EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
i ABSTRAK
EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2
SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh ROSIDAWATI
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran gerak dasar passing bawah pada siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan modifikasi alat berupa bola dari balon dan bola dari plastik
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan dua siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV A yang berjumlah 40 siswa. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar passing bawah.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dari 40 subjek kaji tindak dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar passing bawah masih rendah, pada siklus pertama dengan menggunakan modifikasi alat dengan menggunakan bola dari balon diperoleh dengan rerata kelas 67,50, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 45,00% dan yang mendapat di bawah rerata kelas 55,00%. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 18 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 22 siswa. Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kedua dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola plastik, maka dibandingakan hasil siklus kesatu lebih meningkat hasil tes siklus kedua dan dilihat dari perolehan rerata kelas 75,50 poin, dan yang mendapat nila di atas rerata kelas sebesar 42,42 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 42,50 % jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar 37 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 3 siswa. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran Bola Voli khususnya pada materi gerak dasar passing bawah, dengan menggunakan modifikasi alat dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar passing bawah pada siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar
(2)
ii
EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2
SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
ROSIDAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(3)
xvii
EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2
SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh ROSIDAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2012
(4)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Passing Bawah ... 22
2. Passing Atas ... 23
3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993) ... 27
4. Diagram batang Perbandingan hasil Persentase Ketuntasan Belajar pada Tes Awal, Siklus I, Siklus II ... 39
5. Penelitian Gerak Dasar Passing Bawah Pemanasan dengan Permainan Melewati Bola ... 68
6. Penelitian Gerak Dasar Passing Bawah pemanasan dengan Permainan Melewati Bola Zig-zag ... 68
7. Tahap Persiapan Siklus I dengan menggunakan Balon ... 69
8. Tahap Pelaksanaan Siklus I dengan menggunakan Balon ... 69
9. Tahap Persiapan Siklus II dengan menggunakan Balon ... 70
(5)
xi DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak ... 8
B. Model Pembelajaran... 10
C. Modifkasi alat... 12
(6)
xii
2. Tujuan modifikasi ... 14
D. Konsep Belajar Motorik……… 17
1. Tahap Koqnitif………. ... 19
2. Tahap Koqnitif/Fikasi ... 19
3. Tahap Otomatis……… ... 20
E. Permainan Bola Voli ... 20
F. Passing ... 21
1. Passing Bawah ... 21
2. Passing Atas ... 22
III.METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Setting Penelitian ... 28
C. Subjek Penelitian ... 28
D. Proses Pembelajaran Passing Bawah ... 28
1. Siklus I ... 28
2. Siklus II ... 31
E. Instrumen dan Cara Pengambilanya ... 33
F. Analisis Data ... 34
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 36
(7)
xiii
b. Siklus Kedua ... 37
2. Analisis Efektifitas Pembelajaran Setiap Siklusnya ... 39
B. Pembahasan ... 41
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Simpulan ... 43
B. Saran ... 43
(8)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ... 47
2. Surat Keterangan Penelitian ... 48
3. Surat Izin Penelitian Sekolah ... 49
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus I ... 51
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II ... 56
6. Langkah-langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 62
7. Format Lembar Penilaian ... 64
8. Data Hasil Tes Awal Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 65
9. Data Hasil Tes Siklus I Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 66
10. Data Hasil Tes Siklus II Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah ... 67
11. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Saat Pemanasan dengan Dengan Permainan Melewati Bola ... 68
12. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus I ... 69
13. Penelitian Ketrampilan Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II ... 70
(9)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Format Lembar Penilaian Gerak Dasar Passing Bawah ... 33 2. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah ... 37 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah
Siklus-1 ... 37 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah
Siklus-2 ... 38 5. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah
Pada Senam Lantai Di Setiap Siklus ... 39 6. Deskripsi Evektifitas Pembelajaran Pada Setiap siklus ... 40
(10)
vii
MOTTO
Ditengah kesulitan dan kesukaran terletak kesempatan. Sesali masa lalu karna ada kekecewaan dan kesalahan. Tetapi jadikanlah penyesalan itu sebagai
pengalaman untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan. ( Rosidawati)
“Pendidikan adalah persiapan paling baik untuk hari tua”. “Kesehatan adalah pangkal kesuksesan”
(11)
iv
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd …………
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Sudirman Husin, M.Pd …………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
(12)
v
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Rosidawati
NPM : 0913068016
Tempat tanggal lahir : Bandar Lampung, 25 Mei 1962
Alamat : Jln. Panglima Polim Gg. Mawar Putih 2 Kel. Segala Mider Tanjung Karang Barat Bandar Lampung
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Gerak Dasar Passing Bawah Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret s.d April 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Bandar Lampung, 3 September 2012
(13)
viii
PERSEMBAHAN
Suami Alwi dan kedua anak ku Merliantika dan Nicki Ilham Saputra
Yang menjadi cahaya dalam hidupku
Ayahanda Zaenal (alm) dan Ibunda Mayudin.K (alm), Ayahanda Mertua Aji Usman (alm) dahn Ibunda Hasuna (alm) yang sangat kusayangi
Almamater-ku FKIP Unila,
(14)
iii
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG AJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : Rosidawati Nomor Pokok Mahasiswa : 0913068016 Program Studi : Penjaskes
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Komisi Pembimbing
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd Drs. Akor Sitepu, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002 NIP. 19590117 198703 1 002
(15)
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Mei 1962, anak dari pasangan Bapak Mahyudin Karim ( alm) dan Ibu Zainah (alm).Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu Sekolah Dasar Di Tanjung Karang selesai pada tahun 1975.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Rawa Laut pada tahun 1980, Sekolah Menengah Atas Teluk Betung 1983, dan menyelesaikan studi Diploma I Olahraga di Teluk Betung Sumur Batu 1984. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan S1 FKIP Universitas Lampung.
Pada bulan Maret s.d Aprili 2012, penulis melaksanakan PTK (Penelitian Tindak Kelas) di SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung untuk menyelesaikan tugas akhir study Strata Satu dengan judul “Efektivitas Gerak Dasar Passing Bawah Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012”.
(16)
ix
SANWACANA
Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul ” Efektivitas Gerak Dasar Passing Bawah Dengan
Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. selaku Pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis
2. Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama. 3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
4. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 5. Drs. Wiyono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.
7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.
8. Kepala sekolah SDN 2 Sukajawa Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas IV A tahun pelajaran 2011/2012.
9. Siswa-siswi kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, ayo sukseskan program S1 dalam jabatan secepatnya. Semangat.
(17)
x
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 3 September 2012 Penulis
(18)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan. Aktivitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga merupakan fenomena yang kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural.
Ditinjau dari aspek biologis isi kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah pola gerak fisik manusia yang terwujud dalan struktur
jasmaniah yang perlu dipahami sebagai pola perilaku gerak manusia. Dari aspek sosiologis dan budaya seorang guru Penjas dituntut pula memahami lingkungan belajar yang baik untuk mencapai tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut yang menjadi prioritas utama adalah perwujudan secara optimal peranan dan fungsi guru dalam mengelola kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Peranan dan fungsi guru Penjas yang baik akan terwujud apabila memiliki inisiatif, kreativitas, dan inovasi serta selektif dalam memilih dan menentukan jenis model pembelajaran
(19)
yang cocok dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa yang sering diungkapkan dalam istilah Developmentally Appropriate Practice ( DAP ). Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk
mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.
Untuk itu dalam Pendidikan Jasmani diperlukan sarana dan prasarana yang memadai dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa yang menggunakannya agar guru dapat memberikan materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada berbagai cabang olahraga,
meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan kesehatannya. Dalam pelaksanaannya, penguasaan tugas gerak pada berbagai cabang olahraga merupakan kesulitan yang dihadapi oleh anak didik. Teknik-teknik baku yang harus mereka kuasai sebelum dapat dikatakan berhasil memberikan pengaruh pada anak didik. Pengaruh yang timbul adalah rasa frustasi dan tidak senang pada Pendidikan Jasmani. Guru harus memberikan alternatif pendekatan atau model yang dapat menumbuhkan rasa senang dan suka berolahraga sehingga anak akan berusaha untuk menguasainya.
Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang populer dan banyak diminati oleh pelajar Indonesia dari semua golongan. Hal ini dapat dilihat dari animo pelajar sebagai pelaku maupun penonton dalam setiap pertandingan bola voli baik dari tingkat sekolah dasar, sampai perguruan tinggi atau dari tingkat daerah, nasional sampai ke tingkat
(20)
internasional. Bola voli adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu, setiap regu masing – masing terdiri dari enam orang dan dapat dilakukan di ruangan tertutup (indoor) dan terbuka (outdoor). Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap regu hanya bisa memainkan bola maksimal tiga kali pukulan. Pada Olahraga bola voli ada beberapa teknik dasar yang harus dipelajari diantaranya passing. Passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam suatu regu dengan teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.
Di dalam permainan bola voli passing terbagi menjadi dua bagian yakni passing atas dan passing bawah, sedangkan untuk mempelajari passing bawah sangat dibutuhkan berbagai variasi latihan agar siswa dapat mencapai prestasi yang baik karena siswa tidak bosan mempelajarinya dan siswa dapat memahami keterampilan gerak dasar passing bawah dengan benar. Minimnya peralatan yang tidak sesuai untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, banyaknya biaya yang diperlukan dan keterbatasan dana yang dimiliki untuk pengadaan dana sarana dan prasarana yang dibutuhkan menjadi kendala untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran, hal ini menuntut seorang guru harus kreatif. Guru harus bisa memodifikasi alat dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang seadanya. Pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan peralatan sederhana dilapangan atau alat buatan guru sendiri dinamakan pembelajaran dengan modifikasi.
Kondisi sebagian besar sekolah diIndonesia belum memiliki sarana dan
prasarana yang layak untuk cabang – cabang olahraga tertentu. Menghadapi hal ini guru harus dapat mengembangkan materi pembelajaran dengan memodifikasi
(21)
ukuran lapangan, peralatan, jumlah pemain, dan lain-lain. Dengan demikian guru diharapkan harus bisa memberikan materi pembelajaran dengan baik dengan fasilitas yang sederhana, misalnya dalam belajar gerak dasar passing bawah, bisa menggunakan balon, bola plastik, bola karet dan lain-lain. Idealnya disetiap sekolah harus mempunyai sarana dan prasarana untuk permainan bola voli yang memadai, seperti halnya memiliki banyak bola voli untuk melakukan
pembelajaran passing bawah agar lebih efektif dan siswa dapat menguasai dengan baik. Selain itu guru harus memiliki metode yang bervariasi dalam melakukan pembelajaran supaya siswa tidak jenuh dan dapat lebih aktif dalam melakukan pembelajaan.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum berjalan sebagai mana mestinya. Siswa masih belum menguasai gerak dasar passing bawah dengan baik seperti gerak mengayun tangan, pada saat perkenaan bola. Masalah ini disebabkan karena terbatasnya sumber - sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini berhubungan dengan orientasi guru dalam mengajar yang lebih ditujukan kepada pencapaian prestasi tanpa melakukan modifikasi khususnya pada teknik keterampilan cabang olahraga.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perlu ditentukan metode belajar yang tepat dan adanya perbaikan dalam hal pendekatan atau model yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan passing bawah. Model yang berorientasi pada prinsip latihan yang disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak serta memodifikasi sarana dan prasarana diharapkan
(22)
dapat meningkatkan kemampuan passing bawah. Model yang disusun harus menarik dan menyenangkan agar mampu memberikan angin segar bagi siswa sehingga termotivasi untuk dasar permainan bolavoli khususnya pasing bawah. Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas (classroom action research) tentang “ Evektivitas Gerak Dasar Pada Passing Bawah dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas IV A SD Negeri Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajararan 2011/2012”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Gerak dasar passing bawah saat mengayun belum dapat dilksanakan dengan benar.
2. Gerak dasar passing bawah saat perkenaan bola belum dilakukan dengan benar.
3. Gerak dasar passing bawah saat mengayun dan perkenaan bola belum dilakukan dengan benar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam identifikasi masalah,batasan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah dengan modifikasi alat dengan balon dapat menghasilkan
pembelajaran gerak dasar bermain bola voli pada passing pawah pada siswa kelas IVA di SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung ?
(23)
2. Apakah dengan modifikasi alat dengan bola plastik dapat menghasilkan pembelajaran gerak dasar bermain bola voli pada passing pawah pada siswa kelas IVA di SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung ?
D. Tujuan Penelitian
“Bagaimana upaya meningkatkan efektivitas gerak dasar bolavoli pada pasing bawah dengan menggunakan modifikasi alat berupa balon dan bola plastik, pada siswa kelas IVA SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung”.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah dengan modifikasi alat yang tepat dan menyenangkan kemudian menunjang dalam pencapaian kemampuan gerak spesialisasi (terampil) pada usia dewasa. 2. Bagi guru
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah siswa. Dan juga
memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di masa yang akan datang.
(24)
4. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran untuk kemajuan program studi pendidikan jasmani dan kesehatan.
(25)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)
Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran dikelasnya. Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas atau di lapangan dikarenakan ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan, (1) Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti, (2) Tindakan menujuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk merangkaikan siklus kegiatan mahasiswa, dan (3) Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang kelas dalam
(26)
penelitian, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam bidang pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok mahasiswa sekelas yang sama dari pendidik yang sama pula. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang benar-benar nyata muncul dari dunia tanggung jawab peneliti/ pendidik yaitu dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri dan kemudian dicari pemecahannya. Menurut Arikunto dkk (2007: 61) tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran,
mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan menumbuhkan budaya akademik.
Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut : (a) Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah. (b) Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas. (c) Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu, dan sumber belajar lainnya. (d) Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. (e) Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah. (f) Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
(27)
Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan. Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Menurut Suhardjomo (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.
Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan
tindakan (planning), penerapan tindakan (action), observasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, melakukan refleksi dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
(28)
Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins, 1993)
Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan dan tahap refleksi. Berikut adalah putaran spiral penelitian yang tindakan kelas: 1) Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. 2) Tindakan
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3) Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.
(29)
4) Refleksi
Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
5) Perbaikan rencana
Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai rencana.
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Nama sekolah : SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung Alamat : Jln. Tamin, GG A. Rahman Bandar Lampung 2. Pelaksanaan penelitian
Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan setengah ( selama Maret sampai April 2012).
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa yang berjumlah 40 siswa.
D. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah 1. Siklus Pertama
a. Rencana
1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, penutup. Dapat dilihat pada RPP yang ada pada lampiran di baian belakang. 2. Menyiapkan alat-alat bolavoli untuk proses pembelajaran dan instrumen
(30)
yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan
3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handikem atau kamera) 4. Menyiapkan balon untuk pembelajaran passing bawah
5. Menyiapkan siswa berbaris sesuai jumlah balon untuk pembelajaran passing bawah
b. Tindakan
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap.
2. Kemudian siswa melakukan pemanasan umum yaitu dengan permainan tikus dan kucing, mengoper bola dari atas kepala, mengoper bola melalui samping badan.
3. Menjelaskan bentuk gerak dasar yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu dengan menggunakan balon.
4. Siswa melakukan passing bawah menggunakan balon dengan gerakan passing bawah yang benar, sikap awal kedua kaki dibuka sebar bahu dan lutut sedikit ditekuk, posisi tubuh tegak tidak membungkuk ataupun lenting, dan langkah dalam tindakan siklus pertama siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya balon, guna memudahkan pendidik untuk mengevaluasi gerakan yang benar.
5. Setiap siswa melakukan selama 1 sampai 2 menit gerakan passing bawah secara bergantian dengan alat modifikasi (balon). Posisi tangan saat melakukan gerakan passing bawah tangan lurus kedepan tangan kanan dan kiri dirapatkan, lalu ibu jari kanan dan kiri saling
bersentuhan. Siswa yang sudah melakukan gerakan passing bawah berlari ke barisan paling belakang, dan barisan selanjutnya maju
(31)
kedepan melakukan gerakan passing bawah, dan seterusnya sampai siswa sudah melakukan semuanya.
6. Diberikan pengulangan gerakan passing bawah secara berurutan.sampai siswa benar-benar menguasai gerakan passing bawah.
7. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka hari tersebut.
c. Observasi
1. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan balon dapat berjalan dengan baik dan efektif, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan sebanyak 3 kali dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus pertama.
2. Setelah tindakan dilakukan siswa yang berjumlah 40 siswa itu, ada yang berhasil dan belum berhasil. Pada siklus pertama yaitu ada 18 siswa yang berhasil menurut kriteria KKM ≥ 70, dan 22 siswa yang belum berhasil masih dibawah rata-rata 67,5. Hasil belajar pada siklus pertama belum tuntas karena persentase tingkat efektivitasnya hanya 40,62%, belum mencapai 50%. Maka siswa harus melanjutkan gerak dasar passing bawah pada siklus kedua yaitu dengan menggunakan bola plastik dalam pelajaran bola voli, guna untuk mencapai tingkat efektivitasnya.
d. Refleksi
1. Dari hasil observasi siswa yang berhasil ada 18 siswa dan yang belum berhasil ada 22 siswa, dapat disimpulkan dan didiskusikan dengan guru
(32)
pendidikan jasmani. Dan keputusannya efektivitas gerak dasar passing bawah dengan menggunakan bantuan balon belum mencapai ketuntasan hanya mencapai 40,62 %, maka siswa yang sudah berhasil dan yang belum berhasil perlu melakukan gerak dasar passing bawah pada siklus kedua untuk mencapai efektivitas gerak dasar passing bawah lebih dari 50%dan untuk mencapai kriteria KKM disekolah.
2. Mendiskusikan rencana tindakan untuk selanjutnya, yaitu pada siklus kedua dengan menggunakan bantuan bola plastik.
3. Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus kedua adalah menggunakan alat bantu bola plastik.
2. Siklus Kedua a. Rencana
1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup yang dapat dilihat di RPP pada lampiran bagian belakang.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran bolavoli passing bawah.
3. Menyiapkan istrumen berupa indikator-indikator gerak dasar passing bawah persiapan, gerakan, dan gerakan akhir.
4. Menyiapkan modifikasi alat (bola plastik) dalam pembelajaran bolavoli. 5. mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bolavoli. b. Tindakan
1. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya bola plastik dan siswa terbagi merata setiap barisnya.
(33)
2. Setelah memperhatikan gerakan pasing bawah bolavoli yang benar siswa melakukan pasing bawah menggunakan bola plastik dengan gerakan passing bawahyang benar dan langkah dalam tindakan siklus kedua siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya bola plastik.
3. kemudian siswa memperagakan gerak dasar passing bawah dari persiapan pelaksanaan dan gerakan akhir dilapangan bolavoli sesuai dengan gerakan yang telah diberikan.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kesalahan gerakan yang dilakukan, kemudian memperbaiki gerakan yang salah dengan berpedoman melihat gerakan passing bawah dengan benar. c. Observasi
1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan bola plastik, supaya efektivitas gerak dasar passing bawah pada bolavoli dapat berjalan dengan baik dan efektif. 2. Setelah tindakan dilakukan, ternyata siswa yang berhasil dan belum
berhasil pada siklus kedua yaitu ada 37 siswa yang berhasil menurut kriteria KKM, dan 3 siswa yang belum berhasil masih dibawah rata-rata. Hasil belajar pada siklus kedua sudah tuntas karna persentase tingkat efektivitasnya 61,46% sudah melebihi kentuntasan yaitu 50%. Maka pada siklus kedua efektivitas gerak dasar passing bawah pada bola voli dinyatakan tuntas.
(34)
d. Refleksi
Hasil observasi disimpulkan lalu didiskusikan, dan kesimpulannya pada siklus pertama tingkat efektivitas siswa hanya mencapai 40,62% dikatakan belum efektif, lalu pada siklus kedua persentase mencapai 61,46% dan dikatakan efektif. Maka pada siklus kedua efektivitas gerak dasar passing bawah pada pembelajaran bola voli dikatakan tuntas menurut kriteria ketuntasan.
E. Instrumen dan Cara Pengambilannya
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (penelitian kaji tindak) di setiap siklusnya, Menurut Freir and Cuning ham dalam Muhajir (1997;58) “dalam PTK dikatakana valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi”. Alat itu berupa indikator-indikator dari penilaian keterampilan gerak dasar servis atas bentuk indikatornya adalah: (1) Tahap Persiapan (2) Tahap gerak atau tahap pelaksanaan (3) Akhir gerak, (H. Sarono, 2005:13
Tabel 1. Format Lembar Penilaian Gerak Dasar Pasing Bawah
Aspek Indikator Skor
1 2 3 Persiapan
1. Kedua lutut ditekuk dengan badan sedukit dibongkokkan kedepan
2. Berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan
3. Kedua tangan saling perpegangan
4. Ayunkan kedua lengan kearah bola dengan sumbu gerak pada persendian bahu dan siku betul-betul dalam keadaan lurus
(35)
Pelaksanaan
lengan diatas dari pergelangan tangan 6. Lengann membentuk sekitar 45 derajat
dengan badan dan lengan diayunkan diangkat hampir lurus
7. Pandangan terhadap bola pada saat memukul
Gerakan lanjutan
8. Setelah ayunan lengan mengenai bola kaki belakang melangkah kebelakang untuk mengambil posisi siap kembali
9. Ayunan lengan kedepan tidak membentuk sudut 90 derajat dengan bahu atau badan 10.Badan bergerak ke lapangan
Jumlah Skor
Diadopsi dari H. Harsono, (2005:13) Keterangan : 1 = Gerak Baik
2 = Gerak Cukup 3 = Gerak Kurang F. Analisis data
Untuk melihat kualitas hasil tindakan pada setiap siklus digunakan rumus : (Subagio dalam Fajar. 2005:36)
Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan f : Jumlah yang melakukan benar N : Jumlah siswa yang mengikuti tes Efektivitas
(Goodwin dan Coates dalam Fajar, 2005: 37) Keterangan :
(36)
Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga Xi : Rerata tes awal
Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan dinyatakan efektif.
(37)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Thompson (1993: 38) menjelaskan bahwa anak bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu, memberikan
informasi dan landasan dalam menentukan alternatif model pembelajaran yang cocok sehingga proses belajar mengajar lebih efektif , agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Menurut Thompson (1993: 41) bahwa tiap anak mengembangkan pertumbuhan dengan kecepatan masing-masing dan beberapa anak berkembang lebih awal dan sebagian lagi berkembang lebih lambat daripada rata-rata anak pada umumnya. Rata-rata puncak pertumbuhan sangat cepat ini kira-kira pada umur 12 tahun bagi anak perempuan dan umur 14 tahun bagi anak laki-laki. Sebelum pertumbuhan sangat cepat ini tidak ada perbedaan penting antara anak laki-laki dan perempuan dalam berat dan tinggi badan. Bila saat pertumbuhan cepat ini terjadi maka akan menghasilkan meningkatnya berat dan tinggi badan.
(38)
Penjelasan lebih lanjut oleh Thompson (1993: 42) yang menyebutkan bahwa perbedaan-perbedaan yang muncul pada pertumbuhan cepat dan masa puber terjadi akibat perubahan hormon yang dihasilkan tubuh. Perbedaan tersebut berupa bahu yang lebih lebar dan sedikit perubahan lebar panggul pada laki-laki dan panggul yang lebih lebar dan sedikit perubahan pada lebar bahu pada anak perempuan. Perubahan ini berpengaruh pada cara gerak anak laki-laki dan perempuan.
Sunarto (1999: 53) juga menyebutkan perkembangan fisik yang menjadi tanda pubertas dihitung mulai menstruasi pertama pada anak perempuan atau sejak anak laki-laki mengalami mimpi basah (mengeluarkan air mani pada waktu tidur). Perubahan ini terkadang membawa kesukaran fisik bagi anak remaja, juga menyebabkan mereka punya keasyikan mental dan emosional. Apabila
menstruasi mulai datang, mungkin atau boleh jadi menghalangi partisipasi mereka dalam kegiatan fisik.
Dalam pertumbuhan cepat ini, alas pertumbuhan masih rawan sehingga perlu dihindari kekuatan yang berlebihan yang dapat merusak dan dapat berdampak dalam waktu lama. Karena sekali tulang berhenti tumbuh, maka tempat/alas pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat terlemah pada tulang itu. Beberapa gerakan yang perlu dihindari pada waktu pertumbuhan cepat adalah gerak memantul-mantul, melempar keras berulang-ulang, dan penggunaan beban. Sekali badan telah berhenti tumbuh, tempat/alas pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat terlemah pada tulang itu. (PASI, 1993: 44)
(39)
Jika pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis maka perkembangan lebih diartikan pada perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis dan aspek sosial. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Sunarto
(1999:68) menyatakan bahwa masa remaja adalah upaya menentukan jati dirinya (identitasnya) atau aktualisasi diri. Sunarto (1999:69) menyebutkan beberapa jenis kebutuhan remaja, yaitu: (a) Kebutuhan organik, yaitu makan, minum, bernapas. (b) Kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain. (c) Kebutuhan berprestasi, yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus
menunjukkan kemampuan psikofisis. (d) Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.
Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak, guru harus memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan agar sesuai dengan karakteristik siswa yang menggunakannya sehingga guru dapat memberikan materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan kesehatannya.
B. Model Pembelajaran
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Menurut Soekamto dan Winataputra (1996/1997), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
(40)
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dengan demikian model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur. Menurut Ismail (2002: 11) Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode
tertentu, yaitu: (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya; (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana secara berhasil; dan (4)
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai. Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk menjabarkan kurikulum, untuk merancang materi pembelajaran dan untuk memandu kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau setting kelas yang lain. (Ahmad H. P, 2005: 15)
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut model pembelajaran dapat diartikan sebagai penerapan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran yang harus dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap, sistematis dan terorganisir, agar mencapai pengalaman belajar dan tujuan belajar tertentu, sekaligus merupakan pedoman bagi para pembelajar dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran.
Melihat fakta di atas maka jelaslah bahwa guru pendidikan jasmani perlu menerapkan model-model pembelajaran yang berbeda dalam rangka upaya
(41)
meningkatkan mutu pembelajaran Penjaskes di sekolah yang menarik, inovatif, dan kreatif dan dan di sesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik. Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah model pembelajaran dengan penggunaan alat bantu. Model ini sangat sesuai dengan materi pendidikan jasmani di sekolah yang pencapaian tujuan pendidikannya melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga. Dengan penggunaan alat bantu diharapkan akan tercipta
pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan motivasi/ semangat anak untuk melakukan gerak.
C. Modifikasi Alat
Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan
sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan
pengajaran yang diharapkan. Modifikasi alat pembelajaran merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat pembelajaran yang sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dan dapat dicapai sebaik-baiknya. 1. Pengertian modifikasi
Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah”pengubahan”dan
berasal dari kata”ubah”yang berarti”lain atau beda”mengubah dapat diartikan dengan”menjadikan lain dari yang sebelumya”sedangkan dari arti
(42)
mengubah dapat juga diartikan pembaruan.tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokokpada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksut menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang
dilakukan untuk memperbaiki paraktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan sesuau” alat meupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa,dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dpat dimengerti oleh peserta didik atau siswa. Menurut Bahagia dan Suherman (2000: 1) Modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar dalam pembelajaran. Perlunya modifikasi menurut Bahagia adalah untuk menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaan dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar peserta didik dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan
membelajarkan peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat keterampilan yang lebih rendah menjadi tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Lutan (1988) menjelaskan bahwa modifikasi adalah perubahan
(43)
keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya.
Perhatian yang besar dari para guru Pendidikan Jasmani terhadap kondisi alat belajar dan kreatifitas untuk merubahnya, apabila dirasakan kondisi alat belajar tersebut tidak sesuai dengan peserta didik. Lebih lanjut Kiram
(1991:289) menerangkal hal sebagai berikut : “Bila alat yang digunakan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum terlalu besar, kecil, ringan, rumit, dan sebagainya, ubalah alat yang digunakan tersebut sehingga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menggunakanya”.
2. Tujuan Modifikasi
Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :
1). mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani, 2). mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,
3). mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif,
4). mengurangi resiko cidera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang.
Menurut Bahagia (2000:41) cara guru memodifikasi alat pembelajaran akan tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pembelajaran. Beberapa aspekanalisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang : 1).Modifikasi tujuan pembelajaran, 2).Modifikasi materi Pembelajaran, 3).Modifikasi kondisi lingkungan, 4).Modifikasi dalam evaluasi pembelajaran.
(44)
Menurut Bahagia dan Suherman (2000:41) modifikasi merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP ( Developentally Appropriate Practice) termasuk didalamnya body scaling atau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Aspek inilah yang harus selalu disajikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelakaran penjas. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi tingkat yang lebih tinggi.
Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan agar aktifitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak serta dapat membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah perubahan yang lebih baik. Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu. Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
(45)
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Alat bantu adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu (peraga) sangat penting.
Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien. Menurut Amir Hamzah (1988) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan
(46)
grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).
D. Konsep Belajar Motorik
Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan otak, dan ingatan. Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginteprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari, kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk
ketrampilan.
Menurut Sugiyanto,dkk (2004:19) belajar gerak adalah serangkaian proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang menyebabkan timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan.Yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari.
Cholik (2004:1) mengatakan bahwa belajar ketrampilan dan kemampuan motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai dengan tingkat perkembangan. Prilaku motorik adalah tanggapan atau reaksi anak yang terwujud dalam gerak (sikap) badan, dalam Cholik (2004:25)
(47)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa
penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Menurut Schmid dalam Lutan (1988: 102) Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau
pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak.
Belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Belajar gerak adalah belajar yang diwujutkan melalui respon– respon atau muskular, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh atau bagian tubuh.
Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan belajar yang harus dilalui oleh anak didik untuk dapat mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap belajar prasyarat untuk taraf barikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal.
Dalam proses untuk menyempurnakan suatu belajar gerak menurut Winkel (1984:54) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : 1) Tahap Kognitif, 2) Tahap Fiksasi, 3) Tahap Otomatis. Adapun tahap-tahapan dalam belajar gerak adalah sebagai berikut :
(48)
1. Tahap Koqnitif
Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut Winkel (1984: 53) adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara
melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.
2. Tahap Asosiatif/Fiksasi
Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Winkel (1984: 54) tahap latihan adalah tahap dimana siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari.
Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.
(49)
3. Tahap Otomatis
Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk
dilakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar. Winkel (1984: 55).
E. Permainan Bolavoli
Bolavoli adalah permainan yang dilakukan oleh dua regu, yang masing- masing terdiri dari enam orang. Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap regu hanya bisa memainkan bola, tiga kali pukulan. Di dalam permainan bola voli banyak sekali teknik – teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain diantaranya pasing atas dan bawah, servis, smes dan bendungan atau blok.
Pada dasarnya prinsip bermain bolavoli adalah memantul – mantulkan bola sebelum sampai menyetuh lantai, bola yang dimainkan sebanyak – banyaknya tiga kali memantulkan dalam lapangan sendiri dan bergantian, dengan
mengusahakan bola yang dipantulkan itu diseberangkan ke lapangan lawan melewati atas jaring masuk sesulit mungkin(Ma’mun dan Subroto, 2001:43 ). Bola voli dimainkan oleh dua regu tiap regu terdiri dari enam pemain, dan tiap regunya berusaha melewatkan bola di atas net bolavoli agar jatuh menyentuh lantai lapangan lawan, kemudian mencegah usaha yang sama dari lawan agar
(50)
mendapatkan poin atau angka regu yang pertama mencapai angka 25 adalah regu yang menang. (Muhajir 2004: 30).
F. Passing
Yang dimaksud dengan passing di dalam permainan bolavoli adalah usaha ataupun upaya seseorang pemain bolavoli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang
dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. (Soetedjo 1993: 12).
1. Passing Bawah
Sikap permulaan: ambil posisi sikap siap normal, pada saat tangan akan dikenakan pada bola, segera tangan dan juga lengan diturunkan serta tangan dan lengan dalam keadaan terjulur ke bawah depan lurus. Siku tidak boleh ditekuk, kedua lengan merupakan papan pemukul yang selalu lurus
keadaannya. Sikap saat perkenaan: pada saat akan mengenakan bola pada bagian sebelah atas (bagian proximal) daripada pergelangan tangan. Ambillah terlebih dahulu posisi sedemikian rupa sehingga badan berada dalam posisi menghadap pada bola. Bagian bola berada pada jarak yang tepat maka
segeralah ayunkan lengan yang telah lurus dan difixir tadi dari arah bawah ke atas depan. Tangan pada saat itu telah berpegangan satu dengan yang lain. Perkenaan bola harus diusahakan tepat pada bagian proximal daripada pergelangan tangan dan dengan bidang selebar mungkin agar bola dapat melambung secara stabil. Maksudnya agar bola selama menempuh lintasanya tidak banyak membuat putaran. Pantulan bola setelah mengenai bagian
(51)
proximal daripada pergelangan tangan, akan memantul ke atas depan dengan lambungan yang cukup tingi dan dengan sudut pantul 900. Sebagai catatan
perlu ditambahkan di sini bahwa bila sudut pantulnya tidak 900 maka secara
teoritis bola akan memantul ke arah lain atau dikatakan bola tersebut akan diterima luncas. Dengan demikia bola tidak akan memantul ke arah seperti yang diharapkan.
Gambar 1. Pasing Bawah
Adaptasi dari Permainan Dasar Bola Voli 1993
Sikap akhir: setelah bola berhasil dipass bawah maka segera diikuti
pengambilan sikap siap normal kembali dengan tujuan agar dapat bergerak lebih cepat untuk menyesesuaikan diri dengan keadaan. (Soetedjo 1993: 13) 2. Passing Atas
Sikap permulaan: pemain mengambil sikap siap normal. Dalam bermain bolavoli sikap siap normal adalah pengambilan sikap tubuh sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk bergerak kearah yang diinginkan. Secara keseluruhan tubuh harus dalam keadaan setimbang yang labil. Setimbang maksudnya agar koordinasi daripada tubuh tetap terkuasai dan labil
(52)
maksudnya agar tubuh dapat digerakan ke berbagai arah yang dikehendaki dalam waktu singkat. Adapun sikap siap normal itu adalah sebagai berikut: pemain berdiri dengan salah satu kaki berada di depan kaki yang lain. Dianjurkan bila tidak kidal kaki kiri berada lebih ke depan dari kaki kanan. Lutut ditekuk badan agak condong sedikit ke depan dengan tangan siap berada di depan dada. Pada saat akan melakukan passing, maka segeralah menempatkan diri di bawah bola, dan tangan diangkat ke atas depan kira-kira setinggi dahi.
Sikap saat perkenaan bola: perkenaan bola pada jari adalah di ruas pertama dan kedua terutama ruas pertama dari ibu jari. Pada saat jari disentuhkan pada bola maka jari-jari agak ditegangkan sedikit dan pada saat itu juga diikuti gerakan pergelangan lengan ke arah depan atas agak eksplosif. Sikap akhir: setelah bola berhasil di-pass maka lengan harus lurus sebagai suatu gerakan lanjutan diikuti lengan badan dan langkah kaki ke depan agar koordinasi tetap terjaga dengan baik. Gerakan tangan, pergelangan, lengan, dan kaki harus merupakan suatu gerakan yang harmonis, sedangkan pandangan ke arah jalanya bola. (Soetedjo 1993: 14).
Gambar 2. Passing Atas
(53)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebelum melakukan tindakan atau pemberian materi dan perintah untuk melakukan tindakan siklus pertama, terlebih dahulu dilakukan tes awal. Hasil observasi (tes awal) ini sangat berguna untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus pertama.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) apakah tindakan dapat meningkatkan hasil belajar dan melihat efektifitas pembelajaran yang dicapai. dapat dilihat pada pencapaian nilai rerata kelas dan ketuntasan belajar atau hasil penelitian disetiap siklusnya.
1. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah.
Deskripsi hasil penelitian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran data yang meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata serta prosentase dari hasil tes awal dan pada masing-masing siklus yang dapat digambarkan dalam bentuk tabel distribusi maupun diagram batang. Penilaian terhadap keberhasilan studi siswa dapat dilihat dengan pemberian huruf mutu yang didapat siswa.
(54)
Tabel 2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah.
No Siklus X
Presentasi Nilai Belajar Jmlah
% Tingkat efektifitas >ketuntasan <ketuntasan Efektifitas Keteranga
n
1. Tes awal 48 32,50 67,50 100 00,00 Belum
efektif
2. Pertama 67,5 45,00 55,00 100 40,62 Belum
efektif
3. Kedua 77,5 42,50 57,50 100 61,46 Efektif
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan tes atau mengambil nilai temuan. Hasil tes temuan ini berguna untuk menentukan tindakan pada siklus pertama dan siklus berikutnya. Dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) apakah tindakan dapat meningkatkan hasil belajar, dapat dilihat pada pencapaian nilai rerata kelas dan ketuntasan belajar atau dari hasil penelitian di setiap siklusnya. Setelah melakukan tinjauan pada putaran pertama atau siklus kesatu, yang diberikan materi gerak dasar passing bawah dengan menggunakan alat modifikasi bola dari balon, kemudian siswa diberikan tes lembar observasi dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Passing Bawah Siklus I
No Hasil Jumlah Prosentase (%)
1 Rerata 67,5 45
2 Ketuntasan 18 45
(55)
P
n
f
x
100
%
Prosentase ketuntasan belajar:%
100
40
18
x
P
%
45
P
Setelah melakukan tinjauan pada putaran pertama pada siklus kedua dengan diberikan materi gerak dasar passing bawah dengan menggunakan alat modifikasi bola dari plastik, kemudian siswa diberikan tes lembar observasi dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Passing Bawah Siklus II
No Hasil Jumlah Prosentase (%)
1 Rerata 77,5 42,5
2 Ketuntasan 37 92,5
Indikator peningkatan dapat dilihat melalui rumus:
P
n
f
x
100
%
Prosentase ketuntasan belajar:
%
100
40
37
x
P
%
5
,
92
P
(56)
Tabel 5. Hasil Ketuntasan Latihan Gerak Dasar Passing Bawah Meningkat Secara Nyata Pada Siklus Kedua.
No Tindakan Hasil (%) Keterangan
1 Pertama 45 Berhasil 18 siswa
2 Kedua 92,5 Berhasil 37 siswa
Dari berbagai tabel di atas diketahui bahwa di setiap siklusnya terdapat
peningkatan dari tes temuan siklus I berhasil 18 siswa dari 40 siswa, kemudian siklus II berhasil 37 siswa dari 40 siswa dengan prosentase 92,50 %.
10%
45,00%
9250%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Tes Awal Siklus 1 Siklus 2
Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tes Awal, Siklus 1, Siklus 2.
2. Analisis Efektivitas Pembelajaran Setiap Siklusnya
Untuk mengetahui efektif tidaknya tindakan yang diberikan pada setiap siklus, diperlukan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas pada tes awal akan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada setiap siklus. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan tingkat efektivitas tindakan yang diberikan.
(57)
Efektifitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn : Rerata nilai akhir siklus kedua Xi : Rerata tes awal
Berikut deskripsi efektivitas pembelajaran pada setiap siklus : Tabel 6. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus.
Siklus XTes
Awal X Efektivitas Keterangan
Pertama 48 67,50 40,62 Belum efektif
Kedua 48 77,50 61,46 Efektif
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, ada peningkatan hasil belajar keterampilan gerak dasar passing bawah dengan rincian sebagai berikut :
1. Pada siklus pertama dengan penggunaan modifikasi alat bola dari balon diperoleh peningkatan rata-rata nilai sebesar 67,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 40,62% itu berarti tindakan belum efektif.
2. Pada siklus kedua dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola
plastik diperoleh peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 77,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 61,46%. Hasil perhitungan telah
(58)
B. Pembahasan
Berdasarkan data terlampir, prosentase kemampuan melakukan gerak dasar passing bawah di siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung pada tahap pertama atau siklus kesatu siswa melakukan gerak dasar passing bawah yang benar dengan modifikasi alat bola dari balon belum menunjukan hasil yang diinginkan.
Dari 40 subjek kaji tindak dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar passing bawah masih rendah, pada tes awal diperoleh rerata kelas 48 poin sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 32,50 % dan yang mendapat di bawah rerata kelas 67,50 %. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan
belajar hanya 4 siswa dengan persentase 10 % dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 36 siswa dengan persentase 90 %.
Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kesatu dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola dari balon, pada siklus pertama diperoleh rerata kelas 67,50 poin, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 45,00% dan yang mendapat di bawah rerata kelas 55,00%. Jika dilihat dari perolehan nilai
ketuntasan belajar hanya 18 siswa dengan persentase 45 % dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 22 siswa dengan persentase 55 % . Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kedua dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola plastik, maka dibandingakan hasil siklus kesatu lebih meningkat hasil tes siklus kedua dan dilihat dari perolehan rerata kelas 75,50 poin, dan yang mendapat nila di atas rerata kelas sebesar 42,42 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 42,50 % jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar 37 siswa dengan persentase 92,5 % dan yang mendapat di
(59)
bawah nilai ketuntasan belajar 3 siswa dengan persentase 7,5 %. Hal ini terjadi karena siswa sangat menguasai gerak dasar passing bawah dengan latihan yang baik, untuk itu peneliti beranggapan ini sudah berhasil dan mendapat nilai yang baik.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.
Dahlan. M. D. 1984. Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro. Bandung. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Bandung. Hamzah, Amir.2000.Media Audio-Visual. Gramedia:Jakarta.
Lutan, Rusli. 1988. 2002 Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.. Supervisi Pendidik Jasmani. Dirjen Olahraga. Jakarta.
Muhajir. 2007. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII. Yudistira. Jakarta.
Soekamto, T dan Winataputra, Udin.1997. Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran. Dekdikbud.Jakarta.
Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual. PT Gramedia. Jakarta.
Sunarto dan Hartono, Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Thompson, Peter J. L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh PB. PASI. Jakarta.
(61)
Toho Cholik Motohir dan Gusril. 2004. Perkembangan Motorik Pada Masa Anak – Anak. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Jakarta.
Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia.
(1)
Tabel 5. Hasil Ketuntasan Latihan Gerak Dasar Passing Bawah Meningkat Secara Nyata Pada Siklus Kedua.
No Tindakan Hasil (%) Keterangan
1 Pertama 45 Berhasil 18 siswa
2 Kedua 92,5 Berhasil 37 siswa
Dari berbagai tabel di atas diketahui bahwa di setiap siklusnya terdapat
peningkatan dari tes temuan siklus I berhasil 18 siswa dari 40 siswa, kemudian siklus II berhasil 37 siswa dari 40 siswa dengan prosentase 92,50 %.
10%
45,00%
9250%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Tes Awal Siklus 1 Siklus 2
Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tes Awal, Siklus 1, Siklus 2.
2. Analisis Efektivitas Pembelajaran Setiap Siklusnya
Untuk mengetahui efektif tidaknya tindakan yang diberikan pada setiap siklus, diperlukan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas pada tes awal akan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada setiap siklus. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan tingkat efektivitas tindakan yang diberikan.
(2)
Efektifitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn : Rerata nilai akhir siklus kedua
Xi : Rerata tes awal
Berikut deskripsi efektivitas pembelajaran pada setiap siklus : Tabel 6. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus.
Siklus XTes
Awal X Efektivitas Keterangan Pertama 48 67,50 40,62 Belum efektif
Kedua 48 77,50 61,46 Efektif
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, ada peningkatan hasil belajar keterampilan gerak dasar passing bawah dengan rincian sebagai berikut : 1. Pada siklus pertama dengan penggunaan modifikasi alat bola dari balon
diperoleh peningkatan rata-rata nilai sebesar 67,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 40,62% itu berarti tindakan belum efektif.
2. Pada siklus kedua dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola
plastik diperoleh peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 77,50 dengan perhitungan tingkat efekivitas 61,46%. Hasil perhitungan telah
(3)
B. Pembahasan
Berdasarkan data terlampir, prosentase kemampuan melakukan gerak dasar passing bawah di siswa kelas IV A SD Negeri 2 Sukajawa Bandar Lampung pada tahap pertama atau siklus kesatu siswa melakukan gerak dasar passing bawah yang benar dengan modifikasi alat bola dari balon belum menunjukan hasil yang diinginkan.
Dari 40 subjek kaji tindak dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar passing bawah masih rendah, pada tes awal diperoleh rerata kelas 48 poin sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 32,50 % dan yang mendapat di bawah rerata kelas 67,50 %. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan
belajar hanya 4 siswa dengan persentase 10 % dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 36 siswa dengan persentase 90 %.
Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kesatu dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola dari balon, pada siklus pertama diperoleh rerata kelas 67,50 poin, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 45,00% dan yang mendapat di bawah rerata kelas 55,00%. Jika dilihat dari perolehan nilai
ketuntasan belajar hanya 18 siswa dengan persentase 45 % dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 22 siswa dengan persentase 55 % . Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kedua dengan mengguanakan alat modifikasi berupa bola plastik, maka dibandingakan hasil siklus kesatu lebih meningkat hasil tes siklus kedua dan dilihat dari perolehan rerata kelas 75,50 poin, dan yang mendapat nila di atas rerata kelas sebesar 42,42 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 42,50 % jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar 37 siswa dengan persentase 92,5 % dan yang mendapat di
(4)
bawah nilai ketuntasan belajar 3 siswa dengan persentase 7,5 %. Hal ini terjadi karena siswa sangat menguasai gerak dasar passing bawah dengan latihan yang baik, untuk itu peneliti beranggapan ini sudah berhasil dan mendapat nilai yang baik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.
Dahlan. M. D. 1984. Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro. Bandung. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Bandung. Hamzah, Amir.2000.Media Audio-Visual. Gramedia:Jakarta.
Lutan, Rusli. 1988. 2002 Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.. Supervisi Pendidik Jasmani. Dirjen Olahraga. Jakarta.
Muhajir. 2007. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII. Yudistira. Jakarta.
Soekamto, T dan Winataputra, Udin.1997. Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran. Dekdikbud. Jakarta.
Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual. PT Gramedia. Jakarta.
Sunarto dan Hartono, Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Thompson, Peter J. L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh PB. PASI. Jakarta.
(6)
Toho Cholik Motohir dan Gusril. 2004. Perkembangan Motorik Pada Masa Anak – Anak. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Jakarta.
Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia.