Analisis potensi sektor unggulan di kabupaten Karanganyar tahun 2005-2010

KARANGANYAR TAHUN 2005-2010

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh: JOKO SETYAWAN

NIM.F0108080

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

”Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang”

“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.”

(HR. Athabrani)

“Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula tertimpa musibah.” (HR. AL Bukhari)

“ Selalu bersabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini serta percayalah jalan selalu ada karena semua akan menjadi indah pada waktunya. ” (Penulis)

“lakukan segala sesuatu yang bisa kita lakukan, yakini segala sesuatu yang baik untuk kita karena keyakinan adalah kunci penggerak dalam bertindak .”

(Penulis)

Karya sederhana ini didedikasikan kepada :

Segala puji syukur Kupanjatkan Kepada Allah SWT.

Teruntuk cinta kasih yang takkan mampu terbalas Bapak & ibu.

Mbak Ika dan Lista yang selalu memberi dorongan dukungan untuk tetap semangat.

Chinci yang selalu memberi semangat dan mewarnai hari – hariku.

Teman-teman dan Semua Keluarga Karang Taruna Eka Taruna Bhakti.

Jaka dan Vicko Sohibku dari awal masuk kuliah sampai sekarang.

Seluruh Teman-teman EP 08 yang tidak bisa saya sebutkan satu – satu, namun kalian

akan tetap menjadi teman satu angkatan yang akan selalu saya kenang dalam hati.

Salam EP ’08 ( Kabeh Konco)

Temen-temen EP 06 07 09 semangat kawan kalian pasti sukses

Teman-teman Tim Penelitian Kabupaten Sragen:

(Ali, Aris, Adit, Jaka, Hanafi, Rudi, Ridwan, Yayan, Yudhi)

Dan teman-teman Tm futsal Bianconerry

Bismillahirrahmanirrahim

Assalam ’ualaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh Puji syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang

telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul: “ANALISIS POTENSI SEKTOR UNGGULAN DI

KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2005-2010 ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis manghaturkan terima kasih kepada :

1. Dr. Wisnu Untoro M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Harimurti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan dorongan dan pengarahan selama studi kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan

7. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar beserta Staf atas bantuannya dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Wa’aikumsalam Warrohmatullahi Wabarokatuh

Surakarta, Juni 2012 Penulis

Joko Setyawan

2.2 Dynamic Location Quotient (DLQ) ........................................75

2.3 Analisis Gabungan SLQ dan DLQ.......................................... 76

3. Analisis SWOT ............................................................................ 78

4. Analisis Gravitasi ......................................................................... 82

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 85

B. Saran............................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Gambar Halaman

2.1. Bagan Alur Penelitian ....................................................................... 36

4.1. Persentase Luas Tanah Sawah dan Tanah Kering Tahun 2009 ....... 51

4.2. Persentase Tanah Kering menurut Jenis Penggunaannya Tahun 2009 (dalam persen) .............................................................. 52

4.3. Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009 (dalam hektar) .............................................................. 53

4.4. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 – 2009 ............................................................................. 56

4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2009 (dalam jiwa/orang) ... 56

TABEL Halaman

1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2010 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000 ........................................................................................ 5

3.1. Model Matriks Potensi Daerah : Pendukung Analisis Posisi Perkonomian Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar ......................... 40

3.2. Kriteria Hasil Analisis LQ ....................................................................

3.3 Matriks analisa SWOT-Klasifikasi Isu ................................................. 47

4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 – 2010 ........................................ 57

4.2. Penduduk Jawa Tangah Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio Tahun 2002-2010 ................................................................................... 61

4.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010 ............................................... 62

4.4. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 .................................................. 65

4.5. Perbandingan Pertumbuhan dan Proporsi Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 – 2010 ................................................................................... 68

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010 ................................................. 73

4.8. Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ............................................................ 75

4.9. Nilai Rata-Rata Gabungan SLQ dan DLQ Sektor Perekonomian Di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah .................................... 77

4.10. Identifikasi SLQ dan DLQ Sektor Perekonomian Di Kabupaten

Karanganyar Propinsi Jawa Tengah .......................................................... 77

4.11. Analisis SWOT Pengembangan Sektor Unggulan

di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah .................................... 79

4.12. Hasil Perhitungan Analisis Gravitasi Kabupaten Karanganyar

Dengan Daerah Di sekitarnya Tahun 2005 – 2010 .................................... 83

commit to user

ABSTRAKSI ANALISIS POTENSI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2005 - 2010

Joko Setyawan (F0108080)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah, untuk mengetahui strategi kebijakan sektoral apa sajakah yang dapat dirumuskan dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan sektor potensial yang ada, serta untuk Untuk mengidentifikasi hubungan interaksi antara Kabupaten Karanganyar dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan ekonomi Subosukawonosraten.

Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka dengan menggunakan data Produk domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar dan Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 - 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Matrik Potensi dan analisis location quotient yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ), kemudian Analisis SWOT, Serta analisis Gravitasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Sektor perekonomian Kabupaten Karanganyar yang menjadi sektor Unggulan selama tahun penelitian (2005-2010) yaitu: sektor pertanian; sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor yang masuk dalam kategori sektor berkembang yaitu: sektor pertambangan dan penggalian; sektor bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di lapangan, beberapa strategi yang dapat di terapkan berhubungan dengan pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Karanganyar untuk pelaku usaha yaitu: Mengoptimalkan sumber dana dan bantuan pemerintah untuk kelangsungan usaha yang dijalankan, mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah tersedia, meningkatkan kemampuan manajemen dan kompetensi kewirausahaan di kalangan pelaku usaha. Sedangkan untuk pemerintah daerah yaitu: Mengembangkan sektor unggulan guna menarik para investor, memaksimalkan sektor – sektor potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengembangkan industri kecil dengan memberikan bantuan kredit, penyusunan rencana tapak kawasan industri dan pengembangan sistem prasarana yang akan disediakan, pengelolaan sektor basis yang lebih matang guna mampu bersaing, melaksanakan studi identifikasi jenis industri yang sesuai di kembangkan di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil dari perhitungan Analisis Gravitasi maka didapatkan hasil bahwa hubungan interaksi antara Kabupaten Karanganyar dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan ekonomi Subosukawonosraten yang paling besar nilainya adalah dengan Kotamadya Surakarta.

Berdasarkan temuan – temuan tersebut maka diajukan saran – saran. Bagi pemerintah daerah, untuk memberikan perhatian lebih terhadap sektor – sektor unggulan di daerahnya yang masuk dalam kategori potensial, namun hendaknya juga tidak mengabaikan peran sektor yang tergolong non potensial. Karena dengan pengembangan sektor potensial diharapkan akan dapat merangsang pertumbuhan sektor non potensial sehingga menjadi sektor potensial yang pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar.

Kata Kunci: Matrik Potensi, Static Location Quotient (SLQ), Dynamic Location Quotient

(DLQ), Analisis SWOT, Analisis Gravitasi.

commit to user

ABSTRACT AN ANALYSIS ON SUPERIOR SECTOR POTENTIAL IN KARANGANYAR REGENCY IN 2005-2010

Joko Setyawan (F0108080)

This research aims to analyze the sectors becoming the superior sector in Karanganyar Regency of Central Java Province, to find out the sectoral policy strategy that can be formulated viewed from strength, weakness, opportunity, and threat/challenge of the existing potential sector, as well as to identify the interaction between Karanganyar Regency and surrounding area belonging to Subosukawonosraten economic area.

This study was a library study research using Gross Regional Domestic Product (GRDB) data of Karanganyar Regency and Central Java Province in 2005-2010. The method of analyzing data used was Potential Matrix and location quotient analysis including Static Location Quotient (SLQ) and Dynamic Location Quotient (DLQ), and then SWOT analysis, as well as Gravitation analysis.

The result of research showed that: Economic sectors of Karanganyar Regency becoming superior sector during research year (2005-2010) included: agricultural sector; electrical sector, gas and clean water as well as processing industry. Meanwhile the ones belonging to developing sector category were: mining and excavation; building/construction; trading, hotel and restaurant sector; transportation and communication; financial, leasing, and company service sector; and services sector. Based on the strength, weakness, opportunity and threat existing in the field, several strategies could be applied in relation to developing superior sector in Karanganyar Regency for the businesspersons including: to optimize the fund source and government grant for the sustainability of business undertaken, to optimize the utilization of infrastructures that had been available, to improve the management and entrepreneurship competencies among the businesspersons. Meanwhile, the local government could take the following strategies: developing superior sector in order to attract investor, maximizing potential sectors to improve economic growth, developing small industry by giving loan grant, planning industrial area trace, and developing the infrastructure system to

be provided, managing a more mature basis sector in order to be competitive, to implement identification study on industrial type corresponding to what developed in Karanganyar Regency. Based on the result of Gravitation Analysis calculation, it could be found that the area having highest value in the interaction between Karanganyar Regency and the surrounding areas belonging to Subosukowonosraten economic area was Surakarta Municipal.

Based on such findings, the following recommendation could be given. The local government should give much more attention to the superior sector in its area belonging to potential category, but it should not ignore the role of non-potential sector, because the development of potential sector will be expected to stimulate the non-potential sector growth, thereby becoming potential sector so that finally, all economical sectors supporting simultaneously the economic growth of Karanganyar Regency.

Keywords: Potential Matrix, Static Location Quotient (SLQ), Dynamic Location Quotient

(DLQ), SWOT Analysis, Gravitation Analysis.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999:108).

Masing – masing daerah memiliki wilayah yang luas dan karakteristik yang berbeda dengan daerah lainnya, maka jelas hal ini akan mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam perkembangan sektor ekonomi yag ada di masing

– masing daerah. Daerah dengan wilayah yang luas dan mampu untuk mengelola segala sumber daya yang dimiliki daerah tersebut, maka segala

potensi tersebut akan dapat digunakan dalam proses pembangunan daerah. Namun apabila suatu daerah tidak mampu untuk mengelola potensi yang dimiliki maka pembangunan sektor – sektor ekonomi di daerah tersebut akan berjalan secara lambat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, menjadi pedoman daerah dalam mengadakan perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), jangka menengah (RPJM), dan rencana tahunan (RKP/RKPD) yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Pembangunan regional adalah bagian yang integral dalam pembangunan nasional. Karena itu diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dapat terdistribusi dan teralokasi ke tingkat regional. Untuk mencapai keseimbangan regional terutama dalam perkembangan ekonominya maka diperlukan beberapa kebijaksanaan dan program pembangunan daerah yang mengacu pada kebijaksanaan regionalisasi atau perwilayahan.Pelaksanaan Otonomi Daerah (OTODA) sebagai upaya yang tepat untuk menggali sumber- sumber pendapatan yang potensial, sehingga meskipun ada perbedaan- perbedaan yang terjaadi antar daerah yang disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana, perbedaan kesuburan tanah maupun kondisi daerah (secara geografis) hal tersebut tidak akan mengakibatkan perbedaan dalam kemakmuran masyarakat. Karena itu metode yang sekiranya tepat dalam usaha pengembangan kota-kota agar tercapai pemerataan pembangunan sangat dibutuhkan (Nuraini, 2004).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad,

1999). Masalah utama dalam pembangunan daerah adalah pengambilan kebijakan yang tepat terkait adanya perbedaan karakteristik dari tiap – tiap daerah untuk dapat mengelola segala sumber daya ada di dalamnya. Segala perbedaan ini tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor ekonomi di setiap daerah dan tentunya pemerintah daerah selaku pemangku kebijakan berwewenang untuk mengatasi masalah tersebut.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus menafsir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999).

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah mengadakan tinjauan keadaan, permasalahan dan potensi- potensi pembangunan (Tjokroaminoto 1995:74). Berdasarkan potensi sumber daya alam yang kita miliki, maka adanya sektor potensial di suatu daerah harus dikembangkan dengan seoptimal mungkin (Arsyad 1999:165). Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan Kegiatan pertama yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah mengadakan tinjauan keadaan, permasalahan dan potensi- potensi pembangunan (Tjokroaminoto 1995:74). Berdasarkan potensi sumber daya alam yang kita miliki, maka adanya sektor potensial di suatu daerah harus dikembangkan dengan seoptimal mungkin (Arsyad 1999:165). Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan

Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu daerah diperlukan adanya dukungan dari semua pihak yang dapat membantu kelancaran dari proses pembangunan daerah. Pemerintah daerah selaku pemangku kebijakan dan pelaksana di daerah juga harus membuka ruang untuk seluruh masyarakat yang berada di daerah pembangunan untuk turut serta dalam pelaksanaan pembangunan daerah agar nantinya dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan bersama serta dapat meningkatkan potensi daerah tersebut.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Tengah, dimana dalam pembangunannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional namun disesuaikan dengan potensi dari pembangunan di daerahnya. Kabupaten Karanganyar yang merupakan bagian dari kawasan ekonomi Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten) memiliki kondisi geografi yang cukup strategis untuk menjalankan pembangunan ekonomi dengan baik serta meningkatkan pertumbuhannya. Tabel di bawah ini merupakan gambaran mengenai perkembangan PDRB Kabupaten Karanganyar dari tahun 2005-2010 yang dapat sedikit memperlihatkan peningkatan yang dialami oleh Kabupaten Karanganyar .

Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Sektor/Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan/Konstruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, beberapa tahun terbitan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDRB Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2005 total PDRB Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 4.188.330,50 kemudian mengalami peningkatan di tahun 2006 menjadi sebasar Rp 4.401.301,74

disusul dengan peningkatan PDRB dari tahun – tahun berikutnya hingga sampai pada tahun 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar menjadi sebesar Rp 5.452.435,49 . Hal tersebut telah memberi gambaran bahwa pembangunan di Kabupaten Karanganyar telah mengalami kemajuan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tabel 1.1, dapat dilihat juga bahwa di Kabupaten Karanganyar tingkat kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga konstan yang paling tinggi adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, serta sektor jasa - jasa yaitu sebesar Rp 996.203.41, Rp 2.646.368.64, Rp 518.411.95, Rp 429.059.93.

Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas, maka perlu diadakan analisis mengenai potensi sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kabupaten Karanganyar. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi dari semua elemen yang ada di dalamnya termasuk masyarakat dengan menggunakan segala sumber daya yang dimiliki berupaya untuk mengembangkan potensi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan daerahnya agar dapat menjadi daerah yang mampu melaksanakan otonomi dengan kemampuan sendiri. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor-sektor basis dan unggulan yang dapat dipergunakan untuk mensejahterakan seluruh masyarakatnya.

Sejalan dengan penjelasan di atas, maka dalam penyusunan skripsi saat

ini penulis mengambil judul: “ANALISIS POTENSI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2005 - 2010 ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sektor manakah yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 – 2010?

2. Stategi sektoral apa sajakah yang dapat dirumuskan berdasarkan kekuatan dan kelemahan, peluang, dan ancaman/tantangan pada sektor potensial yang ada?

3. Bagaimanakah hubungan interaksi antara Kabupaten Karanganyar dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan ekonomi Subosukawonosraten?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakakn di atas bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi Sektor manakah yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 – 2010.

2. Untuk mengetahui stategi sektoral apa sajakah yang dapat dirumuskan berdasarkan kekuatan dan kelemahan, peluang, dan ancaman/tantangan pada sektor potensial yang ada.

3. Untuk mengidentifikasi hubungan interaksi antara Kabupaten Karanganyar dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan ekonomi Subosukawonosraten.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang Ekonomi Regional terutama mengenai perencanaan pembangunan daerah yang bertujuan meningkatkan kemajuan daerah terutama kemajuan di kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Tengah.

2. Bagi peneliti, merupakan suatu penerapan terhadap pemahaman

teoritis yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan.

3. Bagi pemerintah daerah serta instansi-instansi yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi menyangkut kebijakan yang tepat dalam proses pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar dan Propinsi Jawa Tengah.

4. Bagi Masyarakat, memberikan informasi yang jelas terkait pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar dan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan dan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Karanganyar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mengelola sumber daya ekonomi daerah. Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju,dan tenteram. Serta mampu memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri (Arsyad, 1999: 6).

Hal yang mendasari terjadinya pembangunan di daerah adalah akibat dari kurang efektifnya pembangunan nasional. Pembangunan nasional dirasa tidak mampu untuk memberikan perubahan bagi seluruh daerah yang berada di wilayah negar. Hal ini terjadi karena yang paling memahami mengenai suatu daerah adalah pemerintahan daerah itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan regulasi kebijakan yang mampu berjalan dengan baik terkait pembangunan di daerah. Dengan diadakannya otonomi daerah maka kesempatan bagi suatu daerah untuk membangun dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki akan dapat dilaksanakan secara efektif.

Secara praktis perencanaan pembangunan daerah di definisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dari berbagai pelaku (aktor), baik umum (publik), atau pemerintah, swasta maupun kelompok masyarakat lain pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling kebergantungan dan keterkaitan aspek-aspek fisik, sosial-ekonomi, dan aspek-aspek lingkungan lainnya dengan cara :

1. secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.

2. merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pambangunan daerah.

3. menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah (solusi).

4. melaksanakannya dengan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia.

5. sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat di tangkap secara berkelanjutan (Kuncoro 1997:5).

B. Tujuan Pembangunan Daerah

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus

Menurut pandangan dari (Ichimura, 1989) mengenai tujuan pembanguna ekonomi daerah. Terdapat tiga tujuan dalam pembangunan ekonomi daerah antara lain:

1. Untuk memberikan pengetahuan dasar secara menyeluruh yang akan berguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pembangunan daerah di indonesia, meskipun tidak secara nyata berhubungan dengan pembangunan ruang.

2. Untuk memberikan ikhtisar tentang keadaan pembangunan ekonomi daerah akhir-akhir ini di Indonesia. Untuk tujuan ini, dilakukan tiga pembahasan,

kebijaksanaan- kebijaksanaan pembangunan daerah sejak Repelita 1 tahun 1969- 1974; pembahasan mengenai studi-studi tentang pembangunan ekonomi daerah di indonesia yang sejauh ini pernah dibuat dan pembahasan mengenai perubahan-perubahan antar waktu dalam besarnya perbedaan-perbedaan ekonomi antar daerah.

3. Untuk menunjukan suatu metode yang meskipun tidak terlalu rumit, namun dapat digunakan bagi keperluan proyeksi penduduk dan PDRB serta digunakan untuk memperkirakan fungsi-fungsi konsumsi dan produksi daerah. Metode ini berguna sebagai alat yang praktis untuk mendapat ide dasar dari kecenderungan demografi dan ekonomi daerah, terutama kalau data daerah yang tersedia amat terbatas. Selain 3. Untuk menunjukan suatu metode yang meskipun tidak terlalu rumit, namun dapat digunakan bagi keperluan proyeksi penduduk dan PDRB serta digunakan untuk memperkirakan fungsi-fungsi konsumsi dan produksi daerah. Metode ini berguna sebagai alat yang praktis untuk mendapat ide dasar dari kecenderungan demografi dan ekonomi daerah, terutama kalau data daerah yang tersedia amat terbatas. Selain

C. Pembangunan Daerah di Era Otonomi

1. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen- komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksisecara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumber daya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey,1977 dalam Rustiadi et al ., 2006) mengenai tipologi wilayah mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu:

a. wilayah homogen (uniform/homogenous region)

b. wilayah nodal (nodal region)

c. wilayah perencanaan (planning region atau programming region).

Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi :

a. fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik.

b. fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.

c. fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

Menurut Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa Arab “wala-yuwali-wilayah” yang mengandung arti dasar “saling tolong menolong, saling berdekatan baik secara geometris maupun si milarity”. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah penataan unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan fungsional

(tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.

Wilayah Pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan pengembangan atau pembangunan atau development. Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu:

a. pertumbuhan

b. penguatan keterkaitan

c. keberimbangan

d. kemandirian

e. keberlanjutan.

Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam kesatuan wilayah perencanaan. Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Sedangkan menurut Anwar (2005), pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek-aspek pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah.

Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development). Pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia sangat beragam karena dipengaruhi oleh perkembangan teori dan modelpengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, sistim pemerintahan dan administrasi pembangunan. Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhatikan lingkungan, bahkan akan menghambat pertumbuhan itu sendiri (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2003).

Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan wilayah, terdapat prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah antara lain:

a. Sebagai growth center, pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect) pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional.

b. Pengembangan

wilayah

memerlukan

upaya kerjasama pengembangan antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah.

c. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.

d. Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan. Dalam pemetaan strategic development region, satu wilayah pengembangan diharapkan mempunyai unsur-unsur strategis antara lain berupa sumberdaya alam, sumber daya manusia dan infrastruktur yang saling berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan sifat sinergisme di antaranya.

Dasar pemikiran teori pengembangan wilayah adalah setiap kegiatan pasti terjadi dan mempunyai efek dalam sebuah ruang dan bukan dalam suatu titik yang statis (Boediono, 1994). Misal sebidang tanah yang diusahakan untuk lahan maka kegiatan produksi padi tidak terbatas pada lahan itu saja tetapi berdasarkan pemikiran bahwa tata ruang kegiatan produksi padi berkaitan dengan jarak tempat tinggal petani dengan lahan, jarak petani mendapatkan bibit dan obat-obatan, jarak petani menjual hasil produknya dan jarak dengan tempat dimana petani tersebut membelanjakan pendapatannya.

Dengan demikian dalam pendekatan tata ruang pembangunan yang terjadi di suatu daerah akan mempengaruhi daerah lain demikian pula sebaliknya. Dalam pendekatan tata ruang ini digunakan untuk membahas hubungan antara pertumbuhan daerah perkotaan dengan pedesaan.

Hubungan atau kontak yang terjadi antara daerah perkotaan dengan pedesaan berserta hasil hubungannya disebut interaksi (Bintarto, 1996). Interaksi antara desa-kota merupakan suatu proses sosial, proses ekonomi, proses budaya maupun proses politik yang terjadi karena berbagai faktor dan unsur yang ada dalam kota, dalam desa, dan diantara kota dan desa (hubungan timbal balik antara desa dan kota).

Kota tidak dapat tumbuh untuk `dirinya` sendiri tetapi juga tumbuh untuk desa-desa di sekitarnya. Dalam pandangan ekonomi regional, pembangunan perkotaan tanpa mengakaitkannya dengan pembangunan pedesaan adalah tidak mungkin terjadi demikian pula sebaliknya. Pembangunan desa-kota (pembangunan regional) dalam perencanaannya menggunakan konsep region (wilayah). Cara yang paling banyak dikenal dalam mendefinisikan suatu region adalah sebagai berikut menurut pandangan dari (Syafrizal, 1993).

a. Wilayah yang homogin. Adalah sebuah daerah yang memiliki sifat- sifat yang sama yaitu perbedaan-perbedaan yang terdapat pada sebuah region dipandang tidak penting. Misal : region aliran sungai, region lahan kritis dan sebagainya.

b. Wilayah yang memusat (polarized region). Adalah sebuah wilayah yang didasari oleh adanya aliran barang secara internal, kontak dan saling tergantungnya daerah-daerah tertentu dengan suatu pusat kegiatan yang dominan (biasanya pusat kota).

c. Wilayah perencanaan (planning region). Adalah wilayah yang keseragamannya didasari oleh kesamaan daerah administratif atau politis. Karena ketersediaan sarana administratifnya maka wilayah ini digunakan sebagai wilayah perencanaan pembangunan.

Pemikiran konsep region diatas dalam hubungannya dengan ukuran region dan interaksi di dalamnya terkait denganm teori lokasi. Teori lokasi yang pertama dikenal dengan tempat sentral yang mengemukakan bahwa pusat kota ada karena berbagai jasa penting yang disediakan oleh lingkungan sekitarnya. Secara ideal kota merupakan pusat daerah yang produktif dengan demikian disebut tempat sentral (Sukanto dan Karseno, 1997).

Menurut Myrdal (1999) dalam Rustiadi (2006), potensi sumber daya yang dimiliki antara daerah satu dengan daerah lainnya tidak merata oleh karena itu pertumbuhannyapun berbeda. Untuk dapat tumbuh secara cepat, suatu negara perlu memilih satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan regional yang memiliki potensi paling kuat. Apabila region ini kuat maka akan terjadi perembetan pertumbuhan bagi region-region lemah. Pertumbuhan ini berdampak positip (trickle down effect) yaitu adanya pertumbuhan di region yang kuat akan menyerap potensi tenaga kerja di region yang lemah atau mungkin region yang lemah menghasilkan produk yang sifatnya komplementer dengan produk region yang kuat.

Dalam rangka pengembangan suatu wilayah maka pusat kota dianggap sebagai tempat sentral bagi pertumbuhan inti di daerah dan menentukan tingkat perkembangan ekonomi secar keseluruhan. Dengan demikian terjadi interdependensi antara pusat-pusat kota dengan daerah- daerah sekitarnya.

2. Tujuan Pembangunan

Dimensi tujuan pembangunan menjelaskan bagaimana urutan tahapan evolusi pengukuran ekonomi pembangunan, dari awal kemunculan teori ekonomi pembangunan yang mengukur terjadinya pembangunan dilihat dari tingkat output melalui Produk Domestik Bruto (PDB) berkembang menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), mengatasi kemiskinan dengan paradigma entitlement dan kapabilitas, kebebasan, hingga pembangunan berkelanjutan (Kuncoro, 2005: 5).

Tujuan dari pembangunan dapat diketahui dengan menggunakan teori ekonomi pembangunan. Teori yang digunakan dalam ekonomi pembangunan bersumber pada pengukuran faktor-faktor output seperti Produk Domestik Bruto dan Indeks Pembangunan Manusia. Faktor – faktor tersebut menjadi penting ketika pembangunan yang dilakukan telah mencapai tujuan yang diinginkan serta dapat memberikan manfaat bagi pembangunan di kemudian hari. .

Pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis, bukan dilihat sebagai konsep statis yang selama ini sering kita anggap sebagai suatu kesalahan yang wajar. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi Pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis, bukan dilihat sebagai konsep statis yang selama ini sering kita anggap sebagai suatu kesalahan yang wajar. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi

Segala perubahan yang ingin dicapai oleh seluruh bangsa dan negara hendaknya mendapatkan partisipsi dari seluruh elemen di dalamnya, mulai dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah sebagai pemegang kebijakan juga seluruh masyarakat yang senantiasa menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Pembangunan yang dilakukan juga harus mengedepankan pemerataan dan keadilan dalam pelaksanaannya. Seluruh daerah tujuan pembangunan harus bisa dicapai agar tidak terjadi ketimpangan dan kecemburuan di masyarakat. Pembangunan di suatu daerah harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah tersebut.

Harus diakui bahwa secara umum, di negara-negara berkembang, kekuatan - kekuatan pembaharuan dalam masyarakat relatif masih lemah. Kekuatan - kekuatan pembaharuan dalam masyarakat ini disebut

“autonomous energies“. Demikian pula usaha untuk menyalurkan dan mengarahkan berbagai kepentingan dan tuntutan yang sering bertentangan

di dalam masyarakat dalam rangka kepentingan nasional dan kepentingan pembangunan yang menyeluruh. Pembangunan itu sendiri, seperti telah di dalam masyarakat dalam rangka kepentingan nasional dan kepentingan pembangunan yang menyeluruh. Pembangunan itu sendiri, seperti telah

3. Indikator Dalam Pembangunan

Pembangunan selalu menimbulkan dampak, baik positif maupun negative. Oleh karena itu dibutuhkan indikator sebagai tolok ukur terjadinya pembangunan. Berikut ini disajikan beberapa indikator kunci pembangunan sosial ekonomi versi United Nations Research Institute on Social Development (UNRISD) yang dikeluarkan pada tahun 1970, terdiri atas 7 indikator ekonomi dan 9 indikator social, masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Harapan Hidup

b. Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih

c. konsumsi protein hewani per kapita per hari

d. Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah

e. Rasio pendidikan luar sekolah

f. Rata-rata jumlah orang per kamar

g. Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk

h. Persentase penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air dan sebagainya

i. Produksi pertanian per pekerja pria di sector pertanian i. Produksi pertanian per pekerja pria di sector pertanian

D. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui partum-buhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Angka-angka PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu :

1. Menurut Pendekatan Produksi. PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

berada di suatu wilayah/propinsi/kabupaten/kota dalam periode tertentu (biasanya satu

Tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha, yaitu: 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih, 5. Konstruksi, 6. Perda- gangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Peru-sahaan, 9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.

2. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan balas jasa yang dite-rima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

3. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan modal te-tap bruto, Perubahan Stok, Ekspor neto jangka waktu tertentu. Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Secara konsep ketiga pendekatan terse-but memberikan jumlah yang sama anta-ra jumlah pengeluaran dengan 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan modal te-tap bruto, Perubahan Stok, Ekspor neto jangka waktu tertentu. Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Secara konsep ketiga pendekatan terse-but memberikan jumlah yang sama anta-ra jumlah pengeluaran dengan

E. Otonomi Daerah

Konsekuensi dari asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah adanya Otonomi Daerah, yaitu akibat adanya Desentralisasi lalu diadakan daerah otonomi yang diberikan hak dan wewenang serta kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sediri sesuai peraturan yang berlaku.

Menurut Pasal 1 Butir ke lima Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1. Prinsip Otonomi Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah menggunakan prinsip Otonomi seluasnya. Dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah menggunakan prinsip Otonomi seluasnya. Dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi