B-01. Buku Bunga Rampai.pdf

BUNGA RAMPAI
ABSTRAK PENELITIAN BAMBU
MAHASISWA S1 DAN S2 PROF. MORISCO
Disusun oleh:
I GL Bagus Eratodi
Santo Ajie Dhewanto
Nor Intang S.H.

Copyright @ 2012 pada Penyusun
Editor
: Todi
Setting
: Intang
Desain Cover : Ajie

Penerbit
Jurusan Teknik Sipil & Lingkungan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jl Grafika No.2 Kompleks Teknik UGM
Email: inggar_irawati@yahoo.com
Tlp (0274) 545675, Fax (0274) 545676


ISBN: 978-602-95687-5-2
Pernyataan dan pendapat yang diungkapkan dalam abstrak ini adalah dari
penulis sendiri. Hanya koreksi kecil teks yang dilakukan oleh penyusun
dan penerbit. Penyusun dan penerbit tidak bertanggung jawab atas
pelanggaran hak cipta yang terdapat dalam abstrak pada buku ini.

KATA PENGANTAR
Bambu telah sejak lama dikenal sebagai bahan multi-fungsi, yang
salah satunya sebagai bahan bangunan. Pemrosesan bambu sebagai
bahan bangunan juga telah dipahami oleh masyarakat pengguna
bambu secara tradisional, terutama pemilihan jenis bambu, masa
penebangan bambu, proses pengawetan bambu, proses pengeringan
dan rekayasa bambu sebagai bahan bangunan unggulan.
Prof. Ir. Morisco Ph.D. dikenal sebagai bapak Bambu Indonesia,
beliau telah memberikan karya-karya terbaik untuk kemajuan bambu
dalam bidang konstruksi di Indonesia. Untuk mengenang jasa beliau
dan dalam upaya misi mempopulerkan perkembangan perbambuan
maka disusunlah Buku Kumpulan (Bunga Rampai) Abstrak
Penelitian Bambu dari mahasiswa S1 dan S2 Jurusan Teknik Sipil

dan Lingkunan (JTSL) UGM bimbingan beliau.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
Buku Bunga Rampai Abstrak Penelitian Bambu ini dapat terwujud.
Bunga rampai ini memuat intisari penelitian yang merupakan hasil
karya sinergi antara almarhum dengan mahasiswa S1 dan S2
bimbingannya. Harapannya melalui buku ini, seluruh karya-karya
penelitian bambu dan bambu laminasi diketahui masyarakat umum
dan sebagai daya dorong masyarakat terutama peneliti untuk
menindaklanjuti dan mengembangkan penelitian yang sudah
dilaksanakan.
Akhirnya, ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
penyusunan buku ini sehingga dapat bermanfaat bagi umat manusia,
terutama menggugah para ilmuwan untuk menjadikan bambu bagian
integral dari gerakan untuk maju bersama bambu dan selaras dengan
semangat pelestarian hutan.

Yogyakarta, 30 Januari 2012
Penyusun,
ii


KATA SAMBUTAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di daerah tropis
memiliki varietas hayati yang beraneka macam, salah satunya adalah
bambu. Bambu sebagai salah satu tumbuhan yang semenjak dulu
memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan
pada khususnya, kini semakin banyak diminati dan dihargai
keberadaanya. Pengolahan dan penggunaan bambu kini kian banyak
diupayakan pengembangannya melalui berbagai rekayasa bambu.
Alm. Prof. Ir. Morisco PhD. dikenal sebagai Bapak Bambu
Indonesia, beliau merupakan salah satu anak bangsa yang banyak
memiliki ide cemerlang terutama terkait dengan penelitian bambu.
Bersama mahasiswa S1, S2, dan S3, Jurusan Teknik Sipil &
Lingkugan, FT-UGM, beliau melakukan banyak penelitian yang
sungguh mengagumkan. Sebanyak 5 paten telah dihasilkan dari
penelitian beiau, meliputi: (a) Nosel Untuk Pengawetan Bambu
Dengan Tekanan; (b) Struktur Bambu Dengan Papan Dan Perekat;
(c) Pelat Dinding Beton Pracetak Dengan Tulangan Bambu; (d)
Balok Bambu Laminasi Berpenampang I, dan (e) Produk Bambu
Artistik Berbentuk Lingkaran yang Dibubut dan Dilaminasi.
Untuk mengenang jasa beliau yang telah memberikan karya-karya

terbaik untuk kemajuan bambu dalam bidang kontruksi di Indonesia
maka diterbitkan Buku Bunga Rampai Abstrak Penelitian Bambu
dari mahasiswa S1 dan S2 bimingan Prof. Morisco ini.
Tidak lupa sebagai penutup saya haturkan selamat atas penerbitan
buku Bunga Rampai Abstrak Penelitian Bambu Mahasiswa S1 Dan
S2 Prof. Morisco ini, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat, terutama peneliti-peneliti hasil hutan dan bambu.
Yogyakarta, Januari 2012
Prof. Ir.Bambang Suhendro, M.Sc., Ph.D.
Ketua Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul

i


Kata Pengantar

ii

Kata Sambutan

iii

Daftar Isi

iv

A. Tugas Akhir
1.

Perilaku mekanik bahan komposit serat bambu
resin (1993) .................................................................................
2. Kekuatan sambungan bambu dengan baut dan
beton pengisi (1994) ....................................................................
3. Penggunaan bambu petung sebagai tulangan

kolom beton (1999) .....................................................................
4. Penggunaan bambu petung pilinan sebagai
tulangan pada balok beton bertulang (1999) ...............................
5. Aplikasi bambu petung bentuk bilah pada struktur
rangka kuda-kuda (2001) ............................................................
6. Pemanfaatan bambu untuk struktur bambu
sederhana secara knocked down (2001) .......................................
7. Kekuatan sambungan bambu menggunakan baut
dengan bahan pengisi mortar terhadap gaya tekan
(2002) ..........................................................................................
8. Kekuatan tarik sambungan bambu menggunakan
baut dengan pengisi kayu kamper (2002) ....................................
9. Kekuatan tarik sambungan bilah bambu dengan
papan kayu memakai perekat epoksi (2002) ...............................
10. Kekuatan tarik sambungan bambu dengan papan
kayu dan pengisi kayu memakai perekat epoksi
(2002) ..........................................................................................

iv


A-1
A-1
A-1
A-2
A-2
A-2

A-4
A-5
A-6

A-7

11. Perilaku mekanik bambu wulung dengan
kandungan amonium sulfat akibat pengaruh
temperatur (2002) ........................................................................... A-8
12. Pengaruh panas terhadap kuat lentur plat beton
dengan tulangan bambu (2002) ................................................... A-9
13. Perancangan struktur jembatan rangka bambu
sebagai prasarana penunjang pengembangan

daerah terpencil (2003)................................................................ A-11
14. Kebutuhan boraks untuk pengawetan bambu
dengan metode Boucherie-Morisco pada bambu
jenis wulung, legi dan ampel (2003) ........................................... A-12
15. Struktur kuda-kuda bambu dengan perekat epoksi
(2003) .......................................................................................... A-13
16. Perilaku fisika dan mekanika lantai laminasi
bambu peting dan bambu petung dengan variasi
susunan bilah dan jenis perekat untuk peningkatan
nilai komersial bambu (2006)...................................................... A-14
17. Perilaku fisika dan mekanika papan laminasi
bambu petung dengan variasi susunan bilah jenis
perekat dan tekanan kempa untuk meningkatkan
nilai komersial bambu (2006)...................................................... A-15
18. Perilaku fisika dan mekanika papan laminasi
bambu peting dengan variasi susunan bilah jenis
perekat dan tekanan kempa untuk peningkatan
nilai komersial bambu (2006)...................................................... A-16
19. Perilaku mekanika dan fisika papan laminasi
bambu petung dengan pengisi partikel petung

berdasar perbedaan berat jenis dan variasi berat
lem (2006) ................................................................................... A-17
20. Perilaku mekanika dan fisika papan laminasi
bambu wulung dengan pengisi partikel peting
berdasar perbedaan berat jenis dan variasi jumlah
lem (2006) ................................................................................... A-19
21. Perilaku mekanik beton ringan dengan komposisi
berat 1 semen : 0,5 - 1,5 serutan bambu : 6 pasir
(2007) .......................................................................................... A-20
22. Perilaku mekanik beton ringan dengan komposisi
berat 1 semen : 0,5 - 1,5 serutan bambu : 2 pasir
(2007) .......................................................................................... A-20

v

23. Perilaku mekanik beton ringan dengan komposisi
berat komposisi berat 1 semen : 0,5 - 1,5 serutan
bambu : 4 pasir (2007) ................................................................
24. Perilaku mekanik beton ringan dari campuran
serutan bambu dengan perbandingan berat 1

semen: 0 pasir: 0,5 – 1,5 serutan bambu (2007) ..........................
25. Pemanfaatan limbah gergajian bambu Untuk
dinding beton ringan pracetak Dengan campuran
35% serbuk bambu, 65% pasir dan variasi semen
200 kg/m3, 250 kg/m3, 300 kg/m3 (2007) ....................................
26. Pemanfaatan limbah gergajian bambu untuk
dinding beton ringan pracetak dengan campuran
25% serbuk bambu, 75% pasir dan variasi semen
200 kg/m3, 250 kg/m3, 300 kg/m3 (2007) ...................................
27. Pemanfaatan limbah gergajian bambu untuk
dinding beton ringan pracetak dengan campuran
30% serbuk bambu, 70% pasir dan variasi semen
200kg/m3, 250kg/m3, 300kg/m3 (2007) .......................................
28. Pemanfaatan limbah gergajian bambu untuk
dinding beton ringan pracetak dengan campuran
40% serbuk bambu, 60% pasir dan variasi semen
200 kg/m3, 250 kg/m3, 300 kg/m3 (2007) ....................................
29. Pemanfaatan limbah gergajian bambu untuk
dinding beton ringan pracetak dengan campuran
20% serbuk bambu, 80% pasir dan variasi semen

200 kg/m3, 250 kg/m3, 300 kg/m3 (2007) ....................................
30. Perilaku mekanik beton ringan dengan komposisi
berat 1 semen : 0,9 kapur : 0,5-1,25 serutan bambu
: 4,5 pasir (2007) .........................................................................
31. Perilaku mekanik beton ringan dengan komposisi
berat 1 semen : 0,7 kapur : 0,5-1,25 serutan bambu
: 4 pasir (2007) ............................................................................
32. Perilaku mekanik beton ringan dengan komposisi
berat 1 semen : 0,6 kapur : 0,5-1,25 serutan
bambu : 3,75 pasir (2007) ..........................................................
33. Perilaku mekanik beton ringan dengan komposit
berat 1 semen : 0,5-1,25 serutan bambu : 3,5 pasir
(2007) ..........................................................................................
34. Pengaruh pemberian filler mortar semen terhadap
kapasitas lentur balok bambu tersusun (tiga

vi

A-20

A-21

A-21

A-22

A-23

A-24

A-25

A-26

A-27

A-29

A-30

35.

36.

37.

38.

39.
40.
41.
42.

43.
44.
45.
46.

47.
48.

batang) dengan penghubung baut dipasang tegak
lurus (2007) .................................................................................
Pengaruh pemberian filler mortar semen terhadap
kapasitas lentur balok bambu tersusun (tiga
batang) dengan penghubung baut dipasang
menyudut (60 derajat) (2007) ......................................................
Pengaruh pemberian filler mortar semen terhadap
kapasitas lentur balok bambu tersusun (dua
batang) dengan penghubung baut dipasang tegak
lurus (2007) .................................................................................
Pengaruh pemberian filler mortar semen terhadap
kapasitas lentur balok bambu tersusun (dua
batang) dengan penghubung baut dipasang
menyudut 60 derajat (2007) ........................................................
Perilaku mekanik beton ringan dengan komposisi
berat (1 semen: 0.8 kapur: 0,5-1,25 serutan
bambu: 4,25 pasir) (2008) ...........................................................
Perencanaan struktur bangunan bambu dengan
luas bangunan 26 x 60 meter (2008) ...........................................
Analisis struktur bangunan bambu tahan gempa
serta pelaksanaannya (2008) .......................................................
Perencanaan struktur bangunan bambu dengan
luas bangunan 26 x 60 meter (2008) ...........................................
Perancangan struktur kuda-kuda rangka batang
(truss) bentang 22 meter menggunakan bambu
petung (2008) ..............................................................................
Perancangan workshop dengan konstruksi bambu
(2008) ..........................................................................................
Perencanaan struktur truss bambu untuk gudang
(2008) ..........................................................................................
Pasak bambu sebagai alternatif alat sambung
struktural kayu (2009) .................................................................
Karakteristik sifat fisika dan mekanika bambu
petung pada bambu muda, dewasa dan tua : studi
kasus bagian pangkal (2009) .......................................................
Pasak bambu berbaji sebagai alternatif alat
sambung struktural kayu (2009) ..................................................
Analisis kekuatan sambungan bambu
menggunakan pasak bambu cendani dengan
pengisi mortar (2010) ..................................................................

vii

A-31

A-32

A-33

A-34

A-35
A-35
A-36
A-37

A-38
A-39
A-40
A-41

A-42
A-43

A-44

B. Tesis
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.
9.

10.
11.
12.
13.

14.

15.
16.
17.

Perilaku mekanika batang struktur komposit
lamina bambu dan phenolformaldehyda (1995) ..........................
Sifat mekanik beton dengan fiber bambu (1995) ........................
Aplikasi bambu pada struktur gable frame (1998) ......................
Pemanfaatan komposit bambu-beton untuk lantai
gedung (2001) .............................................................................
Perilaku mekanika struktur portal bambu untuk
rumah susun sederhana (2001) ....................................................
Pengaruh tekanan dan waktu tunggu terhadap sifat
fisika, mekanika dan distribusi bahan pengawet
pada bambu ampel kuning (bambusa vulgaris
schrad) (2002) .............................................................................
Kekuatan sambungan struktur rangka bambu
menggunakan pengisi kayu vinisium yang dibubut
(2003) ..........................................................................................
Perilaku mekanik joint interior atas pada struktur
portal bambu (2003) ....................................................................
Perilaku mekanika balok laminasi kayu kruing
bambu petung terhadap pemebebanan lentur
(2003) ..........................................................................................
Pengaruh lamina bambu terhadap kuat lentur
balok laminasi keruing – sengon (2003) .....................................
Pengaruh lama waktu tunggu pada pengawetan
bambu dengan cara tekanan (2003) .............................................
Hubungan berat jenis dengan perilaku mekanika
bambu (2003) ..............................................................................
Pengaruh perendaman panas dalam larutan boraks
5% dan variasi pola sambungan terhadap perilaku
lentur balok galar bambu wulung (2003) ....................................
Pengaruh gaya pengempaan terhadap keruntuhan
geser balok laminasi horisontal bambu petung
(2004) ..........................................................................................
Pengaruh posisi sambungan terhadap keruntuhan
lentur balok bambu laminasi horizontal (2004)...........................
Pengaruh posisi sambungan terhadap kapasitas
geser balok bambu laminasi horisontal (2004) ............................
Pengaruh susunan lamina bambu terhadap kuat
geser balok laminasi galar bambu petung (2004) ........................

viii

B-1
B-2
B-3
B-4
B-5

B-6

B-7
B-8

B-9
B-10
B-10
B-11

B-12

B-13
B-14
B-14
B-16

18. Pengaruh susunan lamina kayu keruing dan galar
bambu petung terhadap kuat lentur balok laminasi
(2004) ..........................................................................................
19. Pengaruh gaya pengempaan terhadap kuat lentur
balok laminasi vertikal bambu petung (2004) .............................
20. Perilaku balok lengkung laminasi galar bambu
petung sudut 35o, 40o, dan 45o dengan tegangan
tarik bambu lapis luar (2004) ......................................................
21. Perilaku balok lengkung laminasi bambu sudut
20o,25o, dan 30o dengan tegangan tarik bambu
lapis luar (2004) ..........................................................................
22. Pengaruh kerapatan partikel terhadap kuat lentur
balok komposit kayu keruing dengan partikel
bambu (2005) ..............................................................................
23. Pengaruh jenis sambungan balok laminasi galar
bambu wulung terhadap keruntuhan geser (2005) ......................
24. Pengaruh jenis sambungan balok laminasi galar
bambu petung terhadap keruntuhan geser (2005)........................
25. Pengaruh jenis sambungan balok laminasi galar
bambu wulung terhadap keruntuhan lentur (2005)......................
26. Pengaruh jenis sambungan balok laminasi galar
dan bilah bambu petung terhadap keruntuhan
geser (2005).................................................................................
27. Pengaruh jenis sambungan terhadap keruntuhan
geser balok laminasi bambu apus (2005) ....................................
28. Pengaruh jenis sambungan terhadap keruntuhan
geser balok laminasi vertikal bilah bambu petung
(2005) ..........................................................................................
29. Perilaku mekanika papan laminasi bambu petung
terhadap beban lateral (2005) ......................................................
30. Pengaruh variasi dimensi bilah bambu, jenis
perekat dan tekanan kempa terhadap keruntuhan
lentur balok laminasi bambu petung (2006) ................................
31. Sistem perencanaan struktur bangunan bambu
(2006) ..........................................................................................
32. Pengaruh dimensi bilah, jenis perekat dan tekanan
kempa terhadap keruntuhan lentur balok laminasi
bambu peting (2006) ...................................................................
33. Kepastian geser retrofitting balok laminasi bambu
petung tampang I (2007) .............................................................

ix

B-17
B-19

B-20

B-21

B-22
B-23
B-24
B-25

B-26
B-27

B-28
B-29

B-30
B-31

B-32
B-33

34. Kapasitas geser balok laminasi galar bambu
petung profil I (2007) ..................................................................
35. Kapasitas geser balok laminasi vertikal bambu
petung bilah profil I (2007) .........................................................
36. Perilaku mekanika balok bambu susun dengan
mengisi mortar (2007) .................................................................
37. Kuat tekan bambu laminasi dan aplikasinya
sebagai kolom ukir pada rumah tradisional bali
(bale daje/bandung) (2007) .........................................................
38. Pengaruh pengawetan terhadap kekuatan dan
keawetan produk laminasi bambu (2008)....................................
39. Pengaruh ekstrak tembakau terhadap sifat dan
perilaku mekanik laminasi bambu petung (2008) .......................
40. Perilaku mekanika balok bambu tersusun isian
mortar dengan penghubung geser baut (2008) ............................
41. Perilaku mekanika sambungan balok kolom
dengan beban siklik akibat gempa pada struktur
rumah knock down bambu laminasi (2008) ................................
42. Perilaku mekanika papan laminasi bambu
bilah/galar terhadap keruntuhan lentur dan geser
(2008) ..........................................................................................
43. Perilaku mekanika sambungan bambu
menggunakan isian mortar terhadap gaya tarik
(2008) ..........................................................................................
44. Tegangan kritis batang bambu petung laminasi
bentuk profil siku tunggal dan ganda (2008) ...............................
45. Perilaku mekanika papan laminasi bambu petung
dari kab. Ngada prop. NTT terhadap beban lateral
dengan variasi susunan bilah (2008) ...........................................
46. Pengaruh khitosan sebagai bahan pengawet pada
bilah dan laminasi bambu ampel (2009) .....................................
47. Sifat pengawet air laut pada bambu ampel
menggunakan Metode Boucherie – Morisco
(2009) ..........................................................................................
48. Perilaku keruntuhan balok laminasi horizontal
bambu ampel (2009) ...................................................................
49. Pengaruh perekat labur dan kulit luar bambu pada
kuat geser balok bambu laminasi (2009) .....................................
50. Tinjauan analitis dan eksperimental square truss
bambu dengan beban statik terpusat (2010) ................................

x

B-34
B-35
B-36

B-37
B-38
B-39
B-40

B-41

B-42

B-43
B-44

B-45
B-46

B-47
B-49
B-50
B-51

51. Perilaku joint kerangka struktur bambu petung
(2010) ..........................................................................................
52. Kekakuan lentur balok bambu petung
(dendrocalamus asper) (2010) ....................................................
53. Perilaku mekanika balok bambu tersusun dengan
isian mortar pada penghubung geser baut (2010)........................
54. Pengaruh umur bambu terhadap kuat lentur balok
laminasi bilah bambu petung (2010) ...........................................
55. Pengaruh umur bambu terhadap perilaku kekuatan
geser balok laminasi bilah bambu petung (2010) ........................
56. Tinjauan analitis dan eksperimental square truss
bambu dengan beban aksial (2011) .............................................
57. Perilaku kolom bambu petung (dendrocalamus
asper) (2011) ...............................................................................

xi

B-52
B-53
B-54
B-55
B-56
B-57
B-58

Tugas Akhir

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

1
2
3

Morisco

PERILAKU MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT
BAMBU RESIN, Amiruddin, Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D,
Mahasiswa S1 Reguler, lulus tahun 1993

KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU DENGAN BAUT
DAN BETON PENGISI, Agus Wibowo, Pembimbing:
Ir. Morisco, Ph.D, Mahasiswa S1 Reguler, lulus tahun 1994

PENGGUNAAN BAMBU PETUNG SEBAGAI
TULANGAN KOLOM BETON, Ali Awaludin, Pembimbing :
Ir. Morisco, Ph.D, Mahasiswa S1 Reguler (94/96480/TK/19133)
lulus 25 Juni 1999

Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan, diketahui bahwa
bambu memiliki sifat-sifat mekanik yang cukup baik, bahkan untuk beberapa
jenis bambu mempunyai kuat tarik sejajar serat lebih tinggi dibanding baja
(Morisco, 1996). Namun kuat tarik yang tinggi tersebut sangatlah jarang
dicapai mengingat kuat lekat bambu dengan beton yang sangat rendah sebagai
akibat kembang susut bambu. Banyak cara telah dilakukan untuk
meningkatkan kuat lekat bambu diantaranya pemberian lapisan kedap air dan
pemberian bentuk profil namun sejauh ini belum memberikan hasil yang
memuaskan.
Dalam penelitian ini dibuat delapan buah kolom bertulangan bambu
pilinan dengan tampang bujur sangkar 120 x 120 mm dan kedua ujungnya
berupa sendi. Tulangan bambu diperoleh dengan cara memilin beberapa serat
terluar bambu yang relatif kedap air (1/3 tebal batang). Pengujian dilakukan
dengan cara memberikan gaya aksial dengan eksentrisitas tertentu. Pemberian
beban dilakukan secara bertahap, besarnya beban dan defleksi kolom setiap
tahap pembebanan dicatat serta dilakukan pengamatan terhadap retak dan jenis
keruntuhan kolom setelah mencapai beban maksimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik nodia lebih kecil
daripada internodia sedangkan kekuatan tekannya secara rata-rata hampir
sama. Kekuatan bambu maksimal/ultimit tidak pernah tercapai dikarenakan
regangan yang terjadi haruslah sangat besar sekitar 2-3% untuk internodia dan
TUGAS AKHIR

A-

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

1-1,5% untuk nodia, sehingga sebagian besar kerusakan kolom dikarenakan
hancurnya beton, sedangkan kerusakan tulangan bambu daerah ruas/nodia
hanya terjadi pada kolom A. Struktur tulangan pilinan dapat mencegah
terjadinya slip antara tulangan bambu dengan kolom, hal ini dapat dilihat dari
selisih antara hasil eksperimen dengan analisis yang masih dapat diterima.

4
5
6

PENGGUNAAN BAMBU PETUNG PILINAN
SEBAGAI TULANGAN PADA BALOK BETON
BERTULANG, Afrianto Nugroho, Pembimbing: Ir. Morisco,
Ph.D, Mahasiswa S1 Reguler, lulus tahun 1999

APLIKASI BAMBU PETUNG BENTUK BILAH PADA
STRUKTUR RANGKA KUDA-KUDA, Agustin Gunawan,
Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D., Penguji: Dr. Ing. Ir. Andreas
Triwiyono, Mahasiswa S1 Reguler, lulus tahun 2001

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK STRUKTUR
BAMBU SEDERHANA SECARA KNOCKED DOWN,
Hari Widodo, Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D., Penguji: Dr. Ing.
Ir. Andreas Triwiyono, Mahasiswa S1 Ekstensi
(98/123865/ET/00845) lulus 3 Mei 2001

Bambu sehagai salah satu jenis bahan nonkayu yang populer dinegara
tropis banyak dipakai sebagai lahan struktur bangunan selama berabad-abad.
Bahkan dinegara maju bambu telah dimanfaatkan untuk struktur bangunan
mewah seperti Hotel, Villa, Restoran, dan sebagainya. Pemanfaatan bambu
selain pada sektor kerajinan tangan dan perabotan rumah tangga yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mulai akrab dengan lingkungan
gedongan. Kini juga untuk struktur bangunan sederhana misalnya Gazebo,
yang biasa dipasang pada ruang lobi hotel, tempat-tempat rekreasi, atau di
pertamanan. Namun bangunan tersebut biasanya dibuat di tempat, dan kini
bangunan tersebut sudah berorientasi kearah eksport atau paling tidak pemesan
berada (dilain tempat. maka desain yang dihasilkan harus mengarah ke
knocked down dengan memperhatikan berbagai hal seperti pengepakan,

A-

TUGAS AKHIR

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

pengangkutan. bisa dipasang oleh orang lain yang bukan bidangnya, biaya
produksi terjangkau, dan kekuatan strukturnya cukup memadai. Model struktur
yang dibuat memakai sambungan konvensional yang biasa dipakai masyarakat,
dan sambungan dengan bahan pengisi.
Pada penelitian ini dibuat model struktur bangunan knocked down.
Model struktur yang dibuat berupa Gazebo berbentuk segi enam dengan jarak
antar kolom 1,3 m, bentang kuda-kuda 3m, bagian tertinggi struktur 3m, dan
ketinggian plat lantai 0,2m. Adapun proses pembuatan model tersebut diawali
dengan perencanaan awal yang dilanjutkan dengan survei dan diskusi ke
perajin dan pengusaha perabotan rumah tangga/kerajinan dari bambu. Langkah
berikutnya berupa persiapan bahan yaitu berupa penyeleksian dan pemotongan
bambu, yang dilanjutkan dengan perangkaian per bagian struktur. Proses
selanjutnya adalah pemasukkan bahan pengisi kayu ke dalam bambu yang
dipakai pada pertemuan 12 kuda-kuda yang dipakai untuk sambungan dengan
bahan pengisi dan dilanjutkan dengan perangkaian batang-batang bambu
menjadi model struktur Gazebo. Tahap akhir dari pembuatan model tersebut
yaitu dengan memberi kode pada setiap rangkaian struktur baik berupa angka
atau nomor agar bisa dilakukan bongkar pasang (knocked down). Kemudian
dilakukan pengujian pembebanan berupa beban titik pada bagian atas
pertemuan 1/2 kuda-kuda, caranya plat besi yang diletakkan diatasnya
dihubungkan dengan kawat baja yang dibagian ujung bawahnya diberi alas
untuk meletakkan balok bambu, pembebanan secara bertahap dengan berat
balok beton rata-rata 0,95 kN. Beberapa hal yang menjadi kendala pada saat
pembuatan adalah kenonprismatisan dari batang bambu, diameter dan umur
bambu, ketrampilan pekerja, dan ketidaksesuaian antara perencanaan dengan
saat pelaksanaan.
Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah bentuk modelnya
yang bisa dilakukan bongkar pasang dan layak dijual karena bentuknya
tergolong baru, sedang bentuk modelnya yang biasa ada dipasaran berbentuk
persegi empat. Penggunaan celah pada sambungan dengan bahan pengisi
masih utuh walau bebannya mencapai beban maksimum saat pengujian
demikian halnya dengan pemakaian sambungan tali masih terlihat baik bahkan
mengindikasikan masih mampu menerima tambahan beban. Perbedaan antara
hasil numeris dengan eksperimen lebih diakibatkan oleh faktor adanya
perbedaan kekakuan antar titik sambungan.

TUGAS AKHIR

A-

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

7

Morisco

KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU
MENGGUNAKAN BAUT DENGAN BAHAN PENGISI
MORTAR TERHADAP GAYA TEKAN, N . K .
Hendrawan, Pembimbing:Ir. Morisco, Ph.D., Penguji: Dr. Ing. Ir.
Andreas Triwiyono, Mahasiswa S1 Ekstensi
(00/141930/ET/01762) lulus 9 April 2002

Bambu sebagai salah satu jenis kayu yang populer di negara tropis
banyak dipakai sebagai bahan struktur bangunan. Penggunaan bambu sebagai
bahan bangunan cukup beralasan karena harganya relatif murah dan mudah
didapat. Pemanfaatan bambu sebagai bahan konstruksi belum maksimal. Hal
ini disebabkan belum adanya teknik atau cara yang baku dalam aplikasinya
dan mengalami kesulitan dalam merangkai batang-batang tersebut.
Perangkaian batang-batang struktur dari bambu sering dilakukan secara
tradisonal, memakai pasak, tali ataupun paku yang kekuatannya sangat
tergantung dari ketrampilan pelaksana, serta kekuatan sambungan sangat
rendah dan tidak bisa diketahui dengan pasti.
Penelitian tentang sambungan bambu menggunakan baut dengan bahan
pengisi mortar terhadap gaya tekan telah dilakukan secara eksperimental,
dengan menggunakan 1 buah baut diameter 12 mm. Bahan pengisi mortar
mempunyai perbandingan antara semen dan pasir sebesar 1:3 dengan faktor air
semen 0,6. Pemakaian bahan pengisi dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
bambu terhadap geser sehingga gaya yang disalurkan oleh baut akan dilawan
secara komposit dan hanya sebagaian kecil gaya menimbulkan tegangan geser
pada bambu. Pengujian sambungan dilakukan dengan adanya penyimpangan
arah gaya terhadap arah serat bambu dengan sudut 0 , 30 , 60 , 90 . Pengujian
dilakukan dengan menggunakan dongkrak hidraulik yang sudah terpasang
pada rangka pembebanan (loading frame). Variabel bebas berupa diameter
bambu dan tebal bambu, sedangkan variabel tetap berupa letak baut dan
diameter baut serta mutu bahan. Hasil uji sambungan dianalisis serta
dibandingkan dengan rumus usulan yang ada.
Hasil Penelitian dengan menggunakan baut diameter 12 mm, kuat tekan
bambu 28,282 MPa, kuat tekan bahan grouting 19,488 MPa, dan kuat tarik
baut 554,1 MPa, menunjukkan bahwa perbandingan antara eksperimen dan
teoritis, untuk sambungan bambu terhadap gaya tekan diperoleh nilai rata-rata
untuk sudut 0 sebesar 76,372%, sudut 30 sebesar 90,978%, sudut 60 sebesar
104,078%, dan untuk sudut 90 sebesar 105,669%. Maka untuk nilai rata-rata
secara keseluruhan sebesar 94,274%, dengan simpangan standar keseluruhan
15,401%. Dari hasil pengujian eksperimen diperoleh kekuatan sambungan
terendah pada arah gaya yang bersudut 90 sebesar 11,40 KN, sedang kekuatan

A-

TUGAS AKHIR

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

sambungan tertinggi pada arah gaya yang bersudut 0 sebesar 24,00 KN. Dari
hasil teoritis diperoleh kekuatan sambungan terendah pada arah gaya yang
bersudut 90 sebesar 11,769 KN, sedang kekuatan sambungan tertinggi pada
arah gaya yang bersudut 0 sebesar 22,615 KN. Untuk hubungan antara
bervariasinya sudut arah gaya dengan kekuatan sambungan dapat dikatakan
bahwa dengan makin membesarnya sudut arah gaya maka makin mengecil
kekuatan sambungan yang diperoleh.
Kata kunci : bambu, kuat tekan, sambungan, sudut

8

KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN BAMBU
MENGGUNAKAN BAUT DENGAN PENGISI KAYU
KAMPER, Wachid Wahyudi, Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D.,
Penguji: Dr. Ing. Ir. Andreas Triwiyono, Mahasiswa S1 Ekstensi
(00/141707/ET/01665) lulus 9 April 2002

Bambu mempunyai kekuatan tarik sejajar serat yang tinggi bahkan
lebih besar dari kuat tarik baja (Morisco, 1996). Namun pemanfaatan bambu
sebagai bahan konstruksi masih terbatas pada struktur–struktur ringan saja. Hal
ini disebabkan karena adanya kendala dalam perangkaian batang–batang
bambu. Bambu memiliki tegangan geser yang rendah. Perangkaian batang–
batang bambu secara konvensional dengan paku dan pasak menyebabkan
terjadinya tegangan geser yang besar pada bambu sehingga kekuatan
sambungan menjadi rendah, sedangkan sistem perangkaian dengan tali akan
mengalami pengendoran serta kekuatan sambungan tidak dapat dihitung secara
eksak. Pemakaian bahan pengisi dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
bambu terhadap geser sehingga gaya yang disalurkan oleh baut akan dilawan
secara komposit dan hanya sebagian kecil gaya menimbulkan tegangan geser
pada bambu.
Penelitian sambungan tarik bambu menggunakan baut dengan 12 mm
untuk berbagai sudut joint / sambungan (00, 300, 600, dan 900 ) telah dilakukan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan dongkrak hidrolik terpasang pada
rangka pembebanan ( loading frame ). Variabel bebas berupa diameter bambu
dan tebal bambu sedangkan variabel tetap berupa diameter baut dan mutu
bahan (baut dan kayu pengisi). Hasil uji sambungan dianalisis dan
dibandingkan dengan rumus usulan yang ada.
Hasil penelitian dari 4 benda uji untuk masing-masing joint ( 00, 300,
0
60 , dan 900) didapatkan bahwa perbandingan antara nilai teoritis dan
eksperimen untuk sudut joint 00 sebesar 98,89 %, sudut joint 300 sebesar 98,18
TUGAS AKHIR

A-

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

%, sudut joint 600 sebesar 94,7 % dan untuk sudut joint 900 diperoleh sebesar
94,29 %. Dari hasil pengujian kekuatan tarik sambungan bambu menggunakan
baut 12 mm, kuat tekan bambu 28,282 Mpa, kuat tekan kayu pengisi 42,383
Mpa dan kuat tarik baut 554,10 MPa diperoleh kekuatan terendah terdapat
pada sudut joint / sambungan 900 sebesar 14 KN sedangkan kekuatan
sambungan tertinggi terdapat pada sudut joint / sambungan 00 sebesar 25 KN.
Kata Kunci : Bambu, Pengisi, Kuat Tarik, Kuat Geser

9

KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN BILAH BAMBU
DENGAN PAPAN KAYU MEMAKAI PEREKAT
EPOKSI, Yanuar Suhartono, Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D.,
Penguji: Dr. Ing. Ir. Andreas Triwiyono, Mahasiswa S1 Ekstensi
(99/131767/ET/01069) lulus 9 April 2002

Bambu memiliki kendala dalam perannya sebagai bahan alternatif
pengganti kayu yaitu sulitnya untuk merangkai batang-batang bambu
dikarenakan bentuknya yang turbular serta lemahnya bambu terhadap gaya
geser sejajar serat. Gunawan (2001) memodifikasi bambu untuk
memanfaatkannya menjadi suatu struktur yang hemat dan ringan dengan cara
merangkainya dalam bentuk bilah-bilah bambu yang lebih ringan dengan
papan kayu sebagai pelat buhul dan resin epoksi sebagai perekat sambungan.
Dalam penelitian ini ditinjau kekuatan tarik sambungan bilah bambu dengan
papan kayu memakai perekat resin epoksi yang dikenalkan oleh Gunawan
(2001) pada beberapa arah gaya yang bersudut terhadap arah serat (arah 00,
300, 600 dan 900).
Penelitian ini dimulai dengan pengujian sifat mekanik bahan yaitu kuat
tarik, kuat tekan dan kuat geser untuk bambu masing-masing 3 sampel untuk
internodia dan 3 sampel untuk nodia, dan kuat tarik serta kuat geser untuk
kayu pelat buhul dan pengisi masing-masing 3 sampel. Dilanjutkan dengan
pembuatan dan pengujian sambungan buhul dengan 6 sampel untuk arah gaya
00 dan 3 sampel untuk masing-masing arah gaya 300, 600 dan 900, pada setiap
arah gaya panjang kayu pengisi divariasi sebesar 1,25; 1,5 dan 1,75 kali
panjang bidang pengeleman.
Hasil pengujian tarik sambungan dengan berbagai arah gaya terhadap
arah serat didapatkan bahwa kekuatan lem lebih tinggi dari kekuatan bahan
(kayu kamper) dan kerusakan yang terjadi sebagian besar adalah kerusakan
geser pada papan kayu dan kayu pengisi. Hubungan/korelasi antara kekuatan
geser pelat kayu pada bidang pengeleman dengan sudut arah gaya terhadap

A-

TUGAS AKHIR

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

arah serat merupakan persamaan kuadrat, yaitu : Y= -0,0009X2+0,117X+
15,692 dengan Y merupakan kekuatan geser pelat kayu pada bidang
pengeleman dalam kg/cm2 dan X merupakan sudut arah gaya terhadap arah
serat dalam derajat. Pada kerusakan geser papan pelat buhul pada sisi
bidang pengeleman terjadi pada arah gaya 00 dan 300, besarnya kuat geser ratarata adalah 5,779 kg/cm2 untuk arah gaya 00 dan 7,576 kg/cm2 untuk arah gaya
300. Sedangkan pada tipe kerusakan geser kayu pengisi terjadi pada arah gaya
300 dan 600, dengan kekuatan geser searah serat adalah sebesar 18,031 kg/cm2.
Panjang kayu pengisi sebesar 1,25 kali panjang bidang pengeleman pada pelat
buhul kayu kamper, sudah cukup memberikan kekuatan agar tidak terjadi
kegagalan pada bidang antara kayu pengisi dan bambu.

10

KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN BAMBU
DENGAN PAPAN KAYU DAN PENGISI KAYU
MEMAKAI PEREKAT EPOKSI, Warto, Pembimbing: Ir.
Morisco, Ph.D., Penguji: Dr. Ing. Ir. Andreas Triwiyono,
Mahasiswa S1 Ekstensi (00/141702/ET/01762) lulus 18 Mei 2002

Bambu mempunyai banyak keunggulan, mudah ditanam,
pertumbuhannya cepat, tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Berdasarkan
sifat mekanisnya, bambu mempunyai kuat tarik sejajar serat yang tinggi,
bahkan lebih besar dari kuat tarik baja (Marisco, 1996). Karena beberapa
sifatnya yang lebih baik tersebut, maka bambu cukup potensial untuk dijadikan
alternatif pengganti kayu. Tetapi, pemanfaatan kelebihan dari bambu masih
jauh dibawah batas kemampuan. Kendala utamanya adalah cara perangkaian
batang-batangnya. Perangkaian bambu secara konvensional dengan paku dan
pasak menyebabkan terjadinya tegangan geser yang besar pada bambu,
sehingga kekuatan sambungan menjadi rendah. Sedangkan sistem perangkaian
dengan tali akan mengalami pengendoran sehingga perlu pemeriksaan secara
berkala.
Dalam penelitian ini akan ditinjau kekuatan tarik sambungan dengan
papan dan pengisi kayu memakai perekat epoksi pada beberapa gaya yang
bersudut terhadap arah serat (arah 00, 300, 600 dan 900). Tujuan dari penelitian
ini antara lain untuk mengetahui pengaruh perubahan arah serat kayu terhadap
bidang pengeleman dimana ada dugaan bahwa perubahan arah serat kayu
terhadap bidang pengeleman berpengaruh terhadap kekuatan sambungan
bambu yang memakai perekat. Penelitian diawali dengan pengujian kuat tarik,
kuat tekan dan kuat geser bambu pada nodia dan internodia. Setelah selesai
dilanjutkan dengan pembuatan dan pengujian benda uji sebanyak 3 buah untuk
TUGAS AKHIR

A-

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

masing-masing sudut. Panjang pengisi 10 cm dan panjang pengelemannya
adalah 8 cm. Dari hasil pengujian tarik sambungan bambu untuk berbagai arah
gaya terhadap arah serat yang ditinjau didapatkan bahwa arah serat kayu
berpengaruh terhadap kekuatan sambungan yang memakai perekat lem.
Penggunaan lem epoksi sebagai perekat menghasilkan kekuatan yang melebihi
kekuatan bahan yang direkat sendiri yaitu papan kayu. Kerusakan yang terjadi
hampir seluruhnya berupa kerusakan geser pada permukaan papan kayu dan
sebagian kecil terjadi kerusakan geser pada papan kayu yang membujur searah
serat kayu.
Dari hasil pelaksanaan penelitian diperoleh hubungan/korelasi kekuatan
sambungan dengan arah serat yang berupa persamaan kuadrat : Y = -O,5X2 +
0,0329X + 23,299. Penggunaan kayu pengisi sepanjang 1,25 kali panjang
bidang pengeleman, sudah cukup memberikan kekuatan agar tidak terjadi
kegagalan pada bidang antara kayu pengisi dengan bambu.

11

PERILAKU MEKANIK BAMBU WULUNG DENGAN
KANDUNGAN AMONIUM SULFAT AKIBAT
PENGARUH TEMPERATUR, Agathonica Lianingrum,
Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D., Penguji: Dr. Ing. Ir. Andreas
Triwiyono, Mahasiswa S1 Reguler (97/114558/TK/21742)
lulus 31 Mei 2002

Bambu sebagai salah satu jenis kayu yang populer di negara tropis
banyak dipakai sebagai bahan struktur bangunan. Penggunaan bambu sebagai
bahan bangunan cukup beralasan karena harganya relatif murah dan mudah
didapat. Pemanfaatan bambu sebagai bahan konstruksi belum maksimal. Hal
ini disebabkan belum adanya teknik atau cara yang baku dalam aplikasinya
dan mengalami kesulitan dalam merangkai batang-batang tersebut.
Perangkaian batang-batang struktur dari bambu sering dilakukan secara
tradisonal, memakai pasak, tali ataupun paku yang kekuatannya sangat
tergantung dari ketrampilan pelaksana, serta kekuatan sambungan sangat
rendah dan tidak bisa diketahui dengan pasti.
Penelitian tentang sambungan bambu menggunakan baut dengan bahan
pengisi mortar terhadap gaya tekan telah dilakukan secara eksperimental.
Bahan pengisi mortar mempunyai perbandingan antara semen dan pasir
sebesar 1:3 dengan faktor air semen 0,6. Pengujian sambungan dilakukan
dengan adanya penyimpangan arah gaya terhadap arah serat bambu dengan
sudut 0 , 30 , 60 , 90 . Pengujian dilakukan dengan menggunakan dongkrak
hidraulik yang sudah terpasang pada rangka pembebanan (loading frame).

A-

TUGAS AKHIR

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

Variabel bebas berupa diameter bambu dan tebal bambu, sedangkan variabel
tetap berupa letak baut dan diameter baut serta mutu bahan. Hasil uji
sambungan dianalisis serta dibandingkan dengan rumus usulan yang ada.
Hasil Penelitian dengan menggunakan baut diameter 12 mm, kuat tekan
bambu 28,282 MPa, kuat tekan bahan grouting 19,488 MPa, dan kuat tarik
baut 554,1 MPa, menunjukkan bahwa perbandingan antara eksperimen dan
teoritis, untuk sambungan bambu terhadap gaya tekan diperoleh nilai rata-rata
82,372% dengan simpangan standar 16,525%.
Dari hasil pengujian
eksperimen diperoleh kekuatan sambungan terendah pada arah gaya yang
bersudut 90 sebesar 11,40 KN, sedang kekuatan sambungan tertinggi pada
arah gaya yang bersudut 0 sebesar 24,00 KN. Dari hasil teoritis diperoleh
kekuatan sambungan terendah pada arah gaya yang bersudut 90 sebesar
10,543 KN, sedang kekuatan sambungan tertinggi pada arah gaya yang
bersudut 0 sebesar 22,615 KN. Sedang untuk hubungan antara sudut arah
gaya dengan kekuatan sambungan dapat dikatakan bahwa dengan makin
membesarnya sudut arah gaya maka makin mengecil kekuatan sambungan
yang diperoleh.

12

PENGARUH PANAS TERHADAP KUAT LENTUR
PLAT BETON DENGAN TULANGAN BAMBU,
Nanung Budi Santosa, Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D., Penguji:
Dr. Ing. Ir. Andreas Triwiyono, Mahasiswa S1 Ekstensi
(00/141351/ET/01514) lulus 10 September 2002

Pemakaian bambu sebagai tulangan beton pada komponen struktur
bangunan gedung yang bertujuan untuk menggantikan pemakaian tulangan
baja yang selama ini telah banyak dikaji dan diteliti baik dari dalam dan luar
negeri memungkinkan untuk menghasilkan suatu metode perencanaan beton
bertulang bambu dengan teknologi yang lebih baik. Salah satu pendekatan
penelitian tulangan bambu ini adalah dengan pasca kebakaran suhu tinggi.
Tujuannya adalah sejauh mana pengaruh pembakaran suhu tinggi terhadap
kekuatan beton dengan menggunakan tulangan bambu.
Pengujian dilakukan terhadap benda uji berupa plat beton berukuran
panjang bentang 120 cm, lebar 40 cm, dan tebal 9 cm dengan memakai
tulangan pokok bambu wulung bilah teranyam yang mempunyai kuat tarik
kurang lebih 200 MPa. Ratio penulangan sama 0,2%, sebagai tulangan diambil
sepertiga bagian arah luar dengan tebal 4 mm dan lebar 25 mm. Penulangnan
arah memanjang dengan jarak 3,5 cm dan penulangan arah melebar dengan
TUGAS AKHIR

A-

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

jarak 20 cm. Kuat tekan beton (fe') 16,828 MPa. Digunakan 12 benda uji
dengan lama pembakaran 1,5 jam. Ada 4 kondisi pembakaran yaitu a. suhu
ruang, b. suhu 1500C, c. suhu 3000C, dan d. suhu 4500C. Pembakaran
dilakukan pada cerobong pembakaran dengan memasukkan tiap suhu
pembakaran ada tiga buah benda uji dengan dua blower pada dua sisi rumah
pembakaran. Pelaksanaan pengujian lentur benda uji diseting sedemikian
hingga dengan tumpuan sendi-rol 10 cm dari sisi tepi. Untuk pembebanan
digunakan dua titik dengan jarak 30 cm dari pusat titik perletakan sendi-rol.
Alat-alat yang digunakan antara lain, portal baja sebagai penahan beban,
Hidraulik Jack, Load Cell, Dial Guage, Tranduser.
Berdasarkan hasil pengujian, kapasitas momen lentur yang dihasilkan
rendah untuk benda uji yang tidak dibakar dendan kode SR yaitu turun sebesar
77,862% dari analisis, untuk benda uji pada pembakaran pada suhu 1500C
konstan dan cenderung naik 3,64% dibandingkan terhadap benda uji tanpa
pembakaran. Untuk benda uji yang terbakar pada suhu 3000C dan suhu 4500C
kapasitas momen lentur mengalami penurunan sebesar 24,5% dan 34,83%.
Lendutan benda uji yang tidak dibakar sebesar 0,66 mm momen retak pertama
naik 64,25% dari analisis benda uji tulangan bambu, untuk benda uji
pembakaran suhu 150°C lendutan terbesar 0,75 mm, momen retak pertama
naik 11,15% dari benda uji tidak dibakar, untuk benda uji pembakaran suhu
300°C lendutan terbesar 0,64 mm, momen retak pertama mengalami
penurunan 16,13% dari benda uji tidak dibakar, dan suhu pembakaran 450°C
lendutan terbesar 0,46, momen retak pertama mengalami penurunan 28,08%
dari benda uji tidak dibakar. Lebar retak yang terjadi untuk analisis benda uji
dengan tulangan bambu berkisar 16,5 kali lebar retak bila plat menggunakan
tulangan baja, hal ini sangat dipengaruhi oleh nilai modulus elastisitas bahan
tulangan. Untuk momen retak pertama benda uji tidak dibakar naik 31,23%
dan untuk retak turun 39,1 % dari benda uji secara analisi, untuk pembakaran
suhu 150°C momen retak pertama naik 15,948% dan retak turun 16,625% dari
benda uji tidak dibakar. Unuk benda uji pembakaran suhu 300°C dan
pembakaran suhu 450°C momen retak pertama turun 14,224% dan 29,311%,
untuk retaknya turun 45,875% dan 29,125% dari benda uji yang tidak dibakar.
Daktilitas bambu sangat rendah mengakibatkan daktilitas plat dengan tulangan
bambu jadi rendah. Untuk benda uji pasca pembakaran retak yang terjadi sama
dengan berubahnya kondisi momen lentur karena peningkatan suhu
pembakaran. Untuk aplikasi lapangan dengan pengaruh pasca kebakaran maka
plat beton dengan tulangan bambu tidak dapat dilaksanakan mengingat dari
hasil mekanik plat beton dengan tulangan bambu yang sngat rendah dari hasil
analisa. Dan jika dalam pembuatan benda uji nilai kekuatan mekanik
memenuhi perencanaan atau analisa maka dengan fungsi bangunan sebagai
rumah pengeringan kayu atau oven dengan suhu pengeringan 100°C-120°C

A-

TUGAS AKHIR

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

Morisco

maka hasil pengujian plat beton dengan tulangan bambu dapat dilaksanakan
dilapangan.

13

PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA
BAMBU SEBAGAI PRASARANA PENUNJANG
PENGEMBANGAN DAERAH TERPENCIL, Herdi
Qoharrudin, Pembimbing: Ir. Morisco, Ph.D., Penguji : Dr. Ing.
Ir. Andreas Triwiyono, Mahasiswa S1 Reguler
(98/121934/TK/23324)
lulus 27 Januari 2003

Bambu mempunyai banyak keunggulan, mudah ditanam,
pertumbuhannya cepat dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus.
Berdasarkan sifat mekanisnya, bambu mempunyai kuat tarik sejajar serat yang
tinggi, bahkan lebih besar dari kuat tarik baja normal (Morisco, 1999). Melihat
keunggulan-keunggulan tersebut kiranya bambu cukup potensial untuk
dijadikan alternatif pengganti kayu sebagai bahan bangunan. Pemanfaatan
bambu pada kenyataannya masih jauh dari batas kemampuannya, hal ini
disebabkan adanya kendala pada praktek perangkaian batang-batang bambu
yang hanya dilakukan secara konvensional sehingga kekuatan sambungan
menjadi rendah. Dalam perancangan ini akan ditinjau kelayakan bambu (yang
diwakili oleh bambu Wulung) sebagai bahan struktur utama jembatan rangka
yang mempunyai bentuk moduler dengan bentang 5 m sampai 20 m dengan
kenaikan panjang bentang 2,5 m serta lebar lajur jembatan masing-masing 3,0
m. Tujuan dari perancangan ini selain untuk lebih meyakinkan masyarakat luas
tentang kekuatan bambu juga untuk memberikan masukan guna
pengembangan suatu wilayah yang terpencil dengan adanya prasarana
perhubungan yang sifatnya darurat atau sementara.
Dari hasil analisis gaya-gaya akibat beban yang sesuai dengan Pedoman
Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR) 1987 (dengan
penyederhanaan) diperoleh bahwa secara umum bambu masih mampu
menahan gaya batang yang terjadi akibat beban hidup kendaraan pick-up
dengan bobot maksimum 2,5 ton pada semua bentang jembatan rangka,
kecuali pada bentang 20 m pelu digunakan alternatif jenis bambu yang lain
untuk beberapa elemen batangnya. Pada bentang 5 m sampai 12,5 m jembatan
memakai 2 rangka bambu sedang pada bentang yang lebih panjang sudah
memerlukan 3 buah rangka bambu. Jenis sambungan yang digunakan adalah
sambungan plat buhul dan bambu berpengisi mortar. Kebutuhan jumlah baut
maksimum tiap ujung batang rangka adalah 4 buah, sehingga masih dapat
dikerjakan dengan memilih bambu dengan panjang ruas sekitar 40 cm.
Kata kunci : bambu, jembatan, rangka.
TUGAS AKHIR

A-

ABSTRAK PENELITIAN BAMBU

14

Morisco

KEBUTUHAN BORAKS UNTUK PENGAWETAN
BAMBU DENGAN METODE BOUCHERIEMORISCO PADA BAMBU JENIS WULUNG, LEGI
DAN AMPEL, Anita Latifa, S.T., Pembimbing: Ir. Morisco,
Ph.D., Penguji: Dr. Ir. Fitri Mardjono., M.Sc, Mahasiswa S1
Reguler (98/121849/TK/23280) lulus 4 Juli 2003

Salah satu kelemahan bambu adalah keawetan alaminya rendah
sehingga perlu diawetkan lebih dulu sebelum digunakan. Pada proses
pengawetan Boucherie-Morisco, Yayasan Bambu Lingkungan Lestari
Indonesia (YBLL) menyarankan kebutuhan bahan pengawet sebesar 10% dari
volume bambu karena menurut Liese (1980) jumlah berkas pengangkutan (pori
tempat menampung larutan pengawet) juga sebesar itu.
Penelitian ini dilakukan terhadap 3 jenis bambu yang cukup banyak
dipakai dan ditemukan di Yogyakarta, yaitu bambu wulung, legi dan ampel
dengan jumlah benda uji 10 buah untuk tiap jenisnya. Proses pengawetan
dilakukan dengan metode Boucherie-Morisco yang prinsipnya menekan sap
(getah) bambu keluar oleh larutan pengawet yang diberi tekanan udara.
Penelitian ini menggunakan tekanan udara 3-4 kg/cm2 dan bahan pengawet
boraks berkonsentrasi 5%.
Kebutuhan bahan pengawet (boraks) didapat dengan mencari volume
berkas pengangkutan (pori) bambu. Dengan asumsi bahwa bambu yang telah
diawetkan jenuh terhadap larutan pengawet, maka volume berkas
pengangkutan (pori) sama dengan volume larutan pengawet yang masuk
bambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume pori tiap jenis bambu
yang diuji berbeda dan nilainya cukup jauh dibawah 10%, yaitu sebesar 2,92
% untuk bambu wulung; 2,48 % untuk bambu legi; dan 3,78 % untuk bambu
ampel. Berdasarkan nilai volume pori terbesar dan volume larutan pengawet
yang keluar setelah sap maka kebutuhan bahan pengawet (boraks) diperkirakan
sebesar 8%, lebih kecil dari nilai yang disarankan YBLL.
Waktu pengawetan yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 105,5
menit untuk bambu legi; dan 252,25 menit untuk bambu ampel. Tren
hubungan antara volume pori de