Profil Keluarga Dampingan Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Yeh embang - Kecamatan Mendoyo - Kabupaten Jeh embang.
2
bersama masyarakat dan lembaga pedesaan lainnya Buku Pedoman KKN PPM UNUD, 2016.
Sasaran PPK adalah Rumah Tangga Miskin RTM atau keluarga yang tergolong ke dalam keluarga pra-sejahtera Pra-KS atau keluarga yang mengalami ketertingalan sehingga
perlu pendampingan agar keluar dari ketertinggalannya. Dalam program ini setiap mahasiswa wajib mendampingi satu keluarga yang tergolong rumah tangga miskin atau keluarga pra-
sejahtera Buku Pedoman KKN PPM UNUD, 2016. Secara administratif Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana
memiliki 7 tujuh Banjar Dinas yaitu Banjar Dinas Pasar, Banjar Dinas Bale Agung, Banjar Dinas Wali, Banjar Dinas Kaleran, Banjar Dinas Kaleran Kauh, Banjar Dinas Kaleran Kauh,
Banjar Dinas Kalean Kaja dan Banjar Dinas Bungbungan. Pelaksanaan Program Keluarga Dampingan dilaksanakan di 7 Banjar Dinas tersebut. Salah satunya yaitu KK kurang mampu
atau Rumah Tangga Miskin RTM di Banjar Pasar adalah Ni Wayan Merni. Berikut profil keluarga dari Ni Wayan Merni.
Tabel 1.1 Profil Keluarga Dampingan
No Nama Status
Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1 Ni Wayan
Merni Kepala
Keluarga 53
tahun Tamat SD
Sederajat Petani
Cerai Mati
2 I Ketut
Sudarsana Anak
27 tahun
Tamat SD Sederajat
Karyawan Swasta
Belum Kawin
3 I Made
Sumerta Cucu
6 tahun
SD Sederajat
Tidak Bekerja
Belum Kawin
Sebenarnya Ibu Wayan Merni memiliki empat orang anak yaitu anak pertama Ni Putu Suarningsih yang sekarang sudah menikah ke Yeh Kuning dan bekerja sebagai buruh, anak
kedua adalah Kadek Sumadi Diatmiko yang sudah meninggal yang diakibatkan oleh kecelakaan. Anak ketiga dari Ibu Wayan Merni adalah Komang Suardana yang juga sudah
meninggal dan meninggalkan seorang anak laki-laki yangs aat ini tinggal bersama Ibu Wayan Merni dan yang terakhir adalah Ketut Pande Sudarsana yang saat ini juga bersama dengan
Ibu Wayan Merni. Ibu Wayan Merni tinggal dengan anak laki-lakinya dan seorang cucu laki- lakinya di dalam rumah yang sangat sederhana bahkan dapat dikategorikan dari kata yang
layak. Rumah tersebut luasnya kurang lebih 2 are yang merupakan 2 ruangan sempit yang dijadikan tempat tidur tanpa ada kamar mandi dan dapur yang jauh dari kata layak.
3
Total dari anak Ibu Wayan Merni yang meninggal adalah 2 orang, ditambah dengan suaminya yang sudah meninggal sejak lama yang diakibatkan oleh kecelakaan. Almarhum
suami Ibu Wayan Merni dulunya bekerja sebagai seorang penarik ojek, namun karena sebuah kecelakaan mengakibatkan suaminya meninggal.
Ibu Wayan Merni bekerja membuat alat persembahyangan yang dibuat dari janur yang sering disebut mejaitan , dimana pada pagi hariya ibu Wayan Merni akan membuatnya
di pagi hari dan menjualnya di pasar. Anak laki-laki ibu Wayan Merni bekerja sebagai buruh bangunan dan cucunya sedang duduk di taman kanak-kanak. Dahulunya ibu Wayan Merni
adalah orang yang berada, karena dari informasi yang diberikan oleh kelian banjar , bahwa dahulunya keluarga ini merupakan keluarga yang berada. Dilihat dari lahan sawah yang
mengelilingi rumah sederhana yang mereka tempati saat ini. Dahulunya mereka memiliki lahan sawah yang luas namun karena kelurga yang menjual lahan tersebut dan berjudi,
seluruh harta habis terjual. Keluarga Ibu Wayan Merni menggunakan air dari swadaya dengan masyarakat di sekitarnya yang dimasak terlebih dahulu maupun langsung
dipergunakan.Untuk masalah administrasi, namun untuk masalah MCK, keluarga ini pergi ke tukad sungai dan terkadang ke sawah yang tidak jauh dari rumah tersebut.