Biaya Pengobatan dan Transport Dukungan Sosial

6 kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah kontruksi rumah. Seseorang yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru Prabu, 2008. Dalam penelitian ini, mayoritas pasien memiliki pendapatan ≤ Rp1.000.000 yaitu sebesar 64,29 orang.

B. Tingkat Kepatuhan Pasien terhadap Penggunaan Obat Tuberkulosis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pasien yang menjadi sampel penelitian ini memiliki motivasi dan pengetahuan yang tinggi. Berdasarkan algoritme manajemen kepatuhan CMAG, kuadran yang memiliki kategori motivasi dan pengetahuan tinggi adalah kuadran IV yang menandakan bahwa kepatuhan pasien juga tinggi. Alasan positif yang berhubungan dengan kepatuhan pasien yang tinggi tersebut antara lain keinginan yang kuat dari pasien sendiri untuk sembuh, biaya pengobatan yang gratis dan petugas kesehatan di puskesmas masing-masing memberikan perhatian serta informasi yang jelas mengenai pengobatan yang dijalani oleh pasien. Oleh karena kepatuhan pasien tersebut sudah tinggi dan berada pada kuadran IV, maka rekomendasi interaksi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau memperkuat motivasi dan pengetahuan pasien adalah senantiasa diadakan diskusi untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan situasi sosial yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam mengikuti pengobatan CMSA, 2006.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

1. Faktor Ekonomi dan Struktural Sosioekonomi

a. Biaya Pengobatan dan Transport

Berdasarkan hasil penelitian, seluruh pasien tidak mengeluarkan biaya pengobatan apapun terutama untuk obat, karena memang pemberian obat anti tuberkulosis tersebut diberikan secara cuma-cuma. Hal ini merupakan salah satu 7 kebijakan pemerintah dalam menanggulangi TB di Indonesia Depkes RI,2008. Sedangkan untuk biaya transport, sebanyak 34 80,95 orang mengeluarkan biaya transport berupa uang bensin ataupun untuk membayar transport kendaraan umum. Untuk jarak rumah pasien ke Puskesmas, sebanyak 31 73,81 pasien memiliki jarak yang dekat dengan Puskesmas yaitu ≤3 km. Dalam sebuah teori menjelaskan bahwa biaya pengobatan dan transport yang mahal dapat berpengaruh negatif terhadap kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya WHO, 2003. Akan tetapi, dalam penelitian ini kedua hal tersebut bukan menjadi suatu faktor negatif untuk pasien patuh dalam menjalani pengobatan, terutama untuk biaya pengobatan pasien. Biaya pengobatan yang gratis tersebut berdampak positif terhadap psikologis pasien, karena tuberkulosis biasanya menyerang sejumlah masyarakat menengah ke bawah dimana penghasilan rata-rata tiap bulannya juga sedikit. Dengan biaya pengobatan yang gratis, para penderita TB merasa tidak terbebani dan semakin meningkatkan keinginan mereka untuk sembuh. Selain itu, biaya transport yang dikeluarkan pasien juga tidak menjadi faktor negatif, karena mayoritas jarak rumah pasien dengan puskesmas daerah masing-masing adalah ≤3 km atau dapat dikatakan cukup dekat dan letak empat puskesmas tersebut tergolong strategis karena dapat dijangkau dengan kendaraan umum ataupun pribadi.

b. Dukungan Sosial

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 15 35,71 orang mendapatkan dukungan sosial yang kurang, 14 33,33 orang mendapatkan dukungan sosial yang cukup dan 13 30,95 orang mendapatkan dukungan yang baik. Dalam penelitian ini dukungan sosial dikatakan “baik” apabila pasien mendapatkan dukungan dari keluarga berupa diingatkan dan ditemani untuk minum obat, “cukup” apabila pasien hanya mendapatkan dukungan berupa diingatkan atau ditemani untuk minum obat, “kurang” apabila pasien tidak mendapatkan dukungan berupa keduanya diingatkan dan ditemani. Hasil tersebut menujukkan ada 15 orang dimana dukungan yang diberikan dari keluarga masih kurang. Secara otomatis, pasien tersebut mempunyai cara sendiri 8 untuk mengingat minum obatnya, diantaranya menyimpan obat di tempat yang mudah terlihat atau menghidupkan alarm pengingat. Kurangnya dukungan sosial dan tidak stabilnya kondisi lingkungan memiliki pengaruh negatif terhadap kepatuhan pasien WHO, 2003. Selain itu, dukungan sosial dalam bentuk mengingatkan dan menemani minum obat merupakan salah satu tugas seorang PMO yaitu mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan dan memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur Depkes RI, 2008. Dalam penelitian ini diharapkan untuk keluarga pasien yang masih kurang dalam memperhatikan anggota keluarganya yang sedang menjalani pengobatan TB, untuk dapat lebih memperhatikan. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan pemberi motivasi terdekat dengan pasien. Selain itu, keluarga dapat mengoptimalkan perannya sebagai seorang PMO.

2. Faktor yang Berhubungan dengan Pasien

Dokumen yang terkait

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Puskesmas Kartasura Sukoharjo Pada Desember 2012.

0 2 10

PENDAHULUAN Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Puskesmas Kartasura Sukoharjo Pada Desember 2012.

0 0 13

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Puskesmas Kartasura Sukoharjo Pada Desember 2012.

0 3 19

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WIROSARI – PURWODADI TAHUN 2009.

0 1 16

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT TUBERKULOSIS PARU PADA PROGRAMMED MANAGEMENT Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Tuberkulosis Paru Pada Programmed Management On Drug-Resistant Tuberculosis Di Puskesmas Kota Surakarta.

0 2 13

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT TUBERKULOSIS PARU PADA PROGRAMMED MANAGEMENT Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Tuberkulosis Paru Pada Programmed Management On Drug-Resistant Tuberculosis Di Puskesmas Kota Surakarta.

0 2 16

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Dan Kepatuhan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di RSUD Dr. Moewardi.

0 3 12

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Dan Kepatuhan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di RSUD Dr. Moewardi.

0 1 15

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Puskesmas Kabupaten Sukoharjo.

0 0 13

PENDAHULUAN Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Tuberkulosis Di Puskesmas Kabupaten Sukoharjo.

1 6 13