nn
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia sedang menggalakkan sektor industri untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang hasil
industri dari luar negeri, menghemat devisa negara dan mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor industri diharapkan mampu menjadi
salah satu bidang yang mampu menopang perekonomian nasional sehingga
nantinya proyeksi pertumbuhan perekonomian nasional akan meningkat
seiring dengan adanya industrialisasi.
Salah satu upaya peningkatan sektor industri adalah dengan cara memenuhi
kebutuhan bahan-bahan industri melalui pendirian pabrik – pabrik kimia
dalam negeri dan juga diharapkan mampu menembus pasar ekspor
internasional.
1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C4H8 merupakan senyawa
berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, dan eter tetapi
tidak larut dalam air, tidak berwarna, serta mudah terbakar dengan aroma yang
(2)
Industri pembuatan 1-Butena merupakan sektor industri yang dapat
diharapkan mempunyai peranan dalam ikut meningkatkan perekonomian
nasional, dimana kebutuhan impor permintaan pasar 1-Butena di Indonesia
mengalami kenaikan sekitar 15,697 % per tahun. Sedangkan kebutuhan
1-Butenadi tingkat global cenderung meningkat sekitar 1,5- 2 % per tahun.
Perkembangan kebutuhan 1-Butena ini akan terus meningkat dengan semakin meluasnya pemakaian 1-Butena di berbagai sektor industri terutama industri
pembuatan sintesis polimer plastik (HDPE dan LLDPE)dimana industri
tersebut membutuhkan 1-Butenasebagai comonomer dalam produksi sintesis
polietilen.
Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan 1-Butena, maka pendirian pabrik 1-Butena akan membawa dampak positif, dimana dengan didirikannya
pabrik ini diharapkan kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi, menutupi
kebutuhan impor, memacu perkembangan industri yang menggunakan
1-Butena sebagai bahan baku maupun sebagai bahan pembantu dan dapat
melakukan ekspor ke luar negeri sehingga memberikan nilai keuntungan yang
lebih tinggi serta meningkatkan perekonomian nasional.
B. Kegunaan Produk
1-Butena merupakan salah satu senyawa alpha-olefin yang sangat penting dalam industri kimia, dimana selain digunakan sebagai comonomer pada
sintesis polyethylene pada industri polimer seperti Linear Low-Density Polyethylene (LLDPE) dan High-Density Polyethylene (HDPE), 1-Butena juga digunakan sebagai komponen plasticizer, minyak pelumas sintetis,
(3)
deterjen, polibutena, valeraldehid, 1,2-butilenoksida, n-butil merkaptan, sec-butylphenols, pelarut, dll.
C. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku pembuatan 1-Butena diperoleh dari PT Chandra Asri yang
merupakan produsen pengolahan Etilen terbesar Indonesia dengan kapasitas
550.000 ton/tahun, yang berada di daerah Serang Banten.
Tabel 1.1 Produsen Etilen di Indonesia
No Nama Perusahaan Kapasitas
(ton/tahun) 1. PT. Salim group, Pulau Bintan, Riau 250.000 2. PT. Pertamina/Mitsui/Marubeni/Toyo Menka Cilacap 500.000 3. PT. Shell/Mitsubishi Corp/C Itoh, Cilacap 375.000 4. PT. Chandra Asri, Serang Jawa Barat 550.000 (Sumber : http://www.icis.com , 2009)
Dengan demikian ketersediaan bahan baku tidak menjadi masalah karena
cukup tersedia dan mudah diperoleh.
D. Analisa Pasar
1. Kebutuhan Pasar
Jumlahimpor 1-Butena di Indonesia pada beberapa tahun terakhir adalah
(4)
Tabel 1.2. Data Impor 1-Butena di Indonesia
No Tahun Berat (Kg)
1 2003 5.830.604,00
2 2004 10.591.029,00
3 2005 11.870.901,00
4 2006 14.611.610,00
5 2007 13.803.887,00
(Sumber : BPS data Impor 2007)
Tabel 1.3. Data Impor 1-Butena Beberapa Negara di Asia Tahun 2007
No Negara Impor (Kg)
1 Malaysia 5.987.468,00
2 Fhilipina 475.960,00
3 Thailand 27.469,00
4 Singapura 15.888.806,00
5 Cina 14.075.020,00
6 Jepang 2.684.185,00
(Sumber : http://data.un.org, 2009)
Konsumsi 1-Butena di Indonesia dan di kawasan Asia diperkirakan akan terus
meningkat. Indikasi ini didasarkan atas perkembangan industri pemakainya
yang mengalami perkembangan cukup pesat. Dengan pendirian pabrik ini diharapkan kebutuhan 1-Butena dalam industri di Indonesia dapat terpenuhi
sehingga mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor dan dapat
(5)
2. Harga Bahan Baku dan Produk
Tabel 1.4. Harga bahan baku dan produk
No Bahan Kimia Harga, US$/kg
1 Bahan Baku
Etilen (C2H4) 0,585
2 Produk
1-Butena ( C4H8 ) 1,676
(Sumber : http://chemguide.asia dan http://www.cmaiglobal.com, 2009)
E. Kapasitas Pabrik
Berdasarkan data kebutuhan impor 1-Butena di Indonesia dari Tabel 1.2,
diperoleh persamaan regresi linier, y = 1996714,7x – 3992071367,3. Apabila
diproyeksikan pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan 1-Butena mencapai
sekitar 31.308.753,2 kg/tahun atau 31.309 ton/tahun (Gambar.1.1).
y = 1996714,700x - 3992071367,300
0,00 5.000.000,00 10.000.000,00 15.000.000,00 20.000.000,00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun K e b u tu h a n I m p o r In d o n e s ia (K g )
Gambar.1.1.Regresi Linier Kebutuhan Impor Indonesia (Sumber : BPS data Impor 2007)
Berdasarkan hasil pendekatan regresi linier diatas kapasitas produksi pabrik
(6)
Dengan kapasitas sebesar ini diharapkan:
• Dapat menghentikan impor 1-Butena dari negara lain yang terus
mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi
dengan hasil produksi industri pabrik lokal.
• Dapat menambah devisa nasional dengan melakukan ekspor produk ke negara di kawasan Asia ketika kebutuhan dalam negeri sudah cukup
terpenuhi.
• Dapat menggerakkan pertumbuhan industri dengan membuka kesempatan berdirinya industri lain yang menggunakan 1-Butenasebagai bahan baku.
• Membuka lapangan kerja kepada penduduk di sekitar wilayah industri yang akan didirikan.
Sedangkan kapasitas beberapa pabrik1-Butena yang sudah berdiri di dunia
(7)
Tabel 1.5. Kapasitas Produksi 1-Butena
No Tahun Kapasitas
(ton/tahun)
1. SABIC Basic Chemicals, 151.000
2. BP Chemicals, Pasadena , Tex. 56.699
3. ChevronPhillips Chemical, Cedar Bayou, Tex. 52.163
4. ExxonMobil, Baytown , Tex. 61.235
5. Shell Chemicals, Geismar , La. 63.503
6. Texas Petrochemicals, Houston , Tex. 142.882
7. Rasco Ras Lanuf, Libya 18.300
8. Nigerian Nat Petrochem Port Harcourt, Nigeria 22.000 9. Petrokemya Al Jubail, Saudi Arabia 100.000
10. National Petrochemical Arak, Iran 7.000
11. Petrochemical Tabriz, Iran 7.000
12. Techcorp Mussayed, Iraq 15.000
13. Copene Petroquim Nordeste Camacari, Brazil 25.000 14. Pet General Mosconi Ensenada, Argentina 25.000 15. Fushun Petrochemical Fushun, Liaoning, China 10.000 16. Panjin Petrochemical Panjin, Liaoning, China 10.000
17. China Puyang, Henan, China 12.000
18. Daelim Industrial Yochon, South Korea 20.000 19. Indian Petrochemicals Nagothane, Maharashtra, India 15.000 20. Chandra Asri Serang Banten, Indonesia 24.000 21. Nation Organic Chems Thane, nr Bombay, India 15.000 (Sumber : http://www.the-innovation-group.com dan http://www.icis.com, 2009)
(8)
F. Penentuan Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting dalam perancangan suatu pabrik
sehingga diperlukan pertimbangan yang matang. Hal ini dikarenakan lokasi
pabrik sangat mempengaruhi kedudukan pabrik dalam persaingan, penentuan
kelangsungan produksi dan eksistensinya di masa datang serta meminimalisasi
biaya produksi dan distribusi.
Adapun lokasi pendirian pabrik 1-Butena direncanakan di Kawasan Industri
Jl. Raya Serang km 22 Balaraja Timur Kabupaten Serang Provinsi Banten
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu pabrik sehingga penyediaan bahan baku sangat diprioritaskan. Lokasi pabrik di
Serang ini cukup tepat mengingat sumber bahan baku Etilen diperoleh dari
PT Chandra Asri. Dengan lokasi pabrik yang dekat bahan baku dapat juga
mengurangi biaya transportasi.
2. Pemasaran
Daerah ini berdekatan dengan Jakarta, Bogor, dan Tangerang yang
merupakan daerah yang potensial sebagai daerah pemasaran. Selain itu
Serang Banten berada di kawasan industri yang padat dengan industri –
industri kimia baik menengah maupun besar, yang merupakan pasar
(9)
3. Sistem transpotasi
Sistem transportasi di daerah ini, meliputi jalan raya, kereta api, bandara
dan pelabuhan, relatif mudah dan sudah tersedia bagi kepentingan
umum sehingga juga memudahkan distribusi produk.
4. Sarana pendukung utilitas
Fasilitas pendukung berupa air, listrik dan bahan bakar tersedia cukup
memadai karena merupakan kawasan industri.
5. Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja baik baik yang berpendidikan tinggi, menengah maupun
tenaga kerja terampil tersedia dalam jumlah yang cukup.
6. Stabilitas kondisi daerah
Di daerah Serang Banten masih tersedia lahan yang cukup luas, dengan fasilitas penunjang seperti listrik, air, dan bahan bakar yang cukup baik.
Kondisi daerah cukup stabil dan keadaan iklimnya normal. Bencana
alam seperti banjir dan gempa bumi jarang sekali terjadi. Hal ini sangat
(10)
II. DESKRIPSI PROSES
A. Jenis-Jenis Proses
1-Butena atau butilen dengan rumus molekul C4H8 merupakan senyawa
berbentuk gas yang larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, eter tetapi
tidak larut dalam air, tidak berwarna, serta mudah terbakar dengan aroma yang
khas. Beberapa proses yang dapat digunakan untuk menghasilkan 1-Butene,
yaitu sebagai berikut :
1. Dehidrogenasi n-Butana
Dalam proses ini, 1-Butena diperoleh dari dehidrogenasi Butana, dimana diperlukan kondisi temperatur dan tekanan operasi yang tinggi serta
membutuhkan banyak tahapan untuk menghasilkan 1-Butena dengan
kemurnian yang tinggi.
Pada proses ini, umpan mengandung 99% n-Butana dan 1 % isobutana
(w/w) didehidrogenasi pada kondisi adiabatik dengan menggunakan
reaktor fixed bed, pada temperatur sekitar 500-700oC dan tekanan sekitar 0,1-2 atm. Katalis yang digunakan berupa chromia-alumina. Produk reaksi
terdiri dari isobutana, isobutena, n-Butana, 1-Butena, 2-Butena, dan
(11)
− = = 3(g) 3 2(g) 2 3 CH CH CH -C H CH CH -CH -C H − = = 3(g) 3 2(g) 2 3 CH CH CH -C H CH CH -CH -C H
Proses yang terjadi pada unit dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
H3C-CH2-CH2-CH3(g) + H2(g)... (2.1)
n-Butana 1-Butena ; 2-Butena Hidrogen
H2C=CH-CH=CH2(g) + H2(g)... (2.2)
1-Butena ; 2-Butena 1,3-Butadiena Hidrogen
Di unit hidrogenasi, 1,3-Butadiena dihidrogenasi dengan menggunakan
gas hidrogen yang dihasilkan dari unit dehidrogenasi menjadi 1-Butena
dan 2-Butena dan sejumlah kecil 1-Butena terkonversi kembali menjadi
n-Butana. Reaksi hidrogenasi ini terjadi pada fase liquid dengan
menggunakan platinum atau palladium sebagai katalis pada temperatur
ruang dan tekanan 1-10 atm.
Proses yang terjadi pada unit hidrogenasi berdasarkan reaksi dibawah ini:
CH2=(CH)2=CH2(g) + H2(g) (CH3)CH=CH-CH3(g) ...(2.3)
Butadiena Hidrogen 2-Butena
CH2=(CH)2=CH2 (g) + H2(g) H2C=CH-CH2-CH3(g)...(2.4)
Butadiena Hidrogen 1-Butena
Kemudian produk hasil hidrogenasi dikirim ke menara distilasi yang
bekerja pada tekanan 1-10 atm, dimana 1-Butena dihasilkan sebagai
produk atas bersama dengan isobutana dan isobutena. Fraksi bawah yang
sebagian besar berupa n-Butana dan 2-Butena serta sebagian kecil fraksi Katalis(l)
Katalis(l)
Katalis(l)
(12)
C5+ di fraksionasi menghasilkan produk atas berupa n-Butana dan
2-Butena yang direcycle ke unit dehidrogenasi, dan produk bawah berupa fraksi C5+ yang dipisahkan sebagai liquid reject untuk digunakan sebagai
bahan bakar.
Pemisahan isobutena dari 1-Butena dilakukan dengan cara mengkonversi
isobutena menjadi methyl tertiary butyl ether (MTBE) melalui reaksi dengan senyawa metanol dalam fase liquid menggunakan katalis resin
sintetik pada temperatur ruang. Selanjutnya dilakukan distilasi untuk
memisahkan MTBE sebagai produk bawah serta campuran 1-Butena dan
isobutana sebagai produk atas. Pada proses ini konversi total overall terhadap etilen sebesar 92 % dan yield 1-Butena yang diperoleh yaitu
60%.Untuk menghasilkan 1-Butena dengan kemurnian yang tinggi (99%),
maka dilakukan distilasi kembali pada tekanan 3-10 atm, dimana
isobutana akan terpisah sebagai produk atas dan direcycle ke unit dehidrogenasi (US. Patent no.4.558.168).
2 . Dimerisasi Etilen
Proses dimerisasi etilen (Alphabutol) merupakan proses baru yang
dikembangkan oleh Institut Francais du Petrole (IFP). Proses ini terdiri dari 4 bagian antara lain reaktor, injeksi co-catalyst, penghilangan katalis (catalyst removal) dan distilasi. Pada proses ini etilen didimerisasi dalam reaktor pada fase liquid membentuk 1-Butena dengan konversi total terhadap etilen sebesar 95,7 % dan yield 1-Butena yang diperoleh yaitu 69,6 %. Dalam reaksi ini
(13)
Keluaran reaktor berupa gas produk dipisahkan menggunakan menara
distilasi, dengan sebelumnya produk yang terbawa larutan katalis di pisahkan
oleh flash drum. Bahan baku Etilen yang tidak bereaksi di recycle kembali menuju reaktor, sedangkan 1-Butene di murnikan lebih lanjut dengan menara distilasi untuk dipisahkan dari produk yang dihasilkan pada reaksi samping,
sehingga diperoleh 1-Butena dengan kemurnian tinggi.
Katalisator yang dapat dipakai untuk dimerisasi Etilen adalah senyawa Nikel,
Cobalt, dan Titanat. Katalisator Ni dan Co mempunyai selektivitas yang
rendah karena dapat menghasilkan campuran dari 1-Butena, cis 2-Butena,
trans 2-Butena, heksena bahkan oktana. Oleh karena itu dipakai senyawa
titanium sebagai katalisator yang terbaik.
Katalisator titanium ini harus ditambah senyawa lain yaitu senyawa
organolluminium membentuk katalis komplek organometalik untuk
menaikkan aktivitas katalis, menaikkan laju dimerisasi etilen dan selektivitas
proses. Senyawa organolluminium yang dapat digunakan mempunyai rumus
kimia AIR23 dengan R2 adalah gugus alkil dengan 1 sampai 6 atom karbon.
Katalisator ini dilarutkan dalam pelarut organik, yaitu dalam senyawa
aromatik (benzena, toluena), senyawa alipatik (heptana, heksena, oktana,
heksana) dan senyawa heteroatom, antara lain : ester, ether (Al-Sa’doun,
1993).
Proses yang terjadi merupakan reaksi eksotermis dengan reaksi kimia yang terjadi adalah :
(14)
1. Reaksi Utama
H2C = CH2(g) + H2C = CH2(g) H2C=CH-CH2-CH3(g) ... (2.3)
Etilen + Etilen 1- Butena
2. Reaksi samping
H2C = CH2(g) + H2C-CH2-CH2(g) H2C=CH-CH(CH3)-CH2-CH3(g)... (2.4)
Etilen 1-Butena 3-Metil 1-pentena
H2C = CH2(g) + H2C-CH2-CH2(g) H2C=CH-CH2-CH2-CH2-CH3(g). (2.5)
Etilen 1-Butena 1-Heksena
H2C = CH2(g) + H2C-CH2-CH2(g) H2C=C(C2H5)-CH2-CH3(g)..(2.6)
Etilen 1-Butena 2 Etil 1-Butena
B. Pemilihan Proses
Proses produksi 1-Butena ditampilkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Proses pembuatan 1-Butena
PROSES
NO KOMPONEN Dehidrogenasi
n-Butana
Dimerisasi Etilen ( Alphabutol ) 1 Temperatur 500-700oC 50-70oC
2 Tekanan 0,1-2 atm 1-10 atm
3 Bahan Baku n-Butana Etilen
4 Produk Samping Fuel gas, MTBE, liquid reject (C5+)
3-Metil 1-Pentena, 1-Heksena, 2 Etil 1-Butena
5 Konversi 92% 95,7%
6 Yield 60% 69,6%
7 ∆ Hrx (T) 130,8 kJ/mol (T=500
oC)
(Endotermis)
-104,7 kJ/mol (T=67oC) (Eksotermis) 8 ∆ Grx (T) 25,238 kJ/mol (T=500oC) -16.910,8 (T=67oC) 9 ∆ S 0,137 kJ/mol.K 49,4 kJ/mol.K 10 Katalis Platinum/ Palladium Organometallic 11
Biaya Bahan
Baku (US$/kg) 0,875 0,585
(15)
Proses yang dipilih untuk memproduksi 1-Butena adalah proses dimerisasi
Etilen (Alphabutol). Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan proses
ini didasarkan pada :
a.Kemudahan memperoleh bahan baku. b.Biaya bahan baku lebih rendah.
c.Proses pemurnian produk yang lebih sedikit sehingga tidak memerlukan
biaya tambahan untuk menghasilkan 1-Butena dengan kemurnian yang
tinggi.
d.Konversi dan yield yang diperoleh lebih besar.
e.Reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksotermis sehingga tidak
membutuhkan suplai energi.
C. Uraian Proses
Umpan bahan baku Etilen cair diperoleh dari PT.Chandra Asri yang dialirkan
melalui pipa menuju unit proses pabrik 1-Butena dengan tekanan 33 atm dan
temperatur 30oC. Sebelum bereaksi di dalam reaktor (R-01) umpan Etilen dikondisikan pada tekanan 8 atm dan temperatur 67oC oleh Expander Valve (EV-01) dan Heater (HT-02) sehingga Etilen berubah fase menjadi gas kemudian dicampur dengan Etilen arus recycle dari menara distilasi (DC-01) pada temperatur dan tekanan yang sama sebelum masuk reaktor (R-01).
Tekanan gas masuk reaktor (R-01) adalah 8 atm, temperatur 67 oC yaitu pada kisaran bubble point campuran dalam reaktor (Ali and Alhumaizi, 2000). Gas Etilen bereaksi dimerisasi dalam reaktor gelembung dengan katalis Ti/Al
(16)
reaksi katalitik pada fase cair menghasilkan 1-Butena dan sejumlah kecil
produk samping. Produk keluar pada temperatur 67 oC tekanan 8 atm sesuai tekanan sistem dalam reaktor (R-01). Cairan keluaran bawah reaktor (R-01)
diturunkan tekanannya melalui Expander Valve (EV-03) menjadi 1 atm dan temperatur dinaikkan menjadi 91,2 oC oleh Heater (HT-04), kemudian masuk ke Flash Drum (FD-01) untuk memisahkan hasil gas 1-Butena yang terbentuk dengan pelarut. Etilen dan 1-Butena serta sebagian kecil hasil samping dan
pelarut n-heptana akan terpisah menjadi fraksi atas dan sisanya terpisah
menjadi fraksi bawah. Hasil cairan kemudian diadsorbsi oleh adsorber
(AD-01) untuk memisahkan olefin (impurities)dari pelarut yang kemudian
direcycle kembali dalam reaktor (R-01), sedangkan impurities yang dihasilkan dari reaksi samping dibakar dalam incinerator.
Hasil uap selanjutnya masuk ke kompresor (CP-01) 2 stage untuk menaikkan tekanannya menjadi 8 atm. Temperatur keluar stage-2 kompresor (CP-01) adalah 122,9 oC lalu temperatur diturunkan oleh Cooler (CO-01) manjadi 67oC sehingga sama dengan tekanan dan temperatur gas keluar reaktor (R-01). Sebelum dimurnikan dalam menara distilasi (DC-01) keluaran atasgas Flash Drum (FD-01) dicampurkan dengan keluaran atas gas dari reaktor (R-01) yang bersama kemudian masuk ke kompresor (CP-02) satu stage untuk dinaikkan tekanannya menjadi 19 atm, temperatur 109,7 oC. Sebelum
diumpankan ke menara distilasi (DC-01) temperatur disesuaikan pada kondisi
cair jenuh pada 72,9 oC dalam Cooler (CO-02). Hasil atas menara distilasi (DC-01) berupa Etilen yang tidak bereaksi dikembalikan sebagai Etilen
(17)
recycle ke reaktor (R-01) dengan sebelumnya dikondisikan pada tekanan 8 atm oleh Expander Valve (EV-02) dan temperatur 67oC oleh Heater (HT-03). Hasil bawah menara distilasi (DC-01) diturunkan tekananya melalui Expander Valve (EV-04) menjadi 4 atm, dan penurunan temperatur menjadi 37,2 oC dalam Cooler (CO-02) sehingga berada pada kondisi cair jenuh, kemudian diumpankan ke menara distilasi (DC-02). Hasil atas menara distilasi (DC-02)
berupa 1-Butena sebagai hasil utama, sedangkan hasil bawah menara distilasi
(DC-02) direcycle ke dalam reaktor (R-01) sebagai pelarut katalis berupa n-Heptana dan sebagian kecil hasil samping reaksi yang terlebih dahulu
diadsorbsi dalam adsorber (AD-01) untuk memisahkan n-Heptana dari hasil samping reaksi berupa impurities olefin yang kemudian dibakar dalam incinerator sedangkan n-Heptana diumpankan kembali dalam reaktor (R-01).
(18)
III. SPESIFIKASI BAHAN
A. Bahan Baku
1. Etilen
Rumus molekul : C2H4
Rumus bangun : H2C=CH2
Berat molekul : 28,054 kg/kgmol
Densitas : 577 kg/m3 pada -110 oC Titik didih normal : -103,75 oC
Titik beku normal : -169,15 oC Tekanan Kritis : 49,7 atm
Temperatur kritis : 9,25 oC Kenampakan : Gas
Komposisi bahan : 99,9 % Etilen (minimal)
0,1 % Etana (maksimal)
2. Pelarut n-Heptana
Rumus molekul : n C7H16
Rumus bangun : H3C-CH2-CH2-CH2- CH2- CH2- CH3
Berat molekul : 100,205 kg/kgmol
Densitas : 684 kg/m3 pada 20 0C Titik didih normal : 98,45 oC
(19)
Titik beku normal : -90,55 oC Temperatur kritis : 267,05 oC Tekanan kritis : 27 atm
Kenampakan : cairan tidak berwarna Komposisi bahan : 99,9 % n-Heptana (minimal)
1 % hexena (maksimal)
3. Katalisator Titanium (IV) tert-butoxide
Rumus molekul : Ti (OC4H9)4
Berat molekul : 340,33 kg/kgmol
Titik didih normal : 312 oC (1 atm) Titik beku normal : - 55 oC Kenampakan : Powder
Densitas : 0,998 g/mL (25 °C)
Kemurnian : 100 % 4. Katalisator Triethyl Aluminium
Rumus molekul : Al (C2H5)3
Berat molekul : 114 kg/kgmol
Titik didih normal : 128 oC (50 mmHg) Titik beku normal : - 93 oC
Densitas : 0,835 g/mL (25 °C)
Kenampakan : Powder (25° C dan 1 atm) Kemurnian : 100 %
(20)
B. Produk 1-Butena
Rumus molekul : C4H8
Rumus bangun : H2C=CH-CH2-CH3
Berat molekul : 56,108 kg/kgmol
Densitas : 595 kg/m3 pada 20 oC Titik didih normal : -6,25 oC
Titik beku normal : -185,35 oC Temperatur kritis : 146,45 oC Tekanan kritis : 39,7 atm
Kenampakan : Gas
Kelarutan : larut dalam senyawa hidrokarbon, alkohol, dan eter tetapi
tidak larut dalam air
Komposisi bahan : 99,8 % 1-Butena (minimal) 0,2 % etilen ; etana (maksimal)
(21)
IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI
Kapasitas produksi : 30.000 ton/tahun
Waktu operasi : 330 hari/tahun, 24 jam/hari
Basis perhitungan : 1 jam operasi
A. Neraca Massa
1. Neraca Massa Keseluruhan
Tabel 4.1 Neraca Massa Keseluruhan
Masuk Keluar
Komponen kg/jam kg/jam
1-Butena 22,8645 3.787,8788
Etilen 3.799,4685 0,1753
Etana 4,0774 4,0777
3-Metil 1-Pentena 0 11,4321
1-Heksena 0,8618 6,5778
2-Etil 1-Butena 0 17,1481
Katalis Ti(OC4H9)4 4,3832 4,3832
Katalis Al(C2H5)3 5,8730 5,8730
n-Heptana 860,9137 860,9137
(22)
2. Neraca Massa per Alat
Tabel 4.2 Neraca massa di Reaktor (R-01)
Input (kg) Output (kg)
Komponen Aliran 2 Aliran 6 Aliran 7 Aliran 8
1-Butena 22,864 0,000 3.710,192 77,687
Etilen 3.969,508 0,000 167,379 2,818
Etana 4,082 0,011 0,476 3,617
3-Metil 1-Pentena 0,000 0,000 0,000 11,432
1-Heksena 0,000 0,862 0,000 6,578
2-Etil 1-Butena 0,000 0,000 0,000 17,148 Katalis Ti(OC4H9)4 0,000 4,383 0,000 4,383
Katalis Al(C2H5)3 0,000 5,873 0,000 5,873
n-Heptana 0,000 860,914 0,000 860,914
3.996,454 872,043 3.878,047 990,451
Total 4.868,497 4.868,497
Tabel 4.3 Neraca Massa di Flash Drum (FD-01)
Komponen F (kmol) V (kmol) L (kmol) F (kg) V (kg) L (kg)
1-Butena 1,3846 1,3559 0,0287 77,6872 76,0764 1,6108
Etilen 0,1005 0,1003 0,0002 2,8184 2,8131 0,0053
Etana 0,1203 0,1200 0,0002 3,6169 3,6098 0,0071
3-metil-1-Pentena 0,1358 0,1222 0,0137 11,4321 10,2829 1,1492
1-Heksena 0,0782 0,0684 0,0097 6,5778 5,7606 0,8172
2-etil-1-butena 0,2038 0,1778 0,0259 17,1481 14,9646 2,1836
katalis Ti 0,0129 0,0000 0,0129 4,3832 0,0000 4,3832
katalis Al 0,0515 0,0000 0,0515 5,8730 0,0000 5,8730
n-heptana 8,5916 6,1659 0,4257 860,9137 617,8472 243,0665
Total 10,6791 8,1105 2,5686 990,4505 731,3546 259,0959
10,6791 990,4505
Tabel 4.4 Neraca Massa di Menara Distilasi (DC-01)
F D W
KOMPONEN Kg kgmol kg kgmol kg kgmol
1-Butena 3786,2680 67,4818 0,0000 0,0000 3.786,2680 67,4818
Etilen 170,1920 6,0666 170,0218 6,0605 0,1702 0,0061
Etana 4,0859 0,1359 0,0041 0,0001 4,0818 0,1357
3 Metil
1-Pentena 10,2829 0,1222 0,0000 0,0000 10,2829 0,1222
1 Heksena 5,7606 0,0684 0,0000 0,0000 5,7606 0,0684
2 Etil - 1 Butena 14,9646 0,1778 0,0000 0,0000 14,9646 0,1778
n-Heptane 617,8472 6,1659 0,0000 0,0000 617,8472 6,1659
Total 4.609,4011 80,2186 170,0259 6,0607 4.439,3753 74,1579 D = 170,0259 kg W = 4.439,3753 kg
F = 4.609,4011 kg
(23)
Tabel 4.5 Neraca Massa di Menara Distilasi (DC-02)
F D W
Komponen Kg kgmol Kg kgmol kg kgmol
1-Butena 3.786,2680 67,4818 3.782,4817 67,4143 3,7863 0,0675
Etilen 0,1702 0,0061 0,1700 0,0061 0,0002 0,0000
Etana 4,0818 0,1357 4,0777 0,1356 0,0041 0,0001
3-Metil
1-Pentena 10,2829 0,1222 0,0000 0,0000 10,2829 0,1222
1-Heksena 5,7606 0,0684 0,0000 0,0000 5,7606 0,0684
2-Etil-1-Butena 14,9646 0,1778 0,0000 0,0000 14,9646 0,1778
n-Heptana 617,8472 6,1659 0,0000 0,0000 617,8472 6,1659
Total 4.439,3753 74,1579 3.786,7295 67,5560 652,6458 6,6019 D = 3.786,7295 kg W = 652,6458 kg
F = 4.439,3753 kg
D + W = 4.439,3753 kg
Tabel 4.6 Neraca Massa di Adsorber (AD-01 A/B)
Komponen Input (kg) Akumulasi (kg) Output (kg) Input (kmol) Akumulasi (kmol) Output (kmol) 1-Butena 5,3971 5,3971 0,0000 0,0962 0,0962 0,0000 Etilen 0,0053 0,0053 0,0000 0,0002 0,0002 0,0000 Etana 0,0112 0,0000 0,0112 0,0004 0,0000 0,0004 3-Metil 1-Pentena 11,4321 11,4321 0,0000 0,1358 0,1358 0,0000 1-Heksena 6,5778 6,5778 0,0000 0,0782 0,0782 0,0000 2-Etil 1-Butena 17,1481 17,1481 0,0000 0,2038 0,2038 0,0000 Katalis
Ti(OC4H9)4 4,3832 0,0000 4,3832 0,0129 0,0000 0,0129
Katalis Al(C2H5)3 5,8730 0,0000 5,8730 0,0515 0,0000 0,0515
n-Heptana 860,9137 0,0000 860,9137 8,5916 0,0000 8,5916
911,7416 40,5604 871,1812 9,1705 0,5141 8,6564
Total
911,7416 9,1705
Tabel 4.7 Neraca Massa di Mix-Point (MX-01)
Input (kg) Input (kmol)
Output (kg)
Output (kmol)
Komponen
Input Fresh Ethylene Output atas MD-01 Input Fresh Ethylene Output atas MD-01 Input R-01 Input R-01 1-Butena 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Etilen 3.799,4865 170,0218 135,4348 6,0605 3.969,5083 141,4953 Etana 4,0774 0,0041 0,1356 0,0001 4,0927 0,1357 3-metil-1-pentena 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1-Heksena 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2-etil-1-butena 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 n-heptana 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3.803,5639 170,0259 135,5703 6,0607 3.973,6010 141,6310
(24)
Tabel 4.8 Neraca Massa di Mix-Point (MX-02)
Input (kg) Input (kmol)
Output (kg)
Output (kmol)
Komponen
Bottom FD-01 Output EV-01 Bottom FD-01 Output EV-01 Input HT-01 Input HT-01 1-Butena 1,6108 3,7863 0,0287 0,0675 5,3971 0,0962 Etilen 0,0053 0,0000 0,0002 0,0000 0,0053 0,0002 Etana 0,0071 0,0041 0,0002 0,0001 0,0112 0,0004 3-metil-1-pentena 1,1492 10,2829 0,0137 0,1222 11,4321 0,1358 1-Heksena 0,8172 5,7606 0,0097 0,0684 6,5778 0,0782 2-etil-1-butena 2,1836 14,9646 0,0259 0,1778 17,1481 0,2038 Katalis Ti 4,3832 0,0000 0,0129 0,0000 4,3832 0,0129 Katalis Al 5,8730 0,0000 0,0515 0,0000 5,8730 0,0515 n-heptana 243,0665 617,8472 2,4257 6,1659 860,9137 8,5916
259,0959 652,6456 2,5686 6,6019 911,7416 9,1705
Total 911,7416 9,1705
Tabel 4.9 Neraca Massa di Mix-Point (MX-03)
Input (kg) Input (kmol)
Output (kg) Output (kmol) Komponen Output atas R-01 Output CP-01 Output atas R-01 Output CP-01 Input DC-01 Input DC-01 1-Butena 3.710,1916 76,0764 66,1259 1,3559 3786,2680 67,4818 Etilen 167,3789 2,8131 5,9663 0,1003 170,1920 6,0666 Etana 0,4761 3,6098 0,0158 0,1200 4,0859 0,1359 3-metil-1-pentena 0,0000 10,2829 0,0000 0,1222 10,2829 0,1222 1-Heksena 0,0000 5,7606 0,0000 0,0684 5,7606 0,0684 2-etil-1-butena 0,0000 14,9646 0,0000 0,1778 14,9646 0,1778 Katalis Ti 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Katalis Al 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 n-heptana 0,0000 617,8472 0,0000 6,1659 617,8472 6,1659 3.878,0466 731,3545 72,1080 8,1105 4.609,4011 80,2185
Total 4.609,4011 80,2185
Tabel 4.10 Neraca Massa di Mixing Tank (MT-01)
Input (kg) Input (kmol)
Output (kg) Output (kmol) Komponen Fresh Catalyst Fresh Solvent Fresh Catalyst Fresh Solvent Input DC-01 Input DC-01 1-Heksena 0,0000 0,8618 0,0000 0,0102 4,3832 0,0129 Katalis Ti 4,3832 0,0000 0,0129 0,0000 5,8730 0,0515 Katalis Al 5,8730 0,0000 0,0515 0,0000 0,8618 0,0102 n-heptana 0,0000 860,9137 0,0000 8,5916 860,9137 8,5916
10,2562 861,7755 0,0644 8,6018 872,0317 8,6662
(25)
B. Neraca Energi
Tabel 4.11 Neraca energi di sekitar Mixing Tank (MT-01)
Komponen Panas Masuk (kJ) Panas Keluar (kJ)
Qin (fresh catalyst) 0,0000 85.381,6177
Qin (fresh solvent) 85.381,6177
Qout
Total 85.381,6177 85.381,6177
Tabel 4.12 Neraca energi di sekitar Reaktor (R-01)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 1.587,993 259.617,9610 Etilen 270.837,514 11.461,1740
Etana 318,217 314,0700
3-Metil 1-Pentena 0,000 859,710
1-Heksena 79,109 461,604
2-Etil-1-Butena 0,000 1.220,024 Katalis Ti(OC4H9)4 269,770 266,379
Katalis Al(C2H5)3 550,862 543,938
n-Heptana 85.302,509 84.201,114
Q reaksi 7.110.099,4318
Q pendingin 7.110.099,4318
Total 7.469.045,405 7.469.045,405
Tabel 4.13 Neraca energi di sekitar Flash Drum (FD-01)
Komponen Qin (kJ) QV (kJ) QL (kJ)
1-Butena(g) 8.555,2713 8.555,2713
1-Butena(l) 272,2299 272,2299
Etilen(g) 309,1767 309,1767
Etilen(l) 1,9233 1,9233
Etana(g) 453,5330 453,5330
Etana(l) 2,1767 2,1767
3-Metil-1-Pentena(g) 1.264,7861 1.264,7861
3-Metil-1-Pentena(l) 189,2528 189,2528
1-Heksena(g) 663,5332 663,5332
1-Heksena(l) 120,8232 120,8232
2-Etil-1-Butena(g) 1.748,0418 1.748,0418
2-Etil-1-Butena(l) 335,8925 335,8925
katalis Ti 269,7700 269,7700
katalis Al 550,8616 550,8616
n-Heptana(g) 74.965,8151 74.965,8151
n-Heptana(l) 38.615,4853 38.615,4853
Total 128.318,5725 87.960,1572 40.358,4153
(26)
Tabel 4.14 Neraca energi di sekitar Menara Distilasi(DC-01)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 450.403,1679 819.038,7705 Etilen 41.475,1985 -14.046,1932
Etana 849,8863 1.641,2062
3-Metil 1-Pentena 1.205,8296 2.143,7976
1-Heksena 606,3407 1.078,4950
2-Etil-1-Butena 1.640,3175 2.912,2065 n-Heptana 70.121,1509 123.889,4117 Q reboiler 426.113,9528
Q kondensor 55.758,1498
Total 992.415,8442 992.415,8442
Tabel 4.15 Neraca energi di sekitar Menara Distilasi(DC-02)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 108.957,1094 62.986,4794
Etilen 9,2264 2,7473
Etana 193,4615 77,4916
3-Metil 1-Pentena 297,6576 3.272,2319
1-Heksena 149,6716 1.648,1252
2-Etil-1-Butena 405,3649 4.436,8901 n-Heptana 17.408,7777 187.725,4581 Q reboiler 1.188.245,3107
Q kondensor 1.055.517,1563
Total 1.315.666,5797 1.315.666,5797
Tabel 4.16 Neraca energi di sekitar Adsorber(AD-01 A/B)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 693,8368 0,0000
Etilen 0,6664 0,0000
Etana 1,6098 1,6098
3-Metil 1-Pentena 1605,7727 0,0000
1-Heksena 866,2481 0,0000
2-Etil-1-Butena 2290,3619 0,0000 Katalis Ti(OC4H9)4 0,0000 0,0000
Katalis Al(C2H5)3 0,0000 0,0000
n-Heptana 119496,1016 119.496,1016
Q akumulasi 5.456,8859
(27)
Tabel 4.17 Neraca energi di sekitar Cooler (CO-01)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 11.898,6164 5.283,6946
Etilen 428,1926 191,9368
Etana 629,8394 280,6662
3-Metil 1-Pentena 1.754,1714 783,5381
1-Heksena 923,0931 409,6448
2-Etil-1-Butena 2.432,3085 1.078,8769 n-Heptana 104.445,8215 46.203,3814
Q air pendingin 68.280,3040
Total 122.512,0429 122.512,0429
Tabel 4.18 Neraca energi di sekitar Cooler (CO-02)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 549.974,3459 450.403,1679 Etilen 24.082,5383 41.475,1985
Etana 662,3099 849,8863
3-Metil 1-Pentena 1.630,2319 1.205,8296
1-Heksena 857,2413 606,3407
2-Etil-1-Butena 2.258,6996 1.640,3175 n-Heptana 96.960,2872 70.121,1509
Q air pendingin 110.123,7628
Total 676.425,6541 676.425,6541
Tabel 4.19 Neraca energi di sekitar Cooler (CO-03)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 819.038,7705 109.616,5514
Etilen 82,1062 9,2837
Etana 1.641,5865 194,6551
3-Metil 1-Pentena 2.143,7976 299,4478
1-Heksena 1.078,4950 150,5717
2-Etil-1-Butena 2.912,2065 407,8021 n-Heptana 123.889,4117 17.513,2959
Q air pendingin 822.594,7663
(28)
Tabel 4.20 Neraca energi di sekitar Cooler (CO-04)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 1.569,6798 693,8368
Etilen 3,6563 0,6664
Etana 6,3320 1,6098
3-Metil 1-Pentena 3.150,0312 1605,7727
1-Heksena 1.628,6715 866,2481
2-Etil-1-Butena 4.405,6545 2290,3619
Katalis Ti 269,7700 0,0000
Katalis Al 550,8616 0,0000
n-Heptana 227.126,6171 119496,1016
Q air pendingin| 113.756,6766
Total 238.711,2740 238.711,2740
Tabel 4.21 Neraca energi di sekitar Condenser (CD-03)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
Etana 1,6098 2,0067
Katalis Ti 0,0000 269,7700
Katalis Al 0,0000 550,8616
n-Heptana 119.496,1016 85.302,5087
hvap 54.486,4359
Q air pendingin| 87.859,0003
Total 173.984,1473 173.984,1473
Tabel 4.22 Neraca energi di sekitar Heater (HT-01)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Heksena 9,1538 79,1090
n-Heptana 9.926,8523 85.302,5087
Q steam 75.445,6116
Total 85.381,6177 85.381,6177
Tabel 4.23 Neraca energi di sekitar Heater (HT-02)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
Etilen 84.615,0353 270.837,5139
Etana 76,6349 318,2156
Q steam 186.464,0593
Total 271.155,7295 271.155,7295
Tabel 4.24 Neraca energi di sekitar Heater (HT-03)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
Etilen -14.128,2994 14.430,4236
Etana -0,3803 0,3957
Q steam 28.559,4990
(29)
Tabel 4.25 Neraca energi di sekitar Heater (HT-04)
Komponen Q in (kJ) Q out (kJ)
1-Butena 8.031,2776 13.208,5404
Etilen 588,4611 1.027,3886
Etana 647,1808 1.111,1150
3-Metil 1-Pentena 1.169,2098 1.893,5575
1-Heksena 603,8290 978,1291
2-Etil-1-Butena 1.639,7099 2.653,0928 Katalis Ti(OC4H9)4 269,7700 269,7700
Katalis Al(C2H5)3 550,8616 550,8616
n-Heptana 85.302,5087 137.554,4455
Q steam 60.444,0921
Total 159.246,9006 159.246,9006
Tabel 4.26 Neraca energi di sekitar Mix-Point (MX-01) Q in (kJ)
Komponen
Umpan Fresh
Ethylene Recycle Etilen Q out (kJ) Etilen 259.237,0161 11.600,4979 270.837,5139
Etana 317,0259 0,3177 317,3436
Total 259.554,0420 11.600,8155 271.154,8576
Tabel 4.27 Neraca energi di sekitar Mix-Point (MX-02) Q in (kJ)
Komponen Produk Atas R-01 Output CO-01 Q out (kJ)
1-Butena 257.682,0063 5.283,6946 262.965,7010
Etilen 11.420,1732 191,9368 11.612,1100
Etana 37,0177 280,6662 317,6840
3-metil-1-pentena 0,0000 783,5381 783,5381
1-Heksena 0,0000 409,6448 409,6448
2-etil-1-butena 0,0000 1.078,8769 1.078,8769
katalis Ti 0,0000 0,0000 0,0000
katalis Al 0,0000 0,0000 0,0000
n-heptana 0,0000 46.203,3814 46.203,3814
(30)
Tabel 4.28 Neraca energi di sekitar Mix-Point (MX-03) Q in (kJ)
Komponen
Produk Bawah
FD-01 Output EV-03 Q out (kJ)
1-Butena 272,2299 1.285,6332 1.569,6798
Etilen 1,9233 0,0000 3,6563
Etana 2,1767 2,7623 6,3320
3-metil-1-pentena 189,2528 3.271,9230 3.150,0312 1-Heksena 120,8232 1.647,9689 1.628,6715 2-etil-1-butena 335,8925 4.436,4736 4.405,6545
katalis Ti 269,7700 0,0000 269,7700
katalis Al 550,8616 0,0000 550,8616
n-heptana 38.615,4853 187.708,0976 227.126,6171
Total 40.358,4153 198.352,8587 238.711,2740
Tabel 4.29 Neraca energi di sekitar Kompresor(CP-01)
Stage 1 Stage 2
Keterangan Qin (kJ) Qout (kJ) Keterangan Qin (kJ) Qout (kJ)
Q12 87.960,0926 Q12b 87.960,0926
Qkompresi 34.848,9305 Qkompresi 34.551,9503
Ws 37.521,4669 Ws 37.028,6605
Q12a 122.809,0231 Q14 122.512,0429
∆EK 37.521,4669 ∆EK 37.028,6605
Total 160.330,4900 160.330,4900 Total 159.540,7034 159.540,7034
Tabel 4.30 Neraca energi di sekitar Kompresor(CP-02)
Panas Masuk Panas Keluar
Keterangan Qin (kJ) Keterangan Qin (kJ) Qin 323.370,9361 Qout 676.425,6541
Qkompresi 353.054,7180 ∆EK 2.999,9704
Ws 2.999,9704
(31)
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain
keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik
merupakan dana atau modal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pabrik
yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang didirikan tidak hanya berorientasi pada perolehan profit, tapi juga berorientasi pada pengembalian modal yang dapat diketahui dengan melakukan uji kelayakan
ekonomi pabrik.
A. Investasi
Investasi total pabrik merupakan jumlah dari fixed capital investment, working capital investment, manufacturing cost dan general expenses.
1. Fixed Capital Investment (Modal Tetap)
Fixed Capital Investment merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan fasilitas-fasilitas pabrik secara fisik. FCI terdiri dari biaya
langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Fixed capital investment pada prarancangan pabrik 1-Butena ditunjukkan pada Tabel 9.1 berikut ini.
(32)
Tabel 9.1. Fixed capital investment 1. Direct Cost
- Purchased equipment-delivered Rp 25.011.549.739 - Purchased equpment installation Rp 13.756.352.356 - Instrumentation dan controls (installed)
Rp 7.503.464.922 - Piping (Biaya perpipaan)
Rp 20.009.239.791 - Electrical (installed) Rp 10.004.619.896 - Buildings
Rp 17.508.084.817 - Yard improvement
Rp 5.002.309.948 - Service facilities
Rp 12.505.774.869 - Tanah
Rp 2.000.923.979
Total Direct Cost Rp 113.302.320.318
2. Indirect Cost
- Engineering and supervision
Rp 11.330.232.032 - Construction expenses Rp 16.995.348.048 - Biaya tak terduga
Rp 15.736.433.377
Total Indirect Cost Rp 44.062.013.457
Fixed Capital Investment Rp 157.364.333.775
2. Working Capital Investment (Modal Kerja)
WCI industri terdiri dari jumlah total uang yang diinvestasikan untuk stok
bahan baku dan persediaan; stok produk akhir dan produk semi akhir
dalam proses yang sedang dibuat; uang diterima (account receivable); uang tunai untuk pembayaran bulanan biaya operasi, seperti gaji, upah,
dan bahan baku; uang terbayar (account payable); dan pajak terbayar (taxes payable). WCI untuk prarancangan pabrik 1-Butena adalah Rp 27.770.176.548
(33)
3. Manufacturing Cost (Biaya Produksi)
Modal digunakan untuk biaya produksi, yang terbagi menjadi tiga macam
yaitu biaya produksi langsung, biaya tetap dan biaya tidak langsung.
Biaya produksi langsung adalah biaya yang digunakan untuk pembiayaan langsung suatu proses, seperti bahan baku, buruh dan supervisor,
perawatan dan lain-lain. Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan
baik pada saat pabrik berproduksi maupun tidak, biaya ini meliputi
depresiasi, pajak dan asuransi. Biaya tidak langsung adalah biaya yang
dikeluarkan untuk mendanai hal-hal yang secara tidak langsung membantu
proses produksi.
Tabel 9.2. Manufacturing cost 1 Direct manufacturing cost
- Raw Material
Rp 236.347.033.688 - Operating labor
Rp 41.781.951.468 - Direct supervisory (pengawas)
Rp 6.267.292.720 - Utilitas
Rp 6.580.925.279 - Maintenance and repair cost
Rp 15.736.433.377 - Operating supplies Rp 1.573.643.338 - Laboratory charges
Rp 6.267.292.720
Total Direct manufacturing cost Rp 314.554.572.591
2. Fixed Charges - Depresiasi
Rp 16.086.595.074 - Pajak lokal
Rp 6.294.573.351 - Asuransi
Rp 1.573.643.338
Total Fixed Charges Rp 23.954.811.763
3. Plant Overhead Cost (POC) Rp 31.892.838.783
(34)
• General Expenses (Biaya Umum)
Selain biaya produksi, ada juga biaya umum yang meliputi administrasi, sales expenses, penelitian dan finance. Besarnya general expenses pabrik 1-Butena ditunjukkan pada Tabel 9.3berikut ini.
Tabel 9.3. General expenses
General Expenses
1. Administrative cost Rp 8.913.200.000 2. Distribution and Selling Cost Rp 20.890.975.734 3. Research and Development Cost Rp 8.356.390.294 4. Financing (interest) Rp 9.256.725.516
General Expenses
Rp 47.417.291.544
Total Product Cost (TPC) = Manufacturing Cost + General expenses
Rp 417.819.514.680
Tabel 9.4 Biaya administrasi Jabatan Gaji/bulan
(Rp) Jumlah
Gaji total/tahun (Rp)
Dewan Komisaris 35.000.000 1 420.000.000
Direktur 20.000.000 3 720.000.000
Staf Ahli 15.000.000 2 360.000.000
Manager 10.000.000 4 480.000.000
Kepala Bagian 8.000.000 9 864.000.000
Sekretaris Direktur 3.500.000 3 126.000.000 Sekretaris Manager 3.500.000 4 168.000.000
Karyawan shift, terdiri dari :
Proses dan utilitas
5.000.000 64 3.840.000.000
Quality Control
3.500.000 8 336.000.000
Keamanan
(35)
Tabel 9.4 Biaya administrasi (lanjutan) Karyawan non shift, terdiri dari :
Kepegawaian 2.500.000 2 60.000.000
Diklat 2.500.000 2 60.000.000
Humas 2.500.000 2 60.000.000
Rumah Tangga 1.500.000 2 36.000.000
Keuangan 2.000.000 2 48.000.000
Akunting 2.500.000 2 60.000.000
Impor 2.000.000 2 48.000.000
Ekspor 2.000.000 2 48.000.000
Lokal 2.000.000 2 48.000.000
Pemeliharaan 4.000.000 2 96.000.000
Litbang 4.500.000 2 108.000.000
Pemasaran 2.500.000 2 60.000.000
Distribusi 2.500.000 4 120.000.000
Penyimpanan 2.000.000 1 24.000.000
Dokter 5.000.000 1 60.000.000
Cleaning service 1.000.000 10 120.000.000
Perawat 1.800.000 2 43.200.000
Supir 1.200.000 10 144.000.000
Peralatan kantor 25.000.000
Legal, Fee & Auditing
40.000.000 Komunikasi
75.000.000
Total Administrative cost 162 8.913.200.000 (Sumber : Indonesia Salary Handbook 2008/2009 )
4. Total Production Cost (TPC)
TPC = manufacturing cost + general expenses = Rp 2.513.359.345.190,55
(36)
B. Evaluasi Ekonomi
Evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik 1-Butena dilakukan dengan
menghitung Return on Investment (ROI), Payout Time (POT), Break Even Point (BEP), Shut Down Point (SDP), dan cash flow pabrik yang dihitung dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF).
1. Return On Investment (ROI)
Return On Investment merupakan perkiraan keuntungan yang dapat diperoleh per tahun didasarkan pada kecepatan pengembalian modal tetap
yang diinvestasikan (Timmerhaus, hal 298). Laba pabrik setelah pajak Rp. 64.828.440.103. Pada perhitungan ROI, laba yang diperoleh adalah
laba setelah pajak. Nilai ROI pabrik 1-Butena adalah 35,02 %.
Berdasarkan Tabel 6.21 hal 254 Vilbrant 1959 kriteria nilai persen ROI
minimum untuk beragam pabrik adalah:
Tabel 9.5. Minimum acceptable persent return on investment Persen Return on Investment
Sebelum Pajak Sesudah Pajak Industri
Low Avr High Low Avr High
Chemical proses 15 30 45 7 15 21
Drugs 25 43 56 13 23 30
Petroleum 18 29 40 12 20 28
Metal 10 17 25 5 9 13
2. Pay Out Time (POT)
Pay out time merupakan waktu minimum teoritis yang dibutuhkan untuk pengembalian modal tetap yang diinvestasikan atas dasar keuntungan
(37)
menggunakan metode linier (Timmerhaus, hal 309). Waktu pengembalian
modal pabrik 1-Butenaadalah 1,95 tahun. Angka 1,95 tahun menunjukkan
lamanya pabrik dapat mengembalikan modal dimulai sejak pabrik
beroperasi. Berdasarkan kriteria maksimal payback period (payout time) untuk beragam pabrik adalah berdasarkan Tabel 6.21 Vilbrant 1959 dapat
dilihat pada Tabel 9.6.
Tabel 9.6. Acceptable payout time untuk tingkat resiko pabrik
Pay Out Time
Industri Sebelum Pajak Sesudah Pajak
Low Avr High Low Avr High Chemical
proses
6,7 3,3 2,2 14,3 6,7 4,8
Drugs 4,0 2,3 1,8 7,7 4,3 3,3
Petroleum 5,6 3,4 2,5 8,3 5,0 3,6
Metal 10,0 5,9 4,0 20,0 11,1 7,7
3. Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik yang menunjukkan jumlah biaya produksi sama dengan
jumlah pendapatan. Nilai BEP pada prarancangan Pabrik 1-Butena ini
adalah 46,07 %. Nilai BEP tersebut menunjukkan pada saat pabrik
beroperasi 46,07 % dari kapasitas maksimum pabrik 100%, maka
pendapatan perusahaan yang masuk sama dengan biaya produksi yang
(38)
4. Shut Down Point (SDP)
Shut down point adalah suatu titik di mana pada kondisi itu jika proses dijalankan maka perusahaan tidak akan memperoleh laba tapi juga tidak
mengalami kerugian. Jika pabrik beroperasi pada kapasitas di bawah SDP maka akan mengalami kerugian. Nilai SDP pada prarancangan pabrik
1-Butena ini adalah 30,13 %, jadi pabrik 1-1-Butena akan mengalami kerugian
jika beroperasi di bawah 30,13 % dari kapasitas produksi total. Grafik
BEP, SDP ditunjukkan pada Gambar 9.1 berikut ini.
Gambar 9.1. Grafik Analisa Ekonomi
BEP
0 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 500.000.000.000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
R
p
Sale T otal Cost Fixed Cost Variabel Cost
Linear (T otal Cost) Poly. (Sale) Poly. (Variabel Cost) Poly. (Fixed Cost)
BEP SDP
(39)
C. Angsuran Pinjaman
Total pinjaman pada prarancangan pabrik 1-Butena ini adalah 30% dari total
investasi yaitu Rp 129.594.157.226. Angsuran pembayaran pinjaman tiap
tahun ditunjukkan pada lampiran E Tabel E.10.
D. Discounted Cash Flow (DCF)
Metode discounted cash flow merupakan analisa kelayakan ekonomi yang berdasarkan aliran uang masuk selama masa usia ekonomi pabrik. Periode
pengembalian modal secara discounted cash flow ditunjukkan pada Tabel E.10. lampiran E dan kurva Cummulative Cash Flow (Gambar 9.2). Payout time pabrik 1-Butena adalah 1,95 tahun dan internal rate of return pabrik 1-Butena adalah 38,3940 %
-3,00E+11 -2,00E+11 -1,00E+11 0,00E+00 1,00E+11 2,00E+11 3,00E+11 4,00E+11 5,00E+11 6,00E+11 7,00E+11
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Stage (Tahun) C u m m u la ti v e C a sh P o si ti o n ( R p )
Gambar 9.2 Kurva Cummulative Cash Flow (Metode Discounted Cash Flow)
Hasil evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik 1-Butena disajikan dalam
(40)
Tabel 9.7. Hasil uji kelayakan ekonomi
No Analisa Kelayakan Persentase (%) Batasan Keterangan
1. ROI 35,02 % Min. 21 % Layak
2. POT 1,95 tahun Maks. 4,8 tahun Layak
3. BEP 46,07 % 30 – 60% Layak
4. SDP 30,13 %
(41)
V.
SPESIFIKASI PERALATAN
A. Peralatan Proses
Peralatan proses pabrik 1-Butena dengan kapasitas 30.000 ton/tahun terdiri dari :
1. Tangki Penyimpanan n-Heptana (ST-01)
Fungsi : Menyimpan n-Heptana (C7H16) dengan kapasitas
8.617,7551 kg
Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar (flat
bottom) dan atap (head) berbentuk torispherical
Kapasitas : 16,2907 m3
Dimensi : Diameter shell (D) = 10 ft Tinggi shell (Hs) = 6 ft Tebal shell (ts) = 3/8
Tebal head (th) = 1/2 in
Tinggi atap = 1,9850 ft Tinggi tangki total (Ht) = 7,9850 ft Tekanan Desain : 18,8548 psi
Bahan : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
2. Tangki Penyimpanan 1-Butena (ST-02)
Fungsi : Menyimpan 1-Butena (C4H8) dengan kapasitas
908.815,0691 kg
Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar datar (flat
(42)
Kapasitas : 1.980,7635 m3
Dimensi : Diameter shell (D) = 50 ft Tinggi shell (Hs) = 30 ft
Tebal shell (ts) = 3 in = 2 ¾ in
Tebal head (th) = 3 in
Tinggi atap = 8,9669 ft Tinggi tangki total (Ht) = 38,9665 ft Tekanan Desain : 152,7166 psi
Bahan : Hastelloy Tipe A 517 F
3. Reaktor (R-01)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi dimerisasi etilen
menghasilkan 1-Butena
Bentuk : Bubble column dengan head dan bottom berbentuk
Torispherical head, yang dilengkapi dengan koil
pendingin dengan media pendingin berupa air Kapasitas : 18,12080 m3
Dimensi : Diameter shell (D) = 108 in = 2,7432 m Tinggi shell (Z) = 156 in = 3,9624 m Tebal shell (ts) = 11/16 in
Tebal head (th) = 1 in
Sparger : Triangular pitch do = 0,0341 m = 3,41 cm
Tekanan desain : 129,9346 psi
Bahan : Stainless Steel AISI tipe 410
4. Flash Drum (FD-01)
Fungsi : Memisahkan uap sebanyak 731,355 kg/jam (0,448 lb/s) dari cairan sebanyak 259,096 kg/jam (0,159 lb/s) yang keluar dari Reaktor(R-01)
(43)
Jenis : Vertical Separator
Kondisi Operasi : Temperatur = 91,225 oC Tekanan = 1 atm
Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316 Kapasitas : 990,451 kg/jam = 0,607 lb/s
Dimensi : Diameter shell (D) = 18 in = 0,457 m Tinggi shell (Hs) = 67,217 in = 1,707 m Tebal shell (ts) = 3/16 in
Tebal head (th) = 3/16 in
Tinggi atap = 4,763 in = 0,121 m Tekanan Desain : 17,635 psi = 1,199 atm
5. Mixing Tank (MT-01)
Fungsi : Mencampur dan melarutkan katalis segar dan pelarut n- Heptana
Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 304 Dimensi : Diameter Tangki, Dt : 0,9573 m
Tinggi Cairan dalam tangki, Zl : 0,9573 m
Diameter Pengaduk, Di : 0,3191 m
Tinggi Pengaduk, Zi : 0,3829 m
Tinggi tangki, Zt : 1,1967 m Lebar Baffle, W : 0,0542 m Tebal Pengaduk, h : 0,0638 m Lebar Pengaduk, l : 0,0798 m Tinggi Tangki Keseluruhan : 1,6180 m Kapasitas : 30,4040 m3
(44)
6. Pompa Proses (PP-01)
Fungsi : Mengalirkan n-Heptana dari Tangki Penyimpanan (ST-01)
ke tangki pengaduk (MT-01) sebanyak 861,7755 kg/jam
Jenis : Centrifugal Pump, single suction, single stage Kondisi Operasi : Temperatur : 30 oC
Tekanan : 1 atm
Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 303 Kapasitas : 1,5164 m3/jam = 6,6771 gpm
Dimensi : NPS : 0,375 in
Sch Number : 40
Beda ketinggian (∆z) : 1 m Power motor : 0,5 hp
Putaran : 3500 rpm NPSH (minimum) : 0,365 m
7. Pompa Proses (PP-02)
Fungsi : Mengalirkan larutan katalis dari Mixing Tank (MT-01) ke
Reaktor (R-01) sebanyak 872,0317 kg/jam
Jenis : Centrifugal Pump, single suction, single stage
Kondisi Operasi : Temperatur : 67 oC
P input : 1 atm ; P output : 8 atm Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 303 Kapasitas : 1,5319 m3/jam = 6,7456 gpm
Dimensi : NPS : 0,375 in
Sch Number : 40 Beda ketinggian (∆z) : 3 m Power motor : 1,5 hp
Putaran : 3500 rpm NPSH (minimum) : 0,3675 m
(45)
8. Pompa Proses (PP-03)
Fungsi : Mengalirkan keluaran bawah FD-01 ke AD-01 melalui MX-03 sebanyak 259,0959 kg/jam
Jenis : Centrifugal Pump, single suction, single stage
Kondisi Operasi : Temperatur : 91,225 oC
P input : 1 atm ; P output : 1 atm Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 303 Kapasitas : 2,2206 m3/jam = 9,7780 gpm
Dimensi : NPS : 0,375 in
Sch Number : 40 Beda ketinggian (∆z) : 0,5 m Power motor : 0,5 hp
Putaran : 3500 rpm NPSH (minimum) : 0,4707 m
9. Pompa Proses (PP-04)
Fungsi : Memompa keluaran AC-01 ke DC-01 sebanyak 312,9207 kg/jam
Jenis : Centrifugal Pump, single suction, single stage
Kondisi Operasi : Temperatur : -30,6806 oC
P input : 19 atm ; P output : 19 atm Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 303 Kapasitas : 3,1294 m3/jam = 13,7798 gpm
Dimensi : NPS : 0,5 in
Sch Number : 40 Beda ketinggian (∆z): 2 m Power motor : 0,5 hp
Putaran : 3500 rpm NPSH (minimum) : 0,5917 m
(46)
10. Pompa Proses (PP-05)
Fungsi : Memompa keluaran AC-01 ke DC-01 sebanyak 4.090,9414 kg/jam
Jenis : Centrifugal Pump, single suction, single stage
Kondisi Operasi : Temperatur : 35,2284 oC
P input : 4 atm ; P output : 4 atm Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 303 Kapasitas : 32,6555 m3/jam = 143,7943 gpm
Dimensi : NPS : 2 in
Sch Number : 40 Beda ketinggian (∆z) : 2 m Power motor : 0,5 hp
Putaran : 3500 rpm NPSH (minimum) : 2,8255 m
11. Pompa Proses (PP-06)
Fungsi : Mengalirkan keluaran AD-01 untuk di-recycle ke Reaktor (R-01)sebanyak 871,1812 kg/jam
Jenis : Centrifugal Pump, single suction, single stage
Kondisi Operasi : Temperatur : 67 oC
P input : 1 atm ; P output : 8 atm Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 303 Kapasitas : 7,8156 m3/jam = 34,4148 gpm
Dimensi : NPS : 1 in
Sch Number : 40 Beda ketinggian (∆z): 1 m Power motor : 5 hp
Putaran : 3500 rpm NPSH (minimum) : 1,0892 m
(47)
12.Pompa Proses (PP-07)
Fungsi : Mengalirkan produk 1-Butena dari AC-02 ke ST-02 sebanyak 3.786,7295 kg/jam
Jenis : Centrifugal Pump, single suction, single stage
Kondisi Operasi : Temperatur : 35,2284 oC
P input : 4 atm ; P output : 4 atm Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 303 Kapasitas : 7,9382 m3/jam = 34,9546 gpm
Dimensi : NPS : 1,25 in
Sch Number : 40 Beda ketinggian (∆z) : 4 m Power motor : 0,5 hp
Putaran : 3500 rpm NPSH (minimum) : 1,1005 m
13. Compressor (CP-01)
Fungsi : Untuk menaikkan tekanan keluaran atas flash drum (FD- 01) dari 1 atm hingga 8 atm sebanyak 731,3546 kg/jam Jenis : Turbo compressor 2 stage
Kondisi operasi : Pin = 1 atm Tin = 91,225 oC
Pout = 8 atm Tout = 114,8322 oC
Ws = 4.565,4967 kJ/kmol Power : 13,8064 hp
(48)
14. Compressor (CP-02)
Fungsi : Untuk menaikkan tekanan umpan DC-01 dari 8 atm hingga 19 atm sebanyak 4.609,4011 kg/jam
Jenis : Turbo compressor 1 stage
Kondisi operasi : Pin = 8 atm Tin = 67 oC
Pout = 19 atm Tout = 108,9439 oC
Ws = 2.099,9793 kJ/kmol Power : 89,7291 hp
Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
15. Expander Valve (EV-01)
Fungsi : Menurunkan tekanan fresh feed etilen sebelum masuk Reaktor (R-01) dari P = 33 atm menjadi 8 atm
Kapasitas : 3.973,6010 kg/jam : ID = 2,0670 in OD = 2,3750 in Dimensi
a't = 0,0233 ft2
Bahan Konstruksi : Commercial Stainless Steel (Austenitic) AISI tipe 303
16. Expander Valve (EV-02)
Fungsi : Menurunkan tekanan keluaran bawah DC-02 dari 19 atm hingga 8 atm
Kapasitas : 170,0259 kg/jam : ID = 0,6220 in OD = 0,8400 in Dimensi
a't = 0,0021 ft2
(49)
17. Expander Valve (EV-03)
Fungsi : Menurunkan tekanan keluaran bawah Reaktor (R-01) dari 8 atm hingga 1 atm
Kapasitas : 990,4505 kg/jam : ID = 1,0490 in OD = 1,3150 in Dimensi
a't = 0,0060 ft2
Bahan Konstruksi : Commercial Stainless Steel (Austenitic) AISI tipe 303
18. Expander Valve (EV-04)
Fungsi : Menurunkan tekanan keluaran bawah Menara Distilasi (DC-01) dari 19 atm hingga 4 atm
Kapasitas : 4.439,3753 kg/jam : ID = 2,0670 in OD = 2,3750 in Dimensi
a't = 0,0233 ft2
Bahan Konstruksi : Commercial Stainless Steel (Austenitic) AISI tipe 303
19. Expander Valve (EV-05)
Fungsi : Menurunkan tekanan keluaran bawah DC-02 sebelum masuk ke Mix Point (MX-03) dari 4 menjadi 1 atm Kapasitas : 652,6456 kg/jam
: ID = 1,049 in OD = 1,315 in Dimensi
a't = 0,006 ft2
(50)
20. Menara Distilasi (DC-01)
Fungsi : Untuk memisahkan Etilen sebanyak 170,1920 kg menjadi hasil atas sebanyak 170,0218 kg dan hasil atas sebanyak 0,1702 kg.
Jenis : Sieve tray
Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar dan atap (head) berbentuk ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Kolom = Hastelloy Tipe A517F
Plate = Stainless Steel SA-240 Grade C Pola aliran : Cross Flow ( Single pass )
Tekanan operasi : 19 atm
Dimensi menara : Diameter = 0,7 m Tinggi = 3,8388 m Tebal dinding = 0,1875 in Dimensi plate : Panjang weir = 0,5320 m
Tinggi weir = 0,05 m Tebal plate = 0,005 m
Plate spacing = 0,45 m Jumlah plate = 9 buah
Letak umpan = plate ke-2 dari atas Dimensi hole : Diameter hole = 0,005 m
Jumlah hole = 1.490 buah
(51)
21. Kondensor (CD-01)
Fungsi : Mengkondensasikan seluruh produk atas DC-01 Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
tLMTD : 265,4449 oF
Luas, A : 5,22 ft2 Dimensi pipa : Annulus:
IPS = 2 in Sch. No. 40 OD = 2,38 in ID = 2,067 in
Inner pipe: IPS = 1,25 in Sch. No. 40 OD = 1,66 in ID = 1,38 in Panjang, L = 12 ft
∆P, annulus = 0,0169 psi ∆P, inner pipe = 0,0098 psi
Clean Overall Coefficient, Uc
: 60,1767 Btu/jam ft2.oF
Design Overall Coefficient, UD
: 38,1406 Btu/jam ft2.oF
Dirt Factor , Rd : 0,0096 hr ft2 oF/ Btu
(52)
22. Accumulator (AC-01)
Fungsi : Menampung sementara cairan yang keluar dari 01.
Jenis : Tangki silinder dengan tutup Elliptical
Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316 Kapasitas : 5,3392 ft3
Dimensi : OD : 16 in Ltotal : 4,5688 ft
Tebal shell : 0,3175 in Tebal head : 0,3175 in
23. Reboiler (RB-01)
Fungsi : Memanaskan kembali dan menguapkan sebagian produk bawah DC-01 untuk dikembalikan ke DC-01 Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus: IPS = 4 in Sch. No. 40 OD = 4,5 in ID = 4,026 in
Inner pipe: IPS = 3 in Sch. No. 40 OD = 3,5 in ID = 3,068 in
Panjang hairpins, L = 6 ft Jumlah hairpins, n = 5
∆P, annulus = 0,1380 psi ∆P, inner pipe = 0,02 psi
(53)
24. Menara Distilasi (DC-02)
Fungsi : Untuk memisahkan produk DC-02 sebanyak
4.439,3753 kg menjadi hasil atas sebanyak 3.786,7295 kg dan hasil bawah sebanyak 652,6456 kg.
Jenis : Sieve tray
Bentuk : Silinder tegak (vertikal) dengan dasar dan atap (head) berbentuk torispherical
Bahan Konstruksi : Kolom = Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
Plate = Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316 Pola aliran : Cross Flow ( Single pass )
Tekanan operasi : 4 atm
Dimensi menara : Diameter = 2,9210 m Tinggi total menara = 9,2544 m Tebal dinding = 0,3125 in Dimensi plate : Panjang weir = 2,2 m
Tinggi weir = 0,05 m Tebal plate = 0,005 m
Plate spacing = 0,45 m Jumlah plate = 24 buah
Letak umpan = tray ke-5 dari atas atau ke-17 dari bawah
Dimensi hole : Diameter hole = 0,005 m Jumlah hole = 25.940 buah
(54)
25. Kondensor (CD-02)
Fungsi : Mengkondensasikan seluruh produk atas DC-02 Bentuk : Shell and Tube Heat Exchanger
tLMTD : 4,9711 oF
Luas, A : 1.366,2480 ft2 Dimensi pipa : Shell:
ID = 31 in B = 6,2 in
Lewatan = 1 N+1 = 31 ∆Ps = 0,5855 Tube:
Jumlah = 580 Panjang = 12 ft BWG = 16 OD = 0,75 in
ID = 0,62 in
Pitch = 1 in square pitch
Lewatan = 6
∆Pt = 1,6477 psi Clean Overall
Coefficient, Uc
: 286,4841 Btu/jam ft2.oF
Design Overall Coefficient, UD
: 147,3029 Btu/jam ft2.oF
Dirt Factor , Rd : 0,0033 hr ft2 oF/ Btu
(55)
26. Accumulator (AC-02)
Fungsi : Menampung sementara cairan yang keluar dari DC-02.
Jenis : Tangki silinder dengan tutup torispherical Bahan Konstruksi : Stainless steel SA 283 Grade C
Kapasitas : 111,4367 ft3
Dimensi : OD : 42,625 in Ltotal : 144,2636 in
Tebal shell : 0,3125 in Tebal head : 0,375 in
27. Reboiler (RB-02)
Fungsi : Memanaskan kembali dan menguapkan sebagian produk bawah DC-02 untuk dikembalikan lagi ke dalam Menara Distilasi (DC-02).
Bentuk : Shell and Tube Heat Exchanger
tLMTD : 7,0294 oF
Luas, A : 803,2596 ft2 Dimensi pipa : Shell:
ID = 23,23 in B = 4,65 in
Lewatan = 1 N+1 = 31
∆Ps = 0,0023 (diabaikan) Tube:
Jumlah = 341 Panjang = 12 ft BWG = 16
(56)
OD = 0,75 in ID = 0,62 in
Pitch = 1 in square pitch
Lewatan = 1
∆Pt = 0,0041 psi Clean Overall
Coefficient, Uc
: 254,5801 Btu/jam ft2.oF
Design Overall Coefficient, UD
: 199,4590 Btu/jam ft2.oF
Dirt Factor , Rd : 0,0011 hr ft2 oF/ Btu
Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
28. Hopper ( HP–01 )
Fungsi : Menampung katalis Titanium Butoxide dan Triethyl Aluminium dan mengumpankannya ke tangki berpengaduk sebelum masuk reaktor (R-01) Kapasitas : 10,5696 ft3
Dimensi : D = 4,3440 ft d = 1,0860 ft H = 1,6290 ft
Tebal = 0,1875 in = 3/16 in Tekanan : 15,4308 psi
Bahan Kontruksi : Low Alloy Steel SA-203 Grade C
29. Adsorber ( AD-01 )
Fungsi : Tempat berlangsungnya adsorpsi olefin (C2H4, C4H8,
(57)
Jenis : Molecular Sieve Adsorber
Bentuk : Silinder tegak dengan isian Zeolit 13X dengan tutup atas torispherical dan tutup bawah torispherical
Kondisi : P = Tekanan design = 16,1822 psi = 1,1011 atm t = Waktu adsorpsi = 153,8819 menit = 2,5647 jam Dimensi Adsober : Tinggi = 1,6143 m = 5,2962 ft
ID = 35,1017 in OD = 36 in
ts = 3/16 in
Dimensi
Head & Bottom
: Tinggi = 7,6052 in = 0,1932 m = 0,6338 ft Tebal = 3/16 in = 0,016 ft = 0,005 m
Pressure Drop : 3,8303 kg/m2 = 0,0004 atm Tinggi total adsorber : 3,6149 m = 142,3180 in
Bahan Konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 316
30. Cooler ( CO – 01)
Fungsi : Menurunkan temperatur aliran keluar dari CP-01 sebelum masuk CP-02 menuju DC-01 dari temperatur 114,8322 oC ke 67oC
Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus: Sch. No. 40 IPS = 2 in
OD = 2,38 in ID = 2,067 in
Inner pipe: Sch. No. 40 IPS = 1,25 in
OD = 1,66 in ID = 1,38 in
(58)
Jumlah hairpins, n = 1
∆P, annulus = 1,5015 psi ∆P, inner pipe = 0,0485 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
31. Cooler (CO – 02)
Fungsi :Menurunkan temperatur umpan DC-01 yang merupakan keluaran CP-02 dari temperatur 118,9176oC ke 72,9188 oC
Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus: IPS = 4 in Sch. No. 40 OD = 4,5 in ID = 4,026 in
Inner pipe: IPS = 3 in Sch. No. 40 OD = 3,5 in ID = 3,068 in
Panjang hairpins, L = 12 ft Jumlah hairpins, n = 1
∆P, annulus = 1,5038 psi ∆P, inner pipe = 0,0025 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
(59)
32. Cooler (CO – 03)
Fungsi : Menurunkan temperatur aliran umpan DC-02 dari temperatur 107,567 oC ke 37,2397 oC Jenis : Shell and Tube Exchanger
: Shell
Diameter dalam (ID) = 12 in
Baffle space (B) = 6 in in
Passes = 2
Dimensi
: Tube
Diameter luar (OD) = 0,75 in Diameter dalam (ID) = 0,62 in
Susunan tube = triangular pitch Pitch (pt) = 1 in
Panjang tube (L) = 20 ft Jumlah tube = 82 buah Passes = 2 Luas Perpindahan Panas : A = 321,932 ft2
Pressure drop : P Shell = 1,2808 psi
P tube = 0,2489 psi
Fouling factor : Rd = 0,0022
Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
33. Cooler (CO-04)
Fungsi : Menurunkan temperatur keluaran MX-03 sebelum masuk ke adsorber (AD-01) dari temperatur 131,5204 oC ke 100 oC
(60)
Dimensi pipa : Annulus:
IPS = 4 in
Sch. No. 40
OD = 4,5 in
ID = 4,026 in
Inner pipe:
IPS = 3 in
Sch. No. 40
OD = 3,5 in
ID = 3,068 in Panjang hairpin, L = 15 ft Jumlah hairpin, n = 1
∆P, annulus = 0,3017 psi ∆P, inner pipe = 1,4911 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel AISI 302
34. Condenser (CD–03)
Fungsi :Menurunkan temperatur keluaran bawah AD-01 menuju reaktor R-01 dari temperatur 100 oC ke 67oC Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus:
IPS = 4 in
Sch. No. 40
OD = 4,5 in
ID = 4,026 in
Inner pipe:
IPS = 3 in
(61)
OD = 3,5 in ID = 3,068 in Panjang hairpins, L = 12 ft Jumlah hairpins, n = 1
∆P, annulus = 0,3017 psi ∆P, inner pipe = 1,4911 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel AISI 430
35. Heater –01( HT – 01)
Fungsi : Menaikkan suhu pelarut n-Heptana sebelum masuk Mixing Tank MT-01 dari temperatur 30 oC ke 67oC Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus:
IPS = 2 in (Sch. No. 40)
OD = 2,38 in
ID = 2,067 in
Inner pipe:
IPS = 1,25 in (Sch. No. 40)
OD = 1,66 in
ID = 1,38 in
Panjang hairpins, L = 12 ft Jumlah hairpins, n = 1
∆P, annulus = 0,746 psi ∆P, inner pipe = 0,08773 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
(62)
36. Heater (HT – 02)
Fungsi : Menaikkan temperatur fresh feed Etilen sebelum masuk ke Reaktor (R-01) dari temperatur 30 oC ke 67 oC
Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus:
IPS = 4 in ; Sch. No. 40 OD = 4,5 in
ID = 4,026 in
Inner pipe: IPS = 3 in Sch. No. 40 OD = 3,5 in ID = 3,068 in
∆P, annulus = 0,1281 psi ∆P, inner pipe = 0,3194 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
37. Heater ( HT – 03)
Fungsi : Menaikkan te keluaran atas DC-01 sebelum masuk ke EV-02 dari temperatur -30,6806 oC oC ke 76,7965oC
Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus:
IPS = 2 in
Sch. No. 40
(63)
ID = 2,067 in
Inner pipe:
IPS = 1,25 in Sch. No. 40
OD = 1,66 in
ID = 1,38 in
Panjang hairpins, L = 12 ft Jumlah hairpins, n = 1
∆ P, annulus = 0,2033 psi ∆ P, inner pipe = 0,0000086 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
38. Heater ( HT – 04)
Fungsi :Menaikkan temperatur aliran keluar dari R-01 sebelum masuk EV-03 menuju FD-01 dari temperatur 67 oC ke 91,5866 oC
Bentuk : Double Pipe Heat Exchanger
Dimensi pipa : Annulus:
IPS = 2 in
Sch. No. 40
OD = 2,38 in
ID = 2,067 in
Inner pipe:
IPS = 1,25 in
Sch. No. 40
OD = 1,66 in
ID = 1,38 in
(64)
Jumlah hairpins, n = 1
∆P, annulus = 0,0591379 psi ∆P, inner pipe = 0,9536 psi Bahan konstruksi : Stainless Steel (austenitic) AISI tipe 302
B. Peralatan Utilitas
1. Bak Sedimentasi (BS–01)
Fungsi : Mengendapkan lumpur dan kotoran air sungai sebanyak 22,6155 m3/jam dengan waktu tinggal 1 jam
Bentuk : Bak rectangular
Kapasitas : 24,8771 m3
Dimensi : Panjang = 3,8635 m Lebar = 1,2878 m Kedalaman = 5 m Tebal Dinding = 12 cm
2. Bak Penggumpal (BP-01)
Fungsi : Menggumpalkan kotoran yang tidak mengendap di bak penampungan awal dengan menambahkan alum
Al2(SO4)3, soda kaustik dan klorin.
Bentuk : Silinder vertikal Kapasitas : 12,6015 m3
Dimensi : Diameter = 2,5908 m Tinggi = 2,5908 m Pengaduk : Marine Propeller
Diameter pengaduk = 1,3693 m
(65)
3. Clarifier (CL–01)
Fungsi :Mengendapkan gumpalan-gumpalan kotoran dari bak penggumpal
Bentuk : Bak berbentuk kerucut terpancung Kapasitas : 99,5083 m3
Dimensi : Tinggi = 7,8155 m
Diameter atas = 6,9738 m Diameter bawah = 4,2540 m
4. Sand filter (SF–01)
Fungsi : Menyaring kotoran yang masih terdapat dalam air Bentuk : Silinder vertikal silinder tegak dengan tutup atas dan
bawah torispherical
Kapasitas : 22,6155 m3/jam
Dimensi : Tinggi = 1,2954 m Diameter = 2,4268 m
5. Hot Basin (HB-01)
Fungsi : Menampung air prosesyang akan didinginkan di
cooling water
Bentuk : Bak rektangular Kapasitas : 236,3731 m3/jam
Dimensi : Panjang = 6,1830 m Lebar = 6,1830 m Tinggi = 6,1830 m Tebal dinding = 12 cm
(1)
Izin-izin kerja yang terdapat di pabrik 1-Butena ini adalah :
1.Cold work permit, merupakan izin untuk bekerja di lingkungan yang tidak menimbulkan api dan panas, termasuk alat-alat yang digunakan. 2.Hot work permit, merupakan izin untuk bekerja di lingkungan yang
menggunakan api atau panas.
3.Confined space entry permit, merupakan izin untuk bekerja di ruang tertutup. Sebelumnya dilakukan pengujian terhadap kandungan gas-gas berbahaya kadar oksigen dalam ruang tersebut.
4.Excavation work permit, merupakan izin untuk melakukan penggalian di lingkungan pabrik dengan kedalaman minimal 1,5 m dari permukaan tanah. Sebelum melakukan penggalian, pekerja harus memastikan ada tidaknya pipa bawah tanah di dalam daerah yang akan digali dengan membaca skema pabrik.
5.Electrical work permit, merupakan izin untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik yang terpasang di pabrik.
6.Vehicle entry permit, merupakan izin untuk membawa masuk kendaraan ke dalam pabrik. Kendaraan yang diperbolehkan masuk ke dalam pabrik adalah kendaraan diesel (bahan bakar solar) dan harus melalui rute yang ditentukan oleh petugas safety atau supervisor setempat. Bila perlu, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap gas buang kendaraan.
Selain itu, dilarang membawa peralatan elektronika yang tidak explosion prove (seperti handphone, kamera, dan lain-lain). Apabila terjadi kecelakaan, korban yang sakit harus dibawa ke klinik pabrik 1-Butena ini,
(2)
sebelum dibawa ke rumah sakit atau sarana kesehatan lain di luar lingkungan pabrik.
Dalam lingkungan pabrik terdapat divisi khusus yang disebut emergency response team. Divisi ini terdiri dari personil-personil fire safety, operasi keamanan, dan tim kesehatan. Pada saat terjadi keadaan yang membahayakan, semua orang akan dipindahkan ke daerah evakuasi. Jika setelah didata ada orang yang hilang, divisi ini akan mencari orang yang hilang tersebut. Dalam lingkungan pabrik terdapat alarm dan beberapa alat dilengkapi dengan automatic shutdown system untuk mengantisipasi meluasnya bahaya.
H. Manajemen Produksi
Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dari manajemen perusahaan yang fungsi utamanya adalah menyelenggarakan semua kegiatan untuk memproses bahan baku menjadi produk, jadi dengan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Manajemen produksi meliputi manajemen perencanaan dan pengendalian produksi. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah mengusahakan agar diperoleh kualitas produksi yang sesuai dengan rencana dan dalam jangka waktu yang tepat. Dengan meningkatnya kegiatan produksi maka selayaknya untuk diikuti dengan kegiatan perencanaan dan pengendalian agar dapat dihindarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang tidak terkendali.
(3)
Perencanaan ini sangat erat kaitannya dengan pengendalian, dimana perencanaan merupakan tolak ukur bagi kegiatan operasional, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diketahui dan selanjutnya dikendalikan ke arah yang sesuai.
1. Perencanaan Produksi
Dalam menyusun rencana produksi secara garis besar ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor eksternal dan internal. Yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor yang menyangkut kemampuan pasar terhadap jumlah produk yang dihasilkan, sedang faktor internal adalah kemampuan pabrik.
a. Kemampuan Pasar
Dapat dibagi menjadi dua kemampuan :
1) Kemampuan pasar lebih besar dibandingkan kemampuan pabrik, maka rencana produksi disusun secara maksimal.
2) Kemampuan pasar lebih kecil dibandingkan kemampuan pabrik Ada tiga alternatif yang dapat diambil, yaitu :
♦ Rencana produksi sesuai dengan kemampuan pasar atau produksi diturunkan sesuai dengan kemampuan pasar, dengan mempertimbangkan untung dan rugi.
♦ Rencana produksi tetap dengan mempertimbangkan bahwa kelebihan produksi disimpan dan dipasarkan tahun berikutnya. ♦ Mencari daerah pemasaran lain dengan menggunakan
fasilitas-fasilitas pemasaran yang mudah diakses seperti menggunakan e-bussines.
(4)
b. Kemampuan Pabrik
Pada umumnya kemampuan pabrik ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1) Material (bahan baku)
Dengan pemakaian yang memenuhi kualitas dan kuantitas maka akan mencapai target produksi yang diinginkan.
2) Manusia (tenaga kerja)
Kurang terampilnya tenaga kerja akan menimbulkan kerugian pabrik, untuk itu perlu dilakukan pelatihan atau training pada karyawan agar keterampilan meningkat.
3) Mesin (peralatan)
Ada dua hal yang mempengaruhi kehandalan dan kemampuan peralatan, yaitu jam kerja mesin efektif dan kemampuan mesin. Jam kerja mesin efektif adalah kemampuan suatu alat untuk beroperasi pada kapasitas yang diinginkan pada periode tertentu. Kemampuan mesin adalah kemampuan suatu alat dalam proses produksi.
2. Pengendalian Produksi
Setelah perencanaan produksi dijalankan perlu adanya pengawasan dan pengendalian produksi agar proses berjalan dengan baik. Kegiatan proses produksi diharapkan menghasilkan produk yang mutunya sesuai dengan standar dan jumlah produksi yang sesuai dengan rencana serta waktu yang tepat sesuai jadwal. Untuk itu perlu dilaksanakan pengendalian produksi sebagai berikut :
(5)
a. Pengendalian kualitas
Penyimpangan kualitas terjadi karena mutu bahan baku jelek, kesalahan operasi dan kerusakan alat. Penyimpangan dapat diketahui dari hasil monitor/analisa pada bagian laboratorium pemeriksaan. b. Pengendalian kuantitas
Penyimpangan kuantitas terjadi karena kesalahan operator, kerusakan mesin, keterlambatan pengadaan bahan baku, perbaikan alat terlalu lama dll. Penyimpangan tersebut perlu diidentifikasi penyebabnya dan diadakan evaluasi. Selanjutnya diadakan perencanaan kembali sesuai dengan kondisi yang ada.
c. Pengendalian waktu
Untuk mencapai kuantitas tertentu perlu adanya waktu tertentu pula. d. Pengendalian bahan proses
Bila ingin dicapai kapasitas produksi yang diinginkan, maka bahan untuk proses harus mencukupi. Untuk itu diperlukan pengendalian bahan proses agar tidak terjadi kekurangan.
(6)
X. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap Prarancangan Pabrik 1-Butena dari Etilen dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak adalah 35,02 %. 2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak adalah 1,95 tahun
3. Break Even Point (BEP) sebesar 46,07 % dimana syarat umum pabrik di Indonesia adalah 30 – 60 % kapasitas produksi. Shut Down Point (SDP) sebesar 30,13 %, yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik harus berhenti berproduksi karena merugi.
4. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCF) sebesar 38,3940 %, lebih besar dari suku bunga bank sekarang sehingga investor akan lebih memilih untuk berinvestasi ke pabrik ini dari pada ke bank.
B. SARAN
Pabrik 1-Butena dari Etilen dengan kapasitas 30.000 ton/tahun sebaiknya dikaji lebih lanjut baik dari segi proses maupun ekonominya.