Dana Alokasi Umum DAU

C. Dana Alokasi Umum DAU

Sebagai salah satu bentuk transfer dana dari Pemerintah Pusat, alokasi DAU mempunyai peranan yang cukup besar bagi pendapatan Daerah mengingat DAU menduduki porsi jumlah terbesar dibandingkan komponen lainnya dalam Dana Perimbangan. Per definisi, DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dengan adanya DAU ini diharapkan perbedaan kemampuan keuangan antara Daerah yang maju dengan Daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. Pembagian dana bagian Daerah melalui bagi hasil revenue sharing berdasarkan daerah penghasil by origin cenderung menimbulkan ketimpangan antar Daerah, dimana Daerah yang mempunyai potensi pajak dan SDA yang besar hanya terbatas pada beberapa Daerah tertentu. Peran strategis distribusi DAU terletak pada kemampuannya untuk menciptakan pemerataan berdasarkan pertimbangan atas potensi fiskal dan kebutuhan nyata dari masing-masing Daerah. Oleh karena itu, DAU untuk suatu Daerah ditetapkan berdasarkan fiscal gap yang dihitung berdasarkan potensi penerimaan fiscal capacity dan kebutuhan belanja fiscal needs. Dengan demikian, fungsi dari alokasi DAU adalah untuk menutup gap yang terjadi karena fiscal needs melebihi fiscal capacity yang dimiliki suatu Daerah. Karena “fungsinya” sebagai alat untuk mengurangi ketimpangan fiskal horizontal ini, maka seyogyanya DAU dilihat secara keseluruhan sebagai bagian 9 dari Dana Perimbangan dan juga kapasitas fiskal Daerah sendiri PAD. Artinya, DAU tidak boleh dilihat secara terpisah dengan terutama bagi hasil pajak PBB, BPHTB, PPh perorangan dan bagi hasil SDA, karena DAU memiliki fungsi untuk menetralisasi dampak yang diakibatkan oleh bagi hasil tersebut atau bisa dianggap sebagai equalization grant. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999, jumlah DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 dari Penerimaan Dalam Negeri PDN netto dalam APBN PDN setelah dikurangi dengan bagi hasil ke Daerah termasuk Dana Reboisasi pada tahun yang sama, dimana untuk Propinsi sebesar 10-nya dan KabupatenKota sebesar 90-nya. Dengan menggunakan bobot DAU masing-masing Daerah, maka dapat dihitung besarnya alokasi DAU untuk suatu Propinsi ataupun suatu KabupatenKota. a Besarnya alokasi DAU ke suatu Propinsi Besarnya alokasi DAU ke suatu Propinsi dihitung dengan mengalikan bobot Propinsi yang bersangkutan dengan besarnya total DAU yang tersedia untuk Propinsi, yang secara nasional adalah 10 dikalikan dengan 25 dari PDN netto. Alokasi DAU Ke Suatu Propinsi = 10 x 25 x PDN netto xBobot Propinsi 10 b Besarnya alokasi DAU ke suatu KabupatenKota Mirip dengan perhitungan alokasi ke Propinsi, perbedaannya adalah total DAU yang tersedia untuk KabupatenKota sebesar 10 terhadap 25 dari PDN netto. Alokasi DAU Ke Suatu KabupatenKota = 90 x 25 x PDN netto x Bobot KabupatenKota Dalam penghitungan DAU yang dialokasikan kepada Daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota seluruh Indonesia dilakukan oleh Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah pada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah DPOD yang hasilnya akan direkomendasikan kepada DPOD yang selanjutnya akan dikonsultasikan dengan Panitia Anggaran DPR RI. Dengan pertimbangan untuk menghindari kemungkinan penurunan kemampuan Daerah dalam pembiayaannya, maka perhitungan DAU dimaksud juga mempertimbangkan adanya Faktor Penyeimbang yang sudah ditentukan. Selanjutnya, hasil perhitungan DAU untuk masing-masing Daerah yang sudah menjadi kesepakatan dalam DPOD akan disampaikan kepada Presiden untuk dapat ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Hasil perhitungan DAU TA 2001 telah ditetapkan dalam Keppres Nomor 181 Tahun 2000 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Propinsi dan Daerah KabupatenKota Tahun Anggaran 2001. Dalam APBN TA 2001, alokasi DAU yang didistribusikan kepada seluruh Daerah berdasarkan Keppres dimaksud mencapai Rp60,5 triliun atau kurang lebih 75 dari keseluruhan Dana Perimbangan yang 11 dialokasikan untuk Daerah. Dari jumlah tersebut, Pemerintah Propinsi memperoleh Rp6,2 triliun, sedangkan untuk Pemerintah KabupatenKota memperoleh Rp54,3 triliun. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 556KMK.032000, penyaluran DAU kepada masing-masing Daerah dilakukan oleh Menteri Keuangan c.q Ditjen Anggaran secara berkala setiap bulan sebesar 112 dari plafon DAU masing-masing Daerah sesuai yang ditetapkan dalam Keppres Nomor 181 Tahun 2000. DAU Tahun Anggaran 2002 Dalam rangka perhitungan DAU untuk TA 2002 dan tahun-tahun selanjutnya sudah diadakan komitmen bersama antara Pemerintah dan Panitia Anggaran DPR-RI untuk mengkaji ulang sekaligus mereformulasi DAU TA 2002, agar dihasilkan perhitungan dan distribusi DAU yang lebih baik dan mencerminkan rasa keadilan antar Daerah. Hal ini mengingat bahwa perhitungan dan distribusi DAU TA 2001 seperti yang tercantum dalam Keppres 181 Tahun 2000 belum sepenuhnya dapat mencerminkan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah sesuai dengan amanat UU Nomor 25 Tahun 1999. Dengan pengertian lain, bahwa DAU belum dapat berfungsi sebagai equalization grant. Reformulasi dan perhitungan DAU yang akan digunakan dalam TA 2002 pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari perhitungan fiscal gap, baik yang menyangkut kebutuhan Daerah fiscal needs maupun kapasitas fiskal fiscal capacity seperti yang tercantum dalam Pasal 17 PP Nomor 104 Tahun 2000, dengan memberikan beberapa variabel tambahan yang tidak menyimpang dari ketentuan yang ada dalam UU itu sendiri. Selain itu, dalam formulasi tersebut 12 masih memperhitungkan keberadaan Faktor Penyeimbang yang diharapkan semakin kecil peranannya dibandingkan dengan formulasi DAU TA 2001. Beberapa variabel yang digunakan dalam formulasi fiscal gap dalam perhitungan DAU TA 2002 meliputi : a. Variabel-variabel potensi Daerah fiscal capacity, terdiri dari potensi PAD dihitung dari PDRB sektor jasa dengan menggunakan metode ekonometrika dan potensi penerimaan bagi hasil PBB, BPHTB, PPh Perseorangan, dan SDA. Bagi hasil SDA hanya diperhitungkan 75, dengan pertimbangan untuk mengakomodasi adanya kekhawatiran Daerah mengenai ketidakpastian jumlah bagi hasil SDA yang akan diterima serta untuk memberikan insentif ke Daerah sebagai biaya untuk perbaikan lingkungan dan sosial cost akibat dampak dari eksploitasi SDA dimaksud. b. Variabel-variabel kebutuhan Daerah fiscal needs dibagi atas variabel kependudukan dan variabel kewilayahan. Variabel kependudukan meliputi Jumlah Penduduk, Indeks Kemiskinan Relatif proxi : Poverty Gap, dan Kepadatan Penduduk. Sementara untuk variabel kewilayahan meliputi Luas Wilayah dan Indeks Harga Bangunan. Masing-masing variabel diberi bobot nilai yang berbeda, yaitu : Variabel kependudukan 0,5, yang terdiri atas Indeks Penduduk IP sebesar 0,4, Indeks Kemiskinan Relatif IKR sebesar 0,1, dan Indeks Density ID sebesar 0,0; Variabel kewilayahan 0,5, yang terdiri atas Indeks Wilayah IW sebesar 0,1 dan Indeks Harga Bangunan IH sebesar 0,4. 13 Untuk menghindari kemungkinan penurunan kemampuan Daerah dalam membiayai beban pengeluaran yang sudah menjadi tanggung jawabnya, maka perhitungan DAU 2002 disamping menggunakan formula Fiscal Gap juga menggunakan Faktor Penyeimbang sesuai PP Nomor 104 tentang Dana Perimbangan sebagaimana telah direvisi dengan PP Nomor 84 Tahun 2001. Dengan adanya Faktor Penyeimbang, alokasi DAU kepada Daerah ditentukan dengan perhitungan formula Fiscal Gap dan Faktor Penyeimbang. Dalam rangka perhitungan DAU untuk TA 2002 dan tahun-tahun selanjutnya sudah ada komitmen bersama antara Pemerintah dan Panitia Anggaran DPR-RI untuk mengkaji ulang sekaligus mereformulasi DAU TA 2002, agar dihasilkan perhitungan dan distribusi DAU TA 2002 yang lebih baik dan mencerminkan rasa keadilan antar Daerah. Formula DAU TA 2002 merupakan rekomendasi dari Tim Independen yang terdiri dari 4 empat universitas yang selama ini terlibat dalam kajian dibidang keuangan Daerah UI, UGM, UNAND, dan UNHAS kepada Pemerintah. Formula DAU tersebut telah disetujui oleh DPOD dan oleh Pemerintah telah ditetapkan dengan PP Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas PP Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. Namun demikian, dalam perhitungan DAU TA 2002 berdasarkan plafon DAU dalam APBN TA 2002 Rp69,1 triliun dengan formula tersebut terdapat Daerah-daerah baik Provinsi maupun KabupatenKota yang mengalami penurunan penerimaan DAU TA 2002 dibandingkan dengan DAU TA 2001. Hal ini cukup logis mengingat formula DAU yang baru dianggap lebih baik dan dapat mengoreksi hasil perhitungan DAU TA 2001 bagi Daerah-daerah yang diuntungkan dalam perhitungan pada waktu itu. 14 Sesuai dengan pembahasan perhitungan DAU TA 2002 dengan Panitia Anggaran telah disepakati bahwa hasil akhir perhitungan DAU TA 2002 menggunakan formula DAU sebagaimana dimaksud di atas dengan dilakukan beberapa penyesuaian dengan tujuan tidak ada Daerah yang menerima DAU TA 2002 lebih kecil dari DAU TA 2001 ditambah Dana Kontinjensi 2001 bagi Daerah yang menerima. Untuk tujuan tersebut telah ada tambahan dana untuk DAU bukan dari plafon yang disebut dengan Dana Penyeimbang sebesar Rp2.054,72 miliar yang perhitungannya bersamaan dengan perhitungan DAU dalam tabel terlampir. Keberadaan Dana Penyeimbang juga dimaksudkan untuk menambah penerimaan DAU Provinsi, dimana dengan 10 dari total DAU secara nasional untuk penerimaan DAU Provinsi dirasa masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan DAU seluruh Provinsi. Dalam TA 2002, penerimaan DAU seluruh Provinsi sebesar Rp6,91 triliun, sementara penerimaan DAU TA 2001 ditambah Dana Kontinjensi untuk Provinsi sebesar Rp7,47 triliun. Alokasi DAU TA 2002 untuk Provinsi dan KabupatenKota telah ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 131 Tahun 2001 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Daerah KabupatenKota Tahun Anggaran 2002 tertanggal 31 Desember. Selanjutnya pada tanggal yang sama telah pula ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 685KMK.072001 tentang Penetapan Rincian Dana Penyeimbang Tahun Anggaran 2002 Kepada Daerah Provinsi dan Daerah KabupatenKota. Rincian alokasi DAU TA 2002 dan Dana Penyeimbang untuk masing-masing Daerah dapat dilihat dalam tabel terlampir. 15 Sedangkan perhitungan DAU Tahun 2002 untuk 12 Kota baru yang dibentuk pada tahun 2001 belum dapat dilakukan secara nasional, hal ini karena keterbatasan data terutama data kapasitas fiskal. Adapun metode penghitungan untuk 12 Kota baru tersebut sebagai berikut : a. Alokasi Minimum Mendapatkan lumpsum yang diperhitungkan secara Nasional, dengan besaran yang sama dengan KabupatenKota lainnya Proporsional Belanja Pegawai antara Kabupaten Induk dan Kota pemekarannya b. Kesenjangan Fiskal KF Dibagi proporsional berdasarkan Luas Wilayah dan jumlah Pendudk antara Kabupaten Induk dan Kota Pemekarannya, dengan rasio 50 : 50.

D. DANA ALOKASI KHUSUS DAK