Frekuensi menyikat gigi Durasi menyikat gigi Teknik menyikat gigi

21 sisa-sisa makanan pada sela-sela gigi dan permukaan gigi dimana penimbunan sisa- sisa makanan ini dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies dan reaksi peradangan pada jaringan periodontium Panjaitan. 1995 . Menyikat gigi dianggap sebagai cara yang paling dapat diandalkan untuk mengontrol plak asalkan frekuensi, durasi dan teknik dapat dilakukan dengan baik Loe H. 2000

2.2.1 Frekuensi menyikat gigi

Frekuensi menyikat gigi sebaiknya 3 kali sehari, setiap kali sesudah makan dan sebelum tidur. Namun dalam praktiknya hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan, terutama pada siang hari ketika seseorang berada di kantor, sekolah atau tempat lain. Manson 1971 berpendapat bahwa menyikat gigi sebaiknya 2 kali sehari yaitu setiap kali sesudah makan pagi dan sebelum tidur. Meskipun demikian, Loe 1965 melalui suatu percobaan menunjukkan bahwa dengan frekuensi menyikat gigi satu kali sehari pun, asalkan teliti sehingga semua plak hilang, gusi dapat pertahankan tetap sehat Putri MH, dkk. 2011.

2.2.2 Durasi menyikat gigi

Durasi lama menyikat gigi yang dianjurkan adalah minimal 5 menit, tetapi sesungguhnya ini terlalu lama. Umumnya orang melakukan penyikatan gigi maksimum 2 menit Putri MH, dkk. 2011. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat hasilnya tidak begitu baik jika dibandingkan dengan menyikat gigi yang dilakukan dalam waktu yang lama, mengingat banyaknya permukaan gigi yang harus dibersihkan. Tetapi hal ini 22 tidak dapat dijadikan patokan berhasil atau tidaknya seseorang dalam menyikat gigi sebab masih tergantung pula pada teknik dan waktu menyikat gigi Panjaitan. 1995.

2.2.3 Teknik menyikat gigi

2.2.3.1 Putri, Megananda Hiranya, dkk. 2011 menyatakan bahwa dalam penyikatan

gigi harus diperhatikan hal-hal berikut: 1. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gusi secara efisien terutama daerah saku gusi dan daerah interdental. 2. Pergerakan sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi atau abrasi gigi. 3. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat dan efisien waktu.

2.2.3.2 Digolongkan dalam 6 macam Putri MH, dkk. 2011:

1. Teknik vertikal Teknik vertikal dilakukan dengan kedua rahang tertutup, kemudian permukaan bukal gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan lingual dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan mulut terbuka. 2. Teknik Horizontal Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan ke depan dan ke belakang. Untuk permukaan oklusal gerakan horizontal yang sering disebut “scrub brush technic” dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Kebanyakan orang yang belum diberi pendidikan khusus, biasanya menyikat gigi dengan teknik vertikal dan horizontal dengan tekanan yang 23 keras, cara-cara ini tidak baik karena dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasi gigi. 3. Teknik Roll atau Modifikasi Stillman Teknik ini disebut “ADA-roll Technic” dan merupakan cara yang paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungannya. Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah dengan sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini terutama menghasilkan pemijatan gusi dan juga diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal. Gambar 2.5 Posisi awal kepala sikat ketika memakai teknik modifikasi stillman Putri MH, dkk. 2011 24 Gambar 2.6 Bulu sikat digerakkan dengan teknik RollPutri MH, dkk. 2011 4. Vibratory Technic Diantaranya adalah : a teknik Charter, b Teknik Stillman-McCall dan, c teknik Bass. a. Teknik Charter Pada permukaan bukal dan labial, sikat dipegang dengan tangkai dalam kedudukan horizontal. Ujung-ujung bulu diletakkan pada permukaan gigi membentuk sudut 45 o terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke oklusal. Hati-hati jangan menusuk gusi. Dalam posisi ini sisi bulu sikat berkontak dengan tepi gusi, sedangkan ujung dari bulu- bulu sikat berada permukaan gigi. Kemudian sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung-ujung bulu sikat masuk ke interproksimal dan sisi-sisi bulu sikat menekan tepi gusi. Sikat digetarkan dalam lengkungan-lengkungan kecil sehingga kepala sikat bergerak secara sirkuler, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap berada pada posisi semula. Jadi pada teknik ini daerah oklusal maupun ke apikal. Dengan demikian ujung-ujung bulu sikat akan melepaskan debris dari permukaan gigi dan sisi bulu sikat memijat tepi gusi dan gusi interdental. 25 Gambar 2.7 Posisi awal kepala sikat ketika menggunakan teknik Charter Putri MH, dkk. 2011 Permukaan oklusal disikat dengan gerakan yang sama, hanya saja ujung bulu sikat ditekan ke dalam ceruk dan fisura. Permukaan lingual dan palatinal umumnya sukar dibersihkan karena bentuk lengkungan dari barisan gigi. Metode Charter merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan tetapi keterampilan yang dibutuhkan cukup tinggi sehingga jarang pasien dapar melakukannya dengan sempurna. b. Teknik Stillman-McCall Posisi bulu sikat berlawanan dengan Charter. Sikat gigi di tempatkan sebagian pada gigi dan sebagian pada gusi, membentuk sudut 45 o terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal. Kemudian sikat gigi ditekankan sehingga gusi memucat dan dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa mengubah kedudukan ujung bulu sikat. Tekanan dilakukan dengan cara menekuk bulu-bulu sikat tanpa mengakibatkan friksi atau trauma terhadap gusi. Metode Stillman-McCall telah diubah sedikit oleh para ahli, yaitu ditambah dengan gerakan ke oklusal dari ujung-ujung bulu sikat, tetap mengarah ke apikal. Dengan demikian, setiap gerakan berakhir di 26 bawah ujung insisal dari mahkota, sedangkan pada metode asli,gerakan hanya terbatas pada daerah servikal gigi dan gusi. c. Teknik Bass Sikat ditempatkan dengan sudut 45 o terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal dengan ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi, dengan demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakkan dengan getaran-getaran kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 10-15 detik setiap daerah yang meliputi dua atau tiga gigi. Untuk menyikat permukaan bukal dan labial,tangkai dipegang dalam kedudukan horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi belakang agak menyudut agak horizontal dan pada gigi depan, sikat dipegang vertikal. Gambar 2.8 Posisi awal kepala sikat pada Teknik BassPutri MH, dkk. 2011 5. Teknik Fones atau Teknik Sirkuler Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang 27 bawah dapat disikat sekaligus. Daerah interproksimal tidak diberi perhatian khusus. Setelah permukaan bukal dan labial disikat, mulut dibuka lalu permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan yang sama, hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Karena gerakan ini agak sukar dilakukan pada daerah lingual dan palatinal maka dapat dilakukan gerakan maju mundur untuk daerah ini. Teknik ini dilakukan untuk meniru jalannya makanan di dalam mulut waktu mengunyah. Teknik fones dianjurkan untuk anak kecil karena mudah dilakukan. 6. Teknik Fisiologik Untuk teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu yang lunak. Tangkai dipegang secara horizontal dengan bulu-bulu sikat tegak lurus terhadap permukaan gigi. Metode ini didasarkan atas anggapan bahwa penyikatan gigi harus menyerupai jalannya makanan, yaitu dari gigi ke gusi. Teknik ini sukar dilakukan pada permukaan lingual dari premolar dan molar rahang bawah sehingga dapat diganti dengan gerakan getaran dalam lingkaran kecil. Meskipun terdapat banyak macam teknik yang dianjurkan, hanya sedikit penelitian yang telah dilakukan mengenai efektivitas masing-masing teknik. Penelitian untuk membandingkan efektivitas relatif dari teknik-teknik penyikatan tersebut menghadapi berbagai problem yang sulit, yaitu : a. Cara yang digunakan untuk menentukan atau mengukur efektivitas masing- masing teknik b. Keterampilan masing-masing individu dalam menggunakan sikat gigi 28 c. Bentuk barisan bulu sikat yang sering tidak memnuhi syarat untuk menerapkan teknik yang bersangkutan d. Kesukaran dalam mengajarkan teknik penyikatan secara seragam Putri MH, dkk. 2011 menyatakan bahwa faktor-faktor lain yang juga harus dipikirkandalam mengevaluasi efektivitasi suatu teknik penyikatan adalah: a. Efek jangka pendek dan panjang terhadap jaringan b. Kemampuan untuk membersihkan saku gusi c. Kesenangan tiap individu d. Pendidikan dan motivasi individu e. Tipe geligi pasien f. Tingkatan penyembuhan gusi pasien. Hanya sedikit penelitian yang ditunjukkan untuk mengevaluasi efektivitas dari berbagai teknik penyikatan yang dianjurkan,tetapi teknik roll merupakan teknik yang paling sering dianjurkan, oleh karena sederhana dan mudah dilakukan pasien.

2.3. Teori Kebiasaan Menyikat Gigi Malam Sebelum Tidur

Dokumen yang terkait

Pengalaman Karies Gigi Pada Anak-Anak SD Negeri 060901 (Proyek Inpres 91/92) Dan Swasta Bhaangkari I Medan

0 26 56

Kebiasaan Menyikat Gigi Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Medan

0 20 57

PENGARUH KETEPATAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO

3 21 30

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 3 14

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR Pengaruh Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 9-11 Tahun di SDN Bl

0 5 17

GAMBARAN POLA JAJAN, FREKUENSI MENYIKAT GIGI DAN STATUS KARIES GIGI ANAK USIA 11-12 TAHUN DI SD NEGERI GUMPANG 01 KECAMATAN Gambaran Pola Jajan, Frekuensi Menyikat Gigi Dan Status Karies Gigi Anak Usia 11-12 Tahun Di Sd Negeri Gumpang 01 Kecamatan Kartas

0 4 10

PERBEDAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR YANG MENDERITA KARIES GIGI DAN TIDAK Perbedaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Yang Menderita Karies Gigi Dan Tidak Menderita Karies Gigi Di Sekola

0 0 17

Hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan manis dengan karies gigi anak usia sekolah

1 2 5

PERANAN ORANG TUA DAN PERILAKU ANAK DALAM MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES ANAK

0 0 7

HUBUNGAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KEMBARAN KECAMATAN KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 16