METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PT.BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SYARIAH SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN
MUDHARABAH PADA PT.BANK BNI SYARIAH KANTOR
CABANG SYARIAH SURAKARTA

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya
Program Studi Diloma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :
FEBRIA HARVIANI
NIM. F3608032

PROGRAM STUDI DILOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2011

commit to user
i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
iii


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
” ..... Allah tidak hendak menyulitkanmu, tetapi Dia hendak membersihkan
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu
supaya kamu bersyukur ”
( Al-Maidah : 6 )
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(QS. Al- Insyirah : 6-8)
“Hidup itu singkat. Kita harus mencoba hal baru selagi masih punya
waktu”
(Christian Sugiono)
Berpikirlah positif dan optimis. Jika engkau mengalami hari yang buruk ,
maka itu adalah permulaan untuk hari lain yang dekat, yang
menggembirakan dan menyenangkan.
(DR. Aidh Abdullah Al-Qarni)


Kupersembahkan karyaku kepada :
Allah SWT
Bapak dan Ibu tersayang
Adikku dan Semua keluargaku
Dan almamaterku

commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Alhamdullilah , segala puji bagi Allah SWT atas
limpahan rahmat karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan


Tugas

PERHITUNGAN

Akhir

BAGI

dengan

HASIL

judul

PADA

“METODE

PEMBIAYAAN


MUDHARABAH PADA BANK BNI KANTOR CABANG
SYARIAH SURAKARTA”. Tugas Akhir ini disusun sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Program Studi
Diploma 3 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, tidak lepas dari dukungan
serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas limpahan rahmat , hidayah serta kaunia-Nya yang tidak
terhitung jumlahnya.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com.Akt selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Nurul Istiqomah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma 3
Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan motivasi serta arahannya.
4. Bapak Drs. Hari Murti, MEP selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan
kurang lebih selama tiga tahun.
5. Ibu Dra. Nunung Sri Mulyani selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna memberikan bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

6. Seluruh dosen DIII Keuangan dan Perbankan yang selalu memberikan
motivasi serta bimbingan kepada penulis.
7. Bapak Ir.Arief Mursidi selaku pimpinan PT. BNI Kantor Cabang
Syariah Surakarta dan Bapak Zulfahmi AR, selaku wakil pimpinan PT.
Kantor Cabang Syariah Surakarta atas kesempatana yang diberikan
kepada penulis untuk menimba ilmu di unit pimpinannya..
8. Seluruh Staff PT. BNI Kantor Cabang Syariah Surakarta yang telah
banyak membantu serta mengajari segala sesuatu yang belum dimengerti
oleh penulis.
9. Kedua orang tua tercinta Bapak Nur Kholis S.P dan Ibu Rosnani, yang
selalu mendampingi penulis selama ini baik moril maupun materil serta
doa tulus yang selalu dipanjatkan kepada penulis untuk bisa

menyelasaikan studi dengan baik. Semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan dan kasih sayang kalian.
10. Adik Tercinta Erlina terimakasih atas celotehan-celotehan yang selalu
memberi semangat kepada penulis.
11. Anugrah Setiawan, Novi Ria Rahmawati, Sri Endah Setyaningsih dan
Novita Dewi Septi Andriani terimakasih atas segalanya, serta telah
banyak membantu penulis selama ini.
12. Teman- teman seperjuangan D3 Keuangan dan Perbankan 2008, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Mari bahu mebahu-bahu
mengejar cit-cita untuk membanggakan orang-orang tersayang.
13. Keluarga keduaku GRIYA RISET (mbak ajeng sekeluarga, mbak titis,
elsa, mbak made, mbak esfan,mbak metha, tiska, utie, mbak mufti, mbak
manggar, mbak dewi, mbak mitha) terimakasih atas kebersamaan serta
dukungannya selama ini.

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

14. Teman – teman 65 (ewit,qq,muri,pepy,najam,edwin dan umar) yang
selalu memotivasi dalam segala keputusasaan yang dialami penulis.
Love U All.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
karya ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, April 2011

Penulis

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………..

i

HALAMANABSTRAKSI……………………………………..

ii

HALAMANPERSETUJUAN………………………………….

iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………….

iv


HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………

v

KATA PENGANTAR…………………………………………

vi

DAFTAR ISI……………………………………………………

vii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………

viii

DAFTAR TABEL………………………………………………

xi


BAB I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang………………………………………………
Rumusan Masalah…………………………………………...
Tujuan Penelitian……………………………………………
Manfaat Penelitian……………………………………………
Metode Penelitian…………………………………………….

1
3
3
4
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Bank Syariah……………………………… 6
1. Definisi Bank Syariah……………………………………. 6
2. Pengertian Riba………………………………………….. 8
B. Metode Bagi Hasil…………………………………………. 14
1. Pengertian Bagi Hasil……………………………………… 14
2. Investasi Dengan Bagi Hasil……………………………… 15
3. Pembiayaan dengan Bagi Hasil…………………………… 17
C. Perhitungan Pembiayaan Bagi Hasil………………………… 19
1. Pembiayaan
Mudharabah……………………………………………... 20
2. Pembiayaan
commit to user
Musyarakah……………………………………………..
26
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3. Menentukan Berakhirnya Pembiayaan…………………… 29
BAB III. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian………………………….
1. Gambaran Umum Perusahaan…………………………….
2. Identitas Perusahaan………………………………………
3. Visi dan Misi Perusahaan…………………………………
4. Struktur Organisasi……………………………………….
5. Produk-Produk BNI Syariah……………………………..
B. Pembahasan
Masalah…………………………………………………….

31
31
32
33
34
40
56

BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………
B. Saran………………………………………………………..

59
59

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………

60

LAMPIRAN

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

HALAMAN

II.1 Struktur Organisasi ……………………………………

34

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

II.1 Nisbah Perhitungan Bagi Hasil……………………………

27

II.2 Perkiraan Bagi Hasil Shohibul Maal………………………

29

III.3 Angsuran Pembiayaan Mudharabah………………………

57

commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pernyataan
Daftar Nilai Praktik Magang
Lampiran 2 Struktur Organisasi PT. BNI Syariah Surakarta
Lampiran 3 Formulir Permohonan Pembiayaan mudharabah
Lampiran 4 Slip Setoran dan Slip Penarikan
Lampiran 5 Formulir Surat Kuasa
Lampiran 6 Formulir Surat Pernyataan
Lampiran 7 Formulir Surat Keterangan
Lampiran 8 Formulir Surat Keterangan Persetujuan Suami Istri
Lampiran 9 Cheklist Persyaratan Pembiayaan

commit to user
xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam

perkembangan

sistem

Perbankan

Indonesia,

sistem

Perbankan Syari‟ah telah dijadikan sebagai suatu alternatif untuk sistem
Perbankan di Indonesia, dan sistem tersebut telah menjadi daya tarik
tersendiri di kalangan praktisi Perbankan dan kalangan bisnis. Lahirnya
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan sebagai hasil
revisi atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, telah memberi angin
segar bagi usaha untuk memberdayakan sistem Perbankan Syari‟ah,
yang dapat menjadi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan
perekonomian yang semakin berat pada saat ini.

Bank Syariah atau Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil, sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Bank syariah sudah
beroperasi sejak tahun 1992, yaitu dengan beroperasinya Bank
Muamalat Indonesia. Namun, Bank Syariah diatur secara formal sejak
diamandemennya UU No.7 Tahun 1992 dengan UU No. 10 Tahun 1998
dan UU No.23 Tahun 1992 tentang Bank Indonesia. Sejak saat tersebut
mulai berkembanglah Bank dengan prinsip bagi hasil di Indonesia.
Manajemen Perbankan Syari‟ah, pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan manajemen Bank pada umumnya (Bank Konvensional). Namun
dengan adanya landasan syari‟ah serta sesuai dengan Peraturan
Pemerintah yang menyangkut Bank Syari‟ah antara lain UU No. 10
tahun 1998, tentu saja baik organisasi maupun sistem operasional Bank
Syari‟ah terdapat perbedaan dengan Bank pada umumnya, terutama
commit to user

1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dengan adanya Dewan Pengawas Syari‟ah dalam struktur organisasinya
dan adanya system bagi hasil.

Berbeda dengan Bank yang beroperasi secara konvensional (bank
umum atau BPR) yang mempergunakan suku bunga, Bank Syariah
beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Seorang penabung di Bank
Syariah tidak menerima pendapatan bunga dari uang yang ditabung,
tetapi menerima pendapatan bagi hasil dari dana yang ditanamkan di
bank. Demikian juga dengan pembiayaan berdasarkan bagi hasil (kalau
di Bank umum disebut kredit), Bank tidak mendapatkan pendapatan
bunga kredit tetapi memperoleh pendapatan bagi hasil. Islam
mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan produktif. Islam
mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan investasi dan melarang
membungakan uang. Investasi merupakan suatu kegiatan usaha yang
mengandung risiko karena adanya unsur ketidakpastian. Dengan
demikian, perolehan kembaliannya (return) juga tidak pasti dan tidak
tetap. Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang
kurang mengandung risiko karena perolehan kembaliannya berupa
bunga yang relatif pasti dan tetap. Seiring dengan perkembangan
tersebut mulai banyak bermunculan lembaga-lembaga keuangan,
khususnya lembaga keuangan Bank yang mempergunakan sistem
Perbankan Syari‟ah.

Melihat pertumbuhan pada beberapa dasawarsa terakhir, sejak
pertengahan 1970-an, perbankan Islam telah meluas sehingga kini
terdapat di sekitar 70 negara meliputi sebagian besar dunia muslim,
yang mengoperasikan semacam institusi keuangan Islam. Begitu juga
dengan Bank BNI Syariah Surakarta, Bank Syari‟ah, dan Lembagalembaga Keuangan Syari‟ah lainnya lahir untuk memperkenalkan dan
commit to user

2

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

memberikan produk-produk Perbankan yang berlandaskan syari‟ah
dengan prinsip bagi hasil.
Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari
kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap.
Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang
benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem
bagi hasil merupakan salah satu praktik Perbankan Syariah. Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis mengambil judul tentang “METODE
PERHITUNGAN

BAGI

HASIL

PADA

PEMBIAYAAN

MUDHARABAH DI PT. BANK BNI KANTOR CABANG SYARIAH

SURAKARTA “
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan

latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan
Mudharabah di BNI Syariah Surakarta?

2. Dasar apakah yang digunakan untuk menentukan Nisbah bagi hasil
pada pembiayaan Mudharabah di BNI Syariah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Mengetahui sistem perhitungan bagi

hasil

pada pembiayaan

Mudharabah di BNI Syariah Surakarta.

2. Mengetahui dasar penentuan Nisbah bagi hasil pada pembiayaan
Mudharabah di BNI Syariah Surakarta.

commit to user

3

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi / perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif
bagi instansi / perusahaan, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk memberikan layanan yang maksimal kepada
nasabah.
2. Peneliti
Selain merupakan untuk memenuhi tugas akhir juga sebagai
penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan.
3. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan referensi dan

pengembangan teori bagi penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini
adalah studi kasus yakni membuat deskripsi analisis yang terbatas pada
kasus tertentu yang menjawab permasalahan yang diuraikan dalam
rumusan masalah.

2. Objek Penelitian
Nama Perusahaan/instansi

: PT.BNI Cabang Syariah Surakarta

Lokasi Objek Penelitian

: Jalan Slamet Riyadi No.318 Surakarta

Bidang Penelitian

: Pembiayaan Mudharabah

Waktu Penelitian

: Bulan Januari 2010

commit to user

4

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dengan cara
mewawancara langsung objek penelitian yaitu PT. BNI
Cabang Syariah Surakarta. Meliputi gambaran umum
perusahaan

serta

data-data

lain

yang

menunjang

penyusunan tugas akhir.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari studi
literatur dan studi pustaka yang menunjang dalam
penyusunan tugas akhir.
b. Sumber Data
Sumber data diperoleh dengan cara mewawancara langsung
untuk mendapatkan informasi mengenai sistem perhitungan bagi
hasil pembiayaan pada BNI Syariah Surakarta serta didapatkan
dari studi literatur dan studi pustaka.

4. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Tekhnik Wawancara
Wawancara merupakan tekhnik pengumpulan data yang digunakan
dengan cara melakukan tanya jawab langsung kepada pihak PT.
BNI Cabang Syariah Surakarta.

b. Tekhnik Kepustakaan
Metode pengumpulan data dengan mengarahkan atau mengacu
pada beberapa buku sebagai bahan penulisan serta tinjauan pustaka
yang sesuai.
commit to user

5

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Bank Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Bank Syariah atau Bank islam atau sering disebut bank tanpa bunga
adalah bank yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam, yaitu
berdasarkan Al-Quran dan hadist Nabi saw. Definisi Bank Syariah
menurut Sudarsono (2004:27), Bank syariah adalah Lembaga Keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip
syariah.
Bank syariah muncul di Indonesia dikarenakan oleh dorongan
keinginan masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Islam) yang
berpandangan bahwa bunga dalam bank merupakan riba , sehingga
dilarang dalam agama Islam. Dilihat dari aspek hukumnya, dasar adanya
perkembangan Bank Syariah di Indonesia adalah UU No.7 tahun 1997.
Dalam UU tersebut merupakan prinsip syariah yang sifatnya masuk dalam
kategori yang samar, karena hal tersebut dinyatakan sebagai prinsip bagi
hasil.
Prinsip utama operasional Bank yang berdasarkan prinsip syariah
adalah hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist. Kegiatan
operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan dalam AlQuran dan sunnah Rasul Muhammad SAW. Larangan terutama berkaitan
dengan kegiatan Bank yang diklasifikan ke dalam riba.

Dalam

menjalankan usahanya Bank Syariah tidak menggunakan sistem riba
melainkan bagi hasil dalam menentukan pemberian imbalan atau jasa dari
dana.
commit to user

6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Menurut Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru (2006) perbedaan
yang mendasar antara Bank Syariah dan Bank Konvensional antara lain:
a. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara Bank Konvensional dan Syariah terletak pada
landasan falsafah yang dianutnya. Bank Syariah tidak menganut sistem
bunga dalam seluruh aktifitasnya sedangkan bank konvensional justru
sebaliknya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam
terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh Bank Syariah,
dimana sistem yang dikembangkan untuk menghindari sistem bunga
maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang
dilaksanaan adalah bagi hasil.
b. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
Dalam sistem Bank Syariah dana nasabah dikelola

dalam bentuk

titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan
deposito pada Bank Konvensional dimana deposito merupakan upaya
pembungaan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah
membutuhkan, bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya
dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas tinggi inilah membuat
dana

titipan

kurang

memenuhi

syarat

suatu

investasi

yang

membutuhkan pengendapan dana. Dana nasabah yang terkumpul
dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian dimanfaatkan atau
disalurkan ke dalam berbagai transaksi perniagaan yang diperbolehkan
pada sistem syariah. Keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang
disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang dibagikan kepada
nasabah. Jika hasil usaha semakin tinggi maka semakin besar pula
keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Namun jika
keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang
dapat dibagikan Bank kepada nasabahnya.
commit to user

7

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

c. Kewajiban Mengelola Zakat
Bank Syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti
wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan
mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang
melekat pada Bank Syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial
(zakat, infak, sedekah).
d. Struktur Organisasi
Didalam struktur organisasi suatu Bank Syariah diharuskan adanya
dewan pengawas syariah (DPS). DPS bertugas mengawali segala
aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS
ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
2. Pengertian Riba
Didalam Bahasa Indonesia, pengertian riba adalah pelepas uang,
lintah darat, bunga uang atau rente. Sehingga tidak dapat diambil
kesimpulan yang konklusif tentang riba , dan tidak ditemui perbedaan
yang tegas antara riba dengan bunga. Sementara itu, dalam bahasa Arab,
riba berarti kelebihan. Maka mengingat bahwa dalam praktek bunga

terdapat kelebihan, maka bunga, usury dan interest termasuk kedalam
kategori riba.
Menurut sholahuddin Muhamad dan Lukman Hakim (2008), Secara
bahasa, riba berasal dari raba-yarbu-rabwan, raba[an], ribwat [an],
riba[an],

riba;

artinya adalah zada

wa

nama

(bertambah dan

berkembang). Jadi, secara bahasa riba artinya az-ziyadah (tambahan).
Definisi riba secara syar’i adalah pertambahan akibat pertukaran jenis
harta tertentu, baik karena kelebihan (al-fadhl) dalam pertukaran dua harta
sejenis ditempat pertukaran (majlis tabadul) atau karena adanya
penundaan (nasi’ah) waktu pembayaran/penyerahan harta. Ternyata
commit to user

8

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

larangan transaksi riba tersebut tidak hanya dalam Islam saja. Agama
Yahudi, Kristen, dan Katholik juga melarangnya. Bahkan mengecam keras
sistem tersebut dalam transaksi apapun, seperti yang termuat dalam kitabkitab Yahudi sebagai berikut :
a. Kitab Eksodus (keluaran) pasal 22 ayat 25 :
“Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku, orang
yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai
penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau bebankan bunga

terhadapnya”
b. Kitab Deutoronomy (ulangan) pasal 23 ayat 19 :

“Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang
maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibunga kan”
c. Kitab Levicitus (Imamat) pasal 35 ayat 7 :

“Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya
melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa
hidup diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya
dengan memnta bunga, juga makananmu janganlah engkau berikan

dengan meminta riba”
Adapun kalangan umat Kristen terinspirasi oleh Lukas 6:34-35
yang berbunyi :
“Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu
berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu?
Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa,
supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kekasihilah
musuhmu dan berbuatlah baiklah kepada mereka dan pinjamkan

commit to user

9

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dengan tidak mengaharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan
kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Maha Tinggi, sebab ia
baik terhadap orang-orang tidak tahu berterima kasih dan terhadap
orang-orang jahat”

Karena tidak secara tegas menolak bunga, maka timbul beberapa
persepsi dan tafsiran tentang boleh atau tidaknya praktek bunga. Para
pendeta Kristen di Abad 1 hingga abad XII dengan tegas menolak dan
mengharamkan bunga. Namun abad XII hingga abad XVI, beberapa
pendeta muda mulai mengajukan usulan diperbolehkan bunga. Dan pada
abad XVI s.d tahun 1836, atas pandangan beberapa reformis Kristen, para
pendeta Kristen sudah mulai merealisasikan penghalalan sistem bunga.
Terdapat beberapa dalil islam yang melarang sistem riba . Namun
demikian, Allah SWT menurunkan risalah larangan praktek riba dengan
menggunakan empat tahapan, yakni :
a. Allah memberikan pengertian riba tidak akan menambah kebaikan
disisi Allah. Allah berfirman : “Dan sesuatu riba (tambahan) yang
kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu
tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridlaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan

(pahalanya).” (QS. Ar-Ruum : 39).
b. Allah memberikan gambaran siksa bagi Yahudi dengan salah satu
karakternya suka memakan riba. Allah SWT berfirman : “Maka
disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan

commit to user

10

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka itu siksa

yang pedih.” (QS. An-Nisaa‟ : 160:161)
c. Allah SWT melarang memakan riba yang berlipat ganda. Allah SWT
berfirman :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya

kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran :130)
d. Allah melarang dengan keras dan tegas semua jenis riba . Allah SWT
berfirman :
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakannya maka ketahuilah
bahwa Allah dan Rasul-Nya menerangimu. Dan jika kamu bertaubat,
maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula

dianiayanya.” (QS. Al-Baqarah : 278-279)
Terdapat 4 (empat) tahapan pengharaman riba :
a. Allah memberikan pengertian bahwa riba tidak akan menambah
kebaikan disisi Allah
b. Allah memberikan gambaran siksa bagi Yahudi dengan salah satu
karakternya suka memakan riba.
c. Allah SWT melarang memakan riba yang berlipat ganda
d. Allah SWT melarang dengan keras dan tegas semua jenis riba.

commit to user

11

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dalam ilmu Fiqh, dikenal 3 (tiga) jenis riba, yaitu sebagai berikut :
a. Riba Fadl

Disebut juga riba buyu’, yaitu riba yang timbul akibat pertukaran
barang sejenis dengan barang lain yang tidak memenuhi syarat dalam
kriteria sama dengan kualitasnya (mistlan

bi

mistlin),

sama

kuantitasnya (sa wa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahan (yadan
bin

yadin).

Pertukaran

semisal

mengandung

gharar,

yaitu

ketidakjelasan bagi kedua belah pihak akan nilai masing-masing
barang tersebut yang akan dipertukarkan.
b. Riba Nasi’ah

Riba Nasi’ah bisa terjadi pada sharf (pertukaran) maupun pinjammeminjam (al-qardh). Bentuknya bisa meliputi tiga bentuk, pertama
pada sharf, yaitu jual beli dua mata uang berbeda semisal rupiah
dengan dolar, tetapi tidak dilakukan secara kontan.
Kedua, pinjam-meminjam untuk jangka waktu tertentu dengan syarat

tertentu dengan syarat tertentu maka akan ada tambahan pada saat
pengembalian. Bunga bank jelas termasuk dalam jenis ini. Kadangkadang tambahan itu disebut sebagai infak atau biaya administrasi.
Ketiga, pinjam-meminjam tanpa syarat tambahan saat pengembalian,

namun ketika jatuh tempo belum bisa dibayar, lalu diberi tempo
dengan konpensasi ada tambahan. Saat ini, tambahan itu sering disebut
denda keterlambatan angsuran pada jual beli secara kredit.
Ada yang berpendapat, jika tidak disyaratkan sejak awal, yaitu karena
inisiatif pemijam sendiri, apalagi dalam bentuk uang selain uang, hal

itu boleh karena merupakan hadiah. Pendapat ini keliru, karena
tambahan yang termasuk riba itu tidak mesti tambahan berupa uang,
commit to user

12

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

tapi semua bentuk tambahan yang berupa manfaat lain yang muncul
dari pinjam-meminjam itu sendiri termasuk riba .
Seseorang yang meminjamkan uang atau nominalnya dan menerima
harta jaminan, atau seseorang yang menerima gadai suatu barang, juga
tidak boleh mengambil manfaat apapun dari harta jaminan atau harta
yang digadaikan itu, sekalipun atas izin si peminjam atau orang yang
menggadaikan. Hal itu termasuk riba dan haram.
c. Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah adalah hutang yang telah dibayar oleh seorang

peminjam melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak
mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah
ditetapkan. Riba Jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah
“Kullu Qardin Jarra Manfa’atan fahuwa Riba” (setiap pinjaman yang
mengambil manfaat adalah riba ). Memberi pinjaman adalah transaksi
kebaikan (tabarru’), sedangkan meminta kompensasi adalah transaksi
bisnis (tijarah). Jadi, transaksi yang dari semula yang diniatkan untuk
sebagai transaksi kebaikan tidak boleh diubah menjadi suatu transaksi
yang bermotif bisnis.
Dari segi penundaan waktu penyerahannya, Riba Jahiliyah tergolong
Riba Nasia’ah, dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan,
tergolong Riba Fadl. Tafsir Qurtuby menjelaskan :
“Pada zaman jahiliyah seorang kreditur, apabila utang sudah jatuh
tempo, akan berkata kepada para debitur: “ Lunaskan utang Anda
sekarang, atau Anda tunda pembayaran itu dengan tambahan”. Maka
pihak debitur harus menambah jumlah kewajiban pembayaran
utangnya dan kereditur menunggu waktu pembayaran kewajiban

tersebut sesuai dengan ketentuan baru” (Tafsir Qurtubi,2/1157).
commit to user

13

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dalam Perbankan Konvensional, Riba Jahiliyah dapat ditemui dalam
berbagai pengenaan bunga pada transaksi kartu kredit yang tidak
dibayar penuh tagihannya.
Dari definisi riba , sebab (illat) dan tujuan (hikmah) pelarangan riba,
maka dapat diidentifikasi bahwa praktik perbankan merupakan suatu
konvensional yang tergolong riba. Riba Fadl dapat ditemui dalam
transaksi jual beli valuta asing yang tidak dapat dilakukan secara tunai.
Riba Nasia’ah dapat ditemui dalam transaksi pembayaran bunga
secara

kredit

dan

pembayarannya

dengan

cara

bunga

tabungan/deposito/giro. Riba Jahiliyah dapat ditemui bahwa dalam
transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya.

B. Metode Bagi Hasil
1. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan
profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian

laba. Secara definitif profit sharing diartikan: “distribusi beberapa bagian
dari pada laba pada para pegawai dan suatu perusahaan”. Lebih lanjut
dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan
yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya,
atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.
Menurut Antonio (2010), bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan
dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara
pemilik modal (shahibul maa/) dan pengelola (Mudharib).
Pada mekanisme lembaga keuangan syariah atau bagi hasil,
pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik
commit to user

14

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau bentuk bisnis
korporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis
yang disebutkan tadi, harus melakukan transparansi dan kemitraan secara
baik dan ideal.
Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional
antara shohibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua
pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk
kepentingan pribadi mudharib, dapat dimasukkan kedalam biaya
operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shohibul maal dan
mudharib sesuai proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit

disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai
semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar
kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian
akan dianggap sebagai pembagian keuntungan dimuka.
2. Investasi Dengan Bagi Hasil
Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada
kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama
atau partnership merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi islam.
Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua lini kegiatan ekonomi,
yaitu : produksi, distribusi barang maupun jasa. Salah satu bentuk
kerjasama dalam bisnis atau ekonomi islam adalah qirad atau
mudharabah. Qirad atau mudharabah adalah kerjasama antara pemilik

modal atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau ketrampilan
atau tenaga dalam pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha.
Melalui qirad atau mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak
akan mendapat bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss
sharing dari proyek ekonomi yang disepakati bersama.

commit to user

15

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Alasan sistem ekonomi Islam tidak menggunakan sistem bunga secra
filosofis dapat dijelaskan melalui ayat-ayat Al-Quran yang mendasarinya.
Dasar pijakannya :
a. Doktrin kerjasama dalam ekonomi islam dapat menciptakan kerja
produktif sehari-hari dari masyarakat (QS, 2: 190)
b. Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial (QS, 3
: 103, 5:3, 9:71, 105)
c. Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak
merata (QS. 4:5-10, 74:76, 89 : 17-26)
d. Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi
proses yang kuat membantu yang lemah (QS. 43:32)
e. Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergantungan
serta petukaran barang dan jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri
(QS. 92: 8-10, 96: 6)
Melalui kerjasama ekonomi akan terbangun pemerataan dan
kebersamaan. Fungsi-fungsi diatas menunjukan bahwa melalui bagi hasil
akan menciptakan suatu tatanan ekonomi yang lebih merata. Implikasi
dari kerjasama ekonomi ialah aspek sosial politik dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan secara musyawarah untuk memperjuangkan
kepentingan bersama dibidang ekonomi, kepentingan negara dan
kesejahteraan rakyat.
Lembaga keuangan (Bank) adalah sebuah lembaga perantara antara
pihak surplus dana kepada pihak minus dana. Dengan demikian, bank
dengan sendirinya memainkan peranan penting dalam pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan umat, jika bank mampu memobilsasikan uang
dari masyarakat, secara langsung ataupun melalui lembaga keuangan non
commit to user

16

perpustakaan.uns.ac.id

bank.

digilib.uns.ac.id

Disamping

itu,

uang

disalurkan

tersebut

harus

mampu

membangkitkan produktivitas pengusaha-pengusaha yang potensial.
Uraian mengenai fungsi pokok operasional Bank Syariah, ada tiga fungsi
pokok dalam kaitan dengan kegiatan perekonomian masyarakat, yang
mengutamakan prinsip bagi hasil.
3. Pembiayaan dengan Bagi Hasil
Penyaluran dana dalam Bank Konvensional, kita kenal dengan
istilah kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam Bank Syariah untuk
penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam
Bank Konvensional keuntungan Bank diperoleh dari bunga yang
dibebankan, maka dalam Bank Syariah tidak ada istilah bunga, akan tetapi
bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. Menurut Kasmir (2002)
Prinsip bagi hasil dalam Bank Syariah yang diterapkan dalam pembiayaan
dapat dilakukan dalam 4 akad utama yaitu:
1) Al-Musyarakah
Al-Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak
memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan
atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam praktik perbankan Al-Musyarakah diaplikasikan dalam hal
pembiayaan proyek. Nasabah yang dibiayai dengan Bank sama-sama
menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan
dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah
terlebih dahulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. AlMusyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada

lembaga keuangan Modal Ventura.

commit to user

17

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2) Al-Mudharabah
Al-Mudharabah merupakan akad kerjasama antara dua pihak

dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain
menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan kedalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola.
Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka pengelola
yang bertanggung jawab.
Dalam praktiknya mudharabah terbagi dalam 2 jenis yaitu
mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqqayah . Pengertian
mudharabah mutlaqah merupakan kerjasama antara pihak pertama dan

pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh
waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis. Sedangkan mudrabah
muqqayadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah

dimana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah
bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-Mudharabah biasanya diaplikasikan
pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal
kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan
tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana
juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang
dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.
3) Al-Muzaraah
Al-Muzaraah merupakan akad kerjasama pengolahan pertanian

antara pemilik lahan dengan penggarap untuk ditanami produk
pertanian dengan imbalan bagiana tertentu dari hasil panen. Dalam

commit to user

18

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dunia Perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang
platation atas dasar bagi hasil panen.
Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk.
Sedangkan penggarap menyediakan keahlian, tenaga, dan waktu.
Keuntungan diperoleh dari hasil panen dengan imbalan yang telah
disepakati.
4) Al-Musaqaah.

Pengertian Al-Musaqaah adalah bagian dari Al-Muzaraah yaitu
penggarap

hanya

bertanggung

jawab

atas

penyiraman

dan

pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri.
Imbalan tetap diperoleh dari presentase hasil panen pertanian antara
pemilik lahan dengan penggarap.
C. Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan
Sesuai dengan fungsinya, sebagai lembaga intermediary keuangan, Bank
Syariah akan mendapatkan bagi hasil dari dana yang ditempatkan kepada para
debiturnya (nasabah). Bagi hasil dari klien/nasabah inilah yang nantinya akan

dibagikan kepada para penabung. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana
cara melakukan perhitungan bagi hasil bagi nasabah penempatan dana.
Penempatan dana yang berbentuk atau menggunakan akad jual beli
adalah didasarkan pada marjin keuntungan yang telah disepakati antara pihak
dengan nasabah. Sementara penempatan dana yang menggunakan akad
syirkah, baik yang berbentuk mudharabah maupun musyarakah, tentu saja,

akan menghadapi cara perhitungan yang berbeda. Sebagai prakiraannya,
biasanya digunakan tabel proyeksi pembayaran kemudian dibandingkan
dengan realisasi atau aktualisasi dan perhitungannya.

commit to user

19

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Penempatan dana yang berbentuk atau menggunakan akad jual beli
adalah didasarkan pada marjin keuntungan yang telah disepakati antara pihak
Bank dengan nasabah. Sementara penempatan dana yang menggunakan Akad
Syirkah, baik yang berbentuk Mudharabah maupun Musyaraka h, tentu saja

akan mengahadapi cara perhitugan yang berbeda. Sebagai prakiraannya,
biasanya digunakan tabel proyeksi pembayaran kemudian dibandingkan
dengan realisasi atau aktualisasi dan perhitungannya.
Bagi hasil dalam penempatan dana/output dana/pembiayaan/kredit yang
perlu diperhitungkan adalah penempatan dana aqad syarikah atau dengan
produk Mudharaba h dan produk Musyarakah.
1. Pembiayaan Mudharabah
Didalam Al-Quran, antara lain didalam surat Al-Muzamil (73) ayat
20: “……Yadhiribuua fil-ardhi yabtaghuuna min fadhillaah….: dan orangorang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah. Rukun
Mudharabah

a. Malik, atau shohibul maal ialah yang mempunyai modal.
b. Amil, atau Mudhorib ialah yang akan menjalankan modal.
c. Ama l, ialah usahanya.
d. Maal, ialah harta pokok atau modal.
e. Shighot, atau perintah atau usaha dari yang menyuruh berusaha.
f. Hasil.
Adapun syarat sahnya Mudharabah
a. Barang yang diserahkan adalah mata uang. Tidak sah menyerahkan
harta benda atau emas-perak yang masih dicampur atau masih
berbentuk perhiasan.
commit to user

20

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

b. Melafazkan ijab dari yang punya modal, dan kobul dari yang
menjalnkannya.
c. Ditetapkan dengan jelas, bagi hasil bagian pemilik modal dan bagian
mudharib.
d. Dibedakan dengan jelas antara modal dan hasil yang akan
dibagihasilkan dengan kesepakatan.
Empat fungsi pengusaha/pelaksana dalam aqad Mudharabah
a. Mughorib : pengelola dana. Melakukan dhorb ialah perjalanan dan
pengelolaan usaha. Dhorb ini dapat dianggap sebagai saham
penyertaan.
b. Pemegang amanah : Mughorib menjaga dan mengusahakannya dalam
investasi dan mengembalikannya sesuai dengan akad dan kesepakatan
bersama.
c. Wakil : mewakili Shohibul Maal untuk melakukankegiatan usaha.
d. Syarik : Sebagai partner penyerta yang berhak menerima keuntungan
dengan yang telah disepakati bersama.
Untuk mengurangi timbulnya perselisihan terutama atas biaya-biaya
yang timbul, maka disarankan bahwa yang dibagihasilkan adalah
pendapatan hasil bruto. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa
keuntungan atau hasil netto yang dibagihasilkan, dengan catatan bahwa
biaya-biaya yang dapat menimbulkan keraguan tentang keabsahannya
seperti transportasi debitur, uang makan, atau uang lelah, uang saku debitur
dan semacamnya tidak sah dimasukkan untuk mengurangi pendapatan
bruto tersebut.

commit to user

21

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Jika yang dihasilkan bruto, maka disamping menyebutkan nisbah atau
bagian hasil masing-masing, Bank beberapa bagian, nasabah beberapa
bagian dari hasil bruto diperoleh, harus disepakati pula margin
keuntungan atau profit Bank dari bagian yang disetor ke bank syariah.
Maka disetorkan oleh nasabah ke Bank Syariah dari cicilan/angsuran
pokok modal Mudharabahnya juga termasuk profit Bank sekaligus.
b. Jika yang dibagihasilkan hasil netto, cukup dengan menyebutkan
nisbah. Sedangkan, pembayaran modal Mudharabah berada diluar
nisbah bagi hasil yang didapatkan.
Untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan atau kecenderungan
negatif yang mungkin ditimbulkan oleh nasabah, terutama tidak cocoknya
informasi tentang aktualisasi pendapatan yang diperolehnya, maka antara
lain dapat dilakukan dengan makin mengecilnya nisbah debitur pada bulanbulan sesudahnya seperti :
a.

Nisbah bulan ke 1 sampai bulan ke 4, 60;40 (Bank:Debitur)

b.

Nisbah bulan ke 2 sampai bulan ke 8, 65:35 (Bank: Nasabah)

c.

Nisbah bulan ke 9 sampai bulan ke 12, 70:30 (Bank: Nasabah)

Sebaiknya untuk mendorong usaha debitur, antara lain dapat diberikan
bonus atau semacam intensif kepadanya, setiap dapat mencapai pendapatan
sama dengan ataupun melebihi proyeksi hasil yang direncanakan.
Dalam

Mudharabah

yang

dibagihasilkan

adalah

pendapatan.

Pendapatan terkecil adalah nol. Maka dimaksudkan kerugian dalam
Mudharabah adalah ketidakmampuan debitur dalam membayar cicilan

pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya, atau jumlah seluruh
cicilan yang lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam hal
terjadi demikian, kerugian ditanggung oleh Bank Syariah, kecuali akibat :
commit to user

22

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Debitur melanggar syarat yang telah disepakati.
b. Debitur lalai dalam menjlankan modalnya.
Maka penentuan syarat misalnya : tidak boleh melanggar tekhnik
tradisional plus, sangat pentingnya mengantisipasi wan perstasi. Pokokpokok perhitungan Mudharabah.
Karena hasil dari Mudharabah belum dapat dipastikan sebagaimana
dalam hal jual-beli atau laba Tijaroh, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Dituntut adanya nasabah yang sejujur-jujurnya, disamping kemampuan
atau keahlian dalam usahanya. Untuk itu perlu diantisipasi, antara lain
dalam akad perjanjian.
b. Hasil yang dapat diterimanya tersebut harus diproyeksikan lebih
dahulu, sesuai dengan kewajarannya, seperti dengan nisbah bagi hasil,
proyeksi profit/margin keuntungan bank, misalnya setara / seukuran

dengan prosentase pendapatan aktual yang efektif ataupun prosentase
rata-rata dan lain-lain. Proyeksi inilah yang dijadikan ukuran atau
dasar perhitungan untuk menghitung aktualisasi hasilnya.
c. Pokok-pokok perhitungan Mudharabah
1) Jika diperhitungkan adalah hasil netto ditentukan nisbah bagi hasil
masing-masing, kemudian baru rencana pembayaran kembali
modal Mudharabahnya . Contoh : Mudharabah ternak qurban
sebesar Rp. 10.000.000,- pada 1 zulkaidah dengan nisbah 60:40
(Bank : Nasabah). Rencana pengembalian modal sekaligus tanggal
1 Muhararam. Ternyata aktualisasi hasil yang ada diperhitungkan
sebesar Rp. 1.000.000,- perhitungannya :

commit to user

23

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Nisbah 60:40 aktualisasi hasil Rp. 1.000.000,- profit bank 60: 100
X Rp. 1.000.000,- = Rp. 600.000. keuntungan nasabah
Rp.400.000,- pembayaran ke bank tanggal 1 Muhharam = Rp.
10.600.000,2) Jika diperhitungkan hasil yang diterima oleh bank maupun
nasabah, maka digunakan rumus sebagai berikut: S= P + A
Dimana :

S = Setoran nasabah ke bank syariah
P = Profit (keuntungan yang dihitungkan) dalam
setoran bank tersebut
A=Angsuran

atau

cicilan

pokok

modal

Mudharabah

Untuk menghitung hasil akhir dari permintaan, bahwa jika yang
diperhitungkan adalah hasil yang dapat ditempuh melalui dua
cara, yaitu :
a) Dengan sistem rata-rata
Rumus yang digunakan untuk mencari hasil yang dibagikan
dengan sistem rata-rata adalah sebagai berikut :
Tempo Rata-Rata = Jangka Waktu + 1
2
b) Dengan Sistem Efektif
Untuk memberikan penjelasan tentang penerapan sistem efektif
ini, akan diberikan kasus sebagai berikut :
Kasus : Modal kerja yang dibutuhkan Rp. 4.705.000 pertama
kali dari Bank Syariah , selanjutnya dari hasil panen. Untuk
commit to user

24

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

investasi

dibutuhkan

Rp.

5.648.000,-

sehingga

plafon

mudaharabah berjumlah Rp.10.353.000. Panen udang setiap
sebulan sekali. Pembiayaan direncanakan dalam waktu enam
kali atau 36 bulan. Proyeksi penjualan tiap panen Rp.
8.750.000,-. Bagi hasil setara dengan mark-up Bank 20% p.a
(aktual pendapatan efektif.)
Yang harus dicari adalah :
Menghitung nisbah bagi hasil dan tabel pembayaran proyeksi
pembayarannya. Jika aktualisasi panen Rp. 20.000.000, tiap
panen, hitung dan buat tabel aktualisasi pembayaran. Jika
aktualisasi hasil Rp. 7.000.000 hitung dan buatakan tabel
aktualisasi pembayarannya.
Jawaban :
Perhitungan profit setara 20 % p.a efektif dalam 12 bulan, 6
bulan 10%
Ke-1 : Misalkan angsuran pertama = A
Profit 10% = 10% x Rp.10.353.000= 1.035.300 (P)
Setoran = A+P = A+1.035.300
Saldo modal = Rp.10.353.300-A
Ke-2 : P2 = 10% (10.353.300+A) = 1.035.300 + 0,1 A
A2 = S2 –P2 = (A + 1.035.300)- 1.035.300 + 1.035.300+0,1A=
1.1A
Saldo modal = 10.353.000-A-1,1 A = 10.353.300-A-1,1 A=
10.353.300 -2,1 A
commit to user

25

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Ke-3 : p3 = 10% (10.353.300-2,1A) = 1.035.300-2,1 A
A3 =S3 –P3 = A – 1.035.300 – 1.035.300 + 0,21 A =1,21 A
Ke-4 : A4 = 1,21 A x 1,1

= 1,331

Ke-5 : A5 = 1,331 A x 1,1

= 1,46

Ke-6 : A6 = 1,4641 A x 1,1

= 1,61051A

2. Pembiayaan Musyaraka h
Musyarakah berasal dari kata syirkah yang berarti percampuran. Para
ahli Fikih mendefinisikan sebagai akad antara orang-orang yang berserikat
dalam modal maupun keuntungan. Hasil keuntungan dibagihasilkan sesuai
dengan kesepakatan bersama diawal sebelum melakukan usaha. Sedang
kerugian ditanggung secara proporsional sampai batas modal masingmasing. Secara umum dapat diartikan patungan modal usaha dengan bagi
hasil menurut kesepakatan.
Musyarakah akan menjadi akad syah apabila telah terpenuhi syarat

dan rukun-rukunnya, yaitu :
a. Melafazkan kata-kata yang menunjukan izin yang akan mengendalikan
harta.
b. Anggota syarikat percaya mempercayai.
c. Mencampurkan harta yang akan diserikatkan.
Adapun rukun syarat syahnya melakukan syirkah adalah :
a. Macam harta modal.
b. Nisbah bagi hasil dari modal yang diserikatkan
c. Kadar pekerjaan masing-masing pihak yang berserikat.
commit to user

26

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Sebagaimana diketahui pembiayaan Musyarakah adalah suatu
tekhnik pembiayaan di Bank Syariah diantara dua atau lebih pemilik
dana, secara bersama-sama membiayai suatu usaha yang akan dijalankan
oleh pelaksana. Pelaksana dapat berasal dari salah satu pemilik dana,
dapat juga orang lain yang bukan pemilik dana.
Biasanya nasabah yang melaksanakan usaha patungan tersebut
dengan sebagian modal dari calon nasabah dan sebagian dari Bank
Syariah. Dari sini, biasanya diawali dengan akad. Dalam akad, disamping
diatur tentang hak dan kewajiban masing-masing, juga harus disepakati
tentang hasil yang dibagihasilkan.

Sebaiknya

hasil

yang akan

dibagihasilkan diambil dari pendapatan, catatan:
1) Jumlah pembiayaan shohibul maal 1 = Rp. 60.000.000,2) Jangka waktu 12 bulan
3) Perkiraan / proyeksi bagi hasil 12% p.a flat
Dari ketiga data tersebut diatas, langkah selanjutnya dibuat tabel
angsuran yang selama ini dikenal di kalangan perbankan dengan
ditambahkan kolom proyeksi pendapatan usaha dan kolom-kolom nisbah.
Tabel 2.1 nisbah perhitungan bagi hasil

Bulan

Perkiraan

Proyeksi

Rincian Nisbah

Pendapatan

Shohibuul maal

Usaha

Nisbah

SM

Bagi

1-12

Cicilan

Hasil

pokok

SM

A+D+G

B+E+H

=J

=K

Angsuran

C+F+I=L

M

SM

Debitur

SM-1

SM-2

SM-3

L/M

1-L/M

C/M

F/M

I/M

Sumber : Tekhnik Perhitungan Bagi Hasil, Muhamad, 2001.

commit to user

27

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Besarnya nisbah tidak harus sama setiap bulannya selama masa
pembiayaan. Dapat dilakukan akad-akad dengan multi nisbah, selama hal
ini ditetapkan dengan jelas diawal, misalnya dalam akad disepakati :
a. Nisbah bulan 1 - 3 : 60 – 40 (shohibul maal – debitur)

b. Nisbah bulan 3 - 6 : 65 -35 (shohibul maal – debitur )
c. Nisbah bulan 6 – 12 : 70-30 (shohibul maal – debitur )
Dengan demikian, semua variasi tekhnik tetapi tidak menutup
kemungkinan dari keuntungan. Jika diambil dari keuntungan maka biayabiaya yang meragukan tidak usah diperhitungkan. Bagi hasil tentunya
tidak proporsional atas modalnya, karena salah satu sebagai pengelola,
sementara yang lainnya tidak. Hal yang paling penting adalah pada saat
akad dilakukan telah disepakati tentang nisbah bagi hasilnya.
Seperti

halnya

didalam

pembiayaan

Mudharabah,

didalam

pembiayaan Musyarakah pun hasil usaha yang didapat adalah belum
pasti. Oleh karena itu harus pula disepakati tentang proyeksi sebagai
dasar perhitungan aktualisasi yang sebenarnya terjadi.
Pembiayaan yang melibatkan dana dari Bank, biasanya Bank tidak
akan terlibat dalam pengelolaan usaha secara maksimal. Sehingga bisa
terjadi terdapat pelaksana usaha bukan merupakan salah satu pemilik
dana.
Berdasarkan pola ini dapat diilustrasikan kasus-kasus sebagai
berikut :
a. Tabel perkiraan bagi hasil shohibul maal : 1

commit to user

28

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 Perkiraaan Bagi Hasil Shohibul Maal
Bulan
Perkiraan

ke

1-12

Cicilan pokok

Bagi Hasil

(A)

(B)

Rp5.000.000

Rp500.000

Setoran (C=A + B)
5500000

Sumber : Tekhnik Perhitungan Ba