a. Menyiapkan program e-learning
Pengalaman   menunjukan   dalam   menyiapkan   program   e-learning   tidaklah   sesulit dalam bayangan kita, asalkan kita memiliki kemauan dan komitmen yang kuat untuk menuju
ke arah itu. Tanpa komitmen dan dukungan secara teknis maka program e-learning di sekolah tidak mungkin akan terealiasi. Ada tip tentang kunci sukses terealisasinya program e-learning,
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bates, 2005 dalam journal of e-learning volume   5   tahun   2005,   yakni   adanya   perencanaan   dan   leadership   yang   terarah   dengan
mempertimbangkan   efektifitas   dalam   pembiayaan,   integritas   sistem   teknologi   serta kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru yang sudah
barang   tentu   didukung   kemampuan   mencari   bahan   pembelajaran   melalui   internet   serta mempersiapkan budaya belajar bagi siswa.
Ada empat langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning yakni pertama menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience,
ketersediannya   infrastruktur,  budget  dan pengembalian  investasi  yang  tidak  hanya  berupa uang tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan Commercial or
OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan di sekolah. Ke empat menyiapkan
bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta menyiapkan short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-
masak dalam konteks investasi jangka panjang.
b. Membudayakan belajar berbasis TIK
Berkembangnya teknologi pembelajaran berbasis TIK mulai tahun 1995 an, salah satu kendalanya   adalah   menyiapkan   peserta   didik   dalam   budaya   belajar   berbasis   teknologi
informasi serta kurang trampilnya dalam menggunakan perangkat komputer sebagai sarana belajar, serta masih terbatasnya ahli dalam teknologi multimedia khususnya terkait dengan
4
model-model   pembelajan.   Untuk   mempersiapkan   budaya   belajar   berbasis   TIK   adalah keterlibatan   orang   tua   murid   dan   kultur   masyarakat   akan   teknologi   serta   dukungan   dari
lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Pembentukan kominitas TIK sangat mendukung   untuk   membudayakan   anak   didik   dengan   teknologi.   Model   ini   telah
dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan High School dengan membentuk club yang dinamai Information Science Club, yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan
budaya teknologi. Kompetensi guru dalam pembelajaran Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki
guru untuk menyelenggarakan model pembelajaran e-learning. Pertama kemampuan untuk membuat desain instruksional instructional design sesuai dengan kaedah-kaedah paedagogis
yang dituangkan dalam rencana pembelelajaran. Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi
ajar yang up to date dan berkualitas dan yang ketiga adalah penguasaan materi pembelajaran subject metter sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan setiap pertemuan,
menyusun   kerangka   materi   pembelajaran   yang   sesuai   dengan   tujuan   instruksional   dan pencapainnya   sesuai   dengan   indikator-indikator   yang   telah   ditetapkan.   Bahan   tersebut
selanjutnya   dibuat   tampilan   yang   menarik   mungkin   dalam   bentuk   power   point   dengan didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan
materi   yang   akan   dipelajari   serta   diberikan   latihan-latihan   sesuai   dengan   kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan
additional matter hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis
guru tinggal meng-upload ke situs e-learning yang telah dibuat.
5
Dalam penetapan kualitas pembelejaran dengan menggunakan model e-learning telah dikembangkan oleh lembaga Qualitative Standards Scholarship Assessed: An Evaluation of
the   Professoriate   yang   dikembangkan   oleh   Glassick,   Huber   and   Maeroff,   2005,   dengan indikator-indikator   instrumen   yang   telah   dikembangkan   meliputi:   kejelasan   tujuan
pembelajaran, persiapan  bahan pembelajaran  yang  cukup, penyiapan metoda belajar  yang sesuai,   menghasilkan   hasil   pembelajaran   yang   signifikan   positif,   efektifitas   dalam
mempresentasikan bahan pelajaran serta umpan balik yang kritis dari peserta didik. Beberapa   hal  yang   perlu  dicermati  dalam  menyelenggarakan   program  e-learning     digital
classroom   adalah   guru   menggunakan   internet   dan   email   untuk   berinteraksi   dengan   siswa untuk   mengukur   kemajuan   belajar   siswa,   siswa   mampu   mengatur   waktu   belajar,   dan
pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multi media. Dengan mencermati perkembangan teknologi informasi dalam dunia pendidikan dan
beberapa   komponen   penting   yang   perlu   disiapkan   serta   pengalaman   penulis   dalam mengembangkan   program  e-learning   maka   program  e-learning   di   sekolah   bukanlah   suatu
hayalan belaka bahkan sesegera mungkin untuk diwujudkan.
3. Teknologi komunikasi dan informasi di dunia pendidikan