FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SEKSUAL PADA IBU MENOPAUSE DI KELURAHAN KAMPUNG BARU

(1)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya, dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi berjudul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Seksual pada Ibu Menopause di Kelurahan Kampung Baru” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, antara lain kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. Sutyarso, M. Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(2)

4. dr. Evi Kurniawaty, M. Sc selaku Pembimbing Kedua atas semua bantuan, saran, bimbingan, pengarahan, dan waktu dalam penyusunan skripsi ini. 5. dr. H. M. Masykur Berawi, Sp. A selaku pembahas yang telah memberikan

banyak masukan dan nasihat selama penyelesaian skripsi ini.

6. Staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, atas segala ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek, motivasi serta saran dan nasihat yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikannya.

7. Staf Tata Usaha di Fakultas Kedokteran atas bantuannya sehingga memberikan kemudahan kepada penulis.

8. Kepada Bapak Lurah dan Ibu-ibu responden Kampung Baru yang telah meluangkan waktunya untuk penelitian ini.

9. Bapak (H. M. Yunan Batubara, S. Sos) tersayang, Umak (Hj. Zuraidah Dalimunthe, AmaPd) tersayang, terima kasih untuk kesabarannya selama ini, untuk setiap doa, perhatian, motivasi, dukungan, kiriman makanan yang dipaketkan dari kampung langsung, dan terlebih kepercayaan untuk bisa menyelesaikan ini.

10. Kakakku Yusnida Yanti Batubara, ST, abg-abangku Yuanda Batubara S. Stpi, M. Basri Batubara ST, Faisal Batubara S. Sos, kakak dan abang iparku bang Wawan, kak Miska, kak Tika yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, nasihat, serta kehangatan keluarga disaat jenuh mengerjakan skripsi ini.


(3)

11. Keponakan-keponakan tercinta, Basyral, Kanza, Icha, Khumairah, Naylah yang selalu mendoakan serta memberikan keceriaan disaat jenuh dalam mengerjakan skripsi ini.

12. Saudara-saudara sepupu tersayang, hotni, ummi, bang arman, aisyah, rival, baginda, dina, salwan, ansari, lana, kak ris, yusril, kodri, khairil, alya terima kasih atas keceriaan yang kalian berikan.

13. Terima Kasih kepada Edy Timanta Tarigan yang dengan sabar mengajariku skripsi ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, semoga suatu saat kita akan menjadi dokter yang profesional.

14. Terima Kasih kepada teman-teman sekostan “wisma jumita” martia, erin, noni (barbie), made (jasmine), febe (cinderella), Mas johan, mbak Tum, dek Rio, Erika, Kak fany, Hani (ibu peri) yang selalu memberikan kenyamanan, keceriaan dan motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat terbaikku, Lina, Linda, Iid, Elfi, Haryani, suhel, jhon, pahala, Nikcy, dewi terima kasih atas keakraban dan persahabatan yang telah kalian berikan.

16. Kakak-kakak tingkatku, kak tina terima kasih setiap motivasi dan nasihat-nasihatnya, kak rini terima kasih contoh skripsinya, kak chery terima kasih motivasinya, kak resy terima kasih perhatiannya, kak july terima kasih doa nya.

17. Adek-adek tingkatku, Wayan, Rahmatika, Carla, Debora, Ratih, Gina, Siti, Kadek, yang selalu memberi informasi kehadiran dosen pembimbing dan teman disaat menunggu dosen pembimbing.


(4)

berikan.

19. Teman-teman dekatku Riko, Nasrul, bang Majid terima kasih untuk motivasi dan selalu setia mendengar semua cerita-ceritaku disaat galau, sukses selalu buat kita semua.

20. Sahabat-sahabatku, Yanti, Dian, Leli, Irun, Lena, Nita, Cici, Wahyu terima kasih atas motivasi, keceriaan yang telah kalian berikan.

21. Teman-teman FK 08 yang selalu mendorong dan memotivasi untuk cepat selesai skripsi Reisha, Anna, Indah, Raden, Rifkie, Aris, Topan, Okta, dan teman-teman lainnya yang selalu bersama dalam suka duka kuliah dan tutorial FK 08.

22. Teman-teman Kedokteran 2008, teman seperjuangan selama menuntut ilmu di FK UNILA. SATU KEDOKTERAN SATU!!!

23. Seluruh Civitas Akademika FK UNILA yang tidak dapat disebutkan satu– persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aek Libung, kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 24 Februari 1990, putri kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak H. M. Yunan Batubara, S.Sos dan Ibu Hj. Zuraidah Dalimunthe, AmaPd.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 146936 Aek Libung tahun 1996-2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Negeri 2 Sayur Matinggi pada tahun 2002-2005. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Kota Padang Sidimpuan pada tahun 2005-2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswi di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Penyusunan skripsi merupakan tugas akhir sebelum penulis memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dan melanjutkan Profesi Dokter.


(6)

Nama Mahasiswa : Reski Yanti Batubara Nomor Pokok Mahasiswa : 0818011039

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Sutyarso, M. Biomed dr. Evi Kurniawaty, M. Sc

NIP. 195704241987031001 NIP. 197601202003122001

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP.195704241987031001


(7)

Dengan rasa bahagia dan syukur pada Ilahi Robbi,

Kupersembahkan Skripsi ini untuk orang yang selalu kusayangi

dan menyayangiku...

Untuk Bapak, Umak, kak yus, Bang anda, Bang

Basri, Bang Faisal, Iparku Bang wawan, Kak Miska,

Kak Tika, dan keponakanku Basyral, Kanza, Icha,

Khumairah, Naylah yang selalu mendukung,

memberikan semangat dan senantiasa mendoakan

untuk kelancaran dan keberhasilanku.. Kalian

adalah motivasi terbesar yang membuat hidupku


(8)

kerjakan (QS. Al-Mujadalah : 11)

Ilmu itu seperti hewan buru an, maka dari itu

ikatlah buruanmu sekuat-kuatnya dan pengikat

ilmu adalah tulisan

Masa lalu untuk mengambil pelajaran, masa kini

untuk hidup dan berjuang, masa depan untuk


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Sutyarso, M. Biomed

Sekretaris :dr. Evi Kurniawaty, M. Sc

Penguji

Bukan Pembimbing :dr. H. M. Masykur Berawi, Sp. A

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP. 195704241987031001


(10)

Oleh

RESKI YANTI BATUBARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(11)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perubahan Fisiologi Aktivitas Seksual ...11

2. Definisi Operasional…...36 3. Variabel Independen ...42

4. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Menarche Ibu Menopause

dengan Fungsi seksual ...44

5. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Menopause

dengan Fungsi Seksual...45

6. Distibusi Frekuensi Hubungan Antara Jumlah Anak Ibu Menopause

dengan Fungsi Seksual...45

7. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Usia Melahirkan Ibu

Menopause dengan Fungsi Seksual ...46

8. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Alat Kontrasepsi Ibu

Menopause dengan Fungsi Seksual ...47

9. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Konsumsi Alkohol Ibu Menopause dengan Fungsi Seksual ...48 10. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Merokok Ibu Menopause

dengan Fungsi Seksual………49 11. Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Riwayat Penyakit Ibu


(12)

Aqila, Smart, 2010. Bahagia di Usia Menopause, Yogyakarta: A Plus Books. Andira, Dita, 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A

Plus Books.

BKKBN, 2006.Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta: BKKBN.

Blackburn, & Davidson, 1990. Terapi kognitif untuk depresi &kecemasan suatu petunjuk bagi praktisi.Semarang, IKIP Semarang.

Clarisa R. Gracia, Ellen W. Freeman, 2007. Hormon dan Seksualitas selama transisi untuk menopause, Journal of American Collage of Obstetricians dan Ginekologi Vol. 109, No. 4.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Tips Mempersiapkan Menopause. http://www.depkes.go.id/index.php?option=com

content&task=view&id=265&Itemid=34, diakses 13 Oktober 2008. Dennerstein L, Koochaki PE Barton I, Graziottin A, 2006. Hypoactive gangguan

hasrat seksual pada wanita menopause, journal of sexual Medicine.

Graziottin A. Leiblum SR, 2005, Biologi dan Psikososial Patofisiologi Disfungsi Seksual Wanita Selama Transisi Menopause, The Journal of Sexual Medicine.

Handayani, S., 2008.Menopause Dini, http:/mimi-breastrfriend,

Blogspot.Com/2008/01/menopause-dini.html, diakses 21 januari 2009. James A. Simon, MD, 2012. Menuju Pemahaman dan masalah Fungsi Seksual

pada Wanita Menopause,Jurnal Kedokteran Menopause Vol. 20, No. 4. Kasdu, D, 2002. Kiat dan Bahagia di Usia Menopause Sehat. Cetakan pertama,

Penerbit Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta.

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Bandar Lampung. Profil data warga. 2012.


(13)

Kumalaningsih, S, 2008. Sehat dan Bahagia di Usia Menopause, Tiara Aksa, Surabaya.

Kurniawati, PS, 2006. Jurnal Hubungan Karakteristik Wanita Dengan Perilaku Pada Masa Premenopause dikota Bengkulu.

Kunjoro, Z, 2002.Menopause, dikutip 20 januari 2012, http://www.e.psikologi.com/dewasa.

Llewellyn , Derek, & Jones, 1997.Setiap Wanita.Delapratasa Jakarta.

Lorraine Dennerstein, phD, Philippe Lehert, phD, Henry G. Burger MD, 2007. Menopause, The journal of the American Society Menopause Vol. 14. No. 1.

Manuaba, IBG, 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Arcan, Jakarta.

Manuaba, 2008.Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Mahayuni Dwi P, Soenarnatalina Melaniani, 2007. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Seksual pada Wanita Perimenopause,The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 3, No.3.

Nirmala, 2003. Hidup Sehat dengan Menopause, Jakarta: Buku Populer Nirmala. Notoatmodjo, S, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono, 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum S, Meston C, Shabsigh R, 2000. the female sexual function index (FSFI): a multidimensional self-report instrument for the assement of female sexual function. Journal of Sex & Marital Therapy

Rahayu, R, 2009. Tingkat Pengetahuan Ibu Pramenopause Tentang Perubahan Pada Masa Menopause di Desa Melati, Dusun II, Kecamatan Serdang Bedagai Kota Medan Tahun 2009. KTI D-IV Kebidanan Universitas Sumatera Utara.

Reitz, R, 1993.Menopause Suatu Pendekatan Positif,Bumi Aksara, Jakarta. Rustam, 2005.Sinopsis ObstetriJilid I. Jakarta : EGC

Rijanto, Astalina, Ria Rizki, 2011. Gambaran Pengetahuan Ibu Menopause tentang Potensi Seksual, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol. II No. 1.


(14)

Saifudin, 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Simanjuntak R, Erniyati, 2007. Adaptasi Psikososial Wanita Menopause Pekerja

dan bukan Pekerja, Jurnal Keperawatan Rufiah Sumatra Utara, Vol. 2 No. 2.

Septiana Dwi Ayu Pratiwi, dr. Dharminto, Cahya Tri Purnami, 2012. Hubungan Aktivitas Fisik dan Upaya Pengobatan dengan Tingkat Keluhan Klimakterium pada wanita Menopause, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, No. 2.

Suwarna Madhukumar, Vaishali gaikwad, 2012. Persepsi tentang Gejala Menopause dan Kualitas Hidup Perempuan Menopause,Journal of Health Sciences Vol. 2 No. 3.

Verney, 2006.Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39

Yatim, F, 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause, Edisi Pertama, Penerbit Pustaka Populer Obor, Jakarta.


(15)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... i

DAFTAR GAMBAR... iii

I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Penelitian ... 6

1. Kerangka Teori... 7

2. Kerangka Konsep ... 8

F. Hipotesis ... 9

II . TINJAUAN PUSTAKA A. Seksualitas... 10

1. Tujuan Seksualitas………... 10

2. Perubahan fisiologik aktivitas seksual………... 11

3. Fungsi Seksualitas………... 13

B. Respon seksual wanita ... 13

1. Tahap istirahat……….... 13

2. Tahap rangsangan………... 13

3. Tahap plateu………... 14

4. Tahap orgasme………... 14


(16)

C. Disfungsi Seksual Pada Wanita... 15

1. Pengertian………... 15

2. Prevalensi disfungsi seksual………... 16

3. Macam-macam disfungsi seksual……….. 16

D. Menopause ... 20

1. Periode menopause………... 20

2. Jenis-jenis menopause……….... 22

3. Kelainan jadwal menopause………... 24

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause.. .... 25

5. Tanda-tanda dan gejala menopause………... 27

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

1. Populasi Penelitian ... 34

2. Sampel Penelitian ... 34

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi... 35

1. Kriteria Inklusi ... 35

2. Kriteria Eksklusi ... 35

E. Variabel Penelitian ... 35

1. Variabel Bebas ... 35

2. Variabel Terikat ... 35

F. Definisi Operasional... 36

G. Pengumpulan Data ... 38

1. Jenis Data ... 38

2. Alat dan Instrumen Penelitian ... 38

3. Cara Pengambilan Data ... 38

H. Pengolahan dan Analisis Data... 39

1. Pengolahan Data... 39


(17)

vi

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Analisis Univariat... 42

2. Analisis Bivariat ... 43

B. Pembahasan ... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ... 7


(19)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SEKSUAL PADA IBU MENOPAUSE DI KELURAHAN KAMPUNG BARU

(SKRIPSI )

Oleh

RESKI YANTI BATUBARA 0818011039

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(20)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang bersamaan ( point time) (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober–November 2012.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung.


(21)

34

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang berusia 45-55 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kelurahan Kampung Baru kecamatan Kedaton kota Bandar Lampung, dengan jumlah wanita usia 45-55 tahun yaitu 861 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Menurut Notoatmodjo (2010), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili. Besar sampel diperoleh dengan rumus :

Besar sampel diperoleh dengan rumus :

n = N

1 + N (d2) Keterangan :

n= Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

d = tingkat ketepatan. (Notoatmojo,2003) N = Populasi penelitian : 861 orang n = N

1+ N (d2) n = 861

9,61 n = 89,59 n = 90 orang


(22)

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Wanita menopause.

b. Wanita berusia 45-55 tahun. c. Wanita yang memiliki pasangan.

2. Kriteria Eksklusi

a. Wanita yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual pada menopause.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah fungsi seksual pada menopause.


(23)

36

F. Defenisi Operasional

Tabel 2 .Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasianal

alat ukur Cara ukur Hasil ukur

Skala Variabel terikat

Fungsi seksual Kehidupan seksual ibu saat ini FSFI (female sexual function indeks)

wawancara 0 : Normal,b ila total>26, 5 1 : Disfungsi bila skor total≤ 26,5 Ordinal Variabel bebas Menarche Pekerjaan Jumlah anak Waktu pertama kali ibu mengalami haid Kegiatan yang dilakukan responden sehari-hari termasuk pekerjaan rumah tangga maupun pekerjaan yang dilakukan oleh responden saat ini Ibu yang memiliki dan melahirkan anak yang hidup ataupun Kuisioner Kuisioner kuisioner Wawancara Wawancara wawancara

0 :< 15 tahun 1 :≥ 15 tahun

0 : tidak bekerja 1 : bekerja

0 :≤4 orang 1 : >4 orang

Ordinal

Ordinal


(24)

meninggal saat penelitian Usia melahirkan Usia ibu melahirkan anak terakhir

Kuisioner Wawancara 0 :≤40 tahun 1 : >40 tahun Ordinal Penggunaan alat kontrasepsi Pernyataan responden tentang keikutsertaa nnya menjadi akseptor KB

Kuisioner Wawancara 0 : menggun akan 1 : tidak menggun ak Ordinal Mengkonsum si alkohol Status responden yang berhubunga n dengan kebiasaan mengkonsu msi alkohol

Kuisioner Wawancara 0 : tidak mengkon sumsi alkohol 1 : mengkon sumsi alkohol Ordinal Merokok Status Responden yang berhubunga n dengan kebiasaan menghisap rokok

Kuisioner Wawancara 0 : tidak merokok 1 : pernah merokok Ordinal Riwayat penyakit Penyakit yang pernah diderita oleh responden yang berkaitan dengan alat reproduksi sehingga menyebabka n responden mengalami menopause lebih awal

Kuisioner wawancara 0 : tidak mempun yai riwayat 1 : mempun yai riwayat Ordinal


(25)

38

G. Pengumpulan Data

1. Jenis Data a. Data Primer

Yaitu data yang yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan alat ukur kuisioner. Tekhnik pengumpulan data secara angket dan wawancara terbimbing.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh langsung dari data kantor kelurahan Kampung Baru kecamatn Kedaton kota Bandar Lampung

2. Alat dan Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan tekhnik angket terbimbing. Pengukurannya dilakukan dengan pengelompokkan masing-masing jawaban.

3. Cara Pengambilan Data

Data diperoleh dengan membagikan kuesioner yang telah dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang telah disediakan.


(26)

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan alat bantu perangkat komputersoftware SPSS for windows versi17.

Proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:

a. Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kembali kelengkapan, kejelasan, relevansi dan konsistensi isian formulir atau kuesioner.

b. Coding, merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan koding ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c. Processing, setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar,dan juga sudah melewati perkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng entry data dari kuesioner ke paket program komputer.

d. Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry dan bertujuan untuk membersihkan data dari kemungkinan data yang tidak memenuhi syarat atau missing.


(27)

40

2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi : a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan presentasi, hasil dari setiap variabel ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi, sehingga dapat mengetahui karakteristik atau gambaran dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2002).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square, dengan derajat kemaknaan (taraf signifikansi) yang dipakai adalah (α=0,1), sehingga bila p<α maka hasil perhitungan statistik bermakna dan bila p>α maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Seksualitas

Perilaku seksual adalah manifestasi aktivitas seksual yang mencakup baik hubungan seksual (intercouse ; coitus) maupun masturbasi. Dorongan/nafsu seksual adalah minat/niat seseorang untuk memulai atau mengadakan hubungan intim (sexual relationship). Kegairahan seksual (Seksual excitement) adalah respon tubuh terhadap rangsangan seksual. Ada dua respons yang mendasar yaitu myotonia (ketegangan otot yang meninggi) dan vasocongestion (bertambahnya aliran darah ke daerah genital) (chandra, 2005).

Seks menurut Inggrid dalam rizkina (2009) mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan dapat ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika seseorang meninggal dunia.

1. Tujuan Seksualitas

Tujuan seksualiatas secara umum adalah meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia. Sedangkan secara khusus ada 2, yaitu:


(29)

11

1. Prokreasi, yaitu menciptakan atau meneruskan keturunan 2. Rekreasi, yaitu memperoleh kenikmatan biologis atau seksual

Menurut Ingrid & Rizkiana (2009) Seksualitas menyangkut dimensi biologis, psikologis, social dan kultural. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan reproduksi, termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi menggunakan secara optimal sebagai 16 alat untuk berprokreasi (bereproduksi) dan berkaitan dalam mengekspresikan dorongan seksual. Dari dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual. Dan dari dimensi social berkaitan dengan bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks. Sedangkan dari dimensi kultural menunjukkan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

2. Perubahan fisiologik aktivitas seksual

Tabel 1. Perubahan fisiologi dari aktivitas seksual menurut Kaplan

Fase tanggapan seksual

Pada wanita Usila Pada pria Usila

Fase desire Terutama dipengaruhi oleh penyakit baik dirinya sendiri atau pasangan, masalah hubungan antar keduanya, harapan kultural dan hal-hal

Interval untuk meningkatkan hasrat melakukan kontak seksual meningkat; hasrat sangat dipengaruhi oleh penyakit; kecemasan akan


(30)

tentang harga diri. Desire pada lansia wanita mungkin

menurun dengan makin lanjutnya usia, tetapi hal ini bisa bervariasi.

kemampuan seks dan masalah hubungan antara pasangan. Mulai usia 55 th testosteron menurun bertahap yang akan mempengaruhi libido. Fase arousal Pembesaran payudara

ber-kurang, semburat panas dikulit menurun; elastisitas dinding vagina menurun; iritasi uretra dan kandung kemih menigkat; otot-otot yang menegang pada fase ini menurun.

Membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi; ereksi kurang begitu kuat; testosteron menurun; produksi sperma menurun bertahap mulai usia 40 th;elevasi testis ke perinium lebih lambat dan sedikit; penguasaan atas ejakulasi biasanya membaik. Fase orgasmik (fase

muskular)

Tanggapan orgasmik mungkin kurang intens disertai sedikit kontraksi; kemampuan untuk mendapatkan orgasme multiple berkurang dengan makin lanjutnya usia.

Kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan kontraksi otot dirasakan berkurang; jumlah kontraksi menurun; volume ejakulasi menurun.

Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode refrakter, dimana pembangkitan gairah secara segera lebih sukar.

Periode refrakter memanjang secara fisiologis, dimana ereksi dan orgasme berikutnya lebih sukar terjadi.


(31)

13

3. Fungsi Seksualitas

Untuk memperkuat dan meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan.

B. Respon seksual wanita (Sexual Response Cycle-SRC)

Hal-hal yang terjadi saat seseorang mengalami bangkitan/rangsang seksual (bergairah secara seksual) dan berperilaku seksual secara umum melibatkan tahap-tahap sebagai berikut (berlaku untuk segala umur) (Masters & Johnson, 1996) : a. Tahap istirahat (tidak terangsang)

Dalam keadaan tidak terangsang, vagina dalam keadaan kering dan kendur juga.

b. Tahap rangsangan (excitement) melibatkan stimuli sensori

Pada saat minat seksual timbul, karena stimuli/rangsangan psikologis atau fisik, mulailah tahap rangsangan/exitement. Pada pria maupun wanita ditandai dengan vasokongesti (bertambahnya aliran darah ke genitalia rongga panggul) dan myotonia (meningkatnya ketegangan/tonus otot, terutama juga didaerah genitalia) (Halstead and Reiss, 2006).

Selama fase gairah, klitoris, mukosa vagina dan payudara membengkak akibat peningkatan aliran darah. Terjadi lubrikasi vagina, ukuran labia minora. Labia mayora dan klitoris meningkat, uterus terangkat menjauhi kandung kemih dan vagina, dan puting susu menjadi ereksi (Hendersons, 2006). Vasokongesti dan myotoniamerupakan syarat utama tahapexcitement dan menyebabkan basahnya vagina (vaginal sweating) dan ereksi klitoris pada wanita (tidak selalu).


(32)

c. Tahapplateu(pendataran)

Jika kegairahan meningkat, orang akan masuk tahap plateu yaitu vasokongesti dan myotonia mendatar tetapi minat seksual tahap tinggi. Fase plateu dapat singkat atau lama tergantung rangsangan dan dorongan seksual individu, latihan sosial dan konstitusi/tubuh orang itu. Sebagian orang menginginkan orgasme secepatnya, orang lain dapat mengendalikannya, yang lain lagi menginginkan plateu yang lama sekali (Chandra, 2005). Saat wanita mencapai fase plateu, lapisan ketiga terluar dari vagina membengkak akibat aliran darah dan distensi, klitoris mengalami retraksi dan “sex flush”yang merupakan suatu ruam seperti campak, dapat menyebar dari payudara ke semua bagian tubuh (Hendersons, 2006).

d. Tahap orgasme ; melibatkan ejakulasi, kontraksi otot

Tahap orgasme relatif singkat saja. Ketegangan psikologis dan otot dengan cepat meningkat, begitu juga aktifitas tubuh, jantung dan pernapasan. Orgasme dapat dicetuskan secara psikologis dengan fantasi dan secara somatik dengan stimuli bagian tubuh tertentu, yang berbeda bagi tiap orang (vagina, uterus pada wanita). Selama fase orgasme, ketegangan otot mencapai puncaknya dan kemudian ketegangan otot tersebut akan menurun karena darah didorong keluar dari pembuluh darah yang membengkak. Denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah meningkat dan terjadi kontraksi ritmis uterus. Orgasme disertai dengan sensasi kenikmatan yang intens. Kemudian tiba-tiba terjadi pelepasan/release ketegangan seksual, disebut klimaks/ orgasme.


(33)

15

e. Tahap resolusi (mencakup pasca senggama)

Sesudah orgasme, pria biasanya segera memasuki fase resolusi menjadi pasif dan tidak responsif, penis mengalami detumescence, sering pria tertidur dalam fase ini. Sebagian wanita juga mengalami seperti itu, tetapi sebagian besar umumnya masih responsif secara seksual, bergairah dan masuk kedalam fase plateu lagi, orgasme lagi sehingga terjadi orgasme multiple. Sesudah orgasme, baik pria maupun wanita kembali (mengalami resolusi) ke fase istirahat. Keduanya mengalami relaksasi mental dan fisik, merasa sejahtera. Banyak pria dan wanita merasakan kepuasan psikoligis atau relaksasi tanpa mencapai orgasme yang lain merasa kecewa bila tanpa orgasme (Chandra, 2005).

C. Disfungsi Seksual pada Wanita

I. Pengertian

Disfungsi seksual adalah gangguan respon fungsi seksual.

Pada pria : kegagalan yang menetap atau berulang, sebagian atau keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan ereksi sampai terselesaikannya akifitas seksual.

Pada wanita : kegagalan yang menetap atau berulang, baik sebagian atau secara keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan respon lubrikasi vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005).


(34)

II. Prevalensi Disfungsi Seksual

Sudah lama diketahui gangguan fungsi seksual kaum wanita dalam suatu masyarakat relatif beragam, bergantung pada umur, kejiwaan, keharmomisan rumah tangga, budaya, agama, dan pendidikan (Hayes, 2006). Karena itu angka kejadian disfungsi seksual wanita disetiap negara bisa berbeda-beda. Di Turki misalnya, rerata prevalensi disfungsi seksual wanita berdasarkan skor FSFI (Female Sexual Function Index) adalah 48,3%, dengan kecenderungan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kategori disfungsi hasrat (48,2%), disfungsi bangkitan seksual (35,9%), disfungsi lubrikasi (40,9%), kesulitan orgasme (42,7%), tidak mencapai kepuasan (45%), dan disfungsi nyeri pada vagina (42,9%) (Costabile, 2006).

III. Macam-macam disfungsi seksual

Disfungsi seksual wanita secara tradisional terbagi menjadi gangguan minat/keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri/rasa tidak nyaman dan hambatan mencapai puncak atau orgasme, Pada DSM IV dari American Phychiatric Assocation, dan ICD-10 (International dari WHO, disfungsi seksual wanita ini dibagi menjadi empat kategori yaitu :

a. Gangguan minat/keinginan seksual (desire disorders) Ditandai dengan kurang atau hilangnya keinginan/hasrat seksual

b. Gangguan birahi (arousal disorder) Ditandai dengan kesulitan mencapai atau menpertahankan keterangsangan saat melakukan aktivitasnya seksual c. Gangguan orgasme (orgasmic disorder) Ditandai dengan tertundanya atau

gagalnya mencapai orgasme saat melakukan aktivitas seksual. d. Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder) (Rosen , 2000).


(35)

17

Menurut Glaiser and Gebbie (2005) adapun beberapa gangguan seksual yaitu: a. Hilangnya kenikmatan

Seorang wanita mungkin melakukan hubungan intim, tetapi gagal merasakan kenikmatan dan kesenangan yang biasanya ia rasakan. Apabila ia tidak terangsang, maka pelumasan normal vagina dan pembengkakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim pervagina dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau bahkan nyeri, yang semakin menghambat dirinya menikmati hubungan tersebut.

Wanita yang mengalami hambatan nafsu seksual mungkin tidak menginginkan atau tidak menikmati seksual. Tetapi dia mengijinkan pasangannya untuk bersenggama dengannya, sebagai suatu kewajiban. Wanita yang lain mungkin sangat cemas dengan gagasan bersenggama sehingga menolak atau membuat alasan menghindarinya.

b. Hilangnya minat seksual

Hal ini sering terjadi bersamaan dengan hilangnya kenikmatan, wanita seperti ini tidak memiliki keinginan untuk berhubungan seksual dan tidak menikmatinya seandainya terjadi. Seperti pada pria, faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya minat seksual bervariasi dan sering sulit diidentifikasi. Perubahan alam perasaan sangat penting bagi wanita, tidak saja sebagai penyakit depresi kronik tetapi juga sebagai variasi dalam alam perasaan depresi disekitar waktu menstruasi yang dirasakan oleh beberapa wanita. Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami tahap siklus menstruasi tertentu, walaupun waktunya berbeda dari satu wanita ke


(36)

wanita lain. Tetapi mereka yang biasanya merasa murung sebelum menstruasi biasanya kehilangan minat seksual pada saat tersebut. Dan mendapati bahwa fase pasca menstruasi secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi mereka.

Pada beberapa wanita yang mengalami perubahan nyata dalam emosional pada saat menstruasi, kapasitas mereka untuk terangsang menjadi terbatas sampai setelah menstruasi, dan tidak jarang kapasitas ini malah akhirnya hilang sama sekali. Konflik yang tidak terpecahkan atau kemarahan dalam hubungan dapat merupakan hal yang mendasari hilangnya kenikmatan dan minat seksual. Wanita yang menghadapi bentuk-bentuk kanker yang mengancam nyawa, misalnya kanker payudara atau ginekologis, dapat bereaksi secara psikologis terhadap stres penyakit dan dampak terapi. Faktor-faktor fisik juga mungkin memiliki peran langsung. Hilangnya minat seksual adalah hal yang wajar dalam keadaan sakit dan hal ini mungkin secara spesifik disebabkan oleh kelainan status hormon. Testosteron tampaknya penting untuk gairah seksual pada banyak wanita, seperti halnya pada pria. Penurunan substansial testosteron, seperti terjadi setelah ovariektomi atau bentuk lain kegagalan atau supresi ovarium, dapat menyebabkan hilangnya gairah.

c. Keengganan seksual

Pada beberapa kasus, sekedar pikiran tentang aktivitas seksual sudah menyebabkan ketakutan atau ansietas yang besar sehingga terbentuk suatu pola menghindari kontak seksual. Pada kasus-kasus seperti ini,


(37)

19

penyebabnya sering dapat diidentifikasi dari pengalaman traumatik sebelumnya, tetapi kadang-kadang pangkal masalahnya tetap tidak jelas.

d. Disfungsi orgasme

Sebagian wanita secara spesifik mengalami kesulitan mencapai orgasme, baik dengan kehadiran pasangannya atau pada semua situasi. Hal ini mungkin merupakan bagian dari hilangnya kenikmatan seksual secara umum, atau relatif spesifik, yaitu manusia masih dapat terangsang dan menikmati seksual tetapi gagal mencapai orgasme. Walaupun obat tertentu dapat menghambat orgasme pada wanita, namun pada sebagian kasus faktor psikologis tampaknya menjadi penyebab.

e. Vaginismus

Kecenderungan spasme otot-otot dasar panggul dan pervagina setiap kali dilakukan usaha penetrasi vagina ini dapat timbul akibat pengalaman traumatik insersi vagina (perkosaan atau pemeriksaan panggul yang sangat kasar oleh dokter). Namun lebih sering tidak terdapat penyebab yang jelas dan tampaknya otot-otot tersebut memiliki kecenderungan mengalami spasme reflektif saat dicoba untuk dilemaskan. Vaginismus biasanya adalah kesulitan seksual primer yang dialami wanita saat mereka memulai kehidupan seksual, dan sering menyebabkan hubungan seksual yang tidak sempurna. Kelainan ini jarang timbul kemudian setelah wanita menajalani fase hubungan seksual normal, terutama apabila ia sudah pernah melahirkan. Apabila memang demikian, kita perlu mencari penyebab nyeri atau rasa tidak nyaman lokal yang dapat menyebabkan spasme otot (Llewellyn, 2005).


(38)

f. Dispareunia

Nyeri saat melakukan hubungan intim sering terjadi dan umumnya dapat disembuhkan. Apabila menjadi masalah yang berulang, maka antisipasi nyeri dapat dengan mudah menyebabkan hambatan timbulnya respons seksual normal vagina terganggu. Nyeri atau rasa tidak nyaman dapat dirasakan di introitus vagina, akibat spasme otot-otot perivagina atau peradangan atau nyeri di introitus yang dapat ditimbulkan oleh episiotomi atau robekan perineum.

Kista atau abses Bartholin dapat menyebabkan nyeri hanya oleh rangsangan seksual, karena kecenderungan kelenjar ini mengeluarkan sekresi sebagai respons terhadap stimulasi seksual (Kusuma, 1999).

D. Menopause

Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu katamenyang berarti bulan dan peuseis yang berarti penghentian sementara. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya menstruasi. Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk selamanya. Biasanya menopause terjadi pada wanita mulai usia 45-55 tahun. Masa menopause ini tidak bisa serta merta diketahui, tetapi biasanya akan diketahui setelah setahun berlalu (Dita Andira, 2010).

a. Periode Menopause


(39)

21

1) Klimakterium

Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause. Klimakterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah 11 menopause. Dengan demikian lama klimakterium lebih kurang 13 tahun. Masa ini terjadi antara usia 40-65 tahun. Klimakterium terdiri dari beberapa fase (Dita Andira, 2010) yaitu :

a) Pra-menopause Masa 4-5 tahun sebelum menopause biasanya pada umur 35-45 tahun. Pada fase ini terdapat berbagai keluhan klimakterik (masa peralihan sebelum menopause) terjadi, seperti perdarahan yang tidak teratur, suasana hati berubah-ubah, gejolak panas selama waktu haid (Nirmala, 2003)

b) Menopause Masa berhentinya menstruasi secara permanen. Diagnosis ini dibuat bila telah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 45-50 tahun. Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/l digunakan sebagai diagnosis menopause (Aqila, 2010)

c) Pasca Menopause Masa yang terjadi 3 hingga 5 tahun setelah menopause atau tahap dimana sebagian besar penderitaan akibat menopause telah menghilang

d) Ooforopause Masa ketika ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya.


(40)

2) Menopause Yaitu masa berhentinya menstruasi terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis ini dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun.

3) Senium Periode sesudah pascamenopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik. Yang mencolok dalam masa ini ialah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik, sebagai proses menjadi tua. Dalam masa senium terjadi pula osteoporosis dengan intensitas berbeda pada masing-masing wanita. Walaupun sebabnya belum jelas betul, namun berkurangnya aktivitas osteoblast memegang peranan dalam hal ini (Sarwono, 2007).

b. Jenis Menopause

Ada dua jenis menopause (Nadine, 2009) yaitu :

a. Menopause alami, Menopause yang disebabkan menurunnya produksi hormon kelamin wanita, estrogen dan progesteron oleh ovarium. Ini adalah proses perlahan-lahan yang biasanya terjadi selama beberapa tahun. Rata-rata wanita untuk mencapai menopause alami atau berhentinya haid adalah 50 tahun (Nirmala, 2003)

b. Menopause karena sebab tertentu (buatan). Menopause yang disebabkan intervensi medis tertentu. Misalnya bedah pengangkatan kedua ovarium karena abnormalitas dalam struktur dan fungsinya sebelum usia menopause alami, menyebabkan menopause karena pembedahan. Demikian pula obat-obat tertentu, radiasi dan kemoterapi (penggunaan


(41)

23

agen kimiawi untuk merawat berbagai jenis penyakit, khususnya kanker) bisa juga menyebabkan menopause karena sebab tertentu.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada fase klimakterium menunjukan bahwa jenis keluhan yang banyak menyerang wanita klimakterium yaitu keluhan muskuluskeletal sebesar 35% dan vasomotorik sebesar 33,3%. Keluhan vasomotorik paling banyak dirasakan adalah sakit kepala sebesar 66,7%, keluhan muskuluskeletal yaitu rasa sakit/linu pada sendi sebesar 61,7%, keluhan urogenital yaitu keputihan sebesar 13.3% dan nyeri bersenggama sebesar 11,7%, keluhan psikologis yaitu cepat lelah/capek sebesar 56,7%. Wanita klimakterium yang mengalami keluhan yang terbanyak adalah pada masa premenopause. Sedangkan disebutkan dalam penelitian Dame, 2009 menyebutkan bahwa sebanyak 194 responden 92,4 % mengalami keluhan klimakterik dan yang memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi keluhannya hanya 44,3 % 7).

Histerektomi adalah istilah yang digunakan untuk pengangkatan rahim dengan pembedahan. Karena ovarium tidak diangkat pada pembedahan tersebut, mereka bisa terus memproduksi hormon wanita. Tapi bila syaraf, dan suplai darah ke ovarium rusak ketika melakukan histerektomi, bisa terjadi menopause karena sebab tertentu.


(42)

c. Kelainan Jadwal Menopause

Menurut Sarwono P (2007) ada dua jenis kelainan pada jadwal menopause, yaitu :

1) Menopause prematur, menopause prematur disebut juga dengan menopause dini. Seperti yang telah diuraikan, umumnya batas terendah terjadinya menopause ialah umur 44 tahun. Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun dapat dikatakan menopause prematur, biasanya pada umur 35-40 tahun sudah berhenti haid, ditandai rasa sakit di kepala, haid tidak teratur, dan kemudian berhenti sama sekali kondisi ini dinamakan “perimenopause”. Faktor-faktor yang menyebabkan menopause prematur ialah herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit-penyakit menahun, dan penyakit- penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Selain itu bisa disebabkan karena polusi lingkungan seperti gas kendaraan bermotor, asap rokok, asap limbah industri (radikal bebas) (Kumalaningsih).

2) Menopause terlambat batas terjadinya menopause umumnya ialah umur 52 tahun. Apabila seorang wanita mendapat haid di atas umur 52 tahun, maka hal ini merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebab-sebab yang dapat dihubungkan dengan menopause terlambat ialah konstitusional, fibrimioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Menurut Novak, wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat. Wanita yang mempunyai kelebihan berat badan (obesitas) kemungkinan mengalami keterlambatan menopause karena sebagian besar estrogen dibuat di dalam


(43)

25

ovarium, tetapi sebagian kecil dibuat di bagian tubuh lain termasuk sel-sel lemak (Rebecca and Pam, 2007).

d. Faktor- faktor yang mempengaruhi usia Menopause

Kebanyakan wanita mengalami menopause antara 4555 tahun. Faktor -faktor yang mempengaruhi menopause (Nadine, 2009) diantaranya : 1) Usiamenarche

Menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarcheterjadi, makin cepat menopause timbul.

Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Sarwono, 2007).

2) Pekerjaan

Wanita yang bekerja akan mengalami menopause lebih cepat dibanding wanita tidak bekerja, hal ini berpengaruh perkembangan psikis seorang wanita (Yatim, 2001).

3) Jumlah anak

Makin sering seorang wanita melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh.

4) Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak semakin tua mulai memasuki masa menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan


(44)

memperlambat sistem kerja organ reproduksi bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh (Kasdu, 2002)

5) Pemakaian kontrasepsi

Pemilihan dalam pemakaian alat kontrasepsi juga dapat mempengaruhi seorang wanita mengalami keterlambatan dalam menopause. Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.

6) Kebiasaan merokok

Wanita yang merokok atau pernah menjadi perokok kemungkinan mengalami menopause sekitar satu setengah hingga dua tahun lebih awal. 7) Alkohol

Wanita yang mengkonsumsi alkohol akan lebih mudah memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak mengkonsumsi (Yatim, 2001).

8) Penyakit

Ada beberapa hal yang bisa memicu menopause dini terjadi antara lain penyakit atau mengalami gangguan hormonal sehingga estrogen tidak bisa diproduksi lagi. Ada pula perempuan karena penyakit tertentu indung telurnya harus diangkat, begitu indung telurnya diangkat perempuan akan kekurangan entrogen karena memproduksi estrogen adalah indung telur (Depkes RI, 2007).


(45)

27

e. Tanda dan Gejala Menopause

Menopause merupakan bagian dari perkembangan manusia (wanita) yang tentu saja melibatkan berbagai macam aspek termasuk di dalamnya fisiologis manusia. Tentu saja menghadirkan tanda dan gejala tersendiri. Tanda dan gejala dilihat dari aspek fisik dan psikologisnya (Aqila, 2010). 1) Gejala Fisik

a) Perdarahan

Perdarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti menopause. Siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan ini terjadi terutama di awal menopause.

Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan.

b) Rasa panas (hot flush) dan keringat malam

Gejala klasik yang dirasakan oleh wanita menopause. Hot flush adalah suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah hingga seluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah, dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti oleh timbulnya warna kemerahan pada kulit dan keluarnya keringat. Rasa ini terjadi selama 30 detik sampai beberapa menit. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun, tetapi beberapa wanita mengalaminya hingga 10 tahun.


(46)

Keluhan ini diduga berasal dari hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH. Dimungkinkan disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen, seperti diketahui pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi beberapa fungsi tubuh. Beberapa hal lain yang biasanya muncul berhubungan dengan panas, seperti cuaca panas, lembab, ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Keluhan hot flush mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25% penderita masih mengeluhkan hal ini lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen eksogen dalam bentuk terapi efektif dalam meredakan keluhan hot flush pada 90% kasus.

c) Vagina menjadi kering dan kurang elastis

Penurunan kadar estrogen menyebabkan vagina menjadi kering dan kurang elastis. Oleh karena itu sebagian wanita menopause akan merasakan sakit saat berhubungan seksual. Biasanya wanita menopause juga akan merasakan gatal pada daerah vagina. Kondisi tersebut menyebabkan wanita menopause rentan terhadap infeksi vagina.

d) Saluran uretra mengering, menipis, dan kurang elastis

Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke luar tubuh. Pada saat menopause saluran uretra juga akan mengering, menipis, dan berkurang keelastisannya akibat penurunan kadar estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan wanita menopause


(47)

29

rentan terkena infeksi saluran kencing yang terkadang ditampakkan dengan rasa selalu ingin kencing dan ngompol yang biasa disebut denganinkontinensia.

e) Perubahan fisik (lebih gemuk)

Memasuki masa menopause tubuh wanita juga terjadi perubahan distribusi lemak. Lemak tubuh akan menumpuk pada bagian pinggul dan perut. Tekstur kulit pun mengalami perubahan. Kulit menjadi berkerut dan terkadang disertai dengan jerawat. Perubahan fisik ini diperburuk dengan pola hidup yang tidak sehat. Seperti olahraga tidak teratur, makan sembarangan dengan porsi berlebih membuat kegemukan sangat mungkin terjadi.

f) Kurang tidur (Insomnia)

Mengalami insomnia merupakan hal yang wajar pada saat menopause. Kemungkinan ini sejalan dengan rasa tegang yang dialami wanita akibat berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah memerah, hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman. Maka akan timbul rasa cemas dan detak jantung yang lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya beberapa wanita menopause mengalami kurang tidur. g) Gangguan punggung dan tulang

Rendahnya kadar estrogen menjadi menjadi salah satu penyebab proses osteoporosis pada wanita menopause. Osteoporosis adalah kerapuhan tulang dan penyakit tulang kerangka yang paling umum. Kadar estrogen yang berkurang pada saat menopause, akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat pada makanan.


(48)

Tubuh mengatasi masalah ini dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang. Akibatnya, tulang menjadi keropos dan rapuh.

h) Linu dan nyeri sendi

Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya penyerapan kalsium. Berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa kita kehilangan sekitar 1 % tulang dalam setahun akibat proses penuaan. Tetapi setelah menopause, terkadang wanita akan kehilangan 2% pertahun.

i) Perubahan pada indera perasa

Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indera pengecapnya. Gigi dan gusi juga akan cepat tanggal, terutama pada wanita yang memiliki penyakit gigi maupun gusi. j) Gejala lain

Selain gejala fisik tersebut, wanita menopause juga akan mengalami gangguan-gangguan lain seperti gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah. Terkadang juga akan merasakan pusing dan sakit kepala terus menerus, bahkan ada yang menderita neuralgia yaitu gangguan atau sakit syaraf. Wanita menopause kemungkinan juga akan mengalami sembelit. Selain itu, akibat dari kadar estrogen yang menurun, payudara kehilangan bentuknya dan mulai kendur.


(49)

31

2) Gejala psikologis

Gejala ini merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek psikologis maupun kognitif wanita (Dita Andira, 2010) diantaranya : a) Perubahan Emosi

Perubahan emosi disini tampak pada kelelahan mental,menjadi lekas marah, dan perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya perubahan yang terjadi tidak disadari oleh wanita tersebut. Tak jarang orang disekitarnya dibuat bingung akan perubahan ini. Maka diperlukan pendekatan khusus seperti obrolan ringan dengan sahabat atu siapa saja yang pernah mengalami hal yang sama seringkali dapat menjadi dukungan emosi terbaik.

b) Perubahan kognitif

Memasuki masa menopause daya ingat wanita menurun. Terkadang, sesuatu yang harus dia ingat, harus diulang-ulang terlebih dahulu. Selain itu, kemampuan berpikirnya pun mengalami penurunan. c) Depresi

Tidak sekadar perubahan suasana hati atau emosional yang berlangsung drastis, tetapi si wanita juga merasa tertekan, terpuruk, dan merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi. Pada masa menopause ini, anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa biasanya mereka cenderung sibuk dengan urusan masing-masing. Pada saat itulah si wanita benar-benar merasa kehilangan perannya. Gejala depresi diantaranya murung atau letih, sulit tidur pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus-menerus, sulit membuat keputusan,


(50)

rasa bersalah, rasa sedih dan dorongan untuk menangis, terkadang penderita depresi cenderung suka makan, minum, merokok, dan terkadang bisa pula kehilangan nafsu makan (Nirmala, 2003).


(51)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambahan jumlah wanita Indonesia menopause dalam kurun waktu tahun 1995-2005 sekitar 14 juta jiwa. Menurut proyeksi penduduk Indonesia oleh badan statistik, jumlah penduduk perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 15,9 juta orang, dan pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 60 juta perempuan menopause (Rachmawati, 2006).

Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Seorang wanita yang sudah menopause akan mengalami berhentinya haid. Fase ini terjadi karena ia tidak lagi menghasilkan esterogen yang cukup untuk mempertahankan jaringan yang responsive dalam suatu cara yang fisiologi. Akibat dari kadar hormon esterogen, progesteron dan hormon ovarium yang berkurang akan menyebabkan perubahan fisik, psikologis dan seksual yang menurun pada wanita pasca menopause (Hacker&Moore, 2001).

Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12 bulan atau satu tahun (Rachmawati, 2006).


(52)

Masa ini umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. Masa ini mengingatkan wanita terhadap proses menjadi tua yang disebabkan oleh organ reproduksinya yang tidak berfungsi lagi. Menopause terjadi dalam masa klimakterium, sebuah masa dimana terjadi peralihan dari fase reproduktif ke fase non-reproduktif. Datangnya menopause sendiri sangat individual (variatif) sifatnya, namun umumnya berkisar pada umur 45-55 tahun (Diputra, 2006).

Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30 juta atau 11,5% dari total penduduk. Lebih lanjut ditegaskan, berdasarkan perhitungan statistik, diperkirakan di tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah sekitar 30,3 juta jiwa dan jumlah laki-laki, di usia andropause akan mencapai 24,7 juta jiwa (Depkes RI, 2005).

Hasil penelitian dan kajian, diperoleh data bahwa 75% wanita yang mengalami menopause akan merasakan sebagai masalah atau gangguan, sedangkan sekitar 25% tidak mempermasalahkannya. Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi seorang perempuan terhadap menopause, antara lain


(53)

3

faktor kultural, sosial ekonomi, gaya hidup, kebutuhan terhadap kehidupan seksual, dan sebagainya (Achadiat, 2007).

Studi yang dilakukan oleh (Duke, 1999) University AS, menunjukkan bahwa tidak semua perempuan menopause mengalami penurunan hasrat seksual, 39% wanita berusia 61-65 tahun memiliki aktivitas seksual tidak sama seperti 27% wanita berumur 66-71 tahun, 13% wanita menopause mempunyai hasrat lebih tinggi dibandingkan ketika masih muda (Rachmawati, 2006).

Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di kelurahan Kampung Baru. Berdasarkan wawancara pada 4 wanita yang sudah mengalami menopause, 2 diantaranya mengatakan aktivitas seksualitas jarang dilakukan karena beranggapan sudah tidak penting, sudah tidak berarti lagi bagi suaminya dan tidak layak lagi untuk melakukan aktivitas seksualitas setelah menopause sehingga cemas ketika melakukan hubungan badan. Satu orang wanita mengatakan malas melakukan hubungan seksual, dan satu wanita mengatakan masih tetap melakukan aktivitas seksual walaupun jarang. Anggapan yang salah tentang seksualitas masa menopause dapat menimbulkan kecemasan, karena mereka takut tidak bisa melayani suami dengan baik akan mencari wanita lain atau malah menceraikannya, karena dari mereka tidak sedikit yang kemudian merasa tidak berarti lagi bagi suaminya. Pemahaman yang benar tentang seksualitas pada masa menopause di harapkan kecemasan, ketakutan dan masalah-masalah dalam seksualitas dapat di minimalkan. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kelurahan kampung baru. Oleh karena itu penulis ingin meneliti


(54)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual pada ibu menopause aktivitas di kelurahan kampung baru, Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dan mengingat masih adanya kecemasan maupun anggapan yang salah tentang seksualitas pada masa menopause maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual pada ibu menopause dikelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual pada ibu menopause di kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah menarche berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause

2. Untuk mengetahui apakah beban pekerjaan berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause

3. Untuk mengetahui apakah jumlah anak berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause

4. Untuk mengetahui apakah usia melahirkan berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause


(55)

5

5. Untuk mengetahui apakah pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause

6. Untuk mengetahui apakah merokok berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause

7. Untuk mengetahui apakah mengkonsumsi alkohol berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause

8. Untuk mengetahui apakah riwayat penyakit berpengaruh terhadap fungsi seksual pada ibu menopause.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Menopause

Dapat memberikan pemahaman dan dapat di gunakan untuk mengetahui berbagai masalah yang dialami ibu masa menopause dalam aktivitas seksualnya.

2. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan kepada masyarakat bahwa mitos yang beredar tentang seksualitas pada masa menopause yang ada di masyarakat selama ini tidak benar .

3. Bagi Peneliti.

Peneliti dapat mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan ibu menopause dalam melakukan aktivitas seksualitasnya sehingga dapat menambah wawasan peneliti tentang aktivitas seksualitas pada masa menopause.


(56)

4. Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk permasalahan yang sama.

5. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharafkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi institusi pendidikan terutama didalam ilmu kedokteran.

E. Kerangka Penelitian

Dari teori Green (2005) penulis membangun kerangka teori yang merupakan dasar untuk membangun kerangka konsep dalam penelitian yaitu : ibu yang masih usia produktif mengalami menopause karena dipengaruhi beberapa faktor : pertama faktor predisposisi yaitu menarche, beban pekerjaan, jumlah anak, usia melahirkan, pemakaian kontrasepsi, merokok, mengkonsumsi alkohol dan riwayat penyakit, kedua faktor pemungkin yaitu seperti akses pelayanan kesehatan, akses informas, lingkungan fisik. Ketiga faktor penguat/pendorong (reinforcing factor) seperti dukungan suami, dukungan kelompok sebaya, dukungan tokoh masyarakat dan tokoh agama, selanjutnya dapat dilihat dalam kerangka teori berikut ini :


(57)

7

1. Kerangka Teori

Skema Kerangka Teori

Sumber ; Green dan Kreuter, health program planing tahun 2005 Faktor predisposisi

1. Menarche 2. Beban kerja 3. Jumlah anak usia

melahirkan 4. Pemakaian alat

kontrasepsi 5. Merokok

mengkonsumsi alkohol

Faktor penguat/pendorong 1. Keluarga/suami 2. Petugas kesehatan 3. Masyarakat

4. Tokoh masyarakat

Faktor pemungkin dan pendukung

1. Ketersediaan fasilitas 2. Ketersediaan tempat

rujukan

Perubahan perilaku ibu


(58)

2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002). Sebagai acuan dalam membuat suatu kerangka konsep penelitian penulis menggunakan perubahan perilaku ibu menopause akan menimbulkan stres yang berlebihan, sebaliknya apabila mengerti terhadap proses fisiologis yang menyebabkan perubahan menstruasi ini akan memberikan kekuatan kesehatan untuk sehat, sehingga perempuan dapat berperilaku normal dalam menghadapi menopause, perilaku perempuan menopause dapat dipengaruhi beberapa faktor yang tergambar dalam skema dibawah ini :

Skema Kerangka Konsep

Variabel Terikat

Variabel bebas Faktor predisposisi :

1. Menarche 2. Pekerjaan 3. Jumlah anak 4. Usia melahirkan 5. Pemakaian alat

kontrasepsi 6. Merokok 7. Mengkonsumsi

alkohol

8. Riwayat penyakit


(59)

9

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini :

a. Ada hubungan antara menarche wanita menopause dengan fungsi seksual di kelurahan kampung baru

b. Ada hubungan antara pekerjaan wanita menopause dengan fungsi seksual di kelurahan kampung baru

c. Ada hubungan antara jumlah anak wanita menopause dengan fungsi seksual di kelurahan kampung baru

d. Ada hubungan antara usia melahirkan wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

e. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

f. Ada hubungan antara konsumsi alkohol wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

g. Ada hubungan antara merokok wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

h. Ada hubungan antara riwayat penyakit wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru


(60)

Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual pada ibu menopause di kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang berusia 45-55 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kelurahan Kampung Baru kecamatan Kedaton kota Bandar Lampung, dengan jumlah wanita usia 45-55 tahun yaitu 861 orang. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 90 responden dengan teknik pengambilan sampel secara Accidental Sampling. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel menarche sebagian besar ibu menarche kurang dari 15 tahun yaitu 63,3%, variabel pekerjaan menunjukkan sebagian besar ibu tidak bekerja yaitu 62,2%, variabel jumlah anak sebagian besar ibu mempunyai jumlah anak 4 orang yaitu 52,2%, variabel usia melahirkan sebagian besar ibu melahirkan pada usia kurang dari 40 tahun yaitu 38,9%, variabel penggunaan alat kontrasepsi sebagian ibu menggunakan alat kontrasepsi yaitu 91,1%, variabel mengkonsumsi alkohol semua ibu tidak mengkonsumsi alkohol yaitu 100%, variabel merokok sebanyak 97,8% dan variabel riwayat penyakit sebanyak 65,6%.

Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara menarche dengan fungsi seksual pada ibu menopause (p=0,035), tidak ada hubungan antara pekerjaan (p=0,815), jumlah anak (p=0,947), usia melahirkan (p=0,736), alat kontrasepsi (p=0,629), variabel konsumsi alkohol 100% merokok (p=0,490), riwayat penyakit (p=0,490).


(61)

ABSTRACT

AFFECTING FACTORS A SEXUAL FUNCTION IN WOMEN MENOPAUSE IN KAMPUNG BARU

Menopause is a time that certainly encountered in the course of a woman’s life

and a natural process with age. This study aims to determine the factors that affect sexual function in women menopause in Kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung.

This study use descriptive analytic methode with cross sectional approach. The population in this study were all women aged 45-55 years residing in Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung City with a number of women aged 45-55 years there are 861 people. Number of sample used by 90 respondents with sampling techniques Accidental Sampling. The data in the analysis univariat and bivariat.

The result showed that variable most mothers menarche less than 15 years is 63,3%., variable work shows most mothers did not work is 62,2%, variable number of children most mothers have a total of 4 people, namely childen 52,2%, variable bearing age most mothers giving birth at the age les than 40 years, namely 38,9%, variable contraceptive use some mothers use ontraception is 91,1%, variable drink alcohol all mothers not consuming alcohol are 100%, variable smoking by 97,8% and variable history of the disease by 65,6%.

Bivariat analysis showed no association between menarche to menopause sexual function in women (p=0,035), there is no relationship between job (p=0,815), number of children (p=0,947), birth age (p=0,736), contraceptives (p=0,629), variable alcohol 100% smoke (p=0,490), history of the disease (p=0,490).


(1)

4. Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk permasalahan yang sama.

5. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharafkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi institusi pendidikan terutama didalam ilmu kedokteran.

E. Kerangka Penelitian

Dari teori Green (2005) penulis membangun kerangka teori yang merupakan dasar untuk membangun kerangka konsep dalam penelitian yaitu : ibu yang masih usia produktif mengalami menopause karena dipengaruhi beberapa faktor : pertama faktor predisposisi yaitu menarche, beban pekerjaan, jumlah anak, usia melahirkan, pemakaian kontrasepsi, merokok, mengkonsumsi alkohol dan riwayat penyakit, kedua faktor pemungkin yaitu seperti akses pelayanan kesehatan, akses informas, lingkungan fisik. Ketiga faktor penguat/pendorong (reinforcing factor) seperti dukungan suami, dukungan kelompok sebaya, dukungan tokoh masyarakat dan tokoh agama, selanjutnya dapat dilihat dalam kerangka teori berikut ini :


(2)

7

1. Kerangka Teori

Skema Kerangka Teori

Sumber ; Green dan Kreuter, health program planing tahun 2005 Faktor predisposisi

1. Menarche 2. Beban kerja 3. Jumlah anak usia

melahirkan 4. Pemakaian alat

kontrasepsi 5. Merokok

mengkonsumsi alkohol

Faktor penguat/pendorong 1. Keluarga/suami 2. Petugas kesehatan 3. Masyarakat 4. Tokoh masyarakat

Faktor pemungkin dan pendukung

1. Ketersediaan fasilitas 2. Ketersediaan tempat

rujukan

Perubahan perilaku ibu


(3)

2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002). Sebagai acuan dalam membuat suatu kerangka konsep penelitian penulis menggunakan perubahan perilaku ibu menopause akan menimbulkan stres yang berlebihan, sebaliknya apabila mengerti terhadap proses fisiologis yang menyebabkan perubahan menstruasi ini akan memberikan kekuatan kesehatan untuk sehat, sehingga perempuan dapat berperilaku normal dalam menghadapi menopause, perilaku perempuan menopause dapat dipengaruhi beberapa faktor yang tergambar dalam skema dibawah ini :

Skema Kerangka Konsep

Variabel Terikat

Variabel bebas Faktor predisposisi :

1. Menarche 2. Pekerjaan 3. Jumlah anak 4. Usia melahirkan 5. Pemakaian alat

kontrasepsi 6. Merokok 7. Mengkonsumsi

alkohol

8. Riwayat penyakit


(4)

9

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini :

a. Ada hubungan antara menarche wanita menopause dengan fungsi seksual di kelurahan kampung baru

b. Ada hubungan antara pekerjaan wanita menopause dengan fungsi seksual di kelurahan kampung baru

c. Ada hubungan antara jumlah anak wanita menopause dengan fungsi seksual di kelurahan kampung baru

d. Ada hubungan antara usia melahirkan wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

e. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

f. Ada hubungan antara konsumsi alkohol wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

g. Ada hubungan antara merokok wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru

h. Ada hubungan antara riwayat penyakit wanita menopause dengan fungsi seksual dikelurahan kampung baru


(5)

IBU MENOPAUSE DI KELURAHAN KAMPUNG BARU

Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual pada ibu menopause di kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang berusia 45-55 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kelurahan Kampung Baru kecamatan Kedaton kota Bandar Lampung, dengan jumlah wanita usia 45-55 tahun yaitu 861 orang. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 90 responden dengan teknik pengambilan sampel secara Accidental Sampling. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel menarche sebagian besar ibu menarche kurang dari 15 tahun yaitu 63,3%, variabel pekerjaan menunjukkan sebagian besar ibu tidak bekerja yaitu 62,2%, variabel jumlah anak sebagian besar ibu mempunyai jumlah anak 4 orang yaitu 52,2%, variabel usia melahirkan sebagian besar ibu melahirkan pada usia kurang dari 40 tahun yaitu 38,9%, variabel penggunaan alat kontrasepsi sebagian ibu menggunakan alat kontrasepsi yaitu 91,1%, variabel mengkonsumsi alkohol semua ibu tidak mengkonsumsi alkohol yaitu 100%, variabel merokok sebanyak 97,8% dan variabel riwayat penyakit sebanyak 65,6%.

Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara menarche dengan fungsi seksual pada ibu menopause (p=0,035), tidak ada hubungan antara pekerjaan (p=0,815), jumlah anak (p=0,947), usia melahirkan (p=0,736), alat kontrasepsi (p=0,629), variabel konsumsi alkohol 100% merokok (p=0,490), riwayat penyakit (p=0,490).


(6)

ABSTRACT

AFFECTING FACTORS A SEXUAL FUNCTION IN WOMEN MENOPAUSE IN KAMPUNG BARU

Menopause is a time that certainly encountered in the course of a woman’s life and a natural process with age. This study aims to determine the factors that affect sexual function in women menopause in Kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung.

This study use descriptive analytic methode with cross sectional approach. The population in this study were all women aged 45-55 years residing in Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung City with a number of women aged 45-55 years there are 861 people. Number of sample used by 90 respondents with sampling techniques Accidental Sampling. The data in the analysis univariat and bivariat.

The result showed that variable most mothers menarche less than 15 years is 63,3%., variable work shows most mothers did not work is 62,2%, variable number of children most mothers have a total of 4 people, namely childen 52,2%, variable bearing age most mothers giving birth at the age les than 40 years, namely 38,9%, variable contraceptive use some mothers use ontraception is 91,1%, variable drink alcohol all mothers not consuming alcohol are 100%, variable smoking by 97,8% and variable history of the disease by 65,6%.

Bivariat analysis showed no association between menarche to menopause sexual function in women (p=0,035), there is no relationship between job (p=0,815), number of children (p=0,947), birth age (p=0,736), contraceptives (p=0,629), variable alcohol 100% smoke (p=0,490), history of the disease (p=0,490).