PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBUATAN PERATURAN DAERAH

(1)

ABSTRACT

FUNCTIONS IMPLEMENTATION LEGISLATION COUNCIL OF REGIONAL REPRESENTATIVES BANDAR LAMPUNG

IN THE FORMATION OF LOCAL REGULATION.

By

Z A I T U N

One of the instruments in the organizer region is Parliament which is the local people's representative institutions and serves as the regional administration of the element. As already stipulated in Law No. 12 of 2008, On the Second Amendment to Law Number 32 of 2004 on Regional Government in the state legislation is one of the functions as Local Rule Makers. And in accordance with the provisions of Act No. 10 of 2004 on the establishment of legislation, the meaning of Regulation (Perda) is the "laws and regulations established by the Regional Representatives Council approval along with the Regional Head." To run this function the Assembly Members also have certain rights, one of which is the right initiatives as the right to file a draft of local regulation-making institutions. As an institution filled by representatives of the people and the implementation of its legislative function as a Rule Maker dining area regulations made more priority to the welfare, make people run their lives. Based on the background that has been described previously, the issues to be discussed are: 1) How Parliament Legislation Function Performance Bandar Lampung In Making Local Regulation?. 2) What factors that become an obstacle in the implementation of Parliament legislative function Bandar Lampung In Making Local Regulation?

The purpose of this research are: 1) To Learn Function Performance Legislation Parliament Bandar Lampung In Making Local Regulation. 2) To Learn The factors that become an obstacle in the implementation of Parliament legislative function Bandar Lampung In Making Local Regulation.


(2)

A study in great need of data to answer these problems and supporting information submitted as a result of research. This study used research methods in the form of normative and empirical approaches using primary and secondary data. The primary data collected through interviews with informants from the Regional Representatives Council City of Bandar Lampung, which can provide answers regarding the issues discussed. The collection of secondary data collected through a literature study of literature by studying, reading and citing relevant to the issues discussed.

Based on the results of research and discussion that the implementation of the functions of Parliament Legislation Bandar Lampung in the formation of regional regulation, among others, includes four stages, which in these stages legislators must perform its duties and functions and the rights and obligations as a representative of the people. The fourth stage is the proposed initiative / right of initiative Draft Local Regulation to the Chair of Parliament, Manuscript Arrangement and Design, the Plenary Session for approval of a draft determination to whether or not the Parliament approved the initiative and final ratification by the chairperson of Parliament Local Regulations with Regional Head, and enactment by the Regional Secretary. Factors to be inhibiting the function of Bandar Lampung Legislation Parliament consists of internal and external. Internal cover quality, experience and facilities infrastructure Assembly Members in fulfilling its legislation is very low, and the Orderly PeraturanTata parliament that is considered too restrictive attitude and performance of members of the Board is proven by the low initiative generated Parliament Bandar Lampung. External include the right to "recall" which is owned by the party to control kaderna severely limit its cadres in the act, the mechanism of electoral system in view of quality yet.


(3)

ABSTRAK

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA BANDAR LAMPUNG

DALAM PEMBUATAN PERATURAN DAERAH

Oleh

Z A I T U N

Salah satu instrument dalam penyelenggara daerah adalah DPRD yang merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008, Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah di sebutkan salah satu fungsi Legislasi adalah sebagai Pembuat Peraturan Daerah. Serta sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda) adalah “peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah”. Untuk menjalankan fungsinya tersebut Anggota DPRD juga memiliki hak-hak tertentu, salah satunya adalah Hak Inisiatif sebagai hak-hak mengajukan rancangan dari lembaga pembuat Peraturan Daerah. Sebagai lembaga yang di isi oleh wakil-wakil rakyat dan pelaksanaan dari fungsi legislasi nya sebagai pembuat Peraturan daerah makan peraturan yang dibuat lebih mengutamakan kesejahteraan, mempermudah rakyat menjalankan kehidupannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang akan dibahas adalah : 1) Bagaimana Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung Dalam Pembuatan Peraturan Daerah? 2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kota Bandar Lampung Dalam Pembuatan Peraturan Daerah?


(4)

ii Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk Mengetahui Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung Dalam Pembuatan Peraturan Daerah. 2) Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kota Bandar Lampung Dalam Pembuatan Peraturan Daerah.

Suatu penelitian sangat memerlukan data guna menjawab permasalahan tersebut dan menunjang informasi yang disampaikan sebagai suatu hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang berupa pendekatan normatif dan empiris dengan menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode wawancara dengan informan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung yang dapat memberikan jawaban mengenai masalah yang dibahas. Pengumpulan data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan yang berupa literatur dengan mempelajari, membaca dan mengutip yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembentukan Peraturan Daerah antara lain meliputi empat tahapan, dimana dalam tahapan-tahapan ini anggota DPRD harus menjalankan tugas dan fungsinya serta hak dan kewajibannya sebagai wakil rakyat. Keempat tahapan ini adalah mengajukan usulan prakarsa/hak inisiatif Rancangan Peraturan Daerah kepada Pimpinan DPRD, Penyusunan dan Perancangan Naskah, Rapat Paripurna untuk mendapatkan persetujuan yang merupakan penentuan Rancangan dapat atau tidaknya disetujui menjadi Prakarsa DPRD dan terakhir pengesahan Peraturan Daerah oleh Pimpinan DPRD bersama Kepala Daerah, dan pengundangan oleh Sekretaris Daerah. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung terdiri dari internal dan eksternal. Internal meliputi kualitas, pengalaman dan sarana prasarana Anggota DPRD dalam menjalankan fungsi legislasinya yang sangat rendah, serta Peraturan Tata Tertib DPRD yang di anggap terlalu membatasi sikap dan kinerja Anggota Dewan ini terbukti dengan rendahnya prakarsa/inisiatif yang dihasilkan DPRD Kota Bandar Lampung. Eksternal meliputi hak “recall” yang dimiliki oleh partai untuk mengontrol kaderna sangat membatasi kadernya dalam bertindak, mekanisme sitem pemilu yang di pandang belum berkualitas.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang berdemokrasi. Demokrasi secara Etimologi berasal dari kata Demos yang berarti Rakyat atau Penduduk suatu tempat, dan Cratein yang berarti Kekuasaan atau Kedaulatan. Jadi Demos – Cratein atau demokrasi adalah keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahannya, kedaulatan di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama. Menurut Montesqiue terdapat tiga bagian Kekuasaan yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Badan Legislatif yang dimaksud adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berkedudukan di tingkat Pusat ataupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ditingkat Daerah.

Fungsi Legislatif didaerah pada hakekatnya berkenaan dengan masalah hubungan antara badan tersebut dengan anggota masyarakat yang diwakilinya. DPRD sebagai Badan Legislatif dipilih mewakili rakyatnya untuk bertindak demi tujuan rayatnya dan di tuntut untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh rakyat. Negara yang menganut asas demokrasi, keberadaan lembaga perwakilan merupakan suatu keharusan. Keberadaan lembaga perwakilan rakyat sangat diperlukan. Sesuai dengan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, “Pembagian daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan mengingat dan memandang dasar


(6)

2 permusyawaratan dalam sitem pemerintahan negara, dan hak asal usul daerah yang bersifat istimewa”. Esensi beserta penjelasan dari Pasal ini dapat di artikan bahwasannya daerah-daerah yang bersifat otonomi diadakan Badan Perwakilan Daerah, Badan Perwakilan adalah menjadi atribut dari demokratisasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Perwakilan merupakan mekanisme untuk merealisasikan gagasan normatif bahwa Pemerintah harus dijalankan dengan atas kehendak rakyat (will of the people) Otoritas suatu pemerintah akan tergantung pada kemampuannya untuk menstrasformasikan kehendak rakyat sebagai nilai tertinggi diatas kehendak Negara (will of the state). Dasar normatif tersebut menjadi dasar dalam praktik kehidupan demokrasi sebagai Lembaga Legislatif memiliki posisi sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin kedaulatan rakyat. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa badan legislatif yang dapat mewakili rakyat dan memiliki kompetensi untuk memenuhi kehendak rakyat. Sementara eksekutif hanya mengikuti dan mengimplementasikan hukum dan prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan legislatif.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah tepanya Pasal 41 menetapakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memiliki fungsi yaitu : Legislasi, Pengawasan, dan Anggaran. Mengamati fungsi DPRD tersebut di atas, yang mana salah satunya adalah Legislasi oleh karena itu dalam rangka menunjang program pembangunan daerah Kota Bandar Lampung yang lebih baik lagi seluruh tugas dan wewenang harus dilakukan sesuai dengan


(7)

peraturan hukum yang berlaku.

Pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan kebijakan daerah merupakan kebutuhan yang harus segera diupayakan. Pelaksanaan tersebut sangat tergantung dari tingkat kemampuan anggota DPRD, oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan dapat diindentikkan dengan upaya peningkatan kualitas anggota DPRD. Namun, secara faktual yang terjadi di lapangan adalah bahwa Pelaksanaan fungsi Legislatif daerah khususnya DPRD Kota Bandar Lampung kurang mengoptimalkan dalam melaksanakan fungsi Legislasi ini terbukti dalam membuat Rancangan Peraturan Daerah tidak mampu melihat secara faktual kepentingan masyarakat dan keadaan di lapangan. Tetapi, justru kebanyakan membahas dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan untuk hal pribadi mereka, misalkan Dinas Luar. Selain karena kurangnya pengalaman mengenai kepentingan pemerintah, DPRD terkesan tidak fokus pada kegiatan utamanya yaitu Wakil Rakyat. Mereka harus benar-benar memperjuangkan keinginan, harapan masyarakat untuk hidup lebih sejahtera lagi. Kenyataannya, sebagai legislasi (Pembuat Peraturan Daerah) mereka terkesan lebih bersemangat saat Studi Banding ketimbang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Salah satu, paska perjalanan Pansus Anjal ke Yokyakrta dan Jakarta seharusnya sudah dilakukan pembahsan Pembuatan Raperda “Tetapi anggota Pansus Anjal malah ada yang berangkat studi banding komisi”.( Sumber : Radar Lampung, 19 April 2010 ).


(8)

4 sekaligus di tuangkan di dalam Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandar Lampung

Dalam Pembuatan Peraturan Daerah”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah?

b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Pelaksaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu pada masalah Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Dalam Pembuatan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2009 – 2014.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah.


(9)

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menjadi penghambat Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan praktis antara lain sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya di bidang Hukum Administrasi Daerah mengenai Pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD yang mampu berperan optimal dalam proses pembuatan Peraturan Daerah khususnya di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan hasilnya dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi DPRD khususnya DPRD Kota Bandar Lampung dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan proses pembuatan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung.


(10)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembentukan Peraturan Daerah adalah dapat dilihat dari terlaksananya hak yang dimiliki. Hak yang berhubungan lansung dengan fungsi legislasi adalah hak inisiatif DPRD dan hak mengadakan perubahan terhadap Raperda. Menurut UU No. 10 Tahun 2004 yang kemudian diatur dalam UU No. 32 tahun 2004,meliputi Pengajuan Prakarsa/Hak Inisiatif. Dimana setiap Pembuatan Daerah yang akan di buat DPRD harus melakukan empat tahapan antara lain meliputi Anggota DPRD mengajukan usulan prakarsa/Hak Inisiatif Rancangan Peraturan Daerah kepada Pimpinan DPRD, Penyusunan dan Perancangan Naskah, Rapat Paripurna untuk mendapatkan persetujuan yang merupakan penentuan Rancangan dapat atau tidaknya disetujui menjadi Prakarsa DPRD dan terakhir pengesahan Peraturan Daerah oleh Pimpinan DPRD bersama Kepala Daerah, dan pengundangan oleh Sekretaris Daerah.

2. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung terdiri dari internal dan eksternal. Internal meliputi


(11)

66 kualitas, pengalaman dan sarana prasarana Anggota DPRD dalam menjalankan fungsi legislasinya yang sangat rendah, serta Peratutan Tata Tertib DPRD yang di anggap terlalu membatasi sikap dan kinerja Anggota Dewan ini terbukti dengan rendahnya prakarsa/inisiatif yang dihasilkan DPRD Kota Bandar Lampung. Eksternal meliputi hak “recall” yang dimiliki oleh partai untuk mengontrol kaderna sangat membatasi kadernya dalam bertindak, mekanisme sitem pemilu yang di pandang belum berkualitas

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar diupayakan mengoptimalkan Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Pembuatan Peraturaran Daerah, maka anggota DPRD Kota Bandar Laampung eriode 2009-2014 sebagai berikut :

1. Renponsif dan aspirasi terhadap kepentingan masyarakat dalam segala bidang, baik sosial, politik, ekonomi, dan budaya, serta mampu merumuskannya kedalam sebuah produk hukum tidak hanya sekedar menyerap,ditumpuk dan tidak dip roses atau di tindak lanjuti.

2. Mengikuti pendidikan professional penyusunan/ legal drafting peraturan daerah. Hal ini sangat penting, karena keahlian dibidang ini bagi setiap anggota dewan sangat penting untuk menambah wawasan mereka dalam Pembuatan Perda.

3. Anggota DPRD Kota Bandar Lampung mengiikuti Pelatihan atau Seminar-seminar yang khusus membidangi Perda yang akan di buat.


(1)

permusyawaratan dalam sitem pemerintahan negara, dan hak asal usul daerah yang bersifat istimewa”. Esensi beserta penjelasan dari Pasal ini dapat di artikan bahwasannya daerah-daerah yang bersifat otonomi diadakan Badan Perwakilan Daerah, Badan Perwakilan adalah menjadi atribut dari demokratisasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Perwakilan merupakan mekanisme untuk merealisasikan gagasan normatif bahwa Pemerintah harus dijalankan dengan atas kehendak rakyat (will of the people) Otoritas suatu pemerintah akan tergantung pada kemampuannya untuk menstrasformasikan kehendak rakyat sebagai nilai tertinggi diatas kehendak Negara (will of the state). Dasar normatif tersebut menjadi dasar dalam praktik kehidupan demokrasi sebagai Lembaga Legislatif memiliki posisi sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin kedaulatan rakyat. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa badan legislatif yang dapat mewakili rakyat dan memiliki kompetensi untuk memenuhi kehendak rakyat. Sementara eksekutif hanya mengikuti dan mengimplementasikan hukum dan prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan legislatif.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah tepanya Pasal 41 menetapakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memiliki fungsi yaitu : Legislasi, Pengawasan, dan Anggaran. Mengamati fungsi DPRD tersebut di atas, yang mana salah satunya adalah Legislasi oleh karena itu dalam rangka menunjang program pembangunan daerah Kota Bandar Lampung yang lebih baik lagi seluruh tugas dan wewenang harus dilakukan sesuai dengan


(2)

3 peraturan hukum yang berlaku.

Pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan kebijakan daerah merupakan kebutuhan yang harus segera diupayakan. Pelaksanaan tersebut sangat tergantung dari tingkat kemampuan anggota DPRD, oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan dapat diindentikkan dengan upaya peningkatan kualitas anggota DPRD. Namun, secara faktual yang terjadi di lapangan adalah bahwa Pelaksanaan fungsi Legislatif daerah khususnya DPRD Kota Bandar Lampung kurang mengoptimalkan dalam melaksanakan fungsi Legislasi ini terbukti dalam membuat Rancangan Peraturan Daerah tidak mampu melihat secara faktual kepentingan masyarakat dan keadaan di lapangan. Tetapi, justru kebanyakan membahas dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan untuk hal pribadi mereka, misalkan Dinas Luar. Selain karena kurangnya pengalaman mengenai kepentingan pemerintah, DPRD terkesan tidak fokus pada kegiatan utamanya yaitu Wakil Rakyat. Mereka harus benar-benar memperjuangkan keinginan, harapan masyarakat untuk hidup lebih sejahtera lagi. Kenyataannya, sebagai legislasi (Pembuat Peraturan Daerah) mereka terkesan lebih bersemangat saat Studi Banding ketimbang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Salah satu, paska perjalanan Pansus Anjal ke Yokyakrta dan Jakarta seharusnya sudah dilakukan pembahsan Pembuatan Raperda “Tetapi anggota Pansus Anjal malah ada yang berangkat studi banding komisi”.( Sumber : Radar Lampung, 19 April 2010 ).


(3)

sekaligus di tuangkan di dalam Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandar Lampung Dalam Pembuatan Peraturan Daerah”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah?

b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Pelaksaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu pada masalah Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung Dalam Pembuatan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2009 – 2014.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah.


(4)

5 b. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menjadi penghambat Pelaksanaan

Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembuatan Peraturan Daerah.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan praktis antara lain sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya di bidang Hukum Administrasi Daerah mengenai Pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD yang mampu berperan optimal dalam proses pembuatan Peraturan Daerah khususnya di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan hasilnya dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi DPRD khususnya DPRD Kota Bandar Lampung dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan proses pembuatan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung.


(5)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung dalam pembentukan Peraturan Daerah adalah dapat dilihat dari terlaksananya hak yang dimiliki. Hak yang berhubungan lansung dengan fungsi legislasi adalah hak inisiatif DPRD dan hak mengadakan perubahan terhadap Raperda. Menurut UU No. 10 Tahun 2004 yang kemudian diatur dalam UU No. 32 tahun 2004,meliputi Pengajuan Prakarsa/Hak Inisiatif. Dimana setiap Pembuatan Daerah yang akan di buat DPRD harus melakukan empat tahapan antara lain meliputi Anggota DPRD mengajukan usulan prakarsa/Hak Inisiatif Rancangan Peraturan Daerah kepada Pimpinan DPRD, Penyusunan dan Perancangan Naskah, Rapat Paripurna untuk mendapatkan persetujuan yang merupakan penentuan Rancangan dapat atau tidaknya disetujui menjadi Prakarsa DPRD dan terakhir pengesahan Peraturan Daerah oleh Pimpinan DPRD bersama Kepala Daerah, dan pengundangan oleh Sekretaris Daerah.

2. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan fungsi Legislasi DPRD Kota Bandar Lampung terdiri dari internal dan eksternal. Internal meliputi


(6)

66 kualitas, pengalaman dan sarana prasarana Anggota DPRD dalam menjalankan fungsi legislasinya yang sangat rendah, serta Peratutan Tata Tertib DPRD yang di anggap terlalu membatasi sikap dan kinerja Anggota Dewan ini terbukti dengan rendahnya prakarsa/inisiatif yang dihasilkan DPRD Kota Bandar Lampung. Eksternal meliputi hak “recall” yang dimiliki oleh partai untuk mengontrol kaderna sangat membatasi kadernya dalam bertindak, mekanisme sitem pemilu yang di pandang belum berkualitas

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar diupayakan mengoptimalkan Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD dalam Pembuatan Peraturaran Daerah, maka anggota DPRD Kota Bandar Laampung eriode 2009-2014 sebagai berikut :

1. Renponsif dan aspirasi terhadap kepentingan masyarakat dalam segala bidang, baik sosial, politik, ekonomi, dan budaya, serta mampu merumuskannya kedalam sebuah produk hukum tidak hanya sekedar menyerap,ditumpuk dan tidak dip roses atau di tindak lanjuti.

2. Mengikuti pendidikan professional penyusunan/ legal drafting peraturan daerah. Hal ini sangat penting, karena keahlian dibidang ini bagi setiap anggota dewan sangat penting untuk menambah wawasan mereka dalam Pembuatan Perda.

3. Anggota DPRD Kota Bandar Lampung mengiikuti Pelatihan atau Seminar-seminar yang khusus membidangi Perda yang akan di buat.