Analisis potensi sektoral Kabupaten/Kota di wilayah III Cirebon Tahun 2006-2012

ANALISIS POTENSI SEKTORAL KABUPATEN/KOTA
DI WIlAYAH III CIREBON TAHUN 2006-2012

Oleh :
Asep Fathurrohman
NIM: 109084000054

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.

II.

III.

IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap

: Asep Fathurrohman

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Cirebon, 04 Oktober 1991

3. Alamat

: Jl. Poncol Jaya No:26 006/005

4. E-mail

Kuningan Barat,Jakarta
: acefathurrahman@yahoo.co.id

LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah


: Edi Suhaedi

2. Ibu

: Nining Suningsih

3. Alamat

: Ds.Kebon Dalem No:41, Cirebon

4. Telepon

: 085724099735

5. Anak

: 1(satu) dari 3 (tiga) bersaudara

PENDIDIKAN FORMAL
1. RA Al-Falahiyyah, Kebayoran Baru (1995-1997)

2. MI Al-Falahiyyah, Kebayoran Baru (1997-2003)
3. MTsN 1 Jakarta (2003-2006)
4. SMAN 3 Jakarta (2006-2007)
5. SMAN 1 Karangwareng, Kabupaten Cirebon (2007-2009)
6. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (20092014)

IV.

PENDIDIKAN NON FORMAL
a. PECC Cirebon (2007-2008)
b. LP2K Satya Mandala (2007)
c. Ganesha Operation (2008-2009)

i

V.

LATAR BELAKANG ORGANISASI
2006-2007


: Rohis SMA N 3 Jakarta

2007-2008

: English Debating Club SMA N 1
Karangwareng, Kabupaten Cirebon

2009-Sekarang

VI.

: Humas Ikatan Alumni MI Al-Falahiyyah 2003

PENGALAMAN KERJA
2009-2014

: Staff Administrasi dan Koordinator Lapangan
A’Creatify Production

2012


: Staff Administrasi Simpanan Koperasi Sejahtera
Bersama, Cabang Bintaro

VII.

SEMINAR/PELATIHAN
2011

: Pelatihan Alat Analisis Perencanaan Pembangunan

ii

ABSTRACT
This research aims to discover the potential of the economic sectors in the
Districts/Cities in Region III Cirebon, West Java Province. The data used are time
series data are sourced from the Central Statistic Agent (Badan Pusat Statistik),
the data is Gross Domestic Product (GDP) of West Java and district/cities on
Region III Cirebon based on constant price 2000 in business field without oil and
gas . This research uses data analysis method that takes Location Quotients (LQ),

Shift Share approach model Esteban Marquillas, Typology of Sectoral and
Regional Typology.
Result of this research show that on the LQ analysis that manufacturing
sector is non base sector on Region III Cirebon. Sectors that have competitive and
speacialities on Region III Cirebon are mining and quarrying sector except on
Cirebon City because this sector doesnt exsist there. Based on typology of
sectoral, sectors that need to be developed for spur economic growth are
building/construction; manufacturing; and electricity, gas, and water sector on
Indramayu, Kuningan and Majalengka district. Meanwhile, based on Regional
Typology only Cirebon City classified on fast forward area and other four district
classified as the relative left behind area because economic growth and income in
this area relative slowly than reference are is West Java Province.
Keywords: Economic sectors GDRP of West Java and districts/cities on Region
III Cirebon, Location Quotient (LQ), Shift-Share Esteban Marquillas, Typology of
Sectoral, and the Regional Typology.

iii

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari sektor-sektor

ekonomi Kabupaten/Kota di Wilayah III Cirebon Provinsi Jawa Barat. Penelitian
ini menggunakan data time series yang bersumber dari Badan Pusat Statistik,
yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat dan
lima Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000
menurut lapangan usaha tanpa minyak dan gas bumi. Penelitian ini menggunakan
metode analisis data dengan alat analisis Location Quatient (LQ), Shift Share
model pendekatan Esteban Marquillas, Tipologi Sektoral, dan Tipologi Daerah.
Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan analisis LQ bahwa sektor
industri pengolahan merupakan sektor non basis di Wilayah III Cirebon. Sektor
yang memiliki dominasi keunggulan kompetitif dan spealisasi di Wilayah III
Cirebon adalah sektor pertambangan dan penggalian kecuali pada Kota Cirebon
karena sektor ini tidak terdapat didalam wilayahnya. Berdasarkan tipologi
sektoral, sektor yang perlu untuk dikembangkan untuk memacu pertumbuhan
ekonomi adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor industri pengolahan dan
sektor listrik, gas, dan air bersih yang terdapat pada kabupaten Indramayu,
kabupaten Kuningan dan kabupaten majalengka. Sedangkan menurut tipologi
daerah hanya Kota Cirebon yang berada dalam kategori daerah maju tapi tapi
tertekan yang lainnya berada dalam kategori daerah relatif tertinggal karena laju
pertumbuhan ekonomi dan pendapataan perkapitanya relatif lambat dari daerah
acuan yaitu provinsi Jawa Barat.

Kata Kunci : PDRB sektor-sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat dan
Kabupaten/Kota di Wilayah III Cirebon, Location Quotient (LQ), Shift- Share
Esteban Marquillas, Tipologi Sektoral dan Tipologi Daerah.

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi
Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang
pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan
skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya,

disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih
baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Ayah Edi Suhaedi dan Ibu Nining Suningsih, atas doa dan kasih sayang yang
tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, semoga Allah selalu menyayangi
keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen pembimbing I yang
telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai.
3. Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si. Selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. MSc, selaku Ketua program studi Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen penasehat akademik
peneliti dari awal masa perkuliahan.

v

5. Bapak Zaenal Muttaqin , selaku Sekertaris program studi Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bapak Dr. Lukman dan Ibu Utami Baroroh M.Si selaku mantan Ketua dan
Sekretaris program studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan khususnya program studi
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, yang telah memberikan motivasi dan
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi dan masa
perkuliahan.
8. Bilkisti Aulia dan Rafli Alfian selaku adik tersayang dari peneliti.
9. Keluarga besar H. Sujaya, terima kasih untuk support dan doanya yang tidak
pernah henti kepada penulis.
10. Aldo Susanto selaku pimpinan dan sahabat serta team lainnya yang telah
banyak membantu dan bekerja sama selama ini.
11. Annisa, Citra, Dimas P, Gunawan, Ichsan, dan Ratna P, terima kasih atas
persahabatan dari awal kuliah hingga saat ini yang telah menjadi tempat
berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat.
12. Aditya N.P, Dimas A.S, Rhomdon, teman-teman kelas B, rekan-rekan
konsentrasi pembangunan dan seluruh angkatan IESP 2009 yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu. Semoga tali silaturahmi kita tidak terputus.
13. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang

tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi. Semoga
Allah membalas semua kebaikan-kebaikan kalian.
Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka
dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para
pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Jakarta, Juli 2014

Asep Fathurrohman

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................

i

ABSTRAK ........................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................

v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................

1

B. Perumusan Masalah ................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 14
1. Konsep Pembangunan Ekonomi ......................................... 14
2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ............................................ 15
3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ................... 17
4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah .................... 21
a. Model Basis Ekspor (Export-base Model) ..................... 22
b. Teori Pertumbuhan Cepat Yang Disinergikan ................ 24
c. Model Pertumbuhan Interrgional .................................... 25

vii

d. Teori Tempat Sentral ..................................................... 28
B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 29
C. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 40
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 41
D. Metode Analisis Data ................................................................ 41
1. LQ (Location Quotient) ....................................................... 42
2. Shift Share ............................................................................ 45
3. Tipologi Sektoral ................................................................. 49
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 52

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 57
1. Pembentukan Wilayah III Cirebon ...................................... 57
2. Letak Geografis ................................................................... 57
3. Demografi ............................................................................ 59
4. Kondisi Perekonomian Wilayah III Cirebon ....................... 60
B. Pembahasan .............................................................................. 62
1. Analisis Location Quotient (LQ) .......................................... 62
a. Sektor Pertanian ............................................................... 63
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian ............................. 64
c. Sektor Industri Pengolahan .............................................. 65
d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ................................. 65
e. Sektor Bangunan/Konstruksi ........................................... 66
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ......................... 66
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ............................ 67

viii

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ......... 68
i. Sektor Jasa-jasa Lainnya .................................................. 68
2. Analisis Shift-Share.............................................................. 70
3. Tipologi Sektoral .................................................................. 77
4. Tipologi Daerah ................................................................... 83
BAB V

KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 87
B. Saran ........................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90
LAMPIRAN ....................................................................................................... 93

ix

DAFTAR TABEL

Nomor

Keterangan

Halaman

1.1

Perbandingan luas wilayah dan jumlah penduduk Provinsi se-Jawa
Tahun 2010

4

1.2

Kontribusi rata-rata kabupaten/kota dalam pembentukan ekonomi
Jawa Barat tahun 2008-2012 tanpa minyak dan gas bumi

7

1.3 PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Wilayah
III Cirebon Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000

8

1.4 PDRB atas dasar harga konstan rata-rata Wilaya III Cirebon
Menurut lapangan usaha tahun 2006-2012

10

2.1

Penelitian terdahulu

34

3.1

Makna Tipologi Sektor Ekonomi

52

3.2 Tabel operasional variabel

56

4.1

Luas wilayah (Km2) kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon

59

4.2

Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Wilayah III
Cirebon tahun 2006-2012

60

4.3

Distribusi Persentase PDRB Wilayah III Cirebon menurut sektor atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 tahun 2006-2012 (dalam persen)

61

4.4

Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor pertanian
Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

63

4.5

Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor pertambangan dan
penggalian Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

64

4.6

Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor industri pengolahan
Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

65

4.7

Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor listrik, gas, dan air
bersih Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

66

4.8

Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor bangunan/
konstruksi Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

66

4.9

Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor perdagangan , hotel,
Dan restoran Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

67

4.10 Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor pengangkutan dan
Komunikasi Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

67

4.11 Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor keuangan, persewaan 71
dan jasa perusahaan Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

x

4.12 Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) sektor jasa-jasa
lainnya Kabupaten/kota Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

68

4.13 Hasil perhitungan rata-rata analisis Location Quetiont (LQ) Kabupaten/ 68
Kota di Wilayah III Cirebon tahun 2006-2013
4.14 Komponen Pertumbuhan Propotional Shift (Pj) rata-rata kabupaten/
Kota di Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

69

4.15 Komponen Pertumbuhan Differential Shift (Dj) rata-rata kabupaten/
Kota di Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

73

4.16 Hasil perhitungan Shift-Share model Esteban Marquillas identifikasi
keunggulan spealisasi kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon
tahun 2006-2012

74

4.17 Hasil perhitungan Shift-Share model Esteban Marquillas identifikasi
keunggulan kompetitif kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon
tahun 2006-2012

75

4.18 Makna tipologi sektoral

79

4.19 Pembagian sektor ekonomi kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon
Berdasarkan tipologinya

81

4.20 Pertumbuhan PDRB dan pendapatan PDRB per kapita kabupaten/
Kota di Wilayah III Cirebon tahun 2006-2012

85

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Keterangan

Halaman

1.1

Struktur perekonomian Jawa Barat tahun 2012

2.1

Kerangka berpikir analisis potensi pertumbuhan ekonomi

5
39

Sektoral kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon
4.1

Peta Wilayah III Cirebon (Ciayumajakuning)

xii

58

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII
IX

Keterangan

Halaman

Produk Regional Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tanpa
Minyak dan Gas Bumi Provinsi Jawa Barat Tahun
2006-2012

94

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tanpa
Minyak dan Gas Bumi Kabupaten Cirebon Tahun
2006-2012

94

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tanpa
Minyak dan Gas Bumi Kabupaten Indramayu Tahun
2006-2012

96

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tanpa
Minyak dan Gas Bumi Kabupaten Kuningan Tahun
2006-2012

97

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tanpa
Minyak dan Gas Bumi Kabupaten Majalengka
Tahun 2006-2012

98

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tanpa
Minyak dan Gas Bumi Kota Cirebon Tahun 20062012

99

Jumlah Penduduk Kabupaten dan Kota di Wilayah
III Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Tahun 20062012

100

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Cirebon Tahun 2006-2009

101

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Cirebon Tahun 2010-2012

102

Location Quotient (LQ)
Cirebon Tahun 2006-2012

102

xiii

Rata-rata

Kabupaten

X
XI

XII
XIII

XIV
XV

XVI
XVII

XVIII

XIX

XX

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Indramayu Tahun 2006-2009

103

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Indramayu Tahun 2010-2012

104

Location Quotient (LQ)
Cirebon Tahun 2006-2012

104

Rata-rata

Kabupaten

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Kuningan Tahun 2006-2009

105

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Kuningan Tahun 2010-2012

106

Location Quotient (LQ) Rata-rata
Kuningan Tahun 2006-2012

106

Kabupaten

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Majalengka Tahun 2006-2009

107

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten
Majalengka Tahun 2010-2012

108

Location Quotient (LQ) Rata-rata
Majalengka Tahun 2006-2012

108

Kabupaten

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Cirebon
Tahun 2006-2009

109

Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Cirebon
Tahun 2010-2012

110

Location Quotient (LQ) Rata-rata Kota Cirebon
Tahun 2006-2012

111

Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Rata-rata
Kabupaten/Kota di Wilayah III Cirebon Tahun 20062012

112

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Cirebon Tahun 2006-2007 dan Tahun
2007-2008

113

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Cirebon Tahun 2008-2009 dan Tahun
2009-2010

114

xiv

XXI

XXII

XXIII

XXIV

XXV

XXVI

XXVII

XXVIII

XXIX

XXX

XXXI

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Cirebon Tahun 2010-2011 dan Tahun
2011-2012

115

Hasil Perhitungan Shift-Share Model Esteban
Marquillas Identifikasi Spealisasi dan Kompetitif
Kabupaten Cirebon Tahun 2006-2012

116

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Indramayu Tahun 2006-2007 dan Tahun
2007-2008

117

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Indramayu Tahun 2008-2009 dan Tahun
2009-2010

118

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Indramayu Tahun 2010-2011 dan Tahun
2011-2012

119

Hasil Perhitungan Shift-Share Model Esteban
Marquillas Identifikasi Spealisasi dan Kompetitif
Kabupaten Indramayu Tahun 2006-2012

120

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Kuningan Tahun 2006-2007 dan Tahun
2007-2008

121

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Kuningan Tahun 2008-2009 dan Tahun
2009-2010

122

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Kuningan Tahun 2010-2011 dan Tahun
2011-2012

123

Hasil Perhitungan Shift-Share Model Esteban
Marquillas Identifikasi Spealisasi dan Kompetitif
Kabupaten Kuningan Tahun 2006-2012

124

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di

xv

XXXII

XXXIII

XXXIV

XXXV

XXXVI

XXXVII

XXXVIII

XXXIX
XL
XLI

XLII
XLIII

Kabupaten Majalengka Tahun 2006-2007 dan Tahun
2007-2008

125

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2009 dan Tahun
2009-2010

126

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2011 dan Tahun
2011-2012

127

Hasil Perhitungan Shift-Share Model Esteban
Marquillas Identifikasi Spealisasi dan Kompetitif
Kabupaten Majalengka Tahun 2006-2012

128

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di Kota
Cirebon Tahun 2006-2007 dan Tahun 2007-2008

129

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di Kota
Cirebon Tahun 2008-2009 dan Tahun 2009-2010

130

Perhitungan Shift-Share Tentang Keunggulan
Kompetitif dan Spesialisasi Menurut Sektor di Kota
Cirebon Tahun 2010-2011 dan Tahun 2011-2012

131

Hasil Perhitungan Shift-Share Model Esteban
Marquillas Identifikasi Spealisasi dan Kompetitif
Kota Cirebon Tahun 2006-2012

132

Perhitungan Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Cirebon [Eij*(rin-rn)] Tahun 2006-2012

133

Perhitungan Differential Shift
(Dj) Kabupaten
Cirebon [E’ij*(rin-rin)] Tahun 2006-2012

134

Hasil Rata-rata Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Cirebon Tahun 2006-2012

135

Hasil Rata-rata Differential Shift (Dj) Kabupaten
Cirebon Tahun 2006-2012

135

Perhitungan Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Indramayu [Eij*(rin-rn)] Tahun 2006-2012

136

Perhitungan Differential Shift
(Dj) Kabupaten
Indramayu [E’ij*(rin-rin)] Tahun 2006-2012

136

xvi

XLIV

XLV
XLVI
XLVII

XLVII
XLIII
XLIV

XLV
XLVI
XLVII

XLVIII

Hasil Rata-rata Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Indramayu Tahun 2006-2012

137

Hasil Rata-rata Differential Shift (Dj) Kabupaten
Indramayu Tahun 2006-2012

137

Perhitungan Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Kuningan [Eij*(rin-rn)] Tahun 2006-2012

138

Perhitungan Differential Shift
(Dj) Kabupaten
Kuningan [E’ij*(rin-rin)] Tahun 2006-2012

139

Hasil Rata-rata Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Kuningan Tahun 2006-2012

140

Hasil Rata-rata Differential Shift (Dj) Kabupaten
Kuningan Tahun 2006-2012

140

Perhitungan Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Majalngke [Eij*(rin-rn)] Tahun 2006-2012

141

Perhitungan Differential Shift
(Dj) Kabupaten
Majalengka [E’ij*(rin-rin)] Tahun 2006-2012

142

Hasil Rata-rata Propotional Shift (Pj) Kabupaten
Majalengka Tahun 2006-2012

143

Hasil Rata-rata Differential Shift (Dj) Kabupaten
Majalengka Tahun 2006-2012

143

Perhitungan Propotional Shift (Pj) Kota Cirebon
[Eij*(rin-rn)] Tahun 2006-2012

144

Perhitungan Differential Shift (Dj) Kota Cirebon
[E’ij*(rin-rin)] Tahun 2006-2012

145

Hasil Rata-rata Propotional Shift (Pj) Kota Cirebon
Tahun 2006-2012

146

Hasil Rata-rata Differential Shift (Dj) Kota Cirebon
Tahun 2006-2012

146

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa
Minyak dan Gas Bumi Kabupaten dan Kota di
Wilayah III Cirebon Provinsi Jawa Barat Tahun
2007-2012

147

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Minyak dan Gas

xvii

Bumi Per Kapita Kabupaten dan Kota di Wilayah III
Cirebon Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2012

xviii

147

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan

merupakan

suatu

proses

multidimensional

yang

melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang
sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan atau
akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan
kemiskinan yang absolut (Todaro, 2003).
Lahirnya Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan landasan hukum di bidang
perencanaan pembangunan agar tujuan pembangunan dapat tercapai melalui
perencanaan yang strategis berdasarkan permasalahan yang ada. Peraturan ini
merupakan suatu kesatuan tata cara pembangunan untuk menghasilkan rencana
pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan
oleh unsur penyelenggaraan pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan
melibatkan masyarakat.
Pembangunan nasional tidak terlepas dari pembangunan daerah-daerah
yang ada di dalamnya, memasuki era otonomi telah memberikan kesempatan
kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk
menentukan arah pembangunan daerahnya sesuai landasan hukum UU. No.22
Tahun 1999 (sekarang UU tersebut diganti dengan UU. No.32 Tahun 2004)
tentang Pemerintah Daerah dan UU. No.25 Tahun 1999 (sekarang diganti dengan

1

UU No.33 Tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Pusat.
Pembangunan biasanya terfokus pada pembangunan ekonomi melalui
usaha pertumbuhan ekonomi yang berkaitan erat dengan produksi barang atau jasa
yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) untuk skala
nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk skala Provinsi,
Kabupaten atau Kota.Dengan kekuasaan yang dimiliki, daerah dapat mengelola
dan memecahkan masalah pembangunan di daerah, terbukanya peluang usaha
untuk menggali potensi daerah dan pengembangan ekonomi daerah untuk
membangun daya saing, sehingga secara nasional dan global Indonesia dapat
berkiprah dengan kemampuan daya saing yang kokoh dengan negara-negara lain.
Dalam memasuki era otonomi daerah, kerjasama ekonomi antar daerah
menjadi semakin penting. Melalui kerjasama ini, kelebihan suatu daerah akan
dapat dimanfaatkan oleh daerah lainnya. dengan demikian, pemanfaatan sumber
daya yang tersedia akan menjadi lebih baik dan efisien sehingga pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan

dimasing-masing daerah akan dapat pula

ditingkatkan. Peran masyarakat dan pemerintah dalam membangun daerah dapat
terlaksana

dengan kondusif melalui

otonomi

daerah

demi

tercapainya

kemakmuran penduduk, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber
daya, serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor
penghambat. (Dyah,dkk:2011)
Indonesia telah sejak lama menerapkan konsep wilayah pembangunan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terpadu dan seimbang. Pada

2

tingkat

nasional,

wilayah

pembangunan

tersebut

dinamakan

Wilayah

Pembangunan Utama (WPU) yang menggabungkan beberapa propinsi yang
mempunyai kondisi yang relatif sama dan kegiatan ekonomi dan sosialnya saling
berkaitan erat. Pada tingkat propinsi dinamakan Wilayah Pembangunan (WP)
yang menggabungkan beberapa kabupaten dan kota yang saling terkait.
Sedangkan pada tingkat kabupaten dan kota juga terdapat pula Sub Wilayah
Pembangunan (SWP) yang menggabungkan beberapa kecamatan yang potensinya
relatif sama dan kegiatan sosial-ekonominya saling terkait satu sama lainnya
(Sjafrizal, 2008:244)
Arsyad (2002) mengatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa
dari luar daerah. Pertumbuhan indurti-industri yang menggunakan sumber daya
lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan
kekayaan daerah dan lapangan kerja. Jika dilihat dari kemakmuran daerah suatu
daerah, maka daerah satu dengan daerah lainnya tidak akan sama walaupun
berada dalam satu provinsi.
Kontribusi Produk Domsetik Bruto (PDB) Nasional masih didominasi
oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa yaitu sebesar 57,62% dengan kontribusri
terbesar dari DKI Jakarta 16,40%, Jawa Timur 14,88%, dan Jawa Barat 14,07%
dengan kata lain jika ketiga provinsi ini diakumulasikan maka telah membentuk
PDB Indonesia sebesar 45,35% atau PDRB Pulau Jawa sebesar 78,7% (BPS
2012). Besarnya PDRB ketiga provinsi tersebut tentunya tidak terlepas dari peran
pemerintah, partisipasi masyarakat serta potensi daerahnya.

Dalam tabel 1.1

3

menunjukan Jawa Barat sebagai provinsi yang paling banyak penduduknya di
Pulau Jawa sekaligus Indonesia yaitu sebanyak 43.053.732 jiwa dengan luas
wilayah yang cukup besar seluas 35.377,76 Km2 seperti dalam Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Provinsi se-Jawa
Tahun 2010
No
Wilayah
Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 Banten
9.662,92
10.632.166
2 DI Yogyakarta
3.185,80
3.457.491
3 DKI Jakarta
664,01
9.607.707
4 Jawa Barat
35.377,76
43.053.732
5 Jawa Tengah
32.800,69
32.382.657
6 Jawa Timur
47.799,75
37.476.757
Sumber data : BPS-Statistik Indonesia 2011
Selain itu, wilayah Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Ibu
Kota Indonesia yakni DKI Jakarta juga memberi kontribusi terhadap beberapa
daerah di Jawa Barat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa
Barat dalam rentang periode 2007 sampai 2012 setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007 PDRB Jawa Barat Sebesar 274.180 Milyar Rupiah
dan pada tahun 2012 menjadi 364.405 Milyar Rupiah, hal ini berarti PDRB Jawa
Barat mengalami peningkatan sebesar 32,9% dalam kurun waktu 6 tahun.
Secara sektoral, tiga sektor yang paling banyak berperan dalam
pembentukan ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2012 adalah sektor industri
pengolahan (35,79%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,90%) dan sektor
pertanian (11,52%). Kontribusi ketiga sektor tersebut mencapai 71,21% dari total
pembentukan ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2012. Dalam gambar 1.1
memperlihatkan kontribusi masing-masing sektor terhadap perekonomian
Provinsi Jawa Barat tahun 2012 :

4

Gambar 1.1
Struktur Perkonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 (Persen)
Keuangan, Real Jasa-jasa : 9,4%
9%
Estate & Jasa
Perusahaan :
Pertani
2,95%
an :
3%
Pengangkutan &
11,52%
Komunikasi :
12%
7,79%
8%
Perdagangan,
Hotel, &
Restoran :
23,9%
24%
Konstruksi :
4,29%
4%

Pertambangan &
Penggalian :
1,86%
2%

Industri
Pengolahan :
35,79%
36%
Listrik, Gas, & Air
Bersih : 2,51%
2%

Sumber : Badan Pusat Statisik
Secara kewilayahan penduduk Jawa Barat terkonsentrasi pada daerahdaerah industri seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten
Bogor. Hal ini menunjukan bahwa daerah industri masih memiliki daya tarik bagi
penduduk dari desa untuk mencari pekerjaan.
Jawa Barat yang memiliki luas yang cukup besar serta kuantitas
penduduk yang banyak dan terdiri dari 21 Kabupaten dan 6 Kota ini
mengutamakan aspek kewilayahan sehingga visi Jawa Barat yaitu “Jawa Barat
Maju dan Sejahtera untuk Semua” dapat tercapai. Hal ini tercermin dengan
pembagian Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) dan
Wilayah Pengembangan (WP) berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Jawa Barat 2009-2029.

5

Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) diatur
oleh suatu Badan Koordinasi Wilayah dengan tugas pokok, fungsi memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas Pemerintahan, Perekonomian dan
Kesejahtraan Sosial di wilayah kerja yang sama dengan wilayah kerja Pembantu
Gubernur sebagaimana yang tercantum pada Peraturan Daerah nomor 47 tahun
2007 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat agar Eksistensi dan
peran lembaga koordinasi antar Kabupaten dan Kota dipertahankan dan
ditingkatkan dengan penguatan aspek kewilayahan. (BKPP Wilayah III Cirebon)
Wilayah Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat
terbagi menjadi 4 wilayah, pembagian wilayah ini diharapkan masing-masing
Kabupaten dan Kota yang berada dalam suatu wilayah tersebut dapat memperoleh
efektifitas dan efisiensi serta sinergitas pembangunan. Berbeda dengan Wilayah
Pengembangan yang terbagi menjadi 6 wilayah dimana klasifikasinya berdasarkan
pengembangan potensi wilayah yang ada.
Setiap wilayah koordinasi memiliki karakteristik tersendiri dibanding
wilayah lain sehingga perlakuan pembangunannya disesuaikan dengan kondisi
wilayah tersebut. Perencanaan pembangunan kewilayahan dimaksudkan untuk
lebih mendapatkan tujuan dan sasaran pembangunan kepada user atau pemanfaat
pembangunan itu sendiri. Secara komulatif pembangunan kewilayahan tersebut
menjadi pembangunan Provinsi Jawa Barat. Dalam tabel 1.2 dibawah ini
memperlihatkan pembagian kewilayahan koordinasi Provinsi Jawa Barat serta
kontribusi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat terhadap pembentukan ekonomi
Provinsi Jawa Barat.

6

Tabel 1.2
Kontribusi Rata-rata Kabupaten/Kota dalam Pembentukan Ekonomi
Jawa Barat Tahun 2008-2012 (Persen) Tanpa Minyak dan Gas Bumi
Wilayah
Kabupaten/Kota
Kontribusi
Jumlah
Kab. Bogor
10,93
Kab. Cianjur
2,78
Kab. Sukabumi
2,84
Wilayah I
20,97
Kota Bogor
1,60
Kota Depok
2,18
Kota Sukabumi
0,64
Kab. Bekasi
18,17
Kab. Karawang
7,04
Wilayah II
Kab. Purwakarta
2,43
35,05
Kab. Subang
2,18
Kota Bekasi
5,22
Kab. Cirebon
2,71
Kab. Indramayu
2,54
Wilayah III Kab. Kuningan
1,33
9,80
Kab. Majalengka
1,45
Kota Cirebon
1,77
Kab. Bandung
7,21
Kab. Bandung Barat
2,69
Kab. Ciamis
2,48
Kab. Garut
3,71
Kab. Pangandaran
Wilayah IV Kab. Sumedang
1,88
34,18
Kab. Tasikmalaya
1,84
Kota Bandung
10,65
Kota Banjar
0,25
Kota Cimahi
2,18
Kota Tasikmalaya
1,30
Jumlah
100
100
Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)
Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa kabupaten/kota yang terbesar dalam
pembentukan ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun adalah Kabupaten Bekasi
(18,17%) yang berada di wilayah II, Kabupaten Bogor (10,93%) di wilayah I dan
Kota Bandung (10,65%) di wilayah I. Sedangkan untuk kontribusi kabupaten/kota
terendah di Provinsi Jawa Barat adalah Kota Banjar dengan kontribusi 0,25 persen
dalam periode tahun 2008-2012
7

Jika ditinjau dari segi pembagian wilayah koordinasi yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Wilayah III Cirebon
yang terdiri Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramyu, Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Majalengka, dan Kota Cirebon (Ciayumajakuning) merupakan wilayah
dengan kontribusi terendah yaitu sebesar 9,80%. Rendahnya kontirbusi Wilayah
III Cirebon terhadap pembentukan ekonomi Jawa Barat dapat disebabkan dari
letak geografis wilayah ini yang berada di paling timur Jawa Barat. Berbeda
dengan wilayah lain yang memiliki beberapa kabupaten/kota yang secara wilayah
memiliki keunggulan komparatif dibanding dengan kabupaten/kota yang terdapat
di Wilayah III Cirebon.
Tabel 1.3
PDRB & Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Wilayah III
Cirebon Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten /
Kota

PDRB
Tahun
2006
(Miliar
Rp)

Persentase (%)
kab/kota thdp
Wilayah
III

Prov.
Jabar

PDRB
Tahun
2012
(Miliar
Rp)

Prov.
Jabar

Laju
Pertumbuhan
Ekonomi
Rata-rata
(%)

2,51

5,67

2,43

6,84

1,23

5,40

1,34

5,33

1,65

2,17

9,16

5,14

Persentase (%)
kab/kota thdp
Wilayah
III

Kab.
6.678
26,72
2,68
8.949,93
27,44
Cirebon
Kab.
6.132,97
24,61
2,46
8.651,01
26,53
Indramayu
Kab.
3.308,54
13,27
1,33
4.380,04
13,43
Kuningan
Kab.
3.610,23
14,85
1,45
4.764,33
14,61
Majalengka
Kota
5192,35
21,00
2,09
5.867,25
17,99
Cirebon
Wilayah
24.922,0
100
10,01 32.612,56
100
III Cirebon
9
Jawa Barat
248.774,39
356.309,65
Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah)

6,18

8

Berdasarkan tabel 1.3, Kabupaten Cirebon adalah daerah yang memiliki
PDRB tertinggi pada tahun 2007 dan tahun 2010, namun laju pertumbuhan
ekonomi tertinggi di Wilayah III Cirebon ialah Kabupaten Indramayu sebesar
6,84 persen dan Kota Cirebon adalah daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi
terendah yaitu sebesar 2,17 persen. Laju pertumbuhan Wilayah III Cirebon pada
tahun 2007-2012 adalah sebesar 5,14 persen, Namun jika dirata-ratakan,
kontribusi Wilayah III Cirebon mengalami penurunan sebesar 1,21 persen
bedasarkan PDRB total kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon terhadap
pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan Wilayah Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan (WKPP)
atau Wilayah Pengembangan (WP), Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu,
Kabupaten

Kuningan,

Kabupaten

Majalengka

dan

Kota

Cirebon

(Ciayumajakuning) berada dalam katergori yang sama. Wilayah III Cirebon
merupakan fokus pembangunan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dalam
pembangunan di kawasan timur Jawa Barat.
Secara sektoral Wilayah III Cirebon berdasarkan tabel 1.4, dominasi
sektor primer sangat terlihat yaitu pada sektor pertanian. Dari 5 Kabupaten/Kota
di Wilayah III Cirebon, keempat kabupatennya merupakan wilayah yang
kontirbusi sektor pertaninannya paling besar di wilayahnya, kecuali Kota Cirebon
yang hanya memiliki kontribusi sektor pertanian sebesar 0,36%. Jika ditinjau dari
akumulasi di Wilayah III Cirebon, maka sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang memiliki kontribusi paling besar yaitu sebesar 26,97% disusul dengan sektor
pertanian 26,72% dan sektor industri pengolahan 14,07%. Dalam RPJMD Jawa

9

barat 2008-2013, Wilayah III Cirebon yang juga merupakan Wilayah
Pengembangan Ciayumajakuning ini memiliki potensi yang perlu dikembangakan
yaitu dalam sektor agribisnis, agroindustri, perikanan, pertambangan dan
pariwisata.
Tabel 1.4
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Rata-rata Wilayah III Cirebon
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2012 (dalam Miliar Rupiah)
Kab.
Lapangan
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Majalengk
Usaha
Cirebon Indramayu Kuningan
Cirebon
a
Pertanian
2.307,83
2.783,23
1.291,78
1.167,49
19,05
Pertambangan
dan
30,90
19,77
27,33
87,65
0,00
Penggalian
Industri
1.122,15
323,83
85,98
721,25 1.732,96
Pengolahan
Listrik, Gas
167,80
58,55
16,95
29,76
114,90
dan Air Bersih
Bangunan/
570,86
225,18
171,80
203,24
258,17
Konstruksi
Perdagangan,
1.788,11
2.511,17
867,88
865,83 1.610,95
Hotel, dan
Restoran
Pengangkutan
dan
464,18
493,40
296,14
275,04
756,55
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
342,17
196,74
242,60
242,25
403,75
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
983,45
639,99
814,89
574,73
424,11
Total
7.777,45
7.251.86
3.815,35
4.167,24 5.320,44
Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)
Dari uraian diatas terlihat bahwa sektor yang berkontribusi terhadap
pembentukan ekonomi di Wilayah III Cirebon mayoritas pada sektor pertaninan,
sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dalam
ruang lingkup yang lebih besar yaitu Jawa Barat sebagai provinis juga sektor-

10

sektor pembentuk perekonomiannya di dominasi oleh ketiga sektor yang sama
seperti Wilayah III Cirebon sebagaimana yang terlihat pada gambar 1.1.
Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Barat tahun 2013 Wilayah III Cirebon merupakan wilayah yang
potensial dalam pengembangan sektor agribisnis, agroindustri, perikanan,
pertambangan dan pariwisata. Selain itu, Wilayah III Cirebon merupakan salah
satu wilayah pengembangan kawasan metropolitan di Jawa Barat untuk
percepatan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, modernisasi dan keberlanjutan
pembangunan di Jawa Barat. (RPJMD Jawa Barat 2013, VII-11)
Oleh karena itu, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui
potensi serta identifikasi sektor-sektor ekonomi daerah kabupaten dan kota yang
berada di wilayah III Cirebon Provinsi Jawa Barat sebagai pedoman dalam
merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di wilayah III Cirebon Provinsi Jawa Barat dalam era
otonomi daerah. Peneliti mengambil judul penelitian “Analisis Potensi Sektoral
Kabupaten/Kota di Wilayah III Cirebon Tahun 2006-2012”
B. Perumusan Masalah
Pembangunan nasional terbentuk dari kontribusi pembangunan daerahdaerah didalamnya baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Otonomi daerah
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam
menentukan arah pembangunan daerahnya agar mampu meningkatkan motivasi
daerah untuk memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi. Hal ini apabila dibiarkan
akan menyebabkan terjadinya kesenjangan antar daerah karena daerah yang

11

memiliki potensi yang melimpah akan semakin kaya sedangkan untuk daerah
yang memiliki potensi terbatas akan semakin miskin. (Agata:2013)
Salah satu kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu membentuk
Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan (BKPP) wilayah untuk
memimpin wilayah yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Jawa Barat sebagai
kepanjangan tangan Gubernur dan miniatur dari Provinsi Jawa Barat. Selain itu,
Pemerintah Jawa Barat juga membagi beberapa wilayah pengembangan yang
berdasarakan potensi wilayah yang ada. Mengacu pada latar belakang yang telah
dikemukakan, maka masalah yang akan dikaji adalah :
1.

Sektor basis ekonomi apa saja yang dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi masing-masing bagi kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon ?

2.

Sektor ekonomi apa saja yang mempunyai potensi daya saing kompetitif,
spesialisasi bagi masing-masing kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon ?

3.

Sektor-sektor dan daerah mana saja yang dapat di kembangkan untuk
memacu pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Wilayah III Cirebon ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan
diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1.

Mengetahui sektor basis ekonomi apa saja yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masing-masing kabupaten/kota di Wilayah III
Cirebon

12

2.

Mengetahui sektor ekonomi apa saja yang mempunyai potensi daya saing
spesialisasi dan kompetitif bagi masing-masing kabupaten/kota di Wilayah
III Cirebon.

3.

Mengetahui sektor-sektor dan daerah mana saja yang dapat di
kembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
Wilayah III Cirebon.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :
1.

Untuk pemerintah
a. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama
dalam

rangka

perencanaan

ekonomi

makro

regional

dalam

menghadapi era otonomi daerah di Wilayah III Cirebon.
b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi para pemerintah daerah
untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang akan berkaitan
dengan pembangunan regional.
2.

Untuk akademisi sebagai bahan penelitian berikutnya yang terkait.

3.

Untuk penulis sebagai pengembangan dan pelatihan diri dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Pembangunan Ekonomi
Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi
banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Arsyad (2010:6),
pembangunan ekonomi

adalah proses yang menyebabkan

kenaikan

pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang
disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari pengertian tersebut
mengandung arti yaitu (1) suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi
terus-menerus (2) usaha untuk menaikan pendapatan per kapita dan (3)
kenaikan perndapatan per kapita itu berlangsung dalam jangka panjang (4)
perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (mislanya ekonomi, politik,
sosial, dan budaya).
Menurut Okun dan Richardson dalam Jhingan (2012:7), pembangunan
ekonomi adalah perbaikan perbaikan terhadap kesejahteraan material yang
terus-menerus dan berjangka panjang yang dilihat dari lancarnya distribusi
barang dan jasa. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses
dimana pendapatan nasional nyata per kapita naik dibarengi dengan
penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarkat
secara keseluruhan.
Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan
ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi

14

merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan
ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan
perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi
secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk
perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Industri dan
perdagangan akan menunjukkan segala kreatifitas dalam pembangunan
ekonomi dengan penggunaan teknologi industri serta dengan adanya
perdagangan akan tercipta kompetisi ekonomi.
Dalam

Sukirno

(2006:10),

pembangunan

ekonomi

adalah

pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan
tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun
tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang
berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang
berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan,
perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan
infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan
kemakmuran masyarakat.

2.

Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004:4), ada

perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus
dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi

15

keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi
adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi
melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah
negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak
atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup dikenal.
Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk
menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud
dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai
dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan
ideologi yang dibutuhkannya .
Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006:9) sebagai suatu ukuran
kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam
suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRBpada
satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1).
Laju Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt – PDRBt-1 x100%
PDRBt-1
Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
a.

Akumulasi modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan),
peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi
jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan

16

diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.
Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru
dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada.
b.

Pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang
tergantung kepada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam
menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.

c.

Kemajuan teknologi menurut para ekonom, kemajuan teknologi
merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan
oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan
pekerjaan tradisional.

3.

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut Badan Pusat Statistik (2011:3) Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) merupakan agregat nilai tambah seluruh barang dan jasa yang
dihasilkan dari seluruh aktivitas ekonomi di suatu wilayah dalam suatu kurun
waktu tertentu. PDRB dapat dihitung dengan menggunakan dua cara, yaitu
atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga
berlaku menunjukan agregat nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan agregat nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

17

menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar. Dalam
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), tahun yang digunakan untuk
menghitung PDRB atas dasar harga konstan adalah tahun 2000.
Dari dua cara perhitungan PDRB tersebut, dapat diperoleh beberapa
indikator ekonomi makro yang biasa digunakan oleh berbagai kalangan
seperti pemerintah, peneliti, maupun masyarakat baik individu maupun dunia
usaha. Indikator ekonomi makro tersebut antara lain adalah Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE), struktur perekonomian, dan PDRB per kapita.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode langsung dan tidak langsung (alokasi) (BPS, 2011:5-6):
1) Metode langsung
Metode langsung ini dapat dihitung dengan tiga pendekatan,
yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan
pengeluaran.
Seperti sudah disebutkan diatas, penghitungan PDRB secara
langsung bisa dihitung dengan cara:
a.

Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai
tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto
barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian
selama satu tahun.

b.

Pendekatan pendapatan,adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi,
meliputi:

18

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)
2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)
3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)
4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)
c.

Pendekatan

pengeluaran,

adalah

m