Penguasaan bahasa negara- negara ASEAN

13 Majalah ARSIP Edisi 66 2015 A SEAN merupakan kelompok negara-negara Asia Tenggara berdiri sejak tahun 1967, sebagai wujud reaksi terhadap perang dingin antara dua kekuatan besar pada saat itu yaitu Blok Barat Amerika Serikat dan sekutunya serta Blok Timur Uni Soviet dan kelompoknya. Selain itu, juga adanya rasa ketakutan dari negara- negara Asia Tenggara terhadap faham komunisme, dan sekaligus sebagai alat promosi untuk menunjukkan kiprahnya di bidang pembangunan ekonomi. Sudah banyak yang telah dilakukan oleh ASEAN untuk mencapai tujuan bersama, salah satu diantaranya adalah dengan terbentuknya komunitas ASEAN untuk memperkokoh dan menunjukkan eksistensinya kepada dunia luar. Adapun bentuk konkritnya adalah masyarakat ASEAN yang menjadi satu kesatuan tanpa adanya batas hambatan negara, khususnya pada bidang politik keamanan, bidang ekonomi dan bidang sosial budaya. Dari 3 bidang tersebut, penulisan artikel ini akan lebih fokus dalam bidang ekonomi, terutama dalam perdagangan bebas antar sesama negara ASEAN, yang rencananya akan diberlakukan pada akhir tahun 2015. Dari hasil kesepakatan, telah disetujui beberapa profesi yang bebas masuk diantara sesama anggota ASEAN, antara lain adalah engineering services, nursing, architectural, dental practitioner, accountancy services, good manufacturing practices, dan tourism professional. Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka tinggal sebulan lebih untuk menghadapi pasar bebas tersebut, pertanyaannya adalah bagaimana kesiapan Indonesia khususnya arsiparis dalam menghadapi tantangan tersebut. Banyak hal yang harus disiapkan baik dari segi infra struktur, dasar hukum dan aturan main secara nasional, serta tentu saja sumber daya manusia. Walaupun profesi arsiparis atau profesi bidang kearsipan belum termasuk kesepakatan beberapa bidang yang akan dilakukan secara bebas, tetapi tentunya sudah harus dipersiapkan sejak dini agar jangan sampai tenaga profesional asing bidang kearsipan masuk dengan bebas ke negara tercinta. Tantangan dan Peluang Data secara internasional menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mengggembirakan dan perlu kerja keras dalam kesiapan untuk menghadapi berbagai kendala, karena dalam banyak hal kita ketinggalan dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Selain Rasio Gini yang semakin melebar, yaitu 0,41 pada tahun 2013, juga tingkat daya saing Indonesia masih pada ranking 38 pada tahun 2013 masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Pada tahun 2014 pada ranking 34, memang ada kenaikan tetapi belum terlalu signiikan dan juga masih berada di bawah beberapa negara ASEAN lainnya. Produktivitas kerja juga masih menjadi kendala yaitu 36 dibandingkan Amerika Serikat AS, Sumrahyadi : KEBIJAKAN ANRI DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN MEA Sumrahyadi : KEBIJAKAN ANRI DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN MEA