber obat baru. Menurut Zein (2005), dari pengalaman orang-orang tua kita terdahulu, dan pengalaman kita juga sampai kini, maka peran tumbuhan obat memang dapat dikembangkan secara luas di Indonesia. Pada zaman dulu,


(16)

mungkin tumbuhan obat ini berperan karena sulitnya jangkauan fasilitas kesehatan, terutama di daerah-daerah pedesaan yang terpencil. Atau masih banyaknya masyarakat yang mencari pertolongan pengobatan kepada tenaga-tenaga penyembuh tradisional seperti tabib dan dukun, bahkan banyak pula anggota masyarakat yang mencoba tumbuhan obat untuk menyembuhkan

penyakit hanya berdasarkan informasi dari keluarga atau tetangga saja. Jadi pada ketika itu peranan tumbuhan obat sangat terbatas pada sekelompok penduduk daerah tertentu dan pada keadaan tertentu, serta dipengaruhi pula oleh

kepercayaan tertentu serta mantera-mantera yang diyakini mempunyai kekuatan penyembuh bila di kerjakan oleh orang-orang tertentu seperti dukun.

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal sejak lama sebagai warisan budaya dan tetap diteruskan sehingga kini menjadi potensi dan modal dasar untuk mengembangkan obat-obat tradisional yang berasal dari tanaman. Menurut WHO, diperkirakan sekitar 4 milyar penduduk dunia (± 80%)

menggunakan obatan yang berasal dari tanaman . Bahkan banyak obat-obatan modern yang digunakan sekarang ini berasal dan dikembangkan dari tanaman obat. WHO mencatat terdapat 119 jenis bahan aktif obat modern berasal dari tanaman obat (Suganda, A.G, 2002).

Potensi tanaman obat yang ada di hutan dan kebun/pekarangan sangatlah besar, baik industri obat tradisional meupun fitofarmaka memanfaatkannya sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitat


(17)

bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini, spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu sebanyak 717 spesies (40,58%). Eksplorasi dan pengembangan budidaya

tumbuhan obat terus dikembangkan untuk mencapai sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat sintesis guna menghemat devisa Negara (Djauhari dan Hernani, 2004).

Menurut Ditjen POM ada 283 spesies tumbuhan obat yang sudah terdaftar digunakan oleh industri obat tradisional di Indonesia. Diantaranya 180 spesies tumbuhan obat yang berasal dari hutan tropika. Kekayaan alam Indonesia telah terbukti mampu menghidupi masyarakat penghuninya. Masyarakat lokal memiliki pengertian yang dalam akan manfaat berbagai jenis tumbuhan lokal. Tidak kurang dari 400 etnis masyarakat Indonesia yang erat kehidupannya dengan alam dan memiliki pengetahuan tradisional yang tinggi dalam memanfaatkan tumbuhan obat untuk peralatan kesehatan. Menurut laporan badan Pusat Statistik Republik Indonesia, produksi tanaman obat Sumatera Utara tahun 2009 adalah nomor urut 5 setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung yakni 12,089,652 Kg.

Pemanfaatan tumbuhan obat atau bahan obat alam pada umumnya sebenarnya bukanlah merupakan hal baru. Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, obat tradisional perlu dimanfaatkan dengan


(18)

sebaik-baiknya. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan tanaman obat alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Tukiman, 2004).

Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai beikut:

1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)

Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Dalam upaya untuk meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman obat keluarga (toga).

2. Bahan baku obat tradisional

Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal dengan istilah simplisia.

3. Bahan baku fitofarmaka

Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang tela memenuhi

persyaratan yang berlaku di Indonesia. Tanaman obat yang sering digunakan

dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman obat yang boleh

digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain sudah mempunyai data uji


(19)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan September sampai bulan Desember 2014. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kawasan Gunung Sibuaten Kec. Merek Kab. Karo Sumatera Utara. Letak gunung sibuatan dapat dilihat pada Gambar 1.


(20)

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi tanaman obat, tally sheet, kantung plastik/stoples, kantung plastik besar/keranjang, dan label identifikasi. Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah peta lokasi, kompas, GPS (Global Positioning System), pisau, termometer, kamera digital, tali rafia, parang, sekop tangan, sarung tangan, peralatan pencahayaan yang mendukung, skala pengukuran, dan alat tulis. Alat yang digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetan jenis yang tidak dikenali guna identifikasi lebih lanjut adalah gunting, kertas koran, label.

Prosedur Penelitian a. Analisis kearifan lokal

Data sekunder dikumpulkan dengan kajian pustaka. Sedangkan data primer dilakukan wawancara mendalam dengan mengunakan Kuisioner yang telah disiapkan, tahapan eksplorasi atau survey awal yaitu melakukan wawancara dengan seseorang (informan) pengenal jenis tanaman obat khusus yang tumbuh di Gunung Sibuaten. Kemudian dilakukan penjelajahan di sekitar penelitian guna untuk mengetahui semua jenis tanaman obat yang ada di kawasan Gunung Sibuaten.

b. Analisis Vegetasi

Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan pada jalur dan plot, dimana panjang jalur pengamatan adalah 2000 m. Penentuan jalur dilakukan dengan metode purpossive sampling berdasarkan keberadaan tanaman obat yang dianggap mewakili kawasan tersebut, selanjutnya ditentukan secara systematic sampling. Pengambilan koleksi tanaman obat menggunakan metode sampling plot, yaitu


(21)

dengan membuat sampling plot di dalam jalur. Di dalam setiap jalur akan dibuat sampling plot berukuran 20 m x 20 m. Sampling plot dibuat berukuran 20 m x 20 m karena populasi yang ingin diidentifikasi bersifat homogen yaitu hanya mengidentifikasi tanaman obat dan tanaman obat tersebut bisa berupa semai, pancang, tiang dan pohon. Pengamatan tanaman obat dilakukan secara eksploratif di dalam plot sepanjang jalur pengamatan.

Gambar 2. Desain Plot Pengamatan Tanaman Obat Keterangan:

a. Petak A : petak ukur untuk semai dengan ukuran 2 × 2 m b. Petak B : petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 × 5 m c. Petak C : petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 × 10 m d. Petak D : petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 × 20 m

Tumbuhan obat yang ditemui di lokasi, dilakukan pemotretan dengan disertai skala pengukuran. Selanjutnya dicatat data penampakan fisik secara detail dan tempat ditemukannya jenis tanaman obat. Bila memungkinkan, objek langsung diidentifikasi di lapangan, dan jika tidak maka objek harus dikoleksi. Dalam proses pengkoleksian, tanaman obat diambil daunnya, kemudian dibungkus dengan kertas koran atau dimasukkan ke dalam kantung plastik, diberi label, dan diletakkan di dalam kantung plastik besar/keranjang kemudian


(22)

dilakukan herbarium pada tanaman obat tersebut kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi tanaman obat.

c. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan formulasi metode dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, dengan rumus sebagai berikut: a. Kerapatan suatu jenis (K)

Σ jenis suatu individu K =

Luas petak contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) K suatu jenis

KR = x 100% Σ K seluruh jenis

c. Frekuensi suatu jenis (F)

Σ Sub – petak ditemukan suatu jenis F =

Σ K Seluruh jenis d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR) F suatu jenis

FR = x %100 Σ F seluruh jenis

e. Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR + FR

f. Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener H’ = - ∑


(23)

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon - Wiener S = Jumlah jenis dalam petak utama

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Total seluruh individu

Kriteria nilai H’ yang digunakan adalah: - H’ < 2, keanekaragaman tergolong rendah; - H’ 2-3, keanekaragaman tergolong sedang; dan - H’ > 3, keanekaragaman tergolong tinggi


(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pengetahuan Lokal

Hasil wawancara dengan masyarakat terdapat 16 jenis tanaman obat. Wawancara di lakukan terhadap 7 orang sampel masyarakat kawasan gunung sibuatan yang memiliki pekerjaan diantaranya sebagai pegawai negeri, wirausaha, dan petani. Masyarakat setempat mengetahui tanaman obat berdasarkan dari pengetahuan turun temurun. Data hasil tanaman obat disajikan pada tabel. 1. Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di kawasan gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupten karo.

No. Nama Lokal dan Nama latin Famili Bagian

tumbuhan yang digunakan

Fungsi

1 Arbei

(Rubus reflexus ker)

Rosaceae Buah, daun, akar Diare, Ambein, 2 Bunga Kacar

(Impatiens balsamina)

Balsaminaceae Akar, daun Keputihan, peluruh haid 3 Cekala

(Nicolaia speciosa Horan.)

Zingiberaceae Daun, batang, buah, bunga

Pembersih Darah 4 Gagatan Harimau

(Vitis gracilis BL)

Vitaceae Daun Obat kuat,

sakit perut 5 Lancing

(Solanum verbacifolium)

Solanaceae Daun Obat

Terkilir 6 Lenga-lenga

(Eupatorium odoratum)

Asteraceae Daun Peluruh kencing, Kencing batu 7 Kantong Semar

(Nepenthes spectabilis

Danser)

Nepenthaceae Air yang di kantong semar tertutup

Obat batuk, obat ngompol, demam 8 Kantong Semar

(Nepenthes Tobaica danser)

Nepenthaceae Air yang di kantong semar tertutup

Obat batuk, obat ngompol, demam 9 Kantong Semar

(Nepenthes Gymnamphora)

Nepenthaceae Air yang di kantong semar tertutup

Obat batuk, obat ngompol, demam


(25)

No. Nama Lokal dan Nama latin Famili Bagian

tumbuhan yang digunakan

Fungsi

10 Kantong Semar

(N. spectabilis x N. Gymnamphora)

Nepenthaceae Air yang di kantong semar tertutup

Obat batuk, obat ngompol, demam 11 Rotan

(Calamus diepenhorstii Miq)

Aracaceae Batang Obat sakit perut 12 Sayat-sayat

(Leersia hexandra)

poaceae Akar Obat sakit gigi 13 Senduduk

(Melastoma candidum D. Don.)

Melastomtaceae Daun, batang, biji, akar

Sariawan, bisul 14 Sibagori

(Sida rhombifolia L.)

Malyaceae Seluruh tumbuhan

Rematik, sakit gigi 15 Singkut

(Curculigo sp)

Amarylilidaceae Daun Obat sakit mata 16 Surat-surat dibata

(Macodes petola BI)

Orchidaceae Daun Obat keracunan

Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Kawasan Gunung Sibuatan Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Kawasan Gunung sibuatan ada 16 jenis. Deskripsi jenis tumbuhan obat yang telah ditemukan adalah sebagai berikut.

1. Arbei (Rubus reflexus ker) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Klas : Magnoliopsida Ordo : Rosaceae Famili : Rosaceae Genus : Rusuk

Spesies : Rubus reflexus ker Deskripsi Tanaman

Merupakan tumbuhan liar di hutan – hutan, tepi jalan dan semak belukar, pada ketinggian 1.000 m sampai 2.500 m di atas permukaan laut. Berbunga pada musim kemarau dan pengumpulan bahan sebaiknya dilakukan pada bulan agustus sampai oktober dan pemanenan dapat dilakukan sepanjang tahun. Habitus


(26)

memanjat atau merambat, panjang 1-3 m. Batang bulat, berkayu, berduri, coklat kehijauan. Daun tunggal, tersebar, berseling, tangkai silindris, berduri, panjang 3-8 cm, hijau keungguan, helaian daun bentuk oval, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi berlekuk, panjang 5-15cm, lebar 4-13 cm, pertulangan menjari, permukaaan berbulu kasar, sisi atas bewarna hijau, sisi bawah hijau keputihan. Bunga majemuk, di ketiak daun atau di ujung batang, bentuk malai, kelopak berlepasan, ujung runcing, lima helai, bebulu kasar, panjang 3-8 mm, hijau, benangsari jumlah banyak, putih, bakal buah menumpang, mahkota berlepasan, lima helai, panjang 0,5-1 cm, halus putih.

Kandungan Kimia yang terdapat pada arbei yaitu Saponin flavonoida, tannin dan vitamin c.


(27)

2. Bunga Kacar (Impatiens balsamina) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Ericales

Famili : Balsaminaceae Genus : Impatiens

Spesies : Impatiens balsamina Deskripsi Tanaman

Berupa terna berbatang basah, bercabang, dengan daun tunggal, bentuk lanset memanjang pinggir bergerigi warna hijair muda tanpa daun penumpu. Bunga bewarna cerah, ada beberapa macam warna, seperti merah, orange, ungu, putih dan lain-lain. Buahnya buah kendaga, bila masak akan membuka menjadi lima bagian yang terpilin. Biasanya ditanam sebagai tanaman hias.

Kandungan Kimia

Sifat kimiawi dan farmakologis : Terasa pahit, hangat, sedikit toxic(beracun). Berkhasiat melancarkan peredaran darah, melunakkan masa/benjolan yang keras. Kandungan kimia: Bunga : Anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Akar : Cyanidin monoglycoside.


(28)

3. Cekala (Nicolaia speciosa Horan.) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Zinggiberaceae Genus : Nicolaia

Spesies : Nicolaia speciosa Horan Dekripsi Tanaman

Tanaman famili jahe ini berupa herba setinggi 2-5 meter. Batang semunya tegak, hanya bergaris tengah 2-3 cm sehingga tampak kurus. Berpelepah dan membentuk rimpang hijau daunnya tunggal, berbentuklanset yang memanjang seperti pita sekitar 40-50 cm, selebar 8-10 cm. ujung dan pangkal daun runcing, dan hijau.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat adalah saponin, flavonoida, polifenol, dan minyak atsiri.


(29)

4. Gagatan Harimau (Vitis gracilis BL) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Vitales

Famili : Vitaceae Genus : Vitis

Spesies : Vitis gracilis BL

Deskripsi Tanaman

Perdu merambat, panjang dapat mencapai 10 m, daun bulat bercangap dengan pinggir bergerigi dan ujung melancip. Bunga tersusun dalam malai. Buah bulat atau agak onjong berukuran +/- 2 cm, berkulit halus, warna beragam, daging buah manis asam mengandung 2-4 biji. Tidak semua jenis dari marga Vitis dapat dimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu vitis vinifera dan vitis labrusca. Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terdapat adalah Trans-Resveratrol (trans-3,5,4’ -Trilhydroxystilbene; 3, 4’, 5-stilbenetriol(trans-Resveratol;(E)-5-(pHydroxystyryl) benzene-1,3-diol.


(30)

5. Lancing (Solanum verbacifolium) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum

Spesies : Solanum verbacifolium

Deskripsi Tumbuhan

Tumbuhan ini termasuk tanaman perdu yang tingginya + 6 m. Batang berkayu dengan penampang bulat, bentuk percabangan monopodial bewarna putih kotor. Daun tunggul terbentuk lonjong yang panjangnya 5-20 cm dengan lebar 3-12 cm. bagian bawah daun berbulu, pertulangan daun menyirip dengan ujung yang runcing. Pangkal daun tumpul dan bewarna hijau pucat. Bunga dari tumbuhan ini adalah majemukberbentuk tandan. Kelopak berbulu putih bewarna putih, mahkota berambut berbentuk bintang, lonjong dan bewarna ungu. Bentuk akar dari tumbuhan ini adalah akar tunggang bewarna coklat muda. Biji berbentuk bulat pipih, biji muda bewarna putih setelah tua bewarna coklat.

Kandungan kimia

Kandungan kima yang terdapat pada lancing yaitu mengandung flavonoida dan triterpenoida


(31)

6. Lenga-lenga (Eupatorium odoratum) Deskripsi tanaman

Tanaman tahunan, berbentuk semak belukar dan tinggi dapat mencapai 6-8 m. letak daun berhadapan. Tumbuhan ini termasuk dalam famili Asteraceae/Composite, berdaun oval dan bergerigi pada bagian tepi, serta bebunga pada musim kemarau, serentak selama 3-4 minggu.

Tumbuhan ini dapat tumbuh pada ketinggian 1.000-2.800 m dari permukaan laut, tetapi di Indonesia banyak ditemukan di dataran rendah (0-500 m dpl) seperti di perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, dan jambu mete sertapadang penggembalaan. Sifatnya yang tidak tahan naungan, membuat tumbuhan ini tumbuh subur dengan adanya sinar matahari yang cukup.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat adalah senyawa tannin, polifenol, kuinon, flavonoid, steroid, triterpenoid, monoterpen, dan seskuiterpen flavonoid, tannin, dan steroid.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales Famili : Asteracea Genus : Eupatorium

Spesies : Eupatorium odoratum

Gambar 8. Lenga-lenga (Eupatorium odoratum)


(32)

7. Nepenthes spectabilis (Nepenthes spectabilis Danser) Deskripsi Tanaman

Nepenthes spectabilis Danser seperti pada gambar 9 tumbuh saling berdekatan antara yang satu dengan yang lain. Dariana (2009) menyatakan nepenthes ini memiliki batang roset pada anakan, bentuk silindris berwarna hijau kemerahan, pada bagian yang telah tua memperlihatkan retakan kulit batang tidak teratur, permukaan pendek berwarna coklat tua. Daun tunggal, tanpa tangkai, berwarna hijau tua sampai hijau kemerahan, bentuk lanset sampai memanjang. Kantong bawah seperti kendi berleher pendek berwarna hijau bercak hijau tua sampai coklat tua, daging seperti kertas berbulu halus dan memiliki sayap.

Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada air yang berada di dalam kantong adalah enzim kitinase, enzim proteolase atau enzim nepenthesin, nitrogen, fosfor, kalium dan garam-garam mineral.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Klas : Choripetaleae Ordo : Nepenthales Famili : Nepenthaceae Genus : Nepenthes

Spesies : Nepenthes spectabilis Danser

Gambar 9. Nepenthes spectabilis (Nepenthes spectabilis Danser)


(33)

8. Nepenthes Tobaica (Nepenthes tobaica Danser) Deskripsi Tanaman

Nepenthes tobaica Danser tumbuh di tempat tempat yang lembab dan dekat dengan air. Dariana (2009) menyatakan bahwa ciri ciri nepenthes ini antara lain memilki batang roset pada anakan, bentuk silindris berwarna hijau kemerahan. Daun tunggal, tanpa tangkai, berwarna hijau tua pada permukaan atas dan merah pada permukaan bawah dan berbentuk lanset. Kantong bawah berbentuk pinggang, membulat di bagian bawah dan agak mengecil di bagian tengah. Nepenthes tobaica dapat tumbuh di Hutan pegunungan (380-2.750 m dpl) (Fatahul, 2007).

Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada air yang berada di dalam kantong adalah enzim kitinase, enzim proteolase atau enzim nepenthesin, nitrogen, fosfor, kalium dan garam-garam mineral (Susanti, 2012).

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Choripetaleae Ordo : Nepenthales Famili : Nepenthaceae Genus : Nepenthes

Spesies : Nepenthes tobaica Danser

Gambar. 10. Nepenthes Tobaica (Nepenthes tobaica Danser)


(34)

9. Nepenthes Gymnamphora (Nepenthes gymnamphora) Deskripsi Tanaman

Nepenthes Gymnamphora yang terdapat pada kawasan gunung sibuaten memiliki kantong bawah dan hidupnya berkelompok seperti terlihat pada gambar 10. Ciri khas utamanya adalah semua urat daun yg membujur berasal dari tulang tengah. Terdapat gigi-gigi pada tepian pada peristome bagian dalam. Nepenthes ini hidup dibawah pepohonan tetapi matahari masih dapat masuk. Ciri ini juga sangat cocok dengan sifat tanaman yang tidak suka cahaya matahari yang jatuh langsung. Warna dasar kantongnya hijau dengan bercak merah, adapula yang bewarna hijau kemerahan mengarah ke ungguan. Tinggi kantong berkisar antara 5-15 cm.

Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada air yang berada di dalam kantong adalah enzim kitinase, enzim proteolase atau enzim nepenthesin, nitrogen, fosfor, kalium dan garam-garam mineral.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Klas : Choripetaleae Ordo : Nepenthales Famili : Nepenthaceae Genus : Nepenthes

Spesies : Nepenthes gymnamphora Danser


(35)

10.Nepenthes sp. (N.spectabilis x N. gymnamphora) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Klas : Choripetaleae Ordo : Nepenthales Famili : Nepenthaceae Genus : Nepenthes

Spesies : Nepenthes gymnamphora x Nepenthes spectabilis

Gambar 12. Nepenthes sp (Nepenthes Gymnamphora x Nepenthes spectabilis) Deskripsi Tanaman

Nepenthes berikut merupakan hasil persilangan alami yang dimana mempunyai ciri yang ada pada Nepenthes spectabilis dan Nepenthes gymnamphora. Pada bibir kantong memiliki garis-garis dan warna kantong semar perpaduan antara warna Nepenthes spectabilis dan Nepenthes gymnamphora. Hasil persilangan ini memiliki kantong atas. Pada hasil persilangan alami ini cirri yang paling mendominasi ada pada Nepenthes gymnamphora.

Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada air yang berada di dalam kantong adalah enzim kitinase, enzim proteolase atau enzim nepenthesin, nitrogen, fosfor, kalium dan garam-garam mineral.


(36)

11.Rotan (Calamus diepenhorstii Miq) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Calamus

Spesies : Calamus diepenhorsii Miq.

Gambar 13. Rotan (Calamus diepenhorstii Miq Deskripsi Tanaman

Akar Tanaman rotan mempunyai system perakaran serabut, bewarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkaidaun melekat pada buku-buku tersebut. Tanaman rotan berdaun majemuk dan pelepah daun yang duduk pada buku dan menutupi permukaan ruas batang. Daun rotan ditumbuhi duri, umumnya tumbuh menghadap kedalam sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan inang.. Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik yang terbentuk trapezium dan tersusun secara vertikaldari toksis buah. Bentuk permukaan buah rotan halus atau kasar berbulu, sedangkan buah rotan umumnya bulat, lonjong atau bulat telur.


(37)

12. Sayat-sayat (Leersia hexandra) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Leersia

Spesies : Leersia hexandra Deskripsi Tanaman

Leersia hexandra merupakan rumput menahun, berumbun kuat dengan tunas merayap di bawah tanah dan batang pada pangkalnya kerap kali merayap dan dapat berakar, tinggi 0,2-1,5 m. Batang langsing berongga, berusuk, pelepah daun terasa kasar kalau digesek ke atas. Lidah besar, panjang 4-9 mm. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiruan cukup kaku, jika kering mengulung. Tumbuh di semua tempat yang becek dan lembab, tidak mengandung garam 1-1.750 m. Rumput ini kadang-kadang juga dipotong untuk pembuatan jerami.


(38)

13.Senduduk (Melastoma candidum D. Don.) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoaliopsida Ordo : Myrtales

Famili : Melastomataceae Genus : Melastoma

Spesies : Melastoma candidum D. Don Deskripsi Tanaman

Senduduk adalah perdu tegak setinggi 0,5-4 m yang bercabang banyak dan dapat tumbuh pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari seperti di lereng gunung atau semak. Daunnya tunggal, bertangkai, letaknya berhadapan bersilang dan berbentuk bulat telur dengan ujung lancip, permukaanya berambut pendek yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar, serta memiliki tiga tulang daunyang melengkung. Bunganya keluar di ujung cabang, yang bewarna ungu kemerahan.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada senduduk yang telah diketahui antara lain saponi, flavonoid dan tannin


(39)

14.Sibagori (Sida rhombifolia) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoaliopsida Ordo : Malvales Famili : Malvaceae Genus : Sida

Spesies : Sida rhombifolia L. Deskripsi Tanaman

Sibagori tumbuh tersebar di daerah tropis di seluruh dunia, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1450 m di atas permukaaan laut. Merupakan tanaman semak yang memiliki tinggi mencapai 70 cm. Batang agak berkayu, bulat agak liat dengan warna cokelat.

Kandungan kimia

Daun sibagori mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tannin, saponin, phenol, asam amino, minyak terbang, zat phlegmaticuntuk ekspektoran, dan lubrikan.


(40)

15.Singkut (Curculigo sp.) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Liliales

Famili : Amarylilidaceae Genus : Curculigo Spesies : Curculigo sp Deskripsi Tanaman

Memiliki batang yang pendek, dan daun sejajar tumbuh berumpun, bunga bermahkota kuning, dan berbentuk bongkol, buah putih dengan bijinya yang hitam


(41)

16.Surat-surat dibata (Macodes petola BI) Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Genus : Macodes

Spesies : Macodes petola BI

Deskripsi tanaman

Tanaman ini merupakan family Orchidae, dengan nama genus Macodes. Tanaman ini ditemukan pada daerah lembahan hutan hujan yang sebagian tertutup bayangan pohon dan tumbuh pada bekas tanaman atau humus yang basah dan tanah dengan drainase yang baik.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada surat-surat dibata adalah Resin, pati dekstrin ptozenat, sukrosa, serta minya atsiri.


(42)

Analisis Data Tumbuhan Obat

Penguasaan suatu jenis terhadap spesies lainnya ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan hasil dari penjumlahan kerapatan relatif (KR), frekuensi relaratif (FR), dan dominansi relatif (DR) (Kainde, 2011). Hasil analisi tanaman obat tingkat semai dan pancang pada kawasan gunung sibuaten, Kecamatan Merek, kabupaten Karo di sajikan pada table 2 dan 3.

Potensi Tumbuhan Obat Tingkat Semai

Hasil perhitungan Indeks Nilai Penting tanaman obat pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa persentase INP dipengaruhi oleh jumlah penemuan individu suatu spesies dan penyebaran suatu jenis dalam suatu areal Tingginya jumlah penemuan individu suatu spesies dan frekuensi spesies, tentu akan menyebabkan tingginya persentase kerapan relatif dan frekuensi relatif, yang mana keduanya merupakan variabel penting yang mempengaruhi besar kecilnya persentase INP suatu spesies.

Tabel. 2 Analisis Data Tanaman Obat Tingkat Semai di Kawasan Gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

No. Nama Jenis Tumbuhan K KR F FR INP H’

(ind/ha) % %

1 Arbei

(Rubus reflexus ker)

253.30 10.59 0.0075 13.02 23.61

2 Cekala

(Nicolaia speciosa

Horan.)

517.62 21.66 0.0167 28.99 50.65

3 Lancing

(Solanum verbacifolium)

110.13 4.60 0.0025 4.34 8.94 4 Sayat-sayat

(Leersia hexandra)

726.86 30.41 0.0159 27.60 58.01 5 Sibagori

(Sida rhombifolia L.)

297.35 12.44 0.0050 8.68 21.12 6 Singkut

(Curculigo sp)

176.21 7.37 0.0046 7.98 15.35 7 Surat-surat dibata

(Macodes petola BI)

308.37 12.90 0.0054 9.37 22.27


(43)

Kerapatan individu tanaman obat tingkat semai yang memiliki kelimpahan jenis yang tertinggi berdasarkan INP pada kawasan gunung Sibuatan adalah jenis sayat-sayat (Leersia hexandra) sebesar 58.01%. Dominasi spesies ini ditunjukkan oleh tingginya jumlah individu yang ditemukan oleh peneliti yaitu sebanyak 66 individu pada lokasi penelitian. Tingginya INP spesies ini juga didukung oleh frekuensi relative yang tinggi yaitu 27.60% dimana spesies ini ditemukan dalam 38 plot pengamatan. Sedangkan jenis tanaman hias yang memiliki kelimpahan jenis paling rendah adalah Solanum verbacifolium yaitu sebesar 8.94%. Rendahnya INP spesies ini juga didukung oleh frekuensi penemuan yang cukup jarang, dimana frekuensi spesies ini sebesar 4.34%.

Spesies dengan INP tertinggi yang merupakan spesies dominan, mencerminkan bahwa tingginya kemampuan spesies tersebut dalam menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tempat tumbuh dan tingginya kemampuan spesies tersebut dalam berkompetisi dengan spesies lain di lingkungan tersebut. Sebaliknya, spesies dengan INP terendah menunjukkan bahwa spesies tersebut kurang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungannya dan kurang mampu berkompetisi dengan spesies lain di lingkungan tersebut.

Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 2, diperoleh bahwa nilai H’ yang didapatkan sebesar 1.35. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis tanaman obat di Kawasan Gunung Sibuatan tergolong sedang melimpah.Sesuai dengan pernyataan Ludwig and Reynold, (1988) dalam Utomo, (2012) keanekaragaman jenis suatu kawasan hutan dapat digambarkan apabila H’<2 berarti keanekaragaman tergolong rendah, apabila H’ 2-3


(44)

berartikeanekaragaman tergolong sedang, dan apabila H’>3 maka keanekaragaman tergolong tinggi.

Potensi Tumbuhan Obat Tingkat Pancang

Hasil analisis data untuk tingkat pancang terdapat 9 jenis tanaman obat dari total luasan lokasi penelitian. Jumlah jenis individu tanaman obat tingkat pancang yang memiliki kelimpahan jenis yang tertinggi berdasarkan INP adalah jenis Calamus diepenhorstii Miq sebesar 121.42% yang berarti bahwa jenis ini memiliki jumlah populasi terbesar diantara jenis-jenis yang ada. Tingginya INP spesies ini juga didukung oleh frekuensi penemuan yang cukup sering, dimana spesies ini ditemukan dalam 160 plot pengamatan dari 277 plot pengamatan. Tabel. 3 Analisis Data Tanaman Obat Tingkat Pancang di Kawasan Gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

No. Jenis Tumbuhan K KR F FR INP H’

(ind/ha) % %

1 Bunga Kacar

(Impatiens balsamina)

123.34 3.76 0.011 9.40 13.16 2 Gagatan Harimau

(Vitis gracilis BL)

29.95 0.90 0.0042 3.59 4.49 3 Lenga-lenga

(Eupatorium odoratum)

47.57 1.40 0.0051 4.36 5.81

4 Nepenthes spectabilis (Nepenthes spectabilis

Danser)

304.84 9.30 0.026 22.20 31.50

5 Nepenthes Tobaica

(Nepenthes Tobaica

danser)

33.48 1.02 0.0045 3.84 4.86

6 Nepenthes Gymnamphora (Nepenthes

Gymnamphora)

156.82 4.78 0.013 11.12 15.90

7 Nepenthes sp

(N. spectabilis x N. Gymnamphora)

5.28 0.16 0.0009 0.76 0.92

8 Rotan

(Calamus diepenhorstii

Miq)

2535.68 77.36 0.048 41.00 118.36

9 Senduduk

(Melastoma candidum D. Don.)

45.81 1.39 0.0042 3.59 4.98


(45)

. Frekuensi relatif Calamus diepenhorstii Miq yaitu 41.06%. Angka ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki tingkat penyebaran yang lebih luas dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya. Sedangkan jenis tanaman hias yang memiliki kelimpahan jenis yang paling rendah adalah Nepenthes sp (N. spectabilis x N. Gymnamphora) yaitu 0.92% dengan jumlah penemuan sebanyak 3 individu. Rendahnya INP spesies ini juga didukung oleh frekuensi penemuan yang cukup jarang, dimana spesies ini ditemukan dalam 3 plot pengamatan dari 227 plot pengamatan.

Indeks keanekaragaman (H’) tanaman obat tingkat pancang pada Kawasan Gunung Sibuatan yang disajikan pada tabel 3 adalah 1.47. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis tanaman obat tingkat pancang tergolong rendah. Odum (1993) dalam Faza (2012) menyatakan bahwa keanekaragaman rendah artinya kondisi hutan labil karena hutan tersebut hanya cocok untuk berbagai jenis tertentu.


(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoler dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat 16 jenis tumbuhan obat di kawasan Gunung Sibuatan dengan jenis tumbuhan obat yang mendominasi adalah jenis Calamus diepenhorstii

Miq dan yang paling sedikit adalah jenis Nepenthes sp (N. spectabilis x N. Gymnamphora).

2. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa nilai H’ yang didapatkan sebesar 1.35. pada tingkat semai dan Indeks keanekaragaman (H’) tumbuhan obat tingkat pancang adalah 1.47. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat semai dan pancang tergolong sedang melimpah yang terdapat Kawasan Gunung Sibuatan Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenal tanaman obat agar mengetahui tumbuhan apa saja yang dapat bermanfaat jadi obat sehingga dapat melestarikan hutan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Fatahul dkk. 2007. Kantong Semar (Nepenthes sp.) Di Hutan Sumatera, Tanaman Unik yang Semakin Langka. Sumatera

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Balfas, R dan Willis, M. 2009. Pengaruh Ekstrak Tanaman Obat Terhadap Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Spodoptera litura F(Lepidoptera, Noctuidae). Bul Littro, 20 (2) : 148-156.

Departemen Kesehatan R.I., 1992, Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang , KESEHATAN, Jakarta.

Dariana.2009.Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicike Cike Kabupaten Dairi Sumatra Utara.Tesis.Program Studi Biologi, Universitas Sumatra Utara.

Dharma, A 2001 .Un Bioaktifitas Metabolit Sekunder. Makalah Workshop Peningkatan Sumber Daya Alam Hayati dan Rekayasa Bioteknologi. FMIPA UNAND, Padang.

Dinas Kehutanan Kabupaten Karo, 2011. Rencana Pengelolaan Rehabilitas Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Karo Tahun 2010-2014. Buku. PT. Pemetar Argeo Consultant Eng. Kabanjahe, Desember 2011.

Djauhariya, E., dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta

Jhonhref. 2007. Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara.

http://jhonhref.wordpress.com/2007/07/017/tanaman-obat-milik-masyarakat-bangsa-dan-negara.ri-2/98k, diakses pada tanggal 13 Februari 2008.

Kainde, R.P., Ratag, P.S., Tasirin dan J.S., Faryanti, D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa. Jurnal Unsrat Manado. Vol. 17 No.3. Ludwig, J.A. dan J.F. Reynolds.1988. Statistical Ecology. John Willy & Sons.

USA. p. 85-102.

Maheshwari, Hera. 2002. Pemanfaatan Obat Alami:Potensi dan Prospek Pengembangan. http://rudct.tripod.com/sem2_012/hera-maheshwari.htm, diakses pada tanggal 25 Januari 2008.

Mansur, M. 2006. Nepenthes, Kantong Semar yang Unik. Penebar Swadaya.Jakarta


(48)

Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nohong. 2009. Skrining Fitokimia Tumbuhan Ophiopogon jaburan Lodd dari Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Universitas Haluoleo Kendari. Jurnal Pembelajaran Sains Vol. 5 (2): 172-178.

Noorhidayah. 2007. Jenis-jenis Dipterocarpaceae yang berkhasiat obat. Prosiding Seminar Pengembangan Hutan Tanaman Dipterokarpa dan Ekspose TPTIl/SILIN . Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Samarinda.

Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif , 8 (1) : 52-64.

Sembiring, Riwanda. 2012. Keanekaragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Taman Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara. USU Press, Medan.

Suganda. AG, 2002, Standardisasi simplisia, ekstrak dan produk obat bahan alam, dalam prosiding Simposium standardisasi jamu dan fitofarmaka , ITB, Bandung, 26 september 2002.

Susanti, T. 2012. Nepenthes dan Valuasi Ekonomi (Suatu Upaya Konservasi Nepenthes) Edu-Bio; Vol.3 Tahun 2012.

Sutarno, H. dan Sumadi, A. 2000. Potensi dan Cara Pemanfaatan Bahan Tumbuhan Obat. Prosea Indonesia. Bogor.

Syakir, M., 2006, "Rencana Strategis Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro)", Bogor

Syukur, Cheppy. dan Hernani. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial Penebar Swadaya, Jakarta.

Tukiman. 2004. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) untuk Kesehatan Keluarga. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU. http:tumbuhan obat.co.id

[akses : 30 Oktober 2010] Medan.

Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Meningkatkan Pemeliharaan Kesehatan. USU Repository. Medan.

Zuhud, E, A, M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.


(49)

LAMPIRAN

1.

Melakukakan wawancara pada masyarakat.


(1)

berartikeanekaragaman tergolong sedang, dan apabila H’>3 maka keanekaragaman tergolong tinggi.

Potensi Tumbuhan Obat Tingkat Pancang

Hasil analisis data untuk tingkat pancang terdapat 9 jenis tanaman obat dari total luasan lokasi penelitian. Jumlah jenis individu tanaman obat tingkat pancang yang memiliki kelimpahan jenis yang tertinggi berdasarkan INP adalah jenis Calamus diepenhorstii Miq sebesar 121.42% yang berarti bahwa jenis ini memiliki jumlah populasi terbesar diantara jenis-jenis yang ada. Tingginya INP spesies ini juga didukung oleh frekuensi penemuan yang cukup sering, dimana spesies ini ditemukan dalam 160 plot pengamatan dari 277 plot pengamatan. Tabel. 3 Analisis Data Tanaman Obat Tingkat Pancang di Kawasan Gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

No. Jenis Tumbuhan K KR F FR INP H’

(ind/ha) % %

1 Bunga Kacar

(Impatiens balsamina)

123.34 3.76 0.011 9.40 13.16 2 Gagatan Harimau

(Vitis gracilis BL)

29.95 0.90 0.0042 3.59 4.49 3 Lenga-lenga

(Eupatorium odoratum)

47.57 1.40 0.0051 4.36 5.81

4 Nepenthes spectabilis (Nepenthes spectabilis Danser)

304.84 9.30 0.026 22.20 31.50

5 Nepenthes Tobaica

(Nepenthes Tobaica danser)

33.48 1.02 0.0045 3.84 4.86

6 Nepenthes Gymnamphora (Nepenthes

Gymnamphora)

156.82 4.78 0.013 11.12 15.90

7 Nepenthes sp

(N. spectabilis x N. Gymnamphora)

5.28 0.16 0.0009 0.76 0.92

8 Rotan

(Calamus diepenhorstii Miq)

2535.68 77.36 0.048 41.00 118.36

9 Senduduk

(Melastoma candidum D. Don.)

45.81 1.39 0.0042 3.59 4.98


(2)

. Frekuensi relatif Calamus diepenhorstii Miq yaitu 41.06%. Angka ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki tingkat penyebaran yang lebih luas dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya. Sedangkan jenis tanaman hias yang memiliki kelimpahan jenis yang paling rendah adalah Nepenthes sp (N. spectabilis x N. Gymnamphora) yaitu 0.92% dengan jumlah penemuan sebanyak 3 individu. Rendahnya INP spesies ini juga didukung oleh frekuensi penemuan yang cukup jarang, dimana spesies ini ditemukan dalam 3 plot pengamatan dari 227 plot pengamatan.

Indeks keanekaragaman (H’) tanaman obat tingkat pancang pada Kawasan Gunung Sibuatan yang disajikan pada tabel 3 adalah 1.47. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis tanaman obat tingkat pancang tergolong rendah. Odum (1993) dalam Faza (2012) menyatakan bahwa keanekaragaman rendah artinya kondisi hutan labil karena hutan tersebut hanya cocok untuk berbagai jenis tertentu.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoler dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat 16 jenis tumbuhan obat di kawasan Gunung Sibuatan dengan jenis tumbuhan obat yang mendominasi adalah jenis Calamus diepenhorstii Miq dan yang paling sedikit adalah jenis Nepenthes sp (N. spectabilis x N. Gymnamphora).

2. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa nilai H’ yang didapatkan sebesar 1.35. pada tingkat semai dan Indeks keanekaragaman (H’) tumbuhan obat tingkat pancang adalah 1.47. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan obat tingkat semai dan pancang tergolong sedang melimpah yang terdapat Kawasan Gunung Sibuatan Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenal tanaman obat agar mengetahui tumbuhan apa saja yang dapat bermanfaat jadi obat sehingga dapat melestarikan hutan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Fatahul dkk. 2007. Kantong Semar (Nepenthes sp.) Di Hutan Sumatera, Tanaman Unik yang Semakin Langka. Sumatera

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Balfas, R dan Willis, M. 2009. Pengaruh Ekstrak Tanaman Obat Terhadap Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Spodoptera litura F(Lepidoptera, Noctuidae). Bul Littro, 20 (2) : 148-156.

Departemen Kesehatan R.I., 1992, Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang , KESEHATAN, Jakarta.

Dariana.2009.Keanekaragaman Nepenthes Dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicike Cike Kabupaten Dairi Sumatra Utara.Tesis.Program Studi Biologi, Universitas Sumatra Utara.

Dharma, A 2001 .Un Bioaktifitas Metabolit Sekunder. Makalah Workshop Peningkatan Sumber Daya Alam Hayati dan Rekayasa Bioteknologi. FMIPA UNAND, Padang.

Dinas Kehutanan Kabupaten Karo, 2011. Rencana Pengelolaan Rehabilitas Hutan dan Lahan (RPRHL) Kabupaten Karo Tahun 2010-2014. Buku. PT. Pemetar Argeo Consultant Eng. Kabanjahe, Desember 2011.

Djauhariya, E., dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta

Jhonhref. 2007. Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara.

http://jhonhref.wordpress.com/2007/07/017/tanaman-obat-milik-masyarakat-bangsa-dan-negara.ri-2/98k, diakses pada tanggal 13 Februari 2008.

Kainde, R.P., Ratag, P.S., Tasirin dan J.S., Faryanti, D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa. Jurnal Unsrat Manado. Vol. 17 No.3. Ludwig, J.A. dan J.F. Reynolds.1988. Statistical Ecology. John Willy & Sons.

USA. p. 85-102.

Maheshwari, Hera. 2002. Pemanfaatan Obat Alami:Potensi dan Prospek

Pengembangan. http://rudct.tripod.com/sem2_012/hera-maheshwari.htm, diakses pada tanggal 25 Januari 2008.

Mansur, M. 2006. Nepenthes, Kantong Semar yang Unik. Penebar Swadaya.Jakarta


(5)

Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nohong. 2009. Skrining Fitokimia Tumbuhan Ophiopogon jaburan Lodd dari Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Universitas Haluoleo Kendari. Jurnal Pembelajaran Sains Vol. 5 (2): 172-178.

Noorhidayah. 2007. Jenis-jenis Dipterocarpaceae yang berkhasiat obat. Prosiding Seminar Pengembangan Hutan Tanaman Dipterokarpa dan Ekspose TPTIl/SILIN . Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Samarinda.

Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif , 8 (1) : 52-64.

Sembiring, Riwanda. 2012. Keanekaragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Taman Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara. USU Press, Medan.

Suganda. AG, 2002, Standardisasi simplisia, ekstrak dan produk obat bahan alam, dalam prosiding Simposium standardisasi jamu dan fitofarmaka , ITB, Bandung, 26 september 2002.

Susanti, T. 2012. Nepenthes dan Valuasi Ekonomi (Suatu Upaya Konservasi Nepenthes) Edu-Bio; Vol.3 Tahun 2012.

Sutarno, H. dan Sumadi, A. 2000. Potensi dan Cara Pemanfaatan Bahan Tumbuhan Obat. Prosea Indonesia. Bogor.

Syakir, M., 2006, "Rencana Strategis Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro)", Bogor

Syukur, Cheppy. dan Hernani. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial Penebar Swadaya, Jakarta.

Tukiman. 2004. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) untuk Kesehatan Keluarga. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU. http:tumbuhan obat.co.id [akses : 30 Oktober 2010] Medan.

Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Meningkatkan Pemeliharaan Kesehatan. USU Repository. Medan.

Zuhud, E, A, M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.


(6)

LAMPIRAN

1.

Melakukakan wawancara pada masyarakat.