Latar Belakang ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
5
oleh investor. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi tentu dimungkinkan akan dinilai lebih menarik oleh investor jika dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah Setyaningrum dan Zulaikha, 2013. Berdasarkan hal tersebut, profitabilitas
merupakan dari hasil usaha atau kinerja dari seorang manajer sehingga, semakin tinggi profitabilitas pada perusahaan maka, memiliki kemungkinan
yang besar pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan juga semakin luas Wardani 2012. Penelitian oleh Priguno dan Hadiprajitno 2013 mendapatkan
hasil profitabilitas mempengarui luas pengungkapan sukarela, hasil ini sejalan dengan penelitian Wardani 2012, Sehar, et al 2013 dan Alturki 2014
namun, penelitian oleh Fitriana dan Prastiwi 2012 justru mendapatkan hasil yang tidak sejalan.
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk menilai tingkat utang pada perusahaan, penelitian oleh Indrayani dan Chariri 2014 menyatakan
bahwa leverage mempengarui luas pengungkapan sukarela. Tingkat leverage perusahaan berdasarkan rasio akan berpengaruh pada pendanaan perusahaan,
tingginya tingkat leverage maka semakin tinggi juga ketergantungan perusahaan terhadap pendanaan dari kreditor. Cost monitoring akan dilakukan
karena kreditor akan mengawasi kinerja perusahaan atas pendanaan yang diberikan sehingga, dimungkinkan perusahaan melakukan pengungkapan
secara lebih. Penelitian Priguno dan Hadiprajitno 2013 justru mendapatkan yang tidak sejalan, namun penelitian oleh Krishna 2013 mendapatkan hasil
yang sejalan dengan Indrayani dan Chariri 2014.
6
Dewan Komisaris Independen dinilai berdasarkan jumlah proporsi anggota. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan dapat
menyeimbangkan pada kekuatan antara pihak-pihak dalam manajemen perusahaan, tentunya pelaksanaan fungsi monitoring. Semakin besar proporsi
pada jumlah dewan komisaris independen dibandingkan, maka pada aktivitas pengawasan pelaksanaan yang terjadi merujuk pada prinsip tata kelola di
perusahaan pada fungsi transparansi informasi yang berjalan akan menjadi lebih efektif sehingga, pihak manajemen akan terdorong untuk dapat
memberikan informasi lebih mengenai perusahaan melalui pengungkapan sukarela. Penelitian Fitriana dan Prastiwi 2012 mendapatkan hasil dewan
komisaris independen mempengarui luas pengungkapan sukarela, hasil tersebut sejalan dengan penelitian oleh Sari 2012 dan Al-Janadi, et al. 2013.
Kepemilikan saham dinilai dari porsi kepemilikan publik atas keseluruhan saham beredar. Kepemilikan saham oleh publik menunjukan
bahwa publik masuk bagian memiliki perusahaan sebesar porsi saham yang dimiliki terhadap perusahaan. Besarnya kepemilikan saham oleh publik akan
mempengaruhi keputusan atas kebijakan yang akan dilakukan perusahaan. Porsi kepemilikan saham publik dimungkinkan memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan informasi perusahaan, semakin tingginya porsi kepemilikan publik maka akan semakin tinggi infomasi yang dibutuhkan oleh pemilik
saham Priguno dan Hadiprajitno, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh oleh Indriani 2013 menyatakan bahwa kepemilikan saham publik mempengarui
luas pengungkapan sukarela, Wardani 2012 justru mendapatkan hasil yang
7
yang tidak sejalan, namun penelitian Delvinur 2015 mendapatkan hasil yang sejalan dengan Priguno dan Hadiprajitno 2013.
Berdasarkan teori sinyal, adanya informasi lainya voluntary disclosure yang diungkapkan perusahaan seperti informasi yang bersifat privat,
diharapkan dapat menjadi good news bagi investor atau pemegang saham sehingga, dapat membentuk nilai perusahaan. Nilai perusahaan tersebut dapat
diukur dengan berbagai aspek salah satunya adalah rasio Market Capitalization yang digunakan oleh Uyar dan Merve 2012. Penelitian oleh
Arisanti dan Daljono 2014 mendapatkan hasil luas pengungkapan sukarela mempengarui nilai perusahaan, karena harga pasar saham di perusahaan
tersebut dapat mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki Wahyudi dan Pawestri dalam Arisanti dan Daljono, 2014, sehingga
penelitian pengungkapan sukarela ini akan diteliti dengan implikasinya pada nilai perusahaan.
Ketidakkonsitenan hasil penelitian diatas memotivasi peneliti untuk melakukan pengujian kembali dengan luas pengungkapan sukarela, ukuran
perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, profitabilitas, leverage, dewan komisaris independen, porsi kepemilikan saham, dan implikasi terhadap nilai
perusahaan. Sehingga peneliti memutuskan melakukan penelitian yang berjudul :
“ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUI LUAS
PENGUNGKAPAN SUKARELA
DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”. Penelitian ini merujuk pada
8
penelitian yang dilakukan Setyaningrum dan Zulaikha 2013 dan Arisanti dan Daljono 2014.
Kontribusi yang diberikan peneliti adalah pergantian variabel yaitu, porsi kepemilikan saham publik, dan dewan komisaris independen sebagai variabel
independen serta modifikasi menjadi implikasi pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan merujuk pada penelitian Arisanti dan Daljono
2014. Penelitian ini tetap memfokuskan pada atribut yang memengaruhi luas pengungkapan sukarela dan implikasinya terhadap nilai perusahaan.