Estimasi Asupan Flavonoid Dan Karotenoid Pada Usia Dewasa Di Indonesia

ESTIMASI ASUPAN FLAVONOID DAN KAROTENOID
PADA USIA DEWASA DI INDONESIA

LINDA RISKI SEFRINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Estimasi Asupan
Flavonoid dan Karotenoid pada Usia Dewasa di Indonesia adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Februari 2017
Linda Riski Sefrina
NIM I151140331

RINGKASAN
LINDA RISKI SEFRINA. Estimasi Asupan Flavonoid dan Karotenoid pada Usia
Dewasa di Indonesia. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN, TIURMA SINAGA
dan DEWI PERMAESIH.
Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di dunia dan Indonesia
semakin meningkat. Salah satu pencegahan PTM adalah peningkatan konsumsi
sayur dan buah yang mengandung flavonoid dan karotenoid. Estimasi asupan
flavonoid dan karotenoid masih berbeda antar negara dan belum pernah dilakukan
di seluruh wilayah Indonesia.
Tujuan umum dari penelitian ini untuk melakukan estimasi asupan flavonoid
dan karotenoid pada usia dewasa di tingkat provinsi dan seluruh wilayah Indonesia
dengan tujuan khusus antara lain: (1) Mengetahui kandungan flavonoid dan
karotenoid bahan pangan di Indonesia; (2) Menganalisis perbedaan konsumsi
kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid berdasarkan karakteristik
subjek pada usia dewasa; (3) Menganalisis perbedaan asupan flavonoid dan
karotenoid berdasarkan karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan pada

usia dewasa; (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik subjek dan konsumsi
kelompok pangan terhadap asupan flavonoid dan karotenoid; (5) Mengetahui
gambaran konsumsi kelompok pangan dan asupan flavonoid dan karotenoid
berdasarkan riwayat PTM pada usia dewasa.
Penelitian ini menggunakan data sekunder SKMI 2014 dan RISKESDAS
2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016. Desain penelitian
yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah subjek sebesar 86 036
subjek. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah subjek dengan kondisi biologis
“sehat” dan berusia ≥19 tahun. Kandungan flavonoid dan karotenoid didapatkan
dari USDA Database for the Flavonoid Contents of Selected Food Release 3.2
tahun 2015, USDA Database for the Isoflavone Contents of Selected Food Release
2 tahun 2008, USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release
28 tahun 2015, TKPI dan jurnal ilmiah lainnya. Analisis bivariat yang digunakan
uji Mann-Whitney dan Kruskall-walls Analisis multivariat yang digunakan adalah
uji regresi logistik.
Pengembangan database flavonoid dan/atau karotenoid menghasilkan 857
bahan pangan (71%) mengandung flavonoid dan/atau karotenoid. Kelompok
pangan dengan rata-rata kandungan flavonoid tertinggi adalah kacang-kacangan
dan biji (45.36 mg/100 g). Kelompok pangan dengan rata-rata kandungan
karotenoid tertinggi adalah sayuran dan hasil olahannya (3 658.34 µg/100 g).

Jumlah seluruh subjek sebesar 86 036 subjek, yang terdiri dari 53.0% perempuan,
49.2% berusia 30-49 tahun, 55.1% berdomisili di perdesaan, 69.0% berpendidikan
rendah, 67.2% bekerja, dan 62.3% berstatus ekonomi tinggi. Konsumsi kelompok
pangan yang paling besar berkontribusi pada asupan flavonoid dan karotenoid
adalah umbi-umbian dan hasil olahannya (rata-rata konsumsi 31.4 g/hari), kacangkacangan dan biji (rata-rata 47.9 g/hari), sayuran dan hasil olahannya (rata-rata 71.8
g/hari), buah dan hasil olahannya (rata-rata 36.8 g/hari), bumbu dan hasil olahannya
(rata-rata 15.4 g/hari) dan minuman (rata-rata 16.4 g/hari). Konsumsi kelompok
pangan sumber flavonoid dan karotenoid lebih besar pada subjek perempuan,
berusia 50-64 tahun, di perkotaan, berpendidikan rendah, bekerja, berstatus
ekonomi tinggi dan memiliki riwayat PTM. Median asupan total flavonoid subjek

adalah 25.02 mg/hari. Asupan total flavonoid lebih besar pada perempuan, berusia
50-64 tahun, di perkotaan, berpendidikan tinggi, bekerja, status ekonomi tinggi dan
memiliki riwayat PTM. Median asupan total karotenoid subjek adalah 551.62
µg/hari. Asupan total karotenoid lebih besar pada perempuan, berusia 30-49 tahun,
di perkotaan, berpendidikan tinggi, tidak bekerja, status ekonomi tinggi dan
memiliki riwayat PTM. Usia, jenis kelamin, klasifikasi daerah, status ekonomi, dan
konsumsi kelompok pangan berhubungan signifikan dengan asupan total flavonoid.
Semua karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan berhubungan
signifikan dengan kuartil rendah asupan total karotenoid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan total flavonoid dan
karotenoid di Indonesia masih rendah. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid terutama sayur dan
buah di Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini perlu dilakukan
peningkatan upaya sosialisasi peningkatan konsumsi sayur dan buah sebagai
sumber flavonoid dan karotenoid melalui kerjasama berbagai pihak.
Kata kunci: flavonoid, karotenoid, penyakit tidak menular

SUMMARY
LINDA RISKI SEFRINA. Estimation of Flavonoid and Carotenoid Intake in
Indonesian Adults. Supervised by DODIK BRIAWAN, TIURMA SINAGA and
DEWI PERMAESIH.
Non-communicable diseases (NCDs) deaths are increasing in the world and
Indonesia. One of the prevention of NCDs is increasing vegetable and fruit
consumption that contain flavonoid and carotenoid. Estimation of intake of
flavonoid was still differ between countries and there has never been the research
that estimates flavonoid intake and carotenoid with national data in Indonesia.
The main objective of this study was to estimate intake of flavonoid and
carotenoid in adult by province and Indonesia. The specific objectives were: (1) to
know flavonoid and carotenoid content of food items in Indonesia; (2) to analyze

the differences of consumption of food group sources of flavonoids and carotenoids
based on subject charactersitics; (3) to analyze differences flavonoids and
carotenoids intake based on subject characteristics and food group consumption;
(4) to analyze correlation between characteristics food consumption and flavonoid
and carotenoid intake; (5) to describe food group consumption, flavonoid and
carotenoid intake based on NCDs history of subjects.
This study used secondary data from SKMI 2014 and RISKESDAS 2013.
The study was conducted at May-August 2016. The research design was crosssectional with a total of 86 036 subjects. The inclusion criteria were healthy subject
and aged ≥ 19 years old. The content of flavonoid and carotenoid were obtained
from USDA Database for the Flavonoid Contents of Selected Food Release 3.2 in
2015, USDA Database for the Isoflavones Contents of Selected Food Release 2 in
2008, USDA National Nutrient Database for Standard Reference Release 28 in
2015, TKPI and other scientific journals. Bivariate analysis of this study used
Mann-Whitney and Kruskal-walls test. Multivariate analysis of this study used
logistic regression.
The development of this database contained 857 food items that contain
flavonoid and or carotenoid (71%). The highest mean of flavonoid content was
legumes (45.36 mg/100 g). The highest mean of carotenoid content was come from
vegetables (3 658.34 µg/100 g). The number of subjects were 86036 subjects and
consisted of 53.0% women, 49.2% aged 30-49 years, 55.1% lived in rural area,

69.0% low educated, 62.3% as high economic status, and 23.0% had NCDs history.
Consumption of food groups that most contributed to the intake of flavonoid and
carotenoid are tubers (mean 31.4 g/d), legumes (mean 47.9 g/d), vegetables (mean
71.8 g/d), fruit (mean 36.8 g/d), spices (mean 15.4 g/d) and beverages (mean 16.4
g/d). Consumption of food group sources of flavonoid and carotenoid was higher
in women, 50-64 years old, live in urban area, low education, employee, high
economic status and had had NCDs history. The median of total flavonoid intake
was 25.02 mg/d. Total flavonoid intake was higher in women, aged 50-64 year,
lived in urban area, high education, employee, high economic status, and had NCDs
history. The median intake of total carotenoid was 551.62 µg/d. Total carotenoid
intake was higher in women, aged 30-49 year, lived in urban area, high education,
unemployee, high economic status, and had NCDs history. Age, gender, area
classification, economic status, and all of food group consumption were associated

with total flavonoid intake. All of characteristic of the subjects and food group
consumption were associated with total carotenoid intake.
The results of this study showed the intake of flavonoid and carotenoid in
Indonesia was still low compare with other countries. It could be affected by the
low consumption of food group as sources of flavonoid and carotenoid, especially
vegetables and fruit in Indonesia. Based on these results, this study suggested to

increase efforts to socialize the fruit and vegetable consumption as a source of
flavonoid and carotenoid through the cooperation of stakeholders.
Keywords: carotenoid, flavonoid, NCDs

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ESTIMASI ASUPAN FLAVONOID DAN KAROTENOID
PADA USIA DEWASA DI INDONESIA

LINDA RISKI SEFRINA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Gizi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Prof. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi

Judul
Nama
NIM

: Estimasi Asupan Flavonoid dan Karotenoid pada Usia Dewasa di
Indonesia
: Linda Riski Sefrina

: I151140331
Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN
Ketua

Dr Tiurma Sinaga, MFSA
Anggota

Dr Ir Dewi Permaesih, MKes
Anggota
Diketahui oleh,

Ketua Program Studi
IlIlmu Gizi

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Tanggal Ujian: 31 Januari 2017


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga usulan penelitian yang berjudul “Estimasi
Asupan Flavonoid dan Karotenoid pada Usia Dewasa di Indonesia” sebagai syarat
untuk melakukan penelitian tesis pada Program studi Ilmu Gizi, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dapat terselesaikan dengan baik.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN, Dr
Tiurma Sinaga, MFSA dan Dr Ir Dewi Permaesih, MKes selaku komisi
pembimbing. Usulan penelitian ini dapat disusun dan ditulis dengan baik tidak
terlepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Penulis menyadari dalam
penulisan terdapat beberapa kekeliruan dalam penulisan, oleh sebab itu penulis
berharap dapat menerima kritik dan saran sehingga nantinya dalam pelaksanaan
penelitian dapat menunjukkan hasil yang optimal, sesuai harapan dan dapat berguna

oleh berbagai pihak. Atas perhatian sekalian, penulis mengucapkan terimakasih.
Bogor, Februari 2017

Linda Riski Sefrina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
2
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Tidak Menular dan Stres Oksidatif
Antioksidan
Flavonoid
Karotenoid
Kerangka Pemikiran

3
3
5
6
7
12

3 METODE
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Jumlah dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data

12
12
12
13
14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Database Kandungan Flavonoid dan Karotenoid
Karakteristik Subjek
Konsumsi Kelompok Pangan Sumber Flavonoid dan Karotenoid
Asupan Flavonoid dan Karotenoid
Riwayat PTM

19
19
21
22
25
31

SIMPULAN DAN SARAN

37

DAFTAR PUSTAKA

38

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

99

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Pangan sumber subkelas flavonoid
Penelitian terkait peran flavonoid pada kesehatan
Penelitian terkait peran karotenoid pada kesehatan
Jenis, definisi operasional dan sumber data
Kuartil asupan total flavonoid dan karotenoid
Jumlah bahan pangan yang mengandung flavonoid
dan/atau karotenoid
Sumber data kandungan flavonoid berdasarkan kelompok pangan
Sumber data kandungan karotenoid berdasarkan kelompok pangan
Distribusi subjek berdasarkan karakteristik
Konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid
menurut karakteristik subjek
Asupan flavonoid subjek
Asupan total flavonoid berdasarkan karakteristik subjek
Asupan karotenoid subjek
Asupan subkelas flavonoid, karakteristik subjek dan konsumsi
kelompok pangan menurut kuartil asupan total karotenoid
Hubungan variabel bebas dengan asupan total flavonoid
dan karotenoid
Prevalensi riwayat PTM menurut karakteristik subjek
Konsumsi kelompok pangan berdasarkan riwayat PTM
Asupan total flavonoid dan karotenoid berdasarkan riwayat PTM

7
10
11
14
19
21
22
22
23
26
27
28
31
31
33
35
36
37

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tahapan pembentukan radikal hidroksil dari oksigen
Struktur kimia flavonoid
Struktur kimia subkelas karotenoid
Kerangka pemikiran penelitian asupan flavonoid dan karotenoid
pada usia dewasa di Indonesia
Diagram penentuan kadar flavonoid bahan pangan berdasarkan
database dan jurnal ilmiah
Proses penapisan subjek penelitian
Proses penentuan dan perhitungan retensi akibat pengolahan pangan
Kontribusi kelompok pangan terhadap asupan flavonoid
Kontribusi kelompok pangan terhadap asupan karotenoid
Median asupan total flavonoid (mg/hari) berdasarkan provinsi
Median asupan total karotenoid (µg/hari) berdasarkan provinsi

4
6
8
12
17
18
19
25
25
29
32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah bahan pangan, kandungan flavonoid dan karotenoid
berdasarkan kelompok pangan SKMI 2014
2 Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin, golongan usia dan
klasifikasi daerah
3 Distribusi subjek berdasarkan status pendidikan,status pekerjaan,
status ekonomi dan riwayat PTM
4 Konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid
berdasarkan provinsi di Indonesia
5 Database kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan
Indonesia
6 Output uji regresi logistik asupan flavonoid
7 Output uji regresi logistik asupan karotenoid

52
52
53
54
55
98
98

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) atau Non-communicable Diseases (NCDs)
merupakan penyakit kronis yang berkembang dalam waktu yang lama dan lambat
serta sering muncul pada usia dewasa. Kematian akibat PTM mencapai 38 juta jiwa
setiap tahunnya. Jenis PTM penyebab kematian yang sering terjadi antara lain
Penyakit Jantung Koroner (PJK) (46.4%), kanker (21.7%), hipertensi (12.8%) dan
diabetes (4.0%) (WHO 2014). Menurut RISKESDAS 2013, peningkatan prevalensi
dari tahun 2007 dibandingkan tahun 2013 terdapat pada penyakit Diabetes Melitus
(DM) dari 1.1% menjadi 1.5%, hipertensi dari 7.6% menjadi 9.4%, dan stroke dari
6.0‰ menjadi 7.0‰ (Balitbangkes 2013). Kematian sebelum usia 70 tahun
(premature deaths) pada angka kematian akibat PTM di dunia terjadi sebesar 42%,
30% diantaranya terjadi pada usia 15-59 tahun (WHO 2011; WHO 2014).
Pertambahan usia juga menjadi faktor risiko PTM di Indonesia yang ditunjukkan
dengan peningkatan prevalensi PTM mulai terjadi pada usia 23 tahun dan
prevalensinya terus meningkat sesuai pertambahan usia. Prevalensi tertinggi
menurut usia berdasarkan jenis PTM yaitu kanker pada usia >75 tahun, DM pada
usia 55-64 tahun, hipertensi pada usia >75 tahun, PJK pada usia >65-74 tahun dan
stroke pada usia >75 tahun (Balitbangkes 2013; WHO 2014).
Gaya hidup dan kebiasaan makan yang tidak sehat merupakan faktor risiko
yang dapat diubah untuk pencegahan PTM (WHO/ FAO 2002; WHO 2014).
Perilaku yang dapat menurunkan risiko PTM salah satunya adalah peningkatan
konsumsi sayur dan buah (Boeing et al. 2012). Peningkatan 1 porsi konsumsi sayur
dan buah per hari menurunkan risiko PJK sebesar 4% (Joshipura et al. 2001).
Laporan Studi Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014 menunjukkan konsumsi
sayur dan buah masyarakat Indonesia masih rendah (Balitbangkes 2014). Sayur dan
buah mengandung vitamin, mineral, serat dan phytonutrient.
Flavonoid dan karotenoid adalah subkelas phytonutrient yang terbanyak
dikonsumsi manusia dan berfungsi sebagai antioksidan dengan sifat melawan
radikal bebas. Kedua antioksidan ini terbukti mampu menurunkan risiko PTM.
Penelitian pada subjek berusia ≥ 19 tahun menunjukkan asupan flavonoid mampu
menurunkan risiko kanker 41%, PJK 18%, hipertensi 9%, DM 8%, gagal jantung
19%, dan stroke 10% (Zamora-Ros et al. 2013; Mc Collough et al. 2012; Lajous et
al. 2016; Wedick et al. 2012; Mursu et al. 2008; Cassidy et al. 2012). Asupan
karotenoid mampu menurunkan risiko kanker 32%, PJK 39%, DM tipe 2 16%, dan
stroke 32% (Michaud et al. 2000; Liu et al. 2001; Sluijs et al. 2015; Holick et al.
2012). Pencegahan PTM membutuhkan minimal asupan total flavonoid sebesar
199.6 mg/hari dan asupan total karotenoid sebesar 6 792 µg/hari. Asupan minimal
tersebut dapat tercukupi dengan konsumsi sayur ≥217 g/hari dan buah ≥281.7 g/hari
(Holick et al. 2002; Zamora-Ros et al. 2013).
Estimasi asupan flavonoid dan karotenoid pada penelitian sebelumnya
berbeda antar negara. Rata-rata asupan total flavonoid di Jepang 16.7±9.2 mg/hari,
di Australia 454 mg/hari, di USA 268 mg/hari, dan di Eropa 428±49 mg/hari (Arai
et al. 2000; Johannot dan Somerset 2006; Mc Collough et al. 2012; Vogiatzoglou
et al. 2015). Asupan total karotenoid yang dinilai menggunakan food recall 24hours pada 1013 wanita di USA adalah 20 210 µg/ hari (Natarajan et al. 2006).

2

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan sosiodemografi. Penelitian Chun et
al (2007) menunjukkan bahwa konsumsi pangan, jenis kelamin dan etnik
meripakan prediktor kuat terhadap asupan flavonoid subjek dewasa di USA.
Penelitian sebelumnya di Indonesia hanya menilai asupan pada tingkat kota
dan suku. Pada responden berusia 30-65 tahun di suku Minangkabau memiliki ratarata asupan flavonoid 105.0 ± 48.1 mg/hari dan β-karoten sebesar 15 000 ± 6 700
µg /hari (Helmizar et al. 2010). Penelitian Puspita (2016) dengan responden
masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor menunjukkan estimasi rata-rata asupan
flavonoid sebesar 149.52 mg/ hari (49.41% isoflavon, 24.01% flavonol, 9.43%
flavanon, 7.02% flavan-3-ol, 5.98% flavon dan 4.16% antosianidin) dan karotenoid
sebanyak 7 600 µg/hari (49.85% β-karoten, 19.92% likopen, 13.50% lutein dan
zeaxantin, 6.90% α-karoten, 2.57% β-kriptoxantin). Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa semua kelompok pangan berkontribusi terhadap asupan
flavonoid dan karotenoid. Pada asupan flavonoid, kontribusi terbesar dari kacangkacangan dan olahannya (70.74%) sedangkan terkecil dari telur dan hasil
olahannyanya (0.02%). Pada asupan karotenoid, kontribusi terbesar dari sayuran
dan olahannya (53.92%) (Puspita 2016). Perbedaan nilai asupan flavonoid dan
karotenoid dapat dipengaruhi proses pengolahan, lokasi demografi, waktu
pengambilan data. Oleh karena itu perlu dilakukan estimasi asupan flavonoid dan
karotenoid di Indonesia dengan cakupan data yang lebih besar.

Perumusan Masalah
RISKESDAS 2013 menunjukkan peningkatan penyakit tidak menular (PTM)
dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat berkaitan dengan perubahan pola
konsumsi pangan di masyarakat. Berdasarkan hasil analisis SKMI 2014
menunjukkan konsumsi kelompok sayuran dan hasil olahannya serta buah-buahan
dan olahan masyarakat Indonesia masih rendah. Flavonoid dan karotenoid dalam
sayur dan buah berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah PTM. Penelitian
yang berkaitan dengan asupan flavonoid dan karotenoid masih terbatas di Indonesia
dan belum pernah dilakukan dengan data nasional. Estimasi asupan flavonoid dan
karotenoid masyarakat dapat digunakan sebagai dasar untuk studi lanjutan dan
program pencegahan PTM. Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Berapa kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan di Indonesia?
2. Apakah terdapat perbedaan konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan
karotenoid berdasarkan karakteristik subjek pada usia dewasa di Indonesia?
3. Apakah terdapat perbedaan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan
karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan pada usia dewasa di
Indonesia?
4. Apakah terdapat hubungan karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan
dengan asupan flavonoid dan karotenoid?
5. Bagaimana konsumsi kelompok pangan dan asupan flavonoid dan karotenoid
berdasarkan riwayat PTM pada usia dewasa di Indonesia?

3

Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi asupan
flavonoid dan karotenoid pada usia dewasa di setiap provinsi dan di Indonesia.
Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan di Indonesia
2. Menganalisis perbedaan konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan
karotenoid berdasarkan karakteristik subjek pada usia dewasa
3. Menganalisis perbedaan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan
karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan pada usia dewasa
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik subjek dan konsumsi kelompok
pangan dengan asupan flavonoid dan karotenoid
5. Mengetahui gambaran konsumsi kelompok pangan dan asupan flavonoid dan
karotenoid berdasarkan riwayat PTM pada usia dewasa
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran dan informasi
kepada masyarakat tentang pangan sumber flavonoid dan karotenoid. Informasi
yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya sosialisasi
dan promosi untuk meningkatkan konsumsi bahan pangan sumber antioksidan,
mengubah perilaku gizi dengan mengatur pola konsumsi mencegah Penyakit Tidak
Menular (PTM). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi
instansi terkait dalam menyusun program dalam bidang gizi yang berkaitan dalam
upaya sosialisasi dan penerapan Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Hipotesis
1.
2.
3.

Terdapat perbedaan konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan
karotenoid berdasarkan karakteristik subjek
Terdapat perbedaan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan karakteristik
subjek dan konsumsi kelompok pangan
Terdapat hubungan antara karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan
dengan asupan flavonoid dan karotenoid

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Tidak Menular dan Stres Oksidatif
Menurut WHO (2014), Penyakit Tidak Menular (PTM) atau
Noncommunicable Diseases (NCDs) merupakan penyakit kronis yang berkembang
dalam waktu yang lama dan lambat. Faktor risiko perilaku yang dapat
mengembangkan PTM yaitu pola makan tidak sehat dan aktifitas fisik yang kurang
(Dans et al. 2011). Kelebihan asupan energi dan lemak akan mengkibatkan berat
badan melebihi batas normal sebaliknya keseimbangan asupan zat gizi berperan

4

dalam mempertahankan berat badan dan tekanan darah dan lipid plasma (Kant et
al. 2004).
Penelitian klinis maupun epidemiologi telah menunjukkan bahwa radikal
bebas dan oksidan berperan dalam PTM. Radikal bebas secara normal diproduksi
oleh tubuh dengan melibatkan komponen reaktif dalam tubuh manusia seperti
oksigen dan nitrogen. Saat sel menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi
(adenosine triphospate atau ATP), terdapat hasil lain yaitu radikal bebas (Sies 2015).
Proses ini merupakan pembentukan radikal bebas endogen. Radikal bebas selain
endogen (iskemia, metabolisme seluler, rangkaian transport elektron, respon
inflamasi) juga dapat berasal dari lingkungan yaitu berupa asap rokok, polusi udara,
karsinogenik dan radiasi (Willcox et al. 2004).

eO2

e- 2H+
O2-*

e-H+

e-H+
H2O2

OH*+H2O

2 H2O

Gambar 1 Tahapan pembentukan radikal hidroksil dari oksigen

Molekul normal memiliki 2 elektron berpasangan pada orbitnya. Radikal
bebas merupakan molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan pada
orbit luarnya sehingga bersifat tidak stabil dan reaktif sehingga radikal bebas mudah
bereaksi dengan molekul lain untuk mencapai stabil. Jenis-jenis radikal bebas yang
dihasilkan oleh tubuh dan radikal bebas dari lingkungan berupa: (1) Reactive
Oxygen Spesies (ROS) terdiri dari radikal bebas superoksida (O2), hidroksil (OH),
alkoksil (RO), peroksil (RO2), lipid peroksil (LOO), dan senyawa bukan radikal
bebas tetapi mudah mengalami perubahan menjadi radikal bebas (oksidan) seperti
hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen (1O2), ozon (O3), lipid peroksida
(LOOH) dan asam hipoklorus (HOCl); (2) Reactive Nitrogen Spesies (RNS) terdiri
dari radikal bebas nitrit oksida (NO), nitrodioksida (NO2), dan senyawa bukan
radikal seperti peroksinitrit (ONOO-), asam nitrit (HNO2) dan dinitrit trioksida
(N2O3). ROS dan RNS pada tingkat rendah dan sedang bermanfaat dalam proses
signal sel, fungsi imun, dan mekanisme pertahanan. Radikal bebas dan oksidan
pada tingkat tinggi mengeneralisasi stres oksidatif, sebuah proses yang merusak
membaran sel dan struktur lain seperti lipid, protein, lipoprotein, dan DNA
(Deoxyribonucleic Acid). Proses ini dapat meningkat ketika sel tidak mampu
menghancurkan kelebihan radikal bebas yang terbentuk. Stres oksidatif
mencerminkan ketidakseimbangan antara pembentukan dan netralisasi ROS dan
RNS (Pham-Huy et al. 2008). Dampak stres oksidatif dalam jangka panjang ialah
kerusakan DNA. Kerusakan sel karena radikal bebas muncul menjadi kontributor
utama penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker, kardiovaskuler, katarak,
penurunan sistem kekebalan tubuh dan disfungsi otak (Sies 2015).
Kanker
Kanker atau karsinoma merupakan suatu pertumbuhan sel-sel baru abnormal
melampaui batas normal, kemudian dapat menyerang dan menyebar ke organ lain.
Gejala yang dialami penderita berbeda-beda menurut stadium dan letak kanker.

5

Gejala umum yang sering muncul adalah nyeri, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan. Faktor risiko penyakit kanker antara lain yaitu faktor
genetik, karsinogenik (zat kimia, radiasi, virus, hormon, dsb), dan gaya hidup
(merokok, pola makan tidak sehat, konsumsi alkohol dan kurang aktifitas fisik)
(Bode et al. 2009).
Penyakit kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit multifaktor atau faktor risiko
yang bervariasi. Faktor risiko yang sering terjadi yaitu hiperkolesterolemia,
hipertensi, merokok, diabetes, diet kualitas rendah, stres, physical inactivity, dan
lain sebagainya (Bahorun et al. 2006). Pada penyakit kardiovaskular, oksidasi LDL
(Low Density Lipoprotein) terjadi di dinding pembuluh darah. Peroksidasi lipid
memiliki peran yang sangat penting pada atherogenesis. Atherogenesis terjadi pada
bagian dengan kerusakan endotelial lokasi plak terbentuk dengan penangkapan
monocyte aktif dan T-limfosit ke lapisan sel endotelial pada bagian yang rusak.
Transformasi monocyte ini menjadi makrofag aktif yang memproduksi ROS,
mengawali oksidasi LDL dan stimulasi produksi foam cell (Rimm dan Stampfer
2000).
Antioksidan
Pembentukan radikal bebas dapat dikendalikan secara alami oleh senyawa
antioksidan. Antioksidan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu dari dalam tubuh
(endogenous antioxidants) dan dari luar tubuh (exogenous antioxidants).
Antioksidan endogen adalah beberapa enzim antioksidan dalam beberapa bentuk,
seperti membran, sistosolic dan bentuk plasma dari glutation peroksidase yang
diisolasi dan SOD (Superoxide Dismutase). Tingkat dan lokasi antioksidan sesuai
dengan pertahanan sel. Enzim antioksidan, SOD, GPX (Glutathione Peroxidase)
dan catalase (CAT) bekerja dalam sel untuk melepaskan superoksida dan peroksida
sebelum mereka bereaksi dengan logam ion untuk membentuk lebih banyak radikal
bebas reaktif. Reaksi rangkaian peroksidatif dimulai oleh radikal bebas yang lepas
lolos dari pertahanan antioksidan yang diakhiri dengan rantai pemecahan air atau
antioksidan larut lemak (Hutcheson dan Rocic 2012).
Perlindungan sel dan sistem organ tubuh melawan ROS melibatkan sistem
perlindungan antioksidan kompleks. Ketika radikal bebas dihasilkan, terdapat 3
pertahanan antioksidan dalam mempertahankan organisme dari kerusakan oksidatif.
Garis pertahanan pertama, antioksidan pencegah seperti peroksidase dan metal
chelating protein menekan pembentukan radikal bebas. SOD mengkatalisis
dismutasi dari superoksida ke H2O2 kemudian mengkatalisisnya lagi menjadi air
(Devasagayam et al. 2004). Garis pertahanan kedua adalah pemotongan radikal
bebas dilakukan dengan pencarian radikal bebas oleh radical scavenger seperti
vitamin C, E, glutation, karotenoid, flavonoid, dll. Pertahanan kedua ini
menghambat inisiasi rangkaian oksidasi dan mencegah perambatan rangkaian
oksidasi. Garis pertahanan yang ketiga yaitu perbaikan enzim de novo yaitu
perbaikan kerusakan dan membangun kembali membran, seperti lipase, protease,
enzim perbaikan DNA, dan transferase. Contoh exogenous antioxidants adalah
karotenoid dan fenol dari tanaman termasuk flavonoid (Willcox et al. 2004).

6

Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol yang dibentuk
dalam tanaman dari asam amino aromatik fenilalanin, tyrosin dan malonat.
Antioksidan ini merupakan secondary plant products yang dikonsumsi manusia.
Struktur dasar flavonoid adalah inti flavan yang mengandung 15 atom karbon dalam
tiga cincin (C6-C3-C6) (Gambar 2). Kelas flavonoid berbeda menurut tingkat
oksidasi dan pola subtitusi cincin karbonnya. Flavonoid terdapat dalam sayursayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, rempah-rempah, tanaman obat
dan wine atau beer (Tabel 1).

Gambar 2 Struktur Kimia Flavonoid
Flavonoid merupakan antioksidan yang kuat dan “pemakan” radikal bebas.
Dua mekanisme flavonoid sebagai antioksidan yaitu: (1) Flavonoid menghambat
enzim yang bekerja memproduksi anion superoksida (xantin oxidase dan protein
kinase C), enzim pembentukan ROS (cyclooxygenase, lipoxygenase, microsomal
monooxygenase, glutathione S-transferase, mitochondrial succinoxidase, dan
NADH oxidase), dan berperan dalam metabolisme oksigen; (2) karena kemampuan
memperkecil redoks (0.23< E7 55 tahun; 30-49 tahun;
tahun)
50-64 tahun; 65-80
tahun; > 80 tahun
(AKG 2013)
Kuesioner SKMI 2014 RT
BIV K43 (Laki-laki dan
Perempuan)
Kuesioner SKMI 2014 RT
BI baris 5 (perkotaan dan
perdesaan)
Kuesioner SKMI 2014 RT - Rendah:
tidak/
BIV K11 (tidak/ belum
belum
pernah
pernah sekolah, tidak tamat
sekolah,
tidak
SD, tamat SD, tamat SMP,
tamat SD, tamat
tamat SMA, tamat PT dan
SD, dan tamat SMP
tamat D1/D2/D3)
- Tinggi:
tamat
SMA, tamat PT dan
tamat D1/D2/D3.
(Pradono 2009)
Kuesioner SKMI 2014 RT
BIV K12 dan K13 (bekerja
dan tidak bekerja)
Kuesioner SKMI 2014 - Rendah: kuintil
IND4 kolom Pengenalan terbawah, menengah
Tempat yang disesuaikan bawah
dengan Kuesioner SKMI - Tinggi: menengah,
2014 RT BI baris 6,7,9, menengah atas,
database
RISKESDAS teratas
2013 (kuintil: terbawah;
menengah
bawah;
menengah; menengah atas;
teratas)

15

Tabel 4 Jenis, definisi operasional dan sumber data (lanjutan)
Sumber data
Perubahan kategori5
(kategori SKMI)
(Referensi)
Kondisi
Kondisi subjek yang Kuesioner SKMI 2014 IND Sehat
Biologis
berkaitan dengan kondisi BVIII baris 5 (sehat, sakit,
kesehatan.
hamil,
menyusui
dan
lainnya)
Konsumsi Pangan
Jenis
Bahan pangan yang Kuesioner SKMI 2014
Bahan
mengandung flavonoid Individu BX K11, 12,13.
Pangan
dan/atau
karotenoid, Pedoman Kode Bahan
merupakan komposisi Pangan
SKMI2014;
hidangan/
makanan/ Database Flavonoid dan
minuman
yang Karotenoid sesuai Bahan
dikonsumsi
subjek Pangan SKMI 2014
dalam sehari
Jumlah
Jumlah konsumsi setiap Kuesioner SKMI 2014 IND - Bobot matang
konsumsi
bahan pangan (gram) BX
K14,
15,16,17; - Bobot mentah
bahan
terpilih yang dikonsumsi Pedoman Konversi berat
pangan
dalam sehari
matang-mentah,
Berat
Dapat Dimakan (BDD)
Kelompok Kelompok pangan sesuai Pedoman Kode Bahan
Pangan
pengkategorian SKMI Pangan
SKMI
2014
2014
(Serealia
dan
hasil
olahannya; umbi dan hasil
olahannya;
kacangkacangan, biji; sayuran dan
hasil olahannya; buah dan
hasil
olahannya;
ikan,
hewan laut dan hasil
olahannya; telur dan hasil
olahannya; susu dan hasil